Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Dan Askep Ispa
Laporan Pendahuluan Dan Askep Ispa
Oleh :
LAILATUL KHOIRUNNISAK
10218044
B. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan
paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah
dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan
dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli dankapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. (Saputro. R, 2013).
C. KLASIFIKASI
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris
saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam
saluran pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2)
ISPA dalam 2 golongan yaitu (Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk
dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun
tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2
ISPA) mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60
menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding
dada dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan
dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak
umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5
tahun.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA yaitu, faktor
lingkungan, individu anak (umur, jenis kelamin dan berat badan lahir), nutrisi,
imunisasi, status sosial ekonomi, dan perilaku orang tua yang merokok,
Maryunani (2010)(Syahidi, Gayatri, & Bantas, 2016)
G. PATOFISIOLOGI
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi
4 tahap yaitu:
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap
rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi
infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh
bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi
setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan
di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan
yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA
dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
H. WOC
Bakteri, virus dan jamur
I. PENATALAKSANAAN
1. Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
2. Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman
penyebab.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014):
1. Identitas Pasien
2. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
dari pada usia yang lebih lanjut.
3. Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana
angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di
negara Denmark.
4. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa
penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah
rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna
dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe
akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
3. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
4. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya. (Nursing Student, 2015).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d sputum
berlebihan
2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d takipnea
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah
4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering
5. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d merasa lemah
ANALISA DATA
No Data Etiolgi Masalah Keperawatan
DS Bakteri, virus dan jamur Bersihan jalan napas
↓
→ Pasien tidak efektif b.d sekresi
Terhisap masuk ke
mengatakan sulit saluran pernapasan yang tertahan d.d
↓
bernafas sputum berlebihan
Menempel pada hidung,
→ Pasien sinus, faring, laring,
mengatakan sulit bronkus
↓
berbicara ISPA
DO : ↓
1. Menginvasi sel
→ RR = 36 x/mnt ↓
→ Ronchi (+) Respon pertahanan sel
↓
→ Pasien tampak Produksi mukus ↑
gelisan ↓
Kongesti pada hidung
→ Sianosis ↓
→ Pola nafas Kesulitan bernafas
↓
berubah Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
DS: Bakteri, virus dan jamur Hipertermia b.d proses
↓
→ Pasien penyakit d.d takipnea
Terhisap masuk ke
mengatakan saluran pernapasan
↓
tubuh nya panas
Menempel pada hidung,
→ Pasien sinus, faring, laring,
mengatakan bronkus
2. ↓
kulitnya terasa ISPA
panas ↓
Invasi kuman
DO : ↓
→ Suhu = 390C Merangsang tubuh
melepas zat pirogen
→ Kulit tampak ↓
merah Hipotalamus ke bagian
termoregulator
→ Kulit terasa ↓
↓
hangat
Hipertermia
aktivitas
INTERVENSI
Diagnosis
No Tujuan SLKI SIKI
Keperawatan
Regulasi Temprature
Observasi
→ Monitor suhu tiap dua jam seka
jika perlu
→ Monitor tekanan darah, frekuan
fernapasan dan nadi
→ Monitor warna dan suhu kulit
→ Monitor dan catat tanda/gejala
hipertermia
Teraupetik
→ Pasang alat pemantau suhu kutin
jika perlu
→ Tingkatkan asupan nutrisi dan c
yang adekuat
→ Sesuaikan suhu lingkungan deng
kebutuahan pasien
Edukasi
→ Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, ji
perlu
3. Nyeri Akut b.d Setelah Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
agen pencedera dilakukan → Keluhan nyari (4 Tindakan/Observasi
fisiologi d.d intervensi cukup menurun) → Identifikasi lokasi, karakte
pola nafas selama 4 x 24 → Gelisah (3 sedang) durasi, frekuensi, kualitas, inten
berubah jam maka → Pola napas (4 cukup nyeri
nyeri akan membaik ) → Identifikasi skala nyeri
menurun → Tekanan darah (3 → Identifikasi respons nyeri non v
sedang) → Identifikasi faktor
memperberat dan memper
nyeri
→ Identifikasi pengetahuan
keyakinan tentang nyeri
→ Identifikasi pengaruh bu
terhadap respon nyeri
→ Identifikasi pengaruh nyeri
kualitas hidup
→ Monitor keberhasilan t
komplementer yang sudah diber
→ Monitor efek samping penggu
analgetik
Terapeutik
→ Berikan teknik nonfarmak
untuk mengurangi rasa
(akupresur, terapi m
biofeedback, terapi
aromaterapi, teknik ima
terbimbing, kompres hangat di
terapi bermain
→ Kontrol lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis.
ruangan, pencahayaan, kebising
→ Fasilitasi istirahat dan tidur
→ timbangkan jenis dan sumber
dalam pemilihan strategi mered
nyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
→ Jelaskan strategi meredakan nye
→ Anjurkan memonitor nyeri s
mandiri
→ Anjurkan menggunakan anal
secara tepat
→ Ajarkan teknik nonfarmako
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian analgetik
perlu
4. Hipovolemia Setelah Status Cairan Manajemen Hipervolemia
b.d kehilangan dilakukan → Turgor kulit(2 cukup Observasi:
cairan aktif d.d intervensi memburuk ) → Periksa tanda dan gejala
membran selama 4 x 24 → Berat badan (4 cukup hypervolemia
mukosa kering jam maka menurun) → Identifikasi penyebab hypervole
kondisi → Suara tambahan (4 → Monitor status hemodinamik
volume cukup menurun ) → Monitor intake dan output caira
cairan → Frekuensi nadi (3 → Monitor tanda hemokonsentrasi
membaik sedang ) → Monitor tanda peningkatan teka
→ Suhu tubuh (3 onkotik plasma
sedang) → Monitor efek samping diuretik
Teraupetik :
→ Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
→ Batasi asupan cairan dan garam
→ Tinggikan kepala tempat tidur30
derajat
Edukasi :
→ Anjurkan melapor jika haluan
urin<0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
→ Anjurkan melapor jika BB
bertambah>1 kg dalam sehari
→ Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluan cai
→ Ajarkan cara membatasi cairan
→ Kolaborasi:
→ Kolaborasi pemberian diuretic
Pemantauan Cairan
Observasi:
→ Monitor frekuensi dan kekuatan
→ Monitor frekuensi nafas
→ Monitor berat badan
→ Monitor elastisitas atau turgor k
→ Monitor warna, jumlah dan bera
urin
→ Monitor kadar albumin dan prot
total
→ Monitor intake dan output caira
→ Identifikasi tanda tanda
hypervolemia
→ Identifikasi factor
ketidakseimbangan cairan
Teraupetik :
→ Atur interval waktu pemantauan
→ Dokumentasikan hasil pemantau
Edukasi :
→ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
→ Informasikan hasil pemantauan
perlu
5. Risiko defisit Setelah Status Nutrisi Manajemen Gangguan Makan
nutrisi d.d dilakukan → Porsi makanan yang Tindakan/Observasi
ketidak- intervensi dihabiskan(2 cukup → Monitor asupan dan keluarnya
mampuan selama 4 x 24 menurun ) makanan dan cairan serta kebutu
menelan jam maka → Diare (2 cukup kalori
makanan kebutuhan menurun ) Teraupetik
metabolisme → Berat badan (2 cukup → Timbang berat badan secara ruti
akan memburuk ) → Diskusikan perilaku makan dan
membaik → IMT (2 cukup jumlah aktivitas fisik(termasuk
memburuk ) olahraga)yang sesuai
→ Nafsu makan (2 → Lakukan kontrak perilaku
cukup memburuk ) → Dampingi ke kamar mandi untu
pengamatan perilaku memuntah
kembali makanan
→ Berikan penguatan positif terhad
keberhasilan target dan perubah
perilaku
→ Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai target kontrak
→ Rencanakan progam pengobatan
untuk perawatan dirumah
Edukasi
→ Anjurkan membuat catatan haria
tentang perasaan dan situasi pem
pengeluaran makanan
→ Ajarkan pengaturan diet yang te
→ Ajarkan keterampilan koping un
penyelesaian masalah perilaku
makan
Kolaborasi
→ Kolaborasi dengan ahli gizi tent
target berat badan, kebutuhan ka
dan pilihan makanan
6. Intoleransi Setelah Toleransi aktivitas Manajemen Energi
aktivitas b.d dilakukan → Frekuensi nadi (3 Tindakan/Observasi
ketidakmampu intervensi sedang) → Identifikasi gangguan fungsi tub
an antara selama 4 x 24 → Kekuatan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
suplai dan jam maka bagian atas (2 cukup → Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan respon menurun) emosional
oksigen d.d terhadap → Kekuatan tubuh → Monitor pola dan jam tidur
merasa lemah aktivitas yang bagian bawah (2 → Monitor lokasi dan
membutuhka cukup menurun ) ketidaknyamanan selama melak
n tenaga → Keluhan lelah (4 aktivitas
akan cukup menurun Teraupetik
meningkat → Frekuensi napas (3 → Sediakan lingkungan yang nyam
sedang) dan rendah stimulus
→ Lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif
→ Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
→ Fasilitasi duduk di sisi tempat ti
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
→ Anjurkan tirah baring
→ Anjurkan melakukan aktivitas s
bertahap
→ Anjurkan menghubungi perawa
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
→ Kolaborasi dengan ahli gizi tent
cara mengkatkan asupan makan
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyaningrum, P. F. (2012). HUBUNGAN KONDISI FAKTOR
LINGKUNGAN DAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN
2010. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
2. Hanafi, P. C. M. M., & Arniyanti, A. (2020). Penerapan Fisioterapi Dada
Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak
Efektif. Jurnal Keperawatan Profesional, 1(1), 44–50.
https://doi.org/10.36590/kepo.v1i1.84
3. Mahendra, I. G. A. P., & Farapti, F. (2018). Relationship between Household
Physical Condition with The Incedence of ARI on Todler at Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6(3), 227. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i32018.227-
235
4. Siregar, T., & Aryayuni, C. (2019). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di
Poli Anak RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 2(2), 34–42. Retrieved from
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Gantari/article/view/856/591
5. Suriani, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Gangguan ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Retrieved from
http://repo.stikesperintis.ac.id/186/
6. Syahidi, M. H., Gayatri, D., & Bantas, K. (2016). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak
Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan
Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 1(1), 23–27. https://doi.org/10.7454/epidkes.v1i1.1313
ANAK KASUS IV
An. D (5 tahun) di bawa ke puskesmas 01 November 2020 karena batuk berdahak dan
pilek selama 2 hari. Dari pemeriksaan perawat didapatkan data :
Anak lemas, ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun, BB saat pengkajian 19 kg
BB sebelum sakit 20kg, ronkhi (+), suhu tubuh 375C nadi 100 x/menit, pernafasan
36x/menit, saat bernafasa ada tarikan kedalam epigastrium, ibu pasien mengatakan
tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya
Format Asuhan Keperawatan Anak
I. IDENTITAS
Imunisasi :
BCG (umur 3 Bulan ) Polio 4x (umur 1,2,3,4 bulan) DPT 3x (umur 2,4 dan 6
bulan) Campak (umur 18 Bulan) Hepatitis 3x (umur 2,3,4 bulan )
Riwayat nutrisi :
Riwayat pertumbuhan :
BB sebelum sakit : 20 Kg
Panjang lahir : 50 cm
Riwayat perkembangan :
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
Penampilan umum :
Fontanela : Anterior : Posterior :
Palatum : Bibir :
Warna kulit :
Ekstremitas :
Genitalia :
IV. B1 (BREATH)
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Bentuk dada :
Substernal Intraklavikula
Lain-lain : ..................................................................................
V. B2 (BLOOD)
Lain-lain : ..................................................................................
VI. B3 (BRAIN)
Penglihatan (mata):
Strabismus
Pendengaran (telinga):
Penciuman (hidung):
Lain-lain: ...................................................................................
VII. B4 (BLADDER)
Kandung kemih :
Membesar : Ya Tidak
Lain-lain : ..................................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Lain-lain : .......................................................
Abdomen :
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : 1x/hr
Lain-lain : ..................................................................................
IX. B6 (BONE)
Kekuatan otot :
Kulit :
Pucat Hiperpigmentasi
Turgor : Baik Sedang Jelek
Lain-lain : ..................................................................................
X. ENDOKRIN
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Lain-lain : ..................................................................................
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Tidak ada
Tidak ada
(Lailatul Khoirunnnisak)
ANALISA DATA
→ Suhu =370C ↓
Menginvasi sel
→ RR = 36 x/mnt
↓
→ Nadi 100 x/mnt
Respon pertahanan sel
→ TD=110/80 mmHg
↓
→ Ronchi (+) Produksi mukus ↑
→ Pasien tampak
↓
lemas Kongesti pada hidung
↓
Kesulitan bernafas
↓
Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif
2. DS : Bakteri, virus dan jamur Risiko defisit nutrisi d.d
↓
→ Ibu pasien ketidakmampuan
Terhisap masuk ke saluran
mengatakan pernapasan menelan makanan
anaknya
mengalami ↓
penurunan nafsu Menempel pada hidung,
makan sinus, faring, laring,
→ Ibu pasien bronkus
mengatakan badan
↓
anaknya mulai ISPA
kurus sejak sakit
↓
DO Aktivitas sistem imun
→ Suhu =370C ↓
Limfadenopati regional
→ RR = 36 x/mnt
→ Nadi 100 x/mnt ↓
Menyumbat makanan
→ TD=110/80 mmHg
→ BB saat sakit 19 kg ↓
Nyeri saat menelan (disfgia)
BB sebelum sakit
20 kg ↓
→ Pasien tampak Risiko Defisit Nutrisi
lemas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kep. Hasil
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Medis : Ispa
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
III. MATERI
a. Pengertian Edukasi Fisioterapi Dada
2. Tujuan Edukasi Fisioterapi Dada
3. Kontraindikasi dari Edukasi Fisioterapi Dada
4. Prosedur tindakan Edukasi Fisioterapi Dada
IV. PENGORGANISASIAN
a. PenanggungJawab : Paramitha Ratna Gayatri, S.Kep., Ns.,
M.Kep
b. Moderator : Lailatul Khoirunnisak
c. Penyaji : Lailatul Khoirunnisak
e. Fasilitator& dokumentasi : Lailatul Khoirunnisak
V. KEGIATAN PENYULUHAN
NO TAHAP PENYULUH AUDIEN WAKTU
1 Pendahuluan → Memberisalam - Menjawab salam 2 menit
→ Memperkenalkan diri - Mendengarkan
2 Kegiatan Inti → Menjelaskan Pengertian -Mendengarkan 10 Menit
Edukasi Fisioterapi Dada
→ Menjelaskan Tujuan -Mendengarkan
Edukasi Fisioterapi Dada
→ Menjelaskan Kontraindikasi -Mendengarkan
dari Edukasi Fisioterapi
Dada
→ Menjelaskan Prosedur -Mendengarkan
tindakan Edukasi
Fisioterapi Dada
3 Evaluasi → Memberi kesempatan - Bertanya
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi 5 Menit
yang di sampaikan
→ Memberi pertanyaan - Menjawab pertanyaan
kepada Keluarga tentang
materi yang di sampaikan
→ Memberi kesimpulan - Mendengarkan 3 menit
→ Memberi salam penutup - Menjawab salam
VI. MEDIA
1. Leaflet
a. Lampiran
VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
c. Evaluasi Hasil
MATERI PENYULUHANTERAPI KOMPLEMENTER
2) Perkusi
Perkusi merupakan penepukkan ringan pada dinding dada
dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk
(Kusyati, 2006). Dimana tujuan dari terapi clapping ini adalah
jalan nafas bersih, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang
melekat pada dinding bronkus dan mempertahankan fungsi otot-
otot pernafasan (Potter dan Perry, 2006).
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat
postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara
umum adalah indikasi perkusi
Prosedur pelaksanaan :
a. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunakan
handuk
b. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat
untuk meningkatkan relaksasi
c. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk
mangkuk
d. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
e. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit,
jangan pada area yang mudah cedera
f. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman
g. Membereskan alat-alat
h. Mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA