5280 11657 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 33

1

KEDUDUKAN BARANG BUKTI DALAM PERKARA PIDANA DITINJAU


BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

Julius Bernat Hasibuan


Fakultas Hukum.Jurusan Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Indonesia

ABSTRACT criminal act , or an item is a result of a


In the Criminal Procedure Code, the criminal act, the evidence is also
evidence is not regulated in it but in supported by evidence. As for the
the Criminal Procedure Code, the term author's suggestion in the changes to
evidence, also known as the term the KUHAP in the future, it should be
evidence, it appears that the evidence one of the things that deserves to be
is not mentioned as included in one of implemented in its change is a clearer
the valid evidences. In other words, arrangement related to the position of
evidence is not a proof, questions can evidence, as part of the evidentiary
arise from here regarding the position instrument in a criminal case.
of "evidence". Based on this
description, the main problems in this .Keywords: Evidence Item, Evidence
paper are: (1) How the position of the Tool, Evidence and KUHAP.
evidence in the process of proving
criminal cases according to the BAB I
Criminal Procedure Code and (2) Is PENDAHULUAN
the Evidence a basis for proving a A. Alasan Pemilihan Judul
crime according to the Criminal Dalam hal pembuktian,
Procedure Code. The approach to the peranan barang bukti dalam kasus-
problem used is normative juridical, kasus pidana dewasa ini semakain
legislative approach and co-conceptual beragam, sehingga memerlukan
approach. Collection of materials used peninjauan khusus. Dalam proses
are primary, secondary and tertiary perkara pidana di Indonesia,
data, collection of materials and barang bukti memegang peranan
processing of materials with literature. yang sangat penting, dimana
In this study, it will be analyzed using barang bukti dapat membuat
qualitative normative methods with terang tentang terjadinya suatu
deductive logic, namely thinking with tindak pidana dan pada akhirnya
general things that lead to specific akan digunakan sebagai bahan
things. The evidence basically can be pembuktian, untuk menunjang
used to declare an error in a criminal keyakinan hakim atas kesalahan
act, with a note that the evidence used terdakwa sebagaimana yang
as supporting evidence is valid as didakwakan oleh jaksa penuntut
stipulated in the Criminal Procedure umum didalam surat dakwaan di
Code, because basically as long as the pengadilan. Barang-barang bukti
evidence is an item used to commit a tersebut antara lain meliputi benda
2

yang merupakan obyek-obyek dari “Keyakinan hakim


tindak pidana, hasil dari tindak disini tidak saja
pidana dan benda-benda lain yang terhadap alat-alat
mempunyai hubungan dengan bukti yang
tindak pidana. Untuk menjaga ditentukan dalam
keamanan dan keutuhan benda- Pasal 184 KUHAP
benda tersebut, undang-undang saja, tetapi juga
memberikan kewenangan kepada terhadap barang-
penyidik untuk melakukan barang bukti yang
penyitaaan. Penyitaan mana harus ditemukan di
berdasarkan syarat-syarat dan tata tempat kejadian
cara yang telah ditentukan oleh perkara seperti
undang-undang. Tujuan dari misalkan pisau,
penyitaan adalah untuk peluru atau benda-
kepentingan pembuktian, terutama benda lain yang
ditujukan sebagai barang bukti di dipakai untuk
muka sidang peradilan. membunuh,
Pasal 183 KUHAP mencelakai orang
menyatakan bahwa: “Hakim tidak lain atau untuk
boleh menjatuhkan pidana kepada mencuri dan
seseorang kecuali apabila dengan perkara pidana
sekurang-kurangnya ada dua alat lainnya. Barang
bukti yang sah, ia memperoleh bukti tidak diatur
keyakinan bahwa suatu tindak dalam Pasal 183
pidana telah terjadi dan bahwa KUHAP atau
terdakwalah yang bersalah didalam pasal
melakukannya”. Keyakinan hakim tersendiri dalam
bukanlah timbul dengan KUHAP sebagai
sendirinya, tetapi haruslah timbul salah satu syarat
dari alat-alat bukti yang sah yang dalam pembuktian,
telah disebutkan dalam undang- namun barang
undang dan tidak dari keadaan- bukti mempunyai
keadaan lain. Tidaklah dapat nilai/manfaat dan
dipertanggung jawabkan suatu bermanfaat dalam
keputusan walaupun sudah cukup upaya pembuktian,
alat-alat bukti yang sah namun walaupun barang
tidak didukung oleh keyakinan bukti yang disita
hakim. Hakim begitu saja oleh petugas
mengatakan bahwa ia tidak yakin penyidik secara
dan karena itu ia membebaskan yuridis formal juga
terdakwa, atau memidana bukan sebagai alat
terdakwa, tanpa menjelaskan lebih bukti yang sah
lanjut apa sebabnya ia tidak yakin. menurut KUHAP.
3

Namun dalam apabila dengan sekurang-


praktek peradilan, kurangnya dua alat bukti yang sah
barang bukti dapat ia memperoleh keyakinan bahwa
memberikan suatu tindak pidana benar-benar
keterangan yang terjadi dan bahwa terdakwalah
berfungsi sebagai yang bersalah melakukannya.
tambahan dalam Pasal tersebut telah
pembuktian.”1 ditentukan dua syarat yang harus
Salah satu ketentuan dalam dipenuhi untuk dapat menyatakan
sistem Hukum Acara Pidana di seseorang bersalah dan
negara-negara modern sekarang menjatuhkan pidana, yaitu:
ini, termasuk juga Hukum Acara 1. Adanya sekurang-kurangnya
Pidana di Indonesia, adalah bahwa dua alat bukti yang sah;
untuk menghukum seseorang 2. Adanya keyakinan Hakim yang
haruslah didasarkan pada adanya diperoleh berdasarkan alat-alat
alat-alat bukti. Berdasarkan alat- bukti yang sah tersebut.
alat bukti tersebut, Hakim sebagai Sebagai alat-alat bukti
pemutus perkara pidana dapat yang sah, menurut ketentuan Pasal
menyimpulkan tentang kesalahan 184 ayat (1) KUHAP, adalah:
terdakwa dan menjatuhkan a. keterangan saksi;
hukuman (pidana) terhadapnya. b. keterangan ahli;
Hukum Acara Pidana yang c. surat;
sekarang ini berlaku di Indonesia, d. petunjuk;
dihimpun dalam suatu undang- e. keterangan terdakwa.
undang yang diundangkan di Dalam KUHAP, selain
tahun 1981, yaitu Undang-undang istilah alat bukti, juga dikenal
Nomor 8 Tahun 1981 tentang istilah barang bukti. Dari daftar
Hukum Acara Pidana, yang juga alat-alat bukti yang sah yang
disebut sebagai Kitab Undang- dikemukakan di atas, tampak
undang Hukum Acara Pidana dan bahwa barang bukti tidak
disingkat: KUHAP. Dalam Pasal disebutkan sebagai termasuk ke
183 KUHAP ditentukan bahwa dalam salah satu alat bukti yang
Hakim tidak boleh menjatuhkan sah. Dengan kata lain, barang
pidana kepada seorang kecuali bukti bukanlah alat bukti.
Sehubungan dengan ini,
1
dalam KUHAP juga sudah
Giant K.Y Sepang, ditentukan hal-hal atau pokok-
https://media.neliti.com/media/publications/
3380-ID-pembuktian-suatu-tindak-pidana- pokok apa yang harus dimuat
berdasarkan-barang-bukti-menurut-pasal- dalam suatu putusan yang berisi
183-kuhap.pdf,, diakses tanggal 01 Maret pemindanaan. Pasal 197 ayat (2)
2019 KUHAP ditentukan bahwa tidak
dipenuhinya ketentuan dalam ayat
(1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k dan
4

l pasal ini mengakibatkan putusan diungkapkan suatu


batal demi hukum. Dalam Pasal peristiwa di zaman
197 ayat (1) KUHAP tercantum kerajaan-kerajaan di
pada huruf d bahwa sebagai salah Indonesia. Peristiwa
satu hal yang harus dimuat dalam yang dimaksud adalah
putusan pemidanaan adalah sejarah Ken Arok,
pertimbangan yang disusun secara yang memesan
ringkas mengenai: pembuatan keris
– fakta dan keadaan, beserta, kepada Empu
– alat pembuktian yang diperoleh Gandring dan
dari pemeriksaan di sidang, membunuh Empu
yang menjadi dasar penentuan ini. Keris ini, oleh
kesalahan terdakwa. Ken Arok
Istilah yang digunakan dipinjamkan kepada
dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d Kebo Ijo yang dengan
KUHAP tersebut adalah kata-kata bangga menunjukkan
“alat pembuktian”. Dalam pasal keris kepada orang-
ini tidak hanya disebut tentang orang lain. Pada
“alat bukti” saja, melainkan “alat suatu waktu, Ken
pembuktian”. Dari sini dapat Arok secara diam-
muncul pertanyaan-pertanyaan diam mengambil keris
berkenaan dengan kedudukan itu dan membunuh
“barang bukti” sehubungan Tunggul Ametung,
dengan putusan Hakim, khususnya Bupati Tumapel,
menyangkut penggunaan istilah sedangkan keris
“alat pembuktian” dalam rumusan ditinggalkan di tempat
Pasal 197 ayat (1) huruf d peristiwa. Orang-
KUHAP. orang bersaksi bahwa
Pertanyaan lain yang keris itu milik Kebo
berkaitan dengan ini adalah Ijo sehingga akhirnya
berkenaan dengan hubungan Kebo Ijo dihukum
antara barang bukti dengan alat mati. Ken Arok
bukti. Jika suatu barang bukti menjadi Bupati
bukan termasuk kategori alat Tumapel dan
bukti, bagaimana hubungan antara kemudian mendirikan
kedua barang bukti dengan alat kerajaan
bukti tersebut. Singasari. Dalam
Sebagai ilustrasi peristiwa sejarah ini,
pentingnya perhatian barang bukti (keris)
terhadap aspek menjadi satu-satunya
kekuatan dan bukti. Orang-orang
kelemahan barang memberikan
bukti, dapat kesaksian, tetapi
5

kesaksian itu bukan Berdasarkan Kitab Undang-


mengenai peristiwa Undang Hukum Acara Pidana”.
pembunuhan itu B. Perumusan dan Pembatasan
sendiri, melainkan Masalah
mengenai Berdasarkan latar belakang
kepemilikan atas yang telah diuraikan di atas, maka
keris. 2 penulis merumuskan
Peristiwa keris di atas permasalahan sebagai berikut:
menunjukkan kelemahan barang 1. Bagaimana kedudukan dari
bukti apabila hendak digunakan pada barang bukti dalam proses
sebagai satu-satunya alat pembuktian perkara pidana
bukti. Tetapi peristiwa dalam menurut Kitab Undang-undang
sejarah yang dikemukakan di atas, Hukum Acara Pidana ?
sebenarnya merupakan kasus 2. Apakah Barang Bukti Dapat
pengecualian. Pada umumnya, dijadikan dasar untuk
barang bukti merupakan sesuatu membuktikan suatu tindak
yang tidak dapat diabaikan dalam pidana menurut Kitab Undang-
perkara pidana. Barang-barang Undang Hukum Acara Pidana ?
bukti seperti Skripsi ini akan mencoba
narkotika/psikotropika yang menjelaskan dan menganalisa hal-
digunakan atau diperjual belikan, hal tersebut, sehingga nantinya
senjata api dan senjata tajam yang dapat ditarik kesimpulan dan
digunakan untuk membunuh atau harapannya dapat memberikan
melukai korban, merupakan bukti ide-ide baru sebagai masukan agar
penting tentang kesalahan kedudukan barang bukti dalam
terdakwa. perkara pidana ditinjau
Berdasarkan latar belakang berdasarkan Kitab Undang-
tersebut di atas maka penulis Undang Hukum Pidana dapat
tertarik ingin mengungkapkan berjalan dengan baik.
kedudukan barang bukti dalam
perkara pidana ditinjau C. Metode Penelitian
berdasarkan Kitab Undang- Data merupakan sumber
Undang Hukum Pidana. Dengan utama dalam penulisan skripsi ini,
demikian penulis ingin memilih agar tujuan dapat lebih terarah dan
judul “Kedudukan Barang Bukti dapat dipertanggungjawabkan
Dalam Perkara Pidana Ditinjau secara ilmia. Metode merupakan
proses, prinsip-prinsip dan tata
2 cara memecahkan suatu masalah,
https://www.ferlianusgulo.web.id/2016/04/ sedangkan penelitian ialah
barang-bukti-alat-bukti-berdasarkan.html, pemeriksaan secara hati-hati,
diakses 03 Maret 2019 tekun dan tuntas terhadap suatu
gejala untuk menambah
pengetahuan manusia, maka
6

metode penelitian dapat diartikan penelitian yang hanya


sebagai proses prinsip-prinsip dan menggambarkan fakta-fakta
tata cara untuk memecahkan tentang objek penelitian baik
masalah yang dihadapi dalam dalam kerangka sistematisasi
melakukan penelitian demikian maupun sinkronisasi
metode penelitian adalah cara berdasarkan aspek yurisidis,
ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan menjawab
dengan tujuan dan kegunaan permasalahan yang menjadi
tertentu. objek penelitian.
1. Jenis Penelitian 3. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang Penelitian yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
adalah penelitian yuridis pendekatan perundang-
normatif, di mana penelitian undangan (statute approach)
hukum normatif adalah suatu dan pendekatan koonseptual
prosedur penelitian ilmiah (conceptual approach).
untuk menemukan kebenaran Pendekatan perundang-
berdasarkan logika keilmuan undangan akan dipergunakan
dipandang dari sisi dalam penelitian ini berkenaan
normatifnya. dengan hal yang teliti berkaitan
Penelitian hukum dengan keperluan praktik
normatif yang dilakukan dalam hukum, sedangkan pendekatan
penelitian ini menggunakan akan diketengahkannya konsep
pendekatan yuridis normatif, dan prinsip hukum yang
yakni dengan melakukan berkaitan dengan tema didalam
analisis terhadap permasalahan penelitian ini. 3
dan penelitian melalui 4. Bahan Hukum
pendekatan terhadap asas-asas Bahan-bahan hukum
hukum yang mengacu pada yang akan di pergunakan
norma-norma atau kaidah- didalam penelitian sebagai
kaidah hukum positif yang berikut :
berlaku. Penelitian hukum pada a. Bahan hukum primer, yaitu
hakikatnya merupakan suatu peraturan perundang-
kegiatan ilmiah yang undangan yang Kitab
didasarkan pada metode, Undang-Undang Hukum
sistematika dan pemikiran Pidana, Undang-Undang
tertentu yang bertujuan untuk No.8 Tahun 1981 tentang
mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan 3
Peter Mahmud Marzuki, ,Penelitian
jalan menganalisisnya. Hukum, Kencana,
2. Sifat Penelitian 2005,Jakarta, hal 96 dan 138
Sifat dalam penelitian
ini adalah deskriptif yaitu
7

Hukum Acara Pidana dan Data yang diperoleh


Undang-Undang No.35 dalam penelitian ini akan
Tahun 2009 tentang dianalisa dengan menggunakan
Narkotika. metode normatif kualitatif
b. Bahan hukum skunder dengan logika deduktif yaitu
berupa bahan-bahan yang berfikir dengan hal-hal umum
memberikan penjelasan yang menuju hal yang khusus
mengenai bahan hukum dengan menggunakan
primer, terdiri dari buku- perangkat interpretasi dan
buku dan tulisan-tulisan kontruksi hukum yang bersifat
ilmiah hasil penelitian para komparatif, artinya penelitian
ahli. ini digolongkan sebagai
c. Bahan hukum tertier berupa penelitian normatif yang
bahan yang dapat dilengkapi dengan
mendukung bahan hukum perbandingan penelitian data-
primer, terdiri dari kamus data sekunder.
hukum, kamus Inggris- Setelah bahan-bahan
Indonesia dan kamus besar hukum dapat diidentifikasi
Bahasa Indonesia, secara jelas, maka dilanjutkan
ensiklopedia melakukan sistematisasi. Pada
5. Metode Pengumpulan Bahan tahapan sistematisasi akan
Hukum dilakukan pemaparan berbagai
Bahan atau materi yang pendapat hukum dan hubungan
dipakai dalam skripsi ini hierarkis antara aturan-aturan
diperoleh melalui penelitian hukum untuk mencari makna
kepustakaan. Dari hasil dari aturan-aturan hukum agar
penelitian kepustakaan membentuk kesatuan logika.
diperoleh data sekunder yang Bahan hukum yang
meliputi bahan hukum primer, tersistematisasi, baik berupa
bahan hukum sekunder dan pendapat hukum maupun
bahan hukum tersier. Dalam aturan-aturan hukum
konteks ini, data sekunder selanjutnya dilakukan evaluasi
mempunyai peranan, yakni dan diberikan pendapat atau
melalui data sekunder tersebut argumentasi disesuaikan
akan tergambar penerapan dengan permasalahan yang
peraturan perundang-undangan dibahas.
tentang kedudukan barang BAB II
bukti dalam perkara pidana. KERANGKA TEORITIS
Penelitian yuridis normatif A. Barang Bukti
lebih menekankan pada data 1. Pengertian Barang Bukti
sekunder atau data kepustakaan “Pada Kamus Besar
yang terdiri dari: Bahasa Indonesia,
6. Analisis Bahan Hukum disebutkan bahwa
8

barang bukti langsung untuk


merupakan suatu melakukan tindak
istilah yang pidana atau untuk
digunakan di bidang mempersiapkannya;
hukum, yang c. Benda yang
diartikan sebagai digunakan untuk
benda yang menghalang-halangi
digunakan untuk penyelidikan tindak
meyakinkan hakim pidana;
akan kesalahan d. Benda yang khusus
terdakwa terhadap dibuat atau
perkara pidana yang diperuntukkan
dijatuhkan melakukan tindak
kepadanya; barang pidana;
yang dapat dijadikan e. Benda lain yang
bukti dalam satu mempunyai hubungan
perkara”.4 langsung dengan
Pada pasal yang termuat tindak pidana yang
dalam Kitab Undang-Undang dilakukan,
Hukum Acara Pidana Atau dengan kata
selanjutnya disebut KUHAP lain “benda-benda yang
tidak menjelaskan pengertian dapat disita seperti yang
barang bukti. Oleh karena itu, disebutkan dalam Pasal
pengertian barang bukti yang 39 ayat (1)
digunakan adalah pendapat dari KUHAP dapat disebut
beberapa sarjana yang dikenal sebagai barang bukti.5
dengan istilah doktrin,namun Selain itu di
dalam Pasal 39 ayat (1) dalam Hetterziene in
KUHAP disebutkan mengenai Landcsh
apa-apa saja yang dapat disita, Regerment (”HIR”) juga
yaitu : terdapat perihal barang
a. Benda atau tagihan bukti. Dalam Pasal
tersangka atau terdakwa 42 HIR disebutkan
yang seluruh atau sebagian bahwa para pegawai,
diduga diperoleh dari pejabat atau pun orang-
tindakan pidana atau orang berwenang
sebagai hasil dari tindak diharuskan mencari
pidana; kejahatan dan
b. Benda yang telah pelanggaran kemudian
dipergunakan secara
5 Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002, Dalam Proses Pidana, Sinar
Hlm.107 Grafika, Jakarta, 2000, hal. 14
9

selanjutnya mencari dan “barang bukti dalam


merampas barang-barang perkara pidana adalah
yang dipakai untuk barang bukti mengenai
melakukan suatu mana delik tersebut
kejahatan serta barang- dilakukan (objek delik)
barang yang didapatkan dan barang dengan mana
dari sebuah delik dilakukan (alat
kejahatan. Penjelasan Pa yang dipakai untuk
sal 42 HIR menyebutkan melakukan delik),
barang-barang yang termasuk juga barang
perlu di-beslag di yang merupakan hasil
antaranya: dari suatu delik”.6 Ciri-
a. Barang-barang yang ciri benda yang dapat
menjadi sasaran menjadi barang bukti :
tindak pidana a. Merupakan objek
(corpora delicti) materiil
b. Barang-barang yang b. Berbicara untuk diri
terjadi sebagai hasil sendiri
dari tindak pidana c. Sarana pembuktian
(corpora delicti) yang paling bernilai
c. Barang-barang yang dibandingkan sarana
dipergunakan untuk pembuktian lainnya
melakukan tindak d. Harus diidentifikasi
pidana (instrumenta dengan keterangan
delicti) saksi dan keterangan
d. Barang-barang yang terdakwa”7
pada umumnya dapat Jadi, dari
dipergunakan untuk beberapa pengertian
memberatkan atau mengenai barang bukti di
meringankan atas dapat disimpulkan
kesalahan terdakwa bahwa yang disebut
(corpora delicti) dengan barang bukti
Selain dari adalah :
pengertian-pengertian a. Barang yang
yang disebutkan oleh dipergunakan untuk
kitab undang-undang di
6
atas, pengertian Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana
mengenai barang bukti Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.
juga dikemukakan 254
7 http : // www.facebook.com/klinikhukum
dengan doktrin oleh photos
beberapa Sarjana /a.880080035469449/880080082136111
Hukum. Prof. Andi /?type=1&theater, diakses tanggal 21 Maret
Hamzah mengatakan, 2019
10

melakukan tindak barang bukti,


pidana seperti tindak
b. Barang yang pidana
dipergunakan untuk penghinaan
membantu melakukan secara lisan
suatu tindak pidana (Pasal 3 10 ayat
c. Benda yang menjadi [1] KUHP)”.8
tujuan dari 2. Fungsi atau jenis-jenisbarang
dilakukannya suatu bukti
tindak pidana Barang bukti tidak
d. Benda yang termasuk bagian dari alat bukti
dihasilkan dari suatu sebagaimana yang telah
tindak pidana ditentukan dalam KUHAP,
e. Benda tersebut dapat supaya barang bukti dapat
memberikan suatu diperoleh maka barang bukti
keterangan bagi harus dikirim kepada ahli untuk
penyelidikan tindak diperiksa dan dimintakan
pidana tersebut, baik pendapatnya. Disamping itu
berupa gambar dalam pengusutan perkara
ataupun berupa perlu berkas-berkas, seperti
rekaman suara darah beracun, muntahan
f. “Barang bukti orang, atau barang-barang yang
yang merupakan dipakai untuk melakukan
penunjang alat kejahatan dan barang-barang
bukti bukti lainnya harus dikirim
mempunyai kepada orang ahli untuk
kedudukan yang diperiksa dan dimintakan
sangat penting pendapatnya.
dalam suatu 3. Kekuatan Pembuktian
perkara pidana. Bahwa barang bukti
Tetapi merupakan sarana bagi hakim
kehadiran suatu untuk mencari dan menemukan
barang bukti kebenaran materiil serta
tidak mutlak memperkuat keyakinan dalam
dalam suatu memutus suatu perkara pidana.
perkara pidana, Dengan demikian,
karena ada barang bukti mempunyai
beberapa tindak hubungan yang sangat erat,
pidana yang tidak terpisahkan dan dapat
dalam proses menguatkan hakim untuk
pembuktiannya
tidak 8
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti,
memerlukan Akademika, Presindo, 2003 hlm.19
11

menjadikan sebagai alat bukti sebelum adanya suatu


dalam suatu pembuktian putusan pengadilan yang
perkara pidana. mempunyai kekuatan
hukum tetap (inkracht van
B. Teori dan Sistem Pembuktian gewijde) atau dinamakan
1. Teori dan Sistem Pembuktian “asas preasumptio of
Dalam Hukum Acara Pidana innocence”.
Pengertian hukum acara Tujuan hukum acara
pidana adalah suatu rangkaian pidana adalah untuk
peraturan-peraturan yang menegakkan atau memelihara
menurut cara-cara bagaimana ketertiban umum sedangkan
badan-badan Pemerintah yang hukum acara itu motor
berkuasa, yaitu dari kepolisian, pelaksanaan dari hukum acara
kejaksaan, sampai kepada pidana material yang tidak
pengadilan harus bertindak dapat dipisah-pisahkan oleh
guna mencapai tujuan negara karena tanpa hukum acara
yang mengadukan hukum pidana.
pidana. Oleh karena itu dalam Jadi hukum acara
hukum acara pidana ada 2 pidana mempelajari peraturan-
(dua) macam kepentingan, peraturan yang dibuat oleh
yaitu : suatu negara, agar waktu
1) Kepentingan orang yang timbul persangkaan telah
dituntut, bahwa ia harus terjadi pelanggaran undang-
diperlakukan dengan adil undang pidana, untuk dapat
sedemikian rupa, sehingga dilakukan dengan cara sebagai
jangan sampai seorang tidak berikut :
berdosa mendapat hukuman, a) Menyuruh alat-alat negara
atau memang kalau ia untuk mengusut tentang
berdosa, jangan sampai benar tidaknya telah terjadi
mendapat hukuman yang suatu tindak pidana.
lebih berat, tidak berimbang b) Menyuruh melakukan
dengan kesalahannya. tindakan-tindakan yang
2) Kepentingan masyarakat, perlu untuk penangkapan
bahwa seorang yang telah bagi si pembuatnya, bila
melanggar suatu peraturan perlu menghukumnya.
hukum yang setimpal c) Menyuruh melakukan
dengan kesalahannya guna pengusutan terhadap si
keamanan masyarakat. Asas pembuatnya.
yang berlaku di Negara kita d) Menyuruh mengajukan
berdasarkan hukum acara bahan-bahan pembuktian
pidana menyatakan bahwa yang telah dapat
setiap orang wajib untuk dikumpulkan pada waktu
dianggap tidak bersalah mengumpulkan pengusutan
12

tentang kebenaran terjadinya Yang dimaksudkan


tindak pidana itu kepada dengan membuktikan ialah
hakim dan mengahadapkan meyakinkan hakim tentang
tersangka ke muka hakim. kebenaran dalil-dalil yang
e) Menyuruh hakim dikemukakan dalam suatu
menjatuhkan putusan persengketaan di muka
tentang dapat tidaknya pengadilan. Hakim di dalam
dibuktikan telah terjadinya melaksanakan tugasnya
tindak pidana tersebut dan diperbolehkan menyandarkan
kesalahan tersangka serta putusannya hanya atas
menetapkan hukuman yang keyakinannya, biarpun itu
akan dijatuhkan atau sangat kuat dan murni,
tindakan yang akan diambil. keyakinan hakim itu harus
f) Mengajukan alat-alat hukum didasarkan pada sesuatu, yang
/ upaya-upaya hukum dinamakan oleh undang-
terhadap keputusan hakim undang ialah alat bukti.
tersebut (rechtmiddelen). Dengan alat bukti yang
g) Menyuruh melaksanakan ada masing-masing pihak
penjatuhan keputusan berusaha membuktikan dalilnya
terakhir yang berisikan yang dikemukakan kepada
hukuman atau tindakan hakim yang diwajibkan untuk
tersebut. memutus perkara narkotika
tersebut. Pembuktian benar
Ada beberapa tidaknya terdakwa melakukan
pertimbangan yang menjadi perbuatan yang didakwakan
tujuan alasan disusunnya Kitab merupakan bagian yang
Undang-Undang Hukum Acara terpenting dari acara pidana,
Pidana : jadi seseorang yang didakwa
1. Perlindungan atas harkat dan ternyata terbukti melakukan
martabat manusia perbuatan yang didakwakan
(tersangka/terdakwa); adalah berdasarkan alat-alat
2. Perlindungan atas bukti yang ada disertai
kepentingan hukum dan keyakinan hakim.
pemerintahan; Sistem atau teori-teori
3. Kodifikasi dan unifikasi pembuktian Indonesia sama
hukum acara pidana; dengan Belanda dan negara-
4. Mencapai kesatuan sikap negara eropa kontinental yang
dan tindakan aparat penegak lain, yaitu menganut bahwa
hukum; hakimlah yang menilai alat
5. Mewujudkan hukum acara bukti yang diajukan dengan
pidana yang berdasarkan keyakinannya sendiri bukan
pancasila dan Undang- juri, seperti di Amerika Serikat
Undang Dasar 1945. dan negara-negara anglo saxon,
13

juri umumnya terdiri dari orang 2. Sistem atau teori


awam. Juri-juri tersebutlah pembuktian
yang menentukan salah atau berdasarkan atas
tidaknya guilty or not guilty keyakinan hakim
seorang terdakwa, sedangkan saja. Teori ini
hakim hanya memimpin sidang disebut juga
dan menjatuhkan pidana conviction intime.
(sentencing). Teori berdasarakan
Ada beberapa teori atau keyakinan hakim
sistem pembuktian yang dianut saja didasarkan
dalam Hukum Acara Pidana : pada keyakinan
“1. Sistem atau teori hati nuraninya
pembuktian sendiri. Dengan
berdasarkan sistem ini
Undang-undang ditetapkan bahwa
secara positif terdakwa telah
(Positief Wettelijk melakukan
Bewitjstheorie). perbuatan yang
Dikatakan secara didakwakan dan
positif, hanya dalam
didasarkan oleh pemidanaannya
Undang-undang, dimungkinkan
artinya jika telah tanpa didasarkan
terbukti suatu kepada alat-alat
perbuatan sesuai bukti dalam
dengan alat-alat undang-undang.
bukti yang disebut Sistem ini dianut
undang-undang, oleh peradilan juri
maka keyakinan di Prancis. Sistem
hakim tidak yang demikian
diperlukan sama memberikan
sekali. Kebenaran kebebasan kepada
yang dicari pada hakim terlalu
sistem pembuktian besar, sehingga
ini adalah sulit diawasi.
kebenaran formal Disampingitu,
(formele terdakwa atau
bewijtstheorie), penasihat
oleh karena itu hukumnya sulit
sistem pembuktian untuk melakukan
ini dipergunakan pembelaan
dalam hukum acara sehingga didalam
perdata. penerapan dengan
14

sistem tersebut suatu motivasi.


membuat Sistem atau teori
pertimbangan ini disebut juga
berdasarkan pembuktian bebas
metode yang dapat karena hakim
mengakibatkan bebas untuk
banyaknya menyebut alasan-
putusan-putusan alasan atas dasar
bebas dengan keyakinannya
alasan-alasan yang (vrije
aneh. bewijstheorie).
3. Sistem atau teori Sistem atau teori
pembuktian pembuktian jalan
berdasarkan tengah atau yang
keyakinan hakim berdasar keyakinan
logis (La hakim sampai
conviction batas tertentu ini
Raisonee). terpecah kedua
Sistem teori ini jurusan, yaitu
disebut sistem pembuktian
pembuktian yang berdasarkan
berdasar keyakinan keyakinan hakim
hakim sampai atas alasan yang
batas tertentu. logis (conviction
Menurut teori ini raisonee) dan yang
hakim dapat kedua teori
memutuskan pembuktian
seseorang bersalah berdasar undang-
berdasarkan undang secara
keyakinannya dan negatif (negatief
didasarkan kepada wettelijk
dasar-dasar bewijstheorie).
pembuktian yang Persamaan dari
disertai dengan kedua teori
suatu kesimpulan pembuktian ini
(conclusie) yang ialah berdasar atas
berlandaskan pada keyakinan hakim,
peraturan- artinya terdakwa
peraturan tidak mungkin
pembuktian dipidana tanpa
tertentu. Jadi adanya keyakinan
putusan hakim hakim bahwa ia
dijatuhkan dengan bersalah,
15

sedangakan sedangkan kedua


perbedaannya ialah pada ketentuan
pertama undang-undang
berpangkal tolak yang disebut secara
kepada keyakinan limitatif.
hakim, tetapi 4. Teori pembuktian
keyakinan itu harus berdasarkan
didasarkan kepada undang-undang
suatu kesimpulan secara negatif
(conclusie) yang (negatief wettelijk)
logis, yang tidak Dalam kalimat
didasarkan kepada pada Pasal 183
undang-undang, KUHAP, yang
tetapi ketentuan- berbunyi :Hakim
ketentuan menurut tidak boleh
ilmu pengetahuan menjatuhkan
hakim sendiri, pidana kepada
menurut pilihannya seorang, kecuali
sendiri tentang apabila dengan
pelaksanaan sekurang-
pembuktian yang kurangnyadua alat
mana yang ia akan bukti yang sah ia
pergunakan, memperoleh
kemudian keyakinan bahwa
berpangkal tolak suatu tindak pidana
pada aturan-aturan benar-benar terjadi
pembuktian yang dan bahwa
ditetapkan secara terdakwalah yang
limitatif oleh bersalah
undang-undang, melakukannya”.9
tetapi hal itu harus Dalam kalimat diatas
diikuti dengan nyata bahwa pembuktian harus
keyakinan hakim. didasarkan pada Kitab Undang-
Jadi, dapat Undang Hukum Acara Pidana
disimpulkan bahwa (KUHAP), yaitu alat bukti
perbedaannya ada yang sah tersebut dalam Pasal
dua, yaitu pertama 184 KUHAP, disertai dengan
berpangkal tolak keyakinan hakim yang
pada keyakinan
hakim yang tidak 9
didasarkan dengan https://lawmetha.wordpress.com/2011/0
suatu konklusi 6/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-
undang-undang, pidana/, diakses tanggal 23 maret 2019
16

diperoleh dari alat-alat bukti, pembuktian yang ditetapkan secara


dalam sistem atau teori limitatif dalam Undang-Undang,
pembuktian yang berdasar tetapi hal itu harus diikuti dengan
undang-undang secara negatif keyakinan Hakim.
ini, pemidanaan didasarkan Dalam sistem pembuktian
kepada pembuktian yang ini, minimal dibutuhkan dua alat
berganda, yaitu pada peraturan bukti yang telah diatur dalam
undang-undang dan pada Undang-Undang dan berdasarkan
keyakinan hakim, dan menurut dua alat bukti yang sah tersebut,
undang-undang dasar menimbulkan keyakinan Hakim
keyakinan hakim yang bahwa Terdakwa adalah benar
bersumber pada peraturan orang yang melakukan perbuatan
undang-undang. Untuk yang didakwakan serta karena
Indonesia, sistem pembuktian perbuatannya tersebut Terdakwa
berdasar undang-undang secara dapat dipersalahkan. Sistem
negatif sebaiknya pembuktian ini diatur dalam Pasal
dipertahankan berdasarkan dua 183 KUHAP.
alasan, pertama memang sudah Dengan dianutnya sistem
selayaknya harus ada pembuktian tersebut diharapkan
keyakinan hakim tentang dapat diwujudkan tujuan Hukum
kesalahan terdakwa untuk Acara Pidana untuk menemukan
dapat menjatuhkan suatu kebenaran materiil, yaitu
hukuman pidana, janganlah kebenaran berdasarkan fakta yang
hakim terpaksa memidana terungkap dalam persidangan,
orang sedangkan hakim tidak bukan kebenaran yang didasarkan
yakin atas kesalahan terdakwa, bukti formal sebagaimana dianut
kedua, ialah berfaedah jika ada dalam Hukum Acara Perdata,
aturan yang mengikat hakim dimana kebenaran yang ingin
dalam menyusun dicapai adalah kebenaran
keyakinannya, agar ada berdasarkan bukti formal (surat).
patokan-patokan tertentu yang Dalam sistem pembuktian
harus diturut oleh hakim dalam menurut Hukum Acara Pidana,
melakukan peradilan. disamping dikenal adanya alat
C. Sistem Pembuktian yang Dianut bukti sebagaimana telah diatur
di Indonesia dalam Pasal 184 KUHAP, yaitu
Sistem pembuktian yang berupa keterangan saksi,
dianut oleh Hukum Acara Pidana keterangan ahli, surat, petunjuk
di Indonesia adalah sistem dan keterangan terdakwa, dikenal
pembuktian Undang-Undang juga barang bukti, yaitu barang
secara negatif (Negatief Wettelijke bukti sebagai hasil kejahatan
Bewijstheorie), yaitu dalam (corpora delicti) dan barang bukti
pembuktian perkara pidana yang merupakan alat untuk
berpangkal tolak dari aturan-aturan melakukan kejahatan (instrumenta
17

delicti). Barang bukti telah diatur dalam mengumpulkan sarana


dalam Pasal 39 KUHAP, walaupun pembuktian yang akan diajukan
Pasal tersebut tidak secara tegas Jaksa Penuntut Umum di
mengatur tentang barang bukti, persidangan dan akan
tetapi mengatur barang yang dapat menghasilkan putusan pengadilan
disita oleh Penyidik. Terkait sebagaimana diupayakan Penyidik
dengan bukti permulaan khususnya dan Jaksa Penuntut Umum.
dalam penyidikan Kapolri dalam Penuntut Umum membuat surat
Surat Keputusan No. dakwaan dan oleh karena itu, ia
Pol.SKEEP/04/I/1982, tanggal 18 berkewajiban untuk menyusun alat
Februari 1982 menentukan, bahwa bukti dan pembuktian tentang
bukti permulaan yang cukup itu, kebenaran surat dakwaan atau
adalah bukti yang merupakan tentang kesalahan Terdakwa, dan
keterangan dan data yang barang bukti mempunyai nilai
terkandung di dalam dua diantara : strategis untuk menentukan suatu
1) Laporan Polisi; perbuatan yang didakwakan
2) Berita Acara Pemeriksaan kepada Terdakwa oleh Penuntut
TKP; Umum dapat dibuktikan secara sah
3) Laporan Hasil penyelidikan; dan meyakinkan atau tidak, apakah
4) Keterangan saksi / saksi ahli; Terdakwa benar sebagai pelaku
dan dalam perbuatan tersebut dan harus
5) Barang Bukti. dipertanggungjawabkan karena
Keputusan Kapolri tersebut perbuatannya.
memuat dan memperhatikan Barang bukti yang terkait
barang bukti merupakan bagian suatu tindak pidana harus
bukti permulaan yang cukup untuk dilakukan penyitaaan karena
menentukan adanya suatu tindak barang bukti tersebut dapat dipakai
pidana kejahatan. Hal tersebut untuk membuktikan apakah benar
berarti dalam upaya pengumpulan barang bukti yang diajukan ke
sarana pembuktian barang bukti persidangan itu merupakan hasil
sudah berperan dan berfungsi saat kejahatan atau barang bukti itu
Penyidik melakukan tindakan merupakan alat untuk melakukan
penyidikan. Dalam proses kejahatan. Berkaitan barang bukti
pemeriksaan dan penyelesaian ini juga akan diputuskan oleh
perkara pidana, kegiatan Hakim, apakah barang bukti akan
penyidikan merupakan dikembalikan kepada yang berhak,
pendahuluan dari proses atau dirampas untuk dimusnahkan
penuntutan. atau dirampas untuk Negara.
Dalam proses penuntutan Terkait dengan barang bukti
terutama saat Jaksa Penuntut yang harus disita, Haryanto
Umum menyusun surat dakwaan mengatakan bahwa Benda yang
sangat dipengaruhi dan didasarkan dapat disita itu :
kesempurnaan tindakan penyidikan 1) Instrumenta delicti
18

2) Corpora delicti manapun, tidak perlu dari ayam


3) Benda lain yang secara yang dicuri oleh seseorang.
langsung tidak ada Apabila diperhatikan Pasal 45
hubungannya dengan tindak KUHAP mengatur barang bukti
pidana tetapi mempunyai pengganti, tetapi hal tersebut
alasan kuat untuk bahan terkait dengan barang bukti yang
pembuktian. 10 lekas rusak atau yang
Dalam perkara pencurian, membahayakan, sehingga tidak
barang bukti berupa hasil kejahatan mungkin untuk disimpan, maka
sangat penting untuk dilakukan barang bukti dapat dijual lelang
penyitaan, selanjutnya akan untuk kepentingan pembuktian
ditampilkan di persidangan untuk disisihkan sebagian kecil. Artinya
membuktikan apakah benar sebagian berupa barang bukti
perbuatan pencurian yang pengganti (berupa uang) dan
didakwakan kepada Terdakwa dan sebagian lagi berupa barang bukti
apakah benar barang bukti yang yang asli, tetapi Pasal 45 KUHAP
ditunjukkan dalam persidangan ini tidak mengatur tentang barang
adalah barang milik korban yang bukti yang seluruhnya diganti atau
diambil oleh Terdakwa. Dalam tidak ada barang bukti aslinya.
KUHAP tidak pernah diatur Sistem pembuktian yang
tentang barang bukti pengganti, dianut di indonesia di atur didalam
yaitu bukan merupakan barang dari Kitab Undang-Undang Hukum
hasil kejahatan ataupun barang Acara Pidana (KUHAP) pada Pasal
yang bukan merupakan alat untuk 183, berbunyi :Hakim tidak boleh
melakukan kejahatan, mengingat menjatuhkan pidana kepada
kalau hal tersebut diatur dalam seseorang kecuali apabila dengan
KUHAP berarti tidak mendukung sekurang-kurangnya dua alat bukti
terwujudnya tujuan Hukum Acara yang sah ia memperoleh keyakinan
Pidana untuk menemukan bahwa suatu tindak pidana benar-
kebenaran materiil. Sebagai contoh benar terjadi dan bahwa
seseorang disangka melakukan terdakwalah yang bersalah
pencurian ayam yang berwarna melakukannya.
hitam, berhubung ayam sudah Isi dari pasal tersebut tidak
dijual dan tidak diketahui, maka beda jauh dengan isi pada Pasal
Penyidik memunculkan barang 294 Herziene Indonesische
bukti pengganti yaitu bulu ayam Reglement (HIR), berbunyi :Tidak
yang berwarna hitam. Hal ini tidak akan di jatuhkan hukuman kepada
dibenarkan, karena bulu berwarna seorang pun jika hakim tidak yakin
hitam itu bisa diperoleh dari kesalahan terdakwa dengan upaya
bukti menurut undang-undang
10
M.Haryanto, 2007, Hukum Acara Pidana, yang benar bahwa benar telah
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya terjadi perbuatan pidana dan
Wacana, Salatiga, hal.48 tertuduhlah yang salah melakukan
19

perbuatan itu. Jika direnungkan spiral berputar ke arah


dari kedua pasal diatas dapat dalam.
disimpulkan bahwa sistem 2. Metode Zona, yang baik
pembuktian yang dianut di digunakan untuk mencari
Indonesia adalah pembuktian barang bukti di pekarangan,
menurut undang-undang secara rumah, atau tempat tertutup,
negatif (negative wettelijk stelsel), yang dilakukan dengan cara
yaitu keseimbangan antara dua samapai empat orang
pembuktian menurut undang- menggeledah di setiap 1/16
undang secara positif dengan bagian dari luas tempat
pembuktian menurut keyakinan kejadian perkara.
hakim atau conviction in time. 3. Metode strip dan Metode
Rumusannya berbunyi : “tidak Strip Ganda, yang baik
seorangpun boleh dikenkan digunakan di daerah yang
hukumann, selain jika hakim berlereng, yang dilakukan
mendapat keyakinan dengan alat oleh tiga orang petugas yang
bukti yag sah, bahwa benar telah berjalan berdampingan
terjadi perbuatan yang boleh serentak dari sisi lebar yang
dihukum dan orang yang dituduh satu ke sisi lainnya lalu
itulah yang salah tentang perbuatan kembali ke sisi yang
itu”.11 sebelumnya.
4. Metode Roda, yang baik
D. Pemerolehan Barang Bukti digunakan untuk ruangan,
a. metode pencarian barang bukti yang dilakukan oleh
Pencarian barang bukti beberapa petugas yang
di tempat kejadian perkara bergerak menuju arah mata
dapat dilakukan dengan metode angin secara bersama-sama
sebagai berikut: dari titik tengah tempat
1. Metode Spiral, yang baik kejadian perkara ke arah
digunakan di daerah yang luar.
lapang, bersemak, atau b. Penggeledahan.
berhutan, dilakukan oleh Berdasarkan Pasal 33
tiga orang petugas atau lebih ayat (1) KUHAP, penyidik
yang menjelajahi tempat dapat melakukan
kejadian dengan cara setiap penggeledahan yang diperlukan
orang berdiri berbaris ke hanya dengan izin tertulis dari
belakang dengan jarak Ketua Pengadilan Negeri
tertentu dan kemudian setempat. Akan tetapi dalam
bergerak mengikuti bentuk hal sangat mendesak dan sangat
diperlukan untuk melakukan
11
Adami Chazawi, Hukum Pembuktian penggeledahan dan dalam
Tindak Pidana Korupsi, Media Nusa keadaan penyidik tidak
Creative, Malang, 2018 Hlm 25. mungkin mendapatkan izin dari
20

Pengadilan Negeri setempat yang diajukan kepada


terlebih dahulu, menurut Pasal penyelidik atau penyidik
34 ayat (1) KUHAP, penyidik adakalanya disertai dengan
dapat melakukan penyerahan benda yang
penggeledahan pada: dijadikan barang bukti tentang
1. pada halaman rumah telah terjadinya tindak pidana
tersangka bertempat tinggal, tersebut sehingga harus disita
berdiam atau ada dan yang untuk kepentingan
ada di atasnya; penyelidikan atau penyidikan
2. pada setiap tempat lain selanjutnya.
tersangka bertempat tinggal. Tersangka juga
Berdiam atau ada; seringkali menyerahkan barang
3. di tempat tindak pidana bukti kepada penyidik, baik
dilakukan atau terdapat benda yang dengan mana
bekasnya; tindak pidana dilakukan
4. di tempat penginapan dan ataupun hasil dari tindak pidana
tempat umum lainnya. yang bersangkutan, dengan
Di samping salah satu alasan karena
penggeledahan tempat maka, timbulnya rasa penyesalan
penyidik oleh undang-undang telah melakukan tindak pidana
dalam hal ini Pasal 37 ayat (2) yang dimaksud.
KUHAP, diberikan d. Diambil dari pihak ketiga
kewenangan untuk Benda yang tersangkut
menggeledah pakaian dan tindak pidana juga seringkali
badan tersangka pada saat disita oleh penyidik dari pihak
melakukan penangkapan ketiga untuk dijadikan barang
terhadap tersangka yang bukti. Keberadaan barang-
bersangkutan. barang tersebut pada tangan
Penyidik juga pihak ketiga dapat disebabkan
diperbolehkan untuk karena barang tersebut telah
menggeledah barang-barang dialuhkan oleh tersangka
yang dibawa oleh tersangka, dengan menjual, menyewakan,
apabila terdapat dugaan keras menukar, menghadiahkan,
bahwa pada tersangka tersebut menggadaikan, atau
terdapat benda yang dapat meminjamkan barang tersebut
disita. kepada orang lain.
c. Diserahkan langsung oleh saksi e. Barang temuan
pelapor atau tersangka Penyidik juga dapat
Dalam mengetahui telah memperoleh barang bukti dari
terjadi suatu peristiwa/tindak barang-barang yang ditemukan,
pidana, maka adakalanya diserahkan atau dilaporkan oleh
diketahui melalui laporan yang masyarakat yang tidak
masuk. Laporan atau aduan mengetahui siapa pemilik
21

barang yang bersangkutan. bukti itu dmintakan kepada


Menurut Peraturan Kepala terdakwa.
Kepolisan Republik Indonesia Selain itu, keterangan
tentang Tata Cara Pengelolaan mengenai barang bukti yang
Barang Bukti di Lingkungan terkait dengan suatu tindak
Kepolisian Negara Republik pidana, misalkan tubuh
Indonesia Pasal 1 angka 6, manusia yang menjadi korban
“barang temuan adalah benda tindak pidana pembunuhan,
bergerak atau tidak bergerak, yang diberikan oleh seorang
berwujud atau tidak berwujud, ahli kedokteran kehakiman,
yang ditinggalkan atau disebut sebagai ‘keterangan
ditemukan masyarakat atau ahli’ sesuai dengan Pasal 133
penyidik karena tersangka ayat (1) yuncto Pasal 186
belum tertangkap atau KUHAP.
melarikan diri dan dilakukan BAB III
penyitaan oleh penyidik.” HASIL PENELITIAN DAN
Perolehan barang bukti PEMBAHASAN
oleh penyidik sebagaimana A. Kedudukan Barang Bukti Dalam
yang sudah diuraikan di atas Proses Pembuktian Perkara
sangatlah menunjang dalam Pidana Menurut KUHAP.
proses pemeriksaan di Pasal-pasal KUHAP yang di
persidangan, karena barang- dalamnya terdapat istilah “barang
barang bukti yang ditemukan bukti”, yaitu:
ini adalah sebagai bagian dari 1. Pasal 5 ayat (1) huruf a butir 2:
pembuktian (evidences) dalam Salah satu wewenang Penyelidik
suatu peristiwa pidana. adalah mencari barang bukti;
Barang bukti memang 2. Pasal 8 ayat (3) huruf b: Dalam
bukan termasuk pada alat-alat hal penyidikan sudah dianggap
bukti yang sah sebagaimana selesai, penyidik menyerahkan
yang diatur dalam Pasal 184 tanggung jawab atas tersangka
ayat (1) KUHAP, namun dan barang bukti kepada
apabila dihubungkan dengan penuntut umum;
Pasal 181 ayat (2) KUHAP, 3. Pasal 18 ayat (2): Dalam hal
barang bukti yang dihadirkan di tertangkap tangan penangkapan
persidangan dapat menjadi alat dilakukan tanpa surat perintah,
bukti yang sah berupa: dengan ketentuan bahwa
a. keterangan saksi, jika penangkap harus segera
keterangan mengenai barang menyerahkan tertangkap beserta
bukti tersebut dimintakan barang bukti yang ada kepada
kepada saksi; penyidik atau penyidik pembantu
b. keterangan terdakwa, jika yang terdekat;
keterangan mengenai barang 4. Pasal 21 ayat (1): Salah satu
alasan perlunya penahanan
22

adalah dalam hal adanya persidangan yang telah disita lebih


keadaan yang menimbulkan dahulu oleh penyidik.
kekhawatiran bahwa tersangka Tetapi, walaupun istilah
atau terdakwa akan merusak atau barang bukti disebutkan dalam
menghilangkan barang bukti; sejumlah pasal KUHAP, dan dalam
5. Pasal 181 ayat (1): Hakim ketua putusan pengadilan harus selalu
sidang memperlihatkan kepada ditetapkan dengan tegas tentang apa
terdakwa segala barang bukti yang akan dilakukan terhadap
dan menanyakan kepadañya barang bukti, namun dalam pasal-
apakah Ia mengenal benda itu; pasal KUHAP tidak ada yang
yang dilanjutkan dengan Pasal menegaskan tentang kedudukan
181 ayat (1): Jika perlu benda itu dari suatu barang bukti.
diperlihatkan juga oleh hakim Berbeda halnya dengan
ketua sidang kepada saksi; alat bukti, yang secara tegas
6. Pasal 194 ayat (1): Dalam hal disebutkan dalam pasal tentang
putusan pemidanaan atau bebas sistem pembuktian, yaitu Pasal 183
atau lepas dari segala tuntutan KUHAP, dimana ditentukan bahwa
hukum, pengadilan menetapkan Hakim tidak boleh menjatuhkan
supaya barang bukti yang disita pidana kepada seorang kecuali
diserahkan kepada pihak yang apabila dengan sekurang-kurangnya
paling berhak menerima kembali dua alat bukti yang sah ia
yang namanya tercantum dalam memperoleh keyakinan bahwa
putusan tersebut kecuali jika suatu tindak pidana benar-benar
menurut ketentuan undang- terjadi dan bahwa terdakwalah yang
undang barang bukti itu harus bersalah melakukannya. Alat-alat
dirampas untuk kepentingan bukti yang sah, oleh Pasal 184 ayat
negara atau dimusnahkan atau (1) KUHAP, hanya dibatasi pada: a.
dirusak sehingga tidak dapat keterangan saksi; b. keterangan
dipergunakan lagi; ahli; c. surat; d. petunjuk; e.
7. Pasal 203 ayat (2): Dalam Acara keterangan terdakwa, dalam jenis-
Pemeriksaan Singkat, penuntut jenis alat bukti yang sah tersebut
umum menghadapkan terdakwa tidak disebutkan tentang barang
beserta saksi, ahli, juru bahasa bukti. Dari sudut tidak adanya
dan barang bukti yang ketentuan dalam pasal-pasal
diperlukan; KUHAP tentang kedudukan suatu
Istilah ‘barang bukti tidak barang bukti, dapat muncul kesan
secara jelas diatur dalam KUHAP. bahwa pembentuk KUHAP
Dalam KUHAP digunakan istilah memandang barang bukti sebagai
‘benda sitaan’ (lihat Pasal 38 suatu tambahan semata-mata
sampai dengan Pasal 46 KUHAP). terhadap alat-alat bukti yang sah,
Dalam praktek peradilan, ‘barang dengan kata lain, barang bukti itu
bukti’ adalah benda yang diajukan sendiri bukan merupakan suatu alat
oleh penuntut umum kedepan bukti, melainkan merupakan bukti
23

tambahan belaka terhadap alat-alat dipidana tanpa kesalahan”. Dalam


bukti yang sah menurut KUHAP, bahasa Belanda :“Geen straf zonder
yaitu sebagai bukti tambahan schuld” disinilah letak pelunya
terhadap alat bukti keterangan pembuktian tersebut apakah
saksi, keterangan ahli, surat, seseorang benar-benar bersalah
petunjuk, dan keterangan terdakwa. menurut apa yang diatur dalam
Seperti diketahui bahwa Undang-undang yang ditujukan
didalam pembuktian tidaklah kepadanya.
mungkin dan dapat tercapai Dalam hal tersebut
kebenaran mutlak (absolut). Bahwa dapatlah disimpulkan bahwa suatu
semua pengetahuan kita hanya pembuktian haruslah dianggap tidak
bersifat relatif, yang didasarkan lengkap, jika keyakinan hakim
pada pengalaman, penglihatan, dan didasarkan atas alat-alat bukti yang
pemikiran tentang sesuatu yang tidak mencukupi, umpamanya
selalu tidak pasti benar. Jika dengan keterangan dari seorang
diharuskan adanya syarat kebenaran saksi saja ataupun karena keyakinan
mutlak untuk dapat menghukum tentang tindak pidana itu sendiri
seseorang, maka sebagian besar dari tidak ada, maka haruslah ketentuan
pelaku tindak pidana tidaklah dapat yang menjadi keharusan didalam
di hukum, pastilah dapat Pasal 183 KUHAP tersebut
mengharapkan bebas dari terpenuhi keduanya.
penjatuhan pidana. Satu-satunya Hakim tidak boleh
yang dapat diisyaratkan dan yang memperoleh keyakinan tersebut
sekarang dilakukan adalah adanya dari macam-macam keadaan yang
suatu kemungkinan besar bahwa diketahui dari luar persidangan,
terdakwa telah bersalah melakukan tetapi haruslah memperoleh dari
perbuatan-perbuatan yang telah di bukti yaitu dari alat-alat bukti yang
dakwakan sedangkan sah dan adanya tambahan dari
ketidaksalahannya walaupun selalu keterangan barang bukti yang
ada kemungkinan merupakan suatu terdapat di dalam persidangan,
hal yang tidak dapat diterima. sesuai dengan syarat-syarat yang di
Jika keyakinan hakim atas tentukan Undang-undang, umpama
berdasarkan alat-alat bukti yang sah dalam hal terdakwa tidak mengakui
menurut pengalaman dan keadaan dari atau dengan kesaksian
telah dapat diterima, bahwa suatu sekurang-kurangnya dua orang
tindak pidana benar-benar telah saksi yang telah di sumpah dengan
terjadi dan terdakwalah dalam hal sah dimuka pengadilan.
tersebut yang bersalah (guilty), Apabila hakim dari alat-
maka terdapatlah bukti yang alat bukti yang sah tidak
sempurna, yaitu bukti yang sah dan memperoleh keyakinan maka ia
meyakinkan. Dan dalam hal berwenang untuk menjatuhkan
pembuktian pidana kita mengenal putusan bebas dari segala tuntutan.
istilah yang berbunyi : “Tidak Dengan demikian walaupun lebih
24

dari dua orang saksi menerangkan yang dapat disita yang dilakukan
di atas sumpah bahwa mereka telah penyidik dalam menjalankan
melihat seseorang telah melakukan fungsinya.
tindak pidana, maka hakim tidaklah Jadi walaupun barang
wajib menjatuhkan hukuman bukti tidak diatur didalam Pasal 183
terhadap terdakwa, jika hakim tidak KUHAP atau didalam pasal
yakin bahwa ia dengan kesaksian tersendiri didalam KUHAP sebagai
oleh lebih dari dua orang saksi salah satu syarat dalam pembuktian
tersebut benar-benar dapat namun barang bukti menurut saya
dipercaya dan oleh karena tujuan mempunyai nilai/fungsi dan
dari proses pidana adalah untuk bermanfaat dalam upaya
mencari kebenaran materil, maka pembuktian, walaupun barang bukti
hakim akan membebaskan terdakwa yang disita oleh petugas penyidik
dalam hal ini. tersebut secara yuridis formal juga
Maka haruslah diingat bukan sebagai alat bukti yang sah
bahwa keyakinan hakim tersebut menurut KUHAP. Akan tetapi,
bukanlah timbul dengan sendirinya dalam praktik peradilan, barang
saja, tetapi haruslah timbul dari bukti tersebut ternyata dapat
alat-alat bukti yang sah yang telah memberikan keterangan yang
disebutkan didalam Undang- berfungsi sebagai tambahan dalam
undang, dan tidak dari keadaan- pembuktian.
keadaan lain. Tidaklah dapat di Barang bukti adalah benda
pertanggungjawabkan suatu yang digunakan untuk meyakinkan
keputusan walaupun sudah hakim akan kesalahan terdakwa
cukup alat-alat bukti yang sah terhadap perkara pidana yang
hakim begitu saja mengatakan dijatuhkan kepadanya; barang yang
bahwa ia tidak yakin dan karena itu dapat dijadikan bukti dalam satu
ia membebaskan terdakwa, tanpa perkara. Barang tersebut dapat
menjelaskan lebih lanjut apa sebab- berupa benda atau tagihan
sebab ia tidak yakin. Keyakinan tersangka atau terdakwa yang
Hakim disini tidak saja terhadap seluruh atau sebagaian diduga
alat-alat bukti yang di tentukan diperoleh dari tindakan pidana atau
didalam Pasal 184 KUHAP saja, sebagai hasil dari tindak pidana
tetapi adanya peranan dari barang- maupun benda yang telah
barang bukti yang di temukan di dipergunakan secara langsung
tempat kejadian perkara seperti untuk melakukan tindak pidana atau
pisau atau peluru yang dipakai untuk mempersiapkannya atau
untuk membunuh dan mencelakai benda yang dipergunakan untuk
orang lain, sebagaimana yang menghalang-halangi penyidikan
dijelaskan didalam Pasal 39 tindak pidana dan benda yang
KUHAP ayat (1) yang berhubungan khusus dibuat atau diperuntukkan
dengan barang bukti sebagai hasil melakukan tindak pidana serta
dari penyitaan dan barang-barang benda lain yang mempunyai
25

hubungan langsung dengan tindak dapat disita adalah benda-benda


pidana yang dilakukan. bergerak dan benda tidak bergerak,
Dalam proses perkara benda berwujud dan tidak
pidana, barang bukti juga mendapat berwujud. Barang-barang yang
perhatian karena untuk memperoleh dapat disita bermacam-macam
barang bukti harus dilakukan sifatnya, yaitu sebagai berikut:
dengan upaya paksa yang dapat 1. Barang-barang yang menjadi
dilakukan terhadap hak milik sasaran perbuatan yang
seseorang atas suatu barang dan melanggar hukum pidana seperti
karenanya terkait dengan hak asasi barang-barang yang dicuri atau
manusia. Upaya tersebut dikenal yang digelapkan atau yang
dengan sebutan ‘Penyitaan’, yaitu didapat secara penipuan.
serangkaian tindakan penyidikan 2. Barang-barang yang tercipta
untuk mengambil alih dan atau sebagai buah dari perbuatan
menyimpan di bawah yang melanggar hukum pidana,
penguasaannya benda bergerak atau seperti uang logam atau uang
tidak bergerak, berwujud atau tidak kertas yang dibikin oleh
berwujud, untuk kepentingan terdakwa dengan maksud untuk
pembuktian dalam penyidikan, mengedarkannya sebagai uang
penuntutan dan peradilan. tulen atau suatu tulisan palsu.
Dari pengertian ini, maka 3. Barang-barang yang dipakai
kewenangan untuk melakukan sebagai alat untuk melakukan
upaya paksa penyitaan terhadap perbuatan yang melanggar
barang bukti hanya dimiliki oleh hukum pidana, seperti suatu
penyidik. Penyitaan sebagai bentuk pisau atau senjata api atau
upaya paksa harus memerlukan ijin tongkat yang dipakai untuk
dari pengadilan untuk membunuh atau menganiaya
pelaksanaannya berupa surat izin orang, suatu batang besi yang
dari Ketua Pengadilan Negeri. dipakai untuk membuat lubang
Dengan tindakan penyitaan yang di dinding suatu rumah dalam
dilakukan oleh penyidik maka akan mana kemudian dilakukn
diperoleh barang atau benda pencurian, perkakas-perkakas
tertentu yang dapat dijadikan yang dipakai untuk membuat
sebagai barang bukti dalam proses uang palsu.
pemeriksaan di muka persidangan. 4. Barang-barang yang pada
Barang atau benda yang umumnya dapat menjadi tanda
diperoleh dari tindakan penyidikan bukti ke arah memberatkan atau
ditujukan untuk kepentingan meringankan kesalahan
pembuktian dalam penyidikan, terdakwa, seperti suatu pakaian
penuntutan dan peradilan. Barang- yang dipakai oleh penjahat pada
barang apa sajakah yang dapat waktu melakukan perbuatan
disita? Sesuai dengan Pasal 1 angka yang melanggar hukum pidana,
16 KUHAP, benda-benda yang atau suatu barang yang terlihat
26

ada tanda pernah dipegang oleh yang dikenakan


penjahat dengan jarinya penyitaan dikembalikan
(vingerafdrukken). kepada orang atau
Ketentuan Pasal 39 kepada mereka yang
KUHAP mengatakan bahwa, benda disebut dalam putusan
yang dapat dilakukan penyitaan tersebut, kecuali jika
atau benda sitaan meliputi: menurut putusan hakim,
1. benda atau tagihan tersangka atau benda itu dirampas
terdakwa yang seluruh atau untuk negara, untuk
sebagian diduga diperoleh dari dimusnahkan atau untuk
tindak pidana atau sebagai hasil dirusakkan sampai tidak
dari tindak pidana; dapat dipergunakan lagi
2. benda yang telah dipergunakan atau jika benda tersebut
secara langsung untuk masih diperlukan
melakukan tindak pidana atau sebagai barang bukti
untuk mempersiapkannya; dalam perkara lain.”
3. benda yang dipergunakan untuk Dari bunyi Pasal 46 ayat
menghalang-halangi (2) KUHAP ini, maka barang bukti
penyelidikan tindak pidana; atau benda sitaan ini ditentukan
4. benda yang khusus dibuat atau sebagai berikut:
diperuntukkan melakukan tindak 1. dikembalikan kepada orang atau
pidana; merekayang disebut dalam amar
5. benda lain yang mempunyai putusan;
hubungan langsung dengan 2. dirampas untuk negara;
tindak pidana yang dilakukan. 3. dirampas untuk dimusnahkan
Pasal 44 KUHAP atau dirusak sampai tidak dapat
menyebutkan bahwa benda yang dipergunakan lagi;
telah disita atau benda sitaan 4. dikembalikan kepada penyidik
disimpan dalam rumah atau penuntut umum jika masih
penyimpanan benda sitaan dan dipergunakan untuk perkara lain.
penanggung jawabnya adalah sebagaimana dimaksud
pejabat yang berwenang sesuai dalam Pasal 104
tingkat proses pemeriksaan dilelang untuk negara.”
peradilan dan benda sitaan dilarang B. Barang Bukti Sebagai Dasar
digunakan oleh siapapun juga. Membuktikan Suatu Tindak
Dalam pemeriksaan Pidana Menurut KUHAP.
perkara di pengadilan, status benda Dalam KUHAP yang
sitaan atau barang bukti ditentukan berlaku di Indonesia, tidak terdapat
dalam amar putusan. Sesuai dengan satu pasal pun yang mengatur
Pasal 46 ayat (2) KUHAP secara tersendiri tentang barang
ditentukan bahwa: bukti sebagai salah satu syarat
“Apabila perkara sudah dalam pembuktian, meskipun dalam
diputus, maka benda proses pembuktian kesalahan
27

terdakwa di persidangan, barang bukti tambahan belaka terhadap


bukti ini merupakan hal yang sangat alat-alat bukti yang sah menurut
penting. KUHAP, yaitu sebagai bukti
Istilah ‘barang bukti tidak tambahan terhadap alat bukti
secara jelas diatur dalam KUHAP. keterangan saksi, keterangan ahli,
Dalam KUHAP digunakan istilah surat, petunjuk, dan keterangan
‘benda sitaan’ (lihat Pasal 38 terdakwa.
sampai dengan Pasal 46 KUHAP). Apabila dihubungkan
Dalam praktek peradilan, ‘barang dengan Pasal 39 KUHAP, barang
bukti’ adalah benda yang diajukan bukti yang terhadapnya dapat
oleh penuntut umum kedepan dilakukan penyitaan adalah terdiri
persidangan yang telah disita lebih dari:
dahulu oleh penyidik. 1. Benda atau tagihan tersangka
Tetapi, walaupun istilah atau terdakwa yang diduga
barang bukti disebutkan dalam sebagai hasil dari tindak pidana
sejumlah pasal KUHAP, dan dalam atau disebut juga hasil tindak
putusan pengadilan harus selalu pidana;
ditetapkan dengan tegas tentang apa 2. Benda yang secara langsung
yang akan dilakukan terhadap dipergunakan untuk
barang bukti, namun dalam pasal- memepersiapkan atau melakukan
pasal KUHAP tidak ada yang tindak pidana;
menegaskan tentang kedudukan 3. Benda yang digunakan untuk
dari suatu barang bukti. menghalangi proses
Berbeda halnya dengan penyelidikan;
alat bukti, yang secara tegas 4. Benda yang khusus dibuat untuk
disebutkan dalam pasal tentang diperuntukkan melakukan tindak
sistem pembuktian, yaitu Pasal 183 pidana;
KUHAP, di mana ditentukan bahwa 5. Benda lain yang mempunyai
Hakim tidak boleh menjatuhkan hubungan langsung dengan
pidana kepada seorang kecuali tindak pidana.
apabila dengan sekurang-kurangnya Seperti pembahasan diatas
dua alat bukti yang sah ia mengenai barang bukti dapat
memperoleh keyakinan bahwa disimpulkan yang menjadi ciri-ciri
suatu tindak pidana benar-benar benda yang dapat menjadi barang
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bukti:
bersalah melakukannya. Dapat a. Merupakan objek materiil
muncul kesan bahwa pembentuk b. Berbicara untuk diri sendiri
KUHAP memandang barang bukti c. Sarana pembuktian yang paling
sebagai suatu tambahan semata- bernilai dibandingkan sarana
mata terhadap alat-alat bukti yang pembuktian lainnya
sah. Dengan kata lain, barang bukti d. Harus diidentifikasi dengan
itu sendiri bukan merupakan suatu keterangan saksi dan keterangan
alat bukti, melainkan merupakan terdakwa
28

Apabila dihubungkan a. keterangan saksi;


dengan ciri –ciri barang bukti diatas b. keterangan ahli;
maka Fungsi barang bukti dalam c. surat;
sidang pengadilan mempunyai d. petunjuk;
peran adalah sebagai berikut: e. keterangan terdakwa.
a. Menguatkan kedudukan alat Dengan melihat
bukti yang sah (Pasal 184 ayat hubungan antara ketentuan
[1] KUHAP); dalam Pasal 183 dengan
b. Mencari dan menemukan ketentuan dalam Pasal 184 ayat
kebenaran materiil atas perkara (1) KUHAP, maka alat-alat bukti
sidang yang ditangani; yang disebutkan dalam Pasal 184
c. Setelah barang bukti menjadi ayat (1) KUHAP merupakan
penunjang alat bukti yang sah dasar untuk dapat menyatakan
maka barang bukti tersebut dapat terdakwa bersalah dan
menguatkan keyakinan hakim menjatuhkan pidana terhadap
atas kesalahan yang didakwakan terdakwa yang bersangkutan.
JPU.
Pasal 183 KUHAP Dari sub bab sebelumnya
ditentukan bahwa Hakim tidak sudah dikemukakan bahwa
boleh menjatuhkan pidana istilah alat pembuktian, yang
kepada seorang kecuali apabila digunakan dalam Pasal 82 ayat
dengan sekurang-kurangnya dua (3) huruf d dan Pasal 197 ayat
alat bukti yang sah ia (1) huruf d KUHAP, mencakup
memperoleh keyakinan bahwa alat bukti dan barang bukti. Jadi,
suatu tindak pidana benar-benar baik alat bukti maupun barang
terjadi dan bahwa terdakwalah bukti merupakan alat
yang bersalah melakukannya. pembuktian. Dapat menjadi
Dari ketentuan pasal di atas, pertanyaan, mengapa barang
maka untuk dapat menjatuhkan bukti tidak diklasifikasi sebagai
pidana terhadap seorang alat bukti? Dalam KUHAP tidak
terdakwa harus dipenuhi dua diberikan penjelasan mengenai
syarat, yaitu: hal ini. Tetapi, kemungkinan
1. Adanya dua alat bukti yang besar menjadi pertimbangan
sah; dan, adalah karena barang bukti tidak
2. Adanya keyakinan Hakim dapat berdiri sendiri dalam
tentang kesalahan terdakwa pembuktian. Sebagai contohnya
berdasarkan sekurang- adalah barang bukti berupa
kurangnya dua alat bukti narkotika, psikotropika, senjata
tersebut. api dan senjata tajam (parang
Mengenai alat-alat bukti dan pisau). Berkenaan dengan
yang sah, menurut ketentuan barang-barang bukti ini
Pasal 184 ayat (1) KUHAP, diperlukan keterangan saksi
yaitu: bahwa narkotika/psikotropika
29

tersebut ditemukan dalam tangan maupun barang bukti merupakan


atau di saku baju terdakwa pada alat pembuktian. Dapat menjadi
saat penggerebekan, atau pertanyaan, mengapa barang
keterangan saksi bahwa bukti tidak diklasifikasi sebagai
parang/pisau tersebut dipegang alat bukti? Dalam KUHAP tidak
oleh terdakwa dan digunakan diberikan penjelasan mengenai
untuk melukai korban, sehingga hal ini. Tetapi, kemungkinan
hubungan antara alat bukti besar menjadi pertimbangan
dengan barang bukti adalah adalah karena barang bukti tidak
bahwa alat bukti merupakan alat dapat berdiri sendiri dalam
untuk menerangkan keterkaitan pembuktian. Sebagai contohnya
suatu barang bukti dalam perkara adalah barang bukti berupa
pidana. Menurut pendapat narkotika, psikotropika, senjata
penulis, sebenarnya barang bukti api dan senjata tajam (parang
dapat diklasifikasi sebagai alat dan pisau). Berkenaan dengan
bukti. Alasan untuk menentang barang-barang bukti ini
barang bukti sebagai alat bukti, diperlukan keterangan saksi
yaitu bahwa barang bukti tidak bahwa narkotika/psikotropika
dapat berdiri sendiri melainkan tersebut ditemukan dalam tangan
harus diterangkan dengan suatu atau di saku baju terdakwa pada
alat bukti, merupakan alasan saat penggerebekan, atau
yang tidak sepenuhnya tepat. Ini keterangan saksi bahwa
karena alasan menentang seperti parang/pisau tersebut dipegang
ini, berlaku juga untuk alat bukti oleh terdakwa dan digunakan
petunjuk. Alat bukti petunjuk untuk melukai korban, sehingga
juga tidak dapat berdiri sendiri, hubungan antara alat bukti
melainkan pada hakekatnya dengan barang bukti adalah
hanyalah kesimpulan hakim saja bahwa alat bukti merupakan alat
dari alat-alat bukti lain yang ada. untuk menerangkan keterkaitan
Jadi, sebenarnya alat suatu barang bukti dalam perkara
bukti petunjuk juga tidak akan pidana. Menurut pendapat
ada jika tidak ada alat-alat bukti penulis, sebenarnya barang bukti
lainnya. Untuk adanya alat bukti dapat diklasifikasi sebagai alat
petunjuk harus terlebih dahulu bukti. Alasan untuk menentang
ada alat bukti keterangan saksi, barang bukti sebagai alat bukti,
alat bukti Dari sub bab yaitu bahwa barang bukti tidak
sebelumnya sudah dikemukakan dapat berdiri sendiri melainkan
bahwa istilah alat pembuktian, harus diterangkan dengan suatu
yang digunakan dalam Pasal 82 alat bukti, merupakan alasan
ayat (3) huruf d dan Pasal 197 yang tidak sepenuhnya tepat. Ini
ayat (1) huruf d KUHAP, karena alasan menentang seperti
mencakup alat bukti dan barang ini, berlaku juga untuk alat bukti
bukti. Jadi, baik alat bukti petunjuk. Alat bukti petunjuk
30

juga tidak dapat berdiri sendiri, huruf d KUHAP memiliki arti


melainkan pada hakekatnya yang lebih luas daripada
hanyalah kesimpulan hakim saja istilah “alat bukti” dalam
dari alat-alat bukti lain yang ada. antara lain Pasal 183 dan 184
Jadi, sebenarnya alat KUHAP.
bukti petunjuk juga tidak akan Menurut penulis,
ada jika tidak ada alat-alat bukti digunakannya istilah “alat
lainnya. Untuk adanya alat surat pembuktian”, dan bukannya
atau alat bukti keterangan hanya istilah “alat bukti”, dalam
terdakwa. Jadi pada hekakatnya Pasal 197 ayat (1) huruf d
alat bukti petunjuk ini pada KUHAP, merupakan hal yang
hakekatnya bukan alat bukti disadari dan disengaja oleh
yang dapat berdiri sendiri dan pembentuk KUHAP. Ini karena
bila dibandingkan dengan alat dalam pemeriksaan suatu perkara
bukti petunjuk, maka barang pidana, yang diajukan ke depan
bukti justru yang memiliki pengadilan bukanlah hanya alat-
kedudukan yang tersendiri dan alat bukti semata-mata,
lebih tepat untuk ditempatkan melainkan juga apa yang oleh
sebagai alat bukti daripada alat pasal-pasal KUHAP disebut
bukti petunjuk. Di atas telah sebagai barang bukti.
disinggung mengenai istilah Penggunaan istilah “alat
“alat pembuktian” yang pembuktian” dalam Pasal 197
digunakan dalam Pasal 197 ayat ayat (1) huruf d KUHAP tersebut
(1) huruf d KUHAP. Dalam dimaksudkan untuk juga
kaitannya dengan istilah “alat mencakup barang bukti. Tetapi,
bukti”, sebenarnya ada dua dengan mempelajari Pasal 197
kemungkinan mengenai ayat (1) huruf a sampai dengan
hubungan antara istilah “alat huruf l secara satu persatu,
pembuktian” dalam Pasal 197 ternyata tidak ada yang
ayat (1) huruf d KUHAP dengan menyebutkan tentang istilah
istilah “alat bukti” yang “barang bukti” secara tersendiri.
digunakan dalam KUHAP. Dengan demikian, digunakannya
Kemungkinan-kemungkinan istilah “alat pembuktian”, dan
tersebut, yaitu: bukannya hanya “alat bukti”,
1. Istilah “alat pembuktian” mengandung maksud bahwa di
Pasal 197 ayat (1) huruf d dalamnya tercakup juga
KUHAP mempunyai arti mengenai barang bukti.
yang sama dengan istilah Pasal lainnya yang
“alat bukti” dalam antara lain memperkuat pandangan bahwa
Pasal 183 dan 184 KUHAP; “barang bukti” termasuk
atau, cakupan istilah “alat
2. Istilah “alat pembuktian” pembuktian” dalam rumusan
dalam Pasal 197 ayat (1) Pasal 197 ayat (1) huruf d
31

KUHAP, yaitu ketentuan Pasal bukti yang disita oleh petugas


82 ayat (3) huruf d yang penyidik tersebut secara yuridis
mengatur mengenai formal juga bukan sebagai alat
Praperadilan. Pada Pasal 82 ayat bukti yang sah menurut KUHAP.
(3) huruf b KUHAP tersebut Akan tetapi, dalam praktik
ditentukan bahwa, dalam hal peradilan, barang bukti tersebut
putusan menetapkan bahwa ternyata dapat memberikan
benda yang disita ada yang tidak keterangan yang berfungsi
termasuk alat pembuktian, maka sebagai tambahan dalam
dalam putusan dicantumkan pembuktian, di dalam Pasal 183
bahwa benda tersebut harus KUHAP menjelaskan tentang
segera dikembalikan kepada apa apa yang diharuskan di
tersangka atau dan siapa benda dalam suatu pembuktian perkara
itu disita. Dari rumusan Pasal 82 pidana di Indonesia diantaranya
ayat (3) huruf b KUHAP ini jelas perlunya minimal dua alat bukti
bahwa selain benda yang disita yang sah yang memperoleh
tetapi yang tidak termasuk alat keyakinan hakim bahwa telah
pembuktian, ada juga benda terjadinya suatu tindak pidana
yang disita yang termasuk alat dan terdakwalah pelakunya, hal
pembuktian. Jadi, dari pasal ini sangat penting karena
tersebut dapat diketahui bahwa menjadi patokan dalam proses
penggunaan istilah alat pembuktian di Indonesia,
pembuktian mencakup juga gunanya adalah tidak lain dari
benda yang disita. Sekalipun untuk mencari suatu kebenaran
dalam pasal ini yang digunakan materil.
adalah istilah “benda yang 2. Bahwa pembuktian perkara
disita”, bukan istilah “barang pidana berdasarkan barang bukti
bukti”, tetapi jelas bahwa “benda menurut Pasal 183 KUHAP di
yang disita” tersebut merupakan dalam sidang pengadilan sesuai
“barang bukti”. dengan fungsi dari barang bukti
itu sendiri yaitu: menguatkan
BAB IV kedudukan alat bukti yang sah
PENUTUP {Pasal 184 ayat (1) KUHAP};
A. Kesimpulan mencari dan menemukan
1. Bahwa status barang bukti tidak kebenaran materil atas perkara
diatur didalam Pasal 183 sidang yang ditangani; setelah
KUHAP atau didalam pasal barang bukti menjadi penunjang
tersendiri didalam KUHAP alat bukti yang sah, maka barang
sebagai salah satu syarat dalam bukti tersebut dapat menguatkan
pembuktian namun barang bukti keyakinan hakim atas kesalahan
menurut nilai/fungsi dan yang didakwakan oleh Jaksa
bermanfaat dalam upaya Penuntut Umum, dalam Pasal 82
pembuktian, walaupun barang ayat (3) huruf d dan Pasal 197
32

ayat (1) huruf d KUHAP, https://www.ferlianusgulo.web.id/2


mencakup alat bukti dan barang 016/04/barang-bukti-alat-
bukti. Jadi, baik alat bukti bukti-berdasarkan.html,
maupun barang bukti merupakan diakses 03 Maret 2019
alat pembuktian . Jadi pada Giant K.Y Sepang,
hekakatnya alat bukti petunjuk https://media.neliti.com/me
ini bukan alat bukti yang dapat dia/publications/3380-ID-
berdiri sendiri dan bila pembuktian-suatu-tindak-
dibandingkan dengan alat bukti pidana-berdasarkan-
petunjuk, maka barang bukti barang-bukti-menurut-
justru yang memiliki kedudukan pasal-183-kuhap.pdf,,
yang tersendiri dan lebih tepat diakses tanggal 01 Maret
untuk ditempatkan sebagai alat 2019
bukti daripada alat bukti https://www.hukumonline.com/klin
petunjuk, dalam praktek ik/detail/ulasan/lt4e8ec99e
peradilan barang bukti dapat 4d2ae/apa-perbedaan-alat-
memberikan keterangan yang bukti-dengan-barang-
berfungsi sebagai tambahan bukti-, diakses tanggal 21
dalam pembuktian dari pada itu maret 2019.
istilah “benda yang disita”, Sasangka, Hari dan Lily Rosita,
bukan istilah “barang bukti”, Hukum Pembuktian Dalam
tetapi jelas bahwa “benda yang Perkara Pidana, Mandar
disita” tersebut merupakan Maju, Bandung, 2003.
“barang bukti”. B. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
B. Saran
1. Sebaiknya barang bukti diatur Kitab Undang-undang Hukum
lebih jelas didalam KUHAP Acara Pidana
kedepannya. UU No.8 Tahun 1981 tentang
2. dibutuhkan penekanan pada Hukum Acara Pidana
pendidikan tinggi hukum terkait (lembaran Negara RI
perbedaan antara alat bukti dan Tahun 1981 Nomor 76,
barang bukti, serta keududukan Tambahan Lembaran
masing-masing dalam Negara RI Nomor 5062)
kepentingan pembuktian perkara UU No.35 Tahun 2009 tentang
pidana. Narkotika (Lembaran
. Negara RI Tahun 2009
DAFTAR PUSTAKA Nomor 143, Tambahan
A. BUKU BACAAN Lembaran Negara RI
Mahmud Peter Marzuki, 2005, Nomor 5062)
Penelitian Hukum,
Kencana, Jakarta.
33

You might also like