Professional Documents
Culture Documents
18-Article Text-30-1-10-20140917
18-Article Text-30-1-10-20140917
18-Article Text-30-1-10-20140917
2 Tahun 2014
Surjanti
Fakultas Hukum
dijanti@yahoo.co.id
Abstrak
Pada dasarnya asas perkawinan menurut hokum positif Indonesia adalah monogamy, tetapi
tidak tertutup kemungkinan seorang laki-laki bagi seorqang laki-laki untuk mempunyai istri
lebih dari satu pda saat yang sama. Hal ini menurut syariat Islam merupakan suatu
kelonggaran ketika darurat. Seorang laki-laki akan diijinkan oleh Pengadilan Agama untuk
beristri lebih dari satu apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tercantum dalam UU No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Praktek poligami dalam masyarakat telah menimbulkan
problem sosial yang meluas dan sudah memprihatinkan. tingginya angka kekerasaan terhadap
perempuan dalam rumah tangga, tingginya kasus pelanggaran hak-hak anak, dan terlantarnya
para isteri dan anak-anak terutama secara psikologis dan ekonomi.
A. Latar Belakang
dalam rangka mewujudkan suatu keluarga
Untuk kepentingan manusia secara yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih
luas, perkawinan merupakan cara untuk sayang, untuk memperoleh keturunan yang
menjaga kelangsungan jenis melalui sah dalam masyarakat dengan mengikuti
keturunan yang sah dan bertanggungjawab. ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh
Jadi perkawinan merupakan cara syari’ah.
mewujudkan ketenangan jiwa dan
ketentraman hati, menjaga kesucian diri dari Poligami menurut syariat Islam
perbuatan keji sebagaimana juga adalah suatu rukhsah (kelonggaran) ketika
kenikmatan, kebahagiaan hidup, sarana darurat. Sama halnya dengan rukhsah bagi
membentengi diri agar tidak jatuh ke jurang musafir dan orang sakit yang dibolehkan
kenistaan. Tujuan perkawinan dalam Islam buka puasa Ramadhan ketika dalam
sebagai tulang punggung terbentuknya perjalanan. Darurat yang dimaksud adalah
keluarga adalah untuk memenuhi tuntutan berkaitan dengan tabiat laki-laki dari segi
hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan kecenderungannya untuk bergaul dari
antara laki-laki dan perempuan seorang diri. Kecenderungan yang ada dalam
diri laki-laki itulah seandainya syariat Islam
tidak memberikan kelonggaran berpoligami
Pelaksanaan poligami diatur dalam Nuruddin, Amiur & Azhari Akmal Tarigan,
KHI Buku I tentang Hukum Hukum perdata Islam di Indonesia,
Perkawinan Bab IX Pasal 55 sampai cetakan pertama, Prenada Media, Jakar
dengan pasal 59. Keberanian KHI
untuk mengaktualkan dan membatasi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
kebebasan poligami didasarkan pada Bahasa,, 1999. Kamus Besar Bahasa
alasan ketertiban umum. Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Mardhiyah, Lailatul, 2004, Poligami Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang
Ditinjau Dari Hukum Positif partikel Kompilasi Hukum Islam
pada Mediasi,edisi September,