Respirasi

FRANZESKA ANNA
 CBC ABG

PEMERIKSAAN
IGRA Kultur LABORATORIUM

Tuberculin Pengecatan
Skin Test sputum

TB RT
ICT PCR
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP (CBC)

 A complete blood count (CBC) is a blood test. This includes red blood cells,
white blood cells, haemoglobin, and platelets. It's used to look at overall
health and find a wide range of conditions, including anemia, infection
and leukemia.
 This includes red blood cells, white blood cells, haemoglobin, and platelets.
BLOOD GAS ANALYSIS

 Blood gas analysis is a commonly used diagnostic tool to evaluate

the partial pressures of gas in blood and acid-base content.
Understanding and use of blood gas analysis enable providers to
interpret respiratory, circulatory, and metabolic disorders.
 Acid-base balance can be affected by the mentioned respiratory
system abnormalities.
 An arterial blood gas (ABG) tests explicitly blood taken from an
artery. ABG analysis assesses a patient's partial pressure of oxygen
(PaO2) and carbon dioxide (PaCO2). PaO2 provides information on
the oxygenation status, and PaCO2 offers information on the
ventilation status (chronic or acute respiratory failure)
Why do we order a blood gas analysis?

 Aids in establishing diagnosis

 Guides treatment plan
 Improvement in the management of acid/base; allows for optimal
function of medications
 Acid/base status may alter levels of electrolytes critical to the status
of a patient
Limitations of blood gas analysis

 The blood gas analysis cannot yield a specific diagnosis. A patient

with asthma may have similar values to another patient with
pneumonia
 The analysis does not reflect the degree to which an abnormality
actually affects a patient
 Blood gas analysis cannot be used as a screening test for early
pulmonary disease
Arterial versus venous blood gas analysis
 It is traditional to draw arterial blood for paO2, paCO2, and pH
measurements. It is the best indicator of how well the lungs are
oxygenating. However, if the venous sample is obtained, it is
recommended that the values be compared and interpreted
keeping in consideration the given table.
 The venous blood gas report can be of significance in
hemodynamically unstable patients and should not be discarded.
TUBERCULIN SKIN TEST
 Tes Mantoux atau tuberculin skin test (TST) adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kuman penyebab
penyakit tuberkulosis pada tubuh.
 Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan yang disebut dengan
PPD tuberculin pada kulit lengan. Pasca penyuntikan, biasanya akan
terbentuk benjolan kecil di permukaan kulit.
KEGUNAAN TUBERCULIN SKIN TEST:
 untuk menemukan infeksi TB laten pada orang yang mungkin pernah
berdekatan dengan pengidap tuberkulosis
 sebelum vaksinasi BCG
 untuk membantu menemukan penyakit TB aktif.

Uji tuberkulin dapat dilakukan pada orang yang:

 mungkin pernah berdekatan dengan orang yang didiagnosa mengidap
tuberkulosis
 termasuk dalam golongan berisiko TB tinggi
 berimigrasi dari negara di mana tuberkulosis lazim terdapat
 menghadapi risiko di tempat kerja, seperti tenaga profesional bidang
kesehatan
 akan mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke
negara berisiko TB tinggi
 pernah mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke
negara berisiko TB tinggi.
PENYEBAB HASIL NEGATIF PALSU

 Ketidakmampuan tubuh untuk bereaksi terhadap uji kulit

karena daya tahan tubuh yang lemah.
 Infeksi TB baru terjadi, yakni antara 8-10 minggu
 Infeksi kuman TB terjadi sudah lama (bertahun-tahun)
 Baru melakukan vaksin yang mengandung virus hidup,
seperti campak atau cacar air
 Menderita penyakit yang menurunkan daya tahan
tubuh, seperti kanker atau AIDS
 Teknik penyuntikan yang salah
 Salah mengartikan reaksi yang muncul
PENYEBAB HASIL POSITIF PALSU

 Terindentifikasi adanya bakteri Mycobacterium, tapi

bukan jenis M. tuberculosis
 Baru melakukan imunisasi BCG
 Teknik penyuntikan yang salah
 Penggunaan antigen yang salah
 Salah mengartikan reaksi yang muncul
 TB ICT
 The ICT Tuberculosis test is an
in vitro immunodiagnostic
tool for detecting antibodies
to Mycobacterium
tuberculosis in serum,
plasma, and other body
fluids.
 The test utilizes 5 highly
purified antigens, which are
secreted by Mycobacterium
tuberculosis during an active
infection.
 The test cannot be used as a
replacement for smear
microscopy for the diagnosis
of pulmonary TB because of
its poor sensitivity
 IGRA

 Pemeriksaan interferon
gamma (IFN-γ) release
assay (IGRA) berdasarkan
prinsip bahwa sel T
individu yang tersensitisasi
akan memproduksi
IFN-γ ketika terpapar antigen
MTB.
 Metode ini
menggunakan MTB specific
region of difference
1 (RD 1) , seperti ESAT6 dan
culure filtrate pro-
tein 10 (CFP10).
IGRA INTERPRETATIONS
 IGRA interpretations are based on the amount of IFN-g that is released or
on the number of cells that release IFN-g. Both the standard qualitative test
interpretation (positive, negative, or indeterminate) and the quantitative
assay measurements (Nil, TB, and Mitogen concentrations or spot counts)
should be reported.
 As with the tuberculin skin tests (TSTs), IGRAs should be used as an aid in
diagnosing infection with M. tuberculosis. A positive test result suggests that
M. tuberculosis infection is likely; a negative result suggests that infection is
unlikely. An indeterminate result indicates an uncertain likelihood of M.
tuberculosis infection. A borderline test result (T-Spot only) also indicates an
uncertain likelihood of M. tuberculosis infection.
 A diagnosis of LTBI requires that TB disease be excluded by medical
evaluation. This should include checking for signs and symptoms suggestive
of TB disease, a chest radiograph, and, when indicated, examination of
sputum or other clinical samples for the presence of M. tuberculosis.
Decisions about a diagnosis of M. tuberculosis infection should also include
epidemiological and historical information.
PEMERIKSAAN SPUTUM

 Sputum adalah zat lendir (terdiri dari sel dan materi lainnya) yang
disekresikan ke saluran pernafasan (paru-paru, bronkus, trakea) dan bisa
dikeluarkan dengan batuk atau tertelan.
 Komposisi sputum terdiri dari 95% air, 5% komponen organik: karbohidrat
(seperti asam sialat yang berkontribusi terhadap viskositas tinggi), protein
(enzim, imunoglobulin), glikoprotein yang juga berkontribusi terhadap sifat
sputum visoelastik.
 Warna sputum normal putih atau tidak berwarna.
 Pemeriksaan sputum bermanfaat untuk menegakkan diagnosis infeksi dan
monitoring
 Pewarnaan gram, jamur, BTA, Kultur + sensitivitas sputum
 Materi sputum yg benar  neutrophil > 25/LPF & Epitel squamos <10/LPF
 Teknik sampling sputum  batuk spontan, induksi sputum, bronkoskopi
 Semua spesimen harus dikirim ke laboratorium secepat mungkin segera
setelah pengambilan.Bila hal ini tidak dapat dilakukan simpan dalam
lemari es pada suhu 2-8 0C, jangan lebih dari satu malam. Jika tidak ada
lemari es dan penundaan pengiriman sekitar lebih dari 3 hari maka harus
diberi pengawet yaitu campuran dari 1 % cetyl pyridinium chloride (CPC)
dan 2 % sodium choride.
 GRAM POSITIVE BACTERIA
 Distinctive purple appearance
after gram staining
 Bacteria include all
staphylococci, all streptococci
and some listeria species
 Thick peptidoglycan layer
 No outer lipid membrane
 No O-specific side chains present
 Teichoic and lipoteichoic acids
present
GRAM NEGATIVE BACTERIA
 Pale reddish color after gram
staining
 Bacteria include enterobacter
species, salmonella species and
pseudomonas species
 Thin peptidoglycan layer
 Outer lipid membrane present
 O-specific side chains present
 Teichoic and lipoteichoic acids
not present
 KULTUR SPUTUM

Kultur sputum dilakukan untuk:

 Mendeteksi dan
mengidentifikasi bakteri atau
jamur yang menyebabkan
infeksi paru-paru (seperti
pneumonia atau TBC) atau
saluran pernapasan.
 Identifikasi antibiotik terbaik
untuk mengobati infeksi
(sensitivity testing).
 Memantau pengobatan infeksi.
TRANSUDATE-EXUDATE
 RT-PCR

Schematic illustration of RT-

PCR methodology and the
detection of a positive
sample in clinical practice,
using a specific threshold
and Ct value. The SARS-
CoV-2 viral load is inversely
proportional to the Ct
values, and a lower Ct
value corresponds to a
high viral load, indicating a
higher level of
infectiousness.
GENE XPERT

 GeneXpert merupakan penemuan terobosan untuk diagnosis TB

berdasarkan pemeriksaan molekuler yang menggunakan metode
Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi
kuantitatif yang menargetkan wilayah hotspot gen rpoB pada M.
tuberculosis, yang terintegrasi dan secara otomatis mengolah
sediaan dengan ekstraksi deoxyribo nucleic acid (DNA) dalam
cartridgesekali pakai.
 Penelitian invitro menunjukkan batas deteksi kuman TB dengan
metode RT-PCR GeneXpert minimal 131 kuman/ml sputum.Waktu
hingga didapatkannya hasil kurang dari dua jam