Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

, (2022), 19(2): 139-157 pISSN: 0216 – 0439 eISSN: 2540 – 9689

http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA Akreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018

Strategi Konservasi Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea occidentalis)


Secara Ex Situ di Lembaga Konservasi
(Ex situ Conservation Strategies of the Yellow Crested Cockatoo (Cacatua sulphurea
occidentalis) at Conservation Unit)

Maiser Syaputra1, Pande Komang Suparyana2, dan/and Febriana Tri Wulandari1


1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Jl. Pendidikan No.37 Mataram 83115,
NTB, Indonesia. Telp. +62 87765430834
2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Jl. Pendidikan No.37 Mataram,
NTB 83115, Indonesia. Telp. +62 81805555351
Info artikel: ABSTRACT
Keywords: Yellow-crested cockatoo (Cacatua sulphurea occidentalis) (KKJK) is a protected bird
Ex situ, species in Indonesia and is included in the critically endangered category based on the Red
Cacatua, List of the International Union for Conservation of Nature (IUCN). Conservation efforts by
strategy, various parties are needed to support the preservation of this bird. Ex situ conservation is
captivity, one way to restore the KKJK population through more intensive rearing and mating
conservation unit activities. However, the ex situ conservation of KKJK is still limited, with a low success
rate. This study aims to develop an ex situ conservation strategy for KKJK in conservation
institutions. The method used in this study was Focus Group Discussion (FGD). The data
obtained were analyzed using the SWOT and QSPM methods. The results showed that the
most influential internal factor in ex situ preservation of KKJK in conservation institutions
is the manager's knowledge of the type, quantity and quality of feed, while the most
influential external factor is collaborating with laboratories, veterinary centers and animal
clinics. The appropriate management strategy to be applied in the ex-situ preservation of
KKJK in conservation institutions is an aggressive growth strategy (Growth-oriented
strategy) with a priority strategy of improving the capacity of the animal caretakers.
Kata kunci: ABSTRAK
Ex situ, Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) (KKJK) merupakan jenis
Cacatua, burung dilindungi di Indonesia dan termasuk kategori kritis berdasarkan Red List
strategi, International Union for Conservation of Nature (IUCN). Upaya konservasi oleh berbagai
penangkaran, pihak diperlukan untuk mendukung kelestarian burung ini. Konservasi ex situ merupakan
lembaga konservasi salah satu cara untuk memulihkan populasi KKJK melalui kegiatan pemeliharaan dan
perkawinan yang lebih intensif. Namun, konservasi ex situ KKJK masih terbatas dengan
tingkat keberhasilan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi
konservasi KKJK secara ex situ di lembaga konservasi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Focus Group Discussion (FGD) dan data dianalisis menggunakan
metode SWOT dan QSPM. Berdasarkan hasil penelitian, faktor internal yang paling
berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua
Riwayat artikel: sulphurea occidentalis) secara ex situ di lembaga konservasi adalah pengetahuan pengelola
Tanggal diterima: akan jenis, kuantitas dan kualitas pakan, sedangkan faktor eksternal terbesar adalah
11 November 2021; melakukan kerja sama dengan laboratorium, balai veteriner dan klinik satwa. Strategi
Tanggal direvisi: pengelolaan yang sesuai untuk diterapkan dalam pemeliharaan Kakatua Kecil Jambul
27 Juli 2022; Kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) secara ex situ di lembaga konservasi adalah
Tanggal disetujui: strategi pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) dengan strategi prioritas
29 September 2022 berupa peningkatan kapasitas perawat satwa.

Editor: Dr. Rozza Tri Katrina


Korespondensi penulis: Maiser Syaputra* (E-mail: syaputra.maiser@unram.ac.id)
Kontribusi penulis: MS: Merancang penelitian, menyusun metodologi dan menganalisa aspek teknis pengelolaan eksitu
KKJK; PKS: Fasilitator FGD Bersama stakeholder dan melakukan Analisa SWOT dan FTW: Melakukan
observasi dilapangan.

https://doi.org/10.20886/jphka.2022.19.2.139-157
©JPHKA - 2018 is Open access under CC BY-NC-SA license

139
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

1. Pendahuluan nasional, dengan target peningkatan


Kakatua Kecil Jambul Kuning populasi sebesar 10% secara nasional dari
(KKJK), yang memiliki nama ilmiah tahun 2015 hingga tahun 2019 (SK
Cacatua sulphurea occidentali), KSDAE No. 180, 2015). Untuk
merupakan burung yang berasal dari mendukung program pemerintah tersebut,
famili Cacatuidae ordo Psittaciformes, upaya konservasi penting dilakukan oleh
dan tergolong jenis endemik wilayah Nusa berbagai pihak demi melestarikan KKJK.
Tenggara. Burung ini tersebar di pulau Kegiatan konservasi terbagi menjadi
Lombok, Sumbawa, Komodo, Padar, upaya konservasi insitu yaitu
Rinca, Flores, Pantar, dan Alor (Collar & perlindungan pada habitat alaminya dan
Marsden, 2014; Rowley, Sharpe & konservasi ex situ yaitu perlindungan di
Boesman, 2020) dan termasuk jenis luar habitat alaminya melalui kegiatan
burung dilindungi di Indonesia (Permen penangkaran (Takandjandji, Kayat &
LHK No. 106, 2018). Di alam, kakatua Njurumana, 2010). Aksi konservasi ex situ
hidup berkelompok dalam jumlah yang yang diikuti dengan upaya pelepasliaran
kecil, menempati kawasan-kawasan hutan merupakan salah satu cara untuk
yang tersisa dan terfragmentasi (Hidayat memulihkan populasi KKJK dan
& Kayat, 2020) dengan penyebaran di berkontribusi besar bagi keseimbangan
wilayah dataran rendah 0-1.000 mdpl ekosistem. Meningkatnya populasi dan
(Nandika & Agustina, 2018). sebaran burung KKJK di habitat asalnya,
Saat ini populasi Cacatua sulphurea dapat mengisi kembali relung dan rantai
occidentalis di ambang kepunahan dan makanan yang pernah hilang sehingga
jumlah populasi satwa ini di alam terus ekosistem kembali stabil. Upaya
mengalami penurunan. Tercatat di Pulau konservasi ex situ dikatakan berhasil
Sumba KKJK tersisa sebanyak 563 secara biologis apabila telah mampu
individu, 500 individu di Komodo, 200- mengembangbiakkan satwa yang
300 di Timor Leste, 20-50 di Timor, 40-70 dipelihara (Lestari, Masy'ud, & Hernowo,
di Flores, sekitar 50-100 di Pulau 2017).
Sumbawa, 18 di Alor dan ditempat Saat ini upaya pemeliharaan KKJK
lainnya sebesar 700 individu ( Collar & secara ex-situ masih terbatas, jumlah unit
Marsden, 2014; BirdLife International, pengelolanya masih sedikit, dan tingkat
2018), sedangkan keberadaan KKJK di keberhasilan pemeliharaannya relatif
Pulau Lombok dan Pantar dinyatakan rendah. Berdasarkan hasil penelitian
sudah punah (Collar & Marsden, 2014; terdahulu, terdapat 20% unit pengelolaan
Putra, 2017). Permasalahan serius yang yang belum berhasil mengembangbiakkan
dihadapi KKJK diantaranya adalah satwa ini, dan 40% berhasil mengawinkan
hilangnya habitat yang disebabkan oleh namun tidak berhasil menetas (Setiana,
alih fungsi hutan dan perburuan liar, Masy'ud, & Hernowo, 2018).
sehingga satwa ini dalam Red List Keberhasilan konservasi ex situ dapat
International Union for Conservation of dipengaruhi oleh beberapa aspek, di
Nature mendapatkan status critically antaranya adalah bentuk kandang,
endangered atau “kritis” (BirdLife kesehatan satwa dan pemberian jenis
International, 2021). Dengan kata lain, pakan (Warsito & Bismark, 2012).
satwa ini menghadapi risiko kepunahan Takandjandji et al., (2010) menambahkan
yang tinggi dalam waktu dekat (BirdLife bahwa pengetahuan tentang aspek
International, 2018). perilaku juga penting untuk mendapatkan
Pemerintah Indonesia melalui metode pemeliharaan yang tepat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Salah satu analisis yang dapat
Kehutanan, menetapkan KKJK sebagai digunakan untuk memetakan kondisi
satu dari dua puluh lima spesies prioritas pemeliharaan KKJK secara ex situ adalah

140
Strategi Ex situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

analisis SWOT. Analisis SWOT dan Bali Bird Park yang terletak di Desa
berpedoman pada konsep bahwa terdapat Batubulan, Kecamatan Sukawati,
dua sisi dalam mengelola unit usaha, yaitu Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
aspek yang dapat dikendalikan dan aspek
yang berada di luar kendali (Silalahi, 2.2. Bahan dan Alat
2017). Analisis ini juga didasari pada Alat dan bahan yang digunakan
asumsi bahwa suatu strategi yang efektif dalam penelitian ini kamera digital,
akan memaksimalkan kekuatan, recorder, meteran, panduan wawancara,
menangkap peluang, meminimalkan dan alat tulis. Objek penelitian adalah
kelemahan dan mengantisipasi ancaman habitat KKJK.
(Astuti & Ratnawati, 2020). Apabila
diterapkan dengan benar, maka analisis 2.3. Metode Penelitian
SWOT akan membantu melihat sisi-sisi Teknik pengambilan data
yang terlupakan atau tidak dilihat oleh Kegiatan pengambilan data dalam
suatu unit usaha (Istiqomah & Andriyanto, penelitian ini menggunakan metode focus
2017). group discussion (FGD). FGD adalah
Informasi mengenai aspek peme- salah satu teknik dalam mengumpulkan
liharaan ex situ meliputi pengelolaan data kualitatif, dimana sekelompok orang
pakan, kandang, sanitasi, dan perawatan berdiskusi dengan pengarahan dari
bagi satwa KKJK di Indonesia termasuk seorang fasilitator atau moderator, teknik
minim (Gitta, 2011). Selain itu, relatif ini digunakan dengan tujuan untuk
rendahnya peluang keberhasilan menghindari pemaknaan yang salah dari
pemeliharaan satwa ini di lembaga peneliti terhadap masalah yang diteliti (
konservasi (Setiana et al., 2018) juga Paramita & Kristiana, 2013; Cahya,
menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. 2019). Metode ini dapat digunakan untuk
Dibutuhkan suatu rumusan strategi yang mengidentifikasi isu masalah dan strategi
dapat mengatasi permasalahan pengembangan dalam upaya konservasi
pemeliharaan KKJK secara ex situ, dan dengan melihat struktur keterkaitan
melalui analisis SWOT diharapkan permasalahan yang ada, serta melihat
permasalahan dan strategi pengelolaan hubungan sebab akibat dari permasalahan
KKJK secara ex situ dapat terpetakan yang satu dengan permasalahan yang lain
dengan baik. Tujuan dari penelitian ini (Koniyo, 2016; Abiyoga, Suryanti &
adalah: (1) mengidentifikasi faktor Muskananfola, 2018). FGD dilaksanakan
internal dan eksternal dalam pengelolaan di Lombok Wildlife Park dan Bali Bird
KKJK secara ex situ di lembaga Park. Peserta FGD berjumlah tujuh orang
konservasi; (2) menyusun strategi terdiri dari pemilik, manajer, perawat
pengelolaan KKJK secara ex-situ di satwa, staf nutrisi, staf paramedik,
lembaga konservasi; dan (3) menentukan studbook keeper, pakar konservasi dan
strategi prioritas dalam pengelolaan satwa pakar kehutanan. Menurut Dilshad & Latif
tersebut secara ex situ. (2013), peserta antara 6-12 adalah jumlah
yang disarankan dalam FGD, apabila
jumlah peserta maka sulit diperoleh
2. Metode
sinergi, informasi kurang dan akan ada
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian peserta yang terlalu dominan, sementara
Penelitian ini dilaksanakan selama lebih dari jumlah tersebut mengakibatkan
empat bulan yakni pada bulan Juli hingga peserta sulit dikendalikan.
Oktober 2021. Lokasi penelitian berada di
Lombok Wildlife Park yang terletak di Variabel penelitian
Desa Sigar penjalin, Kecamatan Tanjung, Variabel yang diukur dalam
Kabupaten Lombok Utara, Provinsi NTB penelitian ini terdiri dari faktor Strength,

141
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

faktor Weakness, faktor Opportunities dan penting). Nilai bobot diperoleh dengan
faktor Threat yang diperoleh dari hasil cara membagi bobot suatu indikator
FGD. Faktor Strength meliputi dengan total keseluruhan bobot yang
keunggulan atau kekuatan yang dimiliki diperoleh, sehingga nilai bobot akan
lembaga konservasi dalam memelihara berkisar dari 0 sampai 1, dengan rumus
KKJK, sedangkan faktor Weakness sebagai berikut:
merupakan kendala maupun
permasalahan dalam pemeliharaan KKJK. Bobot faktor internal
Faktor Opportunities diartikan sebagai
kesempatan atau potensi yang dapat diraih Bobot internal ke-i = ∑skor tingkat
dan faktor Threat adalah faktor luar yang kepentingan faktor internal i : ∑faktor
diperkirakan dapat menghambat kegiatan internal
pengelolaan KKJK. Bobot faktor eksternal

2.4. Analisis Data Bobot eksternal ke-i = ∑skor tingkat


Analisis SWOT kepentingan faktor I : ∑faktor eksternal
Hasil penelitian dianalisis secara Pemeringkatan untuk kekuatan dan
kuantitatif menggunakan analisis peluang terdiri dari 1 (sangat tidak baik),
Strength, Weakness, Opportunities, 2 (tidak baik), 3 (baik) dan 4 (sangat baik)
Threats (SWOT). Analisis SWOT akan serta kebalikaannya yaitu antara -1 hingga
membantu dalam memetakan situasi -4 untuk ancaman dan kelemahan
pengelolaan secara sistematis dengan (Syaputra, 2019). Hasil pembobotan dan
mempertimbangkan setiap aspek internal pemeringkatan selanjutnya digambarkan
dan eksternal yang memengaruhinya, ke dalam kuadran analisis. Terdapat empat
meliputi kekuatan dan kelemahan kuadran hasil dari analisis SWOT yaitu,
(strengths-weaknesses), serta kesempatan kuadran 1 yang berarti situasi sangat
dan ancaman (opportunities-threats). menguntungkan bagi pengelola karena
Hasil analisis SWOT adalah rumusan adanya kekuatan yang unggul dan peluang
strategi yang dapat diterapkan oleh ke depan yang baik, kuadran 2 yang
pengelola (Istiqomah & Andriyanto, berarti meskipun pengelola dalam situasi
2017). terancam, namun masih diimbangi dengan
Analisis SWOT diawali dengan kekuatan dari sisi internal, kuadran 3 yang
identifikasi faktor internal (kekuatan dan berarti adanya potensi peluang namun
kelemahan) dan eksternal (peluang dan terdapat pula kelemahan dari segi internal,
ancaman) dalam pengelolaan diikuti dan kuadran 4 yaitu kondisi yang tidak
pembuatan matriks SWOT. Matriks baik karena terdapat kendala internal
SWOT dapat menggambarkan secara jelas sekaligus tantangan yang besar dari luar
bagaimana peluang dan ancaman (Silalahi, 2017).
eksternal yang dihadapi bersama dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis QSPM
Dalam analisis SWOT terdapat Penentuan strategi prioritas
pembobotan dan pemeringkatan untuk dilakukan menggunakan analisis
setiap faktor baik kekuatan, kelemahan, Quantitative Strategic Planning Matrix
peluang maupun ancaman. Berdasarkan (QSPM). QSPM mengevaluasi berbagai
Rangkuti (2015), proporsi bobot strategi alternatif secara objektif
didapatkan melalui skala likert berdasarkan faktor-faktor internal dan
berdasarkan tingkat kepentingan dari eksternal yang telah diidentifikasi
indikator yang digunakan dengan skala 1 sebelumnya. Dalam matrik QSPM, baris
(tidak penting), 2 (kurang penting), 3 teratas berisi strategi alternatif yang
(cukup penting), 4 (penting), 5 (sangat diperoleh dari Matriks SWOT, kolom

142
Strategi Ex situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

paling kiri berisi faktor utama dari Pemahaman terhadap faktor eksternal
lingkungan internal dan lingkungan diperlukan oleh pengelola guna
eksternal. QSPM juga berisi kolom skor menyiapkan langkah cepat dalam
daya tarik (AS: Attractive Score) dan skor mengambil kesempatan maupun dapat
daya tarik total (TAS: Total Attractive dijadikan antisipasi untuk mengatasi
Score), dimana AS memiliki bobot 1-4, 1 permasalahan yang mungkin datang.
berarti memiliki daya tarik rendah dan 4 Umroh, Sari, & Kusuma (2014) juga
paling tinggi, kemudian kolom TAS berisi menambahkan bahwa kemampuan
hasil penjumlahan antara bobot faktor- mengenali faktor eksternal berkaitan erat
faktor internal dan eksternal dikalikan dengan ketepatan dalam merumuskan
skor AS, setelah itu dijumlahkan ke bawah kebijakan. Faktor eksternal dalam
dan alternatif mana yang memiliki jumlah pemeliharaan KKJK secara ex situ
paling besar, maka strategi tersebut yang contohnya adalah faktor iklim, hama dan
akan diputuskan untuk dijalankan penyakit.
(Rangkuti, 2015). Berdasarkan hasil diskusi terarah
dan mendalam yang dilakukan kepada
stakeholder dan pakar, diperoleh aspek-
3. Hasil dan Pembahasan
aspek yang berpengaruh dalam
3.1. Identifikasi Faktor Internal dan pemeliharaan KKJK. Faktor kekuatan
Eksternal dalam Pemeliharaan Ex- dalam hal ini diterjemahkan sebagai aspek
situ KKJK kunci dalam pemeliharaan spesies ini,
Faktor yang diidentifikasi dalam sedangkan kelemahan diartikan sebagai
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kendala dalam sisi pemeliharaan.
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Berdasarkan hasil diskusi, faktor kekuatan
internal merupakan aspek-asek yang diantaranya adalah aspek pakan, kandang,
berasal dari dalam dapat dikendalikan kesejahteraan dan psikologis KKJK. Hal
oleh pengelola, dalam kegiatan ini sejalan dengan pendapat Gitta,
pemeliharaan kakatua secara ex situ, aspek Suzanna, & Masy’ud (2012) yang
ini seperti SDM, sarana prasarana, menyatakan bahwa pakan, kandang,
kebijakan pengelola, teknologi, sanitasi dan perawatan merupakan faktor
pendanaan dan lain sebagainya. Faktor yang harus diperhatikan dalam
internal terdiri dari kekuatan (strenght) pemeliharaan KKJK. Aspek-aspek ini
dan kelemahan (weakness). Kekuatan merupakan kunci dalam pemeliharaan,
(strength) adalah suatu keunggulan pemenuhan terhadap aspek ini tekniknya
sumber daya, keterampilan atau telah diketahui secara luas dan dapat
kemampuan yang dimiliki, sedangkan dijangkau oleh pengelola. Kelemahan
kelemahan (weakness) adalah faktor dari meliputi aspek kesehatan dan reproduksi,
dalam yang harus diperbaiki (Rangkuti, kedua aspek ini umumnya menjadi
2015; Silalahi, 2017). kendala dalam pemeliharaan, karena
Faktor eksternal merupakan minimnya informasi atau terbatasnya
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar akses terhadap pemenuhan dua hal
dan tidak dapat diprediksi oleh pengelola. tersebut.
Faktor eksternal terdiri dari peluang Faktor eksternal meliputi peluang
(opportunity) dan ancaman (threat). dan ancaman. Peluang diterjemahkan
Pengaruh positif yang berasal dari luar sebagai kesempatan yang dapat
lingkungan pengelolaan dikatakan sebagai dimanfaatkan pengelola guna
faktor peluang sedangkan pengaruh meningkatkan keberhasilan dalam
negatif yang berasal dari luar pengelolaan pemeliharaan KKJK, faktor peluang
disebut sebagai faktor ancaman diantaranya adalah kerja sama antar
(Istiqomah & Andriyanto, 2017). lembaga konservasi, kerja sama penelitian

143
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

dengan lembaga penelitian, kerja sama pakan dan kandang, hal tersebut tercermin
dengan klinik hewan dan kerja sama dari skor yang diperoleh. Berdasarkan
dalam rangka pelepasliaran. Ancaman hasil analisis, yang menjadi aspek
berasal dari faktor musim, hama dan kekuatan (strength) adalah pemenuhan
penyakit. Hasil identifikasi lebih rinci pada aspek pakan dan kandang untuk
mengenai faktor yang berpengaruh dalam KKJK yang tidak begitu sulit.
pemeliharaan KKJK secara ex situ Terpenuhinya aspek pakan, termasuk
disajikan pada Gambar 1. kandungan nutrisi yang baik akan
Berdasarkan faktor internal dan membuat KKJK sejahtera, dan akan
eksternal yang telah berhasil memengaruhi kemampuan reproduksi
teridentifikasi di atas, selanjutnya diberi KKJK. Gitta et al. (2012) menyebutkan
bobot dan pemeringkatan, pemberian bahwa pakan merupakan salah satu
bobot dan pemeringkatan bertujuan untuk penentu kesejahteraan pada KKJK dan
menggambarkan posisi pemeliharaan termasuk dalam kriteria animal welfare.
KKJK secara ex situ di dalam kuadran Burung kakatua merupakan spesies biji
SWOT. Pemberian bobot dan dan buah. Kakatua mampu mengupas biji-
pemeringkatan melibatkan stakeholder biji yang keras karena paruhnya yang kuat
dan pakar berdasarkan tingkat (Hidayat, 2014). Dalam pemeliharaan ex
kepentingan dan pengaruh pada setiap situ, selain diberikan pakan berupa buah
aspek. Hasil dari pembobotan dan dan biji, juga dapat diselingi dengan
pemberian pemeringkatan dapat dilihat pemberian sayur sebagai sumber vitamin,
ada Tabel 1. karena diketahui di alam KKJK juga
Dalam pemeliharaan KKJK, hal memakan bunga dari tanaman lore
yang paling berpengaruh berdasarkan (Sterculia Sp.) (Nandika & Agustina,
Tabel 1 di atas adalah faktor penyediaan 2018).

Gambar (Figure) 1. Faktor internal dan ekternal dalam pengelolaan KKJK secara ex situ
(Internal and external factor in KKJK captivity)

144
Strategi Ex situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

Tabel (Table) 1. Bobot dan pemeringkatan faktor internal (Internal factor quality and rating)
No Kekuatan (Strength) Bobot Pemeringkatan Skor
(Quality) (Rating) (Score)
a b c=
axb
1. Pengetahuan akan jenis, kuantitas dan 0,15 4 0,6
kualitas pakan KKJK (Knowledge of the
type, quantity and quality of KKJK food)
2. Penyiapan, pengolahan, penyajian 0,1 2 0,2
pemberian pakan relatif mudah
(Preparation, processing, presentation of
food is relatively easy)
3. Kandang pemeliharaan sederhana, baik 0,15 3 0,45
material maupun ukuran kandang (Simple
maintenance cage: material and cage size)
4. Stress pada KKJK dapat dikelola (Stress on 0,05 2 0,1
KKJK can be managed)
5. Pengkayaan dan akomodasi dalam kandang 0,05 1 0,05
sederhana (Enrichment and
accommodation is relatively easy)
Total 1,4
No Kelemahan (Weakness) Bobot Pemeringkatan Skor
(Quality) (Ratings) (Score)
a b c=
axb
1. Rentan terhadap penyakit, peluang sembuh 0,15 -3 -0,45
dari sakit relatif kecil (Susceptible to
disease, recovering from illness is
relatively low)
2. Fasilitas pemeriksaan kesehatan berbasis 0,1 -2 -0,2
laboratorium terbatas (Limited laboratory-
based health check facilities)
3. Kurangnya pemahaman akan teknik 0,15 -3 -0,45
reproduksi (Lack of understanding of
reproductive techniques)
4. Terbatasnya pengetahuan akan penentuan 0,05 -2 -0,1
jenis kelamin (jantan-betina) (Limited
knowledge of sex determination)
5. Terjadinya in breeding, menurunkan 0,05 -1 -0,05
keragaman genetic (The occurrence of in-
breeding, reducing genetic diversity)
Total -1,25

Kandang berkedudukan sebagai menghampiri pakan atau sebagai respon


pengganti habitat bagi KKJK sehingga adanya gangguan (Anggraini, 2016). Hasil
harus menjadi perhatian. Habitat yang FGD menyebutkan kandang ideal
baik mampu menyediakan kebutuhan berukuran 5 x 3 x 3 m (Panjang x Lebar x
hidup seperti pakan, air dan jaminan bagi Tinggi/PxLxT) untuk pemeliharaan
keberlangsungan perkembangbiakan, berkelompok, dan 3 x 1,5 x 2 m (PxLxT)
serta memberikan jaminan keamanan bagi untuk pemeliharaan soliter atau sepasang.
satwa (Arini & Nugroho, 2016). Kandang Ukuran kandang yang terlalu kecil
didesain agar KKJK dapat beraktivitas menyebabkan ketidaknyamanan,
secara alami. Terbang merupakan menyebabkan munculnya perilaku
aktivitas alami yang berpengaruh terhadap abnormal, dan menurunkan kesejahteraan
ukuran kandang. Terbang dilakukan satwa (Bastari, 2018).
kakatua untuk mengamati kondisi sekitar,

145
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

Pada aspek kelemahan (weakness), Pembobotan dan pemeringkatan


faktor kesehatan dan reproduksi menjadi juga dilakukan pada faktor eksternal,
kekhawatiran dalam pemeliharaan KKJK. meliputi aspek peluang dan ancaman,
Dalam FGD, pakar menyebutkan bahwa hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel
kemungkinan KKJK untuk sembuh 2.
setelah terserang penyakit relatif kecil, Pemeliharaan KKJK secara ex situ
oleh karena itu para pakar lebih tidak terlepas dari adanya hambatan dan
menekankan pada program pencegahan permasalahan, hasil identifikasi mampu
(preventive) penyakit daripada menunjukkan bahwa terdapat peluang
pengobatan, contohnya pada peralihan yang dapat diraih oleh pengelola. Aspek
musim (pancaroba) KKJK akan lebih peluang umumnya berkaitan dengan
mudah terserang penyakit. Menurut kesempatan kerja sama dan bermitra
Bastari (2018) cuaca memengaruhi tingkat dengan pihak luar. Peluang yang termasuk
kesejahteraan burung, dimana suhu yang penting dan berpengaruh tercermin dari
ekstrim dapat menjadi ancaman bagi skor di atas yaitu bekerja sama dengan
kesehatan kakatua. Kandang juga tidak laboratorium, klinik satwa, dan juga
boleh terlalu lembab karena menyebabkan lembaga konservasi. Kerja sama
jamur dan bakteri dapat berkembang laboratorium erat kaitannya dengan
dengan cepat. Pada aspek reproduksi pemeriksaan jenis kelamin dan genetik
masih adanya kendala mengenai KKJK, sedangkan kerja sama dengan
kurangnya referensi dan pengetahuan klinik satwa diupayakan dalam rangka
tentang sistem perkawinan pada KKJK, penanggulangan penyakit bagi KKJK.
termasuk usia kematangan seksual, musim Berdasarkan PP No. 47 (2014),
kawin dan beberapa hal terkait lainnya. penanggulangan penyakit hewan meliputi
Kendala yang banyak dalam aspek kegiatan pengamatan dan peng-
reproduksi menjadi salah satu faktor identifikasian penyakit, pencegahan
rendahnya pertambahan populasi KKJK. penyakit, pengamanan penyakit, pemb-
Menurut Setiana et al. (2018) sebagian erantasan penyakit dan pengobatan
besar unit penangkaran KKJK tergolong hewan. Kerja sama kepada lembaga
kurang berhasil menghasilkan anakan dan konservasi dapat dilakukan dalam bentuk
20% penangkaran tidak berhasil pertukaran bibit maupun induk yang akan
menghasilkan telur. dikawinkan, guna menghindari
Posisi faktor internal yakni kekuatan inbreeding.
dan kelemahan dalam pemeliharaan Faktor ancaman yang berpengaruh
KKJK dalam kuadran SWOT diperoleh dalam pemeliharaan KKJK di antaranya
dengan cara menjumlahkan skor adalah peralihan musim atau pancaroba
keduanya, yaitu kekuatan 1,4 dan dan penyebaran penyakit yang relatif
kelemahan -1,25, sehingga diperoleh 0,15. cepat. Peralihan ke musim hujan maupun
Hasil positif pada sumbu X dalam kuadran sebaliknya memengaruhi kesehatan
SWOT ini menunjukkan bahwasanya KKJK, bentuk pencegahan yang dapat
kekurangan yang ada dalam kegiatan dilakukan biasanya dengan memberikan
pemeliharaan KKJK masih dapat ditutupi vitamin, sedangkan untuk mencegah
dengan kekuatan yang ada. Meski penyebaran penyakit, dilakukan vaksinasi.
hasilnya positif namun skor kuadran Menurut Alfalasifa & Dewi (2019)
terbilang kecil, oleh karena itu strategi pemberian vaksin dapat dilakukan setiap
pengelolaan tertentu tetap dibutuhkan ke enam bulan sekali bersamaan dengan
depannya untuk peningkatan keterampilan pemberian obat cacing, sedangkan
dan pemahaman dalam aspek vitamin dapat dilakukan setiap satu bulan
pemeliharaan KKJK yang lebih baik. sekali.

146
Strategi Ex situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

Tabel (Table) 2. Bobot dan pemeringkatan faktor eksternal (External factor quality and
rating)
No Peluang (Opportunity) Bobot (Quality) Pemeringkatan Skor (Score)
a (Rating) c=axb
b
1. Bermitra dengan lembaga penelitian 0,07 1 0,07
dan pendidikan (Collaboration with
research and education institutions)
2. Kerjasama dengan laboratorium, balai 0,19 3 0,57
veteriner dan klinik satwa
(Collaboration with laboratories,
veterinary centers and animal clinics)
3. Kerjasama dengan lembaga konservasi 0,19 2 0,38
(Collaboration with conservation
organizations)
4. Kerjasama dalam rangka pelepasliaran 0,12 1 0,12
(Collaboration for release)
Total 1,14
Ancaman (Threat)
1 Fluktuasi cuaca, peralihan musim 0,19 -2 -0,38
(Weather fluctuations, change of
seasons)
2 Hama (pengganggu) yang ada di 0,12 -1 -0,12
lingkungan kandang (Pests in the cage
and surroundings)
3 Penyebaran penyakit relatif cepat 0,12 -2 -0,24
(Disease spread is relatively fast)
Total -0,74

Posisi faktor eksternal dalam internal diposisikan sebagai sumbu X


pemeliharaan KKJK dalam kuadran sedangkan faktor eksternal diposisikan
SWOT menunjukkan hasil positif, hal ini sebagai sumbu Y, sehingga diketahui
diketahui dari penjumlahan dari kedua posisi pemeliharaan KKJK secara ex-situ
skor faktor tersebut, yaitu peluang 1.14 berada pada titik (0.15, 0.4). Berdasarkan
dan ancaman -0.74 sehingga hasil yang hal tersebut dapat diketahui bahwa
diperoleh 0.4. Menurut Syaputra (2019), analisis SWOT pemeliharaan KKJK
nilai positif pada sumbu Y dalam kuadran secara ex-situ berada pada kuadran I.
SWOT menunjukkan posisi peluang Kuadran I merupakan situasi yang
masih mampu dalam menutupi ancaman. menguntungkan, kuat dan sudah on the
Hal ini berarti pemeliharaan KKJK secara track. Pengelola memiliki peluang dan
ex-situ memang memiliki ancaman dari kekuatan yang mampu menutupi
luar terkait tantangan pemeliharannya. kelemahan dan mengatasi ancaman.
Akan tetapi, apabila pengelolala mampu Strategi yang harus diterapkan dalam
memaksimalkan peluang yang ada dengan kondisi ini adalah mendukung kebijakan
baik maka ancaman tersebut akan dapat pertumbuhan yang agresif (growth
terselesaikan. oriented strategy) (Haerawan & Magang,
Posisi faktor internal dan eksternal 2019). Hasil pemetaan dari analisis
selanjutnya diproyeksikan ke dalam SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.
kuadran SWOT, dengan cara faktor

147
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

(Opportunity)

(Weakness) (Strength)

(Threat)

Gambar (figure) 1. Kuadran analisis SWOT (SWOT analysis quadrant)

3.2. Strategi dalam Pemeliharaan Ex yang ada. Umroh et al. (2014)


situ KKJK menyebutkan strategi S-O dalam
Analisis Matriks SWOT pengelolaan penangkaran dapat berupa
memberikan gambaran mengenai strategi peningkatan fasilitas pemeliharaan,
dalam penyelarasan kekuatan dan peningkatan mutu pakan, dan koordinasi
kelemahan internal pemeliharaan ex situ bersama para pihak dalam pengelolaan
KKJK dengan peluang-peluang dan penangkaran. Tidak jauh berbeda dengan
ancaman-ancaman eksternal yang hal tersebut, strategi S-O hasil analisis ini
dihadapi. Analisis ini menggunakan data yaitu:
yang telah diperoleh dari matriks faktor
internal dan eksternal di atas. Hasil 1. Meningkatkan efisiensi pakan.
analisis matriks SWOT strategi Strategi ini dapat dilakukan dengan
pemeliharaan ex situ KKJK dapat dilihat bekerja sama dengan lembaga penelitian
pada Tabel 3. dan pendidikan, serta laboratorium dan
klinik satwa untuk meningkatkan efisiensi
Strategi S-O dari pengelolaan pakan yang sudah
Strategi S-O adalah strategi yang dilakukan saat ini. Pemberian pakan yang
menggunakan kekuatan internal efisien dapat memenuhi kebutuhan pakan
pemeliharaan ex situ KKJK untuk yang tepat bagi KKJK sehingga tidak ada
memanfaatkan peluang eksternal untuk pakan yang terbuang, dimana pakan yang
mencapai keberhasilan pemeliharaan ex tersisa dapat menjadi media hidup bagi
situ KKJK. Menurut Istiqomah & bakteri dan penyakit yang dapat
Andriyanto (2017), strategi S-O adalah mengganggu kesehatan KKJK, salah
strategi agresif positif, dalam strategi S-O, satunya adalah bakteri A. fumigatus yang
pengelola mengejar peluang-peluang dari menyerang selaput lendir pada sistem
luar dengan mempertimbangkan kekuatan pernapasan burung (Cita, Hernowo &

148
Strategi Ex-situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

Masy’ud, 2019). Secara umum asumsi Supiyani, 2017; Muslimah, Widiyani &
kebutuhan pakan efisien pada satwa Budiharjo, 2020). Pakan efisien juga
berjumlah sekitar 10 % dari berat badan mempertimbangkan aspek nutrisi, harga
(Anggraini, 2016; Octavia, Komala & dan tingkat kesukaan KKJK.

Tabel (Table) 3. Strategi pemeliharaan ex situ KKJK (KKJK Captivity strategy)


STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
1 Pengetahuan akan jenis, 1 Rentan terhadap penyakit,
kuantitas dan kualitas pakan peluang sembuh dari sakit relatif
KKJK (Knowledge of the type, kecil (Susceptible to disease,
quantity and quality of KKJK recovering from illness is
food) relatively low)
Internal (Internal) 2 Penyiapan, pengolahan, 2 Fasilitas pemeriksaan kesehatan
penyajian pemberian pakan berbasis laboratorium terbatas
relatif mudah (Preparation, (Limited laboratory-based
processing, presentation of health check facilities)
food is relatively easy)
3 Kandang pemeliharaan 3 Kurangnya pemahaman akan
sederhana, baik material teknik reproduksi (Lack of
maupun ukuran kandang understanding of reproductive
(Simple maintenance cage: techniques)
material and size)
4 Stress pada KKJK dapat 4 Terbatasnya pengetahuan akan
dikelola (Stress on KKJK can penentuan jenis kelamin (jantan-
be managed) betina) (Limited knowledge of
Eksternal (External) sex determination)
5 Pengkayaan dan akomodasi 5 Terjadinya inbreeding,
dalam kandang sederhana menurunkan keragaman genetik
(Enrichment and (The occurrence of in-breeding,
accommodation is relatively reducing genetic diversity)
easy)
OPPORTUNITIES (O) STRATEGY SO STRATEGY WO
1 Bermitra dengan lembaga penelitian 1 Meningkatkan efisiensi pakan 3 Memberikan pelatihan dan penyuluhan
dan pendidikan (Collaboration with (S1,2 dan O1,2) (Feed reproduksi, pencegahan pengendalian
research and education institutions) efficiency improvement) penyakit pada KKJK (W1,2,3,4 dan O1, 2)
2 Kerjasama dengan laboratorium, balai (Provide KKJK reproduction and
veteriner dan klinik satwa diseases control training)
(Collaboration with laboratories,
veterinary centers and animal clinics)
3 Kerjasama dengan lembaga Percepatan pelepasliaran (S4,5 4 Meningkatkan kerjasama dalam
konservasi (Collaboration with 2 dan O4) (Acceleration for pertukaran koleksi KKJK (W5
conservation organizations) release) dan O3,4) (Increase
collaboration in KKJK
collection exchange)
4 Kerjasama dalam rangka pelepasliaran 5 Melakukan pelepasliaran KKJK
(Collaboration for release) (W5 dan O4) (Releasing KKJK)
TREATHS (T) STRATEGY ST STRATEGY WT
1 Fluktuasi cuaca, peralihan musim 6 Peningkatan kualitas nutrisi 9 Peningkatan kapasitas perawat
(Weather fluctuations, change of (S1,2 dan T1,3) (Nutrition satwa (W1 dan T2,3) (Capacity
seasons) quality improvement) building for keeper)
2 Hama (pengganggu) yang ada di Optimalisasi penyesuaian Membangun sistem pemantauan
lingkungan kandang (Pests in the cage 7 kandang (S3,5 dan T1,2) (Cage 10 realtime keamanan KKJK (W1
environment) adjustment optimization) dan T2) (Provide KKJK realtime
3 Penyebaran penyakit relatif cepat 8 Pembentukan tim pengendali security monitoring system)
(Disease spread is relatively fast) hama (S3,5 dan T2) (Preparing Instalasi sensor pendeteksi
a pest control team) kondisi udara dan lingkungan
kandang (W1 dan T1,3)
11 (Installation sensors to detect
air and environment condition)

149
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

2. Percepatan pelepasliaran. menjadi fokus utama untuk diselesaikan


Strategi pelepasliaran dimaksudkan namun tidak menutup kesempatan untuk
untuk meningkatkan peran dan fungsi meraih peluang yang besar. Berdasarkan
dari program ex situ KKJK. Umroh et al. (2014) strategi W-O dalam
Keberhasilan pemeliharaan satwa optimalisasi penangkaran dapat dilakukan
secara ex situ terlihat dari melalui peningkatan kualitas SDM
bertambahnya atau meningkatnya pengelola, hal ini sejalan dengan salah
populasi dari satwa yang dipelihara satu strategi yang diperoleh dari hasil
(Akbar, Thohari, & Suzanna, 2011). analisis dalam penelitian ini yakni
Sebagai bentuk kontribusi terhadap memberikan pelatihan. Adapun secara
kelestarian dan upaya konservasi lengkap strategi W-O, yaitu:
keanekearagaman hayati, maka
dilakukanlah kegiatan pelepasliaran 1. Memberikan pelatihan dan penyuluhan
satwa ini di habitat alaminya. Menurut reproduksi, pencegahan pengendalian
Puspitasari, Masy’ud, & Sunarminto penyakit pada KKJK.
(2016), pelepasliaran adalah bentuk Pelatihan dan penyuluhan reproduksi
dukungan terhadap konservasi in situ. dan pencegahan pengendalian penyakit
Berdasarkan segi pemeliharaan, KKJK dapat meningkatkan kualitas
kekuatan yang ada saat ini adalah SDM pengelola dalam pemeliharaan
kemampuan untuk mengelola stres dan dan keberhasilan konservasi KKJK.
kemampuan dalam mengelola habitat Pemahaman aspek penentuan jenis
buatan secara ex situ, sehingga untuk kelamin dan reproduksi perlu
membangun program pelepasliaran ditingkatkan meliputi penjodohan,
diharapkan aspek perilaku alami KKJK pemeliharaan telur dan lain sebagainya.
dapat dipertahankan. Berperilaku alami Faktor yang berpengaruh besar dalam
merupakan salah satu syarat dalam meningkatkan keberhasilan konservasi
kegiatan pelepasliaran, hal tersebut satwa secara ex situ juga terdapat dalam
sesuai dengan pendapat Rahmanita & pengelolaan aspek kesehatan. Hal ini
Bashari (2020) yang menyatakan dapat dilihat dari upaya pengelola
bahwa dalam hal pelepasliaran satwa dalam mencegah satwa mengalami
perlu memperhatikan kelayakan sakit, terluka hingga mengantisipasi
demografis, genetik, pengelolaan masuknya penyakit dari lingkungan
kesejahteraan, kesehatan dan kondisi luar, ataupun penyakit yang
perilaku yang layak. Percepatan diakibatkan dari kondisi musim.
pelepasliaran dilakukan dengan bekerja Pencegahan penyakit dalam
sama dengan lembaga pemerintah manajemen kesehatan KKJK sangat
seperti balai konservasi sumber daya diperlukan, sebelum berkembangnya
alam, dinas kehutanan, LSM dan lain penyakit. Menurut Setiana et al. (2018)
sebagainya. pencegahan penyakit dapat dilakukan
melalui sanitasi dan disinfeksi
Strategi W-O kandang, vaksinasi dan pemberian
Strategi W-O adalah strategi pakan tambahan (vitamin). Pelatihan
bertujuan untuk mengatasi kelemahan dan penyuluhan dapat dilakukan
internal dengan memanfaatkan peluang dengan bekerja sama dengan lembaga
eksternal dalam pemeliharaan ex situ penelitian, pendidikan, laboratorium,
KKJK. Menurut Istiqomah & Andriyanto balai veteriner maupun klinik satwa.
(2017), dalam strategi W-O perlu 2. Meningkatkan kerja sama dalam
dirancang strategi turn around yaitu pertukaran KKJK.
strategi merubah haluan. Pada posisi ini Peningkatan kerja sama dalam
kelemahan dan juga permasalahan pertukaran KKJK dapat meminimalkan
Strategi Ex-situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

terjadinya inbreeding dengan dengan hal tersebut, strategi S-T yang


melakukan kerja sama antar lembaga diperoleh adalah:
konservasi. Menurut Puspitasari et al.
(2016) pertukaran satwa antar lembaga 1. Peningkatan kualitas nutrisi.
konservasi memiliki makna penting Strategi peningkatan kualitas nutrisi
dalam mencegah kepunahan satwa untuk KKJK penting dilakukan untuk
diantaranya menurunkan peluang meningkatkan imun dan kesehatan
kematian, kecacatan dan kelainan KKJK. Dengan tingkat kesehatan yang
metabolisme. Kerja sama tersebut baik, maka KKJK tidak akan
dapat berupa pertukaran bibit maupun terpengaruh dari efek perubahan
induk yang akan dikawinkan. musim dan terjangkitnya penyakit pada
3. Melakukan pelepasliaran KKJK. KKJK.
Melepaskan satwa hasil penangkaran 2. Optimalisasi penyesuaian kandang.
ke wilayah penyebaran alaminya Peralihan musim menyebabkan suhu
bertujuan membantu upaya pelestarian dalam kandang menjadi berubah hal ini
khususnya pada spesies yang berstatus harus diantisipasi dengan baik. Selain
terancam, tujuannya adalah suhu, perubahan musim juga
meningkatkan ukuran populasi maupun menimbulkan hama serta penyakit.
kumpulan gennya (Prasetyo, 2017). Perlu dilakukan penyesuaian kandang
Strategi pelepasliaran KKJK dilakukan pada periode-periode pergantian
jika populasi ex situ sudah padat. musim melalui pengaturan sirkulasi
Kepadatan populasi dapat udara dan pengaturan cahaya masuk
menimbulkan persaingan mendapatkan sesuai dengan kondisi habitat asli
ruang dalam kandang dan perebutan KKJK. Kandang yang suhunya terlalu
pasangan kawin dan membutuhkan rendah dan kelembapan yang terlalu
biaya besar untuk penyediaan pakan. tinggi dapat menyebabkan timbulnya
jamur. Kandang merupakan habitat
Strategi S-T buatan dalam pemeliharaan ex situ
Strategi S-T menggunakan kekuatan KKJK sehingga perlu dioptimalkan
internal dalam pemeliharaan ex situ KKJK agar KKJK nyaman dan terhindar dari
untuk menghindari atau mengurangi penyakit.
pengaruh dari ancaman eksternal dalam 3. Pembentukan tim pengendali hama.
Pemeliharaan ex situ KKJK. Menurut Hama menjadi salah satu ancaman
Istiqomah & Andriyanto (2017), strategi dalam pemeliharaan KKJK secara ex
S-T mengedepankan prinsip kehati-hatian situ, sehingga perlu adanya
di dalam mengambil keputusan. Ketika pengawasan di dalam maupun di
menghadapi situasi yang mengancam, sekitar kandang. Hama KKJK dapat
pengelola menganalisis situasi terlebih berupa musang, tikus, kucing, kadal,
dahulu, setelah itu berupaya menyalurkan biawak dan ular yang menyerang
faktor kekuatan yang tepat untuk KKJK, telur, maupun anakannya.
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan membentuk tim pengendali
Ketergesaan hanya akan membawa pada hama, dapat membantu dalam
pilihan yang buruk. Fahik, Masy’ud, & mengantisipasi ancaman tersebut.
Hernowo (2018) menyebutkan bahwa Kegiatan yang dapat dilakukan tim di
faktor penentu keberhasilan dalam antaranya pembersihan kandang,
penangkaran burung kakatua terdiri dari patroli malam hari, pemasangan
penguasaan teknik penangkaran perangkap dan lain sebagainya.
(termasuk pakan), pengelolaan kandang
dan kualitas SDM pengelola. Sesuai

151
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

Strategi W-T pemantauan real time dapat berupa


Strategi W-T adalah strategi yang pemasangan kamera CCTV pada
diarahkan pada meminimalkan kelemahan bagian-bagian tertentu pada kandang,
internal dan menghindari ancaman yang sekaligus dapat memantau
eksternal. Menurut Istiqomah & apabila ada KKJK yang sakit.
Andriyanto (2017), strategi W-T bersifat 3. Instalasi sensor pendeteksi kondisi
defensif, pada situasi ini pilihan pengelola udara dan lingkungan kendang.
adalah bertahan, hal ini disebabkan karena Perubahan kondisi udara dan
terdapatnya kelemahan dari sisi internal lingkungan di dalam kandang dapat
pengelola ditambah dengan munculnya memengaruhi kondisi kesehatan
faktor luar yang bersifat merugikan yang KKJK, oleh karena itu apabila ada
secara bersamaan harus diselesaikan. sensor yang dipasang dan memberikan
Berdasarkan Abdi (2020), strategi informasi secara real time mengenai
lembaga konservasi untuk menutupi kondisi kandang, maka pengelola akan
kelemahan dapat dilakukan melalui mendapatkan informasi lebih awal
pembinaan intensif, meningkatkan sehingga dapat menyusun langkah
anggaran pengelolaan untuk antisipasi.
pengembangan teknik pemeliharaan
ataupun mencari investor. Terkait dengan 3.3. Strategi Prioritas
hal tersebut, alternatif strategi yang dapat Menurut Parta & Sari (2021),
dilakukan pada strategi W-T yaitu: analisis QSPM dapat digunakan untuk
mempelajari secara objektif strategi
1. Peningkatan kapasitas perawat satwa. prioritas dari segala kemungkinan pilihan
Peningkatan kapasitas perawat satwa yang ada sebelum diterapkan oleh
bertujuan untuk mengawasi KKJK pengelola, analisis ini dilakukan dengan
lebih optimal, dengan melengkapi cara mendefinisikan terlebih dahulu
perawat satwa dengan buku catatan, faktor-faktor internal dan eksternal.
buku kendali, SOP, sehingga jika Berdasarkan hasil analisis diketahui
KKJK memiliki indikasi terserang bahwa strategi prioritas dalam upaya
penyakit, akan diketahui lebih awal dan konservasi KKJK secara ex situ adalah
dapat dilakukan pengendalian secara peningkatan kapasitas perawat satwa.
preventif. Hama yang terdapat di Hasil analisis QSPM dapat dilihat pada
sekitar kandang KKJK, dapat diawasi Tabel 4.
lebih maksimal dengan adanya Menurut Cita et al. (2019),
penjadwalan perawat satwa yang baik. ketersediaan perawat satwa yang memiliki
Perawat satwa merupakan kunci dalam pengetahuan tinggi dalam menangkarkan
pengawasan KKJK sehingga kegiatan burung menjadi faktor penentu dalam
pemeliharaan dapat dilakukan dengan mendukung keberhasilan konservasi ex
baik. Kemampuan dan pengetahuan situ suatu jenis burung, karena satwa yang
yang tinggi pada perawat satwa berada dalam kandang penangkaran
menentukan keberhasilan penangkaran sangat bergantung pada peran perawat
KKJK yang dilakukan. satwa, hal ini ditunjang dengan
2. Membangun sistem pemantauan real kemampuan perawat satwa dalam
time keamanan KKJK. mengamati bioekologi, perilaku dan
Potensi gangguan hama juga dapat menerapkan prinsip kesejahteraan satwa
diminimalisir apabila ada alat pantau yang ada.
yang dapat membantu pengelola,

152
Strategi Ex-situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

Tabel (Table) 4. Hasil analisis QSPM (QSPM analysis results)


Strategi (Strategy)
Faktor (Factor) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TAS TAS TAS TAS TAS TAS TAS TAS TAS TAS TAS
1 Strength 1 0,60 0,30 0,56 0,34 0,26 0,60 0,30 0,26 0,60 0,30 0,21
2 Strength 2 0,39 0,20 0,39 0,22 0,17 0,39 0,20 0,15 0,39 0,20 0,14
3 Strength 3 0,53 0,30 0,58 0,34 0,28 0,47 0,58 0,23 0,60 0,45 0,56
4 Strength 4 0,20 0,21 0,18 0,21 0,18 0,19 0,20 0,13 0,21 0,15 0,18
5 Strength 5 0,19 0,15 0,15 0,21 0,09 0,15 0,21 0,12 0,17 0,15 0,15
1 Weakness 1 0,60 0,30 0,56 0,36 0,56 0,49 0,45 0,45 0,49 0,30 0,53
2 Weakness 2 0,36 0,20 0,36 0,39 0,17 0,34 0,29 0,32 0,39 0,29 0,29
3 Weakness 3 0,41 0,60 0,58 0,30 0,58 0,41 0,30 0,30 0,60 0,30 0,23
4 Weakness 4 0,15 0,21 0,20 0,10 0,10 0,15 0,10 0,10 0,21 0,10 0,09
5 Weakness 5 0,14 0,21 0,18 0,21 0,19 0,18 0,10 0,10 0,21 0,10 0,10
1 Opportunity 1 0,24 0,28 0,28 0,28 0,27 0,26 0,28 0,23 0,28 0,28 0,24
2 Opportunity 2 0,69 0,77 0,77 0,77 0,74 0,66 0,77 0,63 0,77 0,77 0,74
3 Opportunity 3 0,69 0,77 0,74 0,77 0,72 0,66 0,77 0,72 0,77 0,77 0,74
4 Opportunity 4 0,30 0,47 0,43 0,47 0,45 0,38 0,47 0,42 0,47 0,47 0,42
1 Threat 1 0,50 0,77 0,58 0,66 0,58 0,63 0,77 0,66 0,47 0,58 0,66
2 Threat 2 0,32 0,23 0,35 0,37 0,35 0,30 0,47 0,38 0,38 0,47 0,33
3 Threat 3 0,28 0,23 0,43 0,38 0,35 0,35 0,35 0,27 0,38 0,23 0,33
TOTAL 6,59 6,19 7,33 6,39 6,03 6,63 6,61 5,48 7,39 5,92 5,97
PERINGKAT 5 7 2 6 8 3 4 11 1 10 9
(CLASS)

4. Kesimpulan dan Saran sulphurea occidentalis), pelatihan dan


4.1. Kesimpulan penyuluhan aspek teknis pemeliharaan
Faktor internal yang paling juga perlu diberikan kepada perawat satwa
berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan meningkatkan keterampilan dalam
Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua memelihara satwa tersebut. Di sisi lain,
sulphurea occidentalis) secara ex situ di kualitas nutrisi pakan satwa tetap harus
lembaga konservasi adalah pengetahuan diperhatikan oleh pengelola. Diperlukan
pengelola akan jenis, kuantitas dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kualitas pakan, sedangkan faktor eksternal secara mendalam aspek kesehatan dan
terbesar adalah melakukan kerja sama juga reproduksi Kakatua Kecil Jambul
dengan laboratorium, balai veteriner dan Kuning (Cacatua sulphurea occidentalis)
klinik satwa. Strategi pengelolaan yang di lembaga konservasi serta faktor-faktor
sesuai untuk diterapkan dalam yang memengaruhinya.
pemeliharaan Kakatua Kecil Jambul
Kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) Ucapan Terima Kasih
secara ex situ di lembaga konservasi Penulis menyampaikan terima kasih
adalah strategi pertumbuhan yang agresif kepada yang terhormat Rektor Universitas
(Growth oriented strategy) dengan Mataram, Ketua LPPM Universitas
strategi prioritas berupa peningkatan Mataram, Dekan Fakultas Pertanian
kapasitas perawat satwa. Universitas Mataram, Pengelolala Bali
Bird Park, Pengelola Lombok Wildlife
4.2. Saran Park atas kesempatan, kepercayaan,
Pengelola perlu melakukan dorongan dan kerja samanya. Demikian
peningkatan kapasitas perawat satwa juga kepada seluruh pihak yang tidak bisa
dengan melengkapi perawat satwa dengan penulis sebutkan satu persatu atas kerja
prosedur yang rinci dalam memelihara sama dan dukungannya terhadap kegiatan
Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Penelitian PNBP Universitas Mataram ini.

153
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

strategi pemasaran (studi kasus di


kantor pos Kota Magelang 56100).
Daftar Pustaka
Jurnal Ilmu Manajemen, 17(2), 58-
Abdi, R. H. (2020). The development of 70.
Kasang Kulim Zoo. Jom Fisip, 7(1), https://doi.org/10.21831/JIM.V17I2.
1-13. 34175
Abiyoga, R., Suryanti, & Muskananfola, Bastari, R. (2018). Studi pustaka
M. R. (2018). Strategi kesejahteraan hewan pada sistem
pengembangan kegiatan konservasi perkandangan burung Kakatua
mangrove di Desa Bedono Jambul Kuning (Cacatua galerita)
Kabupaten Demak. Management of [Skripsi Sarjana]. IPB University,
Aquatic Resources Journal Bogor.
(Maquares), 6(3), 293-301. http://repository.ipb.ac.id/handle/12
https://doi.org/10.14710/ 3456789/94736
MARJ.V6I3.20589 BirdLife International. (2018, Agustus
Akbar, H. (2011). Perawatan dan 07). Cacatua sulphurea (Yellow-
rehabilitasi satwa tangkapan di Pusat crested Cockatoo) IUCN. Diakses
Penyelamatan Satwa Cikananga, dari https://www.iucnredlist.org/
Sukabumi dan Gadog, Bogor species/22684777/131874695
[Skripsi Sarjana]. IPB University, BirdLife International. (2021, Agustus
Bogor. 19). Cacatua sulphurea (Yellow-
http://repository.ipb.ac.id/handle/12 crested Cockatoo). The IUCN Red
3456789/51881 List of Threatened Species 2021:
Alfalasifa, N., & Dewi, B. S. (2019). E.T200296187A178119524. IUCN.
Konservasi satwa liar secara ex-situ Diakses dari
di Taman Satwa Lembah Hijau https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.U
Bandar Lampung (ex-situ wildlife K.2021-
conservation in taman satwa lembah 3.RLTS.T200296187A178119524.e
hijau bandar lampung). Jurnal Sylva n
Lestari, 7(1), 71-81. Cahya, S. D. (2019). Analisis sosial
https://doi.org/10.23960/JSL1771- konflik manusia dengan Harimau
81 Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Anggraini, D. M. (2016). Perilaku harian di Kecamatan Bahorok, Kabupaten
burung Salmon-crested Cockatoo Langkat, Sumatera Utara [Skripsi
(cacatua moluccencis) di Sarjana]. Universitas Sumatera
penangkaran Eco Green Park Kota Utara, Medan.
Batu Propinsi Jawa timur [Skripsi https://repositori.usu.ac.id/handle/12
Sarjana]. Universitas Negeri Malang, 3456789/19696
Malang. Cita, K. D., Hernowo, J. B., & Masy’ud,
Arini, D. I. D., & Nugroho, A. (2016). B. (2019). Faktor-faktor penentu
Habitat preference of Anoa (Bubalus keberhasilan konservasi Ex-situ
spp.) in Bogani Nani Wartabone Cendrawasih Kecil (Paradisaea
National Park. Prosiding Seminar minor Shaw, 1809). Buletin Plasma
Nasional Masyarakat Biodiversitas Nutfah, 25(1), 13-24.
Indonesia, 2(1), 103-108. https://doi.org/10.21082/blpn.v25n1.
https://doi.org/10.13057 2019.p13-24
/PSNMBI/M020120 Collar, N. J., & Marsden, S. J. (2014). The
Astuti, A. M. I., & Ratnawati, S. (2020). subspecies of Yellow-crested
Analisis SWOT dalam menentukan Cockatoo Cacatua sulphurea.

154
Strategi Ex-situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

Forktail, 30, 23-27. strategi konservasi in situ Kakatua


https://static1.squarespace.com Sumba (Cacatua sulphurea
/static/5c1a9e03f407b482a158da87/t citrinocristata, Fraser 1844). Jurnal
/5c2146006d2a7362341657e1/1545 Penelitian Hutan dan Konservasi
684482116/Yellow-crested- Alam, 17(2), 113-126.
Cockatoo.pdf https://doi.org/10.20886/JPHKA.202
Dilshad, R. M., & Latif, M. I. (2013). 0.17.2.113-126
Focus group interview as a tool for Istiqomah, & Andriyanto, I. (2017).
qualitative research: An analysis. Analisis SWOT dalam
Pakistan Journal of Social Science, pengembangan bisnis (Studi pada
33(1), 191-198. Sentra Jenang di Desa Kaliputu
Fahik, M., Masy’ud, B. & Hernowo, J. B. Kudus). Bisnis : Jurnal Bisnis dan
(2018). Faktor penentu keberhasilan Manajemen Islam, 5(2), 363-382.
penangkaran Burung Kakatua Sumba https://doi.org/10.21043/BISNIS.V5
(Cacatua Sulphurea Citrinocristata, I2.3019
Fraser 1844). Jurnal Media Koniyo, Y. (2016). Rencana pengelolaan
Konservasi, 23(3), 210-215. kawasan konservasi laut daerah
https://doi.org/ (KKLD) Desa Olele Kecamatan
10.29244/medkon.23.3.210-215. Kabila Bone Kabupaten Bone
Gitta, A. (2011). Teknik penangkaran, Bolango Provinsi Gorontalo.
aktivitas harian dan perilaku makan Seminar Nasional Riset Dan
burung Kakatua-Kecil Jambul Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
Kuning (Cacatua Sulphurea Dan Perikanan, 1(4925), 1-19.
Sulphurea Gmelin, 1788) di https://repository.ung.ac.id/karyailm
penangkaran burung Mega Bird and iah/show/4925/prosiding- rencana-
Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat pengelolaan-kawasan-konservasi-
[Skripsi Sarjana]. IPB University, laut-daerah-kkld-desa-olele-
Bogor. http://repository.ipb.ac.id kecamatan-kabila-bone-kabupaten-
/handle/123456789/53757 bone-bolango-provinsi-
Gitta, A., Suzanna, E., & Masy’ud, B. gorontalo.html
(2012). Aktivitas harian dan perilaku Lestari, D. A., Masy’ud, B., & Hernowo,
makan burung Kakatua-Kecil Jambul J. B. (2017). Model keberhasilan dan
Kuning (Cacatua Sulphurea manajemen penangkaran Cucak
Sulphurea Gmelin, 1788) di Rawa (Pycnonotus zeylanicus).
penangkaran. Media Konservasi, Jurnal Penelitian Hutan dan
17(1), 23-26. Konservasi Alam, 14(2), 99-100.
hhttps://journal.ipb.ac.id/index.php/ https://doi.org
konservasi/article/view/12949 /10.20886/JPHKA.2017.14.2.99-100
Hidayat, O. (2014). Komposisi, preferensi Muslimah, N. U., Widiyani, T., &
dan sebaran jenis tumbuhan pakan Budiharjo, A. (2020). Studi perilaku
Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea harian dan tingkat kesejahteraan
citrinocristata) di Taman Nasional Orangutan Kalimantan (Pongo
Laiwangi Wanggameti. Jurnal pygmaeus Linnaeus, 1760) di Taman
Penelitian Kehutanan Wallacea, Satwa Taru Jurug (TSTJ), Kota
3(1), 25-36. Surakarta. Zoo Indonesia, 29(1), 1-
https://doi.org/10.18330/JWALLAC 18.
EA.2014.VOL3ISS1PP25-36 https://doi.org/10.52508/ZI.V29I1.3
Hidayat, O., & Kayat. (2020). Pendekatan 975
preferensi habitat dalam penyusunan

155
Vol. 19 No. 2, Desember 2022: 139-157

Nandika, D., & Agustina, D. (2018). Puspitasari, A., Masy’ud, B., &
Ecology of Lesser Sulphur Creasted Sunarminto, T. (2016). Nilai
Cockatoo Cacatua Sulphurea kontribusi kebun binatang terhadap
Sulphurea at Rawa Aopa Watumohai konservasi satwa, sosial ekonomi
National Park, Southeast Sulawesi. dan lingkungan fisik: Studi kasus
Metamorfosa: Journal of Biological Kebun Binatang Bandung. Media
Sciences, 5(2), 177-188. Konservasi, 21(2), 116-124.
https://doi.org/10.24843/METAMO https://doi.org/10.29244/MEDKON.
RFOSA.2018.V05.I02.P07 21.2.116-124
Octavia, D., Komala, R., & Supiyani, A. Putra, Y. M. P. (2017). Kakatua Jambul
(2017). Studi perilaku harian dan Kuning NTB tersisa 145 ekor.
kesejahteraan Monyet Hitam Republika. Diakses dari
Sulawesi (Macaca nigra Desmarest, https://www.republika.co.id/berita/o
1822) di Pusat Primata Schmutzer. n3z3p284/kakatua-jambul-kuning-
Bioma, 13(1), 8-22. ntb-tersisa-145-ekor
https://doi.org/10.21009/BIOMA13(
1).2 Rahmanita, D., & Bashari, H. (2020).
Paramita, A., & Kristiana, L. (2013). Pedoman pelepasliaran satwa liar di
Teknik focus group discussion dalam Taman Nasional Bogani Nani Warta
penelitian kualitatif. Buletin Bone. Balai Taman Nasional Bogani
Penelitian Sistem Kesehatan, 16(2), Nani Warta Bone.
117-127. Rangkuti, F. (2015). Analisis SWOT:
https://doi.org/10.22435/BPSK.V16I Teknik membedah kasus bisnis.
2 Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Parta, I. N., & Sari, N. P. R. (2021). Rowley, I., Sharpe, C. J., & Boesman, P.
Strategi pengembangan pantai bias F. D. (2020). Yellow-crested
tugel sebagai daya tarik wisata Cockatoo (Cacatua sulphurea).
snorklingdan surfing di Desa Birds of the World. Diakses dari
Padangbai, Kecamatan Manggis, https://birdsoftheworld.org/bow/spec
Kabupaten Karangasem, Bali. Jurnal
ies/yeccoc1/1.0/introduction
Ilmu Manajemen, 11(1), 104-117.
Setiana, T., Masy’ud, B., & Hernowo, J.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan B. (2018). Determinant factors of
Kehutanan (2018). Jenis Tumbuhan technical succesfull on captive
Dan Satwa Yang Dilindungi (Permen breeding of Yellow-crested
LHK No. P.106/Menlhk/Setjen/ Cockatoo – (Cacatua sulphurea
Kum.1/12/2018). https://jdihn.go.id/ sulphurea). Media Konservasi,
search/pusat/detail/463166 23(2), 132-139. https://doi.org
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia /10.29244/MEDKON.23.2.132-139
(2014). Pengendalian dan Silalahi, S. P. R. (2017). Penerapan
Penanggulangan Penyakit Hewan, SWOT sebagai dasar penentuan
(PP No. 47 Tahun 2014). strategi pemasaran pada PT. Bank
https://peraturan. bpk.go.id/Home/ Rakyat Indonesia TBK, Kabanjahe.
Details/5486/pp-no-47-tahun-2014 Jurnal Ilmiah Methonomi 1(2), 1-17,
Prasetyo, B. (2017). Reintroduksi spesies https://methonomi.net/index.php/jim
fauna ke hidupan alami liar. In etho/article/view/1
Optimalisasi Peran Sains dan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Teknologi untuk Mewujudkan Smart KSDAE (SK Dirjen KSDAE).
City (pp. 35-60). Universitas (2015). Penetapan 25 satwa terancam
Terbuka. punah prioritas untuk ditingkatkan

156
Strategi Ex-situ Kakatua Kecil Jambul Kuning (Syaputra, M., Suparyana, P. K., & Wulandari, F. T.)

populasinya sebesar 10% pada tahun https://doi.org/10.20886/JPHKA.201


2015-2019 (SK Nomor 180/IV- 0.7.4.357-369
KKH/2015). Umroh, U., Sari, S. P., & Kusuma, L. A.
Syaputra, M. (2019). Identifikasi (2014). Analisis SWOT pada
Permasalahan dan strategi kegiatan penangkaran penyu di
pengelolaan Taman Hutan Raya Batavia Bangka Beach, Sungailiat
Nuraksa. Wanamukti: Jurnal Bangka. Journal of Aquatropica
Penelitian Kehutanan, 22(2), 82-93. Asia, 1(1).
https://doi.org/10.35138/WANAMU Warsito, H., & Bismark, M. (2012).
KTI.V22I2.332 Preferensi dan komposisi pakan
Takandjandji, M., Kayat, & Njurumana, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius
G. N. (2010). Perilaku burung Bayan casuarius Linn 1758) di
Sumba (Eclectus roratus cornelia Penangkaran. Jurnal Penelitian
Bonaparte) di Penangkaran Hambala, Hutan dan Konservasi Alam, 9(1),
Sumba Timur, Nusa Tenggara 013-021. https://doi.org/10.20886
Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan /JPHKA.2012.9.1.013-021
Konservasi Alam, 7(4), 357-369.

157

You might also like