Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 137

LAPORAN PBLK

PENGELOLAAAN DAN PELYANAN ASUHAN KEPERWATAN PADA


KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DENGAN
TERAPI PURSED LIP BREATING EXERCISE TERHADAP POLA
NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN TB.PARU DI RUANG
RAWAT INAP RINDU B I RSUP H ADAM MALIK

OLEH:

IYASSALWANI, S.KEP

2114901358

PROGRAM STUDI NESR TAHAP PROFESI

STIKES FLORA MEDAN

2020

LAPORAN PBLK
PENGELOLAAAN DAN PELYANAN ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DENGAN TERAPI PURSED LIP
BREATING EXERCISE TERHADAP POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA
PASIEN TB.PARU DI RUANG RAWAT INAP RINDU B I RSUP H ADAM MALIK

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif

(PBLK)

OLEH:

IYASSALWANI, S.KEP

2114901358

PROGRAM STUDI NESR TAHAP PROFESI

STIKES FLORA MEDAN

2020

PERNYATAAN
PENGELOLAAAN DAN PELYANAN ASUHAN KEPERWATAN PADA
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DENGAN TERAPI
PURSED LIP BREATING EXERCISE TERHADAP POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN TB.PARU DI RUANG RAWAT INAP RINDU B I
RSUP H ADAM MALIK

PBLK

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan PBLK ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keprofesian di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Medan, Agustus 2022

Iyassalwani
211490135

judul: Pengelolaaan Dan Pelyanan Asuhan Keperwatan Pada


Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan
Dengan Terapi Pursed Lip Breating Exercise Terhadap
Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb.Paru Di
Ruang Rawat Inap Rindu B I Rsup H Adam Malik.
Nama : Iyassalwani

Nim: 2114901358

Jurusan Ners
:

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis (M.Tuberculosis) yang menyerang jaringan parenkim paru.
Salah satu faktor yang terjadi pada pasien yaitu terganggunya pola nafas tidak efektif, faktor
yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi dan
mengatasi ketidaknyamanan klien yaitu dengan menggunakan tekhnik pursed lip breating
exercise. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan pelayanan dan
asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan terapi Pursed Lip Breating Execise
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di Ruang Rawat Inap Rindu B 1
RSUP H Adam Malik Medan. Desain penelitian kasus ini, responden yaitu pasien Tb. Paru
yang mengalami masalah pola nafas tidak efektif. Metode pengumpulan data yang digunakan
yaitu wawancara, obervasi dan dokumentasi, dengan menggunakan format asuhan
keperawatan. Hasil pengkajian yang di dapatkan masalah keperawatan pola nafas tidak
efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif dan defesit nutrisi. Intervensi dilakukan selama 3
hari perawatan. Hasil evaluasi masalah pasien teratasi.

Kata kunci: Asuhan keperawatan, Tb. Paru tekhnik pursed lip breating exercise.
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah Yang SWT atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Belajar Lapangan Komprehensif ini yang berjudul “Pengelolaan Pelayanan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Di RSUP H Adam Malik Medan”. Laporan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Flora.
Dalam menyusun laporan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat
Bapak/Ibu:

1. Dr. Fitria Aldy. M.Ked (Oph)., SpM, selaku Ketua STIkes Flora.
2. Suherni, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Flora.
3. Suherni,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing yang telah memeberikan
masukan dalam penyusunan laporan ini.
4. Para Dosen, Staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program
Profesi Ners STIKes Flora.
5. Teristimewa kepada kelurga penulis terutama kedua orang tua dan adik-
adik ternta yang telah memberikan dukungan dalam segala hal.
6. Turuntuk sahabat penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi
yang sangat luar biasa dalam menyelesaikan PNLK ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program studi ners tahah profesi STIKes
Flora yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan PBLK ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan PBLK ini, penulis menyadari


bahwa PBLK ini masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna. Untuk itu, penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan PBLK
ini nantinya.

i
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan di pendidikan sarjana dan profesi Ners di Program Studi Ners STIKes Flora.
Sebelum dan sesudah penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2022

Penulis

Iyassalwani, S.Kep

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iii
ABSTRACT…………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………...… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. Vii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Tujuan Belajar Lapangan Komprehensif.......................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 3
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 3
1.3 Manfaat Praktik Belajar Komprehensif............................................. 4
1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan.................................................... 4
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan............................................................. 4
1.2.3 Bagi Lahan Praktik...................................................................... 4

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN.................. 5


2.1 Tinjauan Teoritis Medis Tubercolosis Paru (TB)............................. 5
2.1.1 Definisi Tubercolosis Paru (TB) …………................................ 5
2.1.2 Etiologi Tubercolosis Paru (TB)................................................. 6
2.1.3 Klasifikasi Tubercolosis Paru (TB)............................................. 6
2.1.4 Patofisiologi Tuberkulosis Paru (TB) ......................................... 7
2.1.5 Manisfestasi Klinis...................................................................... 8
2.1.6 Dampak Pada Pasien TB............................................................. 11
2.1.7 Faktor Risiko............................................................................... 12
2.1.8 Faktor-Faktor Penularan Tuberkulosis TB.................................. 13
2.1.9 Mencegah Penyebaran Infeksi Tuberkulosis TB......................... 14
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 14
2.1.11 Penatalaksanaan ........................................................................ 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................... 22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan............................................................. 22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 25
2.2.3 Intervensi NIC-NOC................................................................... 25
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................... 31
2.2.5 Evaluasi Keperawatan................................................................. 32
2.3 Tinjauan Kasus.................................................................................. 33
2.3.1 Pengkajian.................................................................................. 33
2.3.2 Analisa Data............................................................................... 44
2.3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................... 48

iii
2.3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................. 49
2.3.5 Implementasi Keperawatan........................................................ 57
2.3.6 Evaluasi Keperawatan................................................................ 61

BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................. 70
3.1 Tahap Pengkajian.............................................................................. 70
3.2 Tahap Diagnosa Keperawatan.......................................................... 70
3.3 Tahap Perencanaan/Intervensi Keperawatan.................................... 75
3.4 Tahap Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan............................... 76
3.5 Tahap Evaluasi Keperawatan........................................................... 76

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 78


4.1 Kesimpulan....................................................................................... 78
4.2 Saran................................................................................................. 79
4.4.1 Kepada Klien.............................................................................. 39
4.4.2 Kepada Keluarga........................................................................ 79
4.4.3 Kepada Perawat.......................................................................... 79
4.4.3 Kepada Pihak Rumah Sakit........................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL
Hala
man
Tabel 1 : Penatalaksaan Perawat................................................................... 15
Tabel 2 : Tabel Mind Mapping...................................................................... 21
Tabel 3 : Tabel Rencana Asuhan Keperawatan............................................. 26
Tabel 4 : Tabel Pengkajian Klien.................................................................. 33
Tabel 5 : Tabel Riwayat Keperawatan.......................................................... 35
Tabel 6 : Tabel Pemeriksaan Fisik ............................................................... 37
Tabel 7 : Tabel Analisa Data......................................................................... 44
Tabel 8 : Tabel Diagnosa Keperawatan........................................................ 48
Tabel 9 : Tabel Intervensi Keperawatan........................................................ 49
Tabel 10 : Tabel Implementasi Keperawatan................................................. 57
Tabel 11 : Tabel Evaluasi Keperawatan......................................................... 61
Tabel 12 : Tabel Phatway TB Paru ............................................................... 69

v
DAFTAR GAMBAR

Prosedur Tehnik Pursed Lip Breathing Exercise........................................... 29


Leaflet Pursed Lip Breathing Exercises......................................................... 39

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata


kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi
dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep
yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga
diharapkan secara langsung untuk memberikan masukan untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan yang komprehensif pada tempat yang
menjadi lahan praktik. Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien
secara total dan pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep
holisme. Kesehatan holistic melibatkan individu secara total, keseluruhan
status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap
perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya (Kozier 2010).
Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif
untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnya.

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi


keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan
keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri
dalam program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai
pelayanan asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan
pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar
professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntutan utama (Nursalam, 2011).
c Mycobacterium Tuberculosis termasuk bakteri aerob yang

sering menginfeksi jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi.

1
2

M.tuberculosis merupakan batang tahan asam garam positif, serta

dapat diidentifikasi dengn pewarnaan asama yang secara mikroskopis

disebut (BTA) Basil Tahan Asam (Dewi, 2019).

Angka kejadian tuberculosis menurut WHO Global

Tuberkulosis report Tahun 2016, tuberculosis menempati posisi kedua

dengan beban TB tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TB di

indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum

terjangkau dan terdektesi. Kalaupun terdektesi dan telah diobati tetapi

belum dilaporkan (Kementrian Kesehatan, 2018).

Penyakit TB paru yang diderita oleh individu dalam

kehidupannya akan membawa dampak buruk pada aspek kesehatan

fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan akan menurunkan

kualitas hidup penderita tuberkulosis. Secara fisik jika seorang

penderita TB paru yang tidak mendapat pengobatan, maka setelah 5

tahun penderita akan meninggal. Berdasarkan pembahasan

latar belakang diatas maka penulis tertarik menulis Laporan Praktek

Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul tentang :

Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Pernapasan : Dengan Terapi Pursed Lip Breating

Exercise Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di

Ruang Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H Adam Malik Medan.


3

1.2 Tujuan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif


1. Tujuam Umum

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa/i dan mendapatkan

pendidikan yang jelas dan mampu dalam mengelolah kasus secara

mandiri maupun professional tentang Pengelolaan Pelayanan Dan

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :

Dengan Terapi Pursed Lip Breating Exercise Terhadap Pola Nafas

Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di Ruang Rawat Inap Rindu B 1

RSUP H Adam Malik Medan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan Gangguan
Sistem Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Dengan Terapi Pursed Lip
Breating Exercise Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb.
Paru Di Ruang Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H Adam Malik Medan.
b. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Dengan Terapi Pursed Lip Breating
Exercise Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di
Ruang Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H Adam Malik Medan.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Dengan Terapi Pursed Lip Breating
Exercise Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di
Ruang Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H Adam Malik Medan.
d. Mampu membuat evaluasi pada pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Dengan Terapi Pursed Lip Breating Exercise Terhadap
Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Tb. Paru Di Ruang Rawat Inap
Rindu B 1 RSUP H Adam Malik Medan.
4

e. Mampu mengaplikasikan Pursed Lip Breating Exercise Terhadap Pola


Nafas Tidak Efektif Di Ruang Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H Adam
Malik Medan.

1.3 Manfaat Belajar Lapangan Komprehensif

1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan


dan gambaran menjadi perawat professional yang dapat memberikan
asuhan keperawatan komprehensif pada pasien Tb. Paru. Selain itu juga
melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan
efisien.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk


meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir
dalam bentuk karya tulis ilmiah.
1.3.3 Bagi Lahan Praktik
Selama kegiatan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif
(PBLK) maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga mahasiswa
sebagai sumber pengembangan ilmiah agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan latihan praktek dengan penerapan intervensi kasus kelolaan
mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi bagi perawat ruangan
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif
khususnya dengan masalah asuhan keperawatan pada pas ien
postapendik.
BAB 2
PENGELOLAAN PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1 defenisi Tubercolosis Paru (TB)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius kronik dan


berulang yang biasanya mengenai paru, meskipun organ tidak
terkena. Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, M.
tuberculosis merupakan organisme bentuk batang kecil dan relatif
tumbuh lambat serta cepat asam dengan kapsul luar berlilin, yang
meningkat resistensinya untuk hancur. Meskipun paru biasanya
terkena, dan TB dapat melibatkan organ lain juga. Ditularkan oleh
droplet nuclei, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan
ketika orang terinfeksi batuk, bersin, bicara, atau bernyanyi.
Droplet kecil sekali dapat beredar di udara selama beberapa jam.
Infeksi dapat terjadi ketika pejamu yang rentan bernapas di udara
yang mengandung droplet nuklei dan partikel terkontaminasi
menghindari pertahanan normal saluran nafas atas untuk mencapai
alvroli (Moh.Rion Gunawan.2020).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang
paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar hampir kesetiap
bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah
pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena
respons sistem imuun menurun atau tidak adekuat. Proses aktif
dapat berlangsung lama dan karakteristikkan oleh periode remisi
yang panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan
dengan periode aktivitas yang diperbarui. TB adalah masalah
kesehatan masyarakat diseluruh dunia yang erat kaitannya dengan
kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan dibawah

5
6

standar dan tidak memadainya layanan kesehatan. Angka


mortalitas dan morbiditas terus meningkat (Moh.Rion
Gunawan.2020).
Infeksi penyakit menular atau TB adalah penyakit yang
disebabkan Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru
dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk
melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka
terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet
yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut menurut
Aprice dalam (Moh.Rion Gunawan.2020).
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis menurut Nurarif & Kusuma, (2015)
adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacterium tubercolosis
yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe Bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil Tipe
Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan udara yang
berasal dari penderita TB, dan orang yang terkena rentan terinfeksi
bila menghirupnya (Moh.Rion Gunawan.2020).

Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri


dapat bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada
orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-
tahun (Moh.Rion Gunawan.2020).
2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi TB paru menurut (Wijaya & Putri, 2013) dibuat


berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan
salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
7

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria

1) Dengan atau tanpa gejala klinik.


2) BTA Positif: mikroskopik positif 2 kali,
mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif
1kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai TB Paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria


1) Gejala klinis dan gambaran radiologik sesuai dengan TB
Paru aktif.
2) BTA Negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekasi TB Paru dengan kriteria:


1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan
paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB
inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih
mendukung).

2.1.4 Patofisiologi

Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga


basili yang menghindari system pertahanan jalan nafas untuk
masuk paru tertanam pada alveolus atau bronkiolus pernapasan,
biasanya pada lobus atas. Karena bakteri memperbanyak diri,
mereka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons inflamasi
membawa neutrophil dan makrofag ke tempat tersebut. Sel
fagositik ini mengitari dan menelan basili, mengisolasi mereka dan
8

mencegah penyebaran. M. tuberculosis memperbanyak diri secara


lambat; beberapa masuk system limfatik untuk menstimulasi
respons imun yang dimediasi sel. Neutrophil dan makrofag
mengisolasi bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya. Lesi
granulomatosa disebut tuberkel, koloni basil yang terlindungi,
terbentuk. Dalam tuberkel, jaringan terinfeksi mati, membentuk
pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi
jaringan mati (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019).
Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan perut sekitar
tuberkel dan basili tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya
mengalami klasifikasi dan terlihat pada sinar-X. pasien, ketika
terinfeksi oleh M. tuberculosis, tidak terjadi penyakit TB, jika
respons imun tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB
dapat terjadi. Terkadang, infeksi dapat memburuk, menyebabkan
dekstruksi jaringan paru yang luas. Pada tuberculosis primer,
jaringan granulomatosa dapat mengikis kedalam bronkus atau
kedalam pembuluh darah, memungkinkan penyakit menyebar ke
seluruh paru atau organ lain (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019).

Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat di aktivasi


kembali. Tuberculosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun
tertekan akibat usia, penyakit, atau penggunaan obat imunosipresif.
Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi kecil hingga kavitasi
luas jaringan paru. Tuberculosis ruptur, basili menyebar ke jalan
nafas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia
tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru masih dapat
menyebabkan kematian, atau proses yang lebih kronik
pembentukan tuberkul dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang
mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M. tuberkulosis ke
lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain.
Pasien yang menderita penyakit HIV berisiko tinggi untuk
mengalami TB aktif, akibat infeksi primer atau reaktivasi. Infeksi
9

HIV menekan imunitas selular, yang penting untuk membatasi


replikasi dan penyebaran M. tuberkulosis (Lemone, Burke, &
Bauldoff, 2019)
Penyakit TB dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi focus neckrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler
dan tersebar kedalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh
(Wijaya & Putri, 2013).
2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) Tuberkulosis sering


dijuluki “ the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.

Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas


sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran penyakit TB paru dapat dibagi menjadi 2


golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi :
1. Batuk : gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula
bersifat nonproduktif dan kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2. Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak
berfariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-
bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
10

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang


pecah.
3. Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia
dan penurunan saturasi oksigen.
4. Nyeri dada : nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi :
1. Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip dengan influenza,
hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
sedang masa bebas serangan makin pendek.
2. Gejala sistemik lain : gejala sistemik lain ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise
3. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjuk demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan
berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap.
Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat
berkembang kearah pembentukan sputum mukopurulen dengan
hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada
lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam, anoreksia dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
2.1.6 Dampak Pada Pasien TB
11

TB paru yang diderita oleh individu dalam kehidupannya


akan membawa akibat baik secara fisik, mental, maupun
kehidupan sosialnya. Dampak buruk pada aspek kesehatan fisik,
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan akan menurunkan
kualitas hidup penderita tuberkulosis. Secara fisik jika seorang
penderita TB paru yang tidak mendapat pengobatan, maka setelah
5 tahun penderita akan meninggal (50%), akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh yang tinggi (25%), dan akan menjadi
kasus kronis yang tetap menular (25%). Faktor fisik yang kurang
baik akan membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk
mengaktualisasikan dirinya disebabkan keterbatasan fisik yang
dimiliki. Keterbatasan tersebut akan menghambat pencapaian
kesejahteraan fisik, yang pada akhirnya akan berdampak pada
kualitas hidup yang rendah. Menurut Depkes RI (2011), sekitar
75% penderita TB paru adalah kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomis (15- 50 tahun). Diperkirakan seorang
penderita TB paru dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya sampai 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20-30%. Jika
ia meninggal akibat TB paru, maka akan kehilangan pendapatan
sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB paru juga
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, diantaranya
stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Menurunnya aktivitas
sosial akan berdampak buruk pada kebermaknaan hidup dan
menurunnya harga diri penderita tuberkulosis paru, hal tersebut
akan berdampak negatif pada kualitas hidup. Ketidakstabilan
psikologis menjadi salah satu faktor dalam menurunkan
kesejahteraan psikologis yang akan berdampak negatif terhadap
kualitas hidup penderita TB paru. Isolasi untuk mencegah
penularan dari Mycobacterium tuberculosis dapat menimbulkan
stigma sosial dari lingkungan sehingga memengaruhi psikologis
12

pada pasien, yaitu timbulnya depresi, kecemasan, dan stress.


Dampak dari beban psikologis pada pasien tuberkulosis paru akan
memperburuk kesehatan fisik sehingga akan menurunkan kualitas
hidup pasien. Ketidakberdayaan penderita TB akan menimbulkan
perubahan adaptasi pada respon psikologis, sosial, dan spiritual
sehingga akan berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL)
penderitanya (Kusnanto, 2016).

2.1.7 Faktor Resiko


Faktor resiko menurut Brunner & Suddarth, (2016) adalah :
a. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.
b. Status gangguan imun misalnya (lansia, kanker, terapi
kortikosteroid, dan HIV).
c. Penggunaan obat injeksi dan alkoholisme
d. Masyarakat yang kurang mendapat layanan kesehatan yang
memadai misalnya (gelandangan atau penduduk miskin,
kalangan minoritas, anak- anak dan dewasa muda)
e. Kondisi medis yang sudah ada termasuk Diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, dan malnutrisi.
f. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi misalnya
(Haiti, Asia tenggara).
g. Institusionalisasi misalnya (fasilitas perawatan jangka panjang,
penjara).
h. Tinggal dilingkungan padat penduduk dan dibawah standar.
i. Pekerja misalnya (tenaga kesehatan, terutama yang melakukan
kativitas beresiko tinggi)
2.1.8 Faktor-Faktor Penularan Tuberkulosis Paru

Ada empat faktor yang menentukan kemungkinan


penularan TB menurut Andini, (2018) yaitu :
1. Sistem imun orang yang memiliki kontak langsung
dengan penderita TB, jika Anda tinggal dan
13

merawat pasien TB dalam satu atap dan sistem


imun Anda sedang lemah, risiko Anda ikut tertular
TB akan semakin tinggi. Semakin lemah sistem
imun tubuh, maka akan semakin mudah terinfeksi.
2. Seberapa banyak bakteri yang ditularkan, orang
yang sering terpapar oleh penderita TB maka akan
lebih besar risiko infeksinya dibandingkan dengan
orang yang lebih sedikit terpapar kuman.
3. Faktor lingkungan misalnya, lingkungan yang
lembap, sempit, dan tidak terpapar sinar matahari
biasanya akan meningkatkan kemungkinan
penularan yang mengakibatkan infeksi. Selain itu,
tempat dengan ventilasi udara yang buruk atau
bahkan tidak terdapat ventilasi akan meningkatkan
risiko penularan. Hal ini dikarenakan kuman yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin
berkumpul di dalam ruangan tersebut.
4. Keterpaparan seseorang terhadap penularan bakteri
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kedekatan
atau jarak antara penderita dengan orang yang
sehat, frekuensi atau seberapa sering Anda terpapar,
dan durasi atau seberapa lama paparan yang terjadi
di antara orang yang sehat dengan penderita.

2.1.9 Mencegah Penyebaran Infeksi Tuberkulosis


a. Jelaskan dengan perlahan kepada pasien tentang tindakan
kebersihan yang penting dilakukan, termasuk perawatan mulut,
menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang
tissue dengan benar, dan mencuci tangan.
b. Laporkan setiap kasus TB kedepartemen kesehatan sehingga
orang yang pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi
14

selama stadium menular dapat menjalani skrining dan


kemungkinan terapi, jika diindikasikan.
c. Informasikan pasien mengenai resiko penularan TB kebagian
tubuh lain (penyebaran atau perluasan infeksi TB kelokasi lain
selain paru pada tubuh dipengaruhi sebagai TB miliar).
d. Pantau pasien secara cermat untuk mengetahui adanya TB
miliar : pantau tanda-tanda vital dan pantau lonjakan suhu
tubuh serta perubahan fungsi ginjal dan kognitif; beberapa
tanda fisik dapat diperlihatkan pada pemeriksaan fisik dada,
tetapi pada stadium ini pasien mengalami batuk hebat dan
dispnea. Penanganan TB miliar sama seperti penanganan untuk
TB pulmonal (Brunner & Suddarth, 2016).
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer dkk dalam Nurarif & Kusuma, (2015)


pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
Tuberkulosis paru, yaitu:
a. Laboratorium darah rutin: LED normal/meningkat, limfositesis.
b. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik TB
paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karna hanya 30-
70% pasien yang dapat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
d. Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.
e. Tes Mantoux/tuberkulin
f. Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.
g. Teknik Polymerase chain reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui

amplifikasi dalam meskipun hanya satu

mikroorganisme dalam spesimen juga dapat

mendeteksi adanya resistensi.

h. Bectom dickinson diagnostik instrumen sistem (BACTEC)


15

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang

dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh

mikrobakterium tuberculosis.

i. Pemeriksaan radiology : rontgent thorax PA dan lateral

1. Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau

segmen apikal lobus bawah.

2. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak

(nodular).

3. Adanya aktivitas, tunggal atau ganda.

4. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.

5. klasifikasi.

6. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa

minggu kemudian

7. Bayanggan millie.

1.1.11 penatalaksaan

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru menurut (Wijaya

& Putri, 2013) selain untuk mengobati juga mencegah kematian,

mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti

tuberkulosis (OAT) serta memutuskan mata rantai penularan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif

(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang

digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat

utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah


16

Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan etambutol. Sedang

jenis obat tambahan adalah kanamisin, kinolon, makrolide dan

amoksisilin dengan asam klavulanat, derivat rifampisin/INH. Cara

kerja, potensi dan dosis OAT utama.

Tabel 2.1 Cara Kerja, Potensi Dan Dosis OAT Utama

Rekomendasi dosis (mg/kg


Obat anti TB BB)
Aksi Potensi Perminggu
esensial
Per hari
3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45
Sumber : Wijaya &
Putri, 2013

Efek samping dari obat-obat Tuberkulosis menurut

(Kemenkes RI, 2014) adalah sebagai berikut :

1. Isoniazid (H) ialah neuropati perifer, psikosis toksik,

gangguan fungsi hati dan kejang.

2. Rifampisisn (R) ialah Flu sindrome, gangguan

gastrointestinal, urine berwarna merah, gangguan

fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak

nafas dan anemia hemolitik.

3. Pirazinamid (Z) ialah gangguan gastrointestinal,

gangguan fungsi hati dan gout atritis.

4. Streptomisin (S) ialah nyeri ditempat tusukan,

gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan


17

anafilaktik, anemia, agranulositosis dan

trombositopeni.

5. Etambutol (E) ialah gangguan pengelihatan, buta

warna dan neuritis perifer.

Untuk keperluan pengobatan menurut (Wijaya & Putri,

2013) perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan

lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya.

Disamping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggualangan

TB yang dikenal sebagai Directly Oserved Treatment Short Course

(DOTS).

a. Defenisi DOTS

Directly Observed Treatment Short-Course

(DOTS) merupakan suatu pengawasan langsung

menelan obat jangka pendek setiap hari oleh

pengawas menelan obat (PMO) (WHO, 2003). DOTS

dapat diartikan dengan keharusan setiap pengelola

program untuk memberi direct attention dalam usaha

menemukan penderita. Pengertian lain adalah setiap

pasien harus diobservasi dalam meminum obatnya,

setiap obat yang ditelan pasien harus di depan seorang

pengawas. Hal inilah yang disebut DOTS, yang

merupakan salah satu komponen dari konsep DOTS


18

secara keseluruhan (Yoga Tjandra, 2002 dalam

Rahayu, 2015).

1) D (Directly) Dilakukan pemeriksaan

dengan mikroskop untuk menentukan

apakah ada kuman TB atau tidak. Jadi,

penderita dengan pemeriksaan sputum

BTA positif langsung diobati sampai

sembuh.

2) O (Observed)Ada observer yang

mengamati pasien dalam minum obatd

dengan dosis tepat, dapat berupa seorang

tenaga kesehatan atau kader.

3) T (Treatment) Pasien disediakan

pengobatan lengkap serta

dimonitor.Pasien harus diyakinkan bahwa

mereka akan sembuh setelah pengobatan

selesai. Alat monitor berupa buku laporan

yang merupakan bagian dari sistem

dokumen kemajuan dalam penyambuhan.

4) S (Shortcourse) Pengobatan TB dengan

kombinasi dan dosis yang benar.

Pengobatan harus dilakukan dalam jangka

waktu yang benar selama 6 bulan.


19

b. Tujuan strategi DOTS

Menurut WHO tujuan strategi DOTS adalah

mendeteksi dan menyembuhkan TB, menyembuhkan

TB dengan cepat, biaya untuk pengobatan lebih

ekonomis, dapat menghasilkan angka kesembuhan

sebesar 95%, mencegah infeksi baru dan

perkembangan resistensi ganda TB, dan efisiensi

waktu untuk pasien dalam berobat ke rumah sakit.

c. Komponen strategi DOTS

WHO telah memperkenalkan strategi DOTS

sebagai pendekatan terbaik untuk menanggulangi TB.

Sistem DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:

1) Adanya komitmen politis berupa dukungan

pengambilan keputusan dalam

penanggulangan TB

2) Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak

secara mikroskopik langsung dengan

pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan radiologis dan kultur dapat

dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki

sarana tersebut.

3) Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung oleh


20

pengawas menelan obat (PMO) khususnya

dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus

minum obat setiap hari.

4) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT

jangka pendek yang cukup.

5) Pencatatan dan pelaporan yang baku.


21

MAIN MAPPING TB PARU


22

2.2 konsep asuhan keperawatan


2.2.1 pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnosa medik, nomor register, tanggal

masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.

2. Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk,

batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam.

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk

kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam

jangka waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan yang sering muncul antara lain: Demam: subfebris,

febris (40- 41oC) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi

radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan atuk purulent

(menghasilkan sputum).

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Biasanya penderita TB Paru dahulunya pernah mengalami

penyakit yang yang berhubungan dengan penyakit TB seperti ISPA,

efusi pleura, atau pernah mengalami TB sebelumnya dan kambuh.


23

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang

menular atau penyakit menurun yang ada di dalam keluarga

6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum Biasanya KU sedang atau buruk. TD Normal

( kadang rendah karena kurang istirahat). Nadi Pada umumnya nadi

pasien meningkat. Pernafasan Biasanya nafas pasien meningkat

(normal : 16-20x/i). Suhu Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam

hari, Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada

demam .

Kepala Inspeksi Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak

meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,

mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

Pemeriksaan Thorak Inpeksi Kadang terlihat retraksi interkosta

dan tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi. Palpasi

Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah. Perkusi Biasanya saat

diperkusi terdapat suara pekak. Auskultasi Biasanya terdapat bronki.

Pemeriksaan Abdomen Inspeksi biasanya tampak simetris.

Palpasi biasanya tidak ada pembesaran hepar. Perkusi biasanya terdapat

suara tympani. Auskultasi biasanya bising usus pasien tidak terdengar.

Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,

tampak pucat, tidak ada edema. Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik,

akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.


24

Interaksi Sosial Gejala yaitu : perasaan isolasi / penolakan karena

penyakit menular. Tandanya yaitu:denial. Penyuluhan dan Pembelajaran

gejalanya yaitu: riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum / status

kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuh TB, tidak berpartisipasi

dalam terapi.Pertimbangan rencana pemulangan.

7. Pemeriksaan Penunjang

Darah : Leukosit sedikit meningkat dan LED meningkat. Sputum :


BTA pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada
satu sediaan dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Test
tuberculin : Mantoux tes (PPD). Roentgen : Foto PA. (Padila, 2013)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau, masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa

keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan

asuhan keperawatan. Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosa

medis sebab dalam mengumpulkan data –data saat melakukan

pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa

keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, diagnosa yang termuat

dalam standar ini diurutkan sesuai dengan kategori dan subkategori

diagnosis keperawatan. Diagnosis-diagnosis keperawatan yang berada

dalam satu subkategori diurutkan secara alfabetis untuk memudahkan

pencarian diagnosis keperawatan dalam satu subkategori yang akan


25

dirujuk. Terdapat 5 Kategori dan 14 Subkategori Diagnosis

Keperawatan, Fisiologis, Psikologis, Prilaku, Relasional, Lingkungan.

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

Bronkospasme, sekresi yang tertahan, spasme jalan napas,

Hipersekresi jalan napas.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Prubahan

membran alveolus kapiler atau Ketidakseimbangan

ventilasi perfusi.

c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya Asupan

makanan, Peningkatan kebutuhan metabolisme.

d. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (mis.

Infeksi), peningkatan laju metabolisme.

e. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang terpapar

informasi, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan

menemukan sumber informasi.

f. Ketidakpatuhan berhubungan dengan Efek samping,

program perawatan/pengobatan, program terapi lama.

2.2.3 Rencana Keperawatan

Rencana Tindakan keperawatan (nursing order), rencana tindakan

yang akan diberikan pada pasien ditulis secara spesifik, jelas dan dapat

diukur. Rencana perawatan dibuat selaras dengan rencana medis, sehingga


26

saling melengkapi dalam meningkatkan status kesehatan pasien.

Tabel. 2.2 intervensi keperawatan pada pasien gangguan sistem pernafasan Tb.paru

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

1 Bersihan jalan Respiratory status : NIC : Airway suction


nafas tidak efektif ventilation - Auskultasi suara nafas
berhubungan Respiratory status : airway sebelum dan sesudah
dengan patency suctioning
bronkospasme  Dengan kriteria hasil : - Keluarkan sekret dengan
(D.0001) mendemonstrasikan batuk efektif atau suction
batuk efektif dan suara - Berikan O2
nafas yang bersih, tidak - Anjurkan pasien untuk
ada sianosis dan istirahat dan napas dalam
dyspneu (mampu - Posisikan pasien untuk
mengeluarkan sputum, memaksimalkanVentilasi
mampu bernafas - Auskultasi suara nafas,
dengan mudah). catat adanya
 Menunjukkan jalan suara tambahan
nafas yang paten (klien - Atur intake untuk cairan
tidak merasa tercekik, mengoptimalkankeseimb
irama nafas, frekuensi angan.
pernafasan dalam - Monitor respirasi dan
rentang normal, dan status O2
tidak ada suara nafas - Pertahankan hidrasi yang
abnormal). adekuat
 Mampu untukmengencerkan
mengidentifikasi dan secret
mencegah faktor yang
dapat menghambat
jalan nafas.
27

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

2 Gangguan Respiratory status : Gas NIC : Airway Management


pertukaran gas exchange - Posisikan pasien untuk
berhubungan Respiratory status : memaksimalkanventilasi
dengan Perubahan ventilation - Keluarkan sekret dengan
membran Vital sign status batuk efektif atausuction
Alveolus Kapiler  Dengan kriteria hasil : - Pasang mayo bilaperlu
(D.0003) mendemonstrasikan - Atur intake untuk cairan
peningkatan ventilasi mengoptimalkan
dan oksigenasi yang keseimbangan.
adekuat - Monitor respirasi dan
 Memelihara kebersihan status O2
paru-paru dan bebas - Catat pergerakan
dari tanda tanda dada,amatikesimetrisan,
distress pernafasan penggunaan otot
 Mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot
batuk efektif dan suara supraclavicular
nafas yang bersih dan intercostal
 Tidak ada sianosis dan - Monitor suara nafas,
dyspneu (mampu seperti dengkur
mengeluarkan sputum - Monitor pola
 Mampu bernafas nafasbradipena,
dengan mudah), tanda- takipenia,kussmaul,hiper
tanda vital dalam ventilasi, cheyne
rentang normal stokes, biot
- Auskultasi suara nafas,
catat areapenurunan /
tidak adanya ventilasi
dansuara tambahan
- Observasi sianosis
khususnya
membranemukosa
- Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, iramadan denyut
Jantung
28

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

3 Defisit Nutrisi NOC : Nutritional status : NIC : Nutrition


berhubungan food and fluid Intake Management
dengan Nutritional status : - Kaji adanya alergi
Penggunaan Nutrient Intake makanan
energi kurang dari Weight control - Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan Dengan kriteria hasil : gizi untuk menentukan
(D.0019)  Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien
dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal menigkatkan Fe
sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
 Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi - Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi - yakinkan diet yang
 Tidak ada tanda-tanda dimakan mengandung
mal nutrisi tinggi serat untuk
 Menujukkan mencegah konstipasi
peningktan fungsi - Monitor adanya
pengecapan dari penurunan BB dan
menelan dan tidak guladarah
terjadi penurunan berat - Berikan makanan yang
badan yang berarti. terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada klien
dan keluargatentang
manfaat nutrisi
- Anjurkan banyak minum
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam,
totalprotein, Hb dan
kadar Ht
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
29

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
dan kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

4 Hipertermia Thermoregulation NIC


Berhubungan Kriteria Hasil : Fever Treartment
dengan dengan  Suhu Tubuh dalam - Monitor Suhu sesering
Proses penyakit Rentang Normal mungkin
(mis. Infeksi),  Nadi dan RR dalam - Monitir IWL
peningkatan laju Rentang Normal - Monitor Warna dan Suhu
metabolisme  Tidak ada perubahan Kulit
(D.130) warna kulit dan tidak - Monitor Tekanan Darah,
ada pusing Nadi dan RR
- Monitor Penurunan
tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb,
dan Hct
- Monitor Intake dan
Output
- Berikan Anti Piretik
- Kolaborasikan
Pemberian cairan
Intravena
- Kompres pasien pada
30

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

lipat paha dan aksila\


- Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
- Monitor Suhu Minimal
tiap 2 jam
- Rencanakan Monitoring
suhu secara kontinyu
- Monitor TD,Nadi Dan
RR
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hiportermi
- Tingkatkan Intake cairan
dan Nutrisi
- Selimuti Pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
-
5. Defisit NOC : NIC :
Pengetahuan Knowledge : disease Teaching Desease Process
Berhubungan process - Berikan penilaian tentang
dengan Kurang Knowledge : Health tingkat pengetahuan
terpapar Behavior pasien tentang proses
informasi, kurang Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
mampu  Pasien dan keluarga - Gambarkan tanda dan
mengingat, menyatakan gejala yang biasa muncul
ketidaktahuan pemahaman tentang pada penyakit, dengan
menemukan penyakit, kondisi, cara yang tepat
sumber informasi progosis dan program - Gambarkan proses
(D.0111) pengobatan penyakit dengan cara
 Pasien dan keluarga yang tepat
31

Diagnosa Intervensi

No Keperawatan NOC NIC

mampu melaksanakan - Identifikasikan


prosedur yang kemungkinan penyebab,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

6. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab


berhubungan keperawatan selama 3x24 dari perilaku
dengan Efek jam diharapkan ketidakpatuhan pasien.
samping, program ketidakpatuhan akan turun - Kaji faktor-faktor
perawatan/pengob yang akan ditunjukkan problematika dari terapi
atan, program dengan kepatuhan, yang diberikan (biaya,
terapi lama pengendalian gejala dan efek samping dll).
(D.0114) perilaku penanganan - Bantu pasien dan
penyakit. Dengan kriteria keluarga memahami
hasil : kebutuhan untuk
 Pasien mampu mengikuti program
menjelaskan alasan perawatan dan
penyimpangan dari konsekuensi akibat
program yang ketidakpatuhan
direkomendasikan - Konsultasikan dengan
 Melaporkan dokter tentang
penggunaan strategi perubahan yang
untuk menghilangkan mungkin dalam
perilakutidak sehat program pengobatan
dan memaksimalkan untuk mendukung
kesehatan kepatuhan pasien.
 Patuh pada pengobatan
dan program
perawatan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nuersing order untuk


32

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).

Ada 3 tahap implementasi :


1. Fase orientasi
Terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya bertemu
dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.

2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana
perawat mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka
dari itu perawat diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih
mendalam tentang klien dan masalah kesehatanya.
3. Fase terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat
meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan,
ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran
perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik
komunikasi terapeutik perawat-klien apabila ada umpan balik dari
seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan
yang sudah direncanakan.

2.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan

yang telah diberikan. Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan kondisi

klien dan dibuat sesuai masalah yang ada dalam evaluasi yaitu dengan

menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan).

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan


33

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu

kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan

berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan

kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan

disebut evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif

merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada

waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap

perencanaan.

2.3 Tinjauan Kasus

2.3.1 Pengkajian

a. Identitas klien
Tabel 2.3 Pengkajian Identitas Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapsan: Tb Paru

No Identitas klien Kasus I Kasus 2

1. Nama Ny. S Ny.M


Umur 41 thn 27 thn
2.
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
3. Status perkawinan Kawin Kawin

4. Suku Jawa Batak


Agama Islam Islam
5.
34

6. Pendidikan SMA SMA


Pekerjaan Pedagang Swasta Ibu rumah tangga
7.
Alamat Jln. Surbakti No. 9 Dusun I Sei
8. Mencirim

9. Tanggal pengkajian 17 April 2020 17 April 2022

Diagnosa medis Tb. Paru Tb. Paru


10.

11.

Identitas Penanggung Jawab

1. Nama Tn. K Tn. P


Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
2.
Umur 23 thn 28 thn
3 Suku jawa Batak

4. Agama Islam Islam


Hubungan dengan klien Anak Suami
5.
Pekerjaan Mahasiwa Wiraswta
6.

7.

Interprestasi: melihat dari data di atas, ada perbedaan antara kasus


1 dan 2. Dimana dikasus 1 klien berumur 41 tahun dan di kasu 2 klien
berumur 27 tahun, dan kasus 1 bersuku jawa sedangkan di kasus 2 ber
suku batak.

b. Riwayar keperawtan
35

Tabel 2.4 Riwayat Keperawatan Klien Aseuhan Keperwatan Tb. Paru

Aspek Kasus I Kasus 2

Keluhan utama Klien mengatakan sesak dan Klien mengatakan sesak


batuk berdarah napas dan batuk sudah 3
mnggu

Riwayat keperawatan Pada saat pengkajian pasien . Pada saat pengkajian


sekarang mengeluhkankan sesak napas pasien mengeluhkan
dan batuk sudah 3 minggu batuk tak kunjung
dan bercampur darah segar sembuh selama 1 bulan di
pasien mengatakan sulit sertai sesak napas,
mengelurkan dahak sejak 3 disertai lemas mual
hari SMRS sampai sekarang. muntah setiap kali mkan.
Di sertai demam tingi pada Pasien juga mengeluh
malam hari sejak 1 minggu BAB cair 4 kali sehari
dan berkeringat pada malam selama 2 minggu dan
hari. pasien juga mengalami demam 1 bulan naik
penurunan nafsu makan dan turun di sertai sariawan
penurunan BB. selama 1 bulan dan
penurunan nafsu makan
dan BB.

Riwayat keperwatan Klien pernah punya riwayat klien sebelumnya belum


sebelumnya TB paru namun gagal pernah di rawat dan tidak
pengobatan kemudian klien memiliki penyakit seperti
di rawata pada tahun 2020 hipertensi, diabetes
dengan TB paru dan melitus, dan lain-lain.
mengkomsumsi obat OAT
selama 9 bulan. Dan selama 5
hari injeksi streptomisin.
Obat yang dikonsumsi
36

sekarang codein,
methyprednisolon,
salbutamol.

Aspek psikologi dan Klien dalam kesehariannya Klien dalam


spiritual menggunakan bahasa jawa kesehariannya berbahasa
dan bahasa indonesia, pasien indonesia, pasien
mengatakan penyakitnya mengatakan penyakit
adalah cobaan dari tuhan, yang di derita nya adalah
sebelum sakit pasien sering cobaan dari tuhan
beribadah namun setelah sebelum sakit klien
sakit pasien beribadah hanya sering beribadah setelah
kadang-kadang sakit hanya kadang-
kadang

Interpersatasi: dari kasus di atas ada perbedaan antara kasu 1 dan 2


di kasus 1 pasien mengeluh sesak dan batuk berdarah sudah 3 minggu dan
disertai demam tinggi pada malam hari dan berkeringat pada malam hari.
sedangkan di kasu 2 pasien mengeluhkan sesak napas dan batuk sudah 1
bulan mual-muntah saat makan BAB cair 4 x sehari dan demam naik turun
selama satu bulan penurunan nafsu makan dan BB. Dan pada kasus 1
pasien sudah pernah mengalami penyakit TB paru dan di kasu 2 pasien
tidak mempunyai riwat sakit.

c. Genogram

Kasus I Kasus 2
37

Kasus I

Keterangan : : Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Cerai

: Meninggal

d. Pemeriksaan fisik
Tabel 2.5 pemeriksaan pada pasien Tb. Paru

N Hal Yang Di Kasu I Kasus 2


o Kaji

1. Keadaan Sedang Sedang


umum

2. Tingkat Compos mentis Compos mentis


38

kesadaran E4M6V5 E4M6V5

3. Ttv TD: 130/80 mmHg TD :120/70 mmHg


RR: 24x/m RR : 30 kali/menit
Nadi: 100x/m Nadi : 120 kali/menit
Temp: 36.5 oC pada malam Temp : 36.2 oC
hari 38.7 Oc

4. Bb/tb BB: Sebelum sakit 55 kg BB: 70 Kg sebelum sakit 60


sesudah sakit 48 kg Kg
TB: 156 CM TB: 160 CM

5. Kepala Simetris, kepala bersih, Simetris, kepala bersih,


penyebarab rambut merata, penyebarab rambut merata,
warna rambut hitam mulai warna rambut hitam dan tidak
beruban dan tidak ada ada kelainan.
kelainan.

6. Mata Sklera putih, konjungtiva Sklera putih, konjungtiva


anemis, palpebra tidak ada anemis, palpebra tidak ada
edema, refleks cahaya +, edema, refleks cahaya +, pupil
pupil isokor. isokor.

7. Telinga Kedua telinga simetris Kedua telinga simetris


Lengkap dan tidak ada Lengkap dan tidak ada tidak
tidak ada lesi. ada lesi.

8. Hidung posisi septum nasal posisi septum nasal simetris,


simetris, lubang hidung lubang hidung bersih, tidak
bersih, tidak ada penurunan ada penurunan ketajaman
ketajaman penciuman dan penciuman dan tidak ada
tidak ada kelainan. kelainan.

9. Rongga Warna bibir merah muda, Warna bibir merah muda,


lidah warna merah muda lidah warna merah muda
39

Mulut dan mukosa lembab, ukuran mukosa lembab, ukuran tonsil


tonsil normal, letak uvula, normal, letak uvula, simetris
Lidah simetris ditengah
ditengah
10 Thoraks Keluhan : Keluhan :
Pasien Batuk berdarah Pasien ada keluhan sesak
. dan tersa sesak sulit nafas, dan batuk Inspeksi
mengelurkan nafas. :
Inspeksi : Bentuk dada simetris,
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 30
frekuensi nafas 24 kali/menit, irama nafas
kali/menit, irama nafas tidak teratur, ada
teratur, ada cuping pernafasan cuping hidung ,
hidung , ada ada penggunaan otot bantu
penggunaan otot bantu nafas , pasien
nafas , pasien tidak menggunakan alat bantu
menggunakan alat bantu nafas, NRM 9 lpm
nafas. Palpasi :
Palpasi : Vokal premitus teraba
Vokal premitus teraba diseluruh lapang paru
diseluruh lapang paru Ekspansi paru simetris,
Ekspansi paru simetris, pengembangan sama di
pengembangan sama di paru kanan dan kiri
paru kanan dan kiri Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan Perkusi :
Perkusi : Sonor, batas paru hepar
Sonor, batas paru hepar ICS 5 dekstra
ICS 5 dekstra Auskultasi :
Auskultasi : Suara nafas Ronkhi
Suara nafas Ronkhi Kesan Foto Rongent :
Kesan Foto Tampak Bercak-bercak
Rongent : Bayangan infiltrate dan cavitas pada
berawan / Nodular di segmen anterior lobus
segmen apikal dan superior paru kanan,
posterior lobus atas Bayangan bercak milier, TB
paru dan segmen Paru aktif.
superior lobus bawah,
Kaviti Terutama lebih
dari satu dikelilingi
oleh bayangan opak
berawan atau nodular
11 Jantung a. Tidak ada keluhan a. Tidak ada keluhan
nyeri dada nyeri dada
.
b. Inspeksi b. Inspeksi
- Tidak terlihat - Tidak terlihat adanya
adanya pulsasi pulsasi iktus kordis
iktus kordis - CRT < 2 detik
40

- CRT <2 detik - Tidak ada sianosis


- Tidak ada sianosis c. Palpasi
c. Palpasi - Ictus Kordis teraba di
- Ictus Kordis ICS 5
teraba di ICS 5 - Akral Hangat
- Akral Hangat d. Perkusi
d. Perkusi - Batas atas : ICS II line
- Batas atas : ICS II sternal dekstra
line sternal dekstra - Batas bawah : ICS V
- Batas bawah : line midclavicula
ICS V line sinistra
midclavicula - Batas kanan : ICS III
sinistra line sternal dekstra
- Batas kanan : ICS - Batas kiri : ICS III line
III line sternal sternal sinistra
dekstra e. Auskultasi
- Batas kiri : ICS III - BJ II Aorta : Dub,
line sternal sinistra reguler dan intensitas
e. Auskultasi kuat
- BJ II Aorta : Dub, - BJ II Pulmonal : Dub,
reguler dan reguler dan intensitas
intensitas kuat kuat
- BJ II Pulmonal : - BJ I Trikuspid : Lub,
Dub, reguler dan reguler dan intensitas
intensitas kuat kuat
- BJ I Trikuspid : - BJ I Mitral : Lub,
Lub, reguler dan reguler dan intensitas
intensitas kuat kuat
- BJ I Mitral : Lub, - Tidak ada bunyi
reguler dan jantung tambahan
intensitas kuat Tidak ada kelainan
- Tidak ada
bunyi jantung
tambahan
Tidak ada kelainan
13 Pemeriksaan a. BB : 48 Kg a. BB : 60 Kg
Sistem b. TB : 156 Cm b. TB : 160 Cm
.
Pencernaan c. IMT : 19,8 c. IMT : 23,5
d. Terdapat d. Terdapat penurunan
dan Status
penurunan berat berat badan dalam 6
Nutrisi badan dalam 6 bulan terakhir dari
bulan terakhir dari awalnya 70 kg menjadi
awalnya BB adalah 60 kg
55 Kg menjadi 48 e. Asupan makan
Kg berkurang karena tidak
e. Asupan makan nafsu makan
41

berkurang karena f. BAB


pasien mengaku tidak - 4 kali sehari
nafsu makan - Konsistensi cair
f. BAB g. Diet
- 2 hari sekali - Jenis diet NTKTP
- Konsistensi lunak - Frekuensi makan 3
g. Diet kali sehari
- Jenis diet NTKTP - Nafsu makan Kurang
- Frekuensi makan 3 - Porsi makan hanya
kali sehari habis 3 sendok makan
- Nafsu makan kurang h. Abdomen
- Porsi makan hanya Inspeksi
habis 5 sendok - Bentuk : Bulat
makan - Tidak ada bayangan
h. Abdo vena
men - Tidak terlihat adanya
Inspek benjolan
si - Tidak ada luka operasi
- Bentuk : Bulat pada abdomen
- Tidak ada - Tidak terpasang drain
bayangan vena Auskultasi
- Tidak terlihat - Peristaltik 45
adanya benjolan kali/menit
- Tidak ada luka Palpasi
operasi pada - Tidak ada nyeri tekan
abdomen - Tidak teraba adanya
- Tidak terpasang massa
drain Auskultasi - Tidak ada pembesaran
- Peristalti pada hepar dan lien
k9 Perkusi
kali/meni - Shifting Dullness (-)
t Tidak ada nyeri pada
Palpasi pemeriksaan perkusi ginjal
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba
adanya massa
- Tidak ada
pembesaran pada
hepar dan lien
Perkusi
- Shifting Dullness (-)
Tidak ada nyeri pada
pemeriksaan perkusi ginjal
14 Pemeriksaan a. Memori : Panjang a. Memori : Panjang
b. Perhatian : b. Perhatian :
. sistem syraf
Dapat Dapat
42

mengulang mengulang
c. Bahasa : Baik c. Bahasa : Baik
(dengan (dengan
komunikasi verbal komunikasi
menggunakan verbal
bahasa Indonesia ) menggunakan
d. Kognisi : Baik bahasa Indonesia
e. Orientasi : Baik )
(Terhadap orang, d. Kognisi : Baik
tempat dan waktu) e. Orientasi : Baik
f. Tidak ada keluhan (Terhadap orang,
pusing tempat dan waktu)
f. Tidak ada keluhan
pusing

15 Pemeriksaan a. Kebersihan :
Sistem a. Kebersihan : Bersih Bersih
.
Perkemihan b. Kemampuan b. Kemampuan
berkemih : Tidak
berkemih :
Menggunakan alat
bantu Tidak
- Produksi Menggunaka
urine n alat bantu
2000ml/har c. Prod
i uksi
- Warna : Kuning cerah urine
- Bau : Khas urine
c. Tidak ada distensi 2000
kandung kemih ml/h
d. Tidak ada nyeri tekan ari
pada kandung kemih d. Warna :
Kuning cerah
1. Balance Cairan tgl e. Bau : Khas
17 April 2022
urine
2980 - 2920 = -60
2. Balance cairan tgl f. Tidak ada
18 april 2020 distensi
3080 – 3020 = +60 g. Tidak ada
3. Balance cairan tgl nyeri tekan
19 april 2020 pada kandung
3130 – 3120 = -10 kemih
1. Balance Cairan tgl 17
April 2022
2980 – 2900 = +80
43

2. Balance cairan tgl 18


april 2022
3180 – 3000 = +80
3. Balance cairan tgl 19
april 2022
3080 – 2950 = +130

16 Pemeriksaan a. Pergerakan sendi bebas a. Pergerakan sendi bebas


Sistem b. Kekuatan otot b. Kekuatan otot
Muskoloskel c. Tidak ada c. Tidak ada
kelainan kelainan
etal dan
ekstremitas ekstremitas
Integumen d. Tidak ada d. Tidak ada
kelainan tulang kelainan tulang
belakang belakang
e. Tidak ada fraktur e. Tidak ada fraktur
tidak terpasang tidak terpasang traksi
traksi f. Kulit
f. Kulit berwarna
berwarna kemerahan
kemerahan g. Turgor kulit baik
g. Turgor kulit baik h. Tidak Terdapat Luka
h. Tidak Terdapat Luka i. Tidak Edema ekstremitas
i. Tidak Edema j. Tidak ada pitting edema
ekstremitas Tidak risiko
j. Tidak ada pitting dekubitus
edema
Tidak risiko dekubitus
17 Pemeriksaan a. Tidak ada a. Tidak ada
Sistem pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
Endokrin tyroid tyroid
b. Tidak ada b. Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
getah bening getah bening
c. Tidak ada trias DM c. Tidak ada trias DM
Pasien tidak Pasien tidak mengalami
mengalami keadaan keadaan hiperglikemia
hiperglikemia dngan dngan kadar glukosa
kadar glukosa darah darah
18 Kemanan Total skor penilaian Total skor penilaian
Lingkungan risiko pasien jatuh risiko pasien jatuh
dengan skala morse dengan skala morse
adalah Pasien dalam adalah Pasien dalam
44

kategori Mandiri kategori Mandiri


19 Personal a. Leukosit : 11,81 a. Leukosit :12,54 103/L
Hygiene 103/L b. Eritrosit : 4,32 106/L
b. Eritrosit : 3,14 106/L c. Hemoglobin 10,5 g/dL
c. Hemoglobin : 9,8 d. Hematokrit : 31,3 %
g/dL e. Natrium : 128 mg/Dl
d. Hematokrit : 28,5 % f. Kalium : 5,2 mmol/L
e. Natrium : 131 g. Chloride : 98 mmol/L
mmol/L LED : 18 < mm/jam
f. Kalium : 5,1 mmol/L
g. Chloride : 96 mmol/L
LED : 15< mm/jam
20 Terapi yang Kalnex 3x500 mg (IV) Aminofluid (IV) 20 tpm
diterima Sucralfat Syr 3x1 (PO) Ranitidin (IV) 2x1
Ranitidin (IV) 2x1 Metocloropamid 3x1 (IV)
Salbutamol 2 mg 3x1 (PO) Paracetamol 3x1 (IV)
Combivent+pulnicord RL (IV) 20 Tpm
/8jam Combivent /8jam

Interprestasi: pada data pemeriksaan fisik di atas ditemukan ada perbedaan


antara kasus 1 dan 2 pada kasus 1 di bagian thoraks ada cuping hidung dan
penggunaan otot bantu nafas dan pasien tidak menggunakan alat bantu napas.
Pada kasus ke 2 ada pernafasan cuping hidung dan menggunakan otot bantu nafas,
frekuensi nafas 30x/menit, irama nafas tidak teratur dan menggunakan alat bantu
nafs, NRM 9 lpm.

2.3.2 Analisa Data

Tabel 2.6 analisa data pasien Tb. Paru

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O

Kasus 1

1. Data Subjektif: Sekresi Pola nafas


mukopuleran dan tidak efektif
1) Klien mengeluhkan sesak
kurangnya upaya
napas dan batuk
batuk
2) Klien mengatakan sulit
45

mengeluarkan nafas

Data Objektif:

1) klien tampak sesak


2) ada pernafasan cuping
hidung
3) penggunaan otot bantu nafas
4) Td: 130/80 mmHg
RR: 24x/m
Nadi: 112x/m
Temp: 36.5 0C

2. Data Subjektif: Kondisi Klinis Bersihan jalan


Terkait : Infeksi nafas tidak
1) Klien mengeluhkan batuk
Saluran Napas efektif
berdahak
Bawah (TB Paru)
2) Klien mengeluhkan sesak
3) Klien mengatakan sulit
mengeluarkan dahak

Data Objektif:
Hipersekresi Jalan
1) Klien tampak batuk Napas
berdahak bercampur darah
merah segar
2) Bunyi nafas ronkhi
3) Klien tampak suli Batuk tidak efektif,
mengeluarkan dahak tidak mampu batuk,
4) TD: 130/80 mmHg sputum berlebih,
RR: 24x/menit terdapat suara napas
Nadi:112x/menit tambahan ronkhi,
Temp: 36.5 0C sesak napas
(dyspnea), gelisah,
46

frekuensi napas
berubah dan pola
napas berubah. RR :
24x/menit.

Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif

3. Data Subjektif: Defisit nutrisi


b/d kurangnya
1) Klien mengatakan tidak
asupan
napsu makan menurun
makanan
2) Klien mengatakan berat
badan menurun dari 55 kg
menjadi 48 kg

Data Objektif :

1) Klien tampak tidak napsu


makan
2) Porsi makan klien hanya
menghabiskan 5 sendok
makan
3) Penurunan berat badan 7 kg
dalam 6 bulan terahir
4) BB: 48 kg
TB: 156 cm
IMT: 19,8
47

DATA ETIOLOGI MASALAH

N
O

Kasus 2

1. Data Subjektif: Pola nafas


tidak efektif
1) Klien mengatakan sesak dan
batuk semenjak satu bulan
tidak kunjung sembuh

Data Objektif:

1) Klien tampak sesak


2) Irama nafas tidak teratur
3) Ada pernafasan cuping
hidung
4) Penggunaan otot bantu nafas
5) Klien menggunakan alat
bantu nafas NRM 9 lpm
6) TD: 130/70 mmHg
HR:120x/menit
RR:30x/menit
Temp: 36,2 0C

2 Data Subjektif: Defisit nutrisi


b/d kurangnya
1) klien mengatakan mual-
asupan
muntah setiap kali makan
makanan
2) klien juga mengeluh BAB
cair 4x sehari selama 2
minggu
3) klien mengatakan mengalami
penurunan napsu makan dan
48

BB

Data Objektif:

1) klien tampak mual-muntah


pada saat makan
2) klien hanya makan tiga
sendok posi makan
3) klien tampak lemas
4) klien menglami penurunan
berat badan sebanyak 10 kg
dalam 6 bulan teahir
5) TB: 160 cm
BB : 60 kg
IMT: 23,5
6) BAB
- 4 x sehari
- Konsitensi cair

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


Tabel 2.7 diagnosa keperawatan pasien Tb. Paru

No Kasus 1 Kasus 2
Diagnosa keperawatan Diagnosa kepeawatan

1. pola nafas tidak efektif berhuungan dengan pola nafas tidak efektif berhuungan
hambatan upaya bernafas dengan hambatan upaya bernafas

2 bersihan jalan nafas tidak efektif b/d defisit nutrisi b/d kurangnya asupan
ketidakmampuan batuk efektif makanan
49

3 defisit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan

2.3.4 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.8 intervensi keperawatan pasien Tb. Paru

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


o hasil

Kasus 1

1. Pola nafas tidak NOC: NIC.:


efektif - respiratory a. Monitor
status : frekuensi, irama
Data Subjektif:
ventilation kedalaman
1) Klien - respiratory upaya bernafas
mengeluhk status: airway b. Monitor adanya
an sesak pantency retensi sputum
napas dan - vital sign c. Posisikan semi
batuk status fowler atau
2) Klien fowler
kriteria hasil:
mengatakan d. Auskultasi
sulit a. mampu suara napas
mengeluark menggunakan catat adanya
an nafas tekhnik suara napas
nonfarmakolo tambahan
gi untuk e. Pertahankan
Data Objektif:
mengurai rasa jalan nafas yang
1) klien sesak napas paten
tampak (mencari f. Lakukan
50

sesak bantuan) fisiotrapi dada


2) ada b. tidak ada bila perlu
pernafasan suara nafas g. Monitor vital
cuping tambahaan saign
hidung c. tidak ada h. Ajarkan tekhnik
3) penggunaan sianosis, nonfarmakologi
otot bantu disyfnea pada pasien
nafas d. mampu untuk
4) Td: 130/80 mengeluarkan memperbaiki
mmHg sputum, pola nafas,
RR: 24x/m mampu ( pursed lip
Nadi: bernafas breating
112x/m dengan exercise).
Temp: 36.5 mudah i. kolaborasi
0C e. menunjukan pemberian
jalan nafas mokolitik atau
paten (klien kspetoran bila
merasa tidak perlu
terjekik, irama
nafas,
frekuensi
nafas dalam
rentang
normal, tidak
ada suar nafas
tidak normal).
f. Menyatakan
rasa nyaman
setelah sesak
napas
51

berkurang
g. Tanda-tanda
vital dalam
rentang
normal

2 Bersihan jalan NOC: NIC:


nafas tidak efektif - Respiratory 1. Pastikan
status: kebutuhan oral/
Data Subjektif:
ventilation tracheal
1) Klien - Respiratory suctioning
mengeluhka status : airway 2. Anjurkan
n batuk patency pasien untuk
berdahak - Aspiration istirahat dan
2) Klien control napas dalam
mengeluhka 3. Posisikan
Kriteria hasil:
n sesak pasien untuk
3) Klien 1. Mendemontra memaksimalka
mengatakan sikan batuk n ventilasi
sulit efektif dan 4. Lakukan
mengeluark suara nafas fisiotrapi dada
an dahak yang bersih, bila perlu
tidak ada 5. Keluarkan
Data Objektif:
sianosis dan sekret dengan
1) Klien disyfneu batuk atau
tampak (mampu suction
batuk mengeluarkan 6. Auskultasi
berdahak sputum, suara nafas,
bercampur bernafas catat adanya
darah dengan suara nafas
merah segar mudah, tidak tambahan
2) Bunyi nafas pursed lips) 7. Jelaskan pada
52

ronkhi 2. Menunjukan pasien dan


3) Klien jalan nafas keluarga
tampak sulit yang paten tentang
4) mengeluark ( klien tidak penggunaan
an dahak merasa peralatan:O2,su
5) TD: 130/80 tercekik , irma ction,inhalasi
mmHg nafas,
RR: frekuensi
24x/menit pernapasan
Nadi:112x/ dalam rentang
menit normal, tidak
Temp: 36.5 ada suara
0C nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifik
asi dan
mencegah
faktor yang
penyebab .
4. Satuasi O2
dalam batas
normal
5. Foto thorak
dalam batas
normal

3. Defisit nutrisi b/d NOC: NIC:


kurangnya asupan - Nutritional
1. Identifikasi
makanaan status : food
status nutrisi
and fluid
2. Identifikasi
intake
53

Data Subjektif: - Nutritional alergi dan


nutrient intake intoleransi
3) Klien
- Weight makanan
mengatakan
control 3. Monitor asupan
tidak napsu
makanan
makan Kriteria hasil:
4. Berikan
menurun
1. Adanya makanan tinggi
4) Klien
peningkatan kalori tinggi
mengatakan
berat badan protein
berat badan
sesuai dengan 5. Anjurkan
menurun
tujuan pasien untuk
dari 55 kg
2. Berat badan menghabiskan
menjadi 48
ideal sesuia porsi makan
kg
dengan tinggi
Data Objektif : badan
3. Tidak ada
5) Klien
tanda-tanda
tampak
mal nutrisi
tidak napsu
4. Menunjukan
makan
fungsi
6) Porsi
pengecapan
makan klien
dari menelan
hanya
dan tidak
menghabisk
terjadi
an 5 sendok
penurunan
makan
berat badan
7) Penurunan
yang berarti
berat badan
7 kg dalam
6 bulan
terahir
54

8) IMT 19,3

N Diagnos Kriteria dan hasil Intervensi


O

Kasus 2

1. Pola nafas tidak NOC: NIC.:


efektif - respiratory a. Monitor
status : frekuensi, irama
Data Subjektif:
ventilation kedalaman
1) Klien - respiratory upaya bernafas
mengatakan status: airway b. Monitor adanya
sesak dan pantency retensi sputum
batuk - vital sign c. Posisikan semi
semenjak status fowler atau
satu bulan fowler
kriteria hasil:
tidak d. Auskultasi
kunjung a. mampu suara napas
sembuh menggunakan catat adanya
tekhnik suara napas
Data Objektif:
nonfarmakolo tambahan
1) Klien gi untuk e. Pertahankan
tampak mengurai rasa jalan nafas yang
sesak sesak napas paten
2) Irama nafas (mencari f. Lakukan
tidak teratur bantuan) fisiotrapi dada
3) Ada b. tidak ada bila perlu
pernafasan suara nafas g. Monitor vital
cuping tambahaan saign
hidung c. tidak ada h. Ajarkan tekhnik
4) Penggunaan sianosis, nonfarmakologi
55

otot bantu disyfnea pada pasien


nafas d. mampu untuk
5) Klien mengeluarkan memperbaiki
menggunak sputum, pola nafas,
an alat mampu ( pursed lip
bantu nafas bernafas breating
NRM 9 lpm dengan exercise).
6) TD: 130/70 mudah i. kolaborasi
mmHg e. menunjukan pemberian
HR:120x/ jalan nafas mokolitik atau
menit paten (klien kspetoran bila
RR:30x/ merasa tidak perlu
menit terjekik, irama
nafas,
Temp: 36,2
frekuensi
0C
nafas dalam
rentang
normal, tidak
ada suar nafas
tidak normal).
f. Menyatakan
rasa nyaman
setelah sesak
napas
berkurang
g. Tanda-tanda
vital dalam
rentang
normal

2. Defisit nutrisi b/d NOC: NIC:


kurangnya asupan - Nutritional
56

makanaan status : food 1. Identifikasi


and fluid status nutrisi
intake 2. Identifikasi
Data Subjektif: - Nutritional alergi dan

4) klien nutrient intake intoleransi

mengatakan - Weight makanan

mual- control 3. Monitor asupan

muntah makanan
Kriteria hasil:
setiap kali 4. Berikan
1. Adanya makanan tinggi
makan
peningkatan kalori tinggi
5) klien juga
berat badan protein
mengeluh
sesuai dengan 5. Anjurkan
BAB cair
tujuan pasien untuk
4x sehari
2. Berat badan menghabiskan
selama 2
ideal sesuia porsi makan
minggu
dengan tinggi
6) klien
badan
mengatakan
3. Tidak ada
mengalami
tanda-tanda
penurunan
mal nutrisi
napsu
4. Menunjukan
makan dan
fungsi
BB
pengecapan
Data Objektif: dari menelan

7) klien dan tidak

tampak terjadi

mual- penurunan

muntah berat badan

pada saat yang berarti

makan
57

8) klien hanya
makan tiga
sendok posi
makan
9) klien
tampak
lemas
10) klien
menglami
penurunan
berat badan
sebanyak
10 kg dalam
6 bulan
teahir
11) TB: 160 cm
BB : 60 kg
IMT: 23,5
12) BAB
- 4x
sehri

Konsitensi cair
58
57

2.3.5 Implementasi Keperawatan


Tabel 2.9 implementasi keperawatan pasien Tb. Paru

Dx 1 : pola nafas tidak efektif berhubungan Dengan Hambatan upaya napas

Kasus 1 dan kasu 2

Waktu 17 April 2022 Waktu 18 April 2022 Wakt 19 April 2022


u

14:05 1. Memonitor frekuensi, 14:05 1. Memonitor frekuensi, 14:05 1. Memonitor frekuensi,


retensi kedalaman retensi kedalaman retensi kedalaman
upaya bernafas upaya bernafas upaya bernafas
14: 10 2. Memonitor adanya 14: 10 2. Memonitor adanya 14: 10 2. Memonitor adanya
retensi sputum retensi sputum retensi sputum
14:20 3. Mengauskultasi suara 14:20 3. Mengauskultasi suara 14:20 3. Mengauskultasi suara
nafascatat adanya suara nafascatat adanya nafascatat adanya
nafas tambahan suara nafas tambahan suara nafas tambahan
4. mempertahankan jalan 4. mempertahankan jalan 4. mempertahankan
14:30 nafas paten 14:30 nafas paten 14:30 jalan nafas paten
5. melakukan fisioterapi 5. melakukan fisioterapi 5. melakukan fisioterapi
58

dada dada dada


14:40 6. memonitor vital sign 14:40 6. memonitor vital sign 14:40 6. memonitor vital sign
14:50 7. mengajarkan tekhnik 7. mengajarkan tekhnik 7. mengajarkan tekhnik
14:60 nonfarmakologi 14:50 nonfarmakologi 14:50 nonfarmakologi
( pursed lip breating 14:60 ( pursed lip breating 14:60 ( pursed lip breating
exercise) exercise) exercise)
15:00 8. berkolaborasi 8. berkolaborasi 8. berkolaborasi
pemberian mokolitik 15:00 pemberian mokolitik pemberian mokolitik
atau kepetoran bila atau kepetoran bila 15:00 atau kepetoran bila
perlu perlu perlu

Dx 2: bersihan jalan nafas tidak efektip

Kasus 1 saja

Waktu 18 April 2022 Waktu 18 April 2022 Wakt 18 April 2022


u

16:00 1. memastikan kebutuhan 16:00 1. memastikan 16:00 1. memastikan


oral/tracheal suctioning kebutuhan kebutuhan
16:05 2. mengajurkan pasien 16:05 oral/tracheal 16:05 oral/tracheal
59

untuk istirahat dan nafs suctioning suctioning


dalam 2. mengajurkan pasien 2. mengajurkan pasien
3. memposisikan pasien untuk istirahat dan untuk istirahat dan
16:10 untuk memaksimalkan 16:10 nafs dalam 16:10 nafs dalam
ventilasi 3. memposisikan pasien 3. memposisikan pasien
4. melakukan fisotrapi untuk memaksimalkan untuk
16:15 dada 16:15 ventilasi 16:15 memaksimalkan
16:25 5. mengelurkan secret 4. melakukan fisotrapi ventilasi
dengan batuk atau 16:25 dada 16:25 4. melakukan fisotrapi
suction 5. mengelurkan secret dada
16:30 6. mengauskultasi suara dengan batuk atau 5. mengelurkan secret
nafas, mencatat adanya 16:30 suction 16:30 dengan batuk atau
suara nafas tambahan 6. mengauskultasi suara suction
16:35 7. menjelaskan pada nafas, mencatat 6. mengauskultasi suara
pasien dan keluarga 16:35 adanya suara nafas 16:35 nafas, mencatat
tentang penggunaan tambahan adanya suara nafas
peralatan O2, suction 7. menjelaskan pada tambahan
dan inhalasi. pasien dan keluarga 7. menjelaskan pada
tentang penggunaan pasien dan keluarga
60

peralatan O2, suction tentang penggunaan


dan inhalasi. peralatan O2, suction
dan inhalasi.

Dx 3: defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

Kasus 1 dan kasu 2

Waktu 19 April 2022 Waktu 19 April 2022 Wakt 19 April 2022


u

19:00 1. mengidentifikasi status 19:00 1. mengidentifikasi 19:00 1. mengidentifikasi


nutrisi status nutrisi status nutrisi
2. mengidentifikasi alergi 2. mengidentifikasi 2. mengidentifikasi
19:05 dan intoleransi 19:05 alergi dan intoleransi 19:05 alergi dan intoleransi
makanan makanan makanan
19:10 3. memonitor asupan 19:10 3. memonitor asupan 3. memonitor asupan
makanan makanan 19:10 makanan
19:15 4. memberikan makanan 19:15 4. memberikan makanan 4. memberikan makanan
tinggi kalori tinggi tinggi kalori tinggi 19:15 tinggi kalori tinggi
19:20 protein protein protein
61

5. menganjurkan pasien 19:20 5. menganjurkan pasien 5. menganjurkan pasien


untuk menghabiskan untuk menghabiskan 19:20 untuk menghabiskan
porasi makan porasi makan porasi makan

2.3.6 Evaluasi Keperawatan


Tabel 2.10 evaluasi keperawatan Tb. Paru

Tang 17 April 2022

No Dx Waktu Kasus 1 Kasus 2

1. 15:30 S: S:
- klien mengatakan sesak dan batuk semenjak
- Klien mengatakan sesak napas dan batuk
satu bulan tidak kunjung sembuh
- Klien mengatakan sulit mengeluarkan
nafas O:

O: - klien tampak sesak


- irama nafas tidak teratur
- klien tampak sesak
- ada pernafasan cuping hidung
- ada pernapasan cuping hidung
- penggunaan otot bantu nafs
- penggunaan otot bantu nafs
62

- vital sign: - vital sign:


TD: 130/80 mmHg TD: 130/70 mmHg
RR: 24x/m RR: 30x/m
Nadi: 112x/m HR: 120x/m
Temp: 36,50C Temp: 36,2 0C

A: masalah pola nafs tidak efektif A: Masalah pola nafas tidak efektif

P: intervensi di lanjutkan P: Intervensi di lanjutkan

2. 18:30 S:
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan sesak nafas
- Klien mengatakan sulit mengeluarkan
dahak

O:

- Klien tampak batuk berdahak bercampur


darah merah segar
- Bunyi nafas ronkhi
63

- Klien tampak sulit mengeluarkan dahak


- Vital sign:
TD:130/80 mmHg
RR:24x/m
HR: 112x/m
Tem: 36,5 0C

A: Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

P: intervensi dilanjutkan

3. 20:00 S: S:
- Klien mengatakan tidak napsu makan - Klien mengatakan mual-muntah setiap kali
- Klien mengatakan berat badan menurun makan
dari 55 kg menjadi 48 kg - Klien juga mengeluh BAB cair 4x sehari
selama 2 minggu
O:
- Klien mengatakan mengalami penurunan berat
- Klien tampak tidak napsu makan badan BB
- Porsi makan klien hanya menghabiskan
O:
5 sendok makan
- Penurunan berat badan 7 kg dalam 6
64

bulan terahir - Klien tampak mual-muntah saat makan


- Klien hanya makan 3 sendok porsi makan
A: masalah defisit nutrisi
- Klien tampak lemas
P: intervensi dilanjutkan - Klien mengalami penurunan berat badn
sebanyak 10 kg dalam 6 bulan terahir

A: Masalah defisit nutrisi

P: Intervensi di lanjutkan

Tanggal 18 april 2022

No DX Waktu Kasus 1 Kasus 2

1. 15:30 S: S:
- Klien mengataka sesak sudah berkurang - klien mengatakan sesak dan batuk sudah mulai
sedikit kurang sedikit
- Klien mengatakan sudah jarang batuk
O:
65

O: - klien tampak sesak


- irama nafas tidak teratur
- Klien tampak sesak
- ada pernafasan cuping hidung
- ada pernapasan cuping hidung
- penggunaan otot bantu nafs
- penggunaan otot bantu nafs
- vital sign:
- vital sign:
TD: 130/70 mmHg
TD: 130/80 mmHg
RR: 25x/m
RR: 22x/m
HR: 115x/m
Nadi: 109x/m
Temp: 36,2 0C
Temp: 36,50C
A: Masalah pola nafas tidak efektif
A: masalah pola nafs tidak efektif
P: Intervensi di lanjutkan
- P: intervensi di lanjutkan

2. 18:30 S:
- Klien mengatakan batuk berdahak
berkurang
- Klien mengatakan sesak nafas
berkurang
- Klien mengatakan sulit mengeluarkan
66

sudah bisa mengeluarkan dahak

O:

- Klien tampak batuk berdahak


bercampur darah merah segar
- Bunyi nafas ronkhi
- Vital sign:
TD:130/80 mmHg
RR:22x/m
HR: 109x/m
Tem: 36,5 0C

A: Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

P: intervensi dilanjutkan

3. 20:00 S: S:
- Klien mengatakan tidak napsu makan - Klien mengatakan mual-muntah setiap kali
- Klien mengatakan berat badan menurun makan
dari 55 kg menjadi 48 kg - Klien juga mengeluh BAB masih cair namun
67

O: frekuensi nya menurun

- Klien tampak tidak napsu makan


- Porsi makan klien hanya menghabiskan O:
1/2 makan
- Klien tampak mual-muntah saat makan
- Penurunan berat badan 7 kg dalam 6
- Klien hanya sedikit
bulan terahir
- Klien masih tampak lemas
A: masalah defisit nutrisi

P: intervensi dilanjutkan A: Masalah defisit nutrisi

P: Intervensi di lanjutkan

Tanggal 19 april 2020

No Waktu Kasus 1 Kasus 2


dx

1. 15:30 S: S:
- klien mengatakan sudah tidak sesak lagi, sesak
68

- Klien mengataka sudah tidak sesak lagi muncul hanya sesekali saat pasien terasa
- Klien mengatakan sudah jarang batuk kepanasan
- batuk sudah jauh berkurang v
O:
O:
- Klien tampak sudah tidak sesak
- Sudah tidak pernapasan cuping hidung - Klien sudah tampak tidak sesak
- Sudah tidak ada penggunaan otot bantu - irama nafas teratur
nafs - tidak ada pernafasan cuping hidung
- vital sign: - tidak ada penggunaan otot bantu nafs
TD: 130/80 mmHg - vital sign:
RR: 22x/m TD: 130/70 mmHg
Nadi: 100x/m RR: 22x/m
Temp: 36,50C HR: 111x/m
Temp: 36,2 0C
A: masalah pola nafas tidak efektif teratasi
A: Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
P: intervensi di hentikan
P: Intervensi dihentikan

2. 18:30 S:
- Klien mengatakan batuk berdahak
69

sudah berkurang
- Klien mengatakan sudah tidak sesak
- Klien mengatakan sudah bisa
mengeluarkan dahak

O:

- Klien sudah tampak sesak


- Batuk nampak berkurang
- Bunyi nafas ronkhi sudah tidak ada
- Vital sign:
TD:130/80 mmHg
RR:22x/m
HR: 100x/m
Tem: 36,5 0C

A: Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efekti


teratasi

P: intervensi dihentikan
70

3. 20:00 S: S:
- Klien mengatakan sudah napsu makan - Klien mengatakan sudah tidak mual muntah lagi
saat makan
O:

- Klien tampak menghabiskan porsi


makan O:

- Klien tampak sudah tidak mual saat makan


A: masalah defisit nutrisi teratasi - Klien tampak menghabiskan porsi makan
- Klien tampak girang
P: intervensi dihentikan

A: Masalah defisit nutrisi teratasi n

P: Intervensi dihentikan
71

PATHWAY TB PARU
BAB 3
PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau


kesenjangan yang terjadi selama melakukan asuhan keperawatan keluarga
langsung terhadap Ny. S dan Ny. M dengan kasus Tb.Paru Di Instalasi
Rawat Inap Rindu B1 RSUP H Adam Malik Medan . Dalam bab ini
penulis membandingkan antara teori yang ada pada literatur dengan kasus
yang ditemukan oleh penulis. Selain itu penulis juga membahas mengenai
faktor pendukung dan faktor penghambat yang penulis temukan pada saat
melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. M , serta alternatif
pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan asuhan
keperawatan pada tiap tahap keperawatan.

Asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. M menggunakan


pendekatan proses keperawatan yang dilaksanakan selama empat hari,
yaitu dari tanggal 27 - 30 September 2021. Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada Ny. S dan Ny. M adalah seperti
yang diuraikan dibawah ini.

3.1 Tahap Pengkajian


Pada tahap pengkajian, penulis menggunakan format pengkajian
yang diawali pengumpulan informasi dan data dasar berupa data subyektif
dan data obyektif yang sesuai dengan pengkajian. Sedangkan data obyektif
dan data penunjang diperoleh melalui interaksi dengan klien.
Dalam tahap pengkajian ini, penulis tidak menemukan hal-hal yang
menghambat proses pengkajian karena didukung adanya kerjasama yang
baik dengan klien, keluarga klien. Setelah dilakukan pengumpulan data
baik dari studi literatur, studi dokumentasi, pemeriksaan fisik, observasi
dan wawancara, sebagian data yang ditemukan pada kasus sama dengan
yang ada pada teoritis, tetapi juga didapatkan beberapa kesenjangan antara
teoritis dan kasus pada tahappengkajian.
3.2 Tahap Diagnosa Keperwatan

70
73

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon klien yang


dianalisa dan diidentifikasi dapat menunjukkan adanya gangguan pada
status kesehatan yang dialami klien serta dapat diselesaikan secara
mandiri, kolaborasi serta edukasi oleh perawat. Setelah dilakukan
pengkajian melalui pengumpulan data, mengklasifikasikan dan
menganalisa data didapatkan beberapa masalah keperawatan yang menjadi
diagnosa keperawatan.
Pada tinjauan kasus penulis menegakkan 4 diagnosa pada Ny. S dan 4
diagnosa pada Ny. M , yaitu:

a. Pola Nafas Tidak Efektif Berdasarkan Dengan Habtan Upaya


Nafas
Pola napas tidak efektif adalah keadaan ketika seseorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual dan potensial yang
berhubungan dengan perubahan pola pernapasan ( NANDA, 2015).
Pola nafas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi dan eksprasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI,2016).
Penulis menegakan diagnosa ini, berdasarkan data subjektif yaitu
klien 1 (Ny.S) mengatakan sesak nafas dan batuk. Data objektif yaitu,
terjadinya peningktan frekuensi pernafasan lebih dari 16-20x/ menit
yaitu Ny.S mengalami peningaktan frekuensi pernapasan 24x/ menit
dan bunyi nafas ronkhi serta ada pernafasan cuping hidung,
penggunaan ottot bantu nafas. Dan pada kasu 2 (Ny.M) pasien
mengeluh sesak nafas dan mengalami peningkatan frekuensi
pernafasan 30x/menit, ada pernafasan cuping hidung, menggunakan
otot bantu nafas dan suara nafas ronkhi.
Diagnosa keperawatan ini muncul sebagia prioritas utama, karena
menurut Santoso 2017 keadaan yang harus segera di tangani karena
dapat mengakibatkan hipoksemia, hipoksia asfiksia, gagal nafas
bahkan kematian.
74

b. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret aau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan
seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebihan suara napas mengi atau
wheezing dan ronkhi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa ini ditegakkan karena di temukan pada kasus 1 (Ny.S)
data subjektib klien mengeluh batuk berdahak darah berwarana merah
segar, dan data objektif nya adalah klien tampak batuk berdahak darah
berwarna merah segar dan suara nafas ronhki dan klien susah
mengeluarkan dahak.

c. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Kurangnya Asupan


Makanan
Defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam
memenuhi kebutuhan energi harian kerena asupan makanan yang tidak
memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan
makanan( Barbara, Glenora, Audrey, & Shirlee J, 2011).
Diangkatnya diagnosa ini di temukan data subjektif pada kasus 1
(Ny.S) adalah klien mengeluh tidak nafsu makan dan berat badan
menurun dalam 6 bulan terahir data objektifnya pasien tampak tidak
nafsu makan, makan hanya 5 sendok setiap porsinya,BB 48 sebelum
sakit 55kg IMT 19,8. Pada kasus 2 (Ny.M) data subjektifnya adalah
klien mengeluh mual-muntah pada saat makan, nafsu makan menurun
dan penurunan berat badan, BAB cair 4x sehari. Data objektinya klien
tampak lemas dan mual-muntah pada saat makan pasien hanya
menghabiskan 3 sendokmakan setiap porsinya dan mengalami
penurunan berat badan 10 kg dalam waktu 6 bulan terahir dari 70 kg
menjadi 60 kg, IMT: 23,5.
75

3.3 Tahap Perencanaan/ Intervensi Keperawatan


Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah berbagai
perawatan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan
oleh seorang perawat untuk meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA,
2015).
Dalam membuat perencanaan, dilakukan langkah-langkah sesuai
dengan asuhan keperawatan sesuai dengan teori, yaitu memprioritaskan
masalah yang muncul pada klien, kemudian langkah selanjutnya adalah
menetapkan waktu yang lebih spesifik untuk masing-masing diagnosa,
menyesuaikan yang mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu yang
lebih spesifik.
Intervensi yang dilakukan pada Ny.s dan Ny.M pada diagnosa pola
nafas tidak efektif adalah. Monitor frekuensi, irama kedalaman upaya
bernafas. Monitor adanya retensi sputum, posisikan semi fowler atau
fowler, auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan,
pertahkan nafas yang paten, lakukan fisotrapi dada bila perlu, monitor vital
saign, ajarkan tekhnik nonfarmakologi(purse lip breating exercise).
Intervensi yang kedua di lakukan pada kasus 1 (Ny.S) dengan
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif. Dengan intervensi, pastikan
kebutuhan oral / tracheal suction, anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan
fisiotrapi dada bila perlu, kluarkan secret dengan batuk atau suction,
auskultasi suara napas, catat suara napas tambahan, jelaskan pada pasien
dan kluarga tentang penggunaan peralatan O2, suction, inhalasi.
Intervensi yang ketiga di lakukakan pada kasus 1 dan 2 dengan
diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
intervensinya adalah identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan
intoleransi makanan, monitor asupan makanan, berikan makanan tinggi
kolori dan protein, anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan.
76

3.4 Tahap Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (NANDA, 2015).
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. S
dan Ny. M dengan TB PARU Di Instalasi Rawat Inap Rindu B I RSUP H
Adam Malik Medan, penulis dapat melakukan implementasi sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Hal ini disebabkan karena kedua keluarga klien
mau diajak bekerjasama dengan penulis.
Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan cara melakukan tindakan
keperawatan dan memberikan penyuluhan serta pendidikan kesehatan
kepada kedua klien. Pada tahap pelaksanaan tidak ditemukan kesenjangan
atara perencanaan dan pelaksanaan.

3.5 Tahap Evaluasi Keperawatan


a. pola nafas tidak efektif sudah teratasi pada klien 1 Ny.S
mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi dengan melakukan
tekhnik pursed lip breating exercise sudah bisa mengatasi sesak
nafas, dan frekuensi sudah normal RR: 22x/menit HR: 100x/
menit. pada kasus 2 Ny.m mengatakan sudah tidak sesak lagi,
tetapi muncul sesekali pada saat Ny,M merasa kepanasan dan klien
selalu rutin melakukan pursed lip breating exercise dan frekuensi
pernafasansudah normal RR:22x/ menit.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif sudah teratasi pada klien 1 Ny.S
mengatakan sudah mampu batuk efektif dan batuk sudah jauh
berkurang sehingga Ny.S sudah bisa bernapas lancar.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kebutuhan makan tidak
terpenuhi sudah teratasi kasu 1 Ny.S mengatakan napsu makan
sudah meningkat dan sudah menghabiskan porsi makannya. Klien
2 Ny.M mengatakan sudah tidak mual-muntah lagi pada saat
77

makan, napsu makan sudah meningkat dan sudah tidak BAB cair
lagi.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Ny. S dan Ny.M. TB.Paru Di Instalasi Rawat Inap Rindu B 1 RSUP H
Adam Malik Medan selama 4 (empat hari) dari tanggal 16 - 19 April
2022 , maka penulis mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat
berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut :
Dalam tahap pengkajian, penulis melakukan pendekatan yang baik
dengan klien, keluarga klien dan melakukan pengumpulan secara teliti dan
menyeluruh untuk mendapatkan data yang akurat. Tahap pengkajian
dengan 2 klien penulis tidak mengalami kesulitan karena klien dan
keluarga dapat diajak kerjasama penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.
Dalam tahap diagnosa keperawatan, penulis menemukan
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. Penulis
menemukan 3 diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis dan
mengangkat 3 diagnosa pada Ny.S dan 2 pada Ny.M. pada tinjauan kasus
yang juga ditemukan pada tinjauan teoritis. Dalam tahap
perencanaan/intervensi, penulis bekerjasama dengan klien dan keluarga
klien. Penulis menyusun perencanaan sesuai dengan kebutuhan klien
untuk mencapai tujuan yang ditemukan.
Dalam tahap pelaksanaan/implementasi, penulis dapat
melaksanakan tindakan keperawatan dengan baik berdasarkan intervensi
yang telah disusun disesuaikan dengan kebutuhan klien. Pelaksanaan
keperawatan dapat berjalan dengan baik berkat adanya kerjasama yang
baik dengan klien dan keluarga klien.
Dalam tahap evaluasi, Ny. S dan Ny. M menunjukkan hasil yang
baik setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 4 hari. Masalah
pada diagnosa dapat teratasi secara optimal.

76
79

4.2 Saran
4.2.1 Kepada Klien
Diharapkan kepada klien untuk melakukan aktivitas yang sehat
untuk meningkatan daya tahan tubuh serta semangat dan juga
diharapkan klien untuk mengikuti saran dari tim kesehatan.
4.2.2 Kepada Keluarga
Diharapkan kepada keluarga klien untuk berparisipasi dalam
pelaksanaan penyembuhan klien.
4.2.3 Kepada Perawat
Diharapkan kepada perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sebaiknya perawat selalu menggunakan komunikasi
sehingga dapat teralin kerja sama anatara klien, kluarga dan perawat
demi tercapainya tujuan yang diharapankan. Perawat hendaknya
menanamkan kepercayaan kepada klien dan keluarga agar tindakan
keperawatan dapat terlaksanakan dengan baik
4.2.4 Kepada Pihak Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak pelayanan Rumah Sakit untuk terus
dapat berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan
sehingga tercapainya pelayanan yang nyaman sehingga meningkatkan
kepuasan masyarakat dalam mendapatkan tindakan dari tim kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. & Hackley, J. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC.

Bararah, T. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap menjadi Perawat


Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Departemen Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RIKementerian Kesehatan RI, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor.67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

Judha, Mohamad. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta : Nuha

Medika Lippicon dan Williams & Wilkins. 2011. Nursing :

Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: Jurnal Nursing

NANDA (Nursing Diagnosis and Clasification). 2015-2017.USA:


NANDA. Jakarta :EGC
Nurarif, Huda dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Jakarta. MediAction.
Sjamsuhidajat, R dan Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Pahlawi, R., & Pratama, A. D. (2019). Penggunaan Pursed Lip Breathing dan
Diaphragmatic Breathing Pada Kasus Bronkiektasis Et Causa Post Tuberkulosis
Paru Analisis Kasus Berbasis Bukti. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 2(1).
Agustini, I. (2022). PENGARUH PURSED LIPS BREATHING TERHADAP
HEART RATE DAN POLA NAPAS PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME
DI RUANG ICU RS X DENPASAR (Doctoral dissertation, STIKES BINA
USADA BALI).
SATUAN ACARA PENYULUHAN PURSED LIP BREATHING DI
RUANG RAWAT RINDU B 1 DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN

Di susun oleh:
Iyassalwani S.Kep

PROGRAM STUDI NESR TAHAP PROFESI


STIKES FLORA MEDAN

2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN PURSED LIP BREATING EXERCISE


DI RUANG RAWAT RINDU B 1 RSUP H ADAM MALIK MEDAN

Pkok bahasan: pursed lp breating exercise

Sasaran : klien dan keluarga Ny.S dan Ny.M

Metode : ceramah diskusi

Media : leaflet powerpoint

Waktu : 30 menit

Tempat : diruang rawat inap rindu B RSUP H Adam Malik Medan

A. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan keluarg klien diharapkan
dapat mengerti tentang pursed lip breating exercise.
b. Tujuan khusu
1. Pasien dan keluarga dapat mengerti Definisi Pursed Lip Breathing
Exercise
2. Pasie dan kelurga dapat mengerti tujuan Pursed Lip Breathing
Exercise
3. Pasien dapat mengerti manfaat Pursed Lip Breathing Exercise
4. Pasien dapat mengerti prosedur tehnik Pursed Lip Breathing
Exercise
5. Pasien dapat mengerti program pelaksanaan Pursed Lip Breathing
Exercise
B. Materi Terlampir
Topik:
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Manfaat
4. Prosedur
5. Pelaksanaan
C. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
D. Media Dan Alat Peraga
Leaflet
E. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Pasien dan kluarga Ny.S dan Ny.M bersedia dalam acara
penyuluhuhan
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang di gunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi proses
a. Pasien dan kluarga Ny.S dan Ny.M bersedia sesuai dengan kontrak
waktu yang di tentukan
b. Pasien dan kluarga Ny.S dan Ny.M antusia untuk bertanya tentang
hal-hal yang diketahuinya
c. Pasien dan kluarga Ny.S dan Ny.M menjawab semua pertanyaan
yang telah di berikan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjelaskan peran sesui dengan tugas dan tanggung jawab
4. Evaluasi hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
b. Adanya kesepakatan pasien Ny.S dan Ny.M dengan perawat
dalam melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang TB. PARU yang diterima
pasien Ny.S dan Ny.M dengan evaluasi melalui tes lisan di akhir
ceramah.

MATERI

A. Definisi Pursed Lip Breathing Exercise

Pursed Lip Breathing Exercises adalah latihan pernapasan

dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara

dengan cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan

waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Tetapi rehabilitasi paru-paru

dengan Pursed Lip Breathing Exercises ini adalah cara yang sangat

mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga

tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan (Smaltzer &

Bare, 2013).

Pursed Lip Breathing Exercise Adalah sutu pendekatan

rehabilitasi paru yang digunakan untuk meringankan pasien yang

mengalami sesak nafas. Tehnik ini adalah sikap seseorang yang

bernafas dengan mulut mengerucut dan ekspirasi yang memanjang

seperti bersiul. Pursed Lip Breathing Exercise yang dilakukan

secara teratur dapat memperbaiki ventilasi sehingga dapat

memperbaiki aliran udara dan volume paru pasien TB menurut

singh dalam (Serli, 2014). Menurut Nurachmah dalam Arief dan

Kristiyawati, (2017) Pursed Lip Breathing Exercise adalah suatu

pola pernafasan yang dilakukan seseorang di mana pada saat


mengambil udara dengan cara meniupkan melalui mulut dengan

bibir dirapatkan dan dilakukan secara perlahan-lahan.

B. Tujuan Pursed Lip Breathing Exercise

Tujuan dari Pursed Lip Breathing Exercise ini adalah untuk

membantu klien memperbaiki transport oksigen,menginduksi pola

napas lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol

pernapasan, mencegah kolaps dan melatih otot-otot ekspirasi untuk

memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas

selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang terjebak

(Smaltzer & Bare, 2013).

C. Manfaat Pursed Lip Breathing Exercise

Prosedur ini bermanfaat mengurangi tingkat pernapasan

dan meningkatkan volume tidal. Teori ini menjelaskan Pursed Lip

Breathing Exercise dapat meningkatkan ventilasi, perubahan

dalam penggunakan otot pernapasan dan pengembangan tekanan

positif pada saluran udara saat bernapas, sehingga mencegah

saluran napas menjadi kolaps menurut singh dalam (Serli, 2014).

D. Prosedur Tehnik Pursed Lip Breathing Exercise

Pursed Lip Breathing Exercise merupakan latihan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan

berguna untuk meningkatkan ventilasi fungsi paru dan

memperbaiki oksigenisasi.
Tehnik Pursed Lip Breathing Exercise diantaranya meliputi :

1. Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau


kursi.

2. Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat

dibawah Processus Xypoideus) dan tangan lainnya

ditengah dada untuk merasakan gerakan dada dan

abdomen saat bernapas.

3. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4

detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat

maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama

inspirasi dan tahan nafas selama 2 detik.


4. Hembuskan nafas melalui bibir melalui bibir yang

dirapatkan dan sedikit terbuka sambil

mengkontraksikan otot-otot abdomen selama 4

detik (Smeltzer & Bare, 2013).

E. Program Pelaksanaan Pursed Lip Breathing Exercise

Program pelaksanakan Pursed Lip Breathing Exercise yang

dapat dilakukan 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Durasi

yang dapat dilakukan di setiap melakukan Pursed Lip Breathing

Exercise selama 5 menit dengan 3 kali pengulangan menurut

(Ismonah, 2016).

Tahap mengerutkan bibir ini dapat memperpanjang

ekshalasi, hal ini akan mengurangi udara yang terjebak dijalan

napas, serta meningkatkan pengeluaran CO2 dan menurunkan

kadar CO2 dalam darah arteri serta dapat meningkatkan O2,


sehingga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar CO2

dalam darah arteri normal, dan pH darah juga akan menjadi normal

(Smaltzer & Bare, 2013)

Mengingat ketidakefektifan pola pernapasan pada

emfisema disebabkan karena peningkatan rongga udara

dan menimbulkan hiperkapnia yang akan meningkatkan

pola pernapasan maka dengan normalnya pH darah atau

homeostasis seimbang maka pusat kontrol pernapasan

akan menormalkan pola pernapasan klien. Inspirasi dalam

dan ekspirasi panjang tentunya akan meningkatkan

kekuatan kontraksi otot intra abdomen sehingga tekanan

intra abdomen meningkat melebihi pada saat ekspirasi

pasif. Tekanan intra abdomen yang meningkat lebih kuat

lagi tentunya akan meningkatkan pergerakan diafragma ke

atas membuat rongga toraks semakin mengecil. Rongga

toraks yang semakin mengecil ini menyebabkan tekanan

intra alveolus semakin meningkat sehingga melebihi

tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut akan

menyebabkan udara mengalir keluar. Ekspirasi panjang

saat bernapas Pursed Lip Breathing Exercise juga akan

menyebabkan obstruksi jalan nafas dihilangkan sehingga


resistensi pernapasan menurun. Penurunan resistensi

pernapasan akan memperlancar udara yang dihirup dan

dihembuskan sehingga akan mengurangi sesak nafas

(Smaltzer & Bare, 2013).


Pengertian pursed lip breating
PURSED LIP exercise
Prosedur ini bermanfaat
BREATING
Pursed Lip Breathing Exercises mengurangi tingkat pernapasan
EXERCISE adalah latihan pernapasan dan meningkatkan volume tidal.
dengan menghirup udara melalui Teori ini menjelaskan
Iyassalwani Pursed
hidung dan mengeluarkan udara Lip Breathing Exercise dapat
2114901358 dengan cara bibir lebih meningkatkan ventilasi,
perubahan dalam penggunakan
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes dirapatkan atau dimonyongkan otot pernapasan dan
FLORA MEDAN
dengan waktu pengembangan tekanan positif
2021/2022 ekshalasi lebih di pada saluran udara saat
bernapas, sehingga mencegah
saluran napas menjadi kolaps
menurut singh dalam.

Apa Manfaatnya?
Apa Manfaatnya?
Langkah-langkah slow
deep breathing Hembuskan nafas
melalui bibir melalui
bibir yang dirapatkan
dan sedikit terbuka
sambil
a. Atur pasien dengan posisi duduk
atau berbaring
mengkontraksikan
otot-otot abdomen
b. Kedua tangan pasien diletakkan selama 4 detik
di atas perut
Menarik nafas dalam
melalui hidung selama
c. Anjurkan melakukan napas 4 detik sampai dada
secara perlahan dan dalam melalui dan abdomen terasa
hidung dan tarik napas selama tiga terangkat maksimal lalu
detik, rasakan perut mengembang
saat menarik napas.
jaga
tertutup
mulut tetap
selama
Semata
inspirasi dan tahan
nafas selama 2 detik.
mencoba
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN DENGAN: TUBERKULOSIS DI RUANG RINDU B 1
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. M

Umur : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Sukadamai No 47

DX Medis : Tuberkulosis Paru

2. Penanggung jawab

Nama : Tn. M

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Sukadamai No 47

Hub. dengan klien : Suami

3. Keluhan Utama

Ny.M mengatakan sesak nafas, badan terasa lemas, nafsu makan menurun, serta berat

badan menurun,

4. Riwayat Kesehatan

Klien menngatakan dalam satu tahun terakhir juga mengalami hal yang sama yaitu

sering sesak nafas, sering pusing, pilek dan sering berkeringat pada malam hari.

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Penyakit lama terulang kembali

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Ny. M mengatakan jika merasa sesak nafas makan ia akan mengatur posisi duduk dan

dibawa ke klinik terdekat untuk memeriksa keadaan.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan sesak nafas dan batuk


2. Bagaimana dilihat

Klien terlihat lemas dan pucat

C. Region

1. Dimana lokasinya

Sesak di dada, dan badan terasa lemas

2. Apakah menyebar

Tidak

D. Severity

Sesak yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien sulit dalam

bernafas.

E. Time

Ny R mengatakan merasakan timbulnya keluhan di mulai saat bangun tidur dan saat

beraktifitas berat.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya mempunyai penyakit yang sama dengannya.

6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis

(TTV) TD. 100/80 mmHg 2. BB/TB 140 cm / 45 kg RR = 28X/I

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Microbacterium
- Ny. M Mengatakan: tuberculosa
1) Batuk Berdahak sejak 1 bulan
terakhir
2) Dahak susah untuk Masuk dalam
dikeluarkan lapang paru
Sampai ke Alveoli
Do:
- Ny. M Tampak :
1) Ny. M Tampak Batuk dan Pembentukan Bersihan jalan nafas
susah mengeluarkan dahaknya Tuberkel tidak efektifnya
2) TTV peradangan

- TD: 100/80 mmhg


- N: 90x/menit Infeksi primer
- RR: 28x/menit pada alveoli
- S: 39,2o C
- BB Sekarang:45Kg Produksi sekret
- BB Sebelum Sakit:50Kg berlebihan

Sekret kental

2. DS: TBC Primer


- Ny. M Mengatakan:
1) Ny. M mengatakan tidak
nafsu makan sejak seminggu Meluas
terakhir Terjadi
2) Ny. M Mengatakan jika Haematogen
makan terasa pahit Bakteremia masuk
3) Ny. Mj mengatakan Jika ke Peritonium
makan rasa ingin muntah Perubahan nutrisi
4) Ny. M mengatakan berat kurang dari
badan menurun As. Lambung kebutuhan tubuh
meningkat
DO:
- Ny. M Tampak:
1) Ny. M Tampak lemah Mual, Muntah
2) Porsi makanan yang diberikan
tampak tidak dimakan
3) Ny. M tampak kurus Anoreksia

BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit: 50Kg.

3. DS: TBC Paru


Ny. M Mengatakan :
1) Ny. M dan keluarga
mengatakan tidak tahu dengan Batuk
penyakit yang diderita oleh Ny. Kuman Keluar
M
2) Ny. M dan keluarga
Resti penyebaran
menanyakan apakah penyakit
Ny. M bisa disembuhkan
Infeksi
DO:
- Ny. M Tampak :
1) Ny. M dan keluarga tampak
Kurang Informasi
bertanya kepada perawat tentang
penyakit yang diderita Ny. M,
apakah bisa disembuhkan.
2) Ny. M tampak bingung saat
ditanyakan tentang penyakit dan
cara perawatan penyakitnya
3) TTV

- TD: 100/80 mmhg


Kurang pengetahuan
- N: 90x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 39,2o C
- BB Sekarang:45Kg
- BB Sebelum Sakit: 50Kg
C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya penumpukan sekret

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan 1.1 Monitor frekuensi,
Nafas tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam irama kedalaman dan
berhubungan diharapkan pasien : Dengan upaya napas
dengan Infeksi, kriteria hasil : 1.2 Monitor adanya
ditandai dengan 1. Mendemonstrasikan batuk retensi sputum
adanya eksudat di efektif dan suara nafas yang 1.3 Posisikan semif
bersih, tidak ada sianosis dan fowler atau fowler
alveolus.
dyspneu (mampu 1.4 Auskultasi suara
mengeluarkan sputum, napas
mampu bernafas dengan 1.5 Jelaskan tujuan dan
mudah). prosedur batuk efektif
2. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, dan tidak ada
suara nafas abnormal).
3. Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 2.1 Identifikasi status
kurang dari keperawatan selama 3 x 24 nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan pasien 2.2 Identifiksi alergi
berhubungan Dengan kriteria hasil : dan intoleransi
dengan anoreksia 1. Adanya peningkatan berat makanan
badan sesuai dengan tujuan 2.3 Monitor asupan
makanan
2. Berat badan ideal sesuai 2.4 Berikan
dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi makanan tinggi kalori
kebutuhan nutrisi tinggi protein
4. Tidak ada tanda-tanda mal 2.5 Anjurkan pasien
nutrisi untuk menghabiskan
5. Menunjukkan peningktan porsi makan
fungsi pengecapan dari
menelan dan tidak terjadi
penurunan berat badan yang
berarti
3. Kurang Setelah dilakukan tindakan 3.1. Identifikasi
pengetahuan keperawatan selama 1x25 kesiapan dan
berhubungan menit diharapkan pasien kemampuan menerima
dengan kurangnya Kriteria Hasil : informasi
informasi. 1. Pasien dan keluarga 3.2. Sediakan materi
menyatakan pemahaman dan media pendidikan
tentang penyakit, kondisi, Kesehatan
progosis dan program 3.3. Jadwalkan
pengobatan pendidikan kesehatan
2. Pasien dan keluarga sesuai kesepakatan
mampu melaksanakan 3.4. Jelaskan faktor
prosedur yang dijelaskan resiko yang dapat
secara benar mempengaruhi
3. Pasien dan keluarga kesehatan
mampu menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan
lainnya.

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

1 09.00 1.1 Mengidentifikasi S:


kemampuan batuk - Pasien mengatakan
1.2 Memantau adanya retensi sesak berkurang jika
sputum posisi duduk
1.3 Posisikan semif fowler O:
atau fowler - Pasien terlihat sesak
1.4 Memberikan minum air jika berbaring
hangat - Pasien dalam posisi
1.5 Jelaskan tujuan dan semifowler
prosedur batuk efektif - Pola pernapasan pasien
cepat RR : 28 x/mt
A:
- Masalah pola napas
tidak efektif belum
teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- 1.1 Monitor frekuensi,
irama kedalaman dan
upaya napas
- 1.2 Monitor pola napas
- 1.3 Monitor
kemampuan batuk
efektif
- 1.4 Monitor adanya
sumbatan jalan napas

2 10.30 2.1 Identifikasi status nutrisi S:


2.2 Identifiksi alergi dan - Pasien mengatakan
intoleransi makanan tidak nafsu makan
2.3 Monitor asupan makanan
2.4 Berikan makanan tinggi - Pasien mengatakan
kalori tinggi protein hanya habis 5 sendok
makan
O:
- BB : Sebelum sakit 50
kg
Sesudah sakit 45 kg
A:
- Masalah perubahan
nutrisi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- 2.1 Identifikasi status
nutrisi
- 2.2 Identifiksi alergi
dan intoleransi makanan
- 2.3 Monitor asupan
makanan
- 2.4 Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
protein
- 2.5 Anjurkan pasien
untuk menghabiskan
porsi makan

3.1. Identifikasi kesiapan dan S:


kemampuan menerima - Pasien dan keluarga
informasi mengatakan belum
3.2. Sediakan materi dan mengerti akan
media pendidikan penyakitnya
Kesehatan - Pasien dan keluarga
3.3. Jadwalkan pendidikan belum mampu
kesehatan sesuai kesepakatan memahami informasi
yang diberikan
O:
- Pasien dan keluarga
menjadwalkan
pendidikan kesehatan

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN DENGAN: TUBERKULOSIS DI RUANG RINDU B 1
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. N

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Bunga Lau No 17

DX Medis : Tuberkulosis Paru

2. Penanggung jawab

Nama : Tn. Z

Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Bunga Lau No 17

Hub. dengan klien : Anak

3. Keluhan Utama

Klien mengatakan sesak nafas disertai batuk berdahak masih terasa. Sesak dirasakan

dibagian dada seperti ditindih sesuatu beban berat, sesak bertambah ketika klien

melakukan aktivitas dan sesak berkurang ketika klien beristirahat, sesak biasannya

dirasakan pada malam hari dengan adanya batuk. Sesak dirasakan setiap saat

4. Riwayat Kesehatan

Klien mengatakan 2 tahun lalu klien pernah dirawat selama 1 bulan karena

penyakit yang sama di RSU Madani

A. Provocative/palliative

3. Apa penyebabnya :

Penyakit lama terulang kembali

4. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Ny. N mengatakan jika merasa sesak nafas makan ia akan mengatur posisi duduk dan

dibawa ke klinik terdekat untuk memeriksa keadaan.

B. Quantity/quality

3. Bagaimana dirasakan sesak nafas dan batuk

4. Bagaimana dilihat

Klien terlihat lemas dan pucat

C. Region

3. Dimana lokasinya

Sesak di dada, dan badan terasa lemas

4. Apakah menyebar

Tidak

D. Severity

Sesak yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien sulit dalam

bernafas.
E. Time

Ny N mengatakan merasakan timbulnya keluhan di mulai saat bangun tidur dan saat

beraktifitas berat.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya mempunyai penyakit yang sama dengannya.

6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis

(TTV) TD. 100/80 mmHg 2. BB/TB 140 cm / 45 kg RR = 24X/I

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds : Masuknya bateri
- Klien mengatakan sesak mycobacterium
nafas disertai batuk tuberculosis
berdahak. sesak dirasakan
dibagian dada seperti Pertahanan Bersihan jalan nafas
ditindih beban berat. Sesak primer tidak tidak efektifnya
bertambah jika melakukan Adekuat
aktivitas dan berkurang saat
isitrahat, sesak biasanya
dirasakan pada malam hari Pembentukan
dengan batuk dan dirasakan tuberkel
setiap saat
Do :
- Klien tampak sesak
- Terdapat suara ronchi di
dada sebelah kanan Pembentukan
- Respirasi : 24 x/menit sputum
- Ada pernapasang cuping Berlebihan
hidung
- Klien tampak batuk
berdahak
- Terpasang nasal kanul mukus yang
dengan oksigen 3 liter/menit kental

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

2. Ds Adanya
- Klien sulit untuk tidur pada rangsangan batuk
karena sesak napas dan
batuk disertai sesak
Do napas
- Saat di Rumah sakit klien
hanya tidur 3 – 4 jam pada
malam hari Sulit bernapas

Frekuensi napas
meningkat Gangguan pola tidur

Merangsang
peningkatan RAS

Gangguan pola
tidur

C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pembetukan sputum berlebih

2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan batuk

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Bersihan jalan asuhan keperawatan 3 Mandiri :
nafas tidak efektif x 24 jam bersihan a. Kaji fungsi
berhubungan jalan nafas dapat pernafasan
dengan teratasi, dengan b. Catat
pembetukan kriteria hasil : kemampuan
sputum a. Suara napas klien dalam
berlebih bersih mengeluarkan
b. Sesak napas mukosa/batuk
hilang atau efektif
berkurang c. Observasi
c. Mampu tanda – tanda
mengeluarkan vital
sputum tanpa (Doenges
bantuan 2014)
d. inspirasi tanpa d. Berikan klien
oksigen bantuan posisi semi
fowler
e. Pertahankan
masukan
cairan 2500
cc/hari

2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur


tidur b/d proses intervensi keperawatan 3.1 Identifikasi pola
penyakit sesak selama 3x24jam maka aktivitas dan tidur
dan batuk pola tidur membaik 3.2 Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil : pengganggu tidur
- Keluhan sulit tidur 3.3 Modifikasi
membaik lingkungan
- Keluhan pola tidur Terapi Relaksasi
membaik (6-8jam) 3.4 Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
3.5 Demonstrasi kan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
napas dalam)

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

1 09.00 1.1 Mengidentifikasi S:


kemampuan batuk - Pasien mengatakan
1.2 Memantau adanya retensi sesak berkurang jika
sputum posisi duduk
1.3 Posisikan semif fowler O:
atau fowler - Pasien terlihat sesak
1.4 Memberikan minum air jika berbaring
hangat - Pasien dalam posisi
1.5 Jelaskan tujuan dan semifowler
prosedur batuk efektif - Pola pernapasan pasien
cepat RR : 28 x/mt
A:
- Masalah pola napas
tidak efektif belum
teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- 1.1 Monitor frekuensi,
irama kedalaman dan
upaya napas
- 1.2 Monitor pola napas
- 1.3 Monitor
kemampuan batuk
efektif
- 1.4 Monitor adanya
sumbatan jalan napas

2 09.00 1.1 Mengidentifikasi pola S : Pasien mengatakan


aktivitas dan tidur sulit tidur akibat
1.2 Mengidentifikasi faktor sesak
pengganggu tidur O : - Pasien terlihat
1.3 Modifikasi gelisah
lingkungan - Pasien terlihat
Terapi Relaksasi mengantuk
1.4 Menganjurkan A : Masalah gangguan
mengambil posisi pola tidur belum
nyaman teratasi
1.5 Demonstrasi kan P : Lanjutkan intervensi
dan latih teknik 3.5 Demonstrasikan
relaksasi (mis. dan latih teknik
napas dalam) relaksasi (mis. napas
dalam)
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN DENGAN: TUBERKULOSIS DI RUANG RINDU B 1
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : TN.H

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jl. Bungangcole No 23

DX Medis : Tuberkulosis Paru

2. Penanggung jawab

Nama : Tn. m

Pekerjaan : Petani Sawit

Alamat : Jl. Bungangcole No 23

Hub. dengan klien : Anak

3. Keluhan Utama

Keluhan pasien seperti sesak nafas, batuk berdahak, secret berwarna putih

kekuningan, nafsu makan pasien menurun dan terjadi penurunan berat badan, pasien nyeri

saat batuk. TD:120/60 mmHg, N:100x/menit, RR:27x/menit, suhu: 36,40C, pasien terpasang

Oksigen Nasal Kanul 3 liter/menit.

4. Riwayat Kesehatan

Keluarga mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, tidak ada

riwayat alergi dan operasi

A. Provocative/palliative

5. Apa penyebabnya :

Penyakit lama terulang kembali

6. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :


TN. H mengatakan jika merasa sesak nafas makan ia akan mengatur posisi duduk dan

dibawa ke klinik terdekat untuk memeriksa keadaan.

B. Quantity/quality

5. Bagaimana dirasakan sesak nafas dan batuk

6. Bagaimana dilihat

Klien terlihat lemas dan pucat

C. Region

5. Dimana lokasinya

Sesak di dada, dan badan terasa lemas

6. Apakah menyebar

Tidak

D. Severity

Sesak yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien sulit dalam

bernafas.

E. Time

TN.H mengatakan merasakan timbulnya keluhan di mulai saat bangun tidur dan saat

beraktifitas berat.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya mempunyai penyakit yang sama dengannya.

6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis

(TTV) TD:120/60 mmHg, N:100x/menit, RR:27x/menit, suhu: 36,40C,

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds : Infeksi TBC
-Pasien mengatakan sesak
-Pasien mengatakan pada saat Saluran
batuk dadanya sakit pernafasan
-Pasien mengatakan batuk
berdahak
-Pasien mengatakan nyeri atas Bakteri
seperti tertusuk dan hilang berada dibronkus
timbul
Do :
- Pasien tampak memegang Bersihan jalan nafas
area nyeri Reaksi inflamasi tidak efektifnya
-Pasien nampak lemah
-Pasien tampak meringis dan
gelisah Secret meningkat
- Ronchi (+) 5. Pasien terlihat
batuk
- Pasien terlihat mengeluarkan
dahak
-Pasien nampak sesak
-RR : 27 x/i 9. SpO2 : 94%

2. DS :
-Pasien mengatakan nyeri
pada dada jika batuk Infeksi TBC
-Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk dan hilang
timbul terjadi infiltrasi
DO : pada pleura Nyeri akut
-Pasien tampak memegang
area nyeri
-Pasien tampak meringis dan nyeri pada dada

nyeri akut

C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas

2. Nyeri akut b.d agens cedera fisiologis.

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
napas tidak efektif keperawatan diharapkan Observasi
b.d hipersekresi bersihan jalan napas 1. Monitor pola napas
jalan napas meningkat dengan kriteria (frekuensi )
hasil 2. Monitor bunyi napas
1. Gelisah dari meningkat (mis, ronkhi)
menjadi menurun 3. Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
2. Dipsnea dari meningkat Terapeutik
menjadi menurun 1. Berikan minuman
hangat
3. Produksi sputum dari 2. Berikan oksigen,
meningkat menjadi menurun jika perlu
Edukasi
4. Frekuensi napas dari 1. Ajarkan teknik batuk
memburuk menjadi efektif
membaik
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
agens cedera keperawatan diharapkan Observasi
fisiologis. tinkat nyeri menurun dengan
1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil :
karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri dari frekuensi, kualitas,
meningkat menjadi menurun intensitas nyeri.
2. Meringis dari meningkat
2. Identifikasi skala
menjadi menurun
nyeri
3. Gelisah dari meningkat
3. Identifikasi respons
menjadi menurun
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain. Edukasi : 1.
Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi 1.
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

1 09.00 1. Memonitor pola nafas S:


Hasil : RR : 27 x/i
1. Pasien mengatakan
2. Memonitor bunyi nafas sesak
Hasil : bunyi nafas rochi 2. Pasien mengatakan
batuk berdahak
3. Memberikan posisi untuk
memaksimalkan ventilasi O:
Hasil : Pasien terlihat
dengan posisi semi fowler 1. KU : lemah
2. Pasien nampak sesak
4. Bantu Pasien latihan
3. Ronchi 4. RR : 27 x/i
napas dalam dan batuk
efektif Hasil : Pasien A : bersihan jalan
melakukan napas dalam dan napas tidak efektif
batuk efektif belum teratasi

5. Berikan oksigen nasal P : Lanjutkan intervensi


kanul Hasil : terpasang O2 1. Mengkaji bunyi dan
nasal kanul 4 lpm frekuensi napas
2. Mengajarkanbatuk
efektif
3. Mengkaji
kemampuan klien
mengeluarkan sekret
2 09.00 1. menanyakan nyeri secara S:
komprehensif termasuk 1. Pasien mengatakan
lokasi, frekuensi, kualifas nyeri pada dada
dan faktor presipitasi 2. Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Hasil : Pasien menyebutkan O:
P : Ada nyeri yang 1. Pasien tampak
dirasakan Q : nyeri seperti meringis
tertusuk R : nyeri dirasakan 2. P : Ada nyeri yang
pada dada S : skla nyeri 4 dirasakan Q : nyeri
(ringan) T : nyeri muncul seperti tertusuk R :
hilang timbul nyeri dirasakan pada
2. Mengajarkan teknik non dada S : skla nyeri 4
farmakologi : tarik napas (sedang) T : nyeri
dalam Hasil : Pasien muncul hilang timbul
melakukan teknik napas A : nyeri akut belum
dalam teratasi
1. Keluhan nyeri
3. Mengidentifikasi respons P : lanjut intervensi
nyeri non verbal Hasil : 1. Menanyakan tentang
pasien memgang area nyeri penyakit dan nyeri
4. mengidentifikasi faktor muncul
yang memperberat dan
memperingan nyeri Hasil :
saat batuk
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENGGUNAAN PURSED LIP BREATHING DAN DIAPHRAGMATIC
BREATHING PADA KASUS BRONKIEKTASIS ET CAUSA POST
TUBERKULOSIS PARU

Riza Pahlawi1, Aditya Denny Pratama2, Atika Rezky Ramadhani3


1,2,3
Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia
Coreponding author: rizapahlawi09@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui efektfitas dua latihan pernapasan yaitu,
pursed lip breathing dan diaphragmatic breating pada kasus bronkiektasis et causa TB Paru.
Bronkiektasis merupakan dilatasi abnormal bronkus yang terjadi karena infeksi yang
menyebabkan inflamasi serta obstruksi jalan nafas. Dengan adanya infeksi dapat menimbulkan
respon inflamasi seperti sesak napas, batuk, dan produksi sputum yang meningkat. Kombinasi
latihan berupa pursed lip breathing dan diaphragmatic breating breating diperkirakan mampu
mengurangi sesak sehingga pasien mampu beraktivitas secara optimal. Metode yang digunakan
dalam studi kasus ini adalah evidence-based case report dengan pertanyaan klinis, “Apakah
pemberian pursed lip breathing dan diaphragmatic breathing dapat memberikan efek yang
lebih baik untuk menurunkan sesak pada pasien bronkiektasis et causa post tuberculosis paru?”
untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelusuran bukti pada 3 data base yaitu
Pubmed, Science Direct, dan Chocrane Library. Kata kunci yang digunakan adalah “pursed lip
breathing AND diaphragmatic breathing AND Bronchiectasis” dengan kriteria inklusi artikel
full teks, diagnosa medis bronkiektasis, penangangan dengan latihan pernapasan. Pada
penulusuran didapatkan 19 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian tahap pencarian
dilanjutkan dengan membaca keseluruhan artikel dan ditemukan artikel yang sesuai sebanyak 2
artikel pada Pubmed, 3 artikel pada Science Direct, dan 0 artikel pada Cochrane Library.

Kata Kunci : pernapasan, pernapasan diafragma, latihan pernapasan, bronkiektasis

ABSTRACT

The purpose of this case study is to determine the effectiveness of two breathing exercises
namely, pursed lip breathing and diaphragmatic breating in cases of bronchiectasis et causa of
pulmonary TB. Bronchiectasis is an abnormal bronchial dilatation that occurs due to infections
that cause inflammation and airway obstruction. With an infection can cause an inflammatory
response such as shortness of breath, coughing, and increased sputum production. The
combination of pursed lip breathing and diaphragmatic breating breating is estimated to reduce
tightness so that the patient is able to move optimally. The method used in this case study is an
evidence-based case report with clinical questions, "Does the administration of pursed lip
breathing and diaphragmatic breathing can have a better effect on reducing congestion in
bronchiectasis et causa patients after pulmonary tuberculosis?" To be able to answer these
questions Tracing the evidence in 3 data bases, namely Pubmed, Science Direct, and Chocrane
Library. The keywords used are "pursed lip breathing AND diaphragmatic breathing AND
Bronchiectasis" with full text article inclusion criteria, medical diagnosis of bronchiectasis,
handling with breathing exercises.The search found 19 articles that met the inclusion criteria.
Then the search stage continues with reading the entire article and found articles that
correspond to 2 articles in Pubmed, 3 articles in Science Direct, and 0 articles in the Cochrane
Library.

Keywords: pursed lip breathing, diaphragmatic breathing, breathing exercise, bronchiectasis


Semua sel hidup membutuhkan
suplai
PENDAHULUAN
oksigen yang konstan agar dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen
yang terdapat diudara dan sistem pernapasan dari asap rokok. Efek asap rokok pada
dibentuk melalui suatu cara sehingga udara berbagai sistem organ dapat menyebabkan
dapat masuk ke dalam paru. Menurut Badan penyakit pada sistem kardiopulmonal. Salah
Kesehatan Dunia (WHO), sembilan dari satu dari keabnormalan atau keadaan
sepuluh orang di dunia menghirup udara patologis yang dapat menyerang paru adalah
beracun, salah satunya berasal bronkiektas (Chalmers et al., 2015).

Bronkiektasis merupakan dilatasi


abnormal bronkus yang terjadi karena
kelainan kongenital atau terjadi karena
infeksi yang

44
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dari publikasi systematic review dan meta
menyebabkan inflamasi serta obstruksi jalan analisis. Sehingga penulis dapat
nafas. Berbagai akibat yang ditimbulkan memberikan pandangan lain mengenai
karena adanya infeksi dapat menimbulkan pemilihan metode terapi latihan yang sesuai
respon inflamasi yaitu sesak napas, batuk, dengan masalah yang dihadapi oleh pasien,
dan produksi sputum yang meningkat. dalam hal ini pasien bronkiektasis et causa
Bronkiektasis ditandai dengan dilatasi tb paru.
bronkus yang bersifat menetap serta
penebalan dinding bronkus. Permasalahan
fisioterapi yang mucul pada pasien
TINJAUAN PUSTAKA
bronkiektasis adalah sesak, pembersihan
jalan
Bronkiekstasis adalah kondisi yang
ditandai dengan dilatasi abnormal di
nafas, spasme otot pernapasan, dan
bronkus dan kehancuran dinding bronkial,
pengembangan ekspansi thoraks yang
bisa muncul di seluruh pohon trakeobronkial
kurang optimal (Johnson & Harworth,
atau pada satu lobus. Bronkiektasis adalah
2016).
penyakit pernafasan jangka panjang yang
dikaitkan dengan batuk, produksi lendir,
Prevalensi infeksi saluran napas yang kambuh berulang (eksaserbasi) karena
disebabkan oleh NTM (Non Tuberculous infeksi paru. Hal ini berdampak signifikan
Mycobacteria) merupakan prevalensi pada kegiatan sehari-hari dan kualitas hidup
tertinggi kedua di Asia sebesar 16 %. Pada (Chalmers et al., 2015)
tahun 2013 tingkat prevalensi dengan
bronkiektasis di Jerman adalah 67 per
100.000 penduduk (Ringshausen et al.,
2013). Namun, di Indonesia sendiri belum
ada penelitian tentang berapa banyak
penderita penyakit ini.

Masalah-masalah yg ditimbulkan oleh


brokienkatasi akan menghambat kualitas
gerak dan fungsi tubuh dan hal ini tentu akan
berefek pada limitasi dari aktifitas sehari-
hari. Breathing exercise menjadi salah satu
modalitas fisioterapi dalam menangani
kasus-kasus kardiorespirasi, dan kombinasi
latihan berupa pursed lip

breathing dan diaphragmatic breating


diperkirakan mampu mengurangi sesak
secara optimal sehingga pasien mampu
beraktivitas secara optimal. Dari latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelusuran berbasis
bukti terkait latihan pernapasan yang
diaplikasikan pada pasien yang di diagnosa
brokiektasis et causa tb paru dengan cara
sistematik studi literature yang didapatkan
Non tuberculous mycobacteria (NTM) a. Setempat (localized)
juga dikenal dengan atypical mycobacteria
atau mycobacteria other than tuberculosis Terletak di lobus bawah, lobus
merupakan organisme patogen oportunistik tengah kanan atau lingula
yang berada di lingkungan baik di tanah dan komplikasi dari pneumonia berat,
di air. Non tuberculous mycobacteria secara penyumbatan oleh benda asing,
biologi merupakan kelompok tumor, penekanan dari luar lobus
mikroorganisme yang dapat menyebabkan atas biasanya disebabkan oleh
penyakit paru yang progresif (Hariyanto &
Hasan, 2016). tuberkulosis atau aspergilosis
bronkopulmonar.

1. Klasifikasi bronkiektasis berdasarkan b. Menyeluruh (generalized)


pelebaran bronkus dan derajat obstruksi
dibagi 3 tipe : (Hariyanto & Hasan, Terjadi karena infeksi sistem
2016) a. Bronkiektasis silindris atau pernapasan yang berulang disertai
tubular, kelainan imunitas atau kelainan
mucocilliary clearance.
ditandai dengan dilatasi saluran napas.
Penyebab bronkiektasis diperkirakan
b. Bronkiektasis varikosa, antara 30-35% kasus karena infeksi paru-
ditandai dengan area paru yang merusak bronkus, tetapi lebih dari
konstriktif fokal disertai setengah kasus, tidak ada penyebab atau
dengan dilatasi saluran hubungan yang diketahui. Penyakit
napas sebagai akibat dari brokiektasis dapat terjadi pada pasien yang
defek pada dinding bronkial. mengalami peyakit paru primer (tumor paru,
c. Bronkiektasis kistik atau benda asing, Tb paru) sehingga
sakular, ditandai dengan
dilatasi progresif saluran mengakibakan obstruksi pada saluran
napas yang berakhir pada pernapasan. Kerusakan ini dapat
kista ukuran besar, sakula, menyebabkan penyerapan udara di parenkim
atau gambaran grape-like dan sekitarnya menjadi tersumbat sehingga
clusters. Bronkiektasis terjadi ketidak efektifan pola nafas dan
kistik adalah bronkiektasis menjadikan tekanan intra pleura lebih
yang paling berat. negatif dari tekanan atmosfer. Dengan
demikian bronkus akan terkumpul sekret
2. Klasifikasi bronkiektasis berdasarkan
lokasi dibagi 2 tipe : (Hariyanto &
Hasan, 2016)

45
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
exercise adalah suatu metode latihan
menyebabkan infeksi sekunder. Sekret yang pernapasan dengan cara memperpanjang
terkumpul dapat menyebabkan terjadinya fase ekspirasi.Hal ini bertujuan untuk
infeksi dengan mudah sehingga akan memberikan waktu pada bronkus untuk
mengalami bronkiektaksis yang menetap melebar sehiingga dapat mengurasi sesak.
dan resiko infeksi (Charususin et al., 2018) Sedangkan diaphragmatic breathing adalah

Bronkiektasis dapat terjadi akibat pernapasan yang dilakukan dengan


faktor konginetal seperti kekurangan memaksimalkan fungsi paru sampai ke paru
mekanisme pertahanan yang didapat, bagian bawah sehingga dapat meningkatkan
imunitas seseorang menurun sehingga kapasitas paru dalam bernapas atau dengan
bakteri, virus, jamur dapat dengan mudah cara membesarkan perut kedepan dan
menginfeksi dan mengakibatkan terjadinya dilakukan secara perlahan ketika
peradangan sehingga terjadi kerusakan menghembuskannya. Latihan ini bertujuan
permanen pada dinding bronkus. Ketika untuk mengajarkan pernapasan perut,
dinding bronkus rusak batuk menjadi tidak mengatur pernapasan jika sesak nafas, untuk
efektif, akibatnya kemampuan untuk mengatasi masalah penurunan
mengeluarkan sekret menjadi menurun.
Sekret yang menumpuk menjadi tempat
berkembangnya bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi (Hurst, Elborn, &
Soyza, 2015).

Berdasarkan International
Classification Functioning (ICF), diagnosis
fisioterapi ada kasus brokiektasis et causa
post tb paru adalah Impairment; batuk
berdahak, produksi sputum yang
mukopurulen sering berlangsung bulanan
sampai tahunan, batuk berdarah
(hemoptisis), sesak nafas (dyspnea), ronchi,
dan nyeri dada (chest pain), perubahan
bentuk ujung-ujung jari (clubbing finger),
infeksi saluran pernapasan berulang, lelah.
Functional Limitation berupa pasien tidak
mampu beraktivitas berat seperti berjalan
jauh, naik turun tangga terkait sesak nafas
dan Participation restriction berupa masalah
yang dialami seseorang dalam situasi
aktivitas sosial seperti kerja bakti yang
dilakukan dilingkungan tempat tinggal
pasien, tidak dapat berkumpul dengan
banyak orang (Kenedyanti & Sulistyorini,
2017).

Untuk menangani masalah diatas,


dilakukan pemilihan intervensi fisioterapi
berupa pursed lip breathing dan Diafragma
Breathing Exercise. Pursed lip breathing
tanggal 26 Januari 2019 keluhan OS
volume paru pada arus puncak ekspirasi bertambah dengan adanya sesak nafas dan
(Hurst et al., 2015). demam. Lalu, OS dibawa ke Puskesmas
Sindang Gelo untuk dioksigen dan diberikan
obat untuk menurunkan demam dan sesak
METODOLOGI PENELITIAN nafas. Namun, setelah 6 hari belum ada
perubahan. Pada tanggal 6 Febuari 2019 OS
Metodologi penelitian yang digunakan langsung ke Rumah Sakit Paru Gunawan
dalam penulisan artikel ini adalah case Cisarua Bogor dan dirawat karena
report study dengan resume kasus dan didiagnosa bronkiektasis. Pada tanggal 7
masalah klinis sebagai berikut : Febuari 2019 OS difisioterapi dan mulai
merasakan sesak berkurang dari
Resume Kasus sebelumnya.

Seorang wanita berusia 43 tahun Pada tanggal 7 Febuari 2019 pasien


mengeluh batuk karena TBC dan telah mendapatkan penanganan fisioterapi untuk
pertama kali di ruang rawat inap, dengan
berobat tuntas pada tahun 2011. Pada tahun
hasil pemeriksaan berupa laju nadi 86
2010 OS mengeluh batuk karena TBC dan
kali/menit, laju nafas 24 kali/menit dengan
telah berobat tuntas pada tahun 2011. Pada
tahun 2012 OS mengeluh sesak dan batuk pola cepat dan dangkal, suhu 36,7 oC
berdahak, kemudian OS melakukan (aksila), saturasi oksigen 88%, pasien
pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit menggunakan nasal kanul 4 ml. Berat badan
Paru Gunawan Cisarua dengan hasl TB 26 kg, tinggi badan 160 cm dengan kesan
gizi kurang (Berdasarkan IMT). Bentuk
negatif.
dada pectus excavatum terdapat protraksi
pada bahu, dan batuk tidak efektif.
Sejak saat itu, OS tidak pernah kontrol
dokter, tetapi jika OS mengeluh batuk dan
Terdapat spasme pada otot-otot bantu
sesak, OS hanya minum obat warung 2x
pernapasan (M. Sternocleidomastoideus, M.
sehari untuk mengurangi keluhan batuk dan
sesak. Upper Trapezius, M. Pectoralis Major),
terdapat ronchi pada segmen apical dan
anterior lobus atas bilateral. Pada
Pada tanggal 2 Januari 2019, OS pemeriksaan simetris dada bagian upper,
mengeluh batuk berdahak disertai nyeri midle , dan lower ditemukan dada simetris
dada, tetapi OS tidak kontrol ke Rumah dikedua sisinya. Gerak napas
Sakit dan hanya minum obat warung. Pada

46
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

thrakoabdominal, tidak ada perubahan suhu dilakukan pengukran kapasitas aerobic


local pada region spasme, tidak nyeri tekan dengan metode 6 minutes walking test
pada region dada, dan tidak terdapat oedema karena os masih belum bisa keluar dari
pada bagian perifer ekstremitas. tempat tidur. Untuk pengukuran mobilitas
dada terdapat penurunan selisih ekspansi
Untuk pengukuran gerak dan sendi, torak pada bagian upper 2,5 cm, middle 2,5,
tidak ditemukan keterbatasan gerak dan dan lower 2 cm. Pemeriksaan sesak nafas
penurunan kekuatan otot pada region neck, menggunakan Borg Scale dengan nilai 5
shoulder, dan trunk. Pada pemeriksaan awal
belum bisa (Sesak berat). Science Direct, dan Cochrane
Library. Kata Kunci yang digunakan adalah
bronkiektasis, pursed lip breathing,
Masalah Klinis diaphragmatic breathing, dan breathing
exercise, dengan menggunakan batasan
Terdapat berbagai macam masalah (limit) : studi yang dilakukan pada manusia,
klinis yang timbul akibat bronkiektasis. publikasi Bahasa inggris, kata kunci terdapat
Fisioterapi menjadi salah satu upaya untuk pada judul atau abstrak, serta jenis publikasi
menghilangkan masalah-masalah tersebut. berupa uji klinis, uji klinis terandomisasi,
Masalah fisioterapi yang ditemukan meta-analisis, dan review.
diataranya sesak napas, retesi sputum, batuk
yang tidak efektif, penurunan ekspansi
toraks, spasme otot-otot bantu pernapasan,
dan terdapat abnormal postur. Pemilihan HASIL DAN
latihan yang tepat dapat membantu PEMBAHASAN Hasil
menurunkan keluhan yang dialami oleh Penelusuran
pasien. Berdasarkan hal tersebut, masalah
fisioterapi yang diangkat pada tulisan ini
adalah sesak napas dan intervensi terapi Dengan metode pencarian yang telah
latihan pursed lip breathing dan dijelaskan diatas, didapatkan 297 artikel
diapraghmatic. yang memenuhi kriteria. Penelusuran lebih
lanjut dilakukan secara manual pada daftar
pustka yang relevan. Setelah penelusuran
Sehingga dapat diajukan pertanyaan judul dan abstrakk artikel-artikel tersebut,
klinis sebagai beikut: “Apakah pemberian didapatkan 19 artikel yang memenuhi
pursed lip breathing dan diaphragmatic kriteria inklusi. Kemudian tahap
breathing dapat memberikan efek yang lebih
baik untuk menurunkan sesak pada pasien
bronkiektasis et causa post tuberculosis pencarian dilanjutkan dengan membaca
paru?” keseluruhan artikel dan ditemukan artikel
yang sesuai sebanyak 2 artikel pada
Pubmed, 3 artikel pada Science Direct, dan
0 artikel pada Cochrane Library. Gambar 1
Metode Penelusuran
menjelaskan proses pencarian artikel yang
sesuai dengan topik yang diangkat.
Untuk menjawab masalah klinis,
dilakukan penelusuran kepustakaan secara
online menggunakan instrumen pencari
Pubmed,
“Pursed Lip Breathing”
OR
“Diaphragmatic Breathing”
OR AND Bronchiectasis
“Breathing Exercise”
Science
Pubmed Direct Chocrane Library
70 179 48
↓ ↓ ↓

Kriteria Inklusi: Kriteria Eksklusi :


1.  Topik yang tidak sesuai
 Artikel Non-data based
↓ ↓ ↓
Screenning Judul/abstrak
Science
Pubmed Direct Chocrane Library
6 10 3
↓ ↓ ↓
Membaca artikel full teks
Science
Pubmed Direct Chocrane Library
2 3 0

Gambar 1. Alur/Tahapan Pencarian dan Pemilihan Artikel yang Sesuai

47
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembahasan Pasien yang kami teliti diberikan dua


jenis latihan pernapasan yaitu pursed lip
Salah satu masalah yang timbul akibat breathing dan diaphragmatic breathing.
bronkiektasis adalah sesak nafas. Dengan Latihan ini tidak diberikan secara
adanya sesak tentu akan menghambat segala bersamaan, melainkan diberikan
aktivitas pasien dalam kehidupan sehari-
hari. dampak lain dari sesak adalah psien secara bertahap. Skala sesak diukur
sulit mengikuti terapi latihan yang akan menggunakan borg scale¸ diperiksa dalam 5
diberikan oleh fisioterapis. Untuk itu, kali
mengatasi sesak menjadi prioritas utama
untuk diatasi terlebih dahulu. pemeriksaan setelah melakukan latihan
pernapasan. Tabel 1 menjelaskan tentang
evaluasi sesak setalah 5 kali diberikan 5 kali
latihan.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Sesak


Evaluasi
Evaluasi I Evaluasi II III valuasi IV

Borg Scale 5 4 3 1
Agak Sangat
Sesak nafas Parah berat Sedang sedikit

Untuk mengurangi sesak napas


diberikan teknik breathing exercise yaitu
pursed lip breathing pada evaluasi pertama
dan evaluasi kedua karena sesak berat
sekaligus untuk home program jika pasien
mengeluh sesak tiba- tiba. Intervensi pursed
lip breathing dapat membantu mengurangi
sesak napas dengan memperlambat ekspirasi
sehingga respiratory rate dapat berkurang.
terbuka lalu mengeluarkan CO 2 sehingga
mengurangi udara yang terperangkap dalam
paru dan mencegah terjadinya kolaps.
Pursed lip breathing dapat meningkatakan
ventilasi dengan memperluas volume paru
dan meningkatkan saturasi oksigen. Dengan
pursed lip breathing pasien dapat
mengontrol kedalaman respirasi sehingga
dapat mengurangi
ekspirasai ditandai dengan peningkatan
FEV1. Dengan peningkatan FEV1 ventilasi
sesak napas dan sesak napas secara tiba-tiba.
udara juga mengalami perbaikan, sehingga
Pursed lip breathing yang diberikan selama level sesak pada pasien juga akan ikut
30 menit, 2 kali dalam satu hari, terbukti berkurang. Gambar 2 menjelaskan grafik
dapat meningkatkan FEV1, FVC, dan peningkatan setelah diberikan latihan pursed
FEV1/FVC Ratio. Hal ini berarti bahwa, lip breathing (Abdelhalim, Aboelnaga, &
pemberian pursed lip breathing mampu Fathy, 2016; Babu, Centre, Ealias, &
memberikan perbaikan pada proses Venunathan, 2016).

Gambar 2. Grafik peningkatan setelah diberikan latihan pursed lip breathing

Pada evaluasi ke tiga dan keempat breathing karena skala sesak pasien sudah
latihan pernapasan diganti menggunakan menurun, dan sudah mampu melakukan
diaphragma ativitas

48
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pasien berkonsentrasi pada upaya
pada level yang lebihh tinggi. Sehingga pursed lip mengembangkan diafragma selama
breathing exercise dikombinasikan dengan
melakukan
pemberian diaphragma breathing, hal ini bertujuan
untuk melatih pernapasan yang optimal karena
pasien cenderung menggunakan gerak nafas inspirasi terkontrol. Dalam jurnal ini
thorakal breathing. Diaphragma breathing menyimpulkan bahwa diaphragmatic
breathing efektif dilakukan selama 5 sampai
merupakan latihan pernafasan untuk 15 menit setiap kali dengan dosis dua kali
merelaksasikan otot pernafasan saat sehari (Lee, Cheon, & Young, 2017).
melakukan inspirasi dalam. Pasien
berkonsentrasi pada upaya mengembangkan
diafragma selama melakukan inspirasi SIMPULAN
terkontrol (Bordoni, 2017).
Latihan pernapasan dengan teknik
Diaphragma Breathing yang pursed lip breathing terbukti dapat
dilakukan berulang kali dengan rutin dapat mengurangi sesak secara signifikan dilihat
membantu seseorang menggunakan dari penurunan brog scale. Latihan ini juga
diafragmanya secara benar ketika bernafas. dapat digunakan pada saat terjadi serangan
Diaphragma Breathing dimaksudkan untuk sesak. Sehingga dapat meringankan sesak
melatih cara bernafas karena ketika terjadi yang dialami oleh pasien. Teknik
sesak nafas pasien cenderung tegang yang pernapasan yang lain diaphragmatic
membuat pasien tidak dapat breathing memiliki manfaat yang cukup
baik
mengatur pernafasannya, mengakibatkan
bertambah penyempitan pernafasan
dibronkus. Teknik ini berguna untuk
menguatkan diafragma, menurunkan kerja
pernafasan melalui penurunan laju
pernafasan, menggunakan sedikit usaha dan
energi untuk bernafas. Dengan pernafasan
diafragma maka akan terjadi peningkatan
volume tidal, penurunan kapasitas residu
fungsional, dan peningkatan pengambilan
oksigen yang optimal. Dengan demikian
diaphragma breathing terbukti efektif untuk
mengurangi spasme dan melatih pernapasan
yang benar. Diaphragma breathing terbukti
memberikan pengaruh baik dalam melatih
pola pernapasan abdominal breathing. Hal
ini sejalan dengan kondisi pasien yang
cenderung menggunakan gerak nafas
thorakal breathing (Charususin et al., 2018).

Diaphragmatic Breathing merupakan


latihan pernafasan yang merelaksasikan
otot-otot pernafasan saat melakukan
inspirasi dalam.
ProtocolforAnInternational
apabila dikobinasikan dengan pursed lip
breathing dengan catatan bahwa sesak yang
dialami pasien sudah berkurang. Observational Study, 1–9.
Diaphragmatic breating juga memiliki https://doi.org/10.1183/23120541.0008
peran penting dalam koreksi pola napas pada 1-2015
pasien sehingga pola pernapasan menjadi
lebih efisien. Charususin, N., Dacha, S., Gosselink, R.,
Decramer, M., Leupoldt, A. Von,
DAFTAR PUSTAKA Reijnders, T., … Langer, D. (2018).
Abdelhalim, H. A., Aboelnaga, H. H., & Fathy, Respiratory Muscle Function and
Exercise
K. A. (2016). Comparison Between
Active Cycles of Breathing With Limitation in Patients With Chronic
Postural Drainage Versus Conventional
Chest Obstructive Pulmonary Disease: A
Riview.
Physiotherapy in Subjects With
Bronchiectasis. Egyptian Journal of Expert Review of
Chest Diseases and Tuberculosis, Respiratory Medicine,
65(1), 157– 165. 0(0).
https://doi.org/10.1016/j.ejcdt.2015.08.
006 https://doi.org/10.1080/17476348.2018.13
98084
Babu, B., Centre, M. C., Ealias, J., &
Venunathan, A. (2016). Pursed Lip
Breathing Exercise: A Self Hariyanto, W., & Hasan, H. (2016).
Management Approach Towards Bronkiektasis. Jurnal Respirasi
Shortness of Breath, (September). Indonesia, 2(2), 52–60.

Bordoni, B. (2017). Network of Breathing.


Hurst, J. R., Elborn, J. S., & Soyza, A. De.
(2015). COPD – bronchiectasis overlap
Multifunctional Role of The Diaphragm :
A Review, 290–291. syndrome, 310–313.
https://doi.org/10.1183/09031936.0017
https://doi.org/10.2147/JMDH.S45443 001 4

Chalmers, J. D., Aliberti, S., Polverino, Johnson, C., & Harworth, C. (2016).
E., Crichton, M., Loebinger, M., Dimakou,
K.,
Bronchiectasis, 314–320.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2016.
… Boersma, W. (2015). The EMBARC 02.0
EuropeanBronchiectasisRegistry :

49
Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 2 No.1, Juli-Desember 2019

P-ISSN 2622-1764

E-ISSN 2622-1152

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

17 Principle, 1054–1056.
Ringshausen, F., Roux, A. de, Diel, R.,
Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017). Hohman,
Analisis Mycobacterium Tuberculosis
dan Kondisi Fisik Rumah Dengan D., Welte, T., & Rademacher, J. (2013).
Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 152–162. Bronchiectasis in Germany : A
Population-
Lee, H.-Y., Cheon, S.-H., & Young, M.-S. (2017).
Effect of Diaphragm Breathing Exercise Based Estimation of Disease
Applied on The Basis of Overload Prevalence,
1805–1807.
https://doi.org/10.1183/13993003.00954-
2015
50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Iyassalwani
Tempat tanggal lahir : Bah 27 Juli 1998

Jenis kelamin : Perempuan


Agama : Islam
Email : iyassalwani56@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 1 Ketol
2. SMP12 Takengon
3. MAN 1 Takengon
4. S1 Keperawatan Universitas Sari Mutira Medan

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : IYASSALWANI
Nim : 2114901358

Judul : Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan


Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan Dengan Teknik Pursed Lip
Breating Exercise Terhadap Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Tb.Paru Di Ruang Rawat
Inap Rindu B I Rsup H Adam Malik.
Dosen Pembimbing : SUHERNI, S.Kep.,Ns.,M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Paraf


Pembimbing
1. selasa BAB I
02 Agustus 2022 - Latar Belakang
- Tujuan Laporan PBLK
- Manfaat Laporan PBLK
2 jumat BAB II
05 Agustusn 2022 - Tinjauan Teoritis
Keperawatan
- Patway
3 senin BAB III
08 Agustusn 2022 - Tinjauan Kasus Kelolaan
- Intervensi Keperawatan
4 kamis BAB IV
11Agustus 2022 - Pembahasan
5 senin BAB V
15Agustus 2022 - Kesimpulan dan Saran
6 selasa Perbaikan Sistematika Penulisan
16 Agustus 2022
7 rabu ACC Maju Seminar Laporan PBLK
16 Agustus 2022

You might also like