3398-File Utama Naskah-8504-1-10-20201210

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

(POC) URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN


SEMAI KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra)
Oleh :
Margaretha Vani Bima1), Wilhelmina Seran2) dan Astin Elise Mau2)
1)
Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Undana
2)
Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Undana
Email : vannybima1999@gmail.com

ABSTRACT
Eucalyptus (Melaleuca leucadendra) is the result of a non-timber forest that utilized
its leaves to be used as eucalyptus oil (cajaput oil) which will be used as medicine,
insecticides and fragrances. The propagation of Eucalyptus is done in order to meet the needs
of eucalyptus oil (cajaput oil) in Indonesia. The aim of this research was to determine the
appropriate concentration of liquid organic fertilizer of cow urine on the growth of eucalyptus
seedlings. This research was conducted at the permanent nursery Fatukoa in January to April
2020. The research method uses Complete Random Design (CRD) with 4 treatments that are
A0 (0ml/1000ml), A1 (150ml/1000ml), A2 (250ml/1000ml) and A3 (350ml/1000ml). The
parameters of the observation measured are the height of the plant, diameter, leaf number, dry
weight and the percentage of life of eucalyptus seedlings. To find out the difference between
the treatment it was tested Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that
application of liquid organic fertilizer cow urine is significantly affected to parameters of
plant height, leaf number and dry weight, but is not significant affect
to parameters of diameter and percentage of life. The concentration of 150ml/1000ml
provides better growth results than other concentrations.

Keywords: Eucalyptus (Melaleuca leucadendra); Liquid Organic Ferilizer; Concentration;


Cow Urin.

1. PENDAHULUAN Daun kayu putih mengandung


minyak atsiri sekitar 0,5-1,5% tergantung
Kayu putih (Melaleuca leucadendra)
efektivitas penyulingan dan kadar minyak
merupakan salah satu tanaman hasil hutan
yang terkandung terhadap bahan yang
bukan kayu yang dapat menghasilkan
disuling (Lutony, 1994). Menurut Susanto
minyak kayu putih (cajuputi oil). Tujuan
(2013) kebutuhan komoditas minyak kayu
utama dari pembangunan hutan tanaman
putih di Indonesia sekitar 1.500 ton /tahun,
kayu putih adalah untuk diambil daunnya.
di mana pasokan 300 ton/ tahun didapat dari
Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra)
Perum Perhutani dengan luas tanaman
juga dapat digunakan untuk konservasi lahan
248.756 Ha dan umur panen optimal 35
kritis menurut Setyowati, dkk (2017) PT.
tahun, 90 ton/tahun dari Maluku dengan
Adaro Indonesia merupakan perusahaan
skala rumah tangga, dan hanya 36 ton
tambang yang bergerak dalam penambangan
diperoleh dari Dinas Kehutanan Daerah
batu bara menggunakan Kayu putih
Istimewa Yogyakarta. Kebutuhan komoditas
(Melaleuca leucadendra) untuk mereklamasi
minyak kayu putih di Indonesia masih
lahan bekas tambang. Oleh sebab itu kayu
kurang sehingga harus dipenuhi dengan cara
putih (Melaleuca leucadendra) baik dalam
impor dari China.
aspek ekologis, ekonomis dan dalam upaya
mitigasi perubahan iklim (Mansur, 2013).
Permasalahan yang menyebabkan kebutuhan tanaman pada tanah karena
rendahnya produktivitas minyak kayu putih berbentuk cair, maka jika terjadi kelebihan
adalah produksi daun yang rendah salah kapasitas pupuk pada tanah dengan
satunya terdapat di BKPH Sukun yaitu sendirinya tanaman akan mudah mengatur
kurang dari 7 ton/ha/tahun (Lukito, 2011). penyerapan komposisi pupuk yang
Perbanyakan tanaman kayu putih dapat dibutuhkan. Pupuk cair urin sapi merupakan
dilakukan secara gerenatif maupun secara salah satu pupuk organik cair yang potensial
vegetatif. Secara generatif, perbanyakan sebagai sumber hara bagi tanaman seperti N,
dilakukan dengan biji. Biji kayu putih diberi P dan K. Dari aspek haranya, cairan urin
perlakuan dengan cara dicampur dengan sapi memiliki kandungan hara yang lebih
pasir halus lalu ditabur ke dalam bedeng tinggi dibandingkan dengan kotoran
tabur. Sedangkan secara vegetatif padatnya (Hani & Geraldine, 2016).
perbanyakan dengan stek pucuk dan Desiana, dkk. (2013) menyebutkan bahwa
grafting/menyambung (Kartikawati, dkk., urin sapi mengandung N sebanyak 0,58%, P
2014). sebesar 126 ppm, dan K sebesar 0,94
Pertumbuhan semai sangat me/100 gram. Menurut Supriyanto (2014)
dipengaruhi oleh lingkungan diantaranya pemberian dosis 150ml/l air memberikan
media tanam dan ketersediaan unsur hara. pertumbuhan semai jabon lebih baik.
Media tanam yang cocok akan menghasilkan Pemberian pupuk organik cair urin
bibit yang sehat dan pertumbuhan yang sapi merupakan salah satu cara untuk
optimal. Penambahan bahan organik pada mengatasi kekurangan hara dan bahan
tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan organik pada tanah sehingga dapat
salah satu cara yang dilakukan ialah mendukung pertumbuhan dari semai Kayu
pemupukan. Pemupukan diperlukan untuk putih (Melaleuca leucadendra). Berdasarkan
memperbaiki kesuburan tanah dan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian
meningkatkan kesuburan produksi tanaman. “Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk
Pupuk organik cair merupakan pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi terhadap
yang kandungan bahan kimianya rendah dan Pertumbuhan Semai Kayu Putih (Melaleuca
dapat memberikan hara yang sesuai dengan leucadendra).
2. METODELOGI 2.3 Prosedur Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian menggunakan Rancangan
Penelitian ini dilakukan di persemaian Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
permanen Fatukoa, Kelurahan Fatukoa, dan dibuat dalam 6 ulangan, perlakuan yang
Kecamatan Maulafa. Penelitian berlangsung diberikan adalah POC urin sapi yang akan
selama 4 bulan (Januari sampai April 2020). dilarutkan kedalam air yang terdiri dari 4
2.2 Alat dan Bahan taraf, (Supriyanto dkk (2014), yaitu:
Alat: ember yang bertutup,  A0 : 0 ml/1000 ml larutan (kontrol)
pengaduk, ulekan, sekop, timbangan, plastik  A1 : 150 ml/1000 ml larutan
sungkup, gelas ukur, paranet, polybag,  A2 : 250 ml/1000 ml larutan
kompor, oven, wajan, alat tulis-menulis,  A3 : 350 ml/1000 ml larutan
penggaris untuk mengukur panjang pucuk, Pembuatan pupuk menggunakan air sebagai
jangka sorong untuk mengukur diameter, pelarut dan POC urin sapi sebagai larutan.
kamera, spayer (1 liter). Bahan: benih Kayu Masing-masing larutan dan pelarut yang
putih (Melaleuca leucadendra), media dicampurkan akan menghasilkan 1 L pupuk
tanam (tanah, pasir, bokasi), urin sapi 6 L, dan air. Pemberian POC dilakukan setelah
empon – empon (jahe, kunyit dan lengkuas) dipindahkan ke media sapih yang terdiri dari
½ kg, gula merah yang sudah dicairkan 300 3 konsentrasi dan dilakukan setiap 2 minggu
ml, EM4 300 ml. sekali.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tinggi Tanaman dan 4 MST berpengaruh tidak nyata
Hasil analisis sidik ragam menunjukan terhadap pertambahan tinggi semai kayu
bahwa konsentrasi POC urin sapi putih. Data rata-rata tinggi semai kayu putih
berpengaruh nyata terhadap tinggi semai dan uji BNJ 5% pada umur 2 MST, 4 MST,
kayu putih pada umur 6 MST, 8 MST dan 8 MST, 10 MST dan 12 MST dapat dilihat
12 MST juga berpengaruh sangat nyata pada pada Tabel 1.
umur 10 MST sedangkan pada umur 2 MST
Tabel 1. Rerata Tinggi Semai Kayu Putih 2 MST – 12 MST pada Konsentrasi POC Urin
Sapi
Tinggi Semai Kayu Putih (Melaleuca leucadendra) (cm)
Perlakuan
2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST
A0 (0ml/1000ml) 0,267 a 0,517 a 0,917 ab 1,267 ab 1,433 a 1,35 a
A1 (150ml/1000ml) 0,467 a 0,7 a 1,083 b 2b 3,467 b 3,533 b
A2 (250ml/1000ml) 0,217 a 0,517 a 0,8 ab 1,333 ab 1,467 a 1,333 a
A3 (350ml/1000ml) 0,383 a 0,567 a 0,617 a 1,233 a 1,05 a 1,033 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata
pada Uji BNJ 5%.
Data Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 2006) yang menyatakan bahwa pemupukan
tinggi semai kayu putih pada umur 2 MST melalui tanah kurang bermanfaat karena
dan 4 MST berpengaruh tidak nyata, unsur hara telah larut dan hilang melalui air
perlakuan pemberian konsentrasi POC urin perkolasi atau mengalami fiksasi oleh koloid
sapi tidak menunjukan adanya perbedaan tanah sehingga tidak dapat diserap oleh
yang nyata atau relatif sama. Kisaran rerata tanaman.
tinggi secara berturut-turut adalah 0,217 – Pada umur pengamatan 6 MST – 12
0,467 cm dan 0,517 – 0,7 cm. Tanaman MST menunjukan pemberian POC urin sapi
muda dalam fase pertumbuhan cenderung berpengaruh nyata, rerata tinggi semai kayu
berada dalam tahap adaptasi di media tanam putih secara keseluruhan mencapai nilai
yang baru. Pemberian pupuk cair pada tertinggi pada perlakuan A1 (150ml/1000ml)
tanaman yang masih muda belum mampu dengan capaian tinggi tanaman untuk empat
diserap secara optimal oleh tanaman untuk waktu berturut-turut adalah 1,083, 2, 3,467
aktivitas pertumbuhan dan dan 3,533 cm. Tinggi tanaman pada
perkembangannya. Umumnya tanaman yang perlakuan A1 (150ml/1000ml) berbeda
masih muda memiliki bagian vegetatif nyata dengan perlakuan A0 (0/1000ml), A2
seperti daun, batang dan akar yang masih (250ml/1000ml) dan A3 (350ml/1000ml).
kecil, hal ini menyebabkan pemberian POC Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
urin sapi ke semai kayu putih hanya sedikit dengan konsentrasi A1 (150ml/1000ml)
tertahan pada bagian vegetatif tanaman, mampu menghasilkan pertambahan tinggi
sisanya akan terserap ketanah. Pemberian tanaman tertinggi dibanding dengan
POC urin sapi dilakukan dengan cara perlakuan pemberian konsentrasi POC urin
menyemprotkan pupuk cair keseluruh sapi lainnya. Menurut penelitian Yulianti
bagian tanaman. (2010) pemberian pupuk organik cair harus
Pupuk cair yang jatuh ketanah akan memperhatikan konsentrasi yang
terserap dan mengalami perkolasi, sehingga diaplikasikan ketanaman. Jika pemberian
akar tanaman yang masih muda akan sulit POC dengan konsentrasi rendah tidak akan
mencari unsur hara tambahan dari berpengaruh pada tananam begitu juga
pemberian pupuk. Hal ini sejalan dengan sebaliknya jika pemberian POC dengan
penelitian (Suriadikarta dan Simanungkalit, konsentrasi tinggi menyebabkan tanaman
akan keracunan. Pemilihan konsentrasi yang Perlakuan A3 (350ml/1000ml)
tepat perlu diketahui oleh para peneliti dan menunjukkan tinggi tanaman terendah. Hal
hal ini dapat diperoleh melalui pengujian- ini diduga karena pada perlakuan A3
pengujian di lapangan (Rizqiani dkk, 2007). (350ml/1000ml) memiliki konsentrasi POC
Urin sapi merupakan pupuk kandang urin sapi yang tinggi menyebabkan
cair yang mengandung N, P, K dan bahan pertumbuhan tinggi semai Kayu putih
organik (Sutanto, 2002). Unsur hara makro menurun. Menurut Mappanganro dkk (2011)
N, P dan K serta beberapa unsur hara mikro pemberian pupuk dengan konsentrasi yang
yang ada dalam POC urin sapi yang tinggi sampai batas tertentu akan
diberikan ke semai kayu putih mampu menyebabkan hasil semakin meningkat dan
diserap secara optimum sehingga pada konsentrasi yang melebihi batas
pertumbuhan tinggi tanaman terjadi secara tertentu dapat menyebabkan hasil menjadi
nyata. Meningkatnya serapan hara N, P dan menurun. Pemberian konsentrasi POC yang
K pada tanaman maka akan mendorong berlebihan efeknya dapat membuat tanaman
pembentukan ATP. Menurut Gardner dkk. tidak mengalami perubahan, keracunan juga
dalam Sholikhin dkk. (2014) ATP mengalami klorosis dan nekrosis yang
dibutuhkan sebagai energi dalam menyebabkan kematian pada tanaman
pembelahan sel yang dapat meningkatkan (Jasmi dkk, 2015).
tinggi tanaman.
3.2 Diameter Batang
Hasil analisis sidik ragam menunjukan Data rata-rata diameter batang semai kayu
bahwa konsentrasi POC urin sapi putih dan uji BNJ 5% pada umur 2 MST, 4
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter MST, 8 MST, 10 MST dan 12 MST dapat
batang kayu putih pada umur 2 MST, 4 dilihat pada Tabel 2.
MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST dan 12 MST.
Tabel 2. Rerata Diameter Batang Semai Kayu Putih 2 MST – 12 MST pada Konsentrasi
POC Urin Sapi
Diameter Batang Semai Kayu Putih
Perlakuan (Melaleuca leucadendra) (mm)
2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST
A0 (0ml/1000ml) 0,142 a 0,225 a 0,283 a 0,342 a 0,5 a 0,683 a
A1 (150ml/1000ml) 0,167 a 0,222 a 0,292 a 0,433 a 0,658 a 0,75 a
A2 (250ml/1000ml) 0,112 a 0,197 a 0,242 a 0,325 a 0,483 a 0,583 a
A3 (350ml/1000ml) 0,133 a 0,198 a 0,197 a 0,23 a 0,408 a 0,417 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada
Uji BNJ 5%.
Data Tabel 4.3 menunjukan bahwa vertikal (keatas), pertumbuhan diameter
rerata diameter batang semai kayu putih berlangsung apabila keperluan hasil
pada umur 2 MST – 12 MST berpengaruh fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun,
tidak nyata, perlakuan pemberian pergantian akar dan tinggi telah terpenuhi.
konsentrasi POC urin sapi tidak menunjukan Diameter batang mengalami pertumbuhan
adanya perbedaan yang nyata atau relatif dikarenakan adanya aktivitas pembelahan
sama. Kisaran rerata diameter batang 2 MST sel, aktivitas ini dinamakan pertumbuhan
– 12 MST adalah 0,112 – 0,75 mm. Hal ini sekunder. Pertumbuhan diameter semai
diduga karena pertumbuhan diameter lebih merupakan pertumbuhan sekunder yang
lambat dibanding pertumbuhan tinggi, daun, pertumbuhannya jauh lebih lambat
akar dan lainnya. Menurut Lewenussa dibandingkan pertumbuhan tinggi semai
(2009) pada tanaman muda cenderung (Yuniarti, dkk 2004).
melakukan pertumbuhan cepat kearah
Pengaruh pemberian POC urin sapi berguna dalam pertumbuhan vegetatif
pada semai Kayu putih berbeda tidak nyata tanaman yakni akar, batang dan daun. Hal
secara statistika terhadap diameter batang, ini sejalan dengan penelitian Parthasarathy
namun berdasarkan variasi angka dkk (2008) dalam Rajak dkk (2016) yang
pertumbuhan tanaman menunjukkan menyatakan bahwa dengan bertambahnya
peningkatan dari waktu ke waktu. Jika umur tanaman serapan hara N, P dan K akan
dilihat dari seluruh umur pengamatan, semakin tinggi.
perlakuan A1 (150ml/1000ml) memberikan Media tanam yang digunakan ialah
pertumbuhan diameter yang tertinggi tanah, pasir dan bokasi dengan perbandingan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. yang setara (1:1:1). Komposisi media yang
Pada umur pengamatan 12 MST perlakuan setara memiliki porositas yang baik. Media
A1 (150ml/1000ml) memberikan diameter tanam yang ideal untuk pertumbuhan
batang tertinggi yakni 0,75 mm. Menurut tanaman ialah media dengan perbandingan
penelitian Uthbah dkk. (2017) umur tanaman antara padatan dan ruang pori yang
sangat mempengaruhi ukuran diameter seimbang (Hakim dkk, 1996 dalam Nora dkk
batang, meningkatnya umur tanaman berati 2015). Pemberian perlakuan POC urin sapi
semakin besar juga diameter batangnya. tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
Pertumbuhan diameter batang semai nyata, diduga semai Kayu putih memenuhi
kayu putih mengalami kenaikan seiring nutrisinya dengan mengambil unsur hara
dengan pertambahan umur dari semai kayu dari media tanaman yang digunakan untuk
putih. Hal ini sejalan dengan penelitian pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
Yudidtina dkk (2013) yang mengungkapkan Komposisi media tanam yang digunakan
bahwa umur tanaman memiliki korelasi menghasilkan struktur yang sesuai. Menurut
positif dengan diameter batang. Selain itu Syahputra (2014) campuran bahan untuk
penyerapan unsur hara N, P dan K media tanam harus menghasilkan struktur
bergantung dari umur tanaman, semakin yang sesuai, karena jenis media memiliki
tinggi umur tanaman maka semakin tinggi pengaruh yang berbeda pada tanaman.
pula serapan hara. Unsur N, P dan K
3.3 Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukan 6 MST, 8 MST dan 10 MST. Sedangkan
bahwa konsentrasi POC urin sapi pada umur 2 MST berpengaruh tidak nyata
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun terhadap jumlah daun semai kayu putih.
semai kayu putih pada umur 12 MST dan Data rata-rata jumlah daun semai kayu putih
berpengaruh sangat nyata pada umur 4 MST, dan uji BNJ 5% dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Jumlah Daun Semai Kayu Putih 2 MST – 12 MST Pada Konsentrasi POC
Urin Sapi
Jumlah Daun Semai Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)
Perlakuan (helai)
2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST
A0 (0ml/1000ml) 2,667 a 3a 5a 5,833 a 7,33 a 7,833 a
A1 (150ml/1000ml) 4a 5,667 b 8b 11,333 b 14,5 b 16,5 b
A2 (250ml/1000ml) 2,667 a 3a 4,667 a 6,167 a 7,167 a 6,833 a
A3 (350ml/1000ml) 3a 3,667 a 4,833 a 5,167 a 6,5 a 5,5 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom
berarti berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%.
Data Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian konsnetrasi POC urin sapi tidak
jumlah daun semai kayu putih pada umur 2 menunjukan adanya perbedaan yang nyata
MST berpengaruh tidak nyata, perlakuan
atau relatif sama. Kisaran rerata jumlah daun 150ml/l air merupakan dosis yang sesuai
adalah 2,667 – 4 helai. dengan kebutuhan tanaman dan berpengaruh
POC urin sapi berbagai konsentrasi nyata pada pertumbuhan semai jabon.
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata Pertumbuhan jumlah dan ukuran daun
terhadap jumlah daun semai kayu putih pada dipengaruhi oleh ketersedian unsur hara.
umur pengamatan 4 MST – 12 MST. Menurut Riandi dkk (2009) bertambahnya
Kisaran rerata jumlah daun secara berturut- jumlah daun pada tanaman disebabkan
turut adalah 2,833 – 5,667 helai, 4,667 – 8 karena kecukupan suplai hara didalam
helai, 5,167 – 11,333 helai, 6,5 – 11,5 helai tanaman tersebut. Hal ini sejalan dengan
dan 5,5 – 16,5 helai. Pada perlakuan A1 penelitian Setyati (1979) dalam Febrizawati
(150ml/1000ml) menghasilkan rerata jumlah dkk (2014) yang menyatakan bahwa
daun tertinggi dan berbeda secara nyata tersedianya unsur hara dalam jumlah yang
dengan perlakuan lainnya. cukup dan seimbang, menyebabkan proses
Tingginya pertumbuhan jumlah daun pembelahan, pembesaran dan pemanjangan
yang dicapai pada perlakuan A1 (150 sel akan berlangsung cepat yang
ml/1000ml) diduga karena konsentrasi POC mengakibatkan organ tanaman akan tumbuh
urin sapi menyediakan unsur hara yang cepat.
sesuai dengan pertumbuhan daun semai Pemberian POC urin sapi dengan dosis
kayu putih. Pemupukan pada tanaman harus yang cukup dan sesuai dapat
sesuai dengan dosis yang tepat sehingga menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca dan
tanaman mengalami pertumbuhan (Nur, Mg. Tanaman yang cukup mendapat suplai
2005). Hal ini sejalan dengan penelitian N akan membentuk daun yang memiliki
Zahrah (2011) yang menyatakan bahwa helaian yang lebih luas dengan kandungan
pemupukan tanaman akan lebih baik bila klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman
menggunakan dosis, cara, jenis pupuk dan mampu menghasilkan karbohidrat atau
waktu pemberian yang tepat untuk asimilat yang cukup untuk menopang
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang pertumbuhan vegetatif tanaman (Wijaya,
optimal. Pemberian pupuk sesuai dengan 2008). POC urin sapi memiliki
kebutuhan tanaman akan meningkatkan keistimewaan apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan namun jika kurang atau pupuk alam lain (pupuk kandang dan
berlebih akan berdampak pada laju kompos) karena pupuk ini cepat diserap oleh
pertumbuhan tanaman. Maspary (2010) tanaman (Mappanganro dkk 2018). Menurut
menyatakan jika unsur hara yang diberikan Wahid (2003) bahan organik cair
pada tanaman dengan kisaran yang sedikit mempunyai peranan terhadap ketersediaan
atau sangat berlebihan akan mempengaruhi unsur hara dimana unsur hara akan
dan menghambat laju pertumbuhan tanaman. digunakan untuk pertumbuhan dan
Menurut penelitian Supriyanto (2014) dosis perkembangan daun.
3.4 Berat Kering
Hasil analisis sidik ragam menunjukan semai kayu putih. Data rerata berat kering
bahwa konsentrasi POC urin sapi semai kayu putih dan uji BNJ 5% dapat
berpengaruh nyata terhadap berat kering dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Berat Kering Semai Kayu putih 12 MST pada Konsentrasi POC Urin Sapi
Perlakuan Rerata Berat Kering (gr)
A0 (0ml/1000ml) 0,023 a
A1 (150ml/1000ml) 0,050 b
A2 (250ml/1000ml) 0,023 a
A3 (350ml/1000ml) 0,010 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom
berarti berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%.
Data Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mengakibatkan tanaman menjadi stres, yang
rerata berat kering semai kayu putih pada berakibat pada proses fisiologis tanaman
umur 12 MST berpengaruh nyata. Berat terganggu. Menurut Supriadi dan
kering semai kayu tertinggi terdapat pada Soeharsono (2005), hara yang diserap oleh
perlakuan A1 (150ml/1000ml) yaitu sebesar tanaman akan dimanfaatkan untuk berbagai
0,50 gr dan berbeda secara nyata dengan proses metabolisme yang akan menjaga
perlakuan A0 (0ml/1000ml), A2 fungsi fisiologis tanaman. Kegiatan
(250ml/1000ml) dan A3 (350ml/1000ml). fisiologis tanaman dikatakan baik atau tidak
Adanya capaian bobot kering tertinggi oleh ditentukan oleh berat kering tanaman. Berat
tanaman bermakna bahwa pada perlakuan kering merupakan ukuran pertumbuhan dan
pemberian konsentrasi POC urin sapi A1 perkembangan yang mencerminkan
(150ml/1000ml) menunjukkan level akumulasi senyawa organik yang berhasil
konsentrasi tersebut diduga telah mencapai disintesis tanaman. Menurut Desiana (2013)
atau mendekati level konsentrasi pemberian bobot kering tanaman merupakan hasil
POC urin sapi optimum yang dapat akumulasi karbohidrat yang pada dasarnya
menambah pertumbuhan vegetatif tanaman. merupakan hasil kegiatan fotosintesis,
Pemberian POC harus memperhatikan sehingga apabila proses fisiologis yang
konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terjadi pada tanaman berjalan degan baik
ketanaman, pemberian dengan dosis yang dan didukung dengan penerapan pemupukan
berlebihan menimbulkan gejala layu pada yang efesien mampu meningkatkan bobot
tanaman (Suwadi dan Nurtika, 1987 dalam kering tanaman.
Rizqiani 2007). Akumulasi unsur hara dalam Pertumbuhan tanaman pada akar,
tanaman berpengaruh pada berat kering batang dan daun yang tinggi akan
tanaman. Berat kering mencerminkan status menyebabkan pertambahan berat keringnya.
nutrisi dalam tanaman, yang menentukan Perlakuan A1 (150ml/1000ml) menunjukkan
baik tidaknya suatu tanaman dapat menyerap berat kering tertinggi dibanding dengan
hara dari dalam tanah untuk fotosintesisnya perlakuan lainnya. Perlakuan A1
(Sitorus, dkk 2014). Dengan tersedianya (150ml/1000ml) memiliki tinggi tanaman,
unsur hara dan jumlahnya cukup juga diameter batang dan jumlah daun tertinggi,
berimbang maka akan merangsang tanaman ini membuktikan tanaman pada perlakuan
dalam bertumbuh dan akan berpengaruh A1 (150ml/1000ml) melakukan kegiatan
pada berat kering tanaman. fisiologi tanaman dengan baik dan
Menurut Alfarisi dan Manurung akumulasi senyawa organik lebih tinggi
(2015) kandungan unsur hara pada urin sapi dibanding perlakuan lainnya. Semakin besar
yaitu N (1%), F (0,50%), K (1,50%) dan air berat kering tanaman menandakan hasil
(92%). Kekurangan atau kelebihan unsur fotosintesis pada suatu tanaman tinggi,
hara akan berpengaruh tidak baik pada karena berat kering tanaman merupakan
pertumbuhan tanaman. Pengaruh pemberian penimbunan bersih asimilasi CO2 selama
pupuk yang tidak tepat juga pemberian masa pertumbuhan (Gardner dkk, 1991).
konsentrasi yang terlalu tinggi
3.5 Persentase Hidup
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi POC urin sapi
bahwa konsentrasi POC urin sapi memberikan pertumbuhan yang relatif sama.
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase Persentase hidup semai kayu putih dan uji
hidup semai kayu putih. Hal ini menunjukan BNJ 5% dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Hidup Tanaman Kayu Putih umur 12 MST pada Media Tanam dan
Konsentrasi POC Urin Sapi
Perlakuan Persentase Hidup (%)
A0 (0ml/1000ml) 66,667 a
A1 (150ml/1000ml) 83,333 a
A2 (250ml/1000ml) 66,667 a
A3 (350ml/1000ml) 50 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom
berarti berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%.
Data Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sekaligus memelihara turgor sel, sebagai
rerata persentase hidup semai kayu putih media dalam proses transpirasi, sebagai
berpengaruh tidak nyata, perlakuan pelarut unsur hara serta sebagai media
pemberian konsentrasi POC urin sapi tidak translokasi unsur hara baik didalam tanah
menunjukan adanya perbedaan yang nyata maupun didalam jaringan tubuh tanaman.
atau relatif sama. Kisaran rerata persentase Pertumbuhan semai kayu putih pernah
hidup semai kayu putih adalah 50 – mengalami gangguan yang disebabkan oleh
83,333%. Persentase hidup didukung oleh hama bekicot. Lingkungan yang lembab
daya adatasi tanaman terhadap lingkungan disebabkan oleh penyungkupan
dan gen. Faktor lingkungan yang mengakibatkan bekicot menyukai tempat
mempengaruhi persentase hidup adalah air tersebut. Bekicot merupakan keong darat
yang cukup, unsur hara yang tersedia dari yang pada umumnya menyukai tempat
media dan pupuk serta bebas dari gangguan lembab dan aktif di malam hari (Anonim,
hama dan penyakit. Menurut Soekotjo 2018). Pengendalian bekicot dilakukan
(2010) faktor internal atau faktor gen suatu dengan cara penaburan abu kayu sisa
tanaman adalah kualitas hidup semai itu pembakaran disekeliling daerah
sendiri dalam kemampuannya bertahan penyungkupan agar bekicot tidak dapat
terhadap serangan hama dan penyakit, serta masuk ke dalam sungkup dan merusak
mampu memproduksi makanan untuk tanaman.
memenuhi kebutuhan hidup tanaman itu Tingginya persentasi hidup dari
sendiri. pemberian POC urin sapi berdasarkan angka
Pemberian POC urin sapi tidak tertinggi diperoleh oleh perlakuan A1
berpengaruh nyata secara statistika terhadap (150ml/1000ml), diduga perlakuan A1
persentase hidup semai kayu putih namun (150ml/1000ml) merupakan konsentrasi
berdasarkan variasi angka persentase hidup yang tepat untuk penggunaan POC pada
semai kayu putih memberikan rerata semai kayu putih. Menurut Rizqiani., dkk
persentase hidup. Menurut Soekotjo (2010) (2007) pemberian pupuk organik cair harus
penyiraman dan pemeliharan yang rutin memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
mendukung kemampuan hidup tanaman. diaplikasikan ketanaman. Persentase hidup
Penyiraman menggunakan air pada tanaman kayu putih terendah terdapat pada perlakuan
secara rutin akan membantu tanaman dalam A3 (350ml/1000ml) diduga konsentrasi yang
dalam fase pertumbuhan vegetatif dimana digunakan berlebihan dan melebihi batas
air akan digunakan untuk melangsungkan toleransi tanaman dalam menerima pupuk.
proses pembelahan dan pembesaran sel yang Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2011)
akan terlihat pada pertambahan tinggi penggunaan pupuk dengan dua kali lipat
tanaman, perbanyakan jumlah daun dan kepekatan dari anjuran menyebabkan
pertumbuhan akar. Menurut Sugito (1999) kerusakan pada tanaman. Pemberian POC
dalam Marsha (2014) air memiliki fungsi dengan konsentrasi yang berlebihan
pokok seperti bahan baku dalam proses menyebabkan kelayuan pada tanaman
fotosintesis, penyusun protoplasma yang
(Suwadi dan Nurtika, 1987 dalam Rizqiani., tergolong kurang baik. Berdasarkan kriteria
dkk 2007). persentase hidup, semai kayu putih pada
Baik tidaknya pertumbuhan semai perlakuan A1 (150ml/1000ml) tergolong
digolongkan berdasarkan kriteria persentase baik dimana rerata persentase hidupnya
hidup. Pemberian konsentrasi POC urin sapi mencapai 83,333% dan merupakan
berdasarkan variasi angka menunjukan nilai persentase tertinggi diantara perlakuan
teringgi dan terendah. Menurut Ma’rief lainnya. Sedangkan persentase hidup
(2013) dalam (Awaliah 2019) kriteria terendah terdapat pada perlakuan A3
persentase hidup 91-100% termasuk (350ml/1000ml) dengan nilai 50% dan
golongan terbaik ; 76-90% baik ; 55-75% berdasarkan kriteria persentase hidup
sedang dan persentase hidup < 55% termasuk kedalam golongan kurang baik.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uraian pertumbuhan tertinggi. Sedangkan pada
pembahasan yang telah dikemukan, dapat parameter pengamatan diameter tanaman
disimpulakan bahwa konsentrasi POC urin dan persentase hidup berpengaruh tidak
sapi berpengaruh nyata hanya pada nyata. Walaupun pengaruh pemberian POC
parameter pengamatan tinggi tanaman, urin sapi berbeda tidak nyata secara
jumlah daun dan berat kering semai kayu statistika, namun berdasarkan variasi rerata
putih. Perlakuan A1 (150ml/1000ml) tertinggi hingga terendah, perlakuan A1
berbeda nyata dengan perlakuan A0 (150ml/1000ml) memberikan nilai tertinggi
(0/1000ml), A2 (250ml/1000ml) dan A3 dibanding perlakuan lainnya.
(350ml/1000ml) juga memberikan nilai
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan urin sapi dan bagian vegetatif tanaman
dalam penelitian ini adalah: yang disemprotkan.
1. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan 2. Perlu dipertimbangkannya jumlah
tentang pemberian pupuk organik cair pelarut dalam melarutkan POC urin sapi
urin sapi dengan interval konsentrasi agar dapat berpengaruh nyata pada
yang diperlebar, waktu pemberian POC parameter pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2002. Minyak Atsiri Tumbuhan (Samanea Saman) di Shadehouse
Tropika Indonesia. Bandung: Fakultas Kehutanan Universitas
Penerbit ITB. Lambung Mangkurat. Jurnal Sylva
Alfarisi, N. T. Manurung. 2015. Pengaruh Scienteae Vol. 02 No. 6.
Pemberian Urin Sapi terhadap Desiana. C., Banuwa., Irwan. S., Evizal R.,
Pertumbuhan dan Produksi Jagung & Yusnaini, S. 2013. Pengaruh
Manis (Zea mays var Sacchrata) Pupuk Organik Cair urin Sapi dan
dengan menggunakan EM4. Jurnal Limbah Tahu terhadap Pertumbuhan
Biosains 1 (3):93-99. Bibit Kakao (Theobroma cacao L).
Azisah, M. I. Idrus., Arbiannah. 2017. Jurnal Agrotek Tropika, 1(1):113
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik 119.
Cair Urin Sapi terhadap Febrizawati. Murniati. S. Yoseva. 2014.
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pengaruh Komposisi Media Tanam
Terong (Solanum melongena dengan Konsentrasi Pupuk Cair
L.). J. Agrotan 3(2):80-91. terhadap Pertumbuhan Tanaman
Awaliah, D. Payung, A. Fitriani. 2019. Anggrek (Dendrobium
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik sp.). Jom Faperta Vol 1 No 2.
Cair Merek Nasa terhadap Gardner, F.P.R.B. Pierce dan R.L. Mitchell.
Pertumbuhan Bibit Trembesi 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terj. Universitas Indonesia Press. Desv. Jurnal Produksi Tanaman
Jakarta. Vol. 2 No.8 Hlm 673-678.
Kartikawati, N.K, Rimbawanto. A, Susanto, Nur, S. 2005. tanggap Dosis Nitrogen dan
M. Prastyono (2014). Budidaya dan Pemberian berbagai Macam Bentuk
Prospek Pengembangan Kayuputih Bolus terhadap Pertumbuhan dan
(Melaleuca cajuputi). Hasil Bawang Merah (Allium
Jasmi, S. Mahdjali., J. Gunawan. 2015. ascalonicum L.). Dinas Pertanian
Pengaruh Konsentrasi dan Interval Kabupaten Brebes. Brebes.
Waktu Pemberian Pupuk Cair (POC) Rajak, O., J. R. Patty., J. I. Nendissa.
dan Kuda Laut terhadap Pengaruh Dosis dan Interval Waktu
Pertumbuhan dan Hasil Pemberian Pupuk Organik cair
Tanaman Terung (Vigna sinensis L.). BMW terhadap Pertmbuhan dan
Universitas Teuku Umar. Jurnl Produksi Tanaman Sawi
Agrotek Lestari Vol.1, No.1. (Brassica juncea L.). Universias
Jurusan MPLK.2018. Pattimura. J. Budidaya
https://mplk.politanikoe.ac.id/index. Pertanian Vol. 12(2):66-73.
hp/program-studi/28 manajemen Rizqiani, N.F.,E. Ambarwati, N.W.
pertanian-lahan-kering/informasi Yuwono. Pengaruh Dosis dan
materi-kuliah-praktek1/170 siput Frekuensi Pemberian Pupuk
atau-bekicot-tanaman-pertanian Organik Cair terhadap Pertumbuhan
[diakses tanggal 02 Agustus 2020]. dan Hasil Buncis (Phaseolus
Lewenussa A. 2009. Pengaruh mikoriza vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal
dan bio Organik terhadap Ilmu Tanah dan Lingkungan.
Pertumbuhan Bibit Cananga Rosmarkam, A., dan N.W Yuwono. 2011.
odorata (Lamk) Hook.fet & Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Thoms [Skripsi]. Bogor: Fakultas Yogyakarta.
Kehutanan IPB. Sari, M. P. 2009. Pengaruh Lama
Lukito, M. 2011. Estimasi Produksi Basah Perendaman dalam Urin Sapi dan
Daun Minyak Kayu Putih (Studi Dosis Pupuk Kandang Sapi
Kasus BKPH Sukun KPH Madiun). terhadap Pertumbuhan Setek Nilam
Agritek Vol. 12 No.1. ( Pogostemon cablin, Benth ).
Mahmud, A., B. Guritno dan Sudiarso. Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
2002. Pengaruh Pupuk Organik Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan
Kascing dan Tingkat Air Percobaan Praktis Untuk Bidang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pertanian. Penerbit Kanisius,
Tanaman Kedelai (Glycine max Yogyakarta.
L.). J. Agrivita. 24 (1) : 37-43. Setyowati, dkk. 2017. Studi Pemilihan
Mansur I. 2013. Teknik Silvikultur untuk Tanaman Revegetatif untuk
Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Keberhasilan Reklamasi Lahan
Bogor (ID): Seameo Biotrop Press. Bekas Tambang. Jurnal Lingkungan.
Mappanganro R., K. Kiramang., M. D. Vol. 3 No 1 hal (14 20).
Kurniawan. 2018. Pembarian Pupuk Sholikhin, R. Nurbaiti., M. A. Khoiri. 2014.
Organik Cair (Urin Sapi) terhadap Pemberian Urin Sapi terhadap
Tinggi Pennisetum purpureum cv. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Mott. JiiP Vol 4. No. 1:23-31. Sawi. Univeristas Riau. Jom Faperta
Marsha, N. D., N. Aini., T. Sumarni. 2014. Vol 1 No. 2.
Pengaruh Frekuensi dan Volume Sitorus, U. K. P., B. Siagian., N. Rahmawati.
Pemberian Air pada Pertumbuhan 2014. Respon Pertumbuhan Bibit
Tanaman Crotalaria mucronata Kakao (Theobroma cacao L)
terhadap Pemberian Abu Boiler dan
Pupuk Urea pada Media Pembibitan. Perbandingan Media dan Konsentrasi
Universitas Sumatera Utara. Jurnal Pupuk Organik cair di Media.
Online Agroteknologi Vol.1 No.3. Warta Rimba 1:1-9.
Soekotjo, 2010. Silvika Proyek Peningkatan Uthbah, Z., Eming, S dan Edy, Y. 2017.
Pengembangan Perguruan Tinggi. Analisis Biomassa dan Cadangan
Bogor. Karbon pada Berbagai Umur
Sumartuti, H. 2004. Pengaruh Cara Tegakan Damar (Agathis dammara
Ekstraksi dan Pengeringan Benih (Lamb.) Rich. Di KPH
terhadap Viabilitas Benis dan Banyumas Timur. Jurnal Scripta
Vigor Bibit Pepaya (Carica papaya Biologi. Vol 4(2) : 119-124.
L.). Skripsi. Departemen Budidaya Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi
Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Pupuk Nitrogen pada Padi Sawah
42 hal. dengan Metode Bagan Warna Daun.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Jurnal Litbang Pertanian. 22(4).
Organik. Kanisius. Yogyakarta. Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman.
Susanto, M. 2013. Tanaman Kayuputih Prestasi Pustaka. Jakarta.
(Melaleuca cajuputi). Prosiding Yudistina, V., Mudji, S., dan Nurul, A.
Workshop Pelatihan Budidaya 2013. Hubungan antara Diameter
tanaman kayuputih dalam rangka Batang dengan Umur Tanaman
Pengembangan Kapasitas dan Studi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
untuk membangun Keterlibatan Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal
Masyarakat dalam Kegiatan REDD. Buana Sains. Vol 17(1) : 43-48.
Timor Tengah Selatan : 12 Yulianti, D. 2010. Pengaruh Hormon
September 2013. Hal 18-19. Organik dan Pupuk Organik Cair
Supriadi dan Soeharsono. 2005. Kombinasi (POC) Super Nasa terhadap
Pupuk Urea Dengan Pupuk Organik Produksi Tanaman Jagung Manis
pada Tanah Inceptisol Terhadap (Zea mays saccharata Sturt).
Respon Fisiologis Rumput Hermada Diakses di
(Sorghum bicolor). Balai Pengkajian http://penelitianorganikpenelitian.bl
Teknologi Pertanian, Yogyakarta. gspot.com/2010, diakses tanggal
Supriyantoo, Muslimin dan Umar. 2014. 02 Agustus 2020.
Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Yuniarti, N., Y. Heryati dan T. Rostiwati.
Organik Cair Urin Sapi terhadap 2004. Pengaruh Media Tanam Dan
Pertumbuhan Semai jabon Merah Frekuensi Pemupukan Kompos
(Arthocephalus macrophyllus Roxb). Terhadap Pertumbuhan dan Mutu
Fakultas Kehutanan. Universitas Bibit Damar (Agathis Loranthifolia
Tadulako. Salis).
Syahputra, E., M. Rahmawati., S.Imran. http://download.portalgaruda.org/ar
2014. Pengaruh Komposisi Media icle.php?article=11933&val=876
Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun diakses Tanggal 02 Agustus 2020.
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Zahrah, S. 2011. Respons Berbagai Varietas
Tanaman Selada (Lactuca Kedelai (Glycine Max (L) Merril)
sativa L.). Universitas Syah Kuala. J. terhadap Pemberian Pupuk NPK
Floratek 9:39-45. Organik. Fakultas Pertanian dan
Uminawar, Umar. H., Rahmawati. 2013. Program Pascasarjana
Pertumbuhan Semai Nyatoh Universitas Islam Riau.
(Palaquium sp.) pada Berbagai

You might also like