Askep HIV AIDS KLP 5

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 44

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


Tugas Keperawatan Dewasa

Disusun Oleh :

Kelompok 5
1. Vevi Astri (211211880)
2. Miftahul Khairati (211211853)
3. Difa Maysafitri (211211837)

Dosen Pembimbing :
NS.LENNI SASTRA, S.Kep., M.S.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

dari Ibu NS.LENNI SASTRA, S.Kep., M.S pada mata kuliah keperawatan

dewasa. Selain itu laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

Keperawatan dewasa para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membagi pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran agar lebih membangun

kesempurnaan makalah ini.

.
Padang, 27 Maret 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 3

C. Tujuan Masalah .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit .................................................................................. 4

1. Defenisi HIV / AIDS ................................................................... 4

2. Klasifikasi HIV / AIDS ............................................................... 5

3. Etiologi HIV / AIDS .................................................................... 7

4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 11

5. Komplikasi HIV / AIDS ............................................................. 13

6. Patofisiologi ................................................................................... 14

7. Faramakologi ................................................................................. 17

8. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 19

9. Penatalaksanaan ............................................................................ 20

10. WOC ............................................................................................. 22


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN ..................................................................................... 23

1. Identitas .......................................................................................... 23

2. Riwayat Kesehatan....................................................................... 23

3. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan ............................. 24

4. POLA NUTRISI/METABOLISME ........................................ 25


5. POLA ELIMINASI...................................................................... 25

6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN.............................................. 25

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR ..................................................... 25

8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI ............................................... 26

9. POLA PERAN HUBUNGAN .................................................. 26

10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI.............................. 26

11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI............................. 26

12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES ............................... 26

13. POLA KEYAKINAN NILAI ................................................. 27

B. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................... 27

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................... 29

1. Diagnostik ...................................................................................... 29

2. Laboratorium ................................................................................. 29

3. TERAPI .......................................................................................... 29

4. Daftar Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul ...... 29

5. Intervensi Keperawatan .............................................................. 30


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan

di dunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza,

Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang

sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami

penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai

macam penyakit lain (Kemenkes, 2015). Meskipun telah ada kemajuan dalam

pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupan masalah kesehatan

yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan

kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar

dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan

dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi

yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (Padila,

2012).
2

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti

HIV dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih

dari 90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality

Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara

berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena

AIDS (Kunoloji.2012).

Infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV) mengakibatkan

kerusakan sistem kekebalan dan pertahanan tubuh pejamu. Selama bertahun-

tahun, karena kurangnya pengetahuan dan pengobatan efektif, HIV dianggap

sebuah penyakit fatal yang berkembang secara cepat.

Saat ini infeksi HIV dipandang lebih optimis sebagai penyakit kronis yang

dapat dikontrol dengan pelayanan kesehatan yang tepat.Akan tetapi, pembiayaan

pelayanan kesehatan tersebut (yang tertinggi 28.000 dolar Amerika per tahun per

orang), membatasi aksesibilitasnya untuk negara maju, negara industri seperti

Amerika Serikat. Oleh karena banyak bagian di dunia, seperti Afrika dan Asia,

kurangnya tsumber daya ekonomi yang adekuat untuk mengobati a penyakit ini,

infeksi HIV berlanjut menjadi penyakit fatal yang berkembang secara cepat di

daerah ini. Dari perspektif keperawatan maupun kedokteran, penatalaksanaan

klinik sejajar dengan perjalanan penyakit HIV. Sejak terinfeksi HIV, seseorang

yang menerima pengobatan yang tepat dapat hidup selama bertahun-tahun ih dan

meneruskan fungsinya tanpa masalah besar. Pada tahap akhir penyakit, dibahas

berbagai alasan, perkembangan penyakit, dan kelelahan sistem imun.


3

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimatsud dengan HIV / AIDS ?


2. Apa saja klasifikasi HIV / AIDS ?
3. Apa etiologi penyakit HIV / AIDS?
4. Apa saja komplikasi HIV / AIDS ?
5. Bagaimana patofisiologi HIV / AIDS?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV / AIDS ?
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui defenisi HIV / AIDS


2. Untuk mengetahui klasifikasi HIV /AIDS
3. Untuk mengetahui etiologi HIV/ AIDS
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi HIV / AIDS
5. Untuk mengetahui patofisiologi HIV / AIDS
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV / AIDS
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Defenisi HIV / AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang

menyebabkan infeksi HIV, sedangkan AIDS atau Acquired

Immunodeficiency Syndrome adalah tahap infeksi HIV paling tinggi. Dengan

kata lain, HIV adalah virus yang dapat menyebab- kan Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) jika tidak dio- bati. Tidak seperti

beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan HIV

sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika seseorang sudah

terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya (seumur hidup) berada

didalam tubuh.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang

menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya

kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune

Deficiency Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang

timbul karena terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh

infeksi virus HIV. Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus

yang dapat menginfeksi sel darah putih untuk menurunkan sistem kekebalan

tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Sedangkan AIDS atau

Acquired immunodeficiency syndrome adalah tahapan peningkatan dari

perkembangan akibat terinfeksi virus HIV. Sebelum virus HIV berubah


5

menjadi AIDS, penderitanya akan tampak schat dalam waktu kira-kira 5

sampai 10 tahun.

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 (sel T)

yang membantu sistem kekebalan melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV

akan mengurangi jumlah sel CD4 (sel T) dalam tubuh sehingga membuat

seseorang lebih mungkin untuk terkena infeksi lain atau kanker terkait infeksi.

Seiring berjalannya waktu, HIV dapat menghancurkan sel-sel tersebut

sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi dan penyakit. Infeksi oportunistik

atau kanker ini memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Hal

ini menjadi penanda bahwa seseorang tersebut men gidap AIDS, yaitu tahap

terakhir infeksi HIV.

2. Klasifikasi HIV / AIDS

Klasifikasi HIV/AIDS pada seorang dewasa menurut Centers For

Disease Control (CDC) dapat dibagi menjadi bagian (Kana, 2017)

a. Infeksi HIV akut

Tahap ini dapat disebut juga dengan infeksi primer HIV.

Keluhan dapat muncul setelah 2-4 minggu terinfeksi, keluhan yang sering

muncul biasanya berupa demam, bintik bintik merah pada kulit, nyeri

pada saat nelan makanan, tubuh mudah lemas, dan limfadenopati. Dan

pada tahap ini, sering diagnosis jarang ditegakkan di karenakan

banyaknya keluhan yang menyerupai penyakit lainnya dan hasil tes yang

dilakukan serologi standar negatif.


6

b. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis

Pada tahap ini, hasil tes serologi yaitu menunjukkan hasil positif

tetapi pada gejala asimtomatis. Dan pada orang dewasa, karena fase ini

berlangsung cukup lama dan penderita bisa tidak merasa mengalami

keluhan apapun selama 10 tahun atau bisa juga lebih untuk penderita

tersebut. Beda dengan penderita anak-anak,karena fase ini dapat dilalui

lebih cepat.

c. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL)

Pada fase ini dapat ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe

sedikitnya di dua tempat yaitu selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini

dapat terjadi karena adanya jaringan limfe yang berfungsi sebagai tempat

penampungan utama pada HIV. PGL dapat terjadi pada sepertiga orang

yang positif terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran bisa menetap,

menyeluruh, simetri,dan tidak ada nyeri tekan.

d. AIDS

Hampir semua orang yang terdiagnosa infeksi HIV, yang tidak

mendapatkan pengobatan, dapat berkembang menjadi AIDS.

Progresivitas infeksi HIV dapat bergantung pada karakteristik virus dan

hospes. Pada usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi

yang menyertai, dan faktor genetik yang merupakan salah satu penyebab

peningkatan progresivitas. Dan bersamaan dengan progresivitas dan

turunnya sistem kekebalan tubuh sistem imun, penderita HIV dapat lebih

mudah terhadap terinfeksi. Beberapa penderita dapat mengalami gejela


7

konstitusional, contoh seperti demam turunnya berat badan. yang tidak

jelas penyebabnya.

3. Etiologi HIV / AIDS

Virus HIV adalah jenis virus yang mematikan jika pendenta tidak

melakukan pengobatan Pengobatan virus HIV hanya unt memperpanjang

umur si penderita karena virus jenis ini tidak bina dihilangkan atau

disembuhkan Virus HIV yang telah masuk ke dalam tubuh manusia akan

berkembang dan akan melumpuhkan sistem imun.

Virus HIV dengan enzim reverse transkriptose akan melak kan

pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfel untuk membuat

double-stranded DNA. DNA dalam tubuh ma nusia akan disatukan ke dalam

nukleus sel T4 sebagai provirus kemudian akan terjadi infeksi secara

permanen. Enzim tersebut membuat sel T helper tidak dapat mengenali virus

HIV sebaga antigen, sehingga keberadaan virus tidak dapat dihancurkan oleh

sel T helper. Berbanding terbalik dengan peristiwa tersebut, virus HIV yang

akan menghancurkan sel T helper. Berikut adalah fungsi sel T helper.

1.Untuk mengenali antigen yang asing.

2. Mengaktifkan limfosit B yang digunakan untuk memproduk antibodi

3 Menstimulasi limfosit T sitotoksit.

4. Memproduksi limfokin.

5. Mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit


8

Bila fungsi sel T4 mengalami gangguan, maka mikroorgan isme

yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memilik kesempatan

untuk menginvestasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Jika jumlah

sel T4 menurun, maka sistem imun selu- ler makin lemah secara

progresif. Hal ini akan diikuti berkurang- nya fungsi sel B, makrofag, dan

menurunnya fungsi sel T penolong Virus HIV dalam tubuh manusia dapat

tidak memperlihatkan ge- jalanya selama bertahun-tahun.

Berikut tanda-tanda infeksi oportunistik dan gejala AIDS.

1. Sakit untuk menelan

2. Munculnya keringat berlebih di malam hari

3. Menggigil atau demam 38°C selama beberapa minggu.

4. Batuk karena infeksi tenggorokan.

5 Sesak napas yang disebabkan oleh mikroorganisme Pneumo-


cystic carinii

6. Diare kronis yang berkepanjangan.

7. Sakit kepala.

8. Munculnya bintik-bintik putih di lidah atau di mulut.

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular

melalui enam cara penularan, yaitu:

a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS

Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita

HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual


9

berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai

selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam

cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELEKSI,1995 dalam

Nursalam.2007). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada

dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk

masuk ke aliran darah pasangan seksual

b. Ibu pada bayinya

Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).

Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke

bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum

ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai

35%, sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan

mencapai 50% (PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007). Penularan juga

terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak

antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi

maternal saat melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2007).

Semakin lama proses melahirkan, semakin besar resiko penularan.

Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio

caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain

terjadi selam periode post partum melaui ASL Resiko bayi tertular

melalui ASI dai Ibu yang positif sekitar 10%


10

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular

d. HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke

seluruh tubuh.

e. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril

Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan

alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang

terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak

terinfeksi HIV,dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak

terinfeksi HIV bisa Menular HIV

f. Alat-alat untuk menoreh kulit

Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat

seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa

menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan

terlebih dahulu.

g. Menggunakan jarum suntik secara bergantian

Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang

digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat

berpotensi menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU

secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk,

dan gelas pengoplos obat. sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan

HIV.
11

4. Manifestasi Klinis

Orang-orang yang menderita HIV akan mengalami berbagai masalah,

mulai dari munculnya bermacam-macam gejala fisik hingga masalah sosial di

kehidupan penderitanya. Penderita yang positif HIV akan mulai menemui

banyaknya tekanan dari lingkungannya, seperti pengucilan atau cemoohan,

dan diskriminasi di berbagai lini seperti dunia. kerja atau pendidikan,

pengobatan seperti operasi, bahkan di dalam rumahnya sendiri.

Berbagai masalah sosial selama ini timbul karena pemahaman yang

keliru. Masyarakat menduga bahwa bergaul dengan pengidap HIV akan

sangat membahayakan.. Ternyata, hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena

berinteraksi atau melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan berpelukan,

tidak dapat memindahkan virus HIV, kecuali seperti cara-cara yang telah

disebutkan di etiologi.

Dengan banyaknya faktor yang telah dipaparkan di atas, masyarakat

seharusnya tidak mengucilkan penderita, karena sikapnya justru membuat

para pengidap HIV terbatasi dalam melakukan kebaikan, seperti berbagi

pengetahuan dan pengalamannya melalui sosialisasi atau penyuluhan. Padahal

informasi dari mereka sangat berguna sebagai sebuah upaya pencegahan yang

paling tepat dan benar.

Gejala-gejala yang bisa timbul karena adanya HIV dibagi ke dalam

empat hal berdasarkan stadium atau tingkat keparahannya, yaitu:


12

a. Stadium I

Penderita belum merasakan gejala apa pun. sehingga aktivitasnya

masih berjalan lancar.

b. Stadium II

Penderita sudah memiliki gejala-gejala seperti, adanya infeksi

saluran pernapasan seperti sinusitis, berat badan mulai menunjukkan

penurunan, terdapatnya herpes zoster, dan kelainan pada mulut dan kulit.

Meski telah memiliki gejala, penderita masih mampu menjalani aktivitas

seperti biasanya.

c. Stadium III

Penderita memiliki gejala-gejala seperti, demam berkepanjangan,

diare kronis berkepanjangan, terdapatnya bercak putih dan berambut pada

mulut. badan semakin kurus karena mengalami penurunan sampai 25%,

kandidiasis mulut, terjangkit pneumoni, dan masalah pada paru-paru

seperti tuberkulosis.

d. Stadium IV

Pada tahap akhir, penderita akan mengalami limfoma (non-

Hodgkin), dan karsinoma sel skuamosa yang bisa ditemukan di anus dan

mulut.
13

5. Komplikasi HIV / AIDS

Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS

menyerang paling banyak pada bagian tubuh seperti:

a. Lesi mulut

Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia. herpes simpleks.

sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral,

penurunan berat badan, keletihan, dan cacat.

b. Neurologik

Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia

AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan

isolasi sosial. Enselopaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia,

hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensepalitis.

Dengan efek seperti sakit kepala, malaise demam, paralise, total/parsial,

infrak serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

c. Gastrointestinal

Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti;

diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,

dan sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia,

demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus,

limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik.


14

Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam

atritis. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

perianal yang sebagai akibat infeksi dengan efek inflamasi sulit dan sakit,

nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.

d. Respirasi

Infeksi karena pneumocitis. carinii, cytomegalovirus. virus

influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,

batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional tahu 2003,

komplikasi yang terjadi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

1. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru


2. Kandidiasis esofagus
3. Kriptokokosis ekstra paru
4. Kriptosporidiosis intestinal kronis >1 bulan
5. Rinitis CMV (gangguan penglihatan)
6. Herpes simpleks, ulkus kronik >1 bulan
7. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru
8. Ensefalitistoksoplasma

6. Patofisiologi

HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, yaitu

secara vertikal, horizontal, dan transeksual. HIV dapat men- capai sirkulasi

sistemik secara langsung diperantarai benda tajam yang mampu menembus

dinding pembuluh darah. Secara tidak langsung, HIV masuk melalui kulit dan

mukosa yang tidak intake seperti pada kontak seksual. Ketika berada dalam
15

sirkulasi siste mik, yaitu 4-11 hari sejak pertama terkena HIV dapat dideteksi

di dalam darah. Selama sirkulasi sistemik terjadi viremia diser- tai dengan

gejala dan tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri

kepala, nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, su lit tidur, batuk-pilek, dan

lain-lain.

Keadaan seperti ini disebut sin drom retroviral akut. Pada fase ini mulai

terjadi penurunan CD4 dan peningkatan HIV-RNA viral load. Viral Load

akan meningkat dengan cepat pada awal infeksi, dan akan turun sampai pada

titik tertentu.Semakin berlanjutnya infeksi, viral load secara perlahan cend

erung terus meningkat Keadaan tersebut akan diikuti penurunan CD4 secara

perlahan dalam waktu beberapa tahun, dengan laju penurunan CD4 yang lebih

cepat pada kurun waktui.5-2.5 tahun, sebelum akhirnya jatuh ke stadium

AIDS Sel T4 terdapat pada cairan tubuh tertentu, seperti darah; air mani dan

cairan lain yang keluar dari alat kelamin pria kecuali air seni: cairan vagina;

dan cairan leher rahim. HIV pernah ditemu- kan pada air ludah tetapi sampai

saat ini belum ada bukti HIV menular melalui air ludah.

Orang yang terinfeksi HIV diperlukan waktu 5-10 tahun un tuk sampai

ke tahap AIDS Pertama kali virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia yaitu

selama 2-4 minggu. Keberadaan virus terse but belum dapat terdeteksi melalui

pemeriksaan darah. Jumlah CD4 lebih dari 500 sel/ul. maka disebut tahap

periode jendela.
16

Tahap HIV positif melalui pemeriksaan darah terdapat virus HIV tetapi

secara fisik penderita belum menunjukkan adanya gejala atau kelainan khas.

Kondisi tersebut dapat menularkan virus ke orang lain.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi

HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah seseorang yang ter- infeksi HIV dengan

jumlah CD4 < 200μL meskipun tanpa adanya gejala yang terlihat atau juga

tanpa infeksi oportunistik. HIV dapat ditularkan melalui paparan darah yang

terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, kontak seksual, dan ditularkan

oleh ibu-ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya atau melalui

laktasi.Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat.

Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp4: dapat

memperantarai fusi membran virus ke membran sel. Dua ko-reseptor

permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan agar glikoprotein gp120 dan

gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan

perubahan konformasi, sehingga Xp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.

Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV.

Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfung si sebagai reservoir

untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh v rus HIV bersifat politronik dan

dapat menginfeksi beragam se! manusia, seperti sel Natural Killer (NK),

limfosit B, sel endotel. sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia,

dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfungsi dengan limfosit CD4,

maka akan berlangsung serangkaian proses kompleks, kemudian akan

terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.


17

Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan

provirus atau akan mengalami siklus-siklus replikasi se- hingga menghasilkan

banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat menimbulkan

sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk apoptosis (kematian sel

terprogram), anergi (penceg han fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan

sinsitium (fusi sel).oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV akan menyerang

limfosit CD4.

7. Faramakologi

a. Terapi antiretroviral (ARV)

Terapi antiretroviral berfungsi untuk memperlama/menghambat

perkembangan dari virus HIV sehingga perkembangan menuju AIDS bisa

dalam waktu lama. Pengobatan biasanya dimulai ketika CD4 menurun,

begitu seseorang start melakukan pengobatan HIV menggunakan ARV

maka penderita harus meminum obat tersebut seumur hidup secara rutin

dan jangan sampai terlewat/putus obat tujuannya untuk menjaga jumlah

kadar CD4 dalam tubuh dan mempertahankan kekebalan tubuh (Nursalam

& Ninuk, 2013).

b. Golongan Obat ARV

Menurut Desmawati.2013 dijelaskan ada beberapa golongan dari

obat ARV antara lain yaitu:

1). Penghambat Trankriptase Balik Nukleosida (NRTI)

Jenis-jenis obat HIV berdasarkan nama generic:


18

a). Zidovudin

b). Didanosin

c). Zalzitabine

d). Stavudin

e). Lamivudne

f). Abacavir Tenofovir

2). Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) termasuk

golongan ini adalah Tenofir (TDF).

3). Non-Nuleuside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)

golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan

RNA menjadi DNA dengan mengikat reverse transcriptase sehingga

tidak berfungsi.

Golongan Non-nucleoside membalikkan transkriptase inhibitor

berdasarkan ama genetic:

a). Nevairavin

b). Delavirdin

c). Efavirenz

d). Penghambat protease (PI)

Menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi memotong DNA

yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang besar untuk

memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini :


19

a). Indinafir

b). Nelvinavir (NFV)

c). Squinavir (SQV)

d). Ritonavir (RTV)

e). Amprenavir (APV)

f). Leponavir ritonavir (LPV/R)

4). Penghambat Fusi

Menghambat menempelnya virus dengan sel Imfosit melalui sel

CD4. Fusion inhibitor iniyang termasuk golongan ini adalah

Enfuvirtide (T-20).

c. Vaksin dan Rekonstruksi Imun

Tantangan terapiutik untuk pengobatan AIDS tetap ada.Sejak agen

penyebab infeksi HV dan AIDS dapat diisolasi, pengembangan vaksin

telah diteliti secara aktif. Upaya upaya rekontruksi imun juga sedang

diteliti dengan agen tersebut seperti interferon, Penelitian yang akan

datang tidak di ragukan lagi untuk menghasilkan obat-obat tambahan dan

protocol tindakan terhadap penyakit ini (Desmawati, 2013).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dibagi menjadi dua yaitu untuk me diagnosis

HIV/AIDS, dan untuk mendeteksi gangguan siste imun.


20

a. Tes untuk mendiagnosis HIV/AIDS yaitu sebagai berikut.

1). ELISA

2). Noda Barat

3). Tes antigen P24

4). Budaya HIV

b. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun yaitu sebagai be rikut.

1). Hematokrit

2). LED

3). Rasio CD4/CD Limfosit

4). Mikroglobulin serum B2

5). Hemoglobin

9. Penatalaksanaan

Meski diduga belum memiliki penanganan atau peng obatan yang bisa

menyembuhkan penderita bebas dari HIV sepenuhnya, tetapi beberapa

penanganan dapat diterapkan agar HIV tidak berlanjut pada stadium yang

lebih parah atau berubah menjadi AIDS. Menurut Fahmi (2015), RSCM

Jakarta memiliki pengobatan khusus HIV, yang diproduksi langsung oleh

POKDISUS RSCM. Pengobatan tersebut adalah tiga obat antiretroviral yang

dikonsumsi secara bersamaan, yaitu:


21

a). Zidovudin (AZT) dengan dosis 500 sampai 600 mg sehari/ons.

b). Lamivudin (3TC) dengan dosis 150 mg sehari/ons.

c). Nevirapin dengan dosis 200 mg sehari dikonsumsi satu dan

dilakukan selama 14 hari. Selanjutnya mengonsumsi dengan dosis

dua kali 200 mg/hari.

Selain menggunakan tiga obat yang disebutkan di atas. ada satu jenis

obat lagi yang dapat dikonsumsi penderita HIV, yaitu Antiretroviral (ARV).

Obat jenis ini tidak bisa menghilangkan virus pada penderita, tetapi sangat

berguna untuk memperlambat pertumbuhan virus di dalam tubuh.) ARV harus

dikonsumsi dengan obat lainnya yang masih tergolong jenis ARV, karena

pada beberapa kasus, HIV sangat kebal terhadap ARV. Beberapa jenis obat

yang tergolong ARV, adalah:

a. Protease Inhibitors, berguna untuk menghancurkan protease yang


merupakan salah satu jenis protein HIV. sehingga virus HIV tidak bisa
menggandakan diri.
b. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI),
kegunaannya sama seperti protease ingibitors, yaitu untuk
menghambat virus HIV menggandakan diri, karena NNRTI memutus
rantai protein yang dibutuhkan virus.Integrase Inhibitors, berguna
untuk menghancurkan integrase yang merupakan salah satu jenis
protein HIV, sehingga tidak dapat memasukkan virus ke dalam sel-sel
CD4
c. Entry Inhibitors, kegunaannya sama dengan ARV jenis integrase
inhibitors, yaitu untuk mencegah virus HIV masuk ke dalam sel-sel
CD4.
22

d. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI). berguna untuk


memperlambat pertumbuhan virus HIV di dalam tubuh Asuhan
Keperawatan.

10. WOC
23

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan

yang besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi

sasaran infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh

komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi

penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama,umur,hub dengan pasien,pekerjaan

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori

ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada

pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3

bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus,

penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan,
24

infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida

Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh,

munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh

tubuh.

Alasan masuk rumah sakit

Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS

adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan
drastis.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama.


Adanya riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang


menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua
yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN

Persepsi terhadap penyakit :Pada pasien HIV AIDS tata nilai


keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka menggap hal
25

menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan


status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan
kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal
penting dalam hidup pasien.

4. POLA NUTRISI/METABOLISME

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan,

mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB

yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).

5. POLA ELIMINASI

Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.

6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN

Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami

perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti

bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan

masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya

ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur

mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada

malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan

depresi pasien terhadap penyakitnya.


26

8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan,

dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya

ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan

kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.

9. POLA PERAN HUBUNGAN

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang

dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau

harga diri rendah.

10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI

Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya

terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui

hubungan seksual.

11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas,

depresi, dan stres.

12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES

Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah

dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan,

perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak berdaya karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,

kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita

tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.


27

13. POLA KEYAKINAN NILAI

Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan

berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan

perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien,

dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.

B. PEMERIKSAAN FISIK

a. Gambaran Umum :

ditemukan pasien tampak lemah.

b. Kesadaran pasien :

Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan Tingkat

kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.

c. Vital sign :

TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal


Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan : Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan Meningkat
Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena Demam.
28

d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)

TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)

e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis

Seboreika

f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,

Pupil isokor, reflek pupil terganggu,

g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.

h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak

Putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.

i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi

jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran

kelenjer getah Bening,

j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan

k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada

Pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek

(cusmaul), Sesak nafas (dipsnea).

l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif

m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda

Lesi (lesi sarkoma kaposi).


29

n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral

dingin.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Diagnostik

a. ELISA

b. noda Barat

c. Tes antigen P24

d. Budaya HIV

2. Laboratorium

a. Rapid test:

b. ELISA test

c. Western blot test:

3. TERAPI

Terapi antiretroviral

4. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Diagnosa memiliki dua arti pertama diagnosa adalah tahap kedua dari

proses keperawatan yang mencangkup analisa data kedua diagnosa adalah

label spesifik atau pernyataan yang menggambarkan tentang status kesehatan

kelainan dan keluarganya diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik

tentang respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual atau potensial diagnosis keperawatan

merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah


30

ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab diagnosa keperawatan

adalah respon individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri sendiri

maupun luar (lingkungan).

Diagnosa keperawatan juga bermanfaat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif memberikan kesatuan bahasa dalam profesi

keperawatan meningkatkan komunikasi antar sejawat atau profesi kesehatan

lainnya dan membantu merumuskan hasil yang diharapkan atau tujuan yang

tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan sehingga pemilihan

intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan

evaluasi,Kemungkinan diagnosa keperawatan paliatif yang mungkin timbul

pada penyakit HIV/AIDS yaitu:

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Hipersekresi Jalan Nafas


b. Diare b.d inflamasi gastrointestinal
c. Gangguan Pola. Tidur b.d Kurangnya Kontrol Tidur

5. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa (SLKI) (SIKI)


Keperawatan
1. Bersihkan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
napas tidak intervensi 1 x 24 jam maka Tindakan
efektif b.d di dapatkan hasil bersihan Observasi
hipersekresi jalan napas dengan kriteria -Montior pola nepos
hasil : (frekuensi, kedalaman, usaha
- batuk efektif ,meningkat napas)
-produksi sputum ,menurun
-frekuensi napas,membaik -Monitor bunyi napas
31

-pola napas,membaik tambahan (mis gurgling,


mangl, wheezing, conkhi
kering) Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
-Pertahankan kaptenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift
-Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
-Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
-Lakukan penghiapan lendir
kurang dari 15 delik
- Berkan oksigen, jika perlu
Edukasi
-Anjurkan asupan caran 2000
inihan, jika tidak
kontraindikas
-Ajarkan teknik batu efektif
Kolaborasi
-Kolaborasi pemitieran
bronkodiutor, ekspektoran,
mukolik, jika perlu.

2. Diare b.d Eliminasi fekal Manajemen Diare


inflamasi Setelah dilakukan Tindakan
gastrointestinal intervensi keperawatan Observasi
maka di dapatkan hasil -Identikas penyebab Diare
32

eliminasi fekal dengan (mis inflamasi


kriteria hasil: gastrointestinal, Iritas
-konsistensi feses,membaik gastrointestinal, proses infeks,
-frekuensi malabsorpsi, anselas, stres,
defekasi,membaik elek obat-obatan pemberian
-peristaltik usus,membaik botol susu)
-Idantes riwayat pemberian
makanan
-Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi
tinja
-Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis talarda,
nadi teraba lemah, tekanan
darah turun, turgor kult turun,
mukosa mulut karing. CRT
melambat, BB menurun)
-Monitor jumlah pengeluaran
diare
Terapeutik
-Berikan asupan cairan oral
(mis tarutan garam guls,
oralit, pediatyte, renatyte)
-Pasang jalur intravenal
-Berikan cairan intravena (mis
ringer asetat, ringer laktat),
jika perlu
-Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
33

dan elektrolit
-Ambil sampel feses untuk
kultur, jika pertu
Edukasi
-Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
-Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat
pengeras fases (mis. atapulgt,
smektit, kaolin-peklin)

3. Gangguan pola Pola tidur Dukungan Tidur


tidur Setelah dilakukan Tindakan
intervensi selama 1 x24 Observesi
jam maka status -Identifikasi pola aktivitas dan
kenyamanan dengan tidur
kriteria hasil : -Identifikasi faktor
-gelisah ,menurun pengganggu tidur(fisik
-keluhan sulit tidur dan/atau psikologis)
,menurun Terapeutk
-pola tidur,membaik -Modifikasi lingkungen (mis
34

pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur)
-Batasi waktu tidur siang,jika
perlu
-Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
Edukasi
-Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
-Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
35

Lampiran Petunjuk pengisian Format Pengkajian


PETUNJUK PENGISIAN

FORMAT PENGKAJIAN KESEHATAN

FUNGSIONAL GORDON

1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan


Menggambarkan persepsi pasien dan manajemen dalam mempertahankan
kesehatan/kesejahteraan
a. Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini
b. Alasan kunjungan dan harapan
c. Gambaran terhadap penyakit dan penyebabnya dan penangganan yang
dilakukan
d. Kepatuhan terhadap pengobatan
e. Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
f. Penggunaan obat resep dan warung
g. Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan
frekuensi (misal : rokok, alkohol)
h. Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari dan faktor resiko
timbulnya penyakit
i. Gambaran kesehatan keluarga
2. Pola nutrisi-metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elekrolit, kondisi
kulit, rambut, kuku, gigi, keadaan menyusui dan pola pemberian makan pada
infant
a. Gambaran yang biasa dimakan (pagi, siang, sore, snack)
b. Tipe dan intake cairan
c. Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
d. Penggunaan obat diet
e. Makanan kesukaan, pantangan, alergi
36

f. Penggunaan suplemen makanan


g. Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bulan
h. Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak, gatal)
i. Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j. Adanya faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori, penurunan mobilitas)
3. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eksresi dan fungsi usus, kandung kemih dan kulit
a. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b. Adakah masalah dalam proses miksi
c. Adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
d. Gambaran pola BAB dan karakteristik
e. Adakah masalah dalam BAB
f. Adakah penggunaan alat bantu untuk BAB
g. Bau badan, keringat berlebihan, lesi dan pruritus
4. Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olah raga
b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada, palpitasi, nyeri pada tungkai serta gambarkan
d. Gambaran dalam pemenuhan ADL
1) Level fungsional (0-IV)
2) Kekuatan otot (1-5)
5. Pola tidur-istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi
a. Berapa lama tidur di malam hari
b. Jam berapa tidur-bangun
37

c. Apakah terasa efektif


d. Adakah kebiasan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6. Pola kognitiff-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan
a. Kemampuan menulis dan membaca
b. Kemampuan berbahasa
c. Kemampuan belajar
d. Kesulitan dalam mendengar
e. Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f. Bagaimana visus
g. Adakah keluhan pusing dan bagaiman gambarannya
h. Apakah mengalami insensivitas terhadap dingin, panas dan nyeri
i. Apakah merasa nyeri (skala, karakteristik, PQRST)
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
a. Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b. Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
c. Apa hal yang menjadi pikiran
d. Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut dan bagaiman
gambaranya
8. Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran keluarga lainnya
a. Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
b. Apakah mempunyai orang dekat? Bagaimana kualitas hubungan?
Puas?
38

c. Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling


keterikatan
d. Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e. Apakah mempunyai kegiatan sosial
9. Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas reproduksi
a. Apakah kehidupan seksual aktif
b. Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c. Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
d. Khusus wanita :TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/menopause,
riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid
10. Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung
a. Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir
b. Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
c. Apakah ada orang lain tempat berbagi? Apakah orang tersebut ada
sampai sekarang?
d. Apakah ada selalu santai/tegang setiap saat
e. Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11. Pola nilai-keyakinan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
a. Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
b. Adakah tujuan, cita-cita, rencana di masa yang akan datang
c. Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d. Apakah agama merupakan hal yang penting dalam hidup?Gambarkan
39

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang

menyebabkan infeksi HIV, sedangkan AIDS atau Acquired Immunodeficiency

Syndrome adalah tahap infeksi HIV paling tinggi. Dengan kata lain, HIV adalah

virus yang dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

jika tidak diobati. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dapat

menyingkirkan HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika

seseorang sudah terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya (seumur

hidup) berada didalam tubuh Klasifikasi HIV/AIDS pada seorang dewasa

menurut Centers For Disease Control (CDC) dapat dibagi menjadi bagian (Kana,

2017) yaitu Infeksi HIV akut, Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis, Peristen

Generalized Lymphadenopathy (PGL), AIDS.


40

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Tindakan Keperawatan Edisi1. Jakarta: Dewan
Pengurusan Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Defnisidan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Ratnawati, Ana.(2018).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Reproduksi.Yogyakarta.Pustaka Baru Press.
Haryono, Rudi dan Maria Putri Sari Utami.2020.Keperawatan Medikal Bedah
2.Yogyakarta.Pustaka Baru Pr

You might also like