Paper Iktiologi Fixx

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

I.

PENDAHULUAN

Iktiologi asal katanya adalah icthyyolohy, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya berasal
dari Bahasa Latin (Yunani) yang terdiri dari dua suku kata, iatu ichthyo atau ichtyes yang berarti
ikan dan logy atau logos yang berarti ilmu, sehingga dengan demikian Iktiologi adalah salah satu
ilmu cabang biologi yang mempelajari semua aspek tentang ikan (Muchlisin et al, 2015).

Ikan merupakan mahluk hidup yang mendiami perairan. Ilmu yang berkembang dalam
mempelajari ikan disebut sebagai ilmu iktiologi. Istilah iktiologi berasal dari bahas latin
(Yunani), yang terdiri dari dua kata, yaitu ichthys diartikan sebagai ikan dan logos diartikan
sebagai ilmu. Dari kedua kata tersebut dideskripsikan menjadi salah satu cabang ilmu biologi
yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupannya (Nadia, 2014).

Ikan buntal sering disebut puffer fish merupakan famili Diodontidae dengan ordo
Tetraodontiformes. Ordo Tetraodontiformes berasal dari morfologi gigi ikan, yaitu memiliki dua
gigi besar yang tajam pada rahang atas dan bawah. Ikan ini banyak ragamnya di perairan tropis
namun tidak banyak di daerah subtropis maupun perairan dingin, adaptasi tingkah laku dan
anatomi yang tinggi pada perairan karang mengindikasikan ikan ini umumnya menetap di
perairan karang (Wibowo et al 2016). Ikan buntal diketahui bernilai ekonomis, sering
dimanfaatkan sebagai karya seni. Ikan buntal dapat hidup di air tawar dan di air laut. Hewan ini
tergolong spesies karnivora (pemakan daging), merupakan ikan predator malam hari, biasanya
bersembunyi di celah-celah karang di siang hari dan mencari makan pada malam hari
(nocturnal). Penyebaran ikan buntal meliputi perairan tropis seluruh dunia. Tetraodontidae
terdiri dari sedikitnya 121 spesies ikan buntal yang terbagi dalam 20 genera. Ikan ini banyak
ragamnya di perairan tropis dan tidak umum dalam di perairan zona sedang dan tidak ada di
perairan dingin. Mereka memiliki ukuran kecil hingga sedang, meski beberapa spesies memiliki
panjang lebih dari 100 sentimeter (39 in). Gigi yang menyatu bersama menjadi satu kesatuan
menciptakan mulut yang kuat dan dapat meretakan kulit kerang siput, landak laut, dan kepiting
(Farihin, 2015). Beberapa jenis tertentu dari ikan buntal mengandung racun saraf tetrodoksin,
kebanyakan terdapat di bagian hati, kelenjar kelamin, dan kulit (Ginanjar, 2015).
Informasi mengenai ikan buntal khususnya di perairan indonesia belum banyak dikaji, untuk
itu tulisan ini bertujuan untuk merangkum informasi tentang kandungan gizi dan racun dari ikan
buntal.
II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Secara umum reproduksi dapat didefinisikan sebagai proses biologis organisme hidup untuk
mewarisi sifat-sifat induknya kepada keturunanya untuk menjamin kelangsungan hidup spesien
yang bersangkutan (Muchlisin, 2014).

2.2 Anatomi Dan Fungsi Organ-Organ Reproduksi

Ikan buntal atau disebut puffer fish merupakan famili Diodontidae dan berasal dariordo
Tetraodontiformes. Ikan ini dapat ditemukan di perairan air asin maupun air tawar,seperti
samudra Pasifik, laut merah, sungai Mekong dan sungai Amazon. Ciri-ciri ikan ini adalah
memiliki tubuh yang panjang dan meruncing, kepala bundar, bibir menonjol danperut besar.
Ikan ini tidak memiliki sisik, namun beberapa memiliki duri. ikan buntal merupakan
salah satu ikan air payau yang sangat beracun dan bahkan berbahaya.

Ikan Buntal memiliki racun yang disebut tetrodotoksin (TTX). Tetrodoksin adalah
senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna, tidak berbau, stabil oleh panas dan tidak
terdegradasi oleh proses pemasakan, yang terdapat pada hati, gonad, atau organ reproduksi, usus
dan kulit. Racun ini merupakan neurotoksin dan belum ada penawar racunnya. Tetrodotoksin
merupakan racun saraf berat molekul rendah berbentuk prisma Kristal yang dapat menghambat
konduksi saraf dan otot, dan secara selektif dapatmemblokir saluran natrium sehingga
mengakibatkan kelumpuhan pernafasan danmenyebabkan kematian.. Tetrodotoksin
diproduksi oleh bakteri laut seperti vibrioalginolyticus, Shewanella algae, Shewanella
putrefaciens dan Alteromonas tetraodonis yang terdistribusi ke dalam tubuh ikan buntal
melalui rantai makanan (Dewi, et al., 2015).

2.3 Seksualitas Pada Ikan

2.4 Tipe-Tipe Reproduksi Pada Ikan

2.5 Ciri-Ciri Kelamin Pada Ikan

Penentuan jenis kelamin pada ikan seringkali bersifat genetik, di mana pemisahan
lokus/lokus penentu jenis kelamin menunjukkan jenis kelamin fenotipik. Pada spesies ini,
penanda polimorfik terpaut seks dapat digunakan untuk identifikasi jenis kelamin, berpotensi
memberikan informasi penting mengenai ekologi dan konservasi banyak spesies liar, serta
pengelolaan spesies yang dibudidayakan. Karena gen penentu jenis kelamin utama pada ikan
tidak terlestarikan dengan baik di antara spesies, penanda spesifik jenis kelamin untuk spesies
target seringkali tidak dapat diperoleh dengan memanfaatkan urutan DNA penanda yang
sebelumnya diidentifikasi pada spesies ikan lain. Sebaliknya, penanda polimorfik terkait seks
telah diidentifikasi pada beberapa spesies ikan dengan pendekatan pemetaan genetik atau dengan
metode berdasarkan amplifikasi diferensial produk Polymerase Chain Reaction (PCR) antara dua
jenis kelamin. Namun, banyak dari penanda ini khusus untuk persilangan pemetaan atau
beberapa stok populasi, sangat membatasi penggunaan penanda tersebut untuk studi ekologi atau
manajemen pembenihan (Kikuchi, et al., 2013).

2.6 Siklus Reproduksi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Diketahui bahwa penentuan jenis kelamin dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
suhu, salinitas, dan pH pada banyak spesies ikan. Bahkan dalam spesies dengan perusahaan
apakah rasio jenis kelamin miring yang diamati disebabkan oleh tingginya angka kematian yang
bias perempuan atau pembalikan jenis kelamin perempuan-ke-laki-laki, atau karena suhu rendah
atau komponen air laut dalam yang tidak teridentifikasi. Namun demikian, artikel ini
menyiratkan bahwa faktor lingkungan seperti suhu rendah dapat menyebabkan pembalikan jenis
kelamin betina-ke-jantan pada ikan buntal macan. Oleh karena itu, kemungkinan ikan dari
persilangan tt0609 telah terpapar suhu rendah di tempat penetasan, dan penentuan jenis kelamin
pada ikan buntal (Devlin, et al., 2014).

2.7. Strategi Dan Taktik Reproduksi

Strategi reproduksi ikan sering tercermin dalam perbedaan anatomi antara jenis kelamin;
jantan dan betina (Muchlisin, 2014). Tujuan dari strategi ikan adalah untuk memaksimalkan
keturunan yang aktif secara reproduktif dalam kaitannya dengan energi yang tersedia dan
kelangsungan hidup ikan. Ikan mengambil stretegi dan taktik yang berbeda untuk mencapai
tujuan (Muchlisin et al, 2014).

Sehubungan dengan pengertian strategi pemijahan ini, (Wootton, et al., 2017) membagi
sembilan kelompok dan tipe strategi pemijahan berdasarkan berbagai komponen yang
berhubungan dengan strategi reproduksi ikan. Ringkasan strategi reproduksi ikan adalah
sebagai berikut:

1. Jumlah peluang pengeluaran telur dalam hidupnya.(Number of breeding opportunities):


a.Semelparous (bertelur sekali lalu mati). Contoh: lamprey, river eels, pasifik salmon.

b.Iteroparous (beberapa kali bertelur). Sebagian besar ikan umumnya memiliki sistem ini.

2.Jenis pemijahan (type of spawning)

a. Total spawner (telur dilepaskan semua dalam satu kali pemijahan)

b. Batch Spawner (Telur dilepaskan beberapa kali, dan dapat berakhir dalam beberapa hari,
bahkan beberapa bulan)

3. Sistem perkawinan (Mating system)

a. Promiscuous (perkawinan antara jantan dan betina, bahkan dengan beberapa mitra
selama musim pemijahan). Contohnya ikan herring dan ikan cod.
b.Poligami dan termasuk monogami. Contohnya, ikan matahari/sunfish (mola mola)

4.Sistem Gender (Gender system).

a.Gonochoristic (sex fixed maturation): seksual tetap selama masa reproduksi.


Sebagian besar ikan memiliki pola ini.

b.Hermaprodit (seksual dapat berubah):. Contoh Sea bass dan kerapu (groupers).

Taktik reproduksi ikan adalah variasi ikan dalam melakukan kegiatan reproduksi
sebagai respon terhadap fluktuasi lingkungannya. Karena faktor-faktor lingkungan perairan
(misalnya; suhu, salinitas, alkalinitas, pH, tinggi muka air), senantiasa berubah (fluktuatif),
taktik reproduksi ini penting dilakukan oleh ikan untuk menjamin larva atau anak-anak ikan
dapat bertahan hidup hingga dewasa sehingga dapat menjamin kelestarian sepesiesnya.
Salah satu contoh taktik reproduksi ikan disampaikan oleh (Schaan et al. 2018).
Berdasarkan berbagai komponen yang berhubungan dengan taktik reproduksi ikan
buntal. Ringkasan taktik reproduksi ikan adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai kemampuan mengembungkan diri tiga kali ukuran tubuh jika dalam keadaan
terancam
2. Ikan buntal dapat menonjolkan duri-duri sehingga tidak menjadi santapan predator.
3. Ikan buntal dapat membangun sarang dengan tujuan untuk melindungi diri dari pemangsa,
dengan mengeluarkan sperma yang berbau busuk.
DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar P. 2015. Kajian Tetrodotoksin Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) Dari Perairan
Kabupaten Cirebon Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Farihin, Moh. 2015. Ikan Buntal Sebagai Ide Dasar Pernciptaan Keramik Teko Set
Pasutri,Universitas Negri Yogyakarta

Nadia, L. A. R. 2014. Iktiologi Kajian Ilmu Dasar Perikanan. Unhalu Press. Kendari.

Wibowo, RLMSA, M.W. Syabani. 2016. Identifikasi kulit ikan buntal (Arothon reticularis)
menggunakan scanning electron microscope (SEM). Politeknik ATK Yogyakarta

Muchlisin ZA, Akyun Q, Rizka S, Fadli N, Siti-Aziza MN. 2015. Ichthyofauna of Tripa Peat
Swamp Forest, Aceh Province, Indonesia. CheckList 11(2): 1560.

Devlin RH, Nagahama Y (2014) Penentuan jenis kelamin dan diferensiasi jenis kelamin pada ikan:
tinjauan pengaruh genetik, fisiologis, dan lingkungan. Akuakultur 208:191–364

Dewi, fitria. 205 “Nyonya Engah” Ya Puffer ikan yang berbahaya. https://
www.kompasiana.com/fide/562671888423bd3410f90b1d/nyonya-puff-si-puffer-ikan-yang-
berbahaya.

Kikuchi K, Hamaguchi S, Gen Penentu Jenis Kelamin Dalam Ikan Dan Evolusi Kromosom Seks.
Dev Dyn 242:339–353 Ilmu Ikan (2014) 80:933–942 DOI

Muchlisin, Z.A. (2014). A General Overview on Some Aspects of Fish Reproduction.


Aceh International Journal of Science and Technology, 3(1): 43-52. doi:
10.13170/AIJST.0301.05.

Schaan, A.B., Giora, J., & Fialho, C. B. (2018). Reproductive biology of the Neotropical
electric fish Brachyhypopomus draco (Teleostei:Hypopomidae) from southern Brazil.
Neotropical Ichthyology, 7(4):737-744.
Wootton, R.J. (2017). Ecology of teleost fishes. Chapman & Hall. London

You might also like