Pengaruh Suhu Perendaman Dalam Larutan Garam Terhadap Kandungan Kalsium Oksalat Tepung Keladi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)

Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

Pengaruh Suhu Perendaman Dalam Larutan Garam Terhadap


Kandungan Kalsium Oksalat Tepung Keladi
(Xanthosoma Sagittifolium)
The Effect of Salt Solution Temperature on Calcium Oxalate of Corms (Xanthosoma
Sagitifolium) Flour

Putri Nathasya br Lahi 1*, I Putu Suparthana1, I Nengah Kencana Putra1

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

*Penulis korespondensi: I Putu Suparthana, Email: suparthana@unud.ac.id

Abstract
The potential for the use of taro as a food ingredient and raw material for the food industry has
enormous opportunities, given the very affordable price of taro and its processing into flour which is quite
simple for the community and industry to do. This study aims to determine the effect of salt (NaCl)
solution temperature which used for immersion of the corms (Xanthosoma sagitifolium) to decrease the
oxalate compound. The experiment was designed as a Completely Randomized Design with 28°C (room
temp.), 60°C, 70°C, 80°C and 90°C as the treatments. All treatments were repeated 3 times so that 15
experimental units were obtained. The data were analyzed by using a variance analysis tool, and for the
treatment showing significant effect was continued to be analyzed by using Duncan Multiple Range Test.
The results indicated that temperature of salt solution has a significant effect on water content, calcium
oxalate, yield and color of the flour which proceed from the corms. The flour produced from the corm
which previously immersed in salt solution with temperature of 90°C has calcium oxalate content of
0.38%.
Keywords : Corms, flour, calcium oxalate, immersion temperature, salt

PENDAHULUAN dan daerah lain di Indonesia adalah keladi


Penganekaragaman pangan terutama (Xanthosoma sagittifolium).
dari bahan umbi-umbian lokal merupakan Potensi pemanfaatan keladi sebagai
bagian dari program pemerintah RI dalam bahan pangan dan bahan baku industri
bidang ketahanan pangan. Umbi-umbian pangan memiliki peluang yang sangat
lokal yang diolah menjadi tepung besar, mengingat harga keladi yang sangat
merupakan salah satu cara untuk terjangkau dan pengolahannya menjadi
memenuhi kebutuhan bahan pangan dan tepung cukup sederhana untuk dilakukan
bahan baku industri pangan dan untuk masyarakat maupun industri. Keuntungan
mengurangi import terigu yang memakan dari pengolahan keladi menjadi tepung
devisa negara (Aptindo, 2009). Salah satu adalah memiliki umur simpan yang lebih
umbi lokal yang banyak terdapat di Bali lama, efisien dalam penggunaan serta
penyimpanannya, juga praktis dalam proses

56
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

pendistribusiannya. Selain keuntungan Penggunaan senyawa kuat seperti asam


tersebut, tepung keladi juga mudah dapat mempengaruhi cita rasa tepung yang
diaplikasikan dalam bahan pangan sebagai juga akan berpengaruh pada produk pangan
pensubstitusi bahan dasar. Produk yang yang dihasilkan terutama pada aspek rasa.
dapat dikembangkan dengan substitusi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
tepung keladi antara lain adalah cookies, Widya (2011) diketahui pengurangan
cake, roti, dan olahan tepung lainnya. senyawa oksalat pada tepung keladi dapat
Kendala pengolahan keladi sebagai dilakukan dengan merendam keladi pada
bahan pangan dan bahan baku industri suhu ruang dalam larutan garam (NaCl)
pangan adalah adanya kandungan oksalat dengan konsentrasi 15% selama 30 menit.
sebesar 1.740 mg/100 g (Hardiati, 2014). Cara ini cukup sederhana dan mudah dalam
Kondisi ini juga terdapat pada umbi-umbian aplikasinya, namun demikian tepung yang
lainnya seperti talas bogor yang dihasilkan memiliki kandungan total
mengandung oksalat sebesar 11,2292 senyawa oksalat yang tinggi sebesar
mg/100 gr (Purwaningsih dan Kuswiyanto, 726,3989 mg/100g. Selain itu, penurunan
2016) atau 8578,28 ppm (Mayasari, 2010). kandungan oksalat pada tepung keladi
Batas aman konsumsi kalsium oksalat bagi belum bisa mendekati nilai kandungan
orang dewasa adalah 0,60-1,25 g per hari oksalat pada penelitian Maulina (2012)
selama 6 minggu berturut-turut (Knudsen et sebesar 1.096,2 mg/100g dan pada
al., 2008). Senyawa oksalat ini penelitian Chotimah (2013) sebesar 1.258
menimbulkan sensasi gatal pada mulut saat mg/100g.
memakan keladi. Konsumsi berlebihan Metode perendaman dengan larutan
senyawa oksalat dapat mengakibatkan garam lebih mudah untuk diaplikasikan dan
masalah pada ginjal sehingga perlu bahannya lebih mudah didapat. Aplikasi
mendapat perhatian dalam pemanfaatan larutan garam menggunakan prinsip
keladi sebagai bahan pangan. saltingout. Vakuola yang membungkus
Berbagai penelitian telah dilakukan kristal-kristal oksalat dalam sel-sel keladi
dalam upaya untuk mengurangi atau bisa pecah oleh konsentrasi larutan garam
menurunkan kandungan senyawa oksalat yang menyebabkan kristal-kristal oksalat
pada umbi-umbian. Ridal (2003) telah keluar dan berikatan dengan garam,
mencoba menurunkan senyawa oksalat kemudian mengendap dalam larutan garam
pada tepung talas bogor yang dilakukan tersebut (Widya et al, 2011). Endapan
dengan cara merendam talas pada larutan kristal oksalat ini akan terbuang pada tahap
asam khlorida 0,25% (b/v) dan asam sitrat pembilasan.
konsentrasi 0,15% selama 4 menit.

57
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

Pada penelitian ini akan diteliti yang digunakan adalah NaCl teknis, HCl
pengaruh suhu perendaman keladi dalam 4 N, pp (phenol ptelein), NaOH 50%,
larutan garam, karena perendaman dengan NaOH 1 N, anthrone, H2SO4 20%, KI
aplikasi panas/suhu dalam pembuatan 20% , Na-thiosulfat, HNO3, Ca, Etanol
tepung diduga dapat mempercepat atau 95%, Asam asetat 1 N, Larutan iod,
memperbanyak berkurangnya senyawa Standar Glukosa, Standar Amilosa.
oksalat. Penelitian ini bertujuan untuk Rancangan Percobaan
mengetahui pengaruh suhu perendaman Penelitian ini menggunakan adalah
terhadap kalsium oksalat tepung keladi dan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
suhu perendaman yang tepat untuk perlakuan suhu perendaman yang terdiri
mendapatkan tepung keladi dengan dari 5 taraf. Taraf perlakuan dalam
kandungan kalsium oksalat terendah. pembuatan tepung keladi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut: Suhu ruang (P0),
METODE 60°C (P1), 70°C (P2), 80°C (P3) dan 90°C
Alat dan Bahan (P4). Masing-masing perlakuan diulang
Alat yang digunakan dalam penelitian sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit
ini adalah: Cawan stainless, AAS Atomic percobaan. Data yang diperoleh dianalisi
Absorption Spectrophotometry (Shimadzu dengan sidik ragam dan apabila terdapat
AA-7000), oven (Cole-Parmer), desikator, perbedaan nyata terhadap variabel yang
cawan porselin, destilator (Behrotest S3), diamati dilanjutkan dengan uji Duncan
erlenmeyer (Pyrex), kertas saring, tabung (Gomez dan Gomez, 1995).
reaksi (Pyrex), labu takar (Pyrex), Pelaksanaan Penelitian
aluminium foil, gelas ukur (Pyrex), Persiapan bahan
timbangan analitik (Shimadzu ATY224), Bahan yang digunakan adalah keladi
colorymeter (Accu Probe HH06), pipet yang berkualitas baik atau tidak
volume, pipet tetes, ayakan 60 mesh, mengalami cacat secara fisik. Keladi dibeli
eksikator, beaker glass (Pyrex), dan dari petani di Payangan, Kabupaten
kertas label, Water bath (Thermology), Gianyar. Keladi dicuci bersih, dikupas,
stirer, ruang penyimpanan dingin, pisau, lalu diiris tipis-tipis dengan ketebalan
slicer, baskom, blender. kurang lebih 1-2 mm, dengan tujuan untuk
Bahan yang digunakan dalam mempercepat proses pengeringan.
penelitian ini adalah bahan baku berupa Pembuatan Larutan NaCl
keladi yang dibeli langsung dari petani di Larutan NaCl yang dibuat adalah
Payangan, Kabupaten Gianyar , garam konsentrasi NaCl 5% dibuat dengan cara
(Dolpin) dan bahan kimia. Bahan kimia menimbang 50 g NaCl, dilarutkan dengan

58
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

aquades dalam labu takar 1000 ml, bisa dipatahkan dengan tangan,
ditambahkan aquades sampai tanda tera. selanjutnya bahan diblender sampai
Perendaman irisan keladi pada larutan halus, dan diayak menggunakan ayakan
NaCl tepung dengan ukuran 60 mesh.
Perendaman irisan keladi Parameter yang diamati
dilakukan dengan perbandingan 1:4. Jadi Parameter yang diamati yaitu kadar
dalam setiap 1 liter larutan NaCl terdapat air dengan metode oven (AOAC, 1995),
250 g irisan keladi. Ini dilakukan pada kadar abu dengan metode oven (AOAC,
larutan NaCl konsentrasi 5%, dengan suhu 1995), kadar pati dengan metode Anthrone-
perendaman suhu ruang, 60°C, 70°C, 80°C, Sulfat (Anonim, 1999), kadar kalsium
dan 90°C dan perendaman dilakukan oksalat dengan metode AAS (AOAC,1984),
dengan waktu 30 menit. kadar amilosa metode IRRI (AOAC, 1995),
Pembuatan tepung keladi kadar amilopektin (Apriyantoni, 1989),
Irisan keladi direndam dalam larutan rendemen (Aksan, 2000), dan warna (Fabre
NaCl konsentrasi 5% dalam waktu 30 et al., 1993).
menit dan perbedaan suhu yang ditetapkan.
Selanjutnya setiap perlakuan dicuci
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan air bersih lalu ditiriskan, kemudian
Hasil Analisis Bahan Baku
dikeringkan dalam oven pengering dengan
Hasil analisis bahan baku dapat dilihat
suhu ±60°C selama 6 jam sampai benar-
pada Tabel 1.
benar kering dengan tanda irisan keladi

Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air, kadar abu, kadar pati, kadar kalsium oksalat, kadar
amilosa, kadar amilopektin, dan warna dari keladi mentah
Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Warna
Perlakuan Air (%) Abu (%) Pati (%) Kalsium Amilosa Amilopektin (L*)
Oksalat (%) (%) (%)
Keladi 66,55 0,02 90,30 0,73 8,45 81,84 58,98
Mentah

Hasil analisis bahan baku pada diperoleh sebesar 0,73%, kadar amilosa
penelitian menunjukkan kadar air dari yang diperoleh sebesar 8,45%, kadar
keladi sebesar 66,55%. Kadar abu yang amilopektin yang diperoleh sebesar 81,84
diperoleh dari keladi adalah sebesar 0,02%. dan tingkat kecerahan warna L* yang
Kadar abu menunjukkan besarnya jumlah diperoleh adalah 58,98.
mineral yang terkandung dalam bahan. Hasil Analisis Tepung Keladi
Kadar pati yang diperoleh adalah sebesar Nilai rata-rata kadar air, kadar abu,
90,30%, kadar kalsium oksalat yang kadar pati, dan kadar kalsium oksalat

59
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

tepung keladi dapat dilihat pada Tabel 2. kadar air tepung keladi berkisar antara
Kadar Air 6,25% sampai dengan 8,27%. Kadar air
Analisis sidik ragam didapatkan hasil tepung keladi tertinggi terdapat pada
bahwa suhu perendaman berpengaruh nyata perlakuan P1 (60°C) dan kadar air tepung
(P<0,05) terhadap kadar air tepung keladi. keladi terendah pada perlakuan P0 (Suhu
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa ruang).

Tabel 2. Nilai rata-rata kadar air, kadar abu, kadar pati, kadar kalsium oksalat tepung
keladi
Perlakuan Kadar Air Kadar Abu (%) Kadar Pati Kadar Kalsium
(%) (%) Oksalat (%)
P0 (Suhu Ruang) 6,25 ± 0,18a 7,21 ± 2,50a 84,43 ± 6,27a 0,48 ± 0,00a
P1 (60°C) 8,27 ± 0,23d 6,62 ± 0,90a 76,78 ± 3,07a 0,44 ± 0,00b
cd a a
P2 (70°C) 8,11 ± 0,34 6,71 ± 2,62 80,85 ± 1,40 0,42 ± 0,01c
bc a a
P3 (80°C) 7,72 ± 0,28 6,83 ± 0,91 81,02 ± 3,71 0,41 ± 0,00c
b a a
P4 (90°C) 7,53 ± 0,36 7,07 ± 0,14 83,56 ± 4,21 0,38 ± 0,00d
Keterangan: Nilai rata-rata ± standar deviasi (n=3). Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05).

Semakin rendah kadar air suatu tepung dilakukan, maka kadar air yang ada di
maka daya simpannya akan semakin lama dalam bahan tersebut semakin menurun.
karena mikroba dan bakteri sulit untuk Hal ini disebabkan terjadi penguapan air
berkembang biak (Winarno, 2004). Kadar yang sangat besar pada suhu perendaman
air pada tepung keladi ini sudah memenuhi yang tinggi sehingga potongan keladi dapat
SNI tepung secara umum, pada SNI kering dengan sempurna dan kadar air yang
3751:2009 tentang terigu kandungan kadar dihasilkan akan lebih rendah (Candra &
air tepung yang diharapkan adalah tidak Yuwono, 2014). Semakin rendah kadar air
lebih dari 14,5%. semakin baik karena dapat memperpanjang
Rendahnya kadar air disebabkan umur simpan bahan pangan.
karena dalam proses perendaman keladi Kadar Abu
menggunakan larutan NaCl dan suhu Dari analisis sidik ragam didapatkan
perendaman yang tinggi. Larutan NaCl hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh
dapat menurunkan kadar air bahan karena tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu
garam NaCl merupakan zat yang memiliki tepung keladi. Berdasarkan Tabel 2 dapat
tingkat osmotik tinggi. Dengan tingginya dilihat bahwa kadar abu tepung keladi
tingkat osmotik garam NaCl, jika dilarutkan berkisar antara 6,62% sampai dengan
dalam air maka air tersebut akan memiliki 7,21%. Kadar abu tepung keladi tertinggi
tingkat atau konsentrasi yang tinggi. terdapat pada perlakuan P0 (Suhu ruang)
Semakin tinggi suhu perendaman yang dan kadar abu tepung keladi terendah pada

60
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

perlakuan P1 (60°C). Kadar abu pada disebabkan karena semakin tinggi suhu
tepung keladi ini jauh lebih tinggi dari perendaman yang diberikan maka nilai
kadar abu yang ditetapkan oleh SNI kadar kalsium oksalat tepung keladi
3751:2009 tentang terigu. Tingginya kadar semakin rendah. Hal ini diduga karena
abu pada tepung keladi secara umum pemanasan dapat merusak dinding sel dan
disebabkan oleh mineral yang tinggi pula menyebabkan kalsium oksalat keluar yang
pada bahan mentahnya (Sudarmadji, dkk., kemudian larut dalm air panas. Dari nilai
1997). rata-rata tersebut semua tepung keladi yang
Kadar Pati dibuat dalam penelitian ini aman untuk
Dari analisis sidik ragam didapatkan dikonsumsi, karena jumlah kalsium oksalat
hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh yang dapat bersifat meracuni adalah 4-5 g,
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar pati dan yang berakibat fatal pada jumlah 10-15
tepung keladi. Berdasarkan Tabel 2 dapat g (Noonan and Savage, 1999). .
dilihat bahwa kadar pati tepung keladi Penurunan kadar kalsium oksalat
berkisar antara 76,78% sampai dengan karena suhu perendaman terkait dengan
84,43%. Kadar pati tepung keladi tertinggi kelarutan oksalat dalam air yang meningkat
terdapat pada perlakuan P0 (Suhu ruang) pada suhu tinggi. Perendaman dengan suhu
dan kadar pati tepung keladi terendah pada tinggi juga menyebabkan kerusakan pada
perlakuan P1 (60°C). Kadar pati pada kulit umbi keladi dan memudahkan
tepung keladi ini sudah memenuhi SNI keluarnya oksalat terlarut dari dalam umbi
tepung secara umum, pada SNI 3751:2009 ke air perendaman (Albihn and Savage,
tentang terigu kandungan kadar pati tepung 2011).
yang diharapkan adalah minimal 75%. Perlakuan perendaman dengan NaCl,
Kadar Kalsium Oksalat senyawa oksalat yang berkurang akan lebih
Dari analisis sidik ragam didapatkan banyak, hal in disebabkan oleh terurainya
hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh ion-ion NaCl di dalam air menjadi Na+ dan
nyata (P<0,05) terhadap kadar kalsium Cl- yang bersifat magnetik. Kalsium oksalat
oksalat tepung keladi. Berdasarkan Tabel 2 (CaC2O4) dalam air akan terurai menjadi
dapat dilihat bahwa kadar kalsium oksalat Ca2+ dan C2O42-. Ion-ion positif garam
tepung keladi berkisar antara 0,38% sampai Na+ akan mengikat ion negatif kalsium
dengan 0,48%. Kadar kalsium oksalat oksalat C2O42- yang akan membentuk
tepung keladi tertinggi terdapat pada natrium oksalat (Na2C2O4), ion negatif
perlakuan P0 (Suhu ruang) dan kadar pada garam yaitu Cl- akan mengikat ion
kalsium oksalat tepung keladi terendah positif kalsium oksalat Ca2+ yang akan
pada perlakuan P4 (90°C). Hal ini membentuk endapan putih kalsium

61
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

diklorida CaCl2 yang mudah larut dalam hanyut saat proses pembilasan bahan
air. Mekanisme reaksi pengikatannya mentah. Jadi perlakuan terbaik untuk
adalah sebagai berikut (Anonimus, 2010d): mendapatkan tepung keladi dengan kalsium
CaC2O4 + 2 NaCl Na2C2O4 + oksalat terendah adalah P4 (90°C). Nilai
CaCl2 rata-rata kadar amilosa, kadar amilopektin,
Setelah proses perendaman maka rendemen dan warna tepung keladi dapat
natrium oksalat dan kalsium klorida akan dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai rata-rata kadar amilosa, kadar amilopektin, rendemen dan warna tepung
keladi.
Perlakuan Kadar Amilosa Kadar Rendemen (%) Warna
(%) Amilopektin (%) (L*)
P0 (Suhu Ruang) 20,45 ± 2,03a 63,97 ± 7,52a 14,72 ± 0,10a 69,69 ± 0,47a
P1 (60°C) 23,44 ± 4,71a 53,33 ± 4,25b 11,23 ± 0,33b 68,80 ± 0,14b
P2 (70°C) 23,30 ± 3,86a 57,55 ± 4,33ab 10,28 ± 0,22c 68,66 ± 0,13b
P3 (80°C) 21,40 ± 1,37a 59,60 ± 2,34ab 10,06 ± 0,44c 68,75 ± 0,40b
P4 (90°C) 20,59 ± 2,30a 62,96 ± 2,79a 9,93 ± 0,34c 68,28 ± 0,40b
Keterangan: Nilai rata-rata ± standar deviasi (n=3). Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05).

Kadar Amilosa Kadar Amilopektin


Dari analisis sidik ragam didapatkan Dari analisis sidik ragam didapatkan
hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar nyata terhadap kadar amilopektin tepung
amilosa tepung keladi. Berdasarkan Tabel 3 keladi. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
dapat dilihat bahwa kadar amilosa tepung bahwa kadar amilopektin tepung keladi
keladi berkisar antara 20,45% sampai berkisar antara 53,33% sampai dengan
dengan 23,44%. Kadar amilosa tepung 63,97%. Kadar amilopektin tepung keladi
keladi tertinggi terdapat pada perlakuan P1 tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (Suhu
(60°C) dan kadar amilosa tepung keladi Ruang) dan kadar amilopektin tepung
terendah pada perlakuan P0 (Suhu ruang). keladi terendah pada perlakuan P1 (60°C).
Kadar amilosa menurun setelah Rendemen
perendaman dengan suhu panas. Penurunan Dari analisis sidik ragam didapatkan
disebabkan permeabilitas membran sel hasil bahwa suhu perendaman berpengaruh
bahan terganggu selama proses perendaman nyata (P<0,05) terhadap rendemen tepung
dalam suhu panas dan larutan NaCl keladi. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
sehingga amilosa yang bersifat larut akan bahwa rendemen tepung keladi berkisar
keluar dari bahan bersama dengan air antara 9,93% sampai dengan 14,72%.
(Puspasari, 2012). Rendemen tepung keladi tertinggi terdapat

62
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

pada perlakuan P0 (Suhu Ruang) dan semakin rendah pula tingkat kecerahan
rendemen tepung keladi terendah pada warna L* pada tepung keladi. Perlakuan P4
perlakuan P4 (90°C). Perlakuan P0 (90°C) yang memberikan warna L* dengan
memberikan hasil rendemen yang lebih tingkat kecerahan paling rendah, hal itu
tinggi, hal ini disebabkan karena diduga karena perendaman dengan suhu
perendaman dengan suhu ruang (kontrol) panas mengakibatkan warna tepung keladi
sehingga kandungan dalam keladi tidak lebih rendah.
banyak yang hilang. Semakin tinggi suhu
perendaman maka akan semakin rendah KESIMPULAN
pula rendemen pada tepung keladi, hal Kesimpulan
tersebut diduga karena selama proses Berdasarkan penelitian yang telah
perendaman terdapat senyawa larut dalam dilakukan hasil yang didapatkan
air yang keluar sehingga mengurangi massa menunjukkan bahwa suhu perendaman
tepung akhir yang dihasilkan dan ada tepung keladi berpengaruh nyata terhadap
bagian dari keladi yang terlarut dan kadar air, kalsium oksalat, kadar
terdegredasi dengan suhu panas sehingga amilopektin, rendemen dan warna tepung
mempengaruhi berat keladi. keladi, namun tidak berpengaruh nyata
Warna L* terhadap kadar abu, kadar pati, dan kadar
Nilai L* (Lightness) dalam uji warna amilosa tepung keladi. Hasil penelitian
menggunakan chromameter menunjukkan menunjukkan bahwa suhu perendaman
intensitas terang atau gelap suatu bahan 90°C merupakan suhu terbaik untuk
pangan. Nilai yang dihasilkan dari alat menghasilkan kadar kalsium oksalat
chromameter yaitu interval angka 0 sampai terendah pada tepung keladi yaitu sebesar
100 dimana semakin kecil nilai yang 0,38%.
dihasilkan, maka warna dari bahan pangan
akan semakin gelap atau hitam, sedangkan DAFTAR PUSTAKA
semakin tinggi nilai yang dihasilkan akan
Albhin, P. B. E. dan Savage, G. P. 2001. The
semakin terang atau putih (Maureen S.B. et Effect of Cooking on The Location and
Concentration of Oxalate in Three
al., 2016). Dari analisis sidik ragam
Cultivar of New Zealand-Grown Oca
didapatkan hasil bahwa suhu perendaman (Oxalis tuberose Mol), Journal of The
Science of Food and Agriculture, 81,
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna 1027-103.
tepung keladi. Berdasarkan Tabel 3 dapat AOAC. 1984. Official Methods of Analysis.
12th edition. Association of Official
dilihat bahwa warna tepung keladi berkisar Analytical Chemists. Washington, DC.
antara 68,28 sampai dengan 69,69. Semakin
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis.
tinggi suhu perendaman maka akan Fifteenth Edition. Published by the
AOAC, Inc., Suite 400, 2200 Wilson

63
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

Boulevard, Arlington, Virginia 2220, Diponegoro Semarang. 6(2): 1-4.


USA.
Dianty, A. 2017. Pengaruh Jenis
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Pengeringan dan Lama Pengeringan
Sedarnawati, dan S. Budijanto. 1989. terhadap Karakteristik Tepung Umbi
Analisis Pangan. Bogor : IPB Press. Ganyong (Canna edulis ker.). Artikel.
Bandung : Universitas Pasudan.
Aptindo. 2009. Laporan informasi
Perkembangan Industri Terigu di Esau, K. 1965. Plant anatomy. John Willey
Indonesia. Jakarta: Asosiasi Produsen and Sons, Inc. New York. London.
Terigu Indonesia.
http://www.aptindo.or.id/grafik_5.php. Fabre, C.E., G. Goma, and P.J. Blanc. 1993.
[27 Juni 2022]. Production and food applications of the
Ayu, Disafitri Candra dkk. 2014. Pengaruh red pigmens of Monascus ruber. Journal
Suhu Blansing dan Lama Perendaman of Food Science 58 (5):1099-1102.
terhadap Sifat Kimia Tepung Kimpul
(Xanthosoma Sagottifolium). Jurnal Franceschi, V.R., and Horner, H.T. 1980.
Pangan dan Agroindustri Jurusan Calcium oxalate crystals in plants.
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Bot. Rev. 46, 361–427.
Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. 2(2): 110-120. Giacometti, D.C. and J. León. 1994.
Tannia, Yautia (Xanthosoma
Badan Standarisasi Nasional 2009. Terigu sagittifolium), p253-258. In J.E.
sebagai Bahan Makanan. SNI Hernándo Bermejo and J. León (eds.),
3751:2009, Jakarta: Dewan Standarisasi Neglected Crops: 1492 from a Different
Nasional. Perspective. FAO, Rome.

Bonner, J. & J. E. Varner. 1976. Plant Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995.
Biochemistry. Academic Press, Inc. New Prosedur Statistik untuk Penelitian
York. Pertanian. (Terjemahan). E. Syamsudin
dan J.S. Baharsjah. UI Press. Jakarta.
Chotimah, S dan Fajarini, D. T. 2013. 698 hal.
Reduksi Kalsium Oksalat dengan
Perebusan Menggunakan Larutan NaCl Hadriati, D. 2016. Karakteristik Fisik, Kimia
dan Penepungan untuk Meningkatkan dan Fungsional Tepung Kimpul
Kualitas Sente (Alocasia macrorrhiza) (Xanthosoma sagittifolium) Hasil
sebagai Bahan Pangan. Jurnal Teknologi Fermentasi dan Aplikasinya pada
Kimia dan Industri. 2(2) :76-83. Proses Pembuatan Mie Instan. Skripsi.
Danimihardja, S. 1981. Hubungan antara Universitas Brawijaya. Malang.
kandungan senyawa oksalat dan tingkat
kegatalan pada umbi talas (Colocasia Hadriati, D. 2016. Karakteristik Fisik, Kimia
esculenta (L) Schott). Lembaga Biologi dan Fungsional Tepung Kimpul
Nasional – LIPI. Bogor. (Xanthosoma sagittifolium) Hasil
Fermentasi dan Aplikasinya pada
Departemen Perindustrian Pusat Penelitian Proses Pembuatan Mie Instan. Skripsi.
& Pengembangan Aneka Industri dan Universitas Brawijaya. Malang.
Kerajinan. 1977. Pembuatan asam
oksalat dari sekam. Balai Penelitian Kay, D. E. 1973. Root Crops. The Tropical
Kimia. Surabaya. Products Institute, Foreign and
Common Wealth Office, London.
Dewi, K, S., Bambang, D.,& Bhakti, E, S.
2017. Pengaruh Kadar Oksalat pada Knudsen, I., I. Soborg, F. Eriksen, K.
Umbi Talas dengan Penambahan Arang Pilegaard, J. Pederse. 2008. Risk
Aktif pada Metode Pengukusan. Jurnal Management and Risk Assesment of
Aplikasi Teknologi Pangan Universitas Novel Plant Foods: Concepts and

64
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (Online)
Putri Nathasya dkk / Itepa 12 (1) 2023 56-65

Principles. Food and Chemical


Toxicology 46(5): 1681-1705. Slamet, D.S. dan I. Tarwotjo. 1980. Majalah
Gizi dan Makanan. Di dalam: Lingga,
Lingga, P. 1989. Bertanam ubi-ubian. P.B. Sarwono, F. Rahardi, P. C.
Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardja, J. J. Anfiastini, Rini, W.,
W. H. Apriadji. 1986. Bertanam Umbi-
Lowson, J. M. 1962. Teks book of botany. Umbian. Penebar Swadaya. Jakarta.
University Tutorial Press. Ltd. London.
Maulina, Fitria DA, Dkk. 2012. Pengurangan Somantri, M. H. Soenartono A., Machmud
Kadar Kalsium Oksalat pada Umbi Talas T., Agus N. dan Ida N. O. 2002. Seri
Menggunakan Nahco3 sebagai Bahan Mengenal Plasma Nutfah Tanaman
Dasar Tepung. Jurnal Teknik Kimia dan Pangan, oleh: Ida Hanarida Somantri,
Industri. 1(1):278. Maharani Hasanah, Komisi Nasional
Mayasari, N. 2010. Pengaruh Garam dan Plasma Nutfah.
Asam Pada Pembuatan Tepung Talas
Bogor (Colocasia esculenta (L.) Sudarmadji S., B. Haryono, dan Surhadi.
Schott). Skripsi. Fakultas Teknologi 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Makanan dan Pertanian. Liberty,
Bogor. Yogyakarta.
Noonan, S. C., and G. P. Savage., 1999.
Oxalat Content of Foods and Its Effect Wardani, R. K dan Djamilah, A. 2021.
on Humans. Asia Pacific J. Clin. Nutr. Pengaru Lama Perendaman dan Suhu
Penelitian dan Pengembangan Biologi. Larutan Jeruk Nipis terhadap Kadar
67:64-74. Kalsium Oksalat pada Umbi Porang.
Journal of Research and Technology,
Purwaningsih, I., Kuswiyanto. 2016. Vol. 7, Hal 1-8.
Perbandingan Perendaman Asam Sitrat Widya, I. 2011. Pengaruh Lama Perendaman
dan Jeruk Nipis Terhadap Penurunan dan Konsentrasi Larutan Garam (NaCl)
Kadar Kalsium Oksalat pada Talas. Terhadap Kandungan Senyawa Oksalat
Jurnal Vokasi Kesehatan II(1): 89-93. Tepung Keladi (Xanthosoma
sagittifolium). Skripsi. Jurusan Ilmu dan
Ridal, S. 2003. Karakterisasi Sifat Teknologi Pangan, Universitas Udayana.
Fisikokimia Tepung dan Pati Umbi
Talas (Colocasia esculenta) dan Zuhro, M., M. Lutfi dan Choviya. 2015.
Kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Pengaruh Lama Perendaman dan Suhu
Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pengeringan Terhadap Sifat Fisik-Kimia
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Tepung Kimpul (Xanthosoma
Bogor. sagittifolium). Jurnal Keteknikan
Pertanian, Universitas Brawijaya. 3(2):
Sediaoetama, A. D.1976. Ilmu gizi dan ilmu 26-32.
diit di daerah tropik. Balai Pustaka.
Jakarta.

65

You might also like