Professional Documents
Culture Documents
Makalah Geografi Kel 4 RN
Makalah Geografi Kel 4 RN
Makalah ini Dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata pelajaran Geografi
Disusun Oleh :
Mutiara Sabrina
Novyra Soraya
Rina Nur Mubarokatis Salimah Sari
Tya Allida
XI IPS 4
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tak lupa shalawat serta salam
kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya dan sampai kita
umat diakhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran
geografi dengan judul “Potensi pertanian indonesia untuk ketahanan pangan”. Penulis telah
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga
dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor Pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan
ekonomi nasional. Indonesia merupakan negara agraris sehingga sebagian besar dari
penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian ini, dinilai masih belum
mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 yang
menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26.135.469.
Sebagian besar dari para pekerja di sektor pertanian hidup di bawah garis kemiskinan
karena sebesar 55,33% atau sekitar 14.248.870 rumah tangga merupakan petani gurem
yaitu petani yang menguasai lahan kurang dari 0,25 ha. Kondisi tersebut timbul akibat
semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuikan dengan kondisi
masyarakat khususnya para petani. Saat ini, kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
dinilai masih belum mampu meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga petani.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan suatu
Negara (Simatupang, 2007). Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, sektor
4
pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena sektor ini menjadi penyedia
pangan utama (Sumastuti, 2010), lebih-lebih negara yang sedang berkembang, karena
memiliki peran ganda yaitu sebagai salah satu sasaran utama pembangunan dan salah
satu instrumen utama pembangunan ekonomi. Fungsi ketahanan pangan sebagai
prasyarat untuk terjaminnya akses pangan determinan utama dari inovasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan tenaga kerja produktif serta fungsi ketahanan pangan
sebagai salah satu determinan lingkungan perekonomian yang stabil dan kondusif bagi
pembangunan. Setiap negara senantiasa berusaha membangun sistem ketahanan pangan
yang mantap. Oleh sebab itu sangat rasional dan wajar kalau Indonesia menjadikan
program pemantapan ketahanan pangan nasional sebagai prioritas utama
pembangunannya.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma
(1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan.
Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan
peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang
lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi.
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu.
Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas Nasional.
Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini
merupakan makanan pokok utama. Pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa
gangguan pada ketahanan pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu
krisis ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah
memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas
Nasional.
Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling
penting. Industri perberasan memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi
(dalam hal penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan,
sebagai wage good), lingkungan (menjaga tata guna air dan kebersihan udara) dan
sosial politik (sebagai perekat bangsa, mewujudkan ketertiban dan keamanan). Beras
juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak
dan vitamin.
7
jumlah penduduknya semakin besar dengan sebaran populasi yang luas dan cakupan
geografis yang tersebar. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, Indonesia
memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah mencukupi dan tersebar, yang
memenuhi kecukupan konsumsi maupun stok nasional yang cukup sesuai persyaratan
operasional logistik yang luas dan tersebar. Indonesia harus menjaga ketahanan
pangannya.
Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya
Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.
8
yang memasukkan “perorangan” dan “sesuai keyakinan agama” serta “budaya” bangsa.
Definisi UU No 18 tahun 2012 secara substantif sejalan dengan definisi ketahanan
pangan dari FAO yang menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi
dimana setiap orang sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses
terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-
hari sesuai preferensinya.
Pertanian sendiri pada dasarnya merupakan suatu usaha manusia yang bergerak
dalam bidang bercocok tanam. Ini adalah salah satu sumber daya hayati yang
dimanfaatkan oleh manusia untuk menghasilkan bahan baku pangan, industri, atau
sumber energi, serta mengelola lingkungan sekitarnya. Kegiatan pertanian ini juga
merupakan salah satu kebudayaan tertua yang ada di peradaban manusia.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, dengan potensi
pertanian yang menjanjikan, pada dasarnya memiliki beberapa bentuk pertanian.
Berikut beberapa diantaranya:
1. Tegalan
2. Ladang
Ladang merupakan salah satu sistem pertanian yang dilakukan dengan cara
berpindah-pindah dan membuka lahan baru di hutan dan membakarnya. Sistem ini tidak
menggunakan sistem irigasi dan belum ada cara mengelola tanah dan pemupukan yang
tepat. Hal ini menimbulkan kerusakan tanah.
Kerusakan berupa hutan yang telah dibakar dan ditanami apabila sudah tidak subur
akan segera ditinggalkan dan membuka lahan di hutan lain. Sistem pertanian ini
9
merusak dan merugikan karena unsur-unsur hara yang menyuburkan tanah akan
menghilang akibat kesalahan dalam mengelola tanah.
3. Sawah
Sawah merupakan sistem pertanian yang dilakukan menggunakan irigasi dan tanah
basah. Sistem pertanian ini adalah yang terbaik karena sudah menggunakan sapta usaha
tani, yaitu diawali dengan pengelolaan tanah, pemilihan bibit, irigasi, pemupukan
pemberantasan hama, pasca panen, hingga distribusi hasil panen.
Pangan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat di sebuah negara. Maka dari
itulah, penting bagi negara tersebut untuk menjamin ketahanan pangan. Pada dasarnya
ketahanan pangan adalah ketersediaan dan kemampuan seseorang untuk mengakses
pangan. Di Indonesia, pengertian ketahanan pangan disebutkan secara terperinci dalam
UU No.18 Tahun 2012. Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, setidaknya ada
lima hal penting dan berpengaruh yang perlu diperhatikan.
10
3. Teknologi yang dikembangkan
Di zaman sekarang sangat mustahil jika tidak menggunakan teknologi dalam segala
aspek kehidupan sehari-hari. Termasuk pula dalam meningkatkan ketahanan pangan di
tanah air. Penggunaan teknologi dapat digunakan pada saat proses tanam hingga masa
panen komoditas pangan. Tidak sampai di situ saja teknologi pertanian juga digunakan
dalam hal sistem penyimpanan hasil produksi pangan yang tepat. Tujuannya adalah
agar tanaman dan komoditas pangan aman selama proses pendistribusian dan
digunakan oleh masyarakat. Teknologi dalam rekayasa pangan juga diperlukan dalam
hal ini untuk mengembangkan varietas unggul dalam pengadaan komoditas pangan.
4. Pengadaan lahan yang tepat
Jumlah lahan juga menjadi faktor utama dalam menjaga ketahanan pangan. Jumlah
lahan yang memadai dapat memungkinkan produktivitas komoditas pangan tercukupi.
Sebaliknya, jika lahan ini semakin menurun maka stabilitas pangan juga dapat
terganggu. Inilah yang menjadi masalah di Indonesia saat ini. Sehingga, pemerintah
harus memiliki strategi baru untuk menyediakan lahan untuk pertanian. Salah satunya
dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan rawa melalui program Selamatkan Rawa
Sejahterakan Petani (Serasi). Apabila dilakukan dengan maksimal, maka jumlah
produksi padi dengan memanfaatkan lahan rawa dapat mencapai sembilan kali lipat
dari sebelumnya dan ini akan membuat ketahanan pangan Indonesia menjadi kokoh.
5. Iklim dan cuaca
Selain keempat faktor di atas, hal utama dalam mempengaruhi ketahanan pangan
di Indonesia adalah mengenai iklim dan cuaca. Sederhananya, apabila cuaca dan iklim
dalam keadaan baik maka petani bisa menghasilkan produktivitas pertanian lebih dan
persediaan pangan yang memadai. Namun, sebaliknya ketika cuaca dan iklim dalam
keadaan buruk tentu hal ini akan merugikan petani dan mengganggu stabilitas
ketahanan pangan. Contohnya, ketika memasuki musim kemarau berkepanjangan ini
bisa dapat mengarah pada kekeringan dan potensi gagal panen lebih tinggi.
11
memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan
perseorangan yang terjangkau dan berkelanjutan.
Ada beberapa komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan pangan, yaitu:
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun didatangkan dari luar wilayah
harus masuk terlebih dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena
itu, selain kapasitas produksi pangan, keberadaan sarana dan prasarana penyedia
pangan seperti pasar akan terkait erat dengan ketersediaan pangan di suatu wilayah.
Untuk menggambarkan situasi ketersediaan pangan dalam penyusunan FSVA
Kabupaten, maka indikator yang digunakan adalah: (1) Rasio luas lahan pertanian
terhadap jumlah penduduk; dan (2) Rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan
terhadap jumlah rumah tangga.
12
jaring pengaman sosial. Dalam penyusunan FSVA Kabupaten, indikator yang
digunakan dalam aspek keterjangkauan pangan hanya mewakili akses ekonomi dan
fisik saja, yaitu: (1) Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah
terhadap jumlah penduduk desa; dan (2) Desa yang tidak memiliki akses penghubung
memadai melalui darat, air atau udara.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15