Laporan Latsar

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

BAB II

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ISU

2.1 Identifikasi Isu


Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti,
mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. Sedangkan Menurut kamus
besar bahasa indonesia isu artinya masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dan sebagainya).
Jika dikaitkan dengan organisasi maka isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik
organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Pembuatan rancangan aktualisasi ini disusun
berdasarkan identifikasi beberapa isu atau problematika yang ditemukan dalam di instansi tempat
bekerja, yaitu di UPTD Puskesmas Bintang Kabupaten Aceh Tengah. Isu yang diangkat mengacu
kepada kedudukan dan peran ASN dalam NKRI meliputi Manajemen ASN dan Smart ASN.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan di puskesmas Tigalingga meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial, upaya kesehatan pengembangan, dan upaya kesehatan perseorangan,
kefarmasian dan Laboratorium. Sesuai tugas pokok dan fungsi penulis sebagai penyuluh kesehatan
masyarakat di UPTD Puskesmas Bintang merasakan adanya hal yang perlu diperbaiki/
disempurnakan/ ditingkatkan dalam pelaksanaan tugas jabatan. Beberapa isu yang dapat
diidentifikasi, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan kader Posyandu dalam pengukuran Status Gizi pada balita di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Bintang
Salah satu cara penilaian status gizi pada bayi dan balita menurut WHO adalah dengan
pengukuran antropometri. Indikator pengukuran Antropometri yang digunakan untuk menilai status
gizi bayi adalah berat badan, tinggi badan atau panjang badan dan lingkar kepala yang juga
dipengaruhi oleh usia. Cara mengukur status gizi bayi menurut WHO dapat dilihat dari beberapa
indikator sebagai berikut:
1. Status gizi bayi berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U)
Penilaian status gizinya yaitu berat badan sangat kurang, kurang, normal dan lebih
2. Status gizi bayi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
Penilaian status gizinya yaitu sangat pendek, pendek, normal dan tinggi
3. Status gizi bayi berdasarkan berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau
BB/T
Gambar 2.1 : Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Kader Posyandu
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau
dan mampu bekerja sama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela dilatih untuk
menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun pelayanan posyandu secara rutin.
Salah satu tugas kader posyandu pada saat hari buka Posyandu adalah melakukan pencatatan,
pengukuran dan pemantauan kondisi balita mulai dari meja pendaftaran, penimbangan, pencatatan,
penyuluhan dan pelayanan. Berdasarkan hasil evaluasi posyandu di desa oleh pemegang program
dalam ruang lingkup Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan pada akhir tahun
2021, ditemukan bahwa kader posyandu masih belum memahami pengukuran status gizi balita,
cara pengisian buku 20 dan buku KIA/KMS dalam menentukan status gizi bayi/balita, seringnya
pergantian kader posyandu secara sepihak oleh geuchik yang membuat kader baru tidak paham
tata laksana kegiatan posyandu karena tidak adanya orientasi dari petugas lama ke petugas baru.
2. Kurangnya minat masyarakat dalam melaksanakan Posbindu Penyakit Tidak Menular
(PTM)
Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU-PTM) adalah kegiatan
monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (penyakit jantung, diabetes, penyakit
paru, asma dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaandan tindakan kekerasan dalam rumah
tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan kader Posbindu PTM. Sasaran usia
Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM atau orang
dewasa yang berumur 15 tahun sampai dengan 59 tahun.
Berdasarkan laporan pemegang program PTM di UPT Puskesmas Tigalingga dan hasil
evaluasi di akhir tahun 2021, pelaksanaan Posbindu PTM ini hanya dilakukan satu kali dalam
setahun di tiap desa, sementara posbindu PTM yang aktif harus melakukan kegiatannya minimal
8 kali dalam setahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat masyarakat untuk datang ke
Posbindu PTM. Pelaksanaan Posbindu PTM tidak berbarengan dengan jadwal posyandu, tetapi
antusias masyarakat khususnya lansia tidak berkala mengikuti kegiatan tersebut.

Gambar 2.2 Kegiatan Posbindu PTM


3. Kurang optimalnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat rumah tangga
di wilayah kerja Puskesmas Bintang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan
semua perilaku kesehatan.
Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga,
yaitu :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Manfaat rumah tangga ber-PHBS yaitu :
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Anggota keluarga giat keluarga
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan keluarga
Berdasarkan hasil SMD (Survei Mawas Diri) tahun 2021 menunjukkan yang menjadi prioritas
masalah kesehatan adalah masih banyak masyarakat yang tidak ber-PHBS, dan juga beberapa
hasil laporan PISPK menunjukkan nilai KS di beberapa desa belum mencapai nilai yang
ditetapkan yaitu desaSerule, Dedamar, Atu Payung, Jamur Konyal ditemukan banyak rumah
tangga yang belum memiliki jamban sehat, belum tercapainya penerapan ASI Ekslusif dan
banyaknya anggota keluarga yang merokok didalam rumah.

Gambar 2.3 Kegiatan penyuluhan PHBS RT di Posyandu


2.2 Analisis dan Penetapan Isu Terpilih dan Penyebabnya
2.2.1 Analisis Isu dengan Model AKPK
Berdasarkan identifikasi isu yang telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan proses
pemilihan isu untuk menilai kualitas isu dengan menggunakan metode Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak (APKL). Pemilihan isu dilihat dari yaitu :
1. Isu yang benar- benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan (Aktual), dalam mengangkat
sebuah isu aktual setidaknya dibutuhkan 3 kriteria utama yaitu :
a. Betu-betul terjadi
b. Sedang menjadi pembicaraan orang banyak
c. Baru saja terjadi, masih baru
2. Kekhayalakan, berarti isu yang secara langsung menyangkut orang banyak dan bukan
kepentingan seorang tertentu saja. Kriterianya adalah :
a. Menyangkut hajat hidup orang banyak
b. Berdampak besar atau dirasakan oleh semua yang memiliki masalah yang sama
3. Problematika, merupakan suatu situasi yang menghambat organisasi untuk mencapai
beberapa tujuan atau dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya.
Kriteria dianggap sebuah probelem yaitu :
a. Suatu isu telah mencapai titi kritis dan dianggap sebagai sebuah ancaman yang serius
jika segera tidak diatasi, bahkan jika tidak diatasi justru akan menimbulkan masalah
kritis baru yang lebih hebat dimasa yang akan datang
b. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak yang
bersifat dramatis
c. Memiliki tingkat jangkauan dampak sangat luas
d. Menyangkut suatu persoalan sulit untuk dijelaskan tetapi mudah dirasakan
kehadirannya
4. Kelayakan/Layak, suatu upaya untuk mempelajari atau menganalisa permasalahan yang
telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Dibutuhkan 3 kriteria
yaitu:
a. Memiliki potensi untuk diangkat menjadi suatu masalah
b. Memiliki potensi untuk dipecahkan atau diselesaikan
c. Berpotensi untuk menjawab permasalahan yang sudah ada, artinya dengan
menyelesaikan isu-isu lainnya yang mirip atau memiliki permasalahan yang sama
Penilaian metode AKPK menggunakan interval nilai 1-5.
Tabel 2.1 Analisis Isu dengan Model AKPK
No Isu A K P K Total Peringkat Ket
1 Kurangnya pengetahuan 5 3 4 5 17 II

Memenuhi
kader Posyandu dalam
pengukuran status gizi
pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Bintang
Kurangnya pembinaan
dan orientasi ke kader
posyandu dalam
pengukuran status gizi
pada balita di wilayah
kerja puskesmas
bintang
2 Kurangnya minat 4 4 4 3 15 III

Memenuhi
masyarakat dalam
melaksanakan Posbindu
PTM
Kurangnya sosialisasi
petugas dalam
menggerakkan kegiatan
Posbindu PTM
3 Kurang optimalnya 4 5 5 4 18 I
Memenuhi

penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) tingkat rumah
tangga di wilayah kerja
Puskesmas Bintang

Berdasarkan analisis kriteria isu menggunakan AKPK, ketiga isu tersebut memenuhi.
Kemudian dilakukan kembali analisis menggunakan analisis USG untuk menentukan isu mana
yang paling prioritas untuk diselesaikan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
2.2.2 Penetapan Isu Prioritas dengan Menggunakan Metode USG
Metode USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Analisis yang dilakukan akan dilihat dari segi seberapa mendesak isu harus dibahas,
dianalisa, dan ditindaklanjuti (Urgency), seberapa serius dengan akibat yang ditimbulkan
(Seriousness), dan seberapa besar memburuknya apabila tidak ditangani segera (Growth). Skala
Likert digunakan untuk membantu penulis dalam menentukan score pada masing-masing
indikator USG. Adapun nilai yang ditentukan adalah sebagai berikut:
5 = Sangat Urgent/ Serius/ Mendesak
4 = Urgent/ Serius/ Mendesak
3 = Cukup Urgent/ Serius/ Mendesak
2 = Kurang Urgent/ Serius/ Mendesak
1 = Tidak Urgent/ Serius/ Mendesak
Hasil analisis nya dapat dilihat pada table dibawah ini:
No Isu/Masalah U S G Total Peringkat
1 Kurangnya pengetahuan kader 5 3 4 17 II
Posyandu dalam pengukuran status
gizi pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bintang
Kurangnya pembinaan dan
orientasi ke kader posyandu
dalam pengukuran status gizi
pada balita di wilayah kerja
puskesmas bintang
2 Kurangnya minat masyarakat 4 4 4 15 III
dalam melaksanakan Posbindu
PTM
Kurangnya sosialisasi petugas
dalam menggerakkan kegiatan
Posbindu PTM
3 Kurang optimalnya penerapan 4 5 5 18 I
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) tingkat rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Bintang
Berdasarkan hasil analisis dengan metode USG, ditemukan 1 (satu) isu prioritas
yang harus diselesaikan denga jumlah skor tertinggi yaitu sebesar 15 point yaitu: “Kurang
optimalnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Bintang”. Isu prioritas tersebut merupakan hal yang mendesak karena
jika tidak ditangani akan berdampak pada kesehatan keluarga itu sendiri karena pemahaman
keluarga untuk berprilaku hidup sehat sehingga mendorong perilaku masyarakat yang tidak sehat.
2.2.3 Analisis Penyebab Isu Menggunakan Metode Fishbone (Sebab-Akibat)
Untuk menentukan penyebab dari isu prioritas yang terpilih, penulis menggunakan fishbone diagram. Watson (2004) dalam Illie G. Dan
Ciocoiu C.N. (2010) mendefinisikan diagram Fishbone sebagai alat (tool) yang menggambarkan sebuah cara yang sistematis dalam memandang
berbagai dampak atau akibat dan penyebab yang membuat atau berkontribusi dalam berbagai dampak tersebut. Oleh karena fungsinya tersebut,
diagram ini biasa disebut dengan diagram sebab-akibat.
DIAGRAM SEBAB AKIBAT DARI ISHIKAWA (FISHBONE)

MANUSIA METODE
1. Kurangnya pemahaman keluarga mengenai cara 1. Pemberian edukasi dan pembinaan dari petugas
ber-BHPS yang tidak berkala ke rumah tangga
2. Banyaknya anggota keluarga yang masih 2. Kurang optimalnya cara penyampaian petugas
merokok didalam rumah tangga tentang PHBS RT Kurang optimalnya
3. Metode penyampaian yang kurang menarik penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
tingkat rumah
tangga di wilayah
kerja Puskesmas
SARANA DANA LINGKUNGAN Bintang

1. Belum tersedianya media informasi 1. Terbatasnya anggaran dalam 1. Kebiasaan masyarakat yang
promosi kesehatan yang memadai penggandaan media promosi membuang sampah
2. Masih banyaknya rumah tangga kesehatan sembarangan
yang belum memiliki jamban sehat 2. Belum cukupnya anggaran 2. Masih ada yang belum
dana desa untuk memiliki jamban sehat yang
pengelolaan jamban sehat dapat mencemari lingkungan
2.3 Dampak Isu Terpilih
Berdasarkan hasil analisis dengan metode USG, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi isu
prioritas adalah “Kurang optimalnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat
rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Bintang”. Jika isu tersebut tidak segera diselesaikan akan
menimbulkan beberapa dampak sebagai berikut:
1. Tidak tercapainya tujuan organisasi yaitu mewujudkan masyarakat Kecamatan Bintang
yang sehat dan mandiri
2. Tidak tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang sesuai standar
3. Tidak tercapainya kemandirian masyarakat dan keluarga untuk berperilaku hidup
sehat sesuai dengan sasaran organisasi
4. Tidak meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif
5. Tidak tercapainya upaya kesehatan masyarakat sesuai dengan Standar Akreditasi
Puskesmas

2.4 Role Model


Nama : Ns. RAMANSAH, S.Kep
NIP : 19710214 199503 1 001
Pangkat/Gol : Pembina Tk.I, IV/b
Pendidikan : S1 Profesi Keperawatan
Jabatan : Kepala Puskesmas Bintang

Gambar 2.2 Role Model

Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama artinya
dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan,
perbuatan, sifat dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Kepala UPTD Puskesmas Bintang Bapak
Rahmansah. Beliau merupakan sosok seorang pemimpin yang dapat menjadi panutan, inspirasi,
contoh, dan teladan bagi penulis. Beliau merupakan sosok yang paling bisa menempatkan diri di
manapun, kapanpun, dan bagaimanapun situasi yang ada, memiliki pribadi yang luwes, transparan
dan berorientasi pada mutu.
Beliau merupakan panutan dalam bersikap, karena beliau dapat mengamalkan nilai-nilai
ASN dengan baik, beliau merupakan sosok yang bertanggung jawab dan peduli terhadap semua
bawahannya, menghargai dan menghormati bawahannya tanpa membedakan satu sama lain,
ramah kepada pegawai, pasien dan masyarakat, inovatif terhadap perubahan-perubahan dan ide
baru dan jujur terkait informasi dalam pekerjaan. Selama penulis bekerja di Puskesmas Bintang
beliau selalu memberi aura positif dan selalu support serta menyemangati penulis dalam hal
apapun.

You might also like