1555-Article Text-3165-1-10-20161029

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PUPUK ORGANIK TERHADAP

TOTAL PENDAPATAN KELOMPOK PADA SISTEM INTEGRASI


PADI–TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus Kelompok Tani/Ternak Ammassangang di Desa Ammassangang,


Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang)

Contribution of Orgaic Fertilizer Revenues to Total Group Revenue on


Rice-Cattle Integration System

(A Case Study of Farmers Group Ammassangang in Ammassangang Village,


District Lanrisang, Pinrang Regency)

Irvan1, A. Asnawi2., St. Rohani2.

1
Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
2
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus Unhas Tamalanrea
Telp/Fax (0411) 587 Makassar 90245

ABSTRACT

In general farm and agriculture integrated (Crop-Livestock Systems), waste management


feces and urine into organic products have not been pursued to the fullest to become a commercial
product. The study aims to determine the income of rice- cattle integration system and determine the
contribution revenue of organic fertilizer made by farmers group Ammassangang. The research was
conducted in May-September 2014 housed in farmers group Ammassangang Ammassangang Village,
District Lanrisang, Pinrang Regency. Type of research is quantitative descriptive. Analysis of the
data used is descriptive statistical analys to calculate the average income. Results showed that the
income earned by the farmer groups Ammassangang on business integration cattle grains obtained
from three activities, namely organic fertilizer business, the cattle business, and the business of rice.
Operating revenues cattle Rp. 16.871.500,- per month, businesses rice Rp. 17.966.620.- per month and
organic fertilizer business is Rp. 37.871.500, - per month. Contribution of organic fertilizer business
income to total income of farmers group Ammassangang is 51.8% so it can be categorized as a branch
of business. From this study can be explained that the organic fertilizer business gives substantial
contribution to the total income farmers group Ammassangang, so this is an impact on improving
the welfare of members of farmers group Ammassangang be an additional source of income.

Key words: Crop-Livestock Systems, Organic Fertilizer Business, Contributions Revenue

ABSTRAK

Pada umumnya usaha peternakan dan pertanian yang terintergrasi (Crop-Livestock System),
pengelolaan limbah feses dan urine menjadi produk organik belum diupayakan secara maksimal
untuk menjadi produk komersil. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani
sistem integrasi tanaman padi-ternak sapi potong serta mengetahui kontribusi pendapatan
usaha pupuk organik yang dilakukan oleh kelompok tani/ternak Ammassangang. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei-September 2014 bertempat di kelompok tani/ternak Ammassangang di
Desa Ammassangang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif deskriptif. Analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
yaitu dengan menghitung rata-rata pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan
yang diperoleh oleh kelompok tani/ternak Ammassangang pada usaha integrasi padi-ternak sapi
potong diperoleh dari 3 kegiatan yaitu usaha pupuk organik, usaha ternak sapi potong, dan usaha
tanaman padi. Pendapatan usaha ternak sapi potong sebesar Rp. 16.871.500,- per bulan, usaha
tanaman padi sebesar Rp. 17.966.620.- per bulan dan usaha pupuk organik sebesar Rp. 37.871.500,-
per bulan. Kontribusi pendapatan usaha pupuk organik terhadap total pendapatan kelompok tani/
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

ternak Ammassangang sebesar 51,8% sehingga dapat dikategorikan sebagai cabang usaha. Dari
penelitian ini dapat dijelaskan bahwa usaha pupuk organik memeberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap total pendapatan kelompok tani/ternak Ammassangang, sehingga hal ini berdampak
pada peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani /ternak Ammassangang berupa tambahan
sumber pendapatan.

Kata kunci : Crop-Livestock System, Usaha Pupuk Organik, Kontribusi Pendapatan

PENDAHULUAN Kecamatan Lanrisang dalam Angka (2013) luas


lahan persawahan di Kecamatan Lanrisang
Potensi pengembangan pertanian sebesar 3684 ha. Hal ini berarti bahwa jumlah
di negara maju dan berkembang mendapat limbah yang dihasilkan baik dari peternakan
prioritas yang cukup penting karena dari maupun pertanian cukup besar. Dari data
sektor inilah hampir seluruh kebutuhan diatas juga dapat dikatakan bahwa potensi
manusia dapat terpenuhi, mulai dari pengembangan usahatani integrasi atau Crop-
kebutuhan primer sampai kebutuhan sekunder Livestock System (CLS) di kecamatan ini sangat
manusia. Pertanian berkelanjutan (sustainable baik.
agriculture) sebagai suatu praktek pertanian Besarnya limbah dari usaha peternakan
yang melibatkan pengelolaan sumberdaya berupa feses dan urine memiliki dampak
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia negatif bagi lingkungan, tetapi selain dampak
sekaligus berupaya mempertahankan atau negatif limbah ini juga memiliki dampak
meningkatkan kualitas lingkungan dan positif yaitu jika dilakukan pengolahan maka
mengkonservasi sumberdaya lahan. Pertanian limbah ini dapat menjadi sumber pendapatan
berkelanjutan (sustainable agriculture) juga tambahan bagi para petani/peternak. Salah
diartikan sebagai pengelolaan sumberdaya satu contoh pengolahan limbah yang dapat
pertanian untuk memenuhi perubahan dilakukan yaitu pengolahan digester dan
kebutuhan manusia sambil mempertahankan pengolahan limbah menjadi pupuk organik.
atau meningkatkan kualitas lingkungan dan Kelompok tani/ternak Ammasangang
melestarikan sumberdaya alam (FAO, 2001). merupakan salah satu contoh yang menerapkan
Solusi untuk melakukan kegiatan sistem integrasi tanaman padi dengan ternak
pertanian yang berbasis lingkungan yaitu sapi potong yang berada di Desa Ammasangang,
dengan melakukan integrasi. Adapun model Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang.
integrasi yang telah dilakukan di beberapa Kegiatan integrasi yang dilakukan yaitu
daerah di Indonesia adalah Integrasi Tanaman- limbah dari ternak dan tanaman padi didaur
Ternak (ITT) atau pola Crop-Livestock System ulang dan dimanfaatkan kembali ke dalam
(CLS) dan Integrasi Tanaman-Ternak-Ikan siklus produksi. Hal ini mengkonfirmasi
(ITTI). Tanaman dapat berupa tanaman pangan hasil penelitian Ali dkk (2011), bahwa
atau tanaman perkebunan yang kemudian dalam penerapan integrasi, semua limbah
diintegrasikan dengan ternak sapi, domba, dimanfaatkan satu sama lain, jerami padi
kambing, dan berbagai jenis ikan (Susanto, digunakan sebagai pakan ternak sebaliknya
2002). Karyasa dkk (2005) menambahkan bahwa limbah peternakan berupa feses kemudian di
ciri utama dari pengintegrasian tanaman olah menjadi kompos dan digunakan dalam
dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan pertanian. Selain usaha tanaman padi dan
yang saling menguntungkan antara tanaman ternak sapi potong, kelompok ini juga memiliki
dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat usaha pupuk organik. Usaha pupuk organik
dari pembagian lahan yang saling terpadu yang dilakukan oleh kelompok ini di rintis dari
dan pemanfaatan limbah dari masing masing bulan 2012 dengan produk utamanya yaitu
komponen. Saling keterkaitan berbagai pupuk kompos dan pupuk cair yang dihasilkan
komponen sistem integrasi merupakan faktor dari pengolahan limbah digester dari limbah
pemicu dalam mendorong pertumbuhan ternak dan limbah tanaman padinya. Ternak
pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan diintensifkan dan pakan diperoleh dari
ekonomi wilayah yang berkelanjutan. kegiatan pertanian milik anggota kelompok
Berdasarkan sensus pertanian (2013), yaitu jerami padi. Selain di jual, pupuk tersebut
terjadi peningkatan populasi ternak sapi potong juga digunakan dalam kegiatan pertaniannya.
di Kecamatan Lanrisang yaitu dari bulan 2011 Di satu sisi pakan untuk ternak di dapat dari
sebanyak 551 ekor ke bulan 2013 sebanyak 623 limbah hasil pertanian.
ekor. Sedangkan dibidang pertanian, menurut Limbah ternak sebagai faktor negatif

26
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

dari usaha peternakan adalah fenomena keadaan variabel yang diteliti pada usahatani
yang tidak dapat dihilangkan dengan mudah. Kelompok Tani/Ternak Ammasangang. Jenis
Selain memperoleh keuntungan dalam hal data yang digunakan dalam penelitian ini
bisnis, usaha peternakan juga menimbulkan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
dampak negatif bagi lingkungan dan Populasi dalam penelitian ini yaitu anggota
kesehatan masyarakat. Limbah yang langsung kelompok tani/ternak Ammassangang yang
dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan berjumlah 12 orang. Sampel dalam penelitian
mengkontaminasi udara, air dan tanah ini adalah anggota kelompok tani–ternak
sehingga menyebabkan polusi. Hal ini sejalan Ammassangang yang selain memiliki ternak
dengan Harlia et al. (2010) yang menyatakan sapi potong juga memiliki lahan persawahan
bahwa eksternalitas negatif yang timbul dari berjumlah 7 orang serta yang masih aktif
pengembangan peternakan sapi bersumber menjadi anggota kelompok tani/ternak
dari kotoran sapi yang dapat mengeluarkan Ammassangang. Pengumpulan data dalam
gas methan bahan pencemar udara, kotoran penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
ternak sebagai sumber mikroorganisme yang dan wawancara . Adapun variabel dalam
mengganggu kesehatan lingkungan dan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
bau yang dapat mengganggu kenyamanan Analisis data yang digunakan dalam
manusia. penelitian ini adalah statistik deskriptif, berupa
Pada umumnya usaha peternakan rata-rata (mean) dimana dilakukan perhitungan
dan pertanian yang terintergrasi, pengelolaan pendapatan dalam usaha integrasi tanaman
limbah feses dan urine menjadi produk organik padi–ternak sapi potong. Tahap analisis data
belum diupayakan secara maksmimal untuk yang dilakukan adalah transfer data dalam
menjadi produk komersil. Beda halnya dengan bentuk tabulasi, editing serta pengolahan data
kelompok tani/ternak Ammassangang usaha dengan menggunakan Microsoft Excel dan
pupuk organik ini diharapkan dapat memberi kalkulator, dilanjutkan dengan interpretasi
kontribusi terhadap pendapatan kelompok data.
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan Perhitungan pendapatan dari usaha
pendapatan anggota kelompok tani/ternak tani yang dilakukan kelompok tani/ternak
Ammassangang. Ammassangang pada usaha pupuk organik
Usaha pengolahan limbah yang dilakukan dengan cara menghitung jumlah
dilakukan oleh Kelompok tani/ternak produk yang terjual baik pupuk organik
Ammasangang cukup dikenal dan telah padat maupun pupuk organik cair pada saat
mendapat berbagai penghargaan baik di penelitian ini dilakukan. Untuk usaha tanaman
tingkat daerah maupun nasional. Hal ini padi, pendapatan dihiting dari produksi
diharapkan dapat memberikan motivasi bagi yang didapat selama satu musim tanam
peternak lainnya untuk mengembangkan keduan dibagai dengan 4 bulan masa tanam
usahanya. Walaupun usaha tersebut tergolong padi. Selanjunya perhitungan pendapatan
usaha yang cukup berpotensial, tetapi belum usaha ternak sapi potong didapat dari ternak
ada sistem manajemen yang baik. Selain akhir tahun di bagi dengan 12 bulan. Adapun
itu belum adanya pencatatan keuangan analisis data yang digunakan yaitu:
yang baik sehingga Kelompok tani/ternak 1. Usaha sistem integrasi tanaman padi-
Ammasangang sulit untuk mengidentifiaksi ternak sapi potong terdiri atas tiga jenis
jumlah pendapatan yang didapatkan dari usaha yang dilakukan yaitu: usaha pupuk
usaha yang dimilki. Oleh karena itu kontribusi organik, usaha ternak sapi potong, dan
usaha belum diketahui dengan jelas terhadap usaha tanaman padi. Untuk perhitungan
pendapatan usaha yang dilakukan. penerimaannya dilakukan perhitungan
masing-masing jenis usaha dengan rumus
METODE PENELITIAN menurut Soekartawi (2003) yaitu:

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan TR = Py.Y
Mei–September 2014. Bertempat di usahatani Keterangan:
sistem integrasi tanaman padi–ternak sapi TR = Total Revenue/total penerimaan
potong Kelompok Tani/Ternak Ammasangang (Rp/Bulan)
di Desa Ammasangang, Kecamatan Lanrisang, Py = Price output/harga (Rp/Unit/Bu
Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi lan)
Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian Y = Yield output/jumlah (Unit/Bulan)
kuantitatif deskriptif dimana penelitian ini
bersifat mendeskripsikan/menggambarkan 2. Pengeluaran total usahatani adalah semua

27
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

Tabel 1. Varabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran


Kontribusi 1. Pendapatan Usaha Pupuk Organik Penerimaan :
Pendapatan
1.  Penjualan pupuk organik padat
2.  Penjualan pupuk organik cair
Pembiayaan :
1.  Biaya Tetap
-   Penyusutan peralatan
-   Penyusutan gedung
2. Biaya Variabel
-   Tenaga Kerja
-   Listrik
-   Kemasan
-   Bahan Pengomposan
2.  Pendapatan Usahatani Sistem Integrasi 1. Pendapatan usaha pertanian
Tanaman Padi–Ternak Sapi Potong 2. Pendapatan usaha peternakan

faktor produksi yang habis terpakai untuk Kemudian total pendapatan usahatani
satu siklus produksi baik biaya yang tunai sistem integrasi tanaman padi-ternak sapi
maupun tidak tunai. Perhitungan biaya potong dihitung dengan cara menjumlahkan
pengeluaran juga dilakukan pada ketiga semua pendapatan dari ketiga jenis usaha
jenis usaha yang dilakukan pada sistem yang dilakukan yaitu usaha pupuk organik,
integrasi tanaman padi-ternak sapi potong. usaha ternak sapi potong, dan usaha tanama
Data biaya dikelompokkan menjadi dua padi dengan rumus:
bagian yaitu biaya tunai dan biaya tidak
tunai (biaya diperhitungkan). Pernyataan I = I1 + I 2 + I 3
ini dapat dinotasikan menurut Soekartawi
(2003) yaitu : Keterangan :
I1 = Pendapatan usaha pupuk organ
TC = Ctunai + C non-tunai (Rp/Bulan)
I 2 = Pendapatan usaha ternak
Keterangan: sapi potong (Rp/Bulan)
TC = Biaya total (Rp/Bulan) I3 = Pendapatan usaha tanaman padi
C tunai = Biaya tunai (Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
C non-tunai = Biaya diperhitungkan (Rp/Bu
lan) 4. Selanjutnya untuk menghitung kontribusi
pendapatan usaha pupuk organik terhadap
3. Perhitungan pendapatan juga dilakukan total pendapatan usahatani sistem integrasi
pada ketiga jenis usaha yag dilakukan tanaman padi–Ternak sapi potong di
dengan rumus sebagai berikut (Boediono, gunakan rumus (Handayani, 2009):
1992):
P
I = TR – TC K = --------- x 100 %
I
Keterangan: Keterangan :
I = Income (Pendapatan) (Rp/Bulan); K = Kontribusi Pendapatan Usaha Pupuk
TR = Total Revenue (Total penerimaan) Organik Tehadap Total Pendapatan
(Rp/Bulan); Usahatani Sistem Integrasi Tanaman
TC = Total Cost (Biaya Total) (Rp/ Padi–Ternak Sapi Potong (%)
Bulan). P = Pentapatan Usaha Pupuk Organik
(Rp/Bulan)

28
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

I = Total Pendapatan Usahatani Sistem masing anggota kelompok. Aktivitas usaha


Integrasi Tanaman Padi–Ternak Sapi peternakan yang dimiliki oleh kelompok
Potong (Rp/Bulan) tani/ternak Ammasaangang dilakukan pada
kandang intensif yang dibangun di lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN milik ketua kelompok. Kegiatan pemeliharaan,
Pendapatan Usahatani Sistem Integrasi pengambilan pakan serta pembersihan
Padi–Ternak Kelompok Tani/Ternak kandang dilakukan secara bersama-sama
Ammassagang oleh anggota kelompok. Sedangkan kegiatan
Usahatani sistem integrasi padi-ternak pertanian di lahan persawahan dilakuka
sapi potong yang dijalankan oleh Kelompok oleh masing-masing anggota kelompok tani.
Tani/Ternak Ammassangang yaitu suatu Pada awalnya kegiatan integrasi dari usaha
sistem pertanian yang biasa di sebut Crop- yang dilakukan hanya sebatas pada pakan
Livestock System atau Sistem Integrasi Padi yang diambil dari limbah pertanian berupa
Ternak (SIPT). Tujuan program SIPT ini adalah jerami padi selanjutnya feses dari ternak yang
pengembangan penggemukan ternak sapi dimiliki diguanakan sebagai pupuk pada lahan
potong berbasis tanaman pangan. Walaupun pertanian. Kegiatan di lahan persawahan
kegiatan usaha yang dilakukan oleh kelompok dilakukan 2 kali dalam sebulan yang terbagi
ini tergolong sederhana, tetapi kelompok tani/ menjadi musim tanam 1 dan musim tanam
ternak ini mampu meningkatkan pendapatan 2, tidak ada kegiatan yang variatif dilakukan
anggotanya . oleh anggota kelompok pada usaha tanaman
Ada tiga komponen teknologi utama padi, kegiatan penanaman dan pemanenan
dalam SIPT yaitu (a) teknologi budidaya padi dilakukan 2 kali dalam sebulan setiap
ternak, (b) teknologi budidaya padi, dan (c) tahunnya.
teknologi pengolahan jerami dan kompos. Makin berkembangnya pengetahuan
Agar ketiga komponen teknologi tersebut yang dimilki oleh peternak serta keinginan
dapat diintegrasikan secara sinergis, maka untuk mengembangkan usaha mendorong
pengembangan SIPT ini dilaksanakan dengan bapak Suhardi, SE selaku ketua kelompok
pendekatan kelembagaan (Haryanto et al., mengembangkan inovasi integrasi yang
2002). Yang dimaksud dengan pendekatan lebih maju pada usahatani yang dilakukan.
kelembagaan disini adalah dimana Pada awalnya pembuatan digester untuk
kepemilikan lahan sawah dan ternak secara menghasilkan biogas dilakukan oleh bapak
individu tetap ada, namun kegiatan individu Suhardi, SE dengan bantuan tenaga ahli dan
peternak merupakan satu kesatuan dari telah mengikuti berbagai pelatihan akhirnya
kegiatan kelompok, seperti pengumpulan biogas dari digester yang dimiliki membuahkan
jerami, pengadaan sarana produksi dan lain hasil. Hal ini berawal dari limbah peternakan
sebagainya. Tujuan pokok dari sistem SIPT ini yang tidak bisa di organisisr dan tidak mampu
adalah bagaimana petani mengoptimalkan di kelolah dengan baik. Lambat laun usaha
usahanya untuk menghasilkan kompos yang integrasi yang dilakukan oleh kelompok tani/
mampu meningkatkan efisiensi usahataninya. ternak Ammassangang makin berkembang,
Besarnya potensi limbah pertanian yang setelah digester berhasil di kelolah dengan
dihasilkan di wilayah desa Ammassangang baik oleh kelompok ini, terbentuklah cabang
dimanfaatkan oleh kelompok tani/ternak usaha baru yang digagas kembali oleh bapak
Ammassanagang untuk mengoptimalkan Suhardi, SE, setelah melalui berbagai pelatihan
kegiatan usaha yang dilakukan. Kondisi serta mendapat bantuan berbagai instansi-
perekonomian yang semakin hari semakin instansi yang terkait.
rumit, memberikan motivasi bagi bapak Usaha pembuatan pupuk organik
Suhardi,SE sebagai penggerak sekaligus ketua komersil yang digagas oleh bapak Suhardi,
dari kelompok tani/ternak Ammasaangang SE merupakan cabang usaha baru yang
mengembangkan usaha integrasi yang dimiliki merupakan kelanjutan dari digester yang
untuk menghasilkan output yang maksimal dimiliki. Dengan adanya kegiatan usaha yang
sehingga meningkatkan pendapatan anggota baru ini diharapkan dapat meningkatkan
kelompok tani/ternak Ammassangang. pendapatan anggota kelompok. Pupuk
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh organik yang di kelolah oleh kelompok tani/
kelompok tani/ternak Ammassanagang pada ternak Ammassangang terdapat 2 jenis yaitu
awalnya yaitu hanya sebatas peternakan sapi pupuk organik cair dan pupuk organik padat.
potong dan tanaman padi. Diawali dengan Bahan baku dari pembuatan pupuk ini yaitu
10 ekor sapi bantuan pemerintah dan lahan limbah dari digester serta tambahan feses
persawahan yang dimilki oleh masing- ternak dan beberapa bahan tambahan yang

29
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

lain seperti jerami padi, akar kacang tanah dan a.2. Pupuk Organik Cair
sabut kelapa. Adapun alur pembuatan pupuk Penerimaan pupuk organik cair lebih
organik dapat dilihat pada Gambar 2. besar dibandingkan dengan penerimaan
Besarnya limbah yang dihasilkan pupuk organik padat. Besar penerimaan
dari digester yang dimilki oleh kelompok pupuk organik cair yaitu Rp.75.000.000,-/
tani/ternak Ammassangang memberikan bulan. Penerimaan ini didapat dari penjualan
kontribusi besar pula terhadap besarnya produk pupuk organik cair sejumlah 1.500
output dan pendapatan anggota kelompok liter dengan harga produk Rp. 50.000.-/Liter.
tani/ternak Ammassangang. Hal ini sesuai Perbedaan jumlah penerimaan dpuk organik
dengan Ahmad et al. (2009) bahwa pemanfaatan cair ari kedua komoditi ini dipengaruhi oleh
lumpur keluaran biogas ini sebagai pupuk harga jual yang jauh berbeda, dimana harga jual
dapat memberikan keuntungan yang hampir pupuk organik cair lebih mahal dibandingkan
sama dengan penggunaan kompos. dengan pupuk organik padat.

Penerimaan Usahatani Sistem Integrasi Padi- a.3. Total Penerimaan Usaha Pupuk Organik
Ternak Sapi Potong Kelompok Tani/Ternak Total penerimaan kelompok tani/ternak
Ammassangang. Ammassangang dari usaha pupuk organik
Penerimaan usahatani sistem integrasi yaitu sebesar Rp. 93.000.000,- dalam satu bulan.
padi-ternak sapi potong yang dilakukan oleh Besarnya total penerimaan yang diperoleh
kelompok tani/ternak Amkkmassangang yaitu dari kegiatan usaha ini tergantung pada
besarnya penerimaan yang didapatkan selama besar kecilnya jumlah produk yang dijualoleh
satu bulan produksi. Besarnya penerimaan kelompok tani/ternak Ammassangang dalam
dihitung dari besarnya output yang dihasilkan satu periode ataupun dalam satu bulannya. Hal
dalam satu bulan atau satu periode dikalikan lain yang berpengaruh yaitu besar kecilnya
dengan harga jual produk tersebut. Dalam skala usaha yang dilakukan.
usahatani sistem integrasi padi-ternak sapi Kegiatan produksi yang dilakukan
potong kelompok tani/ternak Ammassangang, oleh kelompok tani/ternak Ammassangang
jenis penerimaan didapatkan dari 3 komoditi dilakukan berdasarkan pada besarnya jumlah
yaitu 1) penerimaan dari usaha ternak sapi pesanan/order yang di terima. Kegiatan
potong yaitu nilai ternak yang terjual maupun produksi dilakukan oleh tenaga kerja
yang tidak terjual pada akhir penelitian, 2) yang dimiliki oleh kelompok tani/ternak
penerimaan dari usaha tanaman padi yang Ammassangang. Hal ini dapat dikatakan
meliputi 2 musim tanam yang terdiri dari bahwa kegiatan produksi pupuk organik
padi dan penerimaan tambahan, dan 3) yang dilakukan oleh kelompok tani/ternak
penerimaan dari usaha pupuk organik. Usaha Ammassangang digolongkan kedalam
pupuk organik terdiri dari 2 komoditi yaitu produksi berdasarkan pesanan (order).
pupuk organik cair dan pupuk organik padat. Hal ini sejalan dengan Assauri (1999) yang
Adapun penerimaan kelompok tani/ternak menyatakan bahwa sifat produksi dapat
Ammassangang dapat dilihat sebagai berikut: dibedakan menjadi:

a. Penerimaan Usaha Pupuk Organik a) Produksi Massa (Kebutuhan Pasar)


Penerimaan usaha pupuk organik Produksi massa adalah produksi
kelompok tani/ternak Ammassanganag dapat yang dilakukan dalam jumlah tertentu atau
dilihat pada Tabel 2. besar-besaran untuk memenuhi permintaan
pasar. Contohnya yaitu perusahaan garmen,
a.1. Pupuk Organik Padat perusahaan pakaian, minuman, makanan, dan
Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa lain-lain.
jumlah penerimaan yang didapatkan kelompok
tani/ternak Ammassangang dari pupuk b) Produksi Berdasarkan pesanan (Order)
organik padat yaitu sebesar Rp.18.000.000,-/ Produksi berdasarkan pesanan (order)
bulan. Jumlah penerimman pupuk organik adalah produksi yang dilakukan berdasarkan
padat selama satu bulan didapatkan dari pesanan konsumen. Contohnya adalah
jumlah produk yang terjual dikalikan harga catering, bengkel, dan lain-lain.
produk selama satu bulan. Kegiatan produksi
pupuk organik padat ini dilakukan setiap c) Kombinasi Produksi Massa dan
bulannya dengan jumlah produksi 12 ton produksi Berdasarkan Pesanan (Order)
(12.000 Kg) selama satu bulan dengan harga Kombinasi produksi massa dan
produk Rp. 1.500.-/Kg. produksi berdasarkan pesanan (order) adalah

30
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

Ternak( Feses dan


Urine)

Digester

Limbah Padat Limbah Cair

Penampungan Kolam Aerasi

Fermentasi ( 2 MGG ) Fermentasi ( 2 MGG)

Crusher Aerasi+Bioaktivator

Pengayakan Mixtro

Mixtro Penyaringan

Pengemasan Pengemasan

Jual

Gambar 1. Bagan Alur Pembuatan Pupuk Organik

produksi yang dilakukan berdasarkan jumlah yang sudah terbangun sebelumnya.


tertentu atau besar-besaran untuk memenuhi Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
permintaan pasar atau juga dapat berproduksi potensi penegembangan usaha pupuk organik
berdasarkan pesanan konsumen. Contohnya yang dilakukan oleh kelompok tani/ternak
adalah jasa travel baik darat maupun laut. Ammassangang memiliki potensi yang besar,
Penerimaan yang didapat dari hasil dilihat dari penerimaan yang didapatkan dan
penjualan produk pupuk organik ini didapat pola pemasaran yang dilakukan cukup efektif
dari pembayaran secara tunai dari konsumen yaitu dengan sasaran penjualan para petani
pupuk dengan sararan penjualan masyarakat dan kelompok tani. Jika dibandingkan dengan
petani di wilayah Bone dan Enrekang. pupuk organik cair merek dagang NASA yang
Penjualan Adapun sistem pembayaran harganya pada kisaran Rp. 35.500 per 500 cc
yang diterapkan oleh kelompok tani/ternak atau sekitar Rp.71.000 per Liter pupuk cair
Ammassangang ini terbagi menjadi tunai dan yang diproduksi oleh kelompok tani ternak
non tunai. Pembayaran tunai dilakukan secara Ammassangang lebih murah. Sedangkan
langsung oleh konsumen pada saat produk pada pupuk kompos atau pupuk organik
di beli, sedangkan pembayaran non tunai padat kisaran harga yang ada di pasaran yaitu
hanya di berikan jika konsumen merupakan Rp. 9.500 per 5 Kg atau sekitar Rp. 1.900 per
kelompok tani, dimana sistem pembayarannya Kg dengan merek dagang Green Phoskko®
didasarkan pada musim panen. Pembayaran (GP-3) hal ini menunjukkan pupuk kompos
dapat diangsur dengan membayar 50% dari yang diproduksi oleh kelompok ini juga masih
jumlah produk yang disalurkan ke kelompok tergolong rendah.
tani. Pada sistem pembayaran ini tidak terjadi Dari hasil penelitian ini juga dapat
perbedaan harga antara pembayaran tunai dan dirumuskan upaya yang harus dilakukan oleh
non tunai karena pada penyaluran produk di kelompok tani/ternak Ammassangang dalam
kelompok tani didasarkan pada kepercayaan meningkatkan penerimaan dri usaha ini yaitu

31
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

melakukan perbaikan manajemen yang lebih dari ternak akhir dengan 12 bulan atau lama
mengarah ke profesional dan menekan biaya produksi pada usaha ini. Pada dasarnya
produksi yang dikeluarkan oleh usaha pupuk kelompok tani ternak Ammassangang tidak
organik ini. menjual ternak mereka karena ternak tersebut
sebenarnya diperuntukkan memproduksi
b. Penerimaan Usaha Tanaman Padi feses dan urine untuk selanjutnya digunakan
Penerimaan usaha tanaman padi dalam pembuatan biogas (digester). Kemudian
kelompok tani/ternak Ammassangang dapat selanjutnya dari hasil limbah dari pembuatan
dilihat pada Tabel 3, bahwa total rata-rata biogas digunakan untuk pembuatan pupuk
penerimaan penerimaan kelompok tani/ternak organik sebagai kegiatan usaha yang lain.
Ammassangang dari kegiatan usaha tanaman

Tabel 2. Total Penerimaan Kelompok Tani/Ternak Ammassangang dalam Satu Bulan

No. Uraian Produk Terjual Harga (Rp) Total (Rp/Bulan)


1 Pupuk Organik Padat 12 1,5 18.000.000

2 Pupuk Organik Cair 1500 50 75.000.000


Total 93.000.000
Sumber: Data Primer yang Telah Diolah 2014.

padi sebesar Rp. 24.843.750./bulan. Jumlah c.2. Penerimaan Feses dan Urine
penerimaan ini didapat dari hasil produksi Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa dari
yang dilakukan oleh petani/peternak anggota usaha ternak sapi potong.salah satu sumber
kelompok tani/ternak Ammassangang selama penerimaan yang didapat oleh kelompok tani/
1 musim tanaman yang di data pada saat ternak Ammassangang yaitu penerimaan
penelitian ini berlangsung. Penerimaan yang feses dan urin. Dimana jumlah feses dan urin
didapat dari musism tanaman ini kemudian yang dihasilkan oleh ternak sesuai dengan
di bagi dengan lama produksi, dimana lama klasifikasinya. Produksi feses pada umumnya
produksi pada musim tanam ini yaitu 4 bulan, yaitu 8-10 kg/hari untuk sapi dewasa 6-8 kg/
sehingga didapatkan rata-rata penerimaan hari untuk sapi dara, serta 4-5 kg/hari untuk
dalam satu bulan pada setiap responden. pedet. Sedangkan untuk produksi urin rata-
Kemudian dilakukan penjumlahan rata-rata rata sapi yang dimiliki oleh kelompok tani/
penerimaan dari semua responden ternak Ammassangang yaitu 12 liter/ekor/
harinya. Feses dijual dengan harga Rp. 500/
c. Penerimaan Usaha Ternak Sapi kg, sedangkan urin dijual dengan harga
Potong Penerimaan usaha ternak sapi Rp.2500/Liter. Total penerimaan feses dan urin
potong keompok tani/ternak ammassangang yang didapatkan oleh kelompok tani/ternak
dapat dilihat pada Tabel 4. Ammassangang yaitu sebesar Rp. 12.540.000.-/
bulan. Besarnya penerimaan ini dipengaruhi
c.1. Nilai Ternak Akhir oleh jumlah produksi yang dihasilkan oleh
Penerimaan yang berasal dari usaha ternak serta jumlah ternak. Semakin banyak
ternak potong salah satunya berasal dari ternak yang dimiliki maka akan semakin
besarnya ternak akhir yang dimiliki oleh besar pula produksi feses dan urine yang
petani/peternak. Besar penerimaan yang dihasilkan.
didapatkan oleh kelompok tani/ternak
Ammassangang dari ternak akhir bulan yaitu c.3. Total Penerimaan Usaha Ternak Sapi
sebesar Rp. 14.166.667.- dalam satu bulan. Potong
Penerimaan ini bersal dari ternak yang tidak Total penerimaan yang didapatkan
terjual sebanyak 22 ekor. Sama halnya pada oleh kelompok tani/ternak Ammassangang
penerimaan usaha tanaman padi, pada usaha dari usaha ternak sapi potong yaitu sebesar
sapi potong, jumlah penerimaan dihitung Rp. 26.706.667.-/bulan. Penerimaan ini didapat
dalam satuan per bulan. Penerimaan perbulan dari penjumlahan nilai ternak akhir serta
didapat dari pembagian total penerimaan penerimaan feses dan urin yang dihasilkan

32
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

Tabel 3. Total Rata-Rata Penerimaan Usaha Tanaman Padi Kelompok Tani Ternak
Ammassangang

Uraian Penerimaan
No Responden Jumlah Rata-Rata
Luas Lahan Produksi Harga (Rp) Total (Rp) (Per Bulan)
(Ha) (Kg)
1 Suhardi, SE 0,5 2,5 3,75 9.375.000 2.343.750
2 Hawani 0,4 1,9 3,75 7.125.000 1.781.250
3 Muh. Said Gatta 0,35 1,8 3,75 6.750.000 1.687.500
4 Muhammad Rais 1 6,3 3,75 23.625.000 5.906.250
5 A. Tamrin 1 6,1 3,75 22.875.000 5.718.750
6 A. Basri 1 6,2 3,75 23.250.000 5.812.500
7 Bahar Ramli 0,25 1,7 3,75 6.375.000 1.593.750
Total 26,5 3,75 99.375.000 24.843.750
Sumber: Data primer setelah diolah 2014

Tabel 4. Total Rata-Rata Penerimaan Usaha Ternak Sapi Potong Kelompok Tani Ternak Ammas-
sangang

Rata-Rata
No. Uraian Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) (Rp/Bulan)
1 Ternak Ahkir Dara 6 6.000.000 36.000.000 3.000.000
2 Ternak Akhir Jantan 10 8.000.000 80.000.000 6.666.667
3 Ternak Akhir Betina 6 9.000.000 54.000.000 4.500.000
Sub Total 14.166.667
4 Feses dan Urine 12.540.000
Total Rata-Rata 26.706.667
Sumber: Data primer setelah diolah 2014

oleh ternak yang dimilki oleh kelompok tanaman padi dengan penerimaan sebesar Rp.
tani/ternak Ammassangang. Besar kecilnya 24.843.750.-/bulan. Besar penerimaan pupuk
penerimaan dipengaruhi oleh besar kecilnya organik dipengaruhi oleh besarnya skala
skala usaha yang dimiliki. produksi serta harga jual yang cukup mahal,
sedangkan kecilnya penerimaan dari usaha
Total Penerimaan Usahatani Integrasi Padi- tanama padi dipengaruhi oleh skala usaha serta
Ternak Sapi Potong Kelompok Tani/Ternak variasi pola tanam yang tidak begitu banyak.
Ammassangang Hal ini sesuai dengan pendapat Asna (2009)
Total penerimaan usahatani integrasi yang menyatakan bahwa penerimaan rata-rata
padi-ternak sapi potong pada kelompok tani usaha tani-ternak akan semakin meningkat
ternak Ammassangang dapat dilihat pada seiring dengan meningkatnya skala usaha yang
Tabel 5. Total rata-rata penerimaan kelompok dimiliki oleh petani/peternak. Pupuk organik
tani/ternak Ammassangang yaitu keseluruhan yang dihasilkan oleh kelompok tani/ternak
penerimaan yang didapatkan dari ke tiga Ammassangang kemudian dipasarkan ke
jenis usaha dimana usaha yang dilakukan berbagai wilayah di Sulawasi Selatan, Sulawesi
yaitu usaha pupuk organik, usaha tanaman Barat bahkan hingga wilayah Kalimantan.
padi, serta usaha ternak sapi potong. Total Sampai saat ini wilayah pemasaran di
penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp. provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten
144.550.417.-/bulan. Dari Tabel 5. dapat dilihat Enrekang, Kabupaten Sidrap, dan Kabupaten
bahwa penerimaan tersebesar didapat dari Bone, untuk di wilayah Sulawesi Barat yaitu
usaha pupuk organik dengan besar penerimaan di daerah Kabupaten Majenne. Pemasaran
sebesar Rp.93.000.000./bulan, sedangkan wilayah ini mengikuti permintaan konsumen
penerimaan terkecil didapat dari usaha

33
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

dimana di daerah ini merupakan daerah yang besar skala produksi maka akan semakin
berpontensi untuk menggunakan pupuk besar jumlah biaya yang dikeluarkan. Hal
organik, baik dari pupuk organik cair maupun ini sesuai dengan Abidin (2002) bahwa biaya
pupuk organik padat karena kebanyanyakan dibagi menjadi tiga bagian yaitu ; biaya tetap
masyarakat bermatapencaharian di bidang (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tetap,
pertanian, baik di tanaman padi, holtikultura walaupun hasil produksinya berubah sampai
dan tanaman jangkan panjang seperti kakao. batas tertentu. Termasuk dalam biaya tetap
Kegiatan pemasaran pupuk organik yaitu biaya sewa lahan, pembuatan kandang,
ini dilakukan secara lansung oleh kelompok pembelian peralatan dan pajak ternak. Biaya
tani/ternak Ammasangang ke kabupaten- variabel (variabel cost) adalah biaya yang
kabupaten yang membutuhkan pupuk organik jumlahnya berubah jika hasil produksinya
ini. Dengan sasaran penjulan pengusaha berubah. Termasuk dalam biaya ini yaitu biaya
pribadi dan kelompok-kelompok tani. pembelian pakan.biaya pembelian bibit, biaya
obat-obatan, dan tenaga kerja. Lebih lanjut
Biaya Produksi Usahatani Sistem Integrasi dijelaskan bahwa diluar biaya tersebut perlu
Padi-Ternak Sapi Potong Kelompok Tani/ juga diperhitungkan biaya-biaya perhitungan
Ternak Ammassangang gaji tenaga kerja dari anggota keluarga, bunga
Biaya produksi dalam usaha sistem modal, dan biaya penyusutan. Adapun biaya
integrasi padi-ternak sapi potong yang produksi yang dikeluarkan oleh kelompok
dilakukan oleh kelompok tani/ternak tani/ternak Ammassangang dari ketiga jenis

Tabel 5. Total Rata-Rata Penerimaan Usaha Tanaman Padi


Kelompok Tani Ternak Ammassangang

No. Uraian Jumlah (Rp/Bulan)

1 Usaha Pupuk Organik 93.000.000


2 Usaha Tanaman Padi 24.843.750
3 Usaha Ternak Sapi Potong 26.706.667
Total 144.550.417
Sumber: Data primer setelah diolah 2014

Ammassangang merupakan keseluruhan biaya usaha yang dilakukan dapat dilihat pada
yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu pembahasan selanjutnya.
output dari kegiatan produksi pada usaha
yang dilakukan. Biaya produksi berhubungan a. Biaya Produksi Usaha Pupuk Organik
dengan pendapatan yang nantinya akan Biaya produksi usaha pupuk organik
didapat pada akhir produksi, dimana jika biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani/ternak
produksi lebih besar dari penerimaan yang Ammassangang terbagi menjadi 2 yaitu
didapatkan maka akan merugikan bagi usaha biaya tetap dan biaya variabel. Walaupun
yang dilakukan, begitupun sebaliknya. Sukirno memproduksi 2 jenis pupuk yang berbeda tapi
(1994) menyatakan bahwa biaya produksi produksinya dilakukan secara bersamaan.
merupakan semua pengeluaran yang dilakukan Untuk melihat besarnya biaya produksi pada
oleh firma untuk memperoleh faktor-faktor usaha pupuk organik dapat dilihat pada Tabel
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan 6.
digunakan untuk menciptakan barang-barang Tabel 6. menunjukkan biaya produksi
yang diproduksi firma tersebut. Biaya usaha pupuk organik yang dikeluarkan
produksi dalam usahatani sistem integrasi oleh kelompok tani ternak Ammassangang
padi-ternak sapi potong yang dikeluarkan oleh bersal dari 2 jenis produk yang dihasilkan
kelompok tani/ternak Ammassangang terbagi yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik
menjadi 2 bagian yaitu biaya tetap dan biaya padat. Walaupun pengerjaannya bersamaan,
variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tetapi pengeluaran biaya yang digunakan
dikeluarkan yang besarnya tidak tergantung dalam proses produksi berbeda serta area
pada besar ataupun kecilnya skala produksi pengerjaan dan waktu pengerjaan yang hampir
sedangkan biaya variabel yaitu biaya yang bersamaan.
mengikuti skala produksi, dimana semakin Biaya yang dikeluarkan pada

34
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

pembuatan pupuk cair pada Tabel 6. yaitu pembelian pestisida dan biaya tak terduga yang
terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. jumlahnya sebesar Rp. 2.136.863,- per bulan.
Biaya tetap berupa penyusutan peralatan dan Kemudian biaya tenaga kerja, dimana biaya
pajak dengan besar biaya yang dikeluarkan tenaga kerja ini merupakan biaya tenaga kerja
yaitu Rp. 5.959.238.-/bulan. Kemudian biaya yang dikeluarkan atas jasa sendiri. Perhitungan
variabel yang dikeluarkan berupa bahan baku biaya tenaga kerja menggunakan HKSP.
pembuatan pupuk organik, kemasan, tenaga Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
kerja, transportasi, listrik, biaya manajerial, pada musim tanam pada saat penelitian ini
dan biaya tak terduga sebesar Rp.32.030.000.-/ berlangsung yaitu sebesar Rp. 2.477.112,- per
bulan. Sama halnya dengan pupuk organik cair bulan.
pada Tabel 14. dapat dilihat bahwa besarnya Total rata-rata biaya produksi dalam
biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan usaha tanaman padi yang dikeluarkan oleh
pupuk organik padat yaitu pada biaya tetap kelompok tani/ternak Ammassangang yaitu
yang berupa biaya penyusutan peralatan dan sebesar Rp. 6.877.130,- per bulan. Jumlah
pajak sebesar Rp. 516.164.-/bulan, sedangkan biaya yang dikeluarkan ini dapat bergantung
pada biaya variabel berupa bahan baku pada luas lahan ataupun skala produksi yang
pupuk organik, listrik, kemasan, tenaga kerja, dilakukan. Semakin besar skala produksi
manajerial, transportasi dan biaya tak terduga maka akan semakin besar pula biaya produksi
yaitu sebesar Rp.17.035.000.-/bulan. Adanya yang akan dikeluarkan, begitupun sebaliknya.
perbedaan biaya yang dikeluarkan pada kedua
jenis pupuk ini dipengaruhi oleh perbedaan c. Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong
peralatan yang digunakan dalam proses Pada Tabel 8. dapat dilihat jumlah
produksinya, pembuatan pupuk organik cair biaya yang dikeluarkan oleh kelompok
membutuhkan peralatan yag lebih kompleks tani/ternak Ammassangang dalam usaha
dibandingkan dengan pupuk organik padat. ternak sapi potong yang dimiliki. Biaya yang
Pada Tabel 6. biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dibagi menjadi biaya tetap dan
dikeluarkan oleh kelompok tani/ternak biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan
Ammassanganag untuk kedua jenis pupuk terdiri atas biaya penyusutan kandang sebesar
organik berbeda. Biaya tenaga kerja pupuk Rp.520.833./bulan, biaya penyusutan gudang
organik cair lebih besar dibandingkan biaa sebesar Rp.3.333.333.-/bulan, biaya penyusutan
tenaga kerja pupuk organik padat. Jenis biaya peralatan sebesar Rp.259.750.-/bulan, serta
yang dikeluarkan dalam proses produksi biaya pajak sebesar Rp.1.250.-/bulan. Jadi total
pupuk organik cair yaitu biaya pengemasan biaya tetap yang dikeluarkan oleh kelompok
sedangkan jenis biaya yang dikeluarkan dalam tani/ternak Ammassangang adalah sebesar
proses produksi pupuk organik padat yaitu Rp.4.115.167.-/bulan.
biaya pengeringan feses dan pengayakan serta Biaya variabel yang dikeluarkan oleh
pengemasan pupuk. Untuk pembayaran biaya kelompok tani/ternak Ammassangang adalah
tenaga kerja dilakukan secara lansung pada sebesar Rp.5.720.000.-/bulan yang terdiri atas
saat produksi, dimana besar biaya tenaga kerja biaya pembelian bibit, pakan, tenaga kerja,
tergantung pada jumlah tenaga kerja yang pakan tambahan, vitamin dan obat-obatan,
kerja pada saat proses produksi berlangsung. serta biaya tak terduga atau biaya lain-lain.
Total biaya produksi pada usaha Besar biaya yang dikeluarkan dipengaruhi
pupuk organik yang dikeluarkan oleh oleh skala usaha atau besar kecilnya produksi
kelompok tani/ternak Ammassangang yaitu yang dilakukan.
sebesar Rp. 55.540.402.-/bulannya. Besarnya Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa total
biaya ini tergantung pada skala produksi yang biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani/
dilakukan. ternak Ammassangang pada usaha ternak sapi
potong yaitu sebesar Rp. 9.835.165,-/bulan.
b. Biaya Produksi Usaha Tanaman Padi
Pada Tabel 7. dapat dilihat total rata-rata Total Biaya Usaha Integrasi Padi-Ternak
per bulan biaya produksi yang dikeluarkan Sapi Potong Kelompok Ammassangang
oleh kelompok tani/ternak Ammassangang Pada Tabel 9. dilihat total biaya
pada usaha tanaman padi yaitu biaya tetap produksi yang dikeluarkan oleh kelompok
sebesar Rp. 2.263.155,- per bulan. Jenis biaya tani ternak Ammassangang dalam usaha
tetap yang dikeluarkan pada usaha tanaman sistem integrasi padi-ternak sapi potong,
padi berupa penyusustan peralatan dan biaya dimana dalam kegiatan usahanya terdapat
pajak. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri 3 jenis kegiatan usaha yang dilakukan yakni
dari biaya pebelian bibit, biaya pupuk, biaya usaha tanaman padi.usaha ternak sapi potong

35
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

Tabel 6. Biaya Produksi Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani/Ternak Ammassangang


dalam Satu Bulan

Pupuk Organik Pupuk Organik


No. Uraian
Cair (Rp/Bulan) Padat (Rp/bulan)
1 Biaya Tetap
a. Penyusutan Peralatan 5.708.905 515,83
b. Pajak 333 333
Sub Total 5.959.238 516,16
2 Biaya Variabel
a. Bahan Pembuatan Pupuk 625 7.500.000
b. Bahan Dari Ternak Kelompok 10.080.000 2.460.000
c.. Listrik 75 75
d. Kemasan 6.750.000 510
e. Tenaga Kerja 9.000.000 990
f. Manajerial 5.000.000 5.000.000
g. Transportasi 250 250
h. Lain-lain 250 250
Sub Total 32.030.000 17.035.000
Total 55.540.402
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014.

dan usaha pupuk organik. Dari ketiga jenis total merupakan seluruh biaya yang akan
usaha yang dilakukan.usaha pupuk organik dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata
merupakan usaha yang mengeluarkan biaya lain biaya total ini merupakan jumlah dari
paling banyak yaitu sebesar Rp.55.540.402,-/ biaya tetap dan biaya variabel.
bulan, sedangkan yang paling sedikit yaitu
pada usaha tanaman padi dengan pengeluaran Pendapatan Usahatani Sistem Integrasi Padi-
biaya sebesar Rp. 6.877.130.-/bulan. Ternak Sapi Potong Kelompok Tani/Ternak
Total penggunaan biaya pada ketiga Ammassangang
jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok Pendapatan merupakan selisih dari
tani ternak Ammassangang adalah sebesar keseluruhan penerimaan dengan keseluruhan
Rp.72.252.699,-/bulan. Biaya total ini berasal biaya yang dikeluarkan dalam satu siklus
dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel produksi. Besarnya pendapatan yang diperoleh.
dari masing-masing usaha yang dilakukan Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1996)
oleh kelompok tani ternak Ammassangang. bahwa pendapatan petani atau peternak adalah
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukotjo dan selisih antara penerimaan dengan semua biaya
Swastha (1993) yang menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan
usahanya. Bila penerimaan dikurangi dengan

Tabel 7. Total Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Tanaman Padi


Kelompok Tani/Ternak Ammassangang

No. Uraian Total Biaya Rata-Rata


(Rp/Bulan)

1 Biaya Tetap 9.923.202 2.263.155


2 Biaya Variabel 8.347.450 2.136.863
3 Tenaga Kerja 9.908.446 2.477.112
Total Biaya 28.179.098 6.877.130
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014

36
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

biaya produksi maka hasilnya dinamakan pendapatan terkecil yang diperoleh oleh
pendapatan. kelompok tani/ternak Ammassangang
Besar pendapatan yang diperoleh dalam usaha integrasi yang dilakukan. Rata-
oleh kelompok tani ternak Amaassangang rata pendapatan yang diperoleh yaitu Rp.
dalam usahatani sistem integrasi padi-ternak 16.871.500.-/bulan.dengan rincian penerimaan
sapi potong yang dilakukan tergantung dari yang didapat sebesar Rp.26.706.667.-/bulan
besarnya skala produksi serta pembiayaan dikurangi biaya produksi sebesar Rp.9.835.167.-/
yang dikeluarkan.Sumber pendapatan usaha bulan.
yang diperoleh berasal dari 3 jenis usaha yang Total rata-rata pendapatan yang
dilakukan yaitu usaha pupuk organik, usaha diperoleh oleh kelompok tani ternak
tanaman padi serta usaha ternak sapi potong. Ammassangang dari usaha integrasi padi-
Adapun besarnya pendapatan yang diperoleh ternak sapi potong yang diperoleh yaitu
oleh kelompok tani/ternak Ammassangang sebesar Rp.72.297.718,-/bulan, dimana
dapat dilihat pada Tabel 10. total penerimaan yang diperoleh sebesar
Pada Tabel 9. dapat dilihat rata-rata Rp.144.550.417.-/bulan dikurangi dengan
pendapatan yang diperoleh oleh kelompok tani total biaya produksi sebesar Rp.72.297.718,-/
ternak Ammassangang dari usaha integrasi bulannya. Besar kecilnya pendapatan

Tabel 8. Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong Kelompok


Tani/Ternak Ammassangang

No. Uraian Jumlah (Rp/Bulan)

1 Biaya Tetap
Penyusutan kandang 520,83
Penyusutan Gudang 3.333.333
Penyusutan Peralatan 259,75
PBB 1,25
Sub Total 4.115.167
2 Biaya Variabel
Bibit 5.000.000
Pakan 400
Pakan Tambahan 110
Vitamin dan Obat-obatan 110
Tenaga Kerja 2.804.796
Lain-lain 100
Sub Total 5.720.000
Total 9.835.167
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014.

yang dilakukan. Dari ketiga jenis usaha yang yang diperoleh oleh kelompok tani/ternak
dilakukan.pendapatan terbesar diperoleh Ammassangang dalam menjalankan usaha
dari usaha pupuk organik dengang besar integrasi padi-ternak sapi potong berdampaak
pendapatan Rp.37.459.598,-/bulan, dengan pada kemajuan kesejahteraan kelompok. Hal
rincian penerimaan sebesar Rp. 93.000.000.-/ ini sesuai dengan Dwiyanto et al. (2003) bahwa
bulan dikurangi dengan biaya produksi sebesar dalam rangka meningkatkan produktivitas
Rp. 55.540.402,-/bulan. Pendapatan dari usaha dan pendapatan petani serta meningkatkan
pupuk organik ini didapat dari hasil penjualan kualitas lingkungan, dikembangkan integrasi
pupuk organik padat dan pupuk organik cair antara tanaman dengan peternakan (crop
selama satu bulan produksi. livestock system). Sedangkan menurut Soehadji
Pada Tabel 10. terlihat bahwa usaha (1992) bahwa selama ini peternak belum
ternak sapi potong merupakan rata-rata memanfaatkan limbah sebagai input usaha

37
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

secara maksimal. Penerapan sistem peternakan total pendapatan usaha integrasi padi-ternak
terpadu memungkinkan pemanfaatan sumber sapi potong yang dilakukan oleh kelompok
daya lokal dapat ditingkatkan, dimana output ini. Usaha pupuk organik ini merupakan usaha
dari suatu kegiatan merupakan input bagi lanjutan dari limbah digester penghasil biogas
kegiatan lainnya. Dengan sistem ini, konsep yang dimiliki oleh kelompok tani/ternak ini,
pertanian yang berdasarkan Low external input dimana bahan baku diambil dari kotoran dan
sustainable agriculture (LEISA) dapat diterapkan. urine yang dihasilkan oleh ternak yang dimilki
sehingga dapat meningkatkan pendapatan kemudian ditambah dengan bahan baku yang
petani/peternak. diperoleh dari hasil pembelian dari peternak
lain yang ada di wilayah kelompok tani/ter-
Kontribusi Pendapatan Usaha Pupuk Organik nak ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Pu-
Terhadap Total Pendapatan Kelompok Tani/ tra dkk (2014) yang menyatakan bahwa usaha
Ternak Ammassangang pada Usahatani Sistem pengolahan sludge biogas layak secara finansial
Integrasi Padi-Ternak Sapi Potong untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria
Kontribusi pendapatan pupuk organik investasi. Berdasarkan besar persentase
terhadap total pendapatan kelompok tani/ter- pendapatan pada Tabel 11. maka usaha pupuk
nak Ammassanganag dalam usahatani sistem organik dapat dikatakan sebagai cabang usaha
integrasi padi-ternak sapi pototng merupakan dari usaha integrasi yang dilakukan oleh kelom-
persentase pendapatan yang diperoleh dari pok tani/ternak Ammassangang karena kon-
usaha pupuk organik yang dilakukan dari total tribusi yang dihasilkan barada pada kisaran 30-
pendapatan kelompok yang diperoleh dari ke 70% dari total pendapatan yang diperoleh. Hal
tiga jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok ini sesuai dengan Soehadji (1992) dalam Saragih
tani/ternak Ammassangang. (2000) yang menyatakan bahwa telah berkem-
Pada Tabel 10. dapat dilihat kontribusi bang 4 tipologi usaha di Indonesia yaitu:
masing-masing jenis usaha yang dilakukan oleh 1.. Usaha Ternak Sebagai Usaha Sambilan
kelompok tani/ternak Ammassangang. Penda- Petani ternak mengusahakan berbagai
patan usaha pupuk organik memberikan kon- macam komoditi terutama tanaman pangan,
tribusi terbesar yaitu dengan besar 51,8% dari dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk

Tabel 9. Total Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Sistem Integrasi Padi-Ternak


Sapi Potong Kelompok Tani/Ternak Ammassangang

No. Uraian Jumlah (Rp/Bulan)

1 Usaha Pupuk Organik 55.540.402


2 Usaha Tanaman Padi 6.877.130
3 Usaha Ternak Sapi Potong 9.835.167
Total Biaya 72.252.699
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014

Tabel 10. Rata-Rata Pendapatan Usaha Sistem Integrasi Padi-Ternak Sapi Potong Kelompok Tani
Ternak Ammassangang

Komponen Pendapatan
Jumlah
No Uraian Penerimaan Biaya Produksi (Rp/Bulan)
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
1 Usaha Pupuk Organik 93.000.000 55.540.402 37.459.598
2 Usaha Tanaman Padi 24.843.750 6.877.130 17.996.620
3 Usaha Ternak Sapi Potong 26.706.667 9.835.167 16.871.500
Total Pendapatan 144.550.417 72.252.699 72.297.718
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014.

38
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

mencukupi kebutuhan sendiri dengan tingkat diperkuat oleh model CLS yang diterapkan
pendapatan dari usaha tani ternak kurang dari petani di Bali bahwa peternak terbukti juga
30%. mampu menghemat pengeluaran biaya pupuk
sebesar 25,2% dan meningkatkan pendapatan
2. Usaha Ternak Sebagai Cabang Usaha petani sebesar 41,4% (Sudaratmaja et al., 2004).
Petani ternak mengusahakan Dari penelitian ini dapat dijelaskan
pertanian campuran (mixed farming) dengan bahwa usaha pupuk organik memeberikan
ternak sebagai cabang usaha tani dengan kontribusi yang cukup besar terhadap
tingkat pendapatan dari budidaya ternak 30- total pendapatan kelompok tani/ternak
70% (semi komersial). Ammassangang, sehingga hal ini berdampak

Tabel 11. Kontribusi Pendapatan Usahatani Sistem Integrasi Padi-


Ternak Sapi Potong Kelompok Tani/Ternak Ammassangang

Pendapatan Kontribusi (%)


No Uraian
(Rp/Bulan)
1 Usaha Pupuk Organik 37.459.598 51,8
2 Usaha Tanaman Padi 17.996.620 24,9
3 Usaha Ternak Sapi potong 16.871.500 23,3
Total 72.297.718 100
Sumber: Data primer yang telah diolah 2014.

pada peningkatan kesejahteraan anggota


3. Usaha ternak Sebagai Usaha Pokok kelompok tani /ternak Ammassangang berupa
Petani ternak mengusahakan ternak tambahan sumber pendapatan.
sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian
lainnya sebagai usaha sambilan (single KESIMPULAN
commodity) dengan tingkat pendapatan dari
ternak sekitar 70-100%. Berdasarkan hasil pembahasan maka
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
4. Usaha Ternak Sebagai Usaha Industri 1. Pendapatan yang diperoleh oleh kelompok
Peternak mengusahakan ternak sebagai tani/ternak Ammassangang pada usaha
usaha industri komoditas ternak secara khusus integrasi padi-ternak sapi potong diperoleh
(specialized farming) dengan tingkat pendapatan dari 3 kegiatan yaitu usaha pupuk organik,
100% dari usaha ternak pilihan. usaha ternak sapi potong, dan usaha
Pada Tabel 11. juga dapat dilihat tanaman padi. Pendapatan usaha ternak
kontribusi dari usaha tanaman padi dan ternak sapi potong sebesar Rp. 16.871.500,- per
sapi potong yang masing-masing memberikan bulan, usaha tanaman padi sebesar Rp.
kontribusi pendapatan masing-masing sebesar 17.966.620.- per bulan dan usaha pupuk
24,9% dan 23,3%. Berdasarkan perolehan besar organik sebesar Rp. 37.871.500,- per bulan.
kontribusi ini maka kedua usaha ini dapat 2. Kontribusi pendapatan usaha pupuk organik
dikategorikan sebagai usaha sambilan karena terhadap total pendapatan kelompok tani/
besarnya kontribusi yang dihasilkan dari ternak Ammassangang sebesar 51,8%
pendapatan yang diperoleh kurang dari 30%. sehingga dapat dikategorikan sebagai cabang
Kontribusi dari usaha pupuk organik usaha. Kegiatan usaha pupuk organik ini
sebesar 51,8% adalah sangat besar, dan memberikan dampak terhadap peningkatan
memberikan dampak pada anggota kelompok kesejahteraan anggota kelompok didaerah
tani/ternak Ammassangang. Anggota tersebut.
kelompok tani/ternak Ammassangang
memperoleh pendapatan yang lain disamping SARAN
mendapatkan pendapatan dari usaha tanaman
padi dan usaha ternak sapi potong yang mana Besarnya kontribusi pendapatan
kontribusinya lebih besar dari kedua usaha yang diperoleh dari usaha pupuk organik
tersebut. Hal ini berdampak pada peningkatan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi para
kesejahteraan anggota kelompok tani/ternak petani/peternak serta instansi yang terkait
Ammassangang. Hasil temuan tersebut agar dapat menerapkan sistem pertanian

39
JIIP Vol. 2 Nomor 1, Juni 2015, h. 25-41

yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan. Handayani, M.Th. 2009. Kontribusi Pendapatan
sehingga penanggulanagan limbah Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan
pertanian dan peternakan dapat maksimal Olahan Terhadap Total Pendapatan
dan memberikan keuntungan besar bagi Keluarga. Jurnal Kependudukan Dan
para pelaku usaha pertanian/peternakan. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Selanjutnya kepada instansi terkait agar lebih Volume V No. 1 juli 2009.
bekerja extra dalam menyuluhkan kegiatan
pertanian secara terintegrasi mengingat daerah Harlia, E., S. Rahayu, Y. Astuti. 2010.
kabupaten pinrang yang memiliki potensi Eksternalitas positif dan negatif dalam
besar dalam pengembangan usaha pertanian Pengembangan peternakan sapi perah
terintegrsi. (positive and negative externality in
developments dairy farmers). Fakultas
peternakan universitas padjadjaran,
DAFTAR PUSTAKA bandung. Semiloka nasional
prospek tndustri sapi perah menuju
Abidin. 2002. Penggemukan Sapi Potong. perdagangan bebas – 2020 hal 463-
Agromedia Pustaka. Jakarta. 468.

Ahmad, R., M. Azeem dan N. Ahmed. 2009. Haryanto, B. 2002. Pemanfaatan Jerami Padi
Productivity Of Ginger (Zingiber Untuk Pakan Ternak Dan Strategi
Officinale) by Amendment Of Pemberian Pakan Sapi Perah. Materi
Vermicompost An Biogas Slurry In Pelatihan Revitalisasi Keterpaduan
Salin Soil. Pak.J. Bot. 41:3107-3116. Usahaternak Dalam Sistem Usahatani.
Yayasan Kp-Kiat Dan Proyek
Ali, H. M., M. Yusuf, J.A. Syamsu. 2011. Pembinaan Kelembagaan Penelitian
Prospek Pengembangan Peternakan Dan Pengembangan Pertanian.
Berkelanjutan Melalui Sistem Jakarta.
IntegrasiTanaman-Ternak Model Zero
Waste Di Sulawesi Szelatan. Kariyasa, K., dan E. Pasandaran . 2005.
Struktur usaha dan pendapatan
Asna, Wa Ode. 2009. Analisis perbandingan integrasi tanaman-ternak berbasis
Keuntungan Usaha ternak Sapi Perah agroekosistem. Di dalam: Pasandaran
dan Usaha Tani Padi di Kecamatan E, Fagi AM,Kasryno F, editor. Integrasi
Cendala Kabupaten Enrekang. Skripsi. Tanaman-Ternak di IndonesiaI. Jakarta:
Fakultas Peternakan Universitas Badan Penelitian dan Pengembangan
Hasanuddin. Makassar. Pertanian Departemen Pertanian. hlm
225-249.
Assauri. 1999. Manajemen Pemasaran. Raja Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang. 2013.
Grafindo Persada. Jakarta Kecamatan Lanrisang dalam Angka.

Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. Universitas Putra, D.P, B. Susilo, A. W. Nugroho, dan
Gajah Mada. Jogjakarta A.M. Ahmad. 2014. Analisis Finansial
Pengolahan Limbah Biogas Menjadi
Diwyanto, K, D. Sitompul, I, Manti, I. W Pellet Ikan dan Pupuk Organik Cair.
Mathius, Soentoro. 2003. Pengkajian Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Pengembangan Usaha Sistem Biosistem Vol. 2 No. 1, 53-64. Jurusan
Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Prosiding Keteknikan Pertanian. Fakultas
Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9-10 Teknologi Pertanian. Universitas
September 2003. DEPTAN Bekerjasama Brawijaya.
dengan Pemerintah Bengkulu dan PT.
Agricial. Rasyaf, M. 1996. Memasarkan Hasil Peternakan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
FAO. 2001. World Markets For Organik
Fruit And Vegetables: Opportunity Sensus Pertanin. 2013. Hasil Sensus Pertanian
For Developing Countries In The 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Production And Export Of Organik Pinrang.
Horticultural Products. Rome.
Soehadji. 1992. Kebijakan Pengembangan

40
Irvan, dkk: Konstribusi Pendapatan Pupuk Organik

Ternak Potong di Indonesia Tinjauan Ternak. Badan Litbang Pertanian.


Khusus Sapi Madura (dalam prosiding Jakarta
pertemuan ilmiah hasil pertemuan Sukirno. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro.
dan pengembangan sapi madura). Penerbit Raja Grafindo. Jakarta.
Pusat Penyuluhan dan Pengembangan
Ternak. Bogor. Susanto, H. 2005. Mengubah Lahan
Kritis Menjadi Kolam Produktif.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Jakarta:Penebar Swadaya.
Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Sukartjo,I dan B, Swastha. 1993. Pengantar
Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi
Sudaratmadja, I.G.A.K., N. Suyasa dan I.G.K.D. Perusahaan Modern. Edisi III. Liberty,
Arsana. 2004. Subak Dalam Perspektif Yogyakarta.
Sistem Integrasi Padi-Ternak Di
Bali. Pros. Loka karya Sistem Dan
Kelembagaan Usahatani Tanaman-

41

You might also like