Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Pertumbuhan Dan Produktivitas Beberapa Varietas Jagung Dengan Aplikasi Berbagai

Formulasi Pupuk Bioslurry Padat

Growth and Productivity of several Maize Varieties with Application of Various Formulations of
Solid Bioslurry Fertilizer

A.Islama Maslyah, Muhammad Kadir, Eka Wisdawati

Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan
Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan
*corresponden Author Email : andiislamamaslyah@gmail.com

ABSTRAK
Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman serealia yang memiliki nilai strategis dan ekonomis
serta berpeluang untuk dikembangkan karena posisinya sebagai sumber utama karbohidrat dan
protein setelah beras, jagung juga merupakan sumber pakan. pupuk boslurry baik untuk
menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya karena mengandung bahan
organic organik yang cukup tinggi. Tanah yang diberi pupuk bioslurry menjadi gembur sehingga
tanaman jagung manis lebih mudah mengikat unsur hara dan air. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan dan produktivitas beberapa varietas jagung dengan aplikasi
berbagai formulasi pupuk bioslurry padat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai Desember 2021,bertempat di Desa Marioritenga, Kecamatan Marioriwawo,Kabupaten
Soppeng. Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT).
Hasil penelitian menggunakan perlakuan, pemberian pupuk bioslurry padat, aplikasi berbagai
formulasi pupuk bioslurry padat pada tanaman jagung memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman (165.22), jumlah daun (11.22), diameter batang (1.31), bobot 100 biji (37.89),
berat buah jagung (63.00), biomassa akar (28.33), biomassa buah jagung (48.83). Penggunaan
pupuk bioslurry padat yang terbaik adalah bioslurry sekam padi terhadap semua parameter yang
diukur dibandingkan dengan tanpa perlakuan.

Kata kunci : Jagung,Pupuk Bioslurry Padat,Varietas Jagung

ABSTRACT

Corn (Zea Mays) is a cereal crop that has strategic and economic value and has the opportunity
to be developed because of its position as the main source of carbohydrates and protein after rice,
corn is also a source of feed. boslurry fertilizer is good for fertilizing land and increasing the
production of cultivated plants because it contains high enough organic organic matter. Soil
given bioslurry fertilizer becomes loose so that sweet corn plants more easily bind nutrients and
water. The purpose of the study was to determine the effect of growth and productivity of several
varieties of corn with the application of various solid bioslurry fertilizer formulations. This
research will be conducted from October to December 2021, located in Marioritenga Village,
Marioriwawo District, Soppeng Regency. This research method was carried out using a divided
plot design (RPT). The results of the study used the treatment, the application of solid bioslurry
fertilizer, the application of various formulations of solid bioslurry fertilizer on corn plants gave
a significant effect on plant height (165.22), number of leaves (11.22), stem diameter (1.31), 100
seed weight (37.89), corn fruit weight (63.00), root biomass (28.33), corn fruit biomass (48.83).
The best use of solid bioslurry fertilizer is rice husk bioslurry against all measured parameters
compared to no treatment.

Keywords: Maize, Solid Bioslurry Fertilizer, Maize Varieties

PENDAHULUAN

Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman serealia yang memiliki nilai strategis dan ekonomis
serta berpeluang untuk dikembangkan karena posisinya sebagai sumber utama karbohidrat dan
protein setelah beras, jagung juga merupakan sumber pakan (Purwanto, 2008).
Upaya peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya
bagaimana memperoleh benih atau varietas unggul dengan produktivitas tinggi. Selain itu dapat
dilakukan dengan meningkatkan kesuburan tanah terutama pada lahan-lahan marginal/sub-
optimal. Beberapa upaya yang konkrit seperti penambahan bahan organik dengan berbagai
bentuk formulasi seperti kompos, bokhasi dan boslurry.
Pupuk boslurry baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman
budidaya karena mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Tanah yang diberi pupuk
bioslurry menjadi gembur sehingga tanaman jagung manis lebih mudah mengikat unsur hara dan
air Karki (2001)

Limbah atau ampas biogas yang dihasilkan ini disebut dengan Bio-slurry. Bioslurry
memiliki potensi yang sangat baik untuk dijadikan sebagai pupuk organik padat. Kandungan
nutrisi ini sangat penting untuk pertumbuhan tanaman termasuk potensi memperkaya formulasi
bioslurry dengan berbagai limbah organik,Kandungan unsur makro yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah besar antara lain Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Serta nutrisi mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit
seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn) (Biogas Rumah, 2014).

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) yang terdiri
dari dua faktor yaitu faktor pertama pemberian pupuk Bioslurry yang terdiri dari empat taraf
yaitu tanpa pemberian pupuk bioslurry (P0),pemberian pupuk bioslurry dan serbuk gergaji
(P1),pemberian pupuk bioslurry dan sekam padi (P2) dan pemberian pupuk bioslurry dan
tongkol jagung (P3). Faktor kedua yaitu tiga varietas yang terdiri atas V1=Nasa-29,V2=varietas
JH 37 dan V3=Sukmaraga.
Dari kedua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan masing-masing kombinasi
perlakuan diulang tiga kali sehingga diperlukan 12x3=36 petak perlakuan. Parameter
pengamatan antara lain Tinggi Tanaman, Jumlah daun, Diameter Batang, dan Berat Tongkol.
Pengambilan data dilakukan dengan teknik analisis data kuantitatif yaitu teknik analisis statistik
inferensial dengan melihat parameter pengamatan yang telah ditentukan. Pengamatan di lakukan
di kebun percobaan perlakuan penelitian selama 3 bulan. Data yang ditabulasi dengan
menggunakan aplikasi MS Excel, selanjutnya hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh sangat
nyata atau nyata terhadap parameter yang diamati, maka akan dilanjutkann dengan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil (BNT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Hasil sidik ragam tinggi tanaman jagung pada umur 2-8 minggu setelah tanam (MST) di
sajikan pada tabel lampiran 2a dan 2b sampai 5a dan 5b . Hasil analisis ragam tinggi tanaman
umur 8 MST menunjukkan bahwa Perlakuan Bioslurry berpengaruh sangat nyata dan perbedaan
Varietas Jagung berpengaruh nyata terhadap parameter Tinggi tanaman, tetapi interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Hasil Uji BNT pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa Perlakuan pupuk bioslurry sekam padi
memberikan nilai tinggi tanaman tertinggi dengan rata-rata 165.22 cm berbeda nyata dengan
perlakuan Kontrol
Tabel 4.1 Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Jagung Pada Umur 8 MST
Varietas
Pupuk Bioslurry Rata-rata NP BNT0,05
Nasa JH Sukmaraga
Kontrol 110.50 130.17 111.67 117.44c
Bioslurry + Serbuk Kayu 139.17 174.17 150.17 154.50ab 34.91
Bioslurry + Sekam Padi 163.00 185.17 147.50 165.22a
Bioslurry + Tongkol Jagung 141.83 155.67 137.17 144.89b
Rata-rata 138.63 161.29 136.63
NP BNT0,05
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT
=0,05 (Baris) dan BNT 0.01 (Kolom)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bioslurry padat sekam padi menghasilkan
rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST dan hasil sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbeda sangat nyata. Sedangkan penggunaan varietas JH 37
menghasilkan rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2, 4,6 MST tetapi hasil sidik ragam
menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata dan umur 8 MST menghasilkan rata-rata tanaman
jagung tertinggi dan hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan berbeda sangat nyata. Hasil
penelitian Suhartina (1996), dalam sekam padi banyak mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Didalam setiap ton sekam padi antara lain mengandung 4,4 kg N; 0,6
kg P; 88 kg K; 3 kg Ca; 1,6 kg Mg. Unsur hara nitrogen (N) adalah salah satu unsur yang
berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, yang diperlihatkan dengan pertumbuhan
tinggi tanaman dan diameter batang. Selain itu sekam padi juga mengandung yaitu 33,71 %
karbohidrat, 3,27 protein jenuh, 35,68 % serat jenuh, 1,18 % lemak, dan 17,71 % abu mampu
mendukung pertumbuhan tanaman. Disamping itu sekam memiliki fungsi mengikat logam berat,
sehingga unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman ( Anonimus. 2009
). Sutrisno (2000), Hal inilah yang memberikan peningkatan tinggi tanaman jagung manis
dengan pemberian sekam padi, hal ini menyatakan sekam padi yang dicampur dengan tanah
dapat terdekomposisi menjadi kompos, sehingga mampu memperbaiki kesuburan tanah.
Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman jagung pada umur 2-8 minggu setelah tanam (MST)
di sajikan pada tabel lampiran 6a dan 6b sampai 9a dan 9b. Hasil analisis ragam jumlah daun
umur 8 MST menunjukkan bahwa perlakuan Bioslurry berpengaruh nyata dan perbedaan
varietas jagung berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, tetapi interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Hasil Uji BNT pada Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa perlakuan pupuk bioslurry sekam padi
memberikan nilai tinggi tanaman tertinggi dengan rata-rata 11.22 cm berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol.
Tabel 4.2 Rat-rata Jumlah daun tanaman jagung dengan aplikasi berbagai pupuk Bioslurry padat pada
umur 2–8 MST
Varietas
Pupuk Bioslurry Rata-rata NP BNT0,05
Nasa JH Sukmaraga
Kontrol 7.50 9.50 8.00 8.33b
Bioslurry + Serbuk Kayu 8.67 11.00 9.33 9.67ab 2.98
Bioslurry + Sekam Padi 10.17 10.33 13.17 11.22a
Bioslurry + Tongkol Jagung 9.83 11.33 8.00 9.72ab
Rata-rata 9.04 10.54 9.63
NP BNT0,05
Keterangan: Nilai Rata-rata yang Diikuti oleh Huruf yang Sama berarti berbeda tidak nyata pada Taraf
uji BNT 0,05
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bioslurry padat sekam padi menghasilkan
rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2 dan 4 MST tetapi hasil sidik ragam menunjukkan
perlakuan tidak berbeda nyata. Pengamatan 6 dan 8 MST menunjukkan penggunaan pupuk
bioslurry sekam padi menghasilkan rata-rata jumlah daun tanaman jagung tertinggi dan hasil
sidik ragam menujukkan perlakuan berbeda sangat nyata. Sedangkan penggunaan varietas JH 37
menghasilkan rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2, 4,6 dan 8 MST tetapi hasil sidik
ragam menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata. Menurut Indranada (2009) bahwa
pertumbuhan daun didukung oleh ketersediaan hara yang cukup terutama nitrogen, fosfor dan
kalium. Kandungan dari biochar sekam padi dapat menahan retensi air yang dapat meminimalisir
terjadinya pencucian unsur hara dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme.
Hasil sidik ragam diameter batang tanaman jagung pada umur 2-8 minggu setelah tanam
(MST) di sajikan pada tabel lampiran 9a dan 9b sampai 12a dan 12b. Hasil analisis sidik ragam
diameter batang umur 8 MST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk bioslurry berpengaruh
sangat nyata dan perbedaan varietas jagung berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang,
tetapi interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Hasil Uji Bnt pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa perlakuan pupuk bioslurry sekam padi
memberikan nilai tinggi tanaman jagung denga rata-rata 1.31cm berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol.
Tabel 4.3. Rata-rata Diameter Batang tanaman jagung pada umur 8 MST
Pupuk Bioslurry Varietas Rata-rata NP BNT0,05
Nasa JH Sukmaraga
Kontrol 1.09 1.12 0.98 1.06c
Bioslurry + Serbuk Kayu 1.24 1.18 1.11 1.18b 0.12
Bioslurry + Sekam Padi 1.32 1.33 1.28 1.31a
Bioslurry + Tongkol Jagung 1.18 1.27 1.11 1.19b
Rata-rata 1.21 1.22 1.12
NP BNT0,05
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT
=0,05

Table 4.3 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bioslurry padat sekam padi menghasilkan
rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2,4,6 dan 8 MST dan hasil sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbeda sangat nyata. Sedangkan penggunaan varietas JH 37
menghasilkan rata-rata tanaman jagung tertinggi pada umur 2,4,6, dan 8 MST menghasilkan
rata-rata tanaman jagung tertinggi dan hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan berbeda sangat
nyata. Hasil penelitian Suhartina (1996), dalam sekam padi banyak mengandung unsur-unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Didalam setiap ton sekam padi antara lain mengandung 4,4
kg N; 0,6 kg P; 88 kg K; 3 kg Ca; 1,6 kg Mg. Unsur hara nitrogen (N) adalah salah satu unsur
yang berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, yang diperlihatkan dengan
pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Menurut Agustiar,et.all. (2016) Tanah yang
ditambahkan sekam padi dapat memperbaiki kesuburan tanah, sehingga unsur hara menjadi
tersedia, dimana tanah menjadi gembur, unsur hara yang semula tidak dapat dimanfaatkan akar
tanaman menjadi tersedia bagi tanaman, sehingga dimanfaatkan sebagai substrat dalam proses
fotosintesis, yang kemudian hasil fotosintesis tersebut disalurkan ke bagian organ tanaman yang
membutuhkan dan ditimbun di dalam batang sebagai cadangan makanan, sehingga diameter
batang semakin besar.
Pemberian pupuk bioslurry padat, aplikasi berbagai formulasi pupuk bioslurry padat pada
tanaman jagung memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (165.22), jumlah daun
(11.22), diameter batang (1.31), bobot 100 biji (37.89), berat buah jagung (63.00), biomassa akar
(28.33), biomassa buah jagung (48.83). Penggunaan pupuk bioslurry padat yang terbaik adalah
bioslurry sekam padi terhadap semua parameter yang diukur dibandingkan dengan tanpa
perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, Ellen L. P., dan Azwana, (2016), Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Pupuk Cair Bayprint Dan Sekam Padi,
Agrotekma
Agustina, Jumini, dan Nurhayati. 2015. Pengaruh Jenis Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Dua Varietas Tomat (Lycopersicum esculentum Mill L.). Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh J. Floratek 10: 46 -53.
Anonimus. 2009. Manfaat Abu Sekam, http//febrynugorho.wordpres.com/2009/ 04/03.
Anonymous. 2010. Training Material of Biogas Technology. In: International Training
Workshop on Biogas Technology for Developing Countries. Yunnan Normal University.
China.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BPPLR). 2015. Mengenal Pupuk Nitrogen dan
Fungsinya Bagi Tanaman.http://balittra.litbang.pertanian.go.id. Akses April 2016
Basir, M dan F., Kasim. 2004. Penampilan dan Stabilitas 12 Genotipe Jagung(Zea mays L.)
Bersari Bebas. Di dalam: Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IV (Kontribusi
Pemuliaan dalam Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan). Balai Penelitian Jagung dan
Serealia. Malang. 323 hal.
Bigas Rumah. 2014. Pedoman Pengelolaan dan Pemanfatan Bio-Slurry. Yayasan Rumah
Energi. Indonesia.
Blair, G.J. 2009. Plant Nutrition. University of New England. New England
BPS Nasional, 2009. Produksi Jagung Tidak Mencapai Target. Artikel, Bataviase.
Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varizetas Baru yang Kian Diburu. Pustaka
Baru Press. Yogyakarta
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2016. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017.
Kementerian Pertanian. Jakarta. 92 hlm.
Fajar, Sarasati, Fitra Septia Nugraha, and Ummu Radiyah. "Pemanfaatan Metode Deep Learning
untuk Klasifikasi Penyakit pada Tanaman Jagung." Jurnal Infortech 4.2 (2022): 133-138.
Hariono, T., Nasirudin, M., Fitriani, I., & Latif, A. (2021). Sosialisasi dan pelatihan penggunaan
pupuk agens hayati mikoriza. Jumat Pertanian: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 55-58.
Indranada. 200. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penerbitan bina aksara. Jakarta.90 hal
Karki. 2001. Response Bio-slurry Application maize and cabbagein Lalitpur District. Finalreport.
Nepal. 49hlm.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2021. Inilah 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar
Indonesia. https://www.pertanian.go.id/home/?sh ow=news&act=view&id=4639, diakses 20
Desember 2021.
Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Buku. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 203 p.
Marviana, D & L.B. Utami. (2014). Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum
Melongena L.) Terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi Versi Kurikulum 2013. JUPEMASI-PBI.
1(1) : 2407-1269.
Marviana, D & L.B. Utami. (2014). Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum
Melongena L.) Terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi Versi Kurikulum 2013. JUPEMASI-PBI.
1(1) : 2407-1269.
Nainggolan,D.S.2005.PengaruhMulasaDan Kalium TerhadapPertumbuhan
DanProduksiTanamanJagungManis(Zeamayssacchaata) Varietas super Sweet. Fakultas
Pertanian. UniversitasLampung.
Novizal,2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka,Jakarta.
Nurita dan A. Jumberi. 1997. Pemupukan KCl dan Abu Serbuk Gergaji pada Padi Gogo di
Tanah Podsolik Merah Kuning. Banjarbaru: Peragi Komisariat Kalimantan Selatan.
Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta : Penebar Swadaya.
Cetak 1.
Pasta, I., A. ette dan H.N.Barus.2015. tanggap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
(Zea may L. Saccharata) pada aplikasi berbagai pupuk organic. E-J Agrotekbis 3 (2):168-
177.
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya. Bogor. 68 hal
Pusdatin, 2012. Anilisis faktor faktor yang mempengaruhi Impor Komoditas Jagung di Indonesia
Periode 1982-2012 (http.//jornal. Unes. ac.id.).
Rinsema, W.T. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara. Jakarta.
Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Soleh. A. 2009. Pemanfaatan Pupuk Kandang Ayam Untuk Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Hortikultura. Transindo, Jakarta.
Suciantini. (2015). Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman Pangan di
Kabupaten Pacitan. Pros Sem Nas Masy Boidiv Indom 1, 358-365.
Suhartina, T. 1996. Manfaat Jerami Padi Pada Budidaya Kedelai Di Lahan Sawah. Habitat
Volume 8 No 97 Desember 1996 ISSN 0853-5167: 41-44.
Sutrisno, T. C., 2000. Pemupukan dan Pengolahan Tanah, Penerbit Armico, Bandung.
Tim Biogas Rumah (Tim Biru). 2012. Pedoman & Pengguna Pengawas Pengelolaan dan
Pemanfaatan Bio-Slurry. Kerja sama IndonesiaBelanda. Program BIRU. Jakarta.
Waqfin, M. S. I., Rahmatullah, V., Imami, N. F., & Wahyudi, M. S. (2022). Pupuk Cair
Pembuatan Mol dan Pupuk Organik Cair. Jumat Pertanian: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
3(1), 25-28.
Warnars,L.danH.Oppenoorth.2014.Bioslurry:A SupremeFertiliser.JurnalHivos.3(2):6-50.
Yunnan Normal University. 2010. Tentang Bioslurry. http://www.biru. or.id/ index.php/bio-
bioslurry/. Diakses tanggal 28 Juli 2017.

You might also like