Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 239

NO RUU DRAFT 4 USUL PERUBAHAN RUMUSAN SETELAH PERUBAHAN KETERANGAN

1350. Pasal 211 SUBSTANSI DIHAPUS Segala pengaturan terkait


Dalam rangka mempercepat pengadaan pendidikan sudah diatur dalam UU
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, Sistem Pendidikan Nasional dan UU
memberikan kepastian hukum dalam Pendidikan Tinggi sehingga tidak
penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang perlu diatur dalam RUU
kesehatan selain yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi, memberikan kepastian
hukum bagi lulusan pendidikan tinggi
bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh
institusi penyelenggara pendidikan
kesehatan selain perguruan tinggi, dan
memberikan kepastian hukum dan
kemudahan dalam pembukaan program
studi profesi dan spesialis oleh institusi
penyelenggara pendidikan kesehatan selain
perguruan tinggi bagi Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan, Undang-Undang ini
mengubah, menghapus, dan/atau
menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan yang diatur dalam:
1351. 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301); dan

1352. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336).

1353. Pasal 212 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

186
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301) diubah sebagai
berikut:
1354. 1. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
berbunyi sebagai berikut:

1355. Pasal 19 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan
tinggi dan/atau institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu.

1356. (2) Pendidikan tinggi diselenggarakan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dengan sistem terbuka.

1357. 2. Di antara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
1 (satu) ayat yakni ayat (3a), dan ayat (4)
Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20
berbunyi sebagai berikut:

1358. Pasal 20 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
1359. (2) Perguruan tinggi berkewajiban SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
1360. (3) Perguruan tinggi dapat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan/atau vokasi.

187
1361. (3a) Selain perguruan tinggi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (3), program profesi
dapat diselenggarakan oleh institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu.
1362. (4) Ketentuan mengenai perguruan tinggi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3a) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
1363. 3. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:

1364. Pasal 21 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Perguruan tinggi yang memenuhi
persyaratan pendirian dan dinyatakan
berhak menyelenggarakan program
pendidikan tertentu dapat memberikan
gelar akademik, profesi, atau vokasi
sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakannya.
1365. (2) Selain perguruan tinggi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (1), pemberian gelar
profesi dapat diberikan oleh institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu.
1366. (3) Perseorangan, organisasi, atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggara pendidikan yang:
1367. a. bukan merupakan perguruan tinggi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dilarang memberikan gelar
akademik, profesi, atau vokasi; dan

1368. b. bukan merupakan institusi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


penyelenggara pendidikan profesi
tertentu dilarang memberikan gelar
profesi.

1369. (4) Gelar akademik, profesi, atau vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
hanya digunakan oleh lulusan dari
perguruan tinggi yang dinyatakan

188
berhak memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi.
1370. (5) Selain ketentuan sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (4), gelar profesi
juga dapat digunakan oleh lulusan dari
institusi penyelenggara Pendidikan
profesi tertentu yang dinyatakan berhak
memberikan gelar profesi.
1371. (6) Penggunaan gelar akademik, profesi, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
atau vokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) hanya dibenarkan
dalam bentuk dan singkatan yang
diterima dari penyelenggara pendidikan
yang bersangkutan.
1372. (7) Penyelenggara pendidikan yang tidak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
memenuhi persyaratan pendirian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
atau penyelenggara pendidikan bukan
perguruan tinggi atau institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu yang melakukan tindakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi administratif berupa
penutupan penyelenggaraan pendidikan.
1373. (8) Gelar akademik, profesi, atau vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
yang dikeluarkan oleh penyelenggara
pendidikan yang tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan tidak
sah.
1374. (9) Ketentuan mengenai gelar akademik, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (8) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
1375. 4. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 25 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
diubah sehingga Pasal 25 berbunyi
sebagai berikut:

189
1376. Pasal 25 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
(1) Perguruan tinggi dan institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu menetapkan persyaratan
kelulusan untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi.
1377. (2) Lulusan perguruan tinggi dan institusi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu yang karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti
merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
1378. (3) Ketentuan mengenai persyaratan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
kelulusan dan pencabutan gelar
akademik, profesi, atau vokasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
1379. 5. Ketentuan ayat (6) Pasal 50 diubah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sehingga Pasal 50 berbunyi sebagai
berikut:

1380. Pasal 50 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional
merupakan tanggung jawab Menteri dan
menteri lain yang menyelenggarakan
Pendidikan.
1381. (2) Pemerintah menentukan kebijakan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional.
1382. (3) Pemerintah dan/atau pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan
pendidikan yang bertaraf internasional.
1383. (4) Pemerintah daerah provinsi melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
koordinasi atas penyelenggaraan

190
pendidikan, pengembangan tenaga
kependidikan, dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas
daerah kabupaten/kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
1384. (5) Pemerintah kabupaten/kota mengelola SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan
yang berbasis keunggulan lokal.
1385. (6) Perguruan tinggi dan institusi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu menentukan kebijakan dan
memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya.
1386. (7) Ketentuan mengenai pengelolaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
1387. 6. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 53 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a),
sehingga Pasal 53 berbunyi sebagai
berikut:

1388. Pasal 53 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan formal yang didirikan oleh
Pemerintah atau masyarakat
berbentuk badan hukum Pendidikan.
1389. (1a) Ketentuan sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pada ayat (1) dikecualikan bagi institusi
penyelenggara Pendidikan profesi
tertentu.
1390. (2) Badan hukum pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi memberikan pelayanan
pendidikan kepada peserta didik
1391. (3) Badan hukum pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

191
berprinsip nirlaba dan dapat mengelola
dana secara mandiri untuk memajukan
satuan pendidikan.
1392. (4) Ketentuan tentang badan hukum SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pendidikan diatur dengan Undang-
Undang tersendiri.
1393. Pasal 213 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5336) diubah sebagai berikut:
1394. 1. Ketentuan angka 2 diubah dan diantara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
angka 8 dan angka 9 Pasal 1 disisipkan
1 (satu) angka yakni angka 8a, sehingga
Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

1395. Pasal 1 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan:
1396. 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
1397. 2. Pendidikan Tinggi adalah jenjang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program
magister, program doktor, dan program
profesi, serta program spesialis, yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi
atau institusi penyelenggara pendidikan

192
profesi tertentu berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia.
1398. 3. Ilmu Pengetahuan adalah rangkaian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pengetahuan yang digali, disusun, dan
dikembangkan secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan tertentu,
yang dilandasi oleh metodologi ilmiah
untuk menerangkan gejala alam
dan/atau kemasyarakatan tertentu.
1399. 4. Teknologi adalah penerapan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pemanfaatan berbagai cabang Ilmu
Pengetahuan yang menghasilkan nilai
bagi pemenuhan kebutuhan dan
kelangsungan hidup, serta peningkatan
mutu kehidupan manusia.
1400. 5. Humaniora adalah disiplin akademik SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
yang mengkaji nilai intrinsik
kemanusiaan.
1401. 6. Perguruan Tinggi adalah satuan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pendidikan yang menyelenggarakan
Pendidikan Tinggi.
1402. 7. Perguruan Tinggi Negeri yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
selanjutnya disingkat PTN adalah
Perguruan Tinggi yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh
Pemerintah.
1403. 8. Perguruan Tinggi Swasta yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
selanjutnya disingkat PTS adalah
Perguruan Tinggi yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh
masyarakat.

1404. 8a. Institusi Penyelenggara Pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Profesi Tertentu adalah rumah sakit
pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan profesi spesialis dan yang
lebih tinggi.

193
1405. 9. Tridharma Perguruan Tinggi yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
selanjutnya disebut Tridharma adalah
kewajiban Perguruan Tinggi untuk
menyelenggarakan Pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
1406. 10. Penelitian adalah kegiatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data, dan
keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan/atau pengujian suatu
cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.
1407. 11. Pengabdian kepada Masyarakat adalah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
kegiatan sivitas akademika yang
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
1408. 12. Pembelajaran adalah proses interaksi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
mahasiswa dengan dosen dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
1409. 13. Sivitas Akademika adalah masyarakat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
akademik yang terdiri atas dosen dan
mahasiswa.
1410. 14. Dosen adalah pendidik profesional dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi melalui Pendidikan,
Penelitian, dan Pengabdian kepada
Masyarakat.
1411. 15. Mahasiswa adalah peserta didik pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
jenjang Pendidikan Tinggi.

1412. 16. Masyarakat adalah kelompok warga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan
dalam bidang Pendidikan Tinggi.

194
1413. 17. Program Studi adalah kesatuan kegiatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Pendidikan dan pembelajaran yang
memiliki kurikulum dan metode
pembelajaran tertentu dalam satu jenis
pendidikan akademik, pendidikan
profesi, dan/atau pendidikan vokasi.
1414. 18. Standar Nasional Pendidikan Tinggi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
adalah satuan standar yang meliputi
standar nasional pendidikan, ditambah
dengan standar penelitian, dan standar
pengabdian kepada masyarakat.
1415. 19. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Pemerintah, adalah Presiden. Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
1416. 20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah
1417. 21. Kementerian adalah perangkat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pemerintah yang membidangi urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
1418. 22. Kementerian lain adalah perangkat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pemerintah yang membidangi urusan
pemerintahan di luar bidang pendidikan.
1419. 23. Lembaga Pemerintah Nonkementerian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
yang selanjutnya disingkat LPNK adalah
lembaga pemerintah pusat yang
melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu.
1420. 24. Menteri adalah menteri yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
1421. 2. Ketentuan ayat (3) huruf e diubah dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
diantara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 7
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (4a),

195
sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai
berikut:

1422. Pasal 7 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Menteri bertanggung jawab atas
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi.
1423. (2) Tanggung jawab Menteri atas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup pengaturan, perencanaan,
pengawasan, pemantauan, dan evaluasi
serta pembinaan dan koordinasi.
1424. (3) Tugas dan wewenang Menteri atas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
meliputi:
1425. a. kebijakan umum dalam SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pengembangan dan koordinasi
Pendidikan Tinggi sebagai bagian
dari sistem pendidikan nasional
untuk mewujudkan tujuan
Pendidikan Tinggi;

1426. b. penetapan kebijakan umum SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


nasional dan penyusunan rencana
pengembangan jangka panjang,
menengah, dan tahunan Pendidikan
Tinggi yang berkelanjutan;

1427. c. peningkatan penjaminan mutu, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


relevansi, keterjangkauan,
pemerataan yang berkeadilan, dan
akses Pendidikan Tinggi secara
berkelanjutan;

1428. d. pemantapan dan peningkatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


kapasitas pengelolaan akademik
dan pengelolaan sumber daya
Perguruan Tinggi;

196
1429. e. pemberian dan pencabutan izin SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Perguruan Tinggi
kecuali pendidikan tinggi
keagamaan dan Pendidikan Tinggi
bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh Institusi
Penyelenggara Pendidikan Tertentu;

1430. f. kebijakan umum dalam SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


penghimpunan dan pendayagunaan
seluruh potensi masyarakat untuk
mengembangkan Pendidikan Tinggi;

1431. g. pembentukan dewan, majelis, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


komisi, dan/atau konsorsium yang
melibatkan Masyarakat untuk
merumuskan kebijakan
pengembangan Pendidikan Tinggi;
dan

1432. h. pelaksanaan tugas lain untuk SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menjamin pengembangan dan
pencapaian tujuan Pendidikan
Tinggi.

1433. (4) Dalam hal penyelenggaraan pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
tinggi keagamaan, tanggung jawab,
tugas, dan wewenang dilaksanakan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama.
1434. (4a) Dalam hal penyelenggaraan Pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Tinggi bidang kesehatan oleh Institusi
Penyelenggara Pendidikan Profesi
Tertentu, tanggung jawab, tugas dan
wewenang dilaksanakan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan
berkoordinasi dengan Menteri.

197
1435. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
tanggung jawab Menteri atas
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tugas dan wewenang Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
1436. 3. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 24 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a),
sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai
berikut:

1437. Pasal 24 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Program profesi merupakan
198esehatan198 keahlian khusus
yang diperuntukkan bagi lulusan
program sarjana atau sederajat
untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan memperoleh
kecakapan yang diperlukan dalam
dunia kerja.
1438. (2) Program profesi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi yang bekerja sama dengan
Kementerian, Kementerian lain,
LPNK, dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu
layanan profesi.
1439. (2a) Selain diselenggarakan oleh SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Perguruan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),
penyelenggaraan program profesi
dapat diselenggarakan oleh
Institusi Penyelenggara Pendidikan
Profesi Tertentu dan dapat bekerja
sama dengan Perguruan Tinggi,
kementerian yang
menyelenggarakan urusan

198
pemerintahan di bidang
199esehatan, Kementerian,
dan/atau pihak lain sesuai dengan
kebutuhan.
1440. (3) Program profesi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (2) menyiapkan
lulusan profesional.
1441. (4) Program profesi wajib memiliki SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Dosen yang berkualifikasi akademik
minimum lulusan program profesi
dan/atau lulusan program magister
atau yang sederajat dengan
pengalaman kerja paling singkat 2
(dua) tahun.
1442. (5) Lulusan program profesi berhak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menggunakan gelar profesi.
1443. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
program profesi diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1444. 4. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 25 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a),
sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai
berikut:

1445. Pasal 25 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Program spesialis merupakan
pendidikan keahlian lanjutan yang dapat
bertingkat dan diperuntukkan bagi
lulusan program profesi yang telah
berpengalaman sebagai profesional
untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya menjadi spesialis.

1446. (2) Program spesialis sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
yang bekerja sama dengan Kementerian,
Kementerian lain, LPNK dan/atau

199
organisasi profesi yang bertanggung
jawab atas mutu layanan profesi.

1447. (2a) Selain diselenggarakan oleh Perguruan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), penyelenggaraan program
spesialis dapat diselenggarakan oleh
Institusi Penyelenggara Pendidikan
Profesi Tertentu dan dapat bekerja sama
dengan Perguruan Tinggi, kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan,
Kementerian, dan/atau pihak lain
sesuai dengan kebutuhan.
1448. (3) Program spesialis sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (2) meningkatkan
kemampuan spesialisasi dalam cabang
ilmu tertentu.

1449. (4) Program spesialis wajib memiliki Dosen SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
yang berkualifikasi akademik minimum
lulusan program spesialis dan/atau
lulusan program doktor atau yang
sederajat dengan pengalaman kerja
paling singkat 2 (dua) tahun.

1450. (5) Lulusan program spesialis berhak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menggunakan gelar spesialis.

1451. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
program spesialis diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

1452. 5. Ketentuan ayat (6) Pasal 26 diubah, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai
berikut:

1453. Pasal 26 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

200
(1) Gelar akademik diberikan oleh
Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan
akademik.

1454. (2) Gelar akademik terdiri atas : SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1455. a. sarjana; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1456. b. magister; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1457. c. doktor. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1458. (3) Gelar vokasi diberikan oleh Perguruan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan vokasi .

1459. (4) Gelar vokasi terdiri atas: SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1460. a. ahli pratama; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1461. b. ahli muda; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1462. c. ahli madya; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1463. d. sarjana terapan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1464. e. magister terapan; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1465. f. doktor terapan. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1466. (5) Gelar profesi diberikan oleh Perguruan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Tinggi atau Institusi Penyelenggara
Pendidikan Profesi Tertentu yang
menyelenggarakan pendidikan profesi.

1467. (6) Gelar profesi sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pada ayat (5) ditetapkan oleh Perguruan
Tinggi atau Institusi Penyelenggara

201
Pendidikan Profesi Tertentu bersama
dengan Kementerian, Kementerian Lain,
LPNK, dan/atau organisasi profesi yang
bertanggung jawab terhadap mutu
layanan profesi.

1468. (7) Gelar profesi terdiri atas: SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1469. a. profesi; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1470. b. spesialis. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211

1471. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai gelar SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

1472. 6. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
berbunyi sebagai berikut:

1473. Pasal 28 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar
profesi hanya digunakan oleh lulusan
dari Perguruan Tinggi yang dinyatakan
berhak memberikan gelar akademik,
gelar vokasi, atau gelar profesi.

1474. (2) Selain perguruan tinggi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dimaksud pada ayat (1), pemberian gelar
profesi dapat diberikan oleh institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu.

1475. (3) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
profesi hanya dibenarkan dalam bentuk
dan inisial atau singkatan yang diterima
dari Perguruan Tinggi atau institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu.

202
1476. (4) Gelar akademik dan gelar vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Menteri apabila dikeluarkan oleh:

1477. a. Perguruan Tinggi dan/atau Program SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Studi yang tidak terakreditasi;
dan/atau

1478. a. perseorangan, organisasi, atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


penyelenggara Pendidikan Tinggi
yang tanpa hak mengeluarkan gelar
akademik dan gelar vokasi.

1479. (5) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan
oleh:

1480. a. Perguruan Tinggi dan/atau Program SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Studi yang tidak terakreditasi;

1481. b. bukan penyelenggara Pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


profesi tertentu; dan/atau

1482. c. perseorangan, organisasi, atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


lembaga lain yang tanpa hak
mengeluarkan gelar profesi.

1483. (6) Gelar akademik dan/atau gelar vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Perguruan Tinggi apabila karya ilmiah
yang digunakan untuk memperoleh gelar
akademik dan/atau gelar vokasi terbukti
merupakan hasil jiplakan atau plagiat,
atau dinyatakan tidak sah dan dicabut
oleh Perguruan Tinggi atau institusi
penyelenggara pendidikan profesi
tertentu apabila gelar profesi terbukti
merupakan hasil jiplakan atau plagiat.

203
1484. (7) Perseorangan, organisasi, atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggara Pendidikan Tinggi yang
tanpa hak dilarang memberikan gelar
akademik, gelar vokasi, atau gelar
profesi.

1485. (8) Perseorangan yang tanpa hak dilarang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
menggunakan gelar akademik, gelar
vokasi, dan/atau gelar profesi.

1486. 7. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
berbunyi sebagai berikut:

1487. Pasal 33 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Program pendidikan dilaksanakan
melalui Program Studi.

1488. (2) Program Studi memiliki kurikulum dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
metode pembelajaran sesuai dengan
program Pendidikan.

1489. (3) Program Studi diselenggarakan atas izin SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Menteri dan/atau menteri lain yang
menyelenggarakan Pendidikan setelah
memenuhi persyaratan minimum
akreditasi.

1490. (4) Program Studi dikelola oleh suatu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
satuan unit pengelola yang ditetapkan
oleh Perguruan Tinggi atau institusi
penyelenggara Pendidikan profesi
tertentu.

1491. (5) Program Studi sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pada ayat (1) mendapatkan akreditasi
pada saat memperoleh izin
penyelenggaraan.

204
1492. (6) Program Studi wajib diakreditasi ulang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pada saat jangka waktu akreditasinya
berakhir.

1493. (7) Program Studi yang tidak diakreditasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
ulang sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) dapat dicabut izinnya oleh Menteri
dan/atau menteri lain yang
menyelenggarakan Pendidikan.

1494. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai metode SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pembelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pemberian izin Program
Studi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dan pencabutan izin Program Studi
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
diatur dalam Peraturan Menteri
dan/atau peraturan menteri lain yang
menyelenggarakan pendidikan profesi
tertentu.

1495. 8. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 34 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a)
dan ditambahkan 1 (satu) ayat yakni
ayat (3), sehingga Pasal 34 berbunyi
sebagai berikut:

1496. Pasal 34 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Program Studi diselenggarakan di
kampus utama Perguruan Tinggi,
dan/atau dapat diselenggarakan di luar
kampus utama dalam suatu provinsi
atau di provinsi lain melalui kerja sama
dengan Perguruan Tinggi setempat.

1497. (1a) Program Studi yang dilaksanakan oleh SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Institusi Penyelenggara Pendidikan

205
Profesi Tertentu diselenggarakan di
rumah sakit Pendidikan.
1498. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggaraan Program Studi di
kampus utama Perguruan Tinggi
dan/atau di luar kampus utama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Menteri.

1499. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggaraan Program Studi di
Institusi Penyelenggara Pendidikan
Profesi Tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1a) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

1500. 9. Ketentuan ayat (1) Pasal 43 diubah, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai
berikut:

1501. Pasal 43 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan
untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi atau Institusi Penyelenggara
Pendidikan Profesi Tertentu yang bekerja
sama dengan Kementerian, Kementerian
lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu
layanan profesi, dan/atau badan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1502. (2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan

206
Tinggi atau Institusi Penyelenggara
Pendidikan Profesi Tertentu.

1503. (3) Perseorangan, organisasi, atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
penyelenggara Pendidikan Tinggi yang
tanpa hak dilarang memberikan
sertifikat profesi.

1504. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sertifikat profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

1505. 10. Ketentuan ayat (1), ayat (2) huruf a, dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
ayat (4) Pasal 56 diubah sehingga Pasal
56 berbunyi sebagai berikut:

1506. Pasal 56 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


(1) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
merupakan kumpulan data
penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
seluruh Perguruan Tinggi dan Institusi
Penyelenggara Pendidikan Profesi
Tertentu yang terintegrasi secara
nasional.

1507. (2) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai sumber informasi bagi:

1508. a. lembaga akreditasi, untuk SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


melakukan akreditasi Program
Studi, Perguruan Tinggi, dan
Institusi Penyelenggara Pendidikan
Profesi Tertentu;

1509. b. Pemerintah, untuk melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


pengaturan, perencanaan,
pengawasan, pemantauan, dan

207
evaluasi serta pembinaan dan
koordinasi Program Studi dan
Perguruan Tinggi atau Institusi
Penyelenggara Pendidikan Profesi
Tertentu; dan

1510. c. Masyarakat, untuk mengetahui SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211


kinerja Program Studi dan
Perguruan Tinggi atau Institusi
Penyelenggara Pendidikan Profesi
Tertentu.

1511. (3) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
dikembangkan dan dikelola oleh
Kementerian atau dikelola oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Kementerian.

1512. (4) Penyelenggara Perguruan Tinggi dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 211
Institusi Penyelenggara Pendidikan
Profesi Tertentu wajib menyampaikan
data dan informasi penyelenggaraan
Perguruan Tinggi serta memastikan
kebenaran dan ketepatannya.

1513. Bagian Keempat TETAP TETAP


Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan
1514. Paragraf 1 TETAP TETAP
Umum
1515. Pasal 214 REDAKSIONAL Pasal 214 Mengubah rujukan pasal yang
(1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan (1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan semula Pasal 196 menjadi Pasal 198.
Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan dalam rangka dengan perencanaan dalam rangka
pemenuhan Tenaga Kesehatan pemenuhan Tenaga Medis dan Tenaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kesehatan sebagaimana dimaksud
196. dalam Pasal 198.

208
1516. (2) Pendayagunaan Tenaga Medis dan TETAP TETAP
Tenaga Kesehatan dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1517. (3) Pendayagunaan Tenaga Medis dan TETAP TETAP


Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan aspek
pemerataan, pemanfaatan, dan/atau
pengembangan.

1518. Pasal 215 REDAKSIONAL Pasal 215 - Mengubah kata “dasar” menjadi
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota (1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota “primer”. Konsistensi dengan
wajib memenuhi kebutuhan Tenaga wajib memenuhi kebutuhan Tenaga pelayanan Kesehatan primer
Medis dan Tenaga Kesehatan untuk Medis dan Tenaga Kesehatan untuk - Menambahkan frasa “sesuai
Pelayanan Kesehatan dasar di Pelayanan Kesehatan primer di dengan ketentuan peraturan
Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan perundang-undangan”
Kesehatan tingkat pertama lainnya milik Kesehatan tingkat pertama lainnya milik
Pemerintah Daerah berdasarkan
Pemerintah Daerah.
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1519. (2) Pemerintah Pusat dapat memberikan TETAP TETAP -
insentif atau disinsentif kepada Pe
merintah Daerah kabupaten/kota dalam
pemenuhan kebutuhan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

1520. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 216A
atau disinsentif sebagaimana dimaksud PERUBAHAN
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan REDAKSIONAL
Pemerintah.

209
1521. Pasal 216 REDAKSIONAL Pasal 216 Mengubah “rujukan” menjadi
Pemerintah Daerah bertanggungjawab (1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab “tingkat lanjut”
melakukan pemenuhan Tenaga Kesehatan melakukan pemenuhan Tenaga Menambahkan frasa “sesuai dengan
untuk pelayanan Kesehatan rujukan di Kesehatan untuk pelayanan Kesehatan ketentuan peraturan perundang-
Fasilitas Pelayanan Kesehatan miliknya. tingkat lanjut di Fasilitas Pelayanan undangan”
Kesehatan miliknya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1522. SUBSTANSI BARU (2) Pemerintah Pusat dapat memberikan Menambahkan substansi baru
insentif atau disinsentif kepada terkait pemberian insentif atau
Pemerintah Daerah dalam pemenuhan disinsentif
kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
1523. REPOSISI DENGAN Pasal 216A Reposisi dari Pasal 215 ayat (3)
PERUBAHAN Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif
REDAKSIONAL atau disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 215 dan Pasal 216 diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1524. Paragraf 2 TETAP TETAP
Pendayagunaan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan di Dalam Negeri
1525. Pasal 217 TETAP TETAP
(1) Dalam rangka pemerataan Pelayanan
Kesehatan dan pemenuhan kebutuhan
Pelayanan Kesehatan kepada
masyarakat, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab
melakukan penempatan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan setelah melalui
proses seleksi.

1526. (2) Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga TETAP TETAP


Kesehatan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan cara:

210
1527. a. pengangkatan sebagai pegawai REDAKSIONAL a. pengangkatan sebagai aparatur sipil huruf a dan b digabung karena
negeri sipil; negara; dikhawatirkan jika ada P3K akan
mengikat yang menggunakan istilah
lain.

1528. b. pengangkatan sebagai pegawai SUBSTANSI DIHAPUS Menyesuaikan Pasal 217 ayat (2)
pemerintah dengan perjanjian kerja; huruf a dan b yang diusulkan
digabung.

1529. c. penugasan khusus; atau TETAP TETAP

1530. d. Pengangkatan pegawai pada fasilitas SUBSTANSI d. Pengangkatan pegawai dengan cara lain Pengangkatan pegawai pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan pelayanan kesehatan yang
menerapkan pola pengelolaan perundang-undangan. menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLU/BLUD. keuangan BLU/BLUD diubah
menjadi Pengangkatan pegawai
dengan cara lain, untuk
mengakomodir kebijakan
kepegawaian
1531. (3) Selain penempatan Tenaga Medis dan TETAP TETAP
Tenaga Kesehatan dengan cara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Pusat dapat menempatkan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
melalui pengangkatan sebagai anggota
TNI/POLRI.

1532. (4) Pengangkatan sebagai pegawai negeri REDAKSIONAL (4) Pengangkatan sebagai aparatur sipil Konkordan Pasal 217 ayat (2) huruf
sipil dan pegawai pemerintah dengan negara sebagaimana dimaksud pada a.
perjanjian kerja sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a serta penempatan
pada ayat (2) huruf a dan huruf b serta melalui pengangkatan sebagai anggota
penempatan melalui pengangkatan TNl/POLRI sebagaimana dimaksud
sebagai anggota TNl/POLRI sebagaimana pada ayat (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
perundang-undangan.
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

211
1533. (5) Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga SUBSTANSI (5) Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga - Menambahkan frasa
Kesehatan melalui penugasan khusus Kesehatan melalui penugasan khusus “gubernur/bupati/walikota”,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) karena penugasan khusus juga
huruf c dilakukan oleh Menteri huruf c dilakukan oleh Menteri atau bisa dilakukan oleh pemerintah
berkoordinasi dengan menteri yang gubernur/bupati/walikota, dengan daerah
menyelenggarakan urusan memperhatikan kebutuhan Pelayanan - Pelaksanaan penugasan khusus
Kesehatan, ketersediaan Tenaga Medis
pemerintahan di bidang dalam negeri dilakukan dengan memanfaatkan
dan Tenaga Kesehatan, dan daerah
dengan memperhatikan kebutuhan data yang sudah tertuang di dalam
tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
Pelayanan Kesehatan, ketersediaan Sistem Informasi SDM Kesehatan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, yang memuat semua data terkait
serta dengan memperhatikan daerah tenaga kesehatan termasuk data
tertinggal, perbatasan dan kepulauan. kebutuhan tenaga kesehatan di
tiap-tiap wilayah sehingga
diusulkan frasa “berkoordinasi
dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam
negeri” dihapus.

1534. SUBSTANSI BARU (5a) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penambahan substansi baru
penugasan khusus sebagaimana mengenai penugasan khusus untuk
dimaksud pada ayat (5) diatur diatur lebih lanjut dengan Peraturan
dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah.

1535. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2) huruf d
Pengangkatan pegawai pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLU/BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
perundangan.

1536. Pasal 218 TETAP TETAP

212
Penempatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 217 diikuti dengan upaya retensi
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

1537. Pasal 219 REDAKSIONAL Pasal 219 Menambahkan frasa “tenaga medis”
(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan (1) Dalam rangka pemerataan pelayanan
medis spesialistik, Pemerintah Pusat, medis spesialistik, Pemerintah Pusat,
rumah sakit pendidikan, dan institusi rumah sakit pendidikan, dan institusi
pendidikan dapat mendayagunakan pendidikan dapat mendayagunakan
mahasiswa program pendidikan dokter peserta didik program pendidikan
spesialis atau dokter gigi spesialis. dokter spesialis/subspesialis atau
dokter gigi spesialis/subspesialis.
1538. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pendayagunaan mahasiswa program pendayagunaan peserta didik program
pendidikan dokter spesialis atau dokter pendidikan dokter
gigi spesialis sebagaimana dimaksud spesialis/subspesialis atau dokter gigi
pada ayat (1) diatur dalam peraturan spesialis/subspesialis sebagaimana
Menteri. dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan Menteri.
1539. Pasal 220 REDAKSIONAL Pasal 220 Mengubah frasa “perguruan tinggi”
(1) Dalam rangka pemerataan Tenaga Medis (1) Dalam rangka pemerataan Tenaga menjadi “pemyelenggara
dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai Pendidikan”. Konkordan dengan
kebutuhan Pelayanan Kesehatan, dengan kebutuhan Pelayanan ususlan Pemerintah pada substansi
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Kesehatan, Pemerintah Pusat dan/atau Pendidikan tenaga medis dan tenaga
Daerah dapat memanfaatkan Tenaga Pemerintah Daerah dapat kesehatan
Medis dan Tenaga Kesehatan lulusan memanfaatkan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan lulusan dari
dari perguruan tinggi yang
penyelenggara pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
atau masyarakat untuk mengikuti atau masyarakat untuk mengikuti
seleksi penempatan. seleksi penempatan.
1540. (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan TETAP TETAP
yang telah lulus seleksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditempatkan
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
milik Pemerintah Pusat dan/atau

213
Pemerintah Daerah untuk jangka waktu
tertentu.

1541. (3) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
atau kepala daerah yang membawahi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut
harus mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan insentif, jaminan keamanan,
serta keselamatan kerja Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1542. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


penempatan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

1543. Pasal 221 TETAP TETAP


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
yang diangkat oleh Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah dapat
dipindahtugaskan antarprovinsi,
antarkabupaten, atau antarkota karena
alasan kebutuhan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan/atau promosi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1544. (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan REDAKSIONAL (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Menambahkan frasa “daerah tidak
yang bertugas di daerah tertinggal, yang bertugas di daerah tertinggal, diminati” agar dapat menampung
perbatasan, dan kepulauan serta daerah perbatasan, dan kepulauan serta kebutuhan tenaga medis dan tenaga
bermasalah kesehatan dapat daerah bermasalah kesehatan atau kesehatan termasuk pada daerah
memperoleh tunjangan atau insentif daerah tidak diminati dapat tidak diminati.
khusus, jaminan keamanan, dukungan memperoleh tunjangan atau insentif
khusus, jaminan keamanan, dukungan
sarana prasarana dan alat kesehatan,

214
kenaikan pangkat luar biasa, dan sarana prasarana dan alat kesehatan,
pelindungan dalam pelaksanaan tugas kenaikan pangkat luar biasa, dan
sesuai dengan ketentuan peraturan pelindungan dalam pelaksanaan tugas
perundang-undangan. sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
1545. (3) Dalam hal terjadi kekosongan Tenaga TETAP TETAP
Medis dan Tenaga Kesehatan,
Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah harus menyediakan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan pengganti
untuk menjamin keberlanjutan
Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan.

1546. (4) Ketentuan lebih Ianjut mengenai TETAP TETAP


pemindahtugasan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Tenaga
Kesehatan yang bertugas di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan
serta daerah bermasalah kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

1547. Pasal 222 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam


(1) Dalam keadaan tertentu terjadi Pasal 221 ayat (3).
kekosongan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah untuk
sementara waktu, Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah harus
menyediakan Tenaga Kesehatan
pengganti untuk menjamin
keberlangsungan Pelayanan Kesehatan.

215
1548. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam
penyediaan tenaga Kesehatan pengganti Pasal 221 ayat (4).
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.

1549. SUBSTANSI BARU Pasal 222A Menambah substansi mengenai


(1) Dalam kondisi tertentu Pemerintah kewenangan pemerintah untuk
Pusat berwenang mengatur mengatur penempatan Tenaga Medis
penempatan Tenaga Medis dan Tenaga dan Tenaga Kesehatan untuk
Kesehatan lulusan penyelenggara menampung kebutuhan pelayanan
Pendidikan. Kesehatan pada kondisi tertentu

1550. SUBSTANSI BARU (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konkordan ayat (1)
pengaturan penempatan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
1551. Pasal 223 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah dapat menetapkan pola ikatan
dinas bagi calon Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan untuk memenuhi
kepentingan pembangunan kesehatan.

1552. (2) Selain pola ikatan dinas yang TETAP TETAP


diselenggarakan Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
badan usaha atau masyarakat dapat
menetapkan pola ikatan dinas dalam
rangka memenuhi kepentingan
Pelayanan Kesehatan di masyarakat.

1553. (3) Pelaksanaan pola ikatan dinas oleh TETAP TETAP


badan usaha atau masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

216
diikuti dengan penempatan calon Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan pada
daerah terpencil, daerah tertinggal,
perbatasan dan kepulauan, daerah
bermasalah kesehatan, atau daerah
tidak diminati dalam rangka dukungan
pemerataan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan.

1554. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola TETAP TETAP


ikatan dinas bagi calon Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

1555. SUBSTANSI BARU Pasal 223A - Menambahkan substansi


(1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan pendayagunaan Tenaga Medis
Tenaga Kesehatan memanfaatkan dan tenaga Kesehatan baik yang
warga negara Indonesia dan warga berasal dari WNI atau WNA
negara asing. - WNA yang akan praktik harus
memiliki STR dan SIP serta harus
terdapat permintaan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
1556. SUBSTANSI BARU (2) Warga negara asing sebagaimana Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan lulusan penyelenggara
pendidikan di Indonesia dan akan
melakukan praktik di Indonesia harus
memiliki STR dan SIP.
1557. SUBSTANSI BARU (3) Warga negara asing yang akan praktik Konkordan dengan ayat (1)
di Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) hanya daplat melakukan
praktik atas permintaan dari
pengguna.
1558. SUBSTANSI BARU (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai warga Konkordan dengan ayat (1)
negara asing yang akan melakukan
praktik di Indonesia sebagaimana

217
dimaksud pada ayat (1) ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1559. Paragraf 3 REDAKSIONAL Paragraf 3 Menghapus kata “lainnya” karena
Pendayagunaan Tenaga Cadangan Pendayagunaan Tenaga Cadangan KLB dan Wabah bukan merupakan
Kesehatan untuk Penanggulangan Kejadian Kesehatan untuk Penanggulangan bagian dari bencana
Luar Biasa, Wabah, dan Darurat Bencana Kejadian Luar Biasa, Wabah, dan Darurat
Lainnya Bencana

1560. Pasal 224 TETAP TETAP


(1) Pemerintah Pusat membentuk tenaga
cadangan Kesehatan untuk
meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia Kesehatan dan mendukung
ketahanan Kesehatan.

1561. (2) Tenaga cadangan Kesehatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan dan non-Tenaga Kesehatan
yang dipersiapkan untuk dimobilisasi
pada penanggulangan KLB, Wabah, dan
darurat bencana lainnya.

1562. (3) Tenaga cadangan kesehatan berupa non- SUBSTANSI (3) Tenaga cadangan kesehatan berupa Tenaga Cadangan Kesehatan berupa
Tenaga Kesehatan sebagaimana non-Tenaga Kesehatan sebagaimana Non Tenaga Kesehatan tidak hanya
dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dimaksud pada ayat (2) berasal dari berasal dari Tenaga Kesehatan yg
dari Tenaga Kesehatan yang sudah tidak non-Tenaga Kesehatan yang telah tidak aktif lagi, tetapi juga dapat
aktif lagi menjalankan praktik Tenaga mendapatkan pelatihan terkait dengan mendayagunakan calon Tenaga
Kesehatan dan tenaga lainnya yang telah penanggulangan KLB, Wabah, dan Kesehatan dan Tenaga Lain sebagai
pendukung pada KLB, Wabah, dan
mendapatkan pelatihan terkait dengan kedaruratan lainnya.
darurat bencana lainnya.
penanggulangan KLB, Wabah, dan
darurat bencana lainnya.

1563. (4) Tenaga cadangan Kesehatan REDAKSIONAL (4) Tenaga cadangan Kesehatan Menambahkan frasa “yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terintegrasi dengan Sistem Informasi
dilakukan pengelolaan melalui proses dilakukan pengelolaan melalui proses Kesehatan Nasional
Registrasi dan kredensial dengan Registrasi dan kredensial dengan
memanfaatkan teknologi informasi, memanfaatkan teknologi informasi

218
pembinaan dan peningkatan kapasitas yang terintegrasi dengan Sistem
tenaga cadangan Kesehatan, serta Informasi Kesehatan Nasional,
pelaksanaan mobilisasi. pembinaan dan peningkatan kapasitas
tenaga cadangan Kesehatan, serta
pelaksanaan mobilisasi.
1564. Pasal 225 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi terkait dengan insentif
Tenaga cadangan Kesehatan yang dan/atau tunjangan daerah untuk
ditugaskan oleh Pemerintah Pusat dan/atau tenaga cadangan akan diakomodir
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam bab pendanaan
dalam Pasal 224 diberikan insentif dan/atau
tunjangan daerah sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah masing-
masing dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1565. Pasal 226 SUBSTANSI Pasal 226 pengaturan lebih lanjut dalam
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai peraturan pemerintah, tidak
pendayagunaan tenaga cadangan Kesehatan pendayagunaan tenaga cadangan langsung diatur dalam Permenkes
untuk penanggulangan KLB, Wabah, dan Kesehatan untuk penanggulangan KLB,
darurat bencana lainnya sebagaimana Wabah, dan darurat bencana lainnya
dimaksud dalam Pasal 224 dan Pasal 225 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224
diatur dalam Peraturan Menteri. diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1566. Paragraf 4 TETAP TETAP
Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Indonesia ke Luar
Negeri
1567. Pasal 227 TETAP TETAP
(1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan warga negara
Indonesia ke luar negeri dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara kebutuhan Tenaga
Kesehatan di Indonesia dan peluang
kerja bagi Tenaga Kesehatan warga
negara Indonesia di luar negeri.

1568. (2) Pendayagunaan Tenaga Medis dan SUBSTANSI (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Mengganti “dilaksanakan sesuai
Tenaga Kesehatan warga negara Pendayagunaan Tenaga Medis dan dengan ketentuan peraturan
Indonesia ke luar negeri sebagaimana Tenaga Kesehatan Warga Negara perundang-undangan” menjadi
“diatur dengan Peraturan

219
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan Indonesia ke Luar Negeri diatur dengan Pemerintah” karena untuk
sesuai dengan ketentuan peraturan Peraturan Pemerintah. mempertegas bentuk pengaturan
perundang-undangan.

1569. Paragraf 5 TETAP TETAP


Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan
Luar Negeri
1570. Pasal 228 TETAP TETAP
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
warga negara Indonesia lulusan luar
negeri yang akan melaksanakan praktik
di Indonesia harus mengikuti evaluasi
kompetensi.

1571. REPOSISI DENGAN (1a) Evaluasi kompetensi sebagaimana - Mempertegas pihak


PERUBAHAN SUBSTANSI dimaksud pada ayat (1) dilakukan penyelenggara evaluasi
oleh Menteri dengan melibatkan kompetensi
menteri yang menyelenggarakan - Reposisi dari Pasal 228 ayat (6)
urusan pemerintahan di bidang
pendidikan, serta dapat
mengikutsertakan kelompok ahli
masing-masing disiplin ilmu
kesehatan, lembaga, dan pihak lain
yang terkait.

1572. (2) Evaluasi kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1573. a. penilaian kelengkapan administratif; TETAP TETAP


dan

1574. b. Penilaian kemampuan praktik. TETAP TETAP

1575. (3) Penilaian kemampuan praktik TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan setelah penilaian

220
kelengkapan administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a.

1576. (4) Dalam rangka penilaian kemampuan TETAP TETAP


praktik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dilakukan penyetaraan
kompetensi dan/atau uji kompetensi.

1577. (5) Penyetaraan kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) bertujuan untuk
memastikan kesesuaian dengan standar
kompetensi Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan di Indonesia.

1578. SUBSTANSI BARU (5a) Berdasarkan hasil penyetaraan Menambahkan ayat baru untuk
kompetensi sebagaimana dimaksud memperjelas alur pelaksanaan uji
pada ayat (5), dilakukan uji kompetensi
kompetensi apabila tenaga medis dan
tenaga Kesehatan telah dinyatakan
setara kualifikasinya.
1579. (6) Penyetaraan kompetensi dan/atau uji REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 228 ayat (1a)
kompetensi sebagaimana dimaksud PERUBAHAN SUBSTANSI
pada ayat (4) dilakukan oleh Menteri
bekerjasama dengan konsil.

1580. (7) Hasil uji kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) berupa:

1581. a. kompeten; atau TETAP TETAP

1582. b. belum kompeten. TETAP TETAP

1583. (8) Dalam hal hasil uji kompetensi TETAP TETAP


dinyatakan kompeten sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf a, Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara Indonesia lulusan luar negeri

221
mengikuti adaptasi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

1584. (9) Dalam hal hasil uji kompetensi REDAKSIONAL (9) Dalam hal hasil uji kompetensi Menghapus kata “fellowship” dan
dinyatakan belum kompeten dinyatakan belum kompeten cukup menekankan penambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kompetensi melalui program
huruf b, Tenaga Medis dan Tenaga huruf b, Tenaga Medis dan Tenaga pelatihan agar bersifat lebih general
Kesehatan warga negara Indonesia Kesehatan warga negara Indonesia
lulusan luar negeri harus mengikuti lulusan luar negeri harus mengikuti
penambahan kompetensi melalui penambahan kompetensi melalui
program fellowship atau pelatihan. program pelatihan.

1585. Pasal 229 REDAKSIONAL Pasal 229 - Mengubah nomenklatur STR


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga Adaptasi dan SIP Adaptasi
warga negara Indonesia lulusan luar negara Indonesia lulusan luar negeri yang menjadi STR dan SIP
negeri yang akan mengikuti adaptasi di akan mengikuti adaptasi di Fasilitas - Pengaturan lebih lanjut diatur
Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus Pelayanan Kesehatan harus memiliki STR dalam peraturan pelaksanaan
memiliki STR adaptasi dan SIP adaptasi. dan SIP.

1586. (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 229 ayat (1)
ayat (1) merupakan bagian akhir
penilaian praktik dan digunakan dalam
upaya pendayagunaan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan.

1587. (3) STR adaptasi dan SIP adaptasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 229 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Menteri.

1588. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 229 ayat (1)
penerbitan STR adaptasi dan SIP
adaptasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur
dalam Peraturan Menteri.

1589. Pasal 230 REDAKSIONAL Pasal 230 - Mengubah rujukan pasal yang
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam semula Pasal 229 menjadi Pasal
dimaksud dalam Pasal 229, bagi Tenaga Pasal 228 dikecualikan bagi Tenaga Medis 228.

222
Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara dan Tenaga Kesehatan warga negara - Konsistensi penggunaan awalan
Indonesia lulusan luar negeri yang: Indonesia lulusan luar negeri yang: imbuhan

1590. a. merupakan lulusan dari perguruan REDAKSIONAL a. merupakan lulusan dari penyelenggara Mengubah frasa “perguruan tinggi
tinggi atau institusi pendidikan pendidikan tertentu di luar negeri; atau institusi pendidikan” menjadi
tertentu di luar negeri; “penyelenggara Pendidikan”
1591. b. telah praktik paling sedikit 2 (dua) TETAP TETAP
tahun di luar negeri; atau
1592. c. merupakan ahli dalam bidang TETAP TETAP
unggulan tertentu dalam Pelayanan
Kesehatan yang dibuktikan dengan
sertifikasi kompetensi;
1593. dan akan didayagunakan di Indonesia, SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis, sehingga
dilakukan evaluasi kompetensi melalui substansi lebih lanjut diatur dalam
penilaian portofolio. peraturan pelaksanaan.
1594. Pasal 231 REDAKSIONAL Pasal 231 Mengubah frasa “lulus” menjadi
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga “menyelesaikan”, karena evaluasi
negara Indonesia lulusan luar negeri yang negara Indonesia lulusan luar negeri yang kompetensi merupakan sebuah
telah lulus evaluasi kompetensi dan akan telah menyelesaikan evaluasi kompetensi proses yang terdiri atas beberapa
melaksanakan praktik di Indonesia harus dan akan melaksanakan praktik di tahapan yang harus diselesaikan
memiliki STR dan SIP sesuai dengan Indonesia harus memiliki STR dan SIP untuk menyesuaikan kompetensi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam sesuai dengan ketentuan sebagaimana
Undang-Undang ini. dimaksud dalam Undang-Undang ini.
1595. Pasal 232 SUBSTANSI Pasal 232 Menghapus frasa “dan mekanisme
Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi pemberian surat persetujuan”
kompetensi dan mekanisme pemberian kompetensi bagi Tenaga Medis dan Tenaga karena pemberlakuan surat
surat persetujuan diatur dalam Peraturan Kesehatan warga negara Indonesia lulusan persetujuan tidak pada masa
Pemerintah. luar negeri diatur dengan Peraturan evaluasi kompetensi melainkan
Pemerintah. untuk pendayagunaan setalah
evaluasi kompetensi.

1596. Paragraf 6 REDAKSIONAL Paragraf 6 Mengubah kata “pemanfaatan”


menjadi “pendayagunaan”

223
Pemanfaatan Tenaga Medis dan Tenaga Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing Lulusan Kesehatan Warga Negara Asing Lulusan
Luar Negeri Luar Negeri
1597. Pasal 233 TETAP TETAP
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
warga negara asing lulusan luar negeri
yang melaksanakan praktik di
Indonesia harus mengikuti evaluasi
kompetensi.

1598. REPOSISI DENGAN (1a) Evaluasi kompetensi sebagaimana - Mempertegas pihak


PERUBAHAN SUBSTANSI dimaksud pada ayat (1) dilakukan penyelenggara evaluasi
oleh Menteri dengan melibatkan kompetensi
menteri yang menyelenggarakan - Reposisi dari ayat (6)
urusan pemerintahan di bidang
pendidikan, serta dapat
mengikutsertakan kelompok ahli
masing-masing disiplin ilmu
kesehatan, lembaga, dan pihak lain
yang terkait.

1599. (2) Evaluasi kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1600. a. penilaian kelengkapan TETAP TETAP


administratif; dan

1601. b. penilaian kemampuan praktik. TETAP TETAP

1602. (3) Penilaian kemampuan praktik TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan setelah penilaian
kelengkapan administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.

1603. (4) Dalam rangka penilaian kemampuan REDAKSIONAL (4) Penilaian kemampuan praktik Menghapus kata “atau” dan “dalam
praktik sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat rangka” karena dalam penilaian

224
ayat (2) huruf b dilakukan penyetaraan (2) huruf b meliputi penyetaraan kemampuan praktik dilakukan
kompetensi dan/atau uji kompetensi. kompetensi dan uji kompetensi penyetaraan kompetensi

1604. (5) Penyetaraan kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) bertujuan
untuk memastikan kesesuaian dengan
standar kompetensi Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan di Indonesia.

1605. SUBSTANSI BARU (5a) Berdasarkan hasil penyetaraan - Menambahkan ayat baru untuk
kompetensi sebagaimana dimaksud memperjelas alur pelaksanaan uji
pada ayat (5), dilakukan uji kompetensi
kompetensi apabila tenaga medis - Konkordan dengan usulan
dan tenaga Kesehatan telah pemerintah ayat (4)
dinyatakan setara kualifikasinya.

1606. (6) Penyetaraan kompetensi dan/atau uji REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke ayat (1a)
kompetensi sebagaimana dimaksud PERUBAHAN SUBSTANSI
pada ayat (4) dilakukan oleh Menteri
bekerjasama dengan konsil.

1607. (7) Hasil uji kompetensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) berupa:

1608. a. kompeten; atau TETAP TETAP

1609. b. belum kompeten. TETAP TETAP

1610. (8) Dalam hal hasil uji kompetensi TETAP TETAP


dinyatakan kompeten sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf a, Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara asing lulusan luar negeri harus
mengikuti adaptasi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

1611. (9) Dalam hal hasil uji kompetensi TETAP TETAP


dinyatakan belum kompeten

225
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf b, Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan warga negara asing lulusan
luar negeri harus kembali ke negara
asalnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

1612. Pasal 234 REDAKSIONAL Pasal 234 Mnghapus kata “sementara” dan
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan pengaturan STR dan SIP diatur
warga negara asing lulusan luar negeri warga negara asing lulusan luar negeri dalam peraturan pelaksana
yang mengikuti adaptasi di Fasilitas yang mengikuti adaptasi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus memiliki Pelayanan Kesehatan harus memiliki
STR sementara dan SIP. STR dan SIP.

1613. (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
ayat (1) merupakan bagian akhir
penilaian praktik dan digunakan dalam
upaya pemanfaatan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan.

1614. (3) STR sementara dan SIP sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Menteri.

1615. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
penerbitan STR sementara dan SIP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

1616. Pasal 235 REDAKSIONAL Pasal 235 Konsistensi penggunaan awalan


(1) Dikecualikan dari ketentuan (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud imbuhan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal dalam Pasal 234 dikecualikan bagi
234, bagi Tenaga Medis dan Tenaga Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
Kesehatan warga negara asing lulusan warga negara asing lulusan luar negeri
luar negeri yang: yang:

226
1617. a. telah praktik sebagai spesialis atau TETAP TETAP
subspesialis paling sedikit 5 (lima)
tahun di luar negeri; atau

1618. b. merupakan ahli dalam suatu TETAP TETAP


bidang unggulan tertentu dalam
Pelayanan Kesehatan yang
dibuktikan dengan sertifikasi
kompetensi dan telah praktik
paling sedikit 5 (lima) tahun di luar
negeri,

1619. yang akan didayagunakan di Indonesia, SUBSTANSI DIHAPUS Pengaturan teknis akan diatur dalam
dilakukan evaluasi kompetensi melalui peraturan pelaksanaan
penilaian portofolio.

1620. (2) Ketentuan telah melakukan praktik SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
paling sedikit 5 (lima) tahun di luar
negeri atau ahli dalam suatu bidang
unggulan tertentu dalam Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dibuktikan dengan
surat keterangan atau dokumen lain
yang diterbitkan oleh lembaga yang
berwenang di negara yang
bersangkutan.

1621. SUBSTANSI BARU Pasal 235A Penambahan substansi


Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi pendelegasian peraturan mengenai
kompetensi bagi Tenaga Medis dan Tenaga evaluasi kompetensi bagi Tenaga
Kesehatan warga negara asing lulusan luar Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negeri diatur dengan Peraturan negara asing lulusan luar negeri
Pemerintah.
1622. Pasal 236 Pasal 236 Menghapus frasa “dalam rangka
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan REDAKSIONAL (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan investasi atau noninvestasi”
warga negara asing dapat melakukan warga negara asing dapat melakukan Tujuan Tenaga Medis dan Tenaga
praktik pada Fasilitas Pelayanan praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan warga negara asing dalam
Kesehatan di Indonesia dalam rangka Kesehatan di Indonesia, dengan melakukan praktik pada Fasilitas
ketentuan: Pelayanan Kesehatan di Indonesia

227
investasi atau noninvestasi, dengan tidak terbatas pada investasi atau
ketentuan: non investasi.

1623. a. terdapat permintaan dari REDAKSIONAL a. terdapat permintaan dari pengguna menambahkan frasa “sesuai dengan
pengguna Tenaga Medis dan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan kebutuhan” karena pendayagunaan
Tenaga Kesehatan warga negara warga negara asing sesuai dengan TKWNA tetap harus melihat pada
asing; kebutuhan; kebutuhan pelayanan

1624. b. dalam rangka alih teknologi dan TETAP TETAP


ilmu pengetahuan; dan

1625. c. untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun SUBSTANSI c. untuk jangka waktu tertentu. Menghapus ketentuan mengenai
dan dapat diperpanjang hanya jangka waktu karena Pembatasan
untuk 1 (satu) tahun berikutnya. jangka waktu dalam UU terlalu
teknis dan dinamis, lebih baik diatur
dalam peraturan pelaksanaan.
1626. (2) Permintaan dari pengguna TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mengutamakan penggunaan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
warga negara Indonesia dan memenuhi
standar kompetensi.

1627. SUBSTANSI BARU (2a) Dikecualikan dari ketentuan Menambahkan substansi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pendayagunaan tenaga medis dan
pengguna dapat mendayagunakan tenaga Kesehatan WNA pada daerah
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang tidak diminati oleh Tenaga
warga negara asing pada daerah yang Medis dan Tenaga Kesehatan WNI
tidak diminati oleh Tenaga Medis dan dalam rangka menjaga
Tenaga Kesehatan warga negara kesinambungan pelayanan
Indonesia dengan kualifikasi yang kesehatan
sama.
1628. (3) Ketentuan mengenai Tenaga Medis dan REDAKSIONAL (3) Ketentuan mengenai Tenaga Medis Menghapus frasa “dalam rangka
Tenaga Kesehatan warga negara asing dan Tenaga Kesehatan warga negara investasi atau noninvestasi”
yang melakukan praktik pada Fasilitas asing yang melakukan praktik pada
Pelayanan Kesehatan di Indonesia Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
dalam rangka investasi atau Indonesia sebagaimana dimaksud
noninvestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

228
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

1629. Pasal 237 SUBSTANSI Pasal 237 - Mengubah frasa “lulus” menjadi
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan “menyelesaikan”, karena evaluasi
warga negara asing lulusan luar negeri warga negara asing lulusan luar negeri kompetensi merupakan sebuah
yang telah lulus proses evaluasi yang telah menyelesaikan proses proses yang terdiri atas beberapa
kompetensi dan akan melakukan evaluasi kompetensi dan akan tahapan yang harus diselesaikan
praktik di Indonesia harus memiliki melakukan praktik di Indonesia wajib untuk menyesuaikan kompetensi
STR sementara dan SIP. - Mengubah kata “harus” menjadi
memiliki STR dan SIP.
“wajib”
- menghapus kata “sementara”

1630. (2) STR sementara bagi Tenaga Medis dan SUBSTANSI (2) STR dan SIP bagi Tenaga Kesehatan - Konkordan dengan ayat (1)
Tenaga Kesehatan warga negara asing warga negara asing lulusan luar negeri - Menambahkan frasa “SIP”
lulusan luar negeri sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) berlaku selama berlaku untuk jangka waktu tertentu.
3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

1631. SUBSTANSI BARU (2a) Dikecualikan dari ketentuan - Menambah susbtansi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengecualian bagi Tenaga Medis
bagi Tenaga Medis dan Tenaga dan Tenaga Kesehatan warga
Kesehatan warga negara asing lulusan negara asing lulusan luar negri
luar negri yang telah mendapat izin yang telah mendapat izin tinggal
tinggal tetap dan akan berpraktik di tetap dan akan berpraktik di
Indonesia. Indonesia
1632. (3) SIP bagi Tenaga Medis dan Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
Kesehatan warga negara asing lulusan
luar negeri berlaku sepanjang STR
sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) masih berlaku.

1633. Pasal 238 REDAKSIONAL Pasal 238 - Mengubah frasa “dan” menjadi
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan “/”
warga negara asing lulusan luar negeri warga negara asing lulusan luar negeri - Menghapus kata “sementara”
yang akan menjadi peserta program yang akan menjadi peserta program
pendidikan spesialis dan subspesialis pendidikan spesialis/subspesialis di
Indonesia wajib memiliki STR.

229
di Indonesia wajib memiliki STR
sementara.

1634. (2) STR sementara sebagaimana dimaksud TETAP (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat Konkordan dengan ayat (1)
pada ayat (1) berlaku selama masa (1) berlaku selama masa pendidikan
pendidikan

1635. Pasal 239 REDAKSIONAL Pasal 239 - Menambahkan frasa “atau


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan kegiatan lain”, karena dalam
warga negara asing lulusan luar negeri warga negara asing lulusan luar negeri implementasinya pendayagunaan
yang akan memberikan pendidikan dan yang akan memberikan pendidikan dan TKWNA bisa juga untuk kegiatan
pelatihan dalam rangka alih ilmu pelatihan dalam rangka alih ilmu bakti sosial, pelatihan bersama,
pengetahuan dan teknologi untuk pengetahuan dan teknologi atau event olahraga, dan darurat
waktu tertentu, tidak memerlukan STR kegiatan lain untuk waktu tertentu, bencana.
tidak memerlukan STR. - Menghapus kata “sementara”
sementara.

1636. (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan TETAP TETAP


warga negara asing lulusan luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapat persetujuan dari
Menteri.

1637. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud REDAKSIONAL (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud Konkordan ayat (1)
pada ayat (2) diberikan melalui pada ayat (2) diberikan melalui
penyelenggara pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan
pelatihan. pelatihan atau kegiatan lain.

1638. Pasal 240 TETAP TETAP


Selain ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 233 sampai dengan Pasal 239,
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara asing harus memenuhi persyaratan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1639. Pasal 241 REDAKSIONAL Pasal 241 - Menghapus frasa “evaluasi


kompetensi” karena

230
Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi Ketentuan lebih lanjut pendayagunaan pendelegasian evaluasi
kompetensi, STR sementara, SIP, dan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga kompetensi sudah diatur dalam
mekanisme pemberian surat persetujuan negara asing lulusan luar negeri Pasal 235A.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 - Menghapus kata “sementara”
sampai dengan Pasal 239 diatur dalam sampai dengan Pasal 239 diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.

1640. Bagian Kelima TETAP TETAP


Pelatihan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam Rangka Penjagaan dan
Peningkatan Mutu
1641. Pasal 242 REDAKSIONAL Pasal 242 Menambahkan kata “peningkatan
(1) Dalam rangka menjaga dan (1) Dalam rangka menjaga dan kompetensi” karena tidak semua
meningkatkan mutu Tenaga Medis dan meningkatan mutu Tenaga Medis dan kegiatan bersifat peningkatan
Tenaga Kesehatan dilakukan pelatihan Tenaga Kesehatan serta mempercepat kompetensi yang dapat mendukung
dan kegiatan lain yang mendukung jumlah Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
kesinambungan dalam menjalankan Kesehatan dilakukan pelatihan dan
praktik. kegiatan peningkatan kompetensi
lainnya yang mendukung
kesinambungan dalam menjalankan
praktik.

1642. (2) Upaya menjaga dan meningkatkan mutu SUBSTANSI (2) Pelatihan dan/atau kegiatan Menambahkan substansi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peningkatan kompetensi lainnya penyelenggara pelatihan oleh
diselenggarakan oleh: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat dan/atau lembaga
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat pelatihan lain yang terakreditasi oleh
dan/atau lembaga pelatihan lain yang Pemerintah Pusat.
terakreditasi oleh Pemerintah Pusat

1643. a. menteri; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)

1644. b. organisasi profesi; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)

1645. c. lembaga pelatihan lain yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
diakreditasi oleh organisasi profesi.

231
1646. (3) Upaya menjaga dan meningkatkan mutu SUBSTANSI (3) Penjagaan dan peningkatan mutu Mengubah frasa “upaya menjaga dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meningkatkan” menjadi “penjagaan
dilaksanakan sesuai dengan standar dilaksanakan sesuai dengan standar dan peningkatan” serta mengubah
mutu profesi. profesi, standar kompetensi, standar “standar mutu profesi” menjadi
pelayanan dan perkembangan ilmu “standar profesi, standar
pengetahuan dan teknologi. kompetensi, standar pelayanan dan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi”.
1647. (4) Pelatihan dan kegiatan lain sebagaimana TETAP TETAP SEPAKAT
dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
untuk proses sertifikasi melalui konversi
ke dalam satuan kredit profesi.

1648. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP SEPAKAT


penyelenggaraan pelatihan dan kegiatan
lain dalam rangka menjaga dan
meningkatkan mutu Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

1649. Pasal 243 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diakomodir dalam Pasal


(1) Dalam rangka peningkatan mutu 242
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 240
serta percepatan pemenuhan Dokter
subspesialis dan Dokter Gigi
subspesialis, Menteri bersama dengan
kolegium dapat menyelenggarakan
program pelatihan atau fellowship di
Rumah Sakit pendidikan.

1650. (2) Dokter spesialis dan Dokter Gigi spesialis SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diakomodir dalam Pasal
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat 242
mengikuti rekognisi pembelajaran
lampau untuk mendapatkan gelar
subspesialis.

232
1651. Pasal 244 REDAKSIONAL Pasal 244 Mengubah rujukan pasal yang
Dalam rangka menjaga dan meningkatkan Dalam rangka menjaga dan meningkatkan semula Pasal 240 dan Pasal 241
mutu Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan mutu Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan menjadi Pasal 242 dan Pasal 243
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 240 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242
dan Pasal 241, kepala daerah dan pimpinan dan Pasal 243, kepala daerah dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
jawab atas pemberian kesempatan yang bertanggung jawab atas pemberian
sama kepada Tenaga Medis dan Tenaga kesempatan yang sama kepada Tenaga
Kesehatan dengan mempertimbangkan Medis dan Tenaga Kesehatan dengan
penilaian kinerja dan perilaku. mempertimbangkan penilaian kinerja dan
perilaku.
1652. Bagian Keenam TETAP TETAP
Registrasi dan Perizinan
1653. Paragraf 1 TETAP TETAP
Registrasi
1654. Pasal 245 TETAP TETAP
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan yang akan menjalankan
praktik wajib memiliki STR.

(1)
1655. (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat SUBSTANSI (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat Mengubah pejabat penerbit STR yang
(1) diterbitkan oleh konsil setiap (1) diterbitkan oleh lembaga atas nama semula diterbitkan oleh konsil
kelompok Tenaga Medis dan Tenaga Menteri, setelah memenuhi kedokteran, konsil kedokteran gigi,
Kesehatan, setelah memenuhi persyaratan. atau konsil masing-masing kelompok
persyaratan. Tenaga Kesehatan menjadi lembaga
atas nama Menteri.
1656. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud REDAKSIONAL (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud mengubah frasa “meliputi” menjadi
pada ayat (2) meliputi: pada ayat (2) paling sedikit: “paling sedikit”

1657. a. memiliki ijazah pendidikan di bidang REDAKSIONAL a. memiliki ijazah pendidikan di Konkordan Pasal 245 ayat (3)
kesehatan; bidang Kesehatan dan/atau
sertifikat profesi; dan
1658. b. memiliki sertifikat kompetensi atau SUBSTANSI b. memiliki sertifikat kompetensi Konkordan Pasal 245 ayat (3)
sertifikat profesi;

1659. c. memiliki surat keterangan sehat fisik SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 245 ayat (3)
dan mental;

233
1660. d. memiliki surat pernyataan telah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 245 ayat (3)
mengucapkan sumpah/janji profesi;
dan

1661. e. membuat pernyataan mematuhi dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 245 ayat (3)
melaksanakan ketentuan etika
profesi.

1662. (4) Persyaratan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (3) huruf b dikecualikan bagi
Tenaga Kesehatan dengan kualifikasi
pendidikan akademik.
1663. (5) STR sebagaimana dimaksud pada ayat SUBSTANSI (5) STR sebagaimana dimaksud pada ayat Mengubah pemberlakuan STR yang
(1) berlaku selama 5 (lima) tahun dan (1) berlaku seumur hidup. semula 5 tahun menjadi seumur
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun. hidup karena STR lebih bersifat pada
proses administratif pencatatan
tanaga kesehatan sehingga cukup
dilakukan sekali seumur hidup.
Sedangkan proses resertifikasi yang
semula ada pada STR akan
dilekatkan pada proses
perpanjangan SIP
1664. (6) STR sebagaimana dimaksud pada ayat SUBSTANSI DIHAPUS Substansi akan diakomodir dalam
(5) dapat dicabut dan diganti dalam hal peraturan pelaksanaan karena
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan: bersifat teknis

1665. a. berubah kualifikasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (6)


kompetensi/profesi; dan/atau

1666. b. beralih profesi. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (6)

1667. Pasal 246 TETAP TETAP


STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal
245 tidak berlaku apabila:
1668. a. yang bersangkutan meninggal dunia; TETAP TETAP

234
1669. b. dinonaktifkan atau dicabut atas SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam
permintaan yang bersangkutan; huruf c

1670. c. dicabut oleh Konsil Kedokteran SUBSTANSI c. dinonaktifkan atau dicabut oleh lembaga Konkordan dengan usulan
Indonesia atau konsil setiap yang ditetapkan Menteri; atau Pemerintah Pasal 245 ayat (2)
kelompok Tenaga Kesehatan;

1671. d. dicabut berdasarkan putusan TETAP TETAP


pengadilan; atau

1672. e. dipidana karena melakukan tindak SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam
pidana kejahatan yang ancaman huruf d
pidananya paling singkat 5 (lima)
tahun.

1673. Pasal 247 REDAKSIONAL Pasal 247 - Menghapus frasa “tata cara” dan
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai Registrasi “penonaktifan, dan pengaktifan
Registrasi, penonaktifan, dan pengaktifan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan diatur kembali STR Tenaga Medis dan
kembali STR Tenaga Medis dan Tenaga dengan Peraturan Menteri. Tenaga Kesehatan sebagaimana
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 245 dan
Pasal 245 dan Pasal 246 diatur dengan Pasal 246”
Peraturan Menteri. - Konkordan usulan pemerintah
pada Pasal 245 s/d 246.
1674. Paragraf 2 TETAP TETAP
Perizinan
1675. Pasal 248 TETAP TETAP
(1) Untuk jenis Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan tertentu dalam menjalankan
praktik keprofesiannya wajib memiliki
izin.

1676. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TETAP TETAP
diberikan dalam bentuk SIP.

1677. (3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) SUBSTANSI (3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat Menambahkan frasa “Menteri”
diberikan oleh Pemerintah Daerah (2) diberikan oleh Menteri atau kepala sebagai pemberi SIP karena
kabupaten/kota tempat Tenaga Medis daerah. pemerataan tenaga medis dan tenaga
kesehatan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan pelayanan di

235
atau Tenaga Kesehatan menjalankan masyarakat juga menjadi tanggung
praktiknya. jawab Menteri

1678. (4) Dalam pemenuhan percepatan SUBSTANSI DIHAPUS - Terkait dengan pejabat penerbit
kebutuhan Pelayanan Kesehatan di SIP konkordan dengan usulan
daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, pemerintah pada ayat (3).
SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) - Adanya persyaratan rekomendasi
dapat diterbitkan oleh bupati/walikota organisasi profesi akan berpotensi
setelah terpenuhi persyaratan paling menambah birokrasi dan
menghambat kewenangan
sedikit memiliki STR dan rekomendasi
pemerintah daerah untuk
dari Organisasi Profesi.
menerbitkan SIP. Padahal disisi
lain terdapat kebutuhan akan
tenaga kesehatan pada daerah
tersebut
1679. (5) Dalam rangka penerbitan SIP SUBSTANSI DIHAPUS Sesuai dengan usulan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terkait dengan kewenangan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota penerbitan SIP yang lebih lanjut akan
harus menetapkan kuota untuk setiap diatur dalam peraturan peaksanaan,
jenis Tenaga Medis dan Tenaga sehingga kriteria penetapan tidak
Kesehatan dengan memperhatikan perlu dirinci dalam UU ini.
kriteria paling sedikit:

1680. a. ketersediaan dan persebaran Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (5)
Medis dan Tenaga Kesehatan pada
daerah tersebut;

1681. b. rasio jumlah penduduk dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (5)
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
aktif yang ditetapkan oleh Menteri;
dan

1682. c. beban kerja Tenaga Medis dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (5)
Tenaga Kesehatan.

1683. Pasal 249 REDAKSIONAL Pasal 249 Konsistensi dengan Pasal 248 ayat
(1) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana (1) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana (1)
dimaksud dalam Pasal 248 ayat (2), dimaksud dalam Pasal 248 ayat (2),

236
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
harus memiliki. tertentu harus memiliki:

1684. a. STR; TETAP TETAP

1685. b. tempat praktik; TETAP TETAP

1686. c. rekomendasi organisasi profesi; dan SUBSTANSI DIHAPUS Adanya persyaratan rekomendasi
organisasi profesi akan berpotensi
menambah birokrasi dan
menghambat kewenangan
pemerintah daerah untuk
menerbitkan SIP. Padahal disisi lain
terdapat kebutuhan akan tenaga
kesehatan pada daerah tersebut.

1687. d. bukti pemenuhan kompetensi. SUBSTANSI DIHAPUS untuk SIP pertama kali tidak
dibutuhkan bukti pemenuhan
kompetensi karena pemenuhan
kompetensi untuk pertama kali
dapat dilihat dari sertifikat
kompetensi atau sertifikat profesi
yang mana dokumen tersebut telah
menjadi salah satu persyaratan
dalam penerbitan STR, sehingga
yang harus ada sebagai persyaratan
untukmemperoleh SIP adalah STR
dan tempat praktik.
1688. (2) SIP masih berlaku sepanjang tempat TETAP TETAP
praktik masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIP.

1689. (3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TETAP TETAP
berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.

237
1690. (4) Persyaratan perpanjangan SIP TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:

1691. a. STR; TETAP TETAP

1692. b. tempat praktik; TETAP TETAP

1693. c. rekomendasi organisasi profesi; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1) huruf c.

1694. d. pemenuhan kecukupan satuan TETAP TETAP


kredit profesi.

1695. (5) Pengelolaan pemenuhan kecukupan SUBSTANSI (5) Pengelolaan pemenuhan kecukupan Untuk memastikan pemenuhan
satuan kredit profesi sebagaimana satuan kredit profesi sebagaimana kompetensi yang ditunjukkan
dimaksud pada ayat (4) huruf c dimaksud pada ayat (4) huruf c dengan kecukupan SKP dapat
dilakukan dengan melibatkan Organisasi dilakukan oleh Menteri. dilakukan dan diatur lebih lanjut
Profesi. oleh Menteri

1696. (6) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) TETAP TETAP
dan ayat (3) tidak berlaku apabila:

1697. a. habis masa berlakunya; TETAP TETAP

1698. b. yang bersangkutan meninggal TETAP TETAP


dunia;

1699. c. STR dicabut atau dinonaktifkan; TETAP TETAP

1700. d. SIP dicabut oleh penerbit SIP; atau REDAKSIONAL d. SIP dicabut; atau Menghapus frasa “oleh Penerbit SIP”

1701. e. tempat praktik berubah. SUBSTANSI DIHAPUS Substansi dihapus mengingat


adanya pelayanan kesehatan
bergerak
1702. Pasal 250 TETAP TETAP
Dalam kondisi tertentu, Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan yang memberikan
Pelayanan Kesehatan tidak memerlukan SIP
di tempat tersebut.

238
1703. Pasal 251 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248
sampai dengan Pasal 250 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1704. Pasal 252 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi akan diakomodir dalam
(1) Untuk kepentingan pemenuhan peraturan pelaksana karena bersifat
kebutuhan pelayanan kedokteran, teknis
kepala dinas kesehatan provinsi atas
nama Menteri dapat memberikan surat
tugas kepada dokter spesialis atau
dokter gigi spesialis tertentu yang telah
memiliki SIP untuk bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tertentu tanpa
memerlukan SIP di tempat tersebut.

1705. (2) Pemberian surat tugas sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan:

1706. a. terdapat permintaan dari dinas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kebutuhan;

1707. b. ketiadaan dokter spesialis atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dokter gigi spesialis dengan keahlian
dan kompetensi yang sama pada
kabupaten/kota tersebut; dan

1708. c. dokter spesialis atau dokter gigi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
spesialis yang mendapat surat tugas
harus telah memiliki SIP.

1709. (3) Dalam hal selama jangka waktu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
keberlakuan surat tugas telah ada dokter
spesialis atau dokter gigi spesialis lain
dengan keahlian dan kompetensi yang

239
sama pada daerah tersebut, surat tugas
menjadi tidak berlaku.

1710. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
tugas diatur dalam Peraturan Menteri.

1711. Bagian Ketujuh SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil pemerintah
Tenaga Kesehatan Indonesia
1712. Paragraf 1 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Umum pemerintah
1713. Pasal 253 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Untuk menjaga mutu dan kompetensi pemerintah
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
dalam rangka melindungi masyarakat,
Presiden membentuk:

1714. a. Konsil Kedokteran Indonesia bagi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kelompok tenaga medis; dan pemerintah

1715. b. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
bagi kelompok Tenaga Kesehatan. pemerintah

1716. (2) Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dan bertanggung jawab
kepada Presiden.

1717. (3) Selain Konsil Kedokteran Indonesia dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Presiden membentuk konsil tenaga
kesehatan tradisional yang bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri.

1718. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai konsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
tenaga Kesehatan tradisional pemerintah

240
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

1719. Paragraf 2 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Konsil Kedokteran Indonesia pemerintah
1720. Pasal 254 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Susunan organisasi Konsil pemerintah
Kedokteran Indonesia terdiri atas:

1721. a. Konsil Kedokteran; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1722. b. Konsil Kedokteran Gigi. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1723. (2) Konsil Kedokteran dan Konsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Kedokteran Gigi sebagaimana pemerintah
dimaksud pada ayat (1) masing-
masing terdiri atas 3 (tiga) divisi, yaitu:

1724. a. Divisi Registrasi; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah
1725. b. Divisi Standar Pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Profesi; dan pemerintah

1726. b. Divisi Pembinaan. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah
1727. Pasal 255 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Pimpinan Konsil Kedokteran Indonesia pemerintah
terdiri atas:
1728. a. pimpinan Konsil Kedokteran SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Indonesia yang terdiri atas 3 (tiga) pemerintah
orang merangkap anggota;

1729. b. pimpinan Konsil Kedokteran dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pimpinan Konsil Kedokteran Gigi pemerintah
masing-masing 1 (satu) orang
merangkap anggota; dan

1730. c. pimpinan divisi pada Konsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Kedokteran dan Konsil Kedokteran pemerintah

241
Gigi masing-masing 1 (satu) orang
merangkap anggota.

1731. (2) Pimpinan Konsil Kedokteran Indonesia SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah
bersifat kolektif kolegial.
1732. (3) Pimpinan Konsil Kedokteran Indonesia SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah
huruf a adalah penanggung jawab
tertinggi
1733. Pasal 256 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Pimpinan Konsil Kedokteran Indonesia pemerintah
terdiri atas seorang ketua dan 2 (dua)
orang wakil ketua.

1734. (2) Pimpinan Konsil Kedokteran terdiri atas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
seorang ketua dan 3 (tiga) orang ketua pemerintah
divisi.

1735. (3) Pimpinan Konsil Kedokteran Gigi terdiri SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
atas seorang ketua dan 3 (tiga) orang pemerintah
ketua divisi.

1736. Pasal 257 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Jumlah anggota Konsil Kedokteran pemerintah
Indonesia 15 (lima belas) orang yang
terdiri atas unsur-unsur yang berasal
dari:

1737. a. organisasi profesi kedokteran SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebanyak 2 (dua) orang; pemerintah

1738. b. organisasi profesi kedokteran gigi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebanyak 2 (dua) orang; pemerintah

1739. c. asosiasi institusi pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kedokteran sebanyak 1 (satu) orang; pemerintah

242
1740. d. asosiasi institusi pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kedokteran gigi sebanyak 1 (satu) pemerintah
orang;

1741. e. kolegium kedokteran sebanyak 1 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(satu) orang; pemerintah

1742. f. kolegium kedokteran gigi sebanyak 1 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(satu) orang; pemerintah

1743. g. asosiasi rumah sakit pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebanyak 2 (dua) orang; pemerintah

1744. h. tokoh masyarakat sebanyak 3 (tiga) SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
orang; pemerintah

1745. i. kementerian yang menangani urusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintahan di bidang kesehatan pemerintah
sebanyak 1 (satu) orang; dan

1746. j. kementerian yang menangani urusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintahan di bidang pendidikan pemerintah
tinggi sebanyak 1 (satu) orang.

1747. (2) Ketentuan mengenai tata cara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pengangkatan keanggotaan Konsil pemerintah
Kedokteran Indonesia diatur dengan
Peraturan Menteri.

1748. Pasal 258 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Pimpinan Konsil Kedokteran Indonesia, pemerintah
pimpinan Konsil Kedokteran, pimpinan
Konsil Kedokteran Gigi, pimpinan divisi
pada Konsil Kedokteran dan Konsil
Kedokteran Gigi dipilih oleh anggota dan
ditetapkan oleh rapat pleno anggota.
1749. Pasal 259 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah

243
(1) Calon anggota Konsil Kedokteran
Indonesia harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1750. a. warga negara Indonesia; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1751. b. sehat jasmani dan rohani; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1752. c. bertakwa kepada Tuhan Yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Maha Esa dan berakhlak mulia; pemerintah

1753. d. berkelakuan baik; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah
1754. e. pernah melakukan praktik dokter SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
atau dokter gigi paling sedikit 10 pemerintah
(sepuluh) tahun dan memiliki STR
bagi yang berprofesi sebagai dokter
atau dokter gigi;

1755. f. cakap, jujur, memiliki moral, etika SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan integritas yang tinggi serta pemerintah
memiliki reputasi yang baik;

1756. g. tidak menjadi pengurus organisasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
politik, Organisasi Profesi, atau pemerintah
kolegium;

1757. h. tidak menjabat dalam jabatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
struktural baik di pemerintahan pemerintah
maupun di luar pemerintahan; dan

1758. i. memiliki pengetahuan, keahlian, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan pengalaman di salah satu pemerintah
bidang yang terdiri atas:

1759. 1) pendidikan kedokteran; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah
1760. 2) perumahsakitan atau Fasilitas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Pelayanan Kesehatan lainnya; pemerintah

244
1761. 3) mutu pelayanan publik; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1762. 4) hukum kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1763. 5) kebijakan publik; dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1764. 6) sosial budaya. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1765. (2) Calon anggota Konsil Kedokteran SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Indonesia yang berasal dari kalangan pemerintah
pemerintah dan masyarakat
dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i angka 1.

1766. Pasal 260 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Konsil Kedokteran Indonesia pemerintah
mempunyai tugas merumuskan
kebijakan internal dan standardisasi
pelaksanaan tugas konsil kedokteran
dan konsil kedokteran gigi.
1767. (2) Pelaksanaan tugas perumusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kebijakan internal Konsil Kedokteran pemerintah
Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan bidang kesehatan
1768. (3) Dalam melaksanakan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
Konsil Kedokteran Indonesia
mempunyai fungsi:
1769. a. menyusun perencanaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pelaksanaan tugas Konsil pemerintah
Kedokteran Indonesia;
1770. b. melakukan identifikasi dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pengembangan metodologi dan pemerintah
standardisasi pelaksanaan tugas
konsil kedokteran dan konsil
kedokteran gigi;

245
1771. c. melakukan analisis manajemen SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
risiko pelaksanaan tugas konsil pemerintah
kedokteran dan konsil kedokteran
gigi;
1772. d. membina konsil kedokteran dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
konsil kedokteran gigi; pemerintah
1773. e. melakukan koordinasi antarkonsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kedokteran dan konsil kedokteran pemerintah
gigi;
1774. f. mengelola sumber daya bersama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dalam konsil kedokteran dan konsil pemerintah
kedokteran gigi;
1775. g. memberikan masukan atau umpan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
balik atas hasil pelaksanaan tugas pemerintah
konsil kedokteran dan konsil
kedokteran gigi;
1776. h. menangani perselisihan atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
permasalahan antarkonsil pemerintah
kedokteran dan konsil kedokteran
gigi;
1777. i. melakukan pemantauan terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pencapaian target kinerja konsil pemerintah
kedokteran dan konsil kedokteran
gigi; dan
1778. j. menyusun dan menyampaikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
laporan secara berkala. pemerintah
1779. Pasal 261 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Konsil kedokteran dan konsil pemerintah
kedokteran gigi mempunyai tugas
melakukan Registrasi dan pembinaan
teknis keprofesian dokter dan dokter
gigi.

1780. (2) Dalam menjalankan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
konsil kedokteran dan konsil
kedokteran gigi mempunyai fungsi
1781. a. menerbitkan STR dokter dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dokter gigi; pemerintah

246
1782. b. mencabut STR dokter dan dokter SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
gigi; pemerintah
1783. c. melakukan pengelolaan STR; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1784. d. melakukan penonaktifan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pengaktifan kembali STR; pemerintah
1785. e. melakukan pembinaan Bersama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
organisasi profesi di bidang teknis pemerintah
keprofesian;
1786. f. menyusun standar kompetensi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
profesi yang disusun oleh Kolegium pemerintah
bersama Organisasi Profesi;
1787. g. melakukan pendataan tempat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
praktik dokter dan dokter gigi pemerintah
berdasarkan SIP; dan
1788. h. melakukan pendataan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pelaksanaan penjagaan dan pemerintah
peningkatan mutu dokter dan
dokter gigi.
1789. (3) Dalam melaksanakan fungsi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemerintah
konsil kedokteran dan konsil
kedokteran gigi wajib menyusun dan
menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas secara berkala kepada Konsil
Kedokteran Indonesia.
1790. (4) Pembinaan teknis keprofesian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemerintah
huruf e dilakukan sebagai dukungan
terhadap pembinaan dokter dan dokter
gigi yang dilaksanakan oleh Menteri
dan/atau organisasi profesi.

1791. (5) Pendataan tempat praktik dokter dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dokter gigi sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (2) huruf g dilaksanakan
berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota.

247
1792. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan fungsi konsil kedokteran dan pemerintah
konsil kedokteran gigi diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1793. Pasal 262 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Menteri berwenang melakukan evaluasi dan pemerintah
koreksi terhadap STR yang diterbitkan oleh
konsil kedokteran dan konsil kedokteran
gigi.

1794. Pasal 263 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Masa bakti keanggotaan Konsil Kedokteran pemerintah
Indonesia ialah 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya.
1795. Pasal 264 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Pimpinan dan anggota Konsil Kedokteran pemerintah
Indonesia berhenti atau diberhentikan
karena:

1796. a. berakhir masa jabatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1797. b. mengundurkan diri atas permintaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sendiri; pemerintah
1798. c. meninggal dunia; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1799. d. bertempat tinggal tetap di luar wilayah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Republik Indonesia; pemerintah
1800. e. tidak mampu melakukan tugas selama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
10 (sepuluh) hari kerja secara berturut- pemerintah
turut atau kumulatif selama 28 (dua
puluh delapan) hari kerja dalam 1
(satu) tahun;
1801. f. dipidana karena melakukan tindak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pidana kejahatan berdasarkan putusan pemerintah
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;

248
1802. g. tidak lagi memenuhi persyaratan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagai pimpinan dan anggota Konsil pemerintah
Kedokteran Indonesia; dan/atau
1803. h. tidak cakap dalam melaksanakan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan kewajibannya. pemerintah
1804. Pasal 265 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(1) Selain berhenti karena alasan pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
264, pimpinan dan anggota Konsil
Kedokteran Indonesia dapat
diberhentikan sementara karena
menjadi tersangka dan ditahan atas
suatu tindak pidana.

1805. (2) Jangka waktu pemberhentian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sementara sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (1) terhitung sejak dilakukan
penahanan.

1806. Pasal 266 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Ketentuan lebih lanjut mengenai pemerintah
pemberhentian anggota Konsil Kedokteran
Indonesia diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

1807. Pasal 267 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Konsil pemerintah
Kedokteran Indonesia dibantu oleh
sekretariat yang berkedudukan di
bawah pimpinan tinggi madya pada
kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

1808. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sekretariat sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

249
1809. Paragraf 3 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah

1810. Pasal 268 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Susunan organisasi Konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia terdiri atas:

1811. a. 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
orang wakil ketua, masing-masing pemerintah
merangkap sebagai anggota; dan

1812. b. anggota. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah

1813. (2) Anggota sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
ayat (1) huruf b berasal dari: pemerintah

1814. a. perwakilan pemerintah terdiri atas: SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1815. 1) 1 (satu) orang dari unsur SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kementerian yang pemerintah
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan;

1816. 2) 1 (satu) orang dari unsur SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kementerian yang pemerintah
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi;

1817. b. pimpinan dari setiap konsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kelompok tenaga kesehatan pemerintah
sebanyak 2 (dua) orang;

1818. c. perwakilan unsur organisasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
profesi sebanyak 2 (dua) orang; pemerintah

250
1819. d. perwakilan masyarakat sebanyak 2 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
(dua) orang pemerintah

1820. (3) Pimpinan konsil Tenaga Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Indonesia sebagaimana dimaksud pada pemerintah
ayat (1) huruf a ditunjuk oleh Presiden
dengan mempertimbangkan
pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian di bidang kesehatan.

1821. (4) Susunan organisasi dan keanggotaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
konsil Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) ditetapkan oleh Menteri.

1822. Pasal 269 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Keanggotaan konsil setiap kelompok pemerintah
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 267 ayat (4)
berasal dari unsur organisasi profesi
Tenaga Kesehatan, unsur pemerintah,
dan tokoh masyarakat.

1823. (2) Keanggotaan konsil setiap kelompok SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.

1824. Pasal 270 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Calon anggota Konsil Tenaga Kesehatan pemerintah
Indonesia harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1825. a. warga negara Indonesia; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1826. b. sehat jasmani dan rohani; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah

251
1827. c. bertakwa kepada Tuhan Yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Maha Esa dan berakhlak mulia; pemerintah
1828. d. berkelakuan baik; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1829. e. pernah melakukan praktik Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Kesehatan paling sedikit 10 pemerintah
(sepuluh) tahun dan memiliki STR
bagi yang berprofesi sebagai
Tenaga Kesehatan;
1830. f. cakap, jujur, memiliki moral, etika SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan integritas yang tinggi serta pemerintah
memiliki reputasi yang baik;
1831. g. tidak menjadi pengurus organisasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
politik, Organisasi Profesi, atau pemerintah
kolegium;
1832. h. tidak menjabat dalam jabatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
struktural baik di pemerintahan pemerintah
maupun di luar pemerintahan; dan
1833. i. memiliki pengetahuan, keahlian, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan pengalaman di salah satu pemerintah
bidang yang terdiri atas:
1834. 1. pendidikan Tenaga Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1835. 2. kerumahsakitan atau Fasilitas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Pelayanan Kesehatan lainnya; pemerintah

1836. 3. mutu pelayanan publik; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1837. 4. hukum kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1838. 5. kebijakan publik; dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1839. 6. sosial budaya. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1840. (2) Calon anggota Konsil Tenaga Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Indonesia yang berasal dari kalangan pemerintah
pemerintah dan masyarakat
dikecualikan dari ketentuan

252
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i angka 1.

1841. Pasal 271 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemerintah
pengangkatan dan persyaratan pimpinan
dan anggota konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dan konsil setiap kelompok
Tenaga Kesehatan diatur dalam Peraturan
Menteri.

1842. Pasal 272 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Pimpinan Konsil Tenaga Kesehatan pemerintah
Indonesia bersifat kolektif kolegial.

1843. Pasal 273 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia pemerintah
mempunyai tugas merumuskan
kebijakan internal dan standardisasi
pelaksanaan tugas konsil setiap
kelompok Tenaga Kesehatan.
1844. (2) Pelaksanaan tugas perumusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
kebijakan internal konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bidang kesehatan.
1845. (3) Dalam melaksanakan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
mempunyai fungsi:
1846. a. menyusun perencanaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pelaksanaan tugas konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia;

1847. b. melakukan identifikasi dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pengembangan metodologi dan pemerintah
standardisasi pelaksanaan tugas

253
konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan;

1848. c. melakukan analisis manajemen SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
risiko pelaksanaan tugas konsil pemerintah
setiap kelompok Tenaga
Kesehatan;

1849. d. membina konsil setiap kelompok SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Tenaga Kesehatan; pemerintah

1850. e. melakukan koordinasi antarkonsil SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
setiap kelompok Tenaga pemerintah
Kesehatan;

1851. f. mengelola sumber daya bersama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dalam konsil setiap kelompok pemerintah
Tenaga Kesehatan;

1852. g. memberikan masukan atau umpan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
balik atas hasil pelaksanaan tugas pemerintah
konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan;

1853. h. menangani perselisihan atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
permasalahan antarkonsil setiap pemerintah
kelompok Tenaga Kesehatan;

1854. i. melakukan pemantauan terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pencapaian target kinerja konsil pemerintah
setiap kelompok Tenaga
Kesehatan; dan

1855. j. menyusun dan menyampaikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
laporan secara berkala kepada pemerintah
Menteri

1856. Pasal 274 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


pemerintah

254
(1) Konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan mempunyai tugas
melakukan Registrasi dan pembinaan
teknis keprofesian Tenaga Kesehatan.

1857. (2) Dalam menjalankan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah
konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan mempunyai fungsi:

1858. a. menerbitkan STR Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Kesehatan atas nama Menteri; pemerintah
1859. b. mencabut STR Tenaga Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dengan persetujuan Menteri; pemerintah
1860. c. melakukan pengelolaan STR; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1861. d. melakukan penonaktifan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pengaktifan kembali STR; pemerintah
1862. e. melakukan pembinaan di bidang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
teknis keprofesian; pemerintah
1863. f. menyusun standar kompetensi; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1864. g. melakukan pendataan tempat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
praktik Tenaga Kesehatan pemerintah
berdasarkan SIP; dan
1865. h. melakukan pendataan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pelaksanaan penjagaan dan pemerintah
peningkatan mutu Tenaga
Kesehatan
1866. (3) Dalam melaksanakan fungsi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemerintah
konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan wajib menyusun dan
menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas secara berkala kepada konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia.

255
1867. (4) Pembinaan teknis keprofesian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemerintah
huruf e dilakukan sebagai dukungan
terhadap pembinaan Tenaga Kesehatan
yang dilaksanakan oleh Menteri

1868. (5) Pendataan tempat praktik Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (2) huruf h dilaksanakan
berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota

1869. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan fungsi Konsil setiap kelompok pemerintah
Tenaga Kesehatan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

1870. Pasal 275 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


(1) Menteri berwenang melakukan evaluasi pemerintah
dan koreksi terhadap STR yang
diterbitkan oleh konsil setiap Tenaga
Kesehatan.
1871. (2) Ketentuan mengenai evaluasi dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
koreksi sebagaimana dimaksud pada pemerintah
ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1872. Pasal 276 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Masa bakti keanggotaan konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia ialah 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan berikutnya
1873. Pasal 277 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Pimpinan dan anggota Konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia berhenti atau
diberhentikan karena:

1874. a. berakhir masa jabatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah

256
1875. b. mengundurkan diri atas permintaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sendiri; pemerintah
1876. c. meninggal dunia; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
1877. d. bertempat tinggal tetap di luar wilayah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Republik Indonesia; pemerintah
1878. e. tidak mampu melakukan tugas selama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
10 (sepuluh) hari kerja secara berturut- pemerintah
turut atau kumulatif selama 28 (dua
puluh delapan) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun;
1879. f. dipidana karena melakukan tindak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pidana kejahatan berdasarkan putusan pemerintah
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
1880. g. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pimpinan dan anggota Konsil Tenaga pemerintah
Kesehatan Indonesia; dan/atau
1881. h. tidak cakap dalam melaksanakan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
dan kewajibannya. pemerintah
1882. Pasal 278 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
(1) Selain berhenti karena alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
277, pimpinan dan anggota konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia dapat
diberhentikan sementara karena
menjadi tersangka dan ditahan atas
suatu tindak pidana.

1883. (2) Jangka waktu pemberhentian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sementara sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (1) terhitung sejak dilakukan
penahanan.
1884. Pasal 279 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemerintah
pemberhentian anggota konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

257
1885. Pasal 280 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
pemerintah
(1) Dalam melaksanakan tugasnya konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia dibantu
oleh sekretariat yang berkedudukan di
bawah pimpinan tinggi madya pada
kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
Kesehatan.
1886. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
sekretariat sebagaimana dimaksud pemerintah
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
1887. Paragraf 4 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan
Pendanaan pemerintah

1888. Pasal 281 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 14A usulan


Pendanaan untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintah
Konsil Kedokteran Indonesia, konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia, konsil kedokteran,
konsil kedokteran gigi, dan konsil setiap
kelompok Tenaga Kesehatan dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan sumber lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1889. Bagian Kedelapan TETAP TETAP


Hak dan Kewajiban
1890. Paragraf 1 TETAP TETAP
Hak dan Kewajiban Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan
1891. Pasal 282 TETAP TETAP

(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


dalam menjalankan praktik berhak:

1892. a. memperoleh pelindungan hukum REDAKSIONAL a. mendapatkan pelindungan hukum Konsistensi dengan pengaturan
sepanjang melaksanakan tugas sepanjang melaksanakan tugas sesuai kewajiban tenaga medis dan tenaga
sesuai dengan standar profesi, dengan standar profesi, standar kesehatan dalam Pasal 283 huruf a,
pelayanan profesi, dan standar dengan menambahkan frasa “etika

258
standar pelayanan profesi, dan prosedur operasional, dan etika profesi profesi serta kebtuhan Kesehatan
standar prosedur operasional; serta kebutuhan kesehatan Pasien; pasien”

1893. b. memperoleh informasi yang REDAKSIONAL b. mendapatkan informasi yang lengkap Mengubah frasa “memperoleh”
lengkap dan benar dari Pasien dan benar dari Pasien atau menjadi “mendapatkan”
atau keluarganya; keluarganya;

1894. c. menerima imbalan jasa/kinerja; REDAKSIONAL c. mendapatkan gaji/upah dan imbalan Menyesuaikan dengan UU bidang
jasa/kinerja yang layak sesuai ketenagakerjaan, dimana tenaga
ketentuan perundang-undangan; kesehatan berhak menerima gaji
atau upah.
1895. d. memperoleh pelindungan atas REDAKSIONAL d. mendapatkan pelindungan atas Mengubah frasa “memperoleh”
keselamatan, kesehatan kerja keselamatan, kesehatan kerja dan menjadi “mendapatkan”
dan keamanan; keamanan;

1896. SUBSTANSI d1. mendapatkan jaminan kesehatan dan Mempertegas hak atas JKN dan
BARU jaminan sosial ketenagakerjaan Jamsostek bagi tenaga kesehatan
sesuai ketentuan perundang- yang didayagunakan.
undangan;

1897. e. memperoleh pelindungan atas REDAKSIONAL e. mendapatkan pelindungan atas Mengubah frasa “memperoleh”
perlakuan yang tidak sesuai perlakuan yang tidak sesuai dengan menjadi “mendapatkan”
dengan harkat dan martabat harkat dan martabat manusia, moral,
manusia, moral, kesusilaan, serta kesusilaan, serta nilai-nilai sosial
nilai-nilai sosial budaya; budaya;

1898. SUBSTANSI e1. mendapatkan penghargaan sesuai Menambahkan substansi mengenai


BARU dengan ketentuan peraturan hak mendapatkan penghargaan
perundang-undangan;
1899. f. mendapatkan kesempatan untuk REDAKSIONAL f. mendapatkan kesempatan untuk memperjelas lingkup pengembangan
mengembangkan profesinya; mengembangkan diri melalui diri melalui pengembangan
pengembangan kompetensi, keilmuan, kompetensi, keilmuan, karier di
dan karier di bidang keprofesiannya; bidang keprofesiannya;

1900. g. menolak keinginan Pasien atau TETAP TETAP


pihak lain yang bertentangan
dengan standar profesi, kode etik,

259
standar pelayanan, standar
prosedur operasional, atau
ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan

1901. h. memperoleh hak lain sesuai REDAKSIONAL h. mendapatkan hak lain sesuai dengan Mengubah frasa “memperoleh”
dengan ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundang- menjadi “mendapatkan”
perundang-undangan. undangan.

1902. (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan SUBSTANSI (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Menambahkan kata “perundungan”
dapat menghentikan Pelayanan dapat menghentikan Pelayanan untuk mempertegas bahwa tindakan
Kesehatan apabila memperoleh Kesehatan apabila memperoleh tersebut termasuk pada tindakan
perlakuan yang tidak sesuai dengan perlakuan yang tidak sesuai dengan yang tidak sesuai dengan harkat dan
harkat dan martabat manusia, moral, harkat dan martabat manusia, moral, martabat manusia, moral,
kesusilaan, serta nilai-nilai sosial kesusilaan, serta nilai-nilai sosial kesusilaan, serta nilai-nilai sosial
budaya sebagaimana dimaksud pada
budaya sebagaimana dimaksud pada budaya
ayat (1) huruf e termasuk tindakan
ayat (1) huruf e termasuk tindakan
kekerasan, pelecehan, dan
kekerasan dan pelecehan. perundungan.

1903. Pasal 283 TETAP TETAP


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib:
1904. a. memberikan Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur
operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan Kesehatan Pasien;

1905. b. memperoleh persetujuan dari Pasien TETAP TETAP


atau keluarganya atas tindakan yang
akan diberikan;

1906. c. menjaga rahasia Kesehatan Pasien; TETAP TETAP

1907. d. membuat dan menyimpan catatan TETAP TETAP


dan/atau dokumen tentang

260
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan
yang dilakukan; dan

1908. e. merujuk Pasien ke Tenaga Kesehatan TETAP TETAP


lain yang mempunyai kompetensi dan
kewenangan yang sesuai.

1909. Pasal 284 TETAP TETAP


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang
menjalankan praktik pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memberikan
pertolongan pertama kepada Pasien dalam
keadaan gawat darurat dan/atau pada
bencana.
1910. Paragraf 2 TETAP TETAP
Hak dan Kewajiban Pasien

1911. Pasal 285 TETAP TETAP


Pasien mempunyai hak:

1912. a. mendapatkan informasi mengenai TETAP TETAP


kesehatan dirinya;

1913. b. mendapatkan penjelasan yang TETAP TETAP


memadai mengenai Pelayanan
Kesehatan yang diterimanya;

1914. c. mendapatkan Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP


sesuai dengan kebutuhan medis,
standar profesi, dan pelayanan yang
bermutu
1915. d. menolak atau menyetujui tindakan SUBSTANSI d. menolak atau menyetujui tindakan Konsistensi dengan Pasal 4 ayat (3)
medis; medis, kecuali untuk Tindakan medis yang mengatur mengenai hak setiap
yang diperlukan dalam rangka orang.
pencegahan penyakit menular, dan
penanggulangan KLB atau Wabah.
1916. e. mendapatkan akses terhadap informasi TETAP TETAP
yang terdapat di dalam rekam medis;

261
1917. f. meminta pendapat Tenaga Medis lain; TETAP TETAP
dan

1918. g. hak lain sesuai dengan peraturan TETAP TETAP


perundangan-undangan.

1919. Pasal 286 TETAP TETAP


Pasien mempunyai kewajiban:
1920. a. memberikan informasi yang lengkap TETAP TETAP
dan jujur tentang masalah
kesehatannya;

1921. b. mematuhi nasihat dan petunjuk TETAP TETAP


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;

1922. c. mematuhi ketentuan yang berlaku di TETAP TETAP


Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

1923. d. memberikan imbalan jasa atas TETAP TETAP


pelayanan yang diterima.

1924. Pasal 287 TETAP TETAP


Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan
kewajiban Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan,
dan Pasien diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1925. Bagian Kesembilan TETAP TETAP
Penyelenggaraan Praktik

1926. Paragraf 1 TETAP TETAP


Umum
1927. Pasal 288 TETAP TETAP
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
bertanggung jawab moral untuk:
1928. a. mengabdikan diri sesuai dengan bidang TETAP TETAP
keilmuan yang dimiliki;
1929. b. bersikap dan berperilaku sesuai TETAP TETAP
dengan etika profesi;

262
1930. c. mengutamakan kepentingan Pasien TETAP TETAP
dan masyarakat di atas kepentingan
pribadi atau kelompok; dan
1931. d. menambah ilmu pengetahuan dan TETAP TETAP
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1932. Pasal 289 TETAP TETAP
(1) Dalam menjalankan praktik Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan yang
memberikan Pelayanan Kesehatan
kepada Pasien harus melaksanakan
upaya terbaik.
1933. (2) Upaya terbaik sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
norma, standar pelayanan, dan standar
profesi, serta kebutuhan Kesehatan
Pasien.
1934. (3) Upaya terbaik sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) tidak menjamin
keberhasilan Pelayanan Kesehatan
yang diberikan.
1935. (4) Praktik Tenaga Medis dan Tenaga TETAP TETAP
Kesehatan diselenggarakan
berdasarkan kesepakatan antara
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
dengan Pasien berdasarkan prinsip
kesetaraan dan transparansi.
1936. Pasal 290 REDAKSIONAL Pasal 290 Menambahkan frasa “terintegrasi
Dalam keadaan tertentu pelaksanaan Dalam keadaan tertentu pelaksanaan dengan sistem informasi kesehatan
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal praktik sebagaimana dimaksud dalam nasional”
284 dapat memanfaatkan teknologi Pasal 289 dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. informasi dan komunikasi yang terintegrasi
dengan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional.
1937. Pasal 291 SUBSTANSI Pasal 291 Menegaskan pengaturan Tenaga
(1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan Medis atau Tenaga Kesehatan yang
yang berhalangan menyelenggarakan yang berhalangan menyelenggarakan berhalangan praktik dapat diganti
praktik harus membuat pemberitahuan praktik dapat digantikan oleh Tenaga

263
atau menunjuk Tenaga Medis atau Medis atau Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan pengganti. pengganti.

1938. (2) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan TETAP TETAP


pengganti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan yang mempunyai
SIP.

1939. (3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan SUBSTANSI (3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan - Dalam hal terdapat Tenaga Medis
pengganti sebagaimana dimaksud pada pengganti sebagaimana dimaksud dan Tenaga Kesehatan pengganti,
ayat (1) harus memiliki kompetensi dan pada ayat (1) harus menginformasikan secara prinsip harus
keahlian yang sama. kepada Pasien dan/atau keluarganya. menginformasikan hal tersebut
kepada pasiennya dan/atau
keluarganya baik tenaga medis
dan tenaga Kesehatan tersebut
memiliki keahlian yang sama
maupun berbeda
- Pengaturan terkait dengan
keharusan meiliki kompetensi yag
sama maupun tidak bersifat
teknis, dan akan diatur dalam
peraturan pelaksanaan

1940. (4) Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
Kesehatan pengganti tidak memiliki
kompetensi dan keahlian yang sama,
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
tersebut harus menginformasikan
kepada Pasien yang bersangkutan.

1941. Pasal 292 TETAP TETAP


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
yang menyelenggarakan praktik
perseorangan wajib menginformasikan
identitas yang jelas termasuk nomor

264
SIP dan STR pada tempat praktik
perseorangannya.

1942. (2) Dalam hal Tenaga Medis berpraktik di SUBSTANSI (2) Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga Informasi mengenai Tenaga Medis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kesehatan berpraktik di Fasilitas dan Tenaga Kesehatan yang harus
pimpinan Fasilitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan, pimpinan disampaikan oleh pimpinan Fasilitas
Kesehatan wajib memasang Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib Pelayanan Kesehatan bukan hanya
pengumuman daftar nama dan jadwal menginformasikan daftar nama, nomor nama dan jadwal praktik melainkan
praktik Tenaga Medis. SIP dan STR, serta jadwal praktik juga nomor SIP dan STR
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

1943. (3) Setiap Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan TETAP TETAP


dan pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dikenai sanksi
administratif.

1944. (4) Sanksi administratif sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:

1945. a. teguran lisan; TETAP TETAP

1946. b. peringatan tertulis; TETAP TETAP

1947. c. denda administratif; dan/atau TETAP TETAP

1948. d. pencabutan izin. TETAP TETAP

1949. (5) Sanksi administratif sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) dikenakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.

265
1950. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata TETAP TETAP
cara pengenaan sanksi administratif
diatur dalam Peraturan Menteri.

1951. Pasal 293 TETAP TETAP


(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dilarang mendayagunakan
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
yang tidak memiliki SIP untuk
melakukan praktik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tersebut.

1952. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS - Secara prinsip setiap tenaga
pada ayat (1) dikecualikan bagi Fasilitas kesehatan yang akan praktik
Pelayanan Kesehatan di daerah harus memiliki STR dan SIP
terpencil, daerah tertinggal, perbatasan tanpa terkecuali walaupun
dan kepulauan, daerah bermasalah berpraktek di DTPK
kesehatan, atau daerah yang tidak - Bagi tenaga kesehatan yang
mempunyai pemerataan Tenaga Medis berpraktek tanpa STR dan SIP
dan Tenaga Kesehatan. akan dikenai pidana

1953. Pasal 294 SUBSTANSI DIHAPUS Subtsnasi sudah diakomodir dalam


Fasilitas pelayanan kesehatan gawat Pasal 171 ayat (2)
darurat dilarang meminta uang muka dan
dilarang mendahulukan segala urusan
administratif sehingga menyebabkan
tertundanya pelayanan kesehatan.
1954. Paragraf 2 TETAP TETAP
Kewenangan
1955. Pasal 295 REDAKSIONAL Pasal 295 Menghapus frasa “profesi”
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
dalam menjalankan praktik harus dalam menjalankan praktik harus
dilakukan sesuai dengan kewenangan dilakukan sesuai dengan kewenangan
profesi yang didasarkan pada yang didasarkan pada kompetensi yang
kompetensi yang dimilikinya. dimilikinya.

266
1956. (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan REDAKSIONAL (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Konkordan ayat (1)
yang memiliki lebih dari satu jenjang yang memiliki lebih dari satu jenjang
pendidikan memiliki kewenangan pendidikan memiliki kewenangan
profesi sesuai dengan lingkup dan sesuai dengan lingkup dan tingkat
tingkat kompetensi dan kualifikasi kompetensi dan kualifikasi tertinggi.
tertinggi.

1957. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konkordan ayat (1)
kewenangan profesi sebagaimana kewenangan sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Peraturan Pemerintah. Pemerintah.

1958. Pasal 296 TETAP TETAP


(1) Dalam keadaan tertentu, Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan dapat
memberikan pelayanan di luar
kewenangannya.

1959. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


pemberian pelayanan di luar
kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

1960. Paragraf 3 SUBSTANSI Paragraf 3 Mengubah frasa “pendelegasian”


Pendelegasian Wewenang Pelimpahan Kewenangan menjadi “pelimpahan” untuk lingkup
pengaturan pelimpahan secara
mandat dan pelimpahan secara
delegasi

1961. Pasal 297 SUBSTANSI Pasal 297 Konkordan dengan usulan


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan pemerintah pada judul paragraf 3
dapat menerima pendelegasian dapat menerima pelimpahan
wewenang untuk melakukan Pelayanan kewenangan untuk melakukan
Kesehatan dengan kewajiban Pelayanan Kesehatan.
mempertanggungjawabkan kepada
pendelegasi wewenang.

267
1962. SUBSTANSI BARU (1a) Pelimpahan kewenangan sebagaimana Konkordan dengan usulan
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas pemerintah pada judul paragraf 3
pelimpahan secara mandat dan
pelimpahan secara delegatif.

1963. SUBSTANSI BARU (1b) Pelimpahan kewenangan sebagaimana Konkordan dengan usulan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dari pemerintah pada judul paragraf 3
Tenaga Medis kepada Tenaga
Kesehatan, antar-Tenaga Medis, dan
antar-Tenaga Kesehatan.
1964. (2) Tanggung jawab hukum pendelegasian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
wewenang sebagaimana dimaksud pemerintah pada judul paragraf 3
pada ayat (1) tetap berada pada
pendelegasi wewenang.

1965. (3) Penerima pendelegasian wewenang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah pada judul paragraf 3
harus mempunyai kompetensi untuk
melakukan tindakan dalam Pelayanan
Kesehatan yang didelegasikan.

1966. (4) Kompetensi sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
pada ayat (3) diperoleh melalui pemerintah pada judul paragraf 3
pelatihan khusus.

1967. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konkordan dengan usulan
pendelegasian wewenang sebagaimana pelimpahan kewenangan diatur pemerintah pada judul paragraf 3
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan dengan Peraturan Pemerintah.
ayat (3) diatur dalam Peraturan
Menteri.

1968. Pasal 298 REPOSISI TETAP DIHAPUS Substansi dipindahkan menjadi


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan penjelasan Pasal 296
dapat melaksanakan pelayanan
kedokteran dan/atau pelayanan
kefarmasian secara terbatas dalam hal:

1969. a. tidak adanya tenaga medis REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dan/atau apoteker di suatu

268
wilayah tempat Tenaga Kesehatan
bertugas;

1970. b. kebutuhan program pemerintah; REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dan/atau

1971. c. KLB, Wabah, dan darurat bencana REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
lainnya.

1972. (2) Tenaga Kesehatan sebagaimana REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) merupakan
tenaga keperawatan atau tenaga
kebidanan untuk pelayanan
kedokteran dan tenaga kefarmasian
selain apoteker untuk pelayanan
kefarmasian.

1973. (3) Kondisi tidak adanya tenaga medis REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dan/atau apoteker sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan oleh camat

1974. (4) Pelaksanaan tugas dalam keadaan REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Tenaga Kesehatan yang telah
mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan kompetensi Tenaga
Kesehatan

1975. (5) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
ayat (4) dilakukan oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

1976. (6) Dalam menyelenggarakan pelatihan REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dapat melibatkan

269
Organisasi Profesi Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan terkait.

1977. Pasal 299 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis, diatur


(1) Pelaksanaan pelayanan kedokteran dalam peraturan pelaksanaan
dan/atau pelayanan kefarmasian
secara terbatas untuk kebutuhan
program pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 298 ayat (1)
huruf b dilaksanakan melalui
penugasan Tenaga Medis dan/atau
Tenaga Kesehatan oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah.

1978. (2) Program pemerintah sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1979. (3) Pelaksanaan program pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Tenaga Medis
dan/atau Tenaga Kesehatan yang telah
mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan kompetensi Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan.
1980. (4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

1981. Pasal 300 SUBSTANSI DIHAPUS Paragraf ini mengatur mengenai


pelimpahan wewenang yang
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pendelegasian pengaturannya sudah
pelaksanaan praktik Tenaga Medis dan
diakomodir dalam Pasal 297 ayat (4)
Tenaga Kesehatan diatur dalam Peraturan
Menteri.
1982. Paragraf 4 TETAP TETAP
Standar Profesi, Standar Pelayanan, dan
Standar Prosedur Operasional

270
1983. Pasal 301 REDAKSIONAL Pasal 301 Mengubah frasa “menjalankan
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga praktik” menjadi “menyelenggarakan
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan “
Kesehatan dalam menjalankan Pelayanan Kesehatan berkewajiban
praktik berkewajiban untuk untuk mematuhi standar profesi,
mematuhi standar profesi, standar standar pelayanan, dan standar
pelayanan, dan standar prosedur prosedur operasional.
operasional.

1984. (2) Standar profesi sebagaimana SUBSTANSI (2) Standar profesi sebagaimana dimaksud - Mengubah penetapan standar
dimaksud pada ayat (1) untuk setiap pada ayat (1) untuk masing-masing profesi dari konsil menjadi
jenis Tenaga Medis dan Tenaga jenis Tenaga Medis dan Tenaga menteri sesuai dengan
Kesehatan disusun oleh Organisasi Kesehatan ditetapkan oleh Menteri. kewenangan regulator.
Profesi bersama Kolegium dan - Menghapus pihak yang terlibat
ditetapkan oleh konsil. dalam penyusunan standar
profesi karena bersifat teknis dan
akan diatur dalam peraturan
pelaksanaan
1985. (3) Standar pelayanan sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Substansi pengaturan bersifat
dimaksud pada ayat (1) dibedakan teknis, sehingga akan dituangkan
menurut jenis dan strata Fasilitas dalam peraturan pelaksanaan.
Pelayanan Kesehatan.

1986. (4) Standar pelayanan sebagaimana SUBSTANSI Standar pelayanan sebagaimana dimaksud Mengubah pendelegasian
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam pada ayat (1) diatur dalam Peraturan pengaturan, karena bersifat teknis
Peraturan Pemerintah. Menteri. sehingga lebih tepat diatur dengan
peraturan Menteri.

1987. (5) Standar prosedur operasional REDAKSIONAL Standar prosedur operasional sebagaimana Menambah frasa “pimpinan”, untuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menegaskan subjek yang akan
ditetapkan oleh Fasilitas Pelayanan Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. melakukan penetapan.
Kesehatan.

1988. Pasal 302 TETAP TETAP


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
dalam menjalankan praktik dapat
melakukan penelitian dan
pengembangan.

271
1989. (2) Penelitian dan pengembangan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mendukung
pembangunan kesehatan di bidang
ilmu pengetahuan, keahlian,
kebijakan, dan teknologi melalui
Upaya Kesehatan dan sumber daya
kesehatan.

1990. (3) Penelitian dan pengembangan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .

1991. Paragraf 5 TETAP TETAP


Persetujuan Tindakan Pelayanan Kesehatan
1992. Pasal 303 TETAP TETAP
(1) Setiap tindakan Pelayanan Kesehatan
perseorangan yang dilakukan oleh
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
harus mendapat persetujuan.

1993. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (1) diberikan setelah Pasien
mendapat penjelasan yang memadai.

1994. (3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (2) paling sedikit mencakup:

1995. a. diagnosis; TETAP TETAP

1996. b. indikasi; TETAP TETAP

1997. c. tindakan Pelayanan Kesehatan yang TETAP TETAP


dilakukan dan tujuannya;

272
1998. d. risiko dan komplikasi yang mungkin TETAP TETAP
terjadi;

1999. e. alternatif tindakan lain dan TETAP TETAP


risikonya;

2000. f. risiko apabila tindakan tidak TETAP TETAP


dilakukan; dan

2001. g. prognosis setelah memperoleh TETAP TETAP


tindakan.

2002. (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan.

2003. (5) Persetujuan tertulis sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) harus diperoleh
sebelum dilakukannya tindakan yang
invasif dan/atau mengandung risiko
tinggi.

2004. (6) Persetujuan tindakan sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
diberikan oleh Pasien yang
bersangkutan.

2005. (7) Dalam hal Pasien yang bersangkutan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
tidak mampu memberikan persetujuan,
persetujuan tindakan dapat diberikan
oleh yang mewakili.

2006. (8) Persetujuan tertulis melakukan tindakan TETAP TETAP


Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (7) ditandatangani oleh Pasien atau
yang mewakili, dan disaksikan oleh salah

273
seorang Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan.

2007. (9) Dalam hal keadaan Pasien sebagaimana REDAKSIONAL (9) Dalam hal keadaan Pasien Mengubah frasa “segera” menjadi
dimaksud pada ayat (7) tidak cakap dan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) “gawat darurat”, untuk memperjelas
memerlukan tindakan segera akan tetapi tidak cakap dan memerlukan tindakan batasan tindakan yang tidak
tidak ada pihak yang dapat dimintai gawat darurat akan tetapi tidak ada dimintakan persetujuan.
persetujuan, tidak diperlukan pihak yang dapat dimintai persetujuan,
persetujuan tindakan. maka tidak diperlukan persetujuan
tindakan.

2008. (10) Tindakan sebagaimana dimaksud pada REDAKSIONAL (10) Tindakan sebagaimana dimaksud pada Menambahkan frasa “tenaga medis”
ayat (9) dilakukan berdasarkan ayat (9) dilakukan berdasarkan dan frasa “yang memberikan
kepentingan terbaik Pasien yang kepentingan terbaik Pasien yang pelayanan kepada pasien” untuk
diputuskan oleh Tenaga Kesehatan. diputuskan oleh Tenaga Medis atau mempertegas bahwa keputusan
Tenaga Kesehatan yang memberikan untuk melakukan tindakan ada pada
pelayanan kepada Pasien. tenaga medis dan tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan.

2009. (11) Tindakan sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (10) diinformasikan kepada Pasien
setelah Pasien telah cakap atau yang
mewakili telah hadir.

2010. (12) Ketentuan mengenai tata cara TETAP TETAP


persetujuan tindakan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (11) diatur dalam Peraturan
Menteri .

2011. Pasal 304 TETAP TETAP


(1) Selain mendapatkan penjelasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
303 ayat (3), Pasien juga mendapatkan
penjelasan atas biaya Pelayanan
Kesehatan yang diterimanya.

274
2012. (2) Penjelasan atas biaya Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2013. Pasal 305 TETAP TETAP
(1) Pelayanan Kesehatan masyarakat yang
merupakan program pemerintah tidak
memerlukan persetujuan tindakan.

2014. (2) Pelayanan Kesehatan sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) tetap harus
diinformasikan kepada masyarakat
penerima Pelayanan Kesehatan
tersebut.
2015. Paragraf 6 TETAP TETAP
Rekam Medis
2016. Pasal 306 TETAP TETAP
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan yang memberikan
Pelayanan Kesehatan perseorangan
wajib membuat rekam medis.

2017. (2) Dalam hal Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP


perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan selain tempat
praktik mandiri, penyelenggaraan
rekam medis merupakan tanggung
jawab Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2018. (3) Rekam medis sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah Pasien selesai menerima
Pelayanan Kesehatan.

2019. (4) Setiap catatan rekam medis harus TETAP TETAP


dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan Tenaga Medis atau Tenaga

275
Kesehatan yang memberikan
pelayanan atau tindakan .

2020. (5) Rekam medis Pasien sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (3) harus disimpan
dan dijaga kerahasiaannya oleh Tenaga
Medis, Tenaga Kesehatan dan pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2021. Pasal 307 TETAP TETAP


(1) Dokumen rekam medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 306 merupakan
milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2022. (2) Setiap Pasien berhak untuk mengakses TETAP TETAP


informasi yang terdapat dalam
dokumen rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)).

2023. (3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib TETAP TETAP


menjaga keamanan, keutuhan,
kerahasiaan, dan ketersediaan data
yang terdapat dalam dokumen rekam
medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

2024. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rekam REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 307B
medis sebagaimana dimaksud pada PERUBAHAN
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur REDAKSIONAL
dalam Peraturan Pemerintah.

2025. SUBSTANSI Pasal 307A - Integrasi dan pengolahan


BARU (1) Kementerian yang menyelenggarakan berbasis data rekam medis
urusan pemerintahan di bidang penting untuk dilakukan untuk
kesehatan bertanggung jawab mencapai kebijakan dan
menyelenggarakan pengelolaan data ketahanan kesehatan yang real
rekam medis dalam rangka pengelolaan time berbasis pelayanan
data kesehatan nasional. kesehatan tanpa harus

276
melakukan input data berulang-
ulang sehingga Nakes dapat
berfokus pada pelayanan.
- Best practice pelaksanaan
pengelolaan data rekam medis
digital sudah banyak juga
dilakukan oleh berbagai negara
seperti Australia, Singapore, UK,
US, India, bahkan hingga
membentuk lembaga/unit
khusus.

2026. SUBSTANSI (2) Pengelolaan data rekam medis Konkordan ayat (1)
BARU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi perumusan kebijakan,
pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, transfer data, dan
pengawasan.

2027. REPOSISI DENGAN Pasal 307B Reposisi dari Pasal 307 ayat (4)
PERUBAHAN
REDAKSIONAL Ketentuan lebih lanjut mengenai rekam
medis diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2028. Pasal 308 SUBSTANSI Pasal 308 Sesuai dengan konsep pemerintah,
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang (1) Dalam menyelenggarakan upaya tidak lagi dibedakan antara
memberikan Pelayanan Kesehatan di luar kesehatan masyarakat, Tenaga medis pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan Kesehatan perseorangan wajib dan Tenaga Kesehatan wajib membuat dan pelayanan kesehatan
membuat catatan Pelayanan Kesehatan catatan Pelayanan Kesehatan. perseorangan sehingga yang
yang dilakukan sehingga dapat dimaksudkan dalam Pasal ini berupa
diintegrasikan ke dalam sistem data pasien.
upaya kesehatan masyarakat

2029. SUBSTANSI BARU (2) Catatan Pelayanan Kesehatan Konkordan dengan usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah mengenai SIK Nasional
dapat diintegrasikan ke dalam sistem
data pasien yang terintegrasi dengan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
2030. Paragraf 7 TETAP TETAP

277
Rahasia Kesehatan Pasien

2031. Pasal 309 TETAP TETAP


(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam melaksanakan
Pelayanan Kesehatan wajib menyimpan
rahasia Kesehatan pribadi Pasien .

2032. (2) Pembukaan rahasia Kesehatan pribadi TETAP TETAP


Pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan untuk
kepentingan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4)

2033. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


rahasia Kesehatan pribadi Pasien
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

2034. Pasal 310 REDAKSIONAL Pasal 310 Untuk mempertegas objek tindak
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan pidana yaitu tindak pidana pada
wajib melaporkan kepada aparat wajib melaporkan kepada aparat pasien yang dilayani
penegak hukum jika dalam pemberian penegak hukum jika dalam pemberian
Pelayanan Kesehatan mengetahui atau Pelayanan Kesehatan mengetahui atau
menemukan dugaan tindak pidana. menemukan dugaan tindak pidana
pada Pasien yang dilayani.

2035. (2) Wajib lapor sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (1) dikecualikan dari rahasia
Kesehatan.

2036. Paragraf 8 TETAP TETAP


Kendali Mutu dan Kendali Biaya

2037. Pasal 311 TETAP TETAP


(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam melaksanakan
Pelayanan Kesehatan wajib
menyelenggarakan kendali mutu dan

278
kendali biaya serta memperhatikan
keselamatan Pasien.

2038. (2) Dalam rangka pelaksanaan kegiatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan audit Pelayanan
Kesehatan.

2039. (3) Kendali mutu dan kendali biaya dalam TETAP TETAP
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
merupakan tanggung jawab Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

2040. (4) Pembinaan dan pengawasan ketentuan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3) dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.

2041. Paragraf 9 SUBSTANSI Paragraf 9 Paragraf ini diusulkan dihapus


Pelindungan bagi Tenaga Medis dan Tenaga Pelindungan bagi Tenaga Medis dan Tenaga karena substansi pasal-pasalnya
Kesehatan dan Kesehatan telah diatur di Pasal lainnya.
Penerima Pelayanan Kesehatan
2042. Pasal 312 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi dihapus karena telah
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam diatur dalam Pasal 282 ayat (1) huruf
menjalankan praktik berhak mendapatkan a
pelindungan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2043. Pasal 313 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah terakomodir dalam


Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pasal 182 ayat (1)
yang merupakan Rumah Sakit membentuk
komite medis, komite keperawatan, atau
komite Tenaga Kesehatan lain sesuai
kebutuhan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pemberian Pelayanan
Kesehatan.
2044. Bagian Kesepuluh SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan dalam UU
Organisasi Profesi tidak mengatur mengenai organisasi

279
profesi, karena pada prinsipnya
pembentukan organisasi profesi
merupakan hak setiap warga negara
untuk berkumpul yang telah dijamin
dalam UUD 1945, sehingga bagian
kesepuluh mengenai organisasi
profesi dihapus
2045. Pasal 314 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan pemerintah pada Bagian Kesepuluh
harus membentuk Organisasi Profesi
sebagai wadah untuk meningkatkan
dan/atau mengembangkan
pengetahuan serta keterampilan,
martabat, dan etika profesi Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan.

2046. (2) Setiap kelompok Tenaga Medis dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
Tenaga Kesehatan hanya dapat pemerintah pada Bagian Kesepuluh
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.

2047. (3) Organisasi Profesi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
dimaksud pada ayat (2) membentuk pemerintah pada Bagian Kesepuluh
perhimpunan ilmu.

2048. Bagian Kesebelas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
Kolegium pemerintah

2049. Pasal 315 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A


(1) Kolegium dibentuk oleh perhimpunan usulan pemerintah
ilmu yang berperan sebagai pengarah,
pembina, dan penentu kebijakan
pendidikan tenaga medis atau tenaga
kesehatan.
2050. (2) Kolegium berwenang: SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
pemerintah
2051. a. menyusun dan mengembangkan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
standar pendidikan dan standar pemerintah

280
kompetensi cabang disiplin ilmu
yang disahkan oleh Konsil;

2052. b. membuat kebijakan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
menyelenggarakan ujian pemerintah
kompetensi profesi;

2053. c. menerbitkan sertifikat kompetensi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
profesi; pemerintah

2054. d. melakukan pembinaan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
pemantauan penyelenggaraan pemerintah
pendidikan;

2055. e. merekomendasi pembukaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
program studi baru kepada Konsil; pemerintah
dan

2056. f. mengevaluasi pelaksanaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
pendidikan di institusi pendidikan. pemerintah

2057. (3) Pengurus Kolegium terdiri atas: SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
pemerintah
2058. a. guru besar dari setiap cabang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
disiplin ilmu; pemerintah

2059. b. kepala departemen/bagian ilmu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
yang bersangkutan pada Institusi pemerintah
Pendidikan;

2060. c. ketua program studi ilmu yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
bersangkutan; pemerintah

2061. d. ketua perhimpunan ilmu yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
bersangkutan; dan pemerintah

2062. e. anggota yang diangkat oleh ketua SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A usulan
Kolegium. pemerintah

281
2063. Bagian Kedua Belas TETAP TETAP
Penegakan Disiplin Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan serta Penyelesaian
Perselisihan
2064. Paragraf 1 TETAP TETAP
Penegakan Disiplin Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan
2065. Pasal 316 SUBSTANSI Pasal 316 Konkordan dengan Pasal 14A
(1) Dalam menegakkan disiplin profesi Dalam rangka mendukung profesionalitas usulan pemerintah
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, perlu
Menteri membentuk majelis yang dapat diterapkan penegakan disiplin profesi.
bersifat permanen atau ad hoc.
2066. (2) Majelis yang bersifat permanen SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) usulan pemerintah
memiliki fungsi untuk penegakan
disiplin pada kelompok Tenaga Medis.
2067. (3) Majelis yang bersifat ad hoc SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) usulan pemerintah
memiliki fungsi untuk penegakan
disiplin pada kelompok Tenaga
Kesehatan.
2068. Pasal 317 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
(1) Majelis sebagaimana dimaksud dalam usulan pemerintah
Pasal 316 ayat (2) bertanggung jawab
kepada Menteri melalui Konsil
Kedokteran Indonesia.

2069. (2) Majelis sebagaimana dimaksud dalam SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
Pasal 316 ayat (3) bertanggung jawab usulan pemerintah
kepada Menteri melalui konsil setiap
kelompok Tenaga Kesehatan.

2070. Pasal 318 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A


(1) Keanggotaan majelis sebagaimana usulan pemerintah
dimaksud dalam Pasal 316 ayat (1)
berasal dari kalangan profesi Tenaga
Medis dan/atau Tenaga Kesehatan atas
usulan Konsil Kedokteran Indonesia dan

282
konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan sesuai dengan
kewenangannya.

2071. (2) Majelis sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
ayat (1) terdiri atas seorang ketua dan usulan pemerintah
paling sedikit 2 (dua) orang anggota.

2072. (3) Pengambilan keputusan majelis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) usulan pemerintah
dilakukan secara kolektif kolegial.

2073. Pasal 319 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 14A


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara usulan pemerintah
pengangkatan, masa bakti, dan persyaratan
keanggotaan majelis dalam penegakan
disiplin Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2074. Pasal 320 SUBSTANSI Pasal 320 Konkordan dengan Pasal 14A usulan
(1) Setiap orang yang mengetahui atau (1) Setiap orang yang mengetahui atau pemerintah
kepentingannya dirugikan atas kepentingannya dirugikan atas
tindakan Tenaga Medis atau Tenaga tindakan Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan dalam menjalankan Kesehatan dalam menjalankan
Pelayanan Kesehatan mengadukan Pelayanan Kesehatan sebagai bagian
secara tertulis kepada Konsil dari profesionalitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 316 dapat
Kedokteran Indonesia atau konsil
mengadukan secara tertulis.
setiap kelompok Tenaga Kesehatan.

2075. (2) Pengaduan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP


pada ayat (1) paling sedikit harus
memuat:

2076. a. identitas pengadu; TETAP TETAP

2077. b. nama dan alamat tempat praktik TETAP TETAP


Tenaga Medis atau Tenaga

283
Kesehatan dan waktu tindakan
dilakukan; dan

2078. c. alasan pengaduan. TETAP TETAP

2079. Pasal 321 SUBSTANSI Pasal 321 Konkordan dengan Pasal 14A usulan
(1) Majelis untuk penegakan disiplin Tenaga Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pemerintah
Medis atau Tenaga Kesehatan Pasal 320 dapat dilakukan pemeriksaan
memeriksa dan memberikan keputusan dengan memanfaatkan teknologi informasi
terhadap pengaduan yang berkaitan dan komunikasi yang terintegrasi dengan
dengan disiplin Tenaga Medis atau Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
Tenaga Kesehatan.

2080. (2) Pemeriksaan majelis terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir pada
pengaduan dapat memanfaatkan ayat (1)
teknologi informasi dan komunikasi.

2081. Pasal 322 SUBSTANSI Pasal 322 Konkordan dengan Pasal 14A usulan
(1) Putusan majelis untuk penegakan (1) Hasil pemeriksaan sebagaimana pemerintah
disiplin Tenaga Medis atau Tenaga dimaksud dalam Pasal 321 dapat
Kesehatan berupa pernyataan: berupa pernyataan:

2082. a. tidak melanggar disiplin profesi; TETAP TETAP


dan

2083. b. melanggar disiplin profesi. TETAP TETAP

2084. (2) Pelanggaran disiplin profesi SUBSTANSI (2) Dalam hal terdapat hasil pemeriksaan Memperjelas hasil dari pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Tenaga Medis atau Tenaga berupa pernyataan melanggar
diberi sanksi disiplin: Kesehatan berupa pernyataan disiplin profesi
melanggar disiplin profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, diberi
sanksi disiplin:
2085. a. peringatan tertulis; TETAP TETAP

2086. b. kewajiban mengikuti pendidikan TETAP TETAP


atau pelatihan di institusi
pendidikan tinggi bidang
kesehatan atau Rumah Sakit
pendidikan terdekat yang memiliki

284
kompetensi untuk melakukan
pelatihan tersebut; dan/atau

2087. c. penonaktifan STR untuk TETAP TETAP


sementara waktu.

2088. SUBSTANSI d. rekomendasi pencabutan SIP. Menambahkan sanksi rekomendasi


BARU pencabutan SIP karena terkait
pelanggaran disiplin profesi dapat
sampai pengenaan sanksi yang
berkaitan dengan Praktik
Keprofesian
2089. (3) Putusan majelis sebagaimana SUBSTANSI (3) Hasil pemeriksaan sebagaimana Konkordan dengan Pasal 14A
dimaksud pada ayat (2) bersifat dimaksud pada ayat (1) bersifat usulan pemerintah
mengikat Tenaga Medis, Tenaga mengikat Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan, Konsil Kedokteran Kesehatan.
Indonesia dan konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia.

2090. (4) Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga REDAKSIONAL (4) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan - Menghapus “yang dijatuhkan
Kesehatan sudah melaksanakan sanksi yang telah melaksanakan sanksi oleh majelis”, dan menambahkan
yang dijatuhkan oleh majelis, aparat disiplin sebagaimana dimaksud pada rujukan ayat
penegak hukum wajib mengutamakan ayat (2) yang dijatuhkan terdapat - Menambahkan frasa “terdapat
penyelesaian perselisihan dengan dugaan tindak pidana, aparat penegak dugaan tindak pidana” karena
mekanisme keadilan restoratif. hukum wajib mengutamakan mekanisme keadilan restorative
penyelesaian perselisihan dengan hanya dapat dilakukan apabila
mekanisme keadilan restoratif. terdapat dugaan tindak pidana
2091. Pasal 323 REDAKSIONAL Pasal 323 Mengubah “putusan” menjadi “hasil
(1) Putusan majelis sebagaimana (1) Hasil pemeriksaan sebagaimana pemeriksaan”
dimaksud dalam Pasal 310 dapat dimaksud dalam Pasal 322 dapat
diajukan peninjauan kembali kepada diajukan peninjauan kembali kepada
Menteri Menteri.

2092. (2) Peninjauan kembali sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan
apabila memenuhi persyaratan:

285
2093. a. ditemukan bukti baru; TETAP TETAP

2094. b. kesalahan penerapan pelanggaran TETAP TETAP


disiplin; atau

2095. c. terdapat dugaan konflik REDAKSIONAL c. terdapat dugaan konflik kepentingan Mengubah “majelis” menjadi
kepentingan pada diri majelis pada pemeriksa dan yang diperiksa. “pemeriksa”
terhadap yang diperiksa

2096. Pasal 324 SUBSTANSI Pasal 324 - Menghapus kata “majelis”


Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai - Konkordan dengan usulan
pelaksanaan tugas dan fungsi majelis, tata penegakan disiplin profesi Tenaga Medis pemerintah pada Pasal 14A
cara penanganan kasus, tata cara dan Tenaga Kesehatan diatur dalam
pengaduan, tata cara pemeriksaan, dan Peraturan Pemerintah.
pemberian putusan majelis, tata cara
peninjauan kembali, serta pelaksanaan
sanksi disiplin diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
2097. Pasal 325 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
Segala pendanaan kegiatan majelis dalam pemerintah pada Pasal 14A
penegakan disiplin Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2098. Paragraf 2 TETAP TETAP
Penyelesaian Perselisihan
2099. Pasal 326 TETAP TETAP
Setiap Pasien yang dirugikan akibat
kesalahan Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2100. Pasal 327 TETAP TETAP
Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan diduga melakukan kesalahan
dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada Pasien,
perselisihan yang timbul akibat kesalahan
tersebut diselesaikan terlebih dahulu

286
melalui alternatif penyelesaian sengketa di
luar pengadilan.
2101. Pasal 328 SUBSTANSI DIHAPUS Tidak perlu ditegaskan dalam UU,
Pengaduan kepada majelis dalam rangka karena hak untuk menuntut sudah
penegakan disiplin Tenaga Medis atau diatur dalam ranah hukum pidana
Tenaga Kesehatan dan penyelesaian atau perdata.
sengketa melalui alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 327 tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk
melaporkan adanya dugaan tindak pidana
kepada pihak yang berwenang dan/atau
menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
2102. Bagian Ketiga Belas TETAP TETAP
Larangan
2103. Pasal 329 TETAP TETAP
Setiap Orang dilarang:
2104. a. tanpa hak menggunakan identitas TETAP TETAP
berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat
yang bersangkutan adalah Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan yang
telah memiliki STR dan/atau SIP;

2105. b. menggunakan alat, metode atau cara TETAP TETAP


lain dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan yang bersangkutan adalah
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
yang telah memiliki STR dan/atau SIP;
dan

2106. c. melakukan praktik sebagai Tenaga TETAP TETAP


Medis atau Tenaga Kesehatan tanpa
memiliki STR dan/atau SIP.

2107. BAB VIII TETAP TETAP


PERBEKALAN KESEHATAN

287
2108. Pasal 330 REDAKSIONAL Pasal 330 Mengganti kata “menjamin” menjadi
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah “bertanggung jawab terhadap”
Daerah menjamin ketersediaan, (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
pemerataan, dan keterjangkauan Daerah bertanggung jawab terhadap
ketersediaan, pemerataan, dan
Perbekalan Kesehatan, terutama Obat
keterjangkauan Perbekalan Kesehatan
esensial dan Obat program nasional.
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2109. (2) Penjaminan ketersediaan, pemerataan TETAP (2) Tanggung jawab terhadap Konkordan ayat (1).
dan keterjangkauan Perbekalan ketersediaan, pemerataan dan
Kesehatan, dilaksanakan melalui keterjangkauan sebagaimana
perencanaan, penyediaan, dan dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pendistribusian. melalui pengelolaan Perbekalan
Kesehatan.

2110. SUBSTANSI BARU (2a) Pengelolaan Perbekalan Kesehatan Menambahkan kewenangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Pusat untuk
meliputi perencanaan, penyediaan, mengendalian harga perbekalan
dan pendistribusian. kesehatan
2111. REPOSISI DENGAN (2b) Pengelolaan Perbekalan Kesehatan - Menghapus frasa “yang berupa
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Obat esensial, Obat program
REDAKSIONAL untuk pelayanan kesehatan nasional, dan Alat Kesehatan
dilaksanakan dengan memperhatikan dasar tertentu” karena belum
keamanan, kemanfaatan/khasiat, mengakomodir obat yang di luar
mutu, dan harga. obat program nasional lainnya
sehingga frasa tersebut cukup
diubah dengan frasa “untuk
pelayanan kesehatan dasar”.
- Menambahkan kata “keamanan”,
dan frasa “khasiat, dan mutu”
untuk memperjelas aspek
“keamanan, khasiat, dan mutu”
dari pengelolaan Perbekalan
Kesehatan.
- Reposisi dari pasal 333
2112. SUBSTANSI BARU (2c) Untuk menjalankan tanggung jawab Menambahkan substansi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengelolaan kefarmasian untuk
Pemerintah Pusat dan Pemerintah mengakomodir pembentukan

288
Daerah dapat membentuk fasilitas fasilitas pengelolaan kefarmasiaan
pengelolaan kefarmasian. sebagai tanggung jawab Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah guna
pengelolaan kefarmasian yang
terkelola dengan baik
2113. (3) Dalam keadaan darurat, Pemerintah REDAKSIONAL (3) Dalam keadaan darurat, Pemerintah Mengubah frasa “melakukan”
Pusat dan Pemerintah Daerah dapat Pusat dan Pemerintah Daerah dapat menjadi “menetapkan dan
melakukan kebijakan khusus untuk menetapkan dan melaksanakan melaksanakan
pengadaan dan pemanfaatan Sediaan kebijakan khusus untuk pengadaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan dan pemanfaatan Sediaan Farmasi,
Kesehatan lain. Alat Kesehatan, dan Perbekalan
Kesehatan lain.

2114. SUBSTANSI BARU (3a) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penambahan substansi baru ini
ketersediaan, pemerataan, dan diperlukan untuk mengatur
keterjangkauan Perbekalan mengenai keadaan darurat dan
Kesehatan sebagaimana dimaksud kebijakan khusus.
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2115. Pasal 331 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah merencanakan kebutuhan
Perbekalan Kesehatan.

2116. (2) Perencanaan kebutuhan Perbekalan TETAP TETAP


Kesehatan oleh Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

2117. (3) Perencanaan kebutuhan Perbekalan REDAKSIONAL (3) Perencanaan kebutuhan Perbekalan Menambahkan frasa “yang
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada Kesehatan sebagaimana dimaksud terintegrasi dengan Sistem Informasi
ayat (1) dapat menggunakan teknologi pada ayat (1) dapat menggunakan Kesehatan Nasional
informasi. teknologi informasi yang terintegrasi
dengan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional.
2118. Pasal 332 SUBSTANSI Pasal 332 Pengaturan pengadaan yang
mengutamakan produk dalam negeri

289
(1) Pengadaan Perbekalan Kesehatan (1) Penyediaan Perbekalan Kesehatan sudah diakomodir dalam BAB
mengutamakan produk dalam negeri. bertujuan untuk memenuhi Ketahanan Kefarmasian dan Alat
kebutuhan pelayanan kesehatan. Kesehatan

2119. SUBSTANSI BARU (1a) penyediaan Perbekalan Kesehatan Konkordan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilaksanakan melalui
pengadaan.

2120. (2) Ketentuan mengenai pengadaan REDAKSIONAL (2) Pengadaan Perbekalan Kesehatan Menghapus frasa “ketentuan
Perbekalan Kesehatan sebagaimana dilaksanakan sesuai dengan mengenai”
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan ketentuan peraturan perundang-
sesuai dengan ketentuan peraturan undangan.
perundang-undangan

2121. Pasal 333 SUBSTANSI DIHAPUS Direposisi ke pasal 330


(1) Pengelolaan Perbekalan Kesehatan
dilakukan agar kebutuhan dasar
masyarakat akan Perbekalan Kesehatan
terpenuhi.

2122. (2) Pengelolaan Perbekalan Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Direposisi ke pasal 330
berupa Obat esensial, Obat program
nasional, dan Alat Kesehatan dasar
tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga,
dan faktor yang berkaitan dengan
pemerataan.

2123. Pasal 334 REDAKSIONAL Pasal 334 Menghapus frasa “dalam bentuk
(1) Pemerintah Pusat menyusun daftar dan (1) Pemerintah Pusat menyusun daftar daftar Obat esensial nasional´
jenis Obat esensial yang harus tersedia dan jenis Obat esensial yang harus
bagi kepentingan masyarakat dalam tersedia bagi kepentingan
bentuk daftar Obat esensial nasional. masyarakat.

2124. (2) Daftar Obat esensial nasional REDAKSIONAL (2) Daftar dan jenis Obat esensial Menambahkan frasa “jenis”
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditinjau dan disempurnakan paling lama ditinjau dan disempurnakan paling
lama setiap 2 (dua) tahun sesuai

290
setiap 2 (dua) tahun sesuai dengan dengan perkembangan kebutuhan
perkembangan kebutuhan dan teknologi. dan teknologi.

2125. (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah REDAKSIONAL (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Mengganti frasa “menjamin” menjadi
Daerah menjamin agar Obat esensial Daerah bertanggung jawab agar Obat “bertanggung jawab”
nasional sebagaimana dimaksud pada esensial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersedia secara merata dan ayat (1) tersedia secara merata dan
terjangkau oleh masyarakat. terjangkau oleh masyarakat.

2126. (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam
Daerah menjamin ketersediaan dan Pasal 330
keterjangkauan Perbekalan Kesehatan
berupa Obat generik yang termasuk
dalam daftar Obat esensial nasional, dan
Obat program nasional.

2127. (5) Pemerintah Pusat berwenang REPOSISI DENGAN DIHAPUS direposisi ke Pasal 334A
mengendalikan dan menetapkan harga PERUBAHAN SUBSTANSI
Obat generik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).

2128. (6) Untuk menjamin ketahanan nasional, REPOSISI TETAP DIHAPUS - Direposisi ke Pasal 343 ayat (5)
Obat generik International Nonpropertery - Tidak membatasi produksi obat
Name (INN) yang dipasarkan di Indonesia generik oleh industri farmasi
hanya boleh dibuat oleh industri farmasi dalam negeri
dalam negeri .

2129. (7) Industri farmasi dalam negeri SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (6)
sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dapat diberi fasilitas/insentif, baik fiskal
maupun nonfiskal.

2130. SUBSTANSI BARU Pasal 334A Reposisi dari Pasal 334 ayat (5)
Pemerintah Pusat berwenang mengatur
dan mengendalikan harga Perbekalan
Kesehatan terutama Obat dan Alat
Kesehatan.

291
2131. Pasal 335 SUBSTANSI DIHAPUS Pengaturan mengenai pelaksanaan
(1) Untuk menjamin ketersediaan dan paten diakomodir dalam BAB
keterjangkauan Obat yang masih Ketahanan Kefarmasian dan Alat
dilindungi paten, dapat dilakukan Kesehatan
intervensi berupa:

2132. a. pelaksanaan paten oleh Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
Pusat; atau

2133. b. lisensi wajib. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)

2134. (2) Pelaksanaan paten oleh Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
Pusat atau lisensi wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2135. Pasal 336 SUBSTANSI Pasal 336 - Menambahkan kata ”atau”


(1) Pendistribusian Perbekalan Kesehatan (1) Pendistribusian Perbekalan setelah kata ”pelaku usaha”
dilakukan oleh pelaku usaha sebagai Kesehatan dilakukan oleh karena pendistribusian
distributor Perbekalan Kesehatan sesuai pelaku usaha sebagai produsen atau perbekalan Kesehatan tidak
dengan ketentuan peraturan perundang- distributor Perbekalan Kesehatan, hanya dilakukan oleh distributor
undangan. atau fasilitas pengelolaan perbekalan Kesehatan, namun
kefarmasian sesuai dengan
juga dapat dilakukan oleh
ketentuan peraturan perundang-
distributor dan fasilitas
undangan.
pengelolaan kefarmasian milik
(instalasi farmasi) pemerintah.

2136. (2) Pendistribusian Perbekalan Kesehatan TETAP TETAP


harus dilakukan sesuai dengan cara
distribusi yang baik.

2137. (3) Setiap distributor Perbekalan Kesehatan SUBSTANSI (3) Pelaku usaha sebagai produsen atau Konkordan ayat (1)
berupa Sediaan Farmasi dan Alat distributor Perbekalan Kesehatan, atau
Kesehatan harus menyampaikan laporan fasilitas pengelolaan kefarmasian
kegiatan pendistribusian kepada harus menyampaikan laporan kegiatan
Menteri. pendistribusian yang dapat dilakukan
secara elektronik sesuai dengan

292
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2138. Pasal 337 REDAKSIONAL Pasal 337 Dirinci dalam tabulasi


(1) Obat digolongkan menjadi Obat dengan (1) Obat terdiri atas:
resep dokter dan Obat tanpa resep
dokter.
2139. REPOSISI DENGAN a. Obat dengan resep; dan Konkordan ayat (1)
PERUBAHAN SUBSTANSI

2140. REPOSISI DENGAN b. Obat tanpa resep. Konkordan ayat (1)


PERUBAHAN SUBSTANSI

2141. SUBSTANSI BARU (1a) Obat dengan resep sebagaimana Merinci golongan obat resep dokter
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk menjelaskan apa yang
digolongkan menjadi obat keras, dimaksud obat dengan resep
psikotropika, dan narkotika.

2142. SUBSTANSI BARU (1b) Obat dengan resep diserahkan oleh Untuk menegaskan perolehan obat
apoteker di fasilitas pelayanan dengan resep harus diperoleh dari
kefarmasian sesuai dengan fasilitas pelayanan kefarmasian
ketentuan peraturan perundang- karena pengaturan terhadap obat
undangan. dengan resep hanya dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan tertentu,
seperti apotik atau instalasi
kefarmasian rumah sakit
2143. SUBSTANSI BARU (1c) Obat tanpa resep sebagaimana Merinci golongan obat tanpa resep
dimaksud pada ayat (1) huruf b dokter untuk menjelaskan apa yang
digolongkan menjadi obat bebas dimaksud obat tanpa resep
terbatas dan obat bebas.
2144. SUBSTANSI BARU (1d) Selain obat bebas terbatas dan obat Untuk mengakomodir beberapa obat
bebas, obat keras tertentu dapat yang digolongkan obat keras tertentu
diserahkan tanpa resep sesuai dengan namun dapat diserahkan tanpa
ketentuan perundang-undangan. resep sesuai ketentuan peraturan
yang ditetapkan
2145. SUBSTANSI BARU (1e) Obat tanpa resep diperoleh dari Untuk menegaskan perolehan obat
fasilitas pelayanan kefarmasian atau tanpa resep hanya di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau fasilitas

293
fasilitas lain sesuai dengan ketentuan lain sesuai ketentuan peraturan yang
perundang-undangan ditetapkan

2146. SUBSTANSI BARU (1f) Pemerintah Pusat dapat menetapkan Menambahkan substansi bahwa
penggolongan Obat selain Pemerintah Pusat dapat menetapkan
penggolongan sebagaimana dimaksud penggolongan obat lain dan/atau
pada ayat (1) dan/atau perubahan perubahan penggolongan Obat,
penggolongan Obat dalam hal terdapat untuk mengakomodir perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan iptek
tekhnologi.
2147. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Menambahkan pendelegasian
penggolongan Obat sebagaimana penggolongan Obat dan resep mengenai resep
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Peraturan Pemerintah. diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2148. Pasal 338 TETAP TETAP


(1) Obat Bahan Alam digolongkan menjadi:

2149. a. jamu; dan TETAP TETAP

2150. b. Obat herbal. SUBSTANSI b. obat herbal terstandar; mengubah “obat herbal” menjadi
“obat herbal terstandar”, karena
untuk mengakomodir obat bahan
alam yang dibuktikan melalui uji
pra-klinik
2151. SUBSTANSI BARU c. Fitofarmaka; dan Menambah penggolongan obat bahan
alam fitofarmaka, karena untuk
mengakomodir obat bahan alam
yang dibuktikan melalui klinis
2152. SUBSTANSI BARU d. Obat Bahan Alam lain. Menambahkan “obat bahan alam
lain” untuk mengakomodir produk-
produk inovasi baru, produk obat
bahan alam impor, obat bahan alam
lisensi, dan lain-lain sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2153. (2) Jamu sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS - Jamu tidak digolongkan lagi
ayat (1) huruf a terdiri atas: menjadi jamu empiris, jamu
terstandar dan jamu fitofarmaka,

294
karena jamu, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka
merupakan entitas yang berbeda
sesuai dengan ktiterianya.
- Konkordan dengan ayat (1) huruf a
2154. a. jamu empiris; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (2)
2155. b. jamu terstandar; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (2)
2156. c. jamu fitofarmaka SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (2)
2157. (3) Obat herbal sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (1) huruf b terdiri atas: pada ayat (2)

2158. a. Obat herbal terstandar; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah


pada ayat (2)
2159. b. Obat herbal fitofarmaka; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (2)
2160. c. Obat herbal impor. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan Pemerintah
pada ayat (2)
2161. SUBSTANSI BARU (3a) Pemerintah Pusat dapat menetapkan Menambahkan substansi bahwa
penggolongan Obat Bahan Alam selain Pemerintah Pusat dapat menetapkan
penggolongan sebagaimana dimaksud penggolongan obat bahan alam lain
pada ayat (1) dan/atau perubahan dan/atau perubahan penggolongan
penggolongan Obat Bahan Alam dalam Obat Bahan Alam, untuk
hal terdapat perkembangan ilmu mengakomodir perkembangan iptek.
pengetahuan dan teknologi
2162. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
penggolongan Obat Bahan Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

2163. BAB IX TETAP TETAP


KETAHANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
2164. Pasal 339 SUBSTANSI Pasal 339 - Menegaskan sumber yang
(1) Sumber Sediaan Farmasi yang berasal (1) Sumber bahan baku Sediaan Farmasi dimaksud adalah sumber bahan
dari alam semesta dan sudah terbukti dan sumber bahan baku alat kesehatan baku baik untuk sediaan farmasi
berkhasiat, halal, dan aman digunakan yang berasal dari alam dan sudah maupun alat Kesehatan.

295
dalam pencegahan, pengobatan, terbukti berkhasiat atau bermanfaat, - Menambahkan frasa “dan bahan
dan/atau perawatan, serta aman, dan bermutu digunakan dalam baku alat Kesehatan”, karena
pemeliharaan Kesehatan, tetap harus pencegahan, pengobatan, dan/atau menyesuaikan dengan lingkup
dijaga kelestariannya. perawatan, serta pemeliharaan substansi yang diatur dalam bab
Kesehatan, harus dikembangkan dan ini.
dijaga kelestariannya. - Menghilangkan kata “halal”
terkait dengan produk halal
sudah diatur secara khusus
dalam UU Jaminan Produk Halal,
dimana tidak semua produk yang
beredar di Indonesia
menggunakan bahan yang
bersumber dari bahan yang halal.
- Apakah menggunakan kata
“bermutu” atau tidak? Karena
berkaitan dengan sumber bahan
baku bukan bahan bakunya.
- Menambahkan kata “bermanfaat”
dan “bermutu”, serta harus
dikembangkan.
2165. (2) Masyarakat diberi kesempatan yang SUBSTANSI (2) Masyarakat diberi kesempatan yang - menambahkan frasa “meneliti”,
seluas-luasnya untuk mengolah, seluas-luasnya untuk meneliti, karena Upaya penelitian dan
memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, memproduksi, pengembangan merupakan tahap
mengembangkan, meningkatkan, dan mengedarkan, meningkatkan, dan pertama dalam ketahanan
menggunakan Sediaan Farmasi yang menggunakan Sediaan Farmasi dan kefarmasian dan alat kesehatan,
dapat dipertanggungjawabkan manfaat alat kesehatan yang dapat sebelum masuk ke tahap
dan keamanannya.
dipertanggungjawabkan manfaat dan produksi dst.
keamanannya. - menambahkan frasa “dan alat
Kesehatan”, karena Alat
kesehatan merupakan komoditi
yang perlu dibangun
ketahanannya sesuai dengan
lingkup substansi dalam bab ini.
- menghapus frasa “mengolah”,
karena mengolah sudah masuk
ke memproduksi.

296
2166. (3) Pengolahan, produksi, peredaran, SUBSTANSI (3) Penelitian, Pengembangan, produksi, - Menhapus frasa “pengolahan”,
pengembangan, peningkatan, dan peredaran, peningkatan, dan menambah frasa “penelitian”
penggunaan Sediaan Farmasi penggunaan Sediaan Farmasi dan alat - Konkordan ayat (2).
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kesehatan sebagaimana dimaksud
diselenggarakan sesuai dengan pada ayat (2) diselenggarakan sesuai
ketentuan peraturan perundang- dengan ketentuan peraturan
undangan.
perundang-undangan.

2167. (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah SUBSTANSI (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah - Menambah frasa “penelitian dan”,
Daerah menjamin pengembangan dan Daerah menjamin penelitian dan karena Konkordan ayat (2).
kelestarian sumber Sediaan Farmasi pengembangan Sediaan Farmasi dan - Menambah frasa “dan bahan
yang berasal dari alam semesta. bahan baku alat kesehatan yang baku alat Kesehatan”, karena
berasal dari alam dengan tetap menjaga menyesuaikan dengan substansi
kelestariannya. bab ini.

2168. Pasal 340 REDAKSIONAL Pasal 340 Mengubah kata “penemuan” menjadi
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah “penelitian”, karena penemuan
Daerah mendorong dan mengarahkan Daerah mendorong dan mengarahkan bagian dari penelitian
penemuan dan pengembangan Sediaan penelitian dan pengembangan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan dengan Farmasi dan Alat Kesehatan dengan
memanfaatkan potensi nasional yang memanfaatkan potensi nasional yang
tersedia. tersedia.

2169. (2) Penemuan dan pengembangan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Diusulkan dihapus, substansi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PERUBAHAN SUBSTANSI penemuan dan pengembangan yang
diarahkan untuk Obat, bahan Obat, diarahkan dalam norma ayat (2)
vaksin, bahan alam yang berkhasiat sudah terakomodir dalam ayat (1).
Obat, dan Alat Kesehatan. Pemerintah mengusulkan
menambah penjelasan sediaan
farmasi dan alat kesehatan pada ayat
(1)

2170. (3) Penemuan dan pengembangan Sediaan REDAKSIONAL (3) Penelitian dan pengembangan Sediaan - Mengubah kata “penemuan”
Farmasi dan Alat Kesehatan dilakukan Farmasi dan Alat Kesehatan dilakukan menjadi “penelitian”, Konkordan
dengan memperhatikan perkembangan dengan memperhatikan kelestarian dengan ayat (1)
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lingkungan hidup, termasuk sumber - Menghapus frasa “perkembangan
kelestarian lingkungan hidup, sumber daya alam dan sosial budaya. ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta”

297
daya alam, norma agama dan kearifan - Menghapus kata “kearifan”
sosial budaya.

2171. (4) Penemuan dan pengembangan REDAKSIONAL (4) Penelitian dan pengembangan - Mengubah kata “penemuan”
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi “penelitian”, Konkordan
dapat dilakukan oleh industri farmasi, dapat dilakukan oleh industri sediaan dengan ayat (1)
industri alat kesehatan, lembaga farmasi, industri Alat Kesehatan, - Mengubah frasa “Lembaga
penelitian, dan lembaga pendidikan. lembaga penelitian, dan perguruan Pendidikan” menjadi “perguruan
tinggi. tinggi”, karena Lembaga
Pendidikan terluas, kegiatan
penelitian dan pengembangan
sediaan farmasi dilakukan di
perguruan tinggi

2172. Pasal 341 REDAKSIONAL Pasal 341 - Mengubah frasa “menjamin”


(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah menjadi “bertanggung jawab”
Daerah menjamin penemuan, Daerah bertanggung jawab terhadap - Mengubah kata “penemuan”
pengembangan, dan pemeliharaan penelitian, pengembangan, menjadi “penelitian”, Konkordan
bahan baku Obat Bahan Alam. pemanfaatan, dan pemeliharaan bahan dengan Pasal 340 ayat (1)
baku Obat bahan alam. - Menambahkan frasa
“pemanfaatan”

2173. (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Konkordan Pasal 340 ayat (1)
Daerah mendorong pemanfaatan Daerah mendorong pemanfaatan
sumber daya alam guna penemuan dan sumber daya alam guna penelitian dan
pengembangan Obat Bahan Alam pengembangan Obat bahan alam
dengan tetap memperhatikan dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup dan
sosial budaya. sosial budaya.

2174. (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah TETAP TETAP


Daerah dalam mendorong pemanfaatan
sumber daya alam guna penemuan dan
pengembangan Obat Bahan Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus menciptakan iklim usaha yang

298
sehat bagi masyarakat dan pelaku
usaha.

2175. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya REDAKSIONAL (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya Konkordan Pasal 340 ayat (1)
penemuan dan pengembangan, dan penelitian, pengembangan,
pemeliharaan Obat Bahan Alam diatur pemanfaatan, dan pemeliharaan Obat
dengan Peraturan Menteri. Bahan Alam diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2176. Pasal 342 REDAKSIONAL Pasal 342 Menambahkan frasa “penelitian dan”
Pengembangan Obat Bahan Alam bertujuan Penelitian dan pengembangan Obat Bahan karena sebagain satu kesatuan
untuk: Alam bertujuan untuk: dalam proses pengembangan obat
bahan alam
2177. SUBSTANSI BARU a1. mewujudkan kemandirian industri Menambahkan substansi baru
farmasi nasional guna mendukung karena penelitian dan
ketahanan kefarmasian; pengembangan obat bahan alam
akan berpengaruh terhadap
kemandirian industri farmasi
2178. a. memanfaatkan sumber daya alam dan REDAKSIONAL a. memanfaatkan sumber daya alam dan Menambahkan frasa “peningkatan
ramuan tradisional secara ramuan tradisional secara ilmu pengetahuan” karena
berkelanjutan dalam penyelenggaraan berkelanjutan dalam peningkatan ilmu pemanfaatan sumber daya alam dan
Pelayanan Kesehatan; pengetahuan dan penyelenggaraan ramuan tradisional juga bisa
Pelayanan Kesehatan dimanfaatkan untuk peningkatan
ilmu pengetahuan seperti untuk
peningkatan metodelogi dan referensi
baku dalam penelitian dan
pengembangan obat bahan alam
2179. b. menjamin pengelolaan potensi alam TETAP TETAP
sehingga mempunyai daya saing yang
tinggi sebagai sumber ekonomi
masyarakat; dan

2180. c. menyediakan keunggulan yang SUBSTANSI c. menyediakan obat bahan alam untuk Pengembangan obat bahan alam
memberikan multi manfaat. memelihara kesehatan, yang terjamin bertujuan menyediakan keunggulan
mutu, khasiat dan keamanannya, yang memberikan multi manfaat
teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan pengertiannya sangat
secara luas untuk pencegahan, abstrak/banyak penafsiran untuk
pengobatan, perawatan, dan/atau itu tujuan dari pengembangan
pemeliharaan kesehatan.
diarahkan menjadi lebih spesifik
melalui terjaminnya mutu kasiat dan

299
keamanan yang teruji baik secara
ilmiah untuk pencegahan,
pengobatan, perawatan, dan/atau
pemeliharaan kesehatan.
2181. Pasal 343 SUBSTANSI Pasal 343 - Yang menjadi tujuan besarnya
(1) Untuk mewujudkan kemandirian (1) Untuk mewujudkan ketahanan Sediaan yaitu mewujudkan ketahanan.
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Farmasi dan Alat Kesehatan, - Mengubah frasa “mendorong”
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat dan Pemerintah menjadi “bertanggung jawab”,
Daerah mendorong percepatan Daerah bertanggung jawab terhadap untuk memberikan kepastian
kemandirian industri Sediaan Farmasi kemandirian di bidang Sediaan Farmasi dengan instrumen yang jelas.
dan Alat Kesehatan. dan Alat Kesehatan. - Menghapus frasa “industri”
menjadi “di bidang” karena
percepatan kemandirian
ditujukan bukan hanya ke
industri, namun lebih umum
untuk kemandirian di bidang
sediaan farmasi dan alat
Kesehatan.

2182. (2) Percepatan kemandirian industri SUBSTANSI (2) Kemandirian Sediaan Farmasi dan Alat Menambahkan frasa “tata kelola
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Kesehatan dilakukan melalui rantai pasok”, karena kemandirian
dilakukan melalui pengembangan dan pengembangan dan penguatan tata sediaan farmasi harus dijaga tidak
penguatan industri Sediaan Farmasi dan kelola rantai pasok Sediaan Farmasi hanya di industri farmasi, namun
Alat Kesehatan dari hulu hingga hilir dan Alat Kesehatan dari hulu hingga dari produksi, distribusi sampai
secara terintegrasi dengan target hilir secara terintegrasi dengan dengan pelayanan, menyesuaikan
penggunaan dan pemenuhan Sediaan mengutamakan penggunaan dan dengan WHO dan MSH (Management
Farmasi dan Alat Kesehatan yang pemenuhan Sediaan Farmasi dan Alat Science for Health).
diproduksi dalam negeri untuk Kesehatan yang diproduksi dalam
ketahanan dan kemajuan Kesehatan negeri untuk ketahanan dan kemajuan
nasional. Kesehatan nasional.

2183. (3) Pemenuhan kebutuhan ketahanan TETAP TETAP


Kesehatan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
bertahap sesuai dengan prioritas
nasional.

300
2184. (4) Pengembangan dan penguatan industri SUBSTANSI (4) Pengembangan dan penguatan tata Konkordan ayat (2)
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan kelola rantai pasok Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Alat Kesehatan sebagaimana
dilakukan dengan: dimaksud pada ayat (2) dilakukan
paling sedikit dengan:

2185. REPOSISI DENGAN a1. penerbitan kebijakan termasuk Reposisi dari Pasal 345 huruf a
PERUBAHAN memberikan insentif pada pelaku
REDAKSIONAL usaha yang berupaya mewujudkan
ketahanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.

2186. a. meningkatkan daya saing industri TETAP TETAP


Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

2187. b. memberikan dukungan bagi SUBSTANSI b. memberikan dukungan bagi Untuk memperjelas bahwa
penguasaan dan pemanfaatan penguasaan dan pemanfaatan teknologi dukungan termasuk kerja sama luar
teknologi dan inovasi, serta riset dan dan inovasi, serta penelitian dan negeri
pengembangan dalam bidang Sediaan pengembangan dalam bidang Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan; Farmasi dan Alat Kesehatan, termasuk
melalui kerja sama luar negeri yang
dilakukan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat termasuk swasta secara
multilateral, regional, dan bilateral
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2188. c. memproduksi Sediaan Farmasi dan TETAP TETAP
Alat Kesehatan dalam negeri untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri
dan ekspor serta meningkatkan
kegiatan industri/utilisasi kapasitas
industri;

2189. d. memastikan penggunaan bahan baku SUBSTANSI d. memastikan penggunaan bahan baku - menambahkan frasa “dan bahan
Obat produksi dalam negeri oleh Obat dan bahan baku alat kesehatan baku alat kesehatan” dan frasa
industri farmasi dalam negeri; produksi dalam negeri oleh industri ”dan alat kesehatan” untuk
farmasi dan alat kesehatan dalam memperluas cakupan sesuai
negeri; dan dengan kebutuhan Ketahanan
Kesehatan dalam negeri

301
- menambahkan kata sambung
“dan”

2190. e. mengoptimalkan peran akademisi, TETAP TETAP


pelaku usaha, pemerintah, dan
masyarakat.

2191. REPOSISI DENGAN f. menjamin keberlangsungan rantai Reposisi dari Pasal 345 huruf f
PERUBAHAN pasok melalui lisensi sukarela, lisensi
REDAKSIONAL wajib, atau pelaksanaan paten oleh
Pemerintah terutama dalam kondisi
bencana, KLB atau Wabah.

2192. REPOSISI TETAP (5) Untuk menjamin ketahanan nasional, Reposisi dari Pasal 334 ayat (6)
Obat generik International
Nonpropietary Name (INN) yang
dipasarkan di Indonesia hanya boleh
dibuat oleh industri farmasi dalam
negeri.
2193. Pasal 344 SUBSTANSI Pasal 344 - Mengubah kata “mendorong”
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah (1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, menjadi “mengutamakan” untuk
Daerah mendorong industri Sediaan masyarakat termasuk swasta, dan memperjelas implementasi dari
Farmasi dan Alat Kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan harus norma peningkatan penggunaan
masyarakat untuk meningkatkan mengutamakan penggunaan Sediaan sediaan farmasi dan alat
penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Kesehatan dalam negeri
Kesehatan dalam negeri. negeri. - Menambah sasaran termasuk
masyarakat dan fasilitas
pelayanan Kesehatan sebagai
sasaran pengguna sediaan
farmasi dan alat Kesehatan dalam
negeri

2194. (2) Industri Sediaan Farmasi sebagaimana SUBSTANSI (2) Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menambahkan industri alat
dimaksud pada ayat (1) berupa industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kesehatan yang harus
Obat yang harus memprioritaskan yang diproduksi oleh Industri Sediaan memprioritaskan penggunaan bahan
penggunaan bahan baku Obat produksi Farmasi dan Alat Kesehatan harus baku poduksi dalam negeri
dalam negeri.

302
memprioritaskan penggunaan bahan
baku produksi dalam negeri.

2195. (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, SUBSTANSI (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, - mengubah frasa “swasta” menjadi
dan swasta dalam mengadakan Obat dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam “fasilitas pelayanan Kesehatan”,
harus memprioritaskan Obat yang mengadakan Obat dan Alat Kesehatan untuk lebih memperjelas swasta
menggunakan bahan baku Obat harus memprioritaskan Obat dan Alat yang dimaksud yaitu fasilitas
produksi dalam negeri. Kesehatan yang menggunakan bahan pelayanan Kesehatan
baku produksi dalam negeri. - Menambahkan frasa “alat
Kesehatan”, karena tidak hanya
obat yang menjadi prioritas
penggunaan dalam negeri, tapi
termasuk alat kesehatan.

2196. Pasal 345 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakmomodir (Pasal


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 343 ayat (4)
melakukan upaya ketahanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan melalui:

2197. a. penerbitan kebijakan dan peraturan REPOSISI DENGAN DIHAPUS direposisi ke Pasal 343 ayat (4) huruf
termasuk memberikan insentif pada PERUBAHAN a1
pelaku usaha yang ikut berupaya REDAKSIONAL
mewujudkan ketahanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan;

2198. b. pemberian kemudahan dalam SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 345
pelaksanaan riset dan transfer teknologi
untuk mendukung ketahanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan berupa
fasilitasi infrastruktur, suprastruktur,
anggaran dan regulasi;

2199. c. pemberian dukungan penggunaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 345
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
produksi dalam negeri dengan
memberikan jaminan pasar yang sehat;

303
2200. d. pengembangan industri bahan baku dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 345
pemanfaatan produk bahan bakunya;

2201. e. peningkatan penelitian dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 345
pengembangan; dan

2202. f. percepatan lisensi wajib atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 345
pelaksanaan paten oleh Pemerintah
Pusat dalam kondisi bencana, KLB atau
Wabah .

2203. Pasal 346 REDAKSIONAL Pasal 346 Mengubah istilah riset menjadi
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah penelitian sesuai dengan UU
Daerah memberikan kemudahan dalam (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah 11/2019 tentang sistem nasional
penyelenggaraan hilirisasi riset nasional Daerah memberikan kemudahan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan daya saing industri dalam penyelenggaraan hilirisasi
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. penelitian nasional untuk
meningkatkan daya saing industri
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
2204. (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Konkordan dengan ayat (1)
Daerah membangun ekosistem riset yang Daerah membangun ekosistem
terdiri atas infrastruktur penelitian, penelitian yang terdiri dari
kemudahan perizinan riset dan infrastruktur penelitian, kemudahan
pendukung riset, dan sumber daya perizinan penelitian dan pendukung
manusia. penelitian, dan sumber daya manusia.

2205. (3) Infrastruktur penelitian sebagaimana REDAKSIONAL (3) Infrastruktur penelitian sebagaimana Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (2) dibangun oleh dimaksud pada ayat (2) dibangun oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat. dan/atau masyarakat.

2206. (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah REDAKSIONAL (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Konkordan dengan ayat (1)
Daerah memberikan kemudahan Daerah memberikan kemudahan
perizinan riset dan pendukung riset perizinan penelitian dan pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penelitian sebagaimana dimaksud pada
tanpa mengurangi pelindungan terhadap ayat (2) tanpa mengurangi pelindungan
nilai-nilai penelitian. terhadap nilai-nilai penelitian.

304
2207. (5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah REDAKSIONAL (5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Konkordan dengan ayat (1)
Daerah dapat memberikan dukungan Daerah dapat memberikan dukungan
bagi institusi dan/atau masyarakat yang bagi institusi dan/atau masyarakat yang
melakukan investasi riset kefarmasian melakukan investasi penelitian
dan Alat Kesehatan. kefarmasian dan Alat Kesehatan.

2208. Pasal 347 TETAP TETAP


Ketentuan mengenai percepatan
pengembangan dan ketahanan industri
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
2209. Pasal 348 REDAKSIONAL Pasal 348
(1) Dalam rangka mendukung (1) Dalam rangka mendukung kemandirian Menghapus frasa “prioritas” agar
kemandirian industri Sediaan Farmasi industri Sediaan Farmasi dan Alat tidak ada kekhususan dan
dan Alat Kesehatan, Pemerintah Pusat Kesehatan, Pemerintah Pusat dapat pemberian insentif merujuk pada
dapat memberikan prioritas insentif memberikan insentif bagi industri ketentuan peraturan perundang-
bagi industri Sediaan Farmasi dan Alat Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. undangan.
Kesehatan.

2210. (2) Prioritas insentif sebagaimana SUBSTANSI (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada Menambahkan frasa “serta
dimaksud pada ayat (1) termasuk bagi ayat (1) termasuk bagi setiap industri melakukan produksi dengan
setiap industri Sediaan Farmasi dan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan menggunakan bahan baku dalam
Alat Kesehatan yang melakukan yang melakukan kegiatan penelitian, negeri”, karena untuk meningkatkan
kegiatan penelitian, pengembangan pengembangan dan inovasi di dalam penggunaan bahan baku produksi
dan inovasi di dalam negeri. negeri, serta melakukan produksi dalam negeri, sehingga diharapkan
dengan menggunakan bahan baku tumbuhnya kemandirian industri
dalam negeri. sediaan farmasi dan alat Kesehatan
yang berkelanjutan.

2211. (3) Insentif sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (1) dan ayat (2) berupa fiskal dan
nonfiskal.

2212. (4) Ketentuan mengenai pemberian REDAKSIONAL (4) Pemberian insentif bagi industri Sediaan Konkordan ayat (1)
prioritas insentif bagi industri Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Farmasi dan Alat Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan.

305
2213. SUBSTANSI Pasal 348A Menambahkan substansi Ketahanan
BARU (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Daerah melakukan mitigasi risiko pada Kondisi Kejadian Luar Biasa,
terhadap sediaan farmasi, alat Wabah, dan Bencana Lainnya,
kesehatan, dan perbekalan kesehatan karena diperlukan pengaturan yang
lain yang diperlukan dalam kondisi khusus untuk kondisi KLB, wabah,
darurat, bencana, KLB atau Wabah. dan bencana, agar menjamin
ketersediaan sediaan farmasi dan
alat Kesehatan untuk
penanggulangan kondisi tersebut.

2214. SUBSTANSI (2) Dalam rangka melakukan mitigasi - konkordan dengan ayat (1)
BARU risiko sebagaimana dimaksud pada ayat - Menambahkan frasa “kebijakan”
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menetapkan kebijakan, standar,
sistem dan tata kelola sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan lain.

2215. SUBSTANSI Pasal 348B Konkordan Pasal 348A


BARU Ketentuan lebih lanjut mengenai standar,
sistem dan tata kelola sediaan farmasi dan
Alat Kesehatan pada kondisi KLB, Wabah,
dan bencana diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2216. BAB X TETAP TETAP Reposisi Bab X menjadi Bab XI
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
2217. Bagian Kesatu TETAP TETAP
Umum
2218. Pasal 349 TETAP TETAP
(1) Dalam rangka melakukan Upaya
Kesehatan yang efektif dan efisien
diselenggarakan Sistem Informasi
Kesehatan.

2219. (2) Sistem Informasi Kesehatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh:

306
2220. a. Pemerintah Pusat; TETAP TETAP

2221. b. Pemerintah Daerah; TETAP TETAP

2222. c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan TETAP TETAP

2223. d. masyarakat, baik perorangan TETAP TETAP


maupun kelompok.

2224. (3) Penyelenggara Sistem Informasi REDAKSIONAL (3) Penyelenggara Sistem Informasi Mengubah frasa “sistem yang
Kesehatan wajib menghubungkan sistem Kesehatan sebagaimana dimaksud mengintegrasikan seluruh Pelayanan
yang dikelolanya dengan sistem yang pada ayat (2) wajib terintegrasi dengan Kesehatan” menjadi “Sistem
mengintegrasikan seluruh Pelayanan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Informasi Kesehatan Nasional”
Kesehatan yang diselenggarakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

2225. (4) Kementerian yang menyelenggarakan REDAKSIONAL (4) Kementerian yang menyelenggarakan frasa “berupa bantuan teknis”
urusan pemerintahan di bidang urusan pemerintahan di bidang dimasukan sebagai penjelasan yang
kesehatan dapat memberikan dukungan kesehatan dapat memberikan dimaksud dengan dukungan
berupa bantuan teknis kepada dukungan kepada penyelenggara
penyelenggara sistem sebagaimana sistem sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (2) dalam ayat (2) dalam pengelolaan Sistem
Informasi Kesehatan.
pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan.

2226. Bagian Kedua TETAP TETAP


Tata Kelola Sistem Informasi Kesehatan
2227. Pasal 350 REDAKSIONAL Pasal 350 Menghilangkan kata “pelaporan”
(1) Penyelenggara Sistem Informasi (1) Penyelenggara Sistem Informasi karena data yang berbasis pelayanan
Kesehatan melaksanakan tata kelola Kesehatan melaksanakan tata kelola didalamnya juga digunakan untuk
yang mendukung pelayanan dan yang mendukung pelayanan di bidang pelaporan
pelaporan di bidang Kesehatan. Kesehatan.

2228. (2) Tata kelola Sistem Informasi Kesehatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan rangkaian kegiatan untuk
menjamin mutu dan keandalan sistem.

307
2229. (3) Tata kelola Sistem Informasi Kesehatan SUBSTANSI (3) Tata kelola Sistem Informasi Kesehatan - Menghilangkan kata dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) karena akan dimaknai lebih
dituangkan dalam dokumen arsitektur dituangkan dalam arsitektur Sistem sempit sehingga lebih
Sistem Informasi Kesehatan. Informasi Kesehatan Nasional. mengedepankan arsitekturnya

2230. (4) Dokumen arsitektur Sistem Informasi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diusulkan dihapus karena
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada bersifat dinamis dan akan diatur
ayat (3) meliputi: dalam peraturan pelaksana

2231. a. proses bisnis; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2232. b. data dan informasi; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2233. c. infrastruktur; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2234. d. aplikasi; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2235. e. keamanan; dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2236. f. layanan. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (4)

2237. (5) Dokumen arsitektur Sistem Informasi REDAKSIONAL (5) Arsitektur Sistem Informasi Kesehatan Menghapus kata dokumen
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ayat (4) disusun sesuai dengan pedoman disusun sesuai dengan pedoman yang
yang ditetapkan oleh Menteri. ditetapkan oleh Menteri.

2238. (6) Selain untuk kepentingan sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1),
penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan juga ditujukan untuk
pengembangan sistem informasi di
bidang bioteknologi Kesehatan.

2239. (7) Penyelenggara Sistem Informasi SUBSTANSI (7) Penyelenggara Sistem Informasi - Menghapus frasa “pemrosesan
Kesehatan wajib melakukan Kesehatan wajib melakukan dan/atau penyimpanan sistem
pengelolaan, pemrosesan, dan/atau pengelolaan data dan informasi informasi Kesehatan”, karena
penyimpanan Sistem Informasi Kesehatan di wilayah Indonesia. pemrosesan dan penyimpanan
Kesehatan dan data informasi Kesehatan termasuk dalam pengelolaan.
di wilayah Indonesia. - Penggunaan istilah pengelolaan
tersebut juga menyesuaikan

308
dengan UU Perlindungan Data
Pribadi, sehingga diusulkan
didalam penjelasan menguraikan
bentuk-bentuk kegiatan dalam
Pengelolaan.

2240. (8) Penyelenggara Sistem Informasi SUBSTANSI (8) Penyelenggara Sistem Informasi Sinkronisasi dengan PP 71/2019
Kesehatan dapat melakukan Kesehatan dapat melakukan tentang Penyelenggara sistem
pengelolaan, pemrosesan, dan/atau pengelolaan data dan informasi transaksi elektronik
penyimpanan Sistem Informasi Kesehatan di luar wilayah Indonesia
Kesehatan dan data informasi Kesehatan yang pelaksanaannya sesuai dengan
di luar wilayah Indonesia dalam hal peraturan perundang-undangan
teknologi pengelolaan, pemrosesan,
dan/atau penyimpanan tidak tersedia di
dalam negeri.

2241. (9) Pengelolaan, pemrosesan, dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Substansi dihapus karena sudah
penyimpanan Sistem Informasi diakomodir pada ayat (8)
Kesehatan dan data informasi Kesehatan
di luar wilayah Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dilakukan atas
izin Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2242. Pasal 351 TETAP TETAP


(1) Penyelenggara Sistem Informasi
Kesehatan wajib memastikan keandalan
Sistem Informasi Kesehatan yang
meliputi:
2243. a. ketersediaan; TETAP TETAP

2244. b. keamanan; TETAP TETAP

2245. c. pemeliharaan; dan TETAP TETAP

2246. d. integrasi. TETAP TETAP

309
2247. (2) Keandalan Sistem Informasi Kesehatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan cara:
2248. a. menguji kelaikan sistem; TETAP TETAP

2249. b. menjaga kerahasiaan data; TETAP TETAP

2250. c. menentukan kebijakan hak akses TETAP TETAP


data;

2251. d. memiliki sertifikasi keandalan TETAP TETAP


sistem; dan

2252. e. melakukan audit secara berkala. TETAP TETAP

2253. (3) Penyelenggara Sistem Informasi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam
Kesehatan wajib menerapkan ayat (1)
pengamanan untuk memastikan
keandalan sistem.
2254. Pasal 352 REDAKSIONAL Pasal 352 - Menghapus kata “terintegrasi”
(1) Penyelenggara Sistem Informasi (1) Penyelenggara Sistem Informasi karena redundan dengan Pasal
Kesehatan wajib menyediakan data dan Kesehatan wajib menyediakan data 351 ayat (1) huruf d
informasi yang berkualitas dan dan informasi Kesehatan yang - Menambahkan kata “Kesehatan”
terintegrasi. berkualitas.
2255. (2) Masyarakat hanya dapat mengakses REDAKSIONAL (2) Masyarakat dapat mengakses data yang Menggabungkan ayat (2) dan ayat (3)
data yang bersifat publik sesuai dengan bersifat publik dan/atau data Kesehatan
ketentuan peraturan perundang- dirinya melalui penyelenggara Sistem
Informasi Kesehatan yang terintegrasi
undangan mengenai keterbukaan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional
informasi publik. sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2256. (3) Masyarakat dapat mengakses data REPOSISI TETAP DIHAPUS Substansi diakomodir pada ayat (2)
Kesehatan dirinya melalui penyelenggara
Sistem Informasi Kesehatan.
2257. (4) Pengelolaan data dan informasi REDAKSIONAL (4) Pengelolaan data dan informasi Menghapus frasa “di bidang tata
Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan Kesehatan dilaksanakan sesuai kelola data”, karena ketentuan
pengelolaan data dan informasi

310
ketentuan peraturan perundang- dengan ketentuan peraturan Kesehatan bukan hanya mengacu
undangan di bidang tata kelola data. perundang-undangan. pada ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang tata
Kelola data, tapi ada peraturan
perundang-undangan lain antara
lain peraturan terkait pelindungan
data pribadi, sistem informasi
kesehatan, satu data Indonesia,
sehingga ditambahkan dalam
penjelasan

2258. Pasal 353 TETAP TETAP


(1) Penyelenggara Sistem Informasi
Kesehatan wajib melaksanakan
pengelolaan data dan informasi
Kesehatan yang meliputi:
2259. a. perencanaan; TETAP TETAP

2260. b. pengumpulan; TETAP TETAP

2261. SUBSTANSI b1. penyimpanan Menambahkan substansi


BARU penyimpanan sebagai bagian dari
pengelolaan
2262. c. pemeriksaan; TETAP TETAP

2263. d. transfer; dan TETAP TETAP

2264. e. pemanfaatan. TETAP TETAP

2265. SUBSTANSI e1. pemusnahan Menambah substansi pemusnahan


BARU sebagai bagian dari pengelolaan
2266. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk
menentukan daftar data dan informasi
yang akan dikumpulkan.
2267. (3) Pengumpulan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) huruf b dilaksanakan
sesuai dengan hasil perencanaan data.

311
2268. SUBSTANSI (3a) Penyimpanan sebagaimana dimaksud Perlu menambahkan pengaturan
BARU pada ayat (1) huruf b1 dilaksanakan penyimpanan
dalam pangkalan data pada tempat Konkordan dengan ayat (1) huruf b1
yang aman dan tidak rusak atau
mudah hilang dengan menggunakan
media penyimpanan elektronik
dan/atau nonelektronik
2269. (4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) huruf c dilaksanakan
dalam rangka menjamin kualitas data
dan informasi.
2270. (5) Transfer sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP
ayat (1) huruf d dilaksanakan antar
penyelenggara Sistem Informasi
Kesehatan melalui sistem layanan
integrasi Kesehatan milik kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Kesehatan.
2271. (6) Data dan informasi yang dikelola oleh REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 350 ayat (8)
Penyelenggara Sistem Informasi PERUBAHAN
Kesehatan dapat ditransfer ke luar REDAKSIONAL
wilayah Indonesia untuk tujuan yang
spesifik dan terbatas dengan mendapat
izin dari Menteri.
2272. (7) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) huruf e dilaksanakan
untuk:
2273. a. Kesehatan perseorangan; TETAP TETAP

2274. b. Kesehatan masyarakat; TETAP TETAP

2275. c. pembangunan Kesehatan; dan TETAP TETAP

2276. d. pengambilan kebijakan. TETAP TETAP

2277. SUBSTANSI (7a) Pemusnahan sebagaimana dimaksud Penambahan uraian mengenai


BARU pada ayat (1) huruf f dapat pemusnahan
dilaksanakan oleh Penyelenggara
Sistem Informasi Kesehatan setelah Konkordan ayat (1) huruf f
berakhirnya masa penyimpanan

312
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2278. (8) Penyelenggara Sistem Informasi TETAP TETAP
Kesehatan dapat memusnahkan data
dan informasi setelah berakhirnya
masa penyimpanan.
2279. (9) Penyelenggara Sistem Informasi TETAP TETAP
Kesehatan wajib mencatat riwayat
pengelolaan data dan informasi,
termasuk pemusnahan.
2280. (10) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pengelolaan data dan informasi
Kesehatan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2281. Pasal 354 TETAP TETAP
(1) Sistem Informasi Kesehatan memuat
data dan informasi yang bersumber
dari:

2282. a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; TETAP TETAP

2283. b. instansi Pemerintah Pusat dan TETAP TETAP


Pemerintah Daerah;

2284. c. badan/lembaga yang TETAP TETAP


menyelenggarakan program jaminan
sosial nasional;

2285. d. badan/lembaga lain yang TETAP TETAP


menyelenggarakan kegiatan di
bidang Kesehatan;

2286. e. kegiatan masyarakat selain Fasilitas TETAP TETAP


Pelayanan Kesehatan;

2287. f. pelaporan mandiri perorangan; dan TETAP TETAP

2288. g. sumber lainnya. TETAP TETAP

313
2289. (2) Data dan informasi sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas data
dan informasi pribadi dan data dan
informasi publik.

2290. Pasal 355 TETAP TETAP


(1) Penyelenggara Sistem Informasi
Kesehatan wajib menjamin
pelindungan data dan informasi
Kesehatan setiap individu.

2291. (2) Pengelolaan data dan informasi SUBSTANSI (2) Penyelenggara sistem informasi Sinkronisasi dengan UU 27/2022
Kesehatan yang menggunakan data kesehatan berwenang dalam tentang PDP
Kesehatan individu wajib mendapatkan menyelenggarakan sistem informasi
persetujuan dari pemilik data. kesehatan menggunakan data
Kesehatan individu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2292. (3) Pemilik data sebagaimana dimaksud SUBSTANSI (3) Penyelenggaran sistem informasi Ketentuan mengenai hak pemilik
pada ayat (2) berhak: kesehatan wajib melaksanakan hak data diatur dalam UU 27/2022
subjek data pribadi berdasarkan tentang PDP sehingga diusulkan ayat
peraturan perundang-undangan di (3) rumusan merujuk pada peraturan
bidang pelindungan data pribadi. perundang-undangan di bidang
pelindungan data pribadi

2293. a. mendapatkan informasi mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
tujuan pengumpulan data kesehatan
individu;

2294. b. mengakses dan melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
perbaikan data dan informasi
melalui penyelenggara Sistem
Informasi Kesehatan;

2295. c. meminta penyelenggara Sistem SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
Informasi Kesehatan mengirimkan
datanya ke penyelenggara Sistem
Informasi Kesehatan lainnya; dan

314
2296. d. meminta penyelenggara Sistem SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
Informasi Kesehatan menghapus
data yang tidak benar atas
persetujuan pemilik data.

2297. (4) Dikecualikan dari ketentuan SUBSTANSI (4) Hak Subjek data pribadi sebagaimana Konkordan dengan ayat (3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimaksud pada ayat (3) khusus
terhadap: mengakhiri pemrosesan, menghapus,
dan/atau memusnahkan data pribadi
tentang dirinya dikecualikan untuk
kepentingan pembangunan di bidang
kesehatan.

2298. a. data dan informasi Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
tidak dapat ditelusuri identitasnya
atau berupa data agregat; dan/atau

2299. b. data dan informasi Kesehatan untuk SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
kepentingan umum atau
kepentingan lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2300. (5) Penyelenggara Sistem Informasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
Kesehatan wajib menginformasikan
kepada pemilik data apabila terdapat
kegagalan pelindungan data dan
informasi Kesehatan individu.

2301. (6) Penyelenggara Sistem Informasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
Kesehatan wajib melaporkan kepada
penegak hukum dan lembaga terkait
apabila terjadi kegagalan dan/atau
gangguan yang serius dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan.

315
2302. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (7) Pelindungan data dan informasi Menghapus frasa “ketentuan lebih
pelindungan data dan informasi Kesehatan setiap individu lanjut”.
Kesehatan setiap individu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan.

2303. BAB XI TETAP TETAP Reposisi Bab XI menjadi BAB X


TEKNOLOGI KESEHATAN
2304. Pasal 356 SUBSTANSI Pasal 356 - Menambahkan frasa “dihasilkan
(1) Teknologi Kesehatan diselenggarakan, (1) Teknologi Kesehatan diselenggarakan, dan dievaluasi”, karena
diteliti, diproduksi, diedarkan, dihasilkan, dikembangkan, dan merupakan rangkaian yang harus
dikembangkan, dan/atau dievaluasi melalui penelitian, dilakukan untuk teknologi
dimanfaatkan bagi Kesehatan. pengembangan, dan pengkajian, Kesehatan.
untuk peningkatan Sumber Daya - Teknologi Kesehatan dilakukan
Kesehatan dan Upaya Kesehatan.
melalui kegiatan penelitian,
pengembangan, dan pengkajian
- Bahwa teknologi Kesehatan
untuk peningkatan Sumber Daya
Kesehatan dan Upaya Kesehatan.

2305. (2) Teknologi Kesehatan sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) termasuk
perangkat keras dan perangkat lunak.

2306. (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah TETAP TETAP


Daerah mendorong pemanfaatan
produk Teknologi Kesehatan dalam
negeri.

2307. (4) Teknologi Kesehatan sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2308. Pasal 357 SUBSTANSI Pasal 357 - Menambahkan frasa “yang


(1) Dalam mengembangkan Teknologi (1) Dalam mengembangkan Teknologi memanfaatkan hewan coba,
Kesehatan sebagaimana dimaksud Kesehatan sebagaimana dimaksud tumbuhan, mikroorganisme dan

316
dalam Pasal 356 dapat dilakukan dalam Pasal 356 dapat dilakukan bahan biologi tersimpan”, karena
penelitian dalam laboratorium, penelitian di laboratorium, penelitian penelitian dapat dilakuan
penelitian terhadap manusia, dan/atau yang memanfaatkan hewan coba, terhadap tumbuhan,
penelitian terhadap hewan. tumbuhan, mikroorganisme dan mikroorganisme dan bahan
bahan biologi tersimpan, atau biologi tersimpan.
penelitian yang mengikutsertakan - Mengubah frasa “penelitian
manusia sebagai subjek.
terhadap manusia” menjadi
“penelitian yang
mengikutsertakan manusia
sebagai subjek”, karena
menyesuaikan pedoman etik

2309. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI (2) Penelitian, sebagaimana dimaksud - Menghapus frasa “protokol
ayat (1) harus memiliki protokol pada ayat (1) harus memenuhi kaidah penelitian yang jelas”, karena
penelitian yang jelas, menggunakan etik, kaidah ilmiah, izin dari pihak protokol penelitian bagian dari
kaidah ilmiah yang bisa diterima, lulus yang berwenang sesuai dengan kadiah ilmiah
kaji etik, dan memiliki izin dari pihak ketentuan peraturan perundang- - Menambahkan frasa “ketentuan
yang berwenang. undangan. peraturan perundang-undangan”
karena penelitian yang dilakukan
tidak boleh berentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2310. (3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (1) harus memperhatikan manfaat,
risiko, keselamatan manusia, dan
kelestarian lingkungan hidup.

2311. (4) Dalam hal penelitian Kesehatan SUBSTANSI (4) Dalam hal penelitian Kesehatan Konkordan dengan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan terhadap manusia, yang mengikutsertakan manusia
penelitian tersebut harus mendapatkan sebagai subjek maka harus mendapat
persetujuan dari pihak yang menjadi persetujuan dari pihak yang menjadi
subjek penelitian. subjek penelitian

2312. (5) Penelitian terhadap manusia dilakukan SUBSTANSI (5) Penelitian yang mengikutsertakan Konkordan dengan ayat (1)
dengan menghormati hak-hak subjek manusia sebagai subjek penelitian
penelitian termasuk jaminan tidak dilakukan dengan menghormati hak-

317
merugikan manusia yang dijadikan hak subjek penelitian termasuk
subjek penelitian. jaminan tidak merugikan manusia
yang dijadikan subjek penelitian.
2313. (6) Penelitian terhadap hewan harus REDAKSIONAL (6) Penelitian dengan memanfaatkan Mengubah frasa “kelestarian hewan”
dijamin untuk melindungi kelestarian hewan coba harus memperhatikan menjadi “kesejahteraan hewan”
hewan tersebut serta mencegah kesejahteraan hewan tersebut dan karena frasa “kelestarian hewan”
dampak buruk yang tidak langsung mencegah dampak buruk yang tidak sudah termasuk dalam frasa
bagi kesehatan manusia. langsung bagi kesehatan manusia. “kesejahteraan hewan”

2314. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (7) Tata cara penelitian sebagaimana Mengubah frasa “ketentuan lebih
pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan lanjut mengenai pelaksanaan”
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan menjadi frasa “tata cara”
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
perundang-undangan.

2315. Pasal 358 REDAKSIONAL (1) Setiap penelitian, pengembangan, Menambahkan frasa “pengkajian,
(1) Setiap penelitian dan pengembangan pengkajian, dan pemanfaatan dan pemanfaatan”
Teknologi Kesehatan harus Teknologi Kesehatan harus
mempertimbangkan potensi risiko dan mempertimbangkan potensi risiko dan
manfaatnya terhadap Kesehatan manfaatnya terhadap Kesehatan
masyarakat. masyarakat.

2316. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REPOSISI DENGAN (2) Penelitian pengembangan, pengkajian, Menghapus frasa “ Ketentuan lebih
penelitian dan pengembangan PERUBAHAN dan pemanfaatan teknologi Kesehatan lanjut mengenai”
Teknologi Kesehatan sebagaimana REDAKSIONAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan.
perundang-undangan.

2317. SUBSTANSI BARU Pasal 358A Diusulkan untuk menambahkan


(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah substansi baru terkait dengan
Daerah bertanggung jawab mendorong inovasi teknologi kesehatan dalam
dan memfasilitasi keberlanjutan rangka pengembangan teknologi di
inovasi teknologi kesehatan serta bidang kesehatan dengan
memastikan keamanan, menekankan tanggung jawab
kemanfaatan/khasiat, dan mutu Pemerintah Pusat dan Pemerintah
produk inovasi teknologi kesehatan Daerah.
dalam rangka melindungi masyarakat.

318
2318. SUBSTANSI BARU (2) Dalam melaksanakan tanggung jawab Menambahkan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat untuk
Pemerintah Pusat berwenang menetapkan kebijakan terkait
menetapkan kebijakan inovasi dengan inovasi teknologi kesehatan
teknologi kesehatan. (regulatory sandbox)
2319. SUBSTANSI BARU (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konkordan dengan ayat (1)
pelaksanaan inovasi teknologi
kesehatan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
2320. Pasal 359 REDAKSIONAL Pasal 359 Menambahkan frasa “teknologi
(1) Dalam rangka mendukung Pelayanan (1) Dalam rangka mendukung Pelayanan Kesehatan termasuk”, karena
Kesehatan, Pemerintah Pusat dan Kesehatan, Pemerintah Pusat dan teknologi biomedis bagian dari
Pemerintah Daerah mendorong Pemerintah Daerah mendorong teknologi Kesehatan.
pemanfaatan teknologi biomedis. pemanfaatan Teknologi Kesehatan
termasuk teknologi biomedis.
2321. (2) Pemanfaatan teknologi biomedis REDAKSIONAL (2) Pemanfaatan teknologi biomedis Menambahkan frasa “teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) biomedis lain” karena untuk
mencakup teknologi genomik, mencakup teknologi genomik, mengakomodir adanya
transkriptomik, proteomik, dan transkriptomik, proteomik, dan perkembangan iptek.
metabolomik terkait organisme, metabolomik terkait organisme,
jaringan, sel, dan biomolekul. jaringan, sel, biomolekul, dan
teknologi biomedis lain.
2322. (3) Pemanfaatan teknologi biomedis SUBSTANSI (3) Pemanfaatan teknologi biomedis - Mengubah frasa “specimen”
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi “material dalam bentuk
dilakukan mulai dari kegiatan dilaksanakan mulai dari kegiatan spesimen klinik dan materi
pengambilan spesimen, penyimpanan pengambilan, penyimpanan jangka biologi”, untuk memperluas
spesimen jangka panjang, serta panjang, serta pengelolaan dan cakupan pemanfaatan teknologi
pengelolaan dan pemanfaatan pemanfaatan material dalam bentuk Biomedis
spesimen dan data terkait, yang spesimen klinik dan materi biologi,
- Menambah frasa “muatan
ditujukan untuk kepentingan ilmu muatan informasi, dan data terkait,
informasi”, karena merupakan
pengetahuan dan Teknologi Kesehatan yang ditujukan untuk kepentingan
dan Pelayanan Kesehatan, termasuk ilmu pengetahuan dan Teknologi rangkaian dari pemanfaatan
pelayanan kedokteran presisi (precision Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan, teknologi
medicine). termasuk pelayanan kedokteran
presisi (precision medicine).
2323. (4) Pengambilan spesimen, penyimpanan SUBSTANSI (4) Pengambilan, penyimpanan jangka Konkordan ayat (3)
spesimen jangka panjang, serta panjang, serta pengelolaan dan
pengelolaan dan pemanfaatan pemanfaatan material dalam bentuk
spesimen dan data terkait wajib spesimen klinik dan materi biologi,

319
mendapatkan persetujuan dari Pasien muatan informasi, dan data terkait
dan/atau pendonor. dalam rangka pemanfaatan teknologi
biomedis, wajib mendapatkan
persetujuan dari Pasien dan/atau
pendonor.
2324. (5) Dikecualikan dari ketentuan SUBSTANSI (5) Dikecualikan dari ketentuan Konkordan ayat (3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
pengelolaan dan pemanfaatan pengelolaan dan pemanfaatan material
spesimen dan data terkait tidak wajib dalam bentuk spesimen klinik dan
mendapatkan persetujuan dari Pasien materi biologi, muatan informasi, dan
dan/atau pendonor apabila: data terkait tidak wajib mendapatkan
persetujuan dari Pasien dan/atau
pendonor apabila:
2325. a. data yang tidak dapat ditelusuri SUBSTANSI a. material dalam bentuk spesimen Konkordan ayat (3)
identitasnya atau berupa data klinik dan materi biologi, muatan
agregat; informasi, dan data yang tidak
dapat ditelusuri identitasnya atau
berupa data agregat;
2326. b. data untuk kepentingan penelitian SUBSTANSI DIHAPUS Untuk kepentingan penelitian
ilmiah tertentu; tertentu tetap diperlukan
persetujuan karena di dalamnya
terdapat hak atas data subjek pribadi
2327. c. data untuk kepentingan hukum; SUBSTANSI b. material dalam bentuk spesimen Konkordan ayat (3)
dan/atau klinik dan materi biologi, muatan
informasi, dan data untuk
kepentingan hukum; dan/atau
2328. d. data untuk kepentingan umum SUBSTANSI c. material dalam bentuk spesimen Konkordan ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan klinik dan materi biologi, muatan
perundang-undangan. informasi, dan data untuk
kepentingan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2329. Pasal 360 SUBSTANSI Pasal 360 Konkordan Pasal 359 ayat (3)
(1) Penyimpanan dan pengelolaan spesimen (1) Penyimpanan dan pengelolaan material
harus dilakukan oleh biobank atau dalam bentuk spesimen klinik dan
biorepositori. materi biologi, muatan informasi, dan
data jangka panjang harus dilakukan
oleh biobank dan/atau biorepositori.

320
2330. (2) Biobank atau biorepositori SUBSTANSI (2) Biobank dan/atau Biorepositori Menghapus frasa ”laboratorium
diselenggarakan oleh Fasilitas Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diagnostik”, karena laboratorium
Kesehatan, laboratorium diagnostik, diselenggarakan oleh Fasilitas diagnostik merupakan jenis
institusi pendidikan, dan lembaga Pelayanan Kesehatan, institusi fasyankes
penelitian dan pengembangan pendidikan, dan/atau lembaga menambah kata penghubung ”dan”,
Kesehatan, baik milik pemerintah penelitian dan pengembangan karena biobank dan/atau
biorepositori dapat diselenggarakan
maupun swasta. Kesehatan, baik milik pemerintah
secara mandiri atau berkolaborasi
maupun swasta.
antar penyelenggara.

2331. (3) Penyelenggaraan biobank atau REDAKSIONAL (3) Penyelenggaraan biobank dan/atau Mengubah kata “Menteri” menjadi
biorepositori sebagaimana dimaksud biorepositori sebagaimana dimaksud “Pemerintah Pusat”
pada ayat (2) harus mendapatkan pada ayat (2) harus mendapatkan
penetapan dari Menteri. penetapan dari Pemerintah Pusat.

2332. (4) Penyelenggaraan biobank atau TETAP TETAP


biorepositori wajib menerapkan prinsip:

2333. a. keamanan; REDAKSIONAL a. keselamatan hayati dan keamanan Menambahkan frasa “keselamatan
hayati dan hayati” untuk
hayati;
menyesuaikan pada istilah biosafety
and biosecurity.
2334. b. kerahasiaan atau privasi; TETAP TETAP

2335. c. akuntabilitas; TETAP TETAP

2336. d. kemanfaatan; TETAP TETAP

2337. e. kepentingan umum; TETAP TETAP

2338. f. penghormatan terhadap hak asasi TETAP TETAP


manusia;

2339. g. etika, hukum, dan medikolegal; dan TETAP TETAP

2340. h. sosial budaya. TETAP TETAP

321
2341. (5) Penyelenggara biobank atau biorepositori TETAP TETAP
wajib menyimpan spesimen dan data di
dalam negeri.

2342. (6) Penyelenggara biobank atau biorepositori REDAKSIONAL (6) Data dan informasi dalam Mengubah frasa “dapat
dapat mengintegrasikan data dan penyelenggaraan biobank dan/atau mengintegrasikan” menjadi
informasi spesimen dengan Sistem biorepositori harus terintegrasi ke “terintegrasi ke dalam” karena
Informasi Kesehatan yang dalam Sistem Informasi Kesehatan Integrasi dilakukan satu arah dari
diselenggarakan oleh kementerian yang Nasional. penyelenggara biobank dan/atau
menyelenggarakan urusan biorepositori ke pemerintah
pemerintahan di bidang kesehatan.

2343. Pasal 361 SUBSTANSI Pasal 361 Konkordan Pasal 359 ayat (3)
(1) Pengalihan dan penggunaan spesimen, (1) Pengalihan dan penggunaan material
data, dan informasi ke luar wilayah dalam bentuk spesimen klinik dan
Indonesia dilakukan dengan materi biologi, muatan informasi, dan
memperhatikan prinsip-prinsip data ke luar wilayah Indonesia
pemeliharaan kekayaan sumber daya dilakukan dengan memperhatikan
hayati dan genetika Indonesia. prinsip-prinsip pemeliharaan
kekayaan sumber daya hayati dan
genetika Indonesia.

2344. (2) Pengalihan dan penggunaan spesimen, SUBSTANSI (2) Pengalihan dan penggunaan material Konkordan Pasal 359 ayat (3)
data, dan informasi ke luar wilayah dalam bentuk spesimen klinik dan
Indonesia sebagaimana dimaksud pada materi biologi, muatan informasi,
ayat (1) hanya dapat dilakukan: dan/atau data ke luar wilayah
Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
apabila:

2345. a. apabila pemeriksaan spesimen SUBSTANSI a. cara mencapai maksud dan Tidak terbatas pada pemeriksaan
termasuk genomik belum dapat tujuan pemeriksaan tidak dapat yang tidak dapat dilakukan di
dilakukan di dalam negeri; dan/atau dilakukan di Indonesia; Indonesia, namun ada cara atau
metode yang tidak dapat dilakukan
di Indonesia.
2346. b. untuk tujuan penelitian. SUBSTANSI b. pemeriksaan dapat dilakukan di Untuk mengakomodir kebutuhan
Indonesia namun untuk mencapai pemeriksaan terkait dengan kerja
tujuan utama (primary objective)

322
penelitian, perlu dilakukan sama penelitian multi center, kondisi
pemeriksaan di luar wilayah KLB, wabah, dan bencana lainnya.
Indonesia; dan/atau

2347. SUBSTANSI c. untuk kepentingan kendali mutu Pemeriksaan kendali mutu dalam
BARU dalam rangka pemutakhiran rangka pemutakhiran akurasi
akurasi kemampuan standar laboratorium.
diagnostik dan terapi.

2348. (3) Pengalihan dan penggunaan spesimen, SUBSTANSI (3) Pengalihan dan penggunaan material Penambahan prinsip “pembagian
data, dan informasi ke luar wilayah dalam bentuk spesimen klinik dan manfaat yang memenuhi keadilan,
Indonesia harus dilengkapi Perjanjian materi biologi, muatan informasi dan/ keselamatan dan kemanfaatan”,
Alih Material/Material Transfer atau data keluar wilayah Indonesia sesuai dengan protokol Nagoya.
Agreement yang disusun berdasarkan harus dilengkapi dengan perjanjian
asas kesetaraan dan keadilan. alih material/material transfer
agreement yang disusun berdasarkan
prinsip pembagian manfaat yang
memenuhi keadilan, keselamatan dan
kemanfaatan.

2349. (4) Setiap pengalihan dan penggunaan SUBSTANSI (4) Pengalihan dan penggunaan material Konkordan Pasal 359 ayat (3)
spesimen, data, dan informasi ke luar dalam bentuk spesimen klinik dan
wilayah Indonesia hanya dapat materi biologi, muatan informasi dan/
dilakukan setelah mendapatkan atau data keluar wilayah Indonesia
persetujuan Menteri . sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
hanya dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan Pemerintah
Pusat

2350. Pasal 362 SUBSTANSI Pasal 362 - Menghapus kata “pengiriman”


(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen (1) Pengambilan dan pengiriman material karena pengiriman specimen klinik
hanya dapat dilakukan oleh Tenaga dalam bentuk spesimen klinik dan dan mteri biologi dapat dilakukan
Medis atau Tenaga Kesehatan yang materi biologi hanya dapat dilakukan oleh selain tenaga medis dan
mempunyai keahlian dan kewenangan oleh Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan tenaga Kesehatan.
serta dilakukan di Fasilitas Pelayanan atau tenaga pendukung atau tenaga - Menambahkan “tenaga pendukung
Kesehatan tertentu. penunjang kesehatan yang mempunyai atau tenaga penunjang kesehatan”
keahlian dan kewenangan. karena dalam pengiriman juga bisa

323
dilakukan selain tenaga medis dan
tenaga kesehatan
- menghapus frasa “serta dilakukan
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan”
karena tidak selalu dilakukan di
Fasyankes
2351. (2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara REDAKSIONAL (2) Syarat dan tata cara pengambilan Konkordan Pasal 359 ayat (3)
pengambilan dan pengiriman spesimen material dalam bentuk spesimen klinik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan materi biologi sebagaimana
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
peraturan perundang-undangan. sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2352. Pasal 363 TETAP TETAP


(1) Setiap orang dilarang melakukan
diskriminasi atas hasil pemeriksaan
dan analisis genetik seseorang.

2353. (2) Setiap orang yang melanggar ketentuan TETAP TETAP


larangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi administratif
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya
berupa pengenaan denda administratif
sampai dengan pencabutan izin.

2354. (3) Ketentuan mengenai tata cara TETAP TETAP


pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

2355. Pasal 364 SUBSTANSI Pasal 364 Konkordan Pasal 359 ayat (3)
Penggunaan spesimen, data, dan informasi Penggunaan material dalam bentuk
biomedis oleh industri atau untuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan
kepentingan komersial harus mendapatkan informasi dan/atau data biomedis oleh
izin Menteri. industri atau untuk kepentingan komersial
harus mendapatkan izin Pemerintah Pusat

324
2356. Pasal 365 REDAKSIONAL Pasal 365 Mengatur lebih luas tidak hanya
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai Teknologi teknologi biomedis, namun secara
penyelenggaraan teknologi biomedis diatur Kesehatan diatur dengan Peraturan keseluruhan bab teknologi
dalam Peraturan Pemerintah. Pemerintah. Kesehatan.
2357. BAB XII SUBSTANSI BAB XII - Perubahan judul Bab
WABAH PENYAKIT MENULAR KEJADIAN LUAR BIASA DAN WABAH - Diusulkan dalam Bab ini
ditambahkan substansi kejadian
luar biasa (KLB) yang termasuk
mengatur kejadian penyakit
menular, penyakit tidak menular,
dan/atau masalah kesehatan
lainnya
- KLB penyakit menular dapat
menimbulkan wabah apabila
tidak tertangani dengan baik
sehingga diusulkan
pengaturannya dalam satu Bab
yang sama.
2358. Bagian Kesatu SUBSTANSI Bagian Kesatu - Perubahan judul bagian kesatu
Umum Kejadian Luar Biasa semula “Umum” menjadi
“Kejadian Luar Biasa” Konkordan
Bab XII
- Pemerintah mengusulkan
pengaturan secara khusus
mengenai KLB yang meliputi
kegiatan kewaspadaan KLB,
antara lain dengan kegiatan
surveilans secara rutin, kegiatan
penanggulangan KLB untuk
mencegah peningkatan eskalasi
penyakit dan masalah kesehatan
dan berdampak semakin luas
serta kegiatan pada pasca-KLB
dalam rangka pemulihan.
Pengaturan KLB diperlukan
untuk memberikan landasan
hukum dalam penanggulangan

325
KLB yang secara pengertian tidak
hanya mencakup kejadian luar
biasa penyakit menular,
melainkan termasuk penyakit
tidak menular dan masalah
kesehatan lainnya yang memiliki
kaitan epidemiologi yang sama
sebagai contoh adanya kejadian
gagal ginjal akut pada anak yang
kejadiannya meluas di
masyarakat.

2359. SUBSTANSI BARU Pasal 365A Konkordan Bagian Kesatu Kejadian


(1) Untuk melindungi masyarakat dari Luar Biasa
KLB, Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan kewaspadaan
KLB, penanggulangan KLB, dan pasca-
KLB.
2360. SUBSTANSI BARU (2) Kegiatan kewaspadaan KLB, Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
penanggulangan KLB, dan pasca-KLB Luar Biasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara terkoordinasi,
komprehensif, dan berkesinambungan
di wilayah, Pintu Masuk, dan
pelabuhan atau bandar udara yang
melayani lalu lintas domestik.
2361. SUBSTANSI BARU (3) Dalam pelaksanaan kegiatan Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
kewaspadaan KLB, penanggulangan Luar Biasa
KLB, dan pasca-KLB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melibatkan
unsur Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan, akademisi atau pakar,
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Republik Indonesia, lintas sektor,
dan/atau tokoh masyarakat/agama.
2362. REPOSISI DENGAN Pasal 365B - Konkordan Bagian Kesatu
PERUBAHAN SUBSTANSI (1) Bupati/walikota, gubernur, atau Kejadian Luar Biasa
Menteri harus menetapkan KLB jika

326
pada suatu daerah tertentu terdapat - Reposisi dari Pasal 370 ayat (1)
penyakit atau masalah kesehatan yang
memenuhi kriteria KLB.
2363. SUBSTANSI BARU (2) Kriteria KLB sebagaimana dimaksud Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
pada ayat (1) terdiri atas: Luar Biasa
2364. SUBSTANSI BARU a. Timbulnya suatu penyakit atau Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
masalah kesehatan yang Luar Biasa
sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal;

2365. SUBSTANSI BARU b. Peningkatan kejadian secara terus Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
menerus selama 3 (tiga) kurun Luar Biasa
waktu dalam jam, hari, atau
minggu berturut-turut;

2366. SUBSTANSI BARU c. Peningkatan kejadian kesakitan Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
dua kali atau lebih dibandingkan Luar Biasa
dengan periode sebelumnya;

2367. SUBSTANSI BARU d. Rata-rata jumlah kejadian Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
kesakitan per bulan selama 1 Luar Biasa
(satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih;

2368. SUBSTANSI BARU e. Angka kematian akibat penyakit Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
atau masalah kesehatan dalam 1 Luar Biasa
(satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima
puluh persen) atau lebih;

2369. SUBSTANSI BARU f. Angka proporsi penyakit penderita Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
baru pada satu periode Luar Biasa
menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama; dan/atau

327
2370. SUBSTANSI BARU g. Kriteria lain yang ditetapkan oleh Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
Menteri. Luar Biasa

2371. SUBSTANSI (3) Bupati/walikota, gubernur, atau - Konkordan Bagian Kesatu


Menteri harus mencabut penetapan Kejadian Luar Biasa
KLB jika daerah tidak lagi memenuhi - Reposisi Pasal 370 ayat (1)
kriteria KLB.
2372. REPOSISI DENGAN (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai - Konkordan Bagian Kesatu
PERUBAHAN kriteria KLB, penetapan, dan Kejadian Luar Biasa
REDAKSIONAL pencabutan KLB diatur dengan - Reposisi Pasal 370 ayat (2)
Peraturan Pemerintah.
2373. REPOSISI DENGAN Pasal 365C - Konkordan Bagian Kesatu
PERUBAHAN (1) Dalam hal bupati/walikota, gubernur, Kejadian Luar Biasa
SUBSTANSI atau Menteri menetapkan KLB, wajib - Reposisi Dari Pasal 118
segera melaksanakan kegiatan - Menambahkan kata “Menteri”
penanggulangan KLB.
2374. REPOSISI DENGAN (2) Kegiatan penanggulangan KLB - Konkordan Bagian Kesatu
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kejadian Luar Biasa
REDAKSIONAL meliputi: - Reposisi Dari Pasal 118

2375. REPOSISI TETAP a. penyelidikan epidemiologis; - Konkordan Bagian Kesatu


Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2376. REPOSISI TETAP b. pelaksanaan surveilans; - Konkordan Bagian Kesatu


Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2377. SUBSTANSI BARU c. pengendalian faktor risiko; Menambahkan substansi


pengendalian faktor risiko sebagai
kegiatan penanggulangan KLB yang
juga dapat berlaku untuk
penanganan di luar penyakit
menular
2378. REPOSISI TETAP d. pemusnahan penyebab KLB; - Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

328
2379. REPOSISI TETAP e. pencegahan dan pengebalan; - Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2380. REPOSISI TETAP f. promosi kesehatan; - Konkordan Bagian Kesatu


Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2381. REPOSISI TETAP g. komunikasi risiko; - Konkordan Bagian Kesatu


Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2382. REPOSISI TETAP h. penatalaksanaan - Konkordan Bagian Kesatu


kasus/penderita; Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2383. REPOSISI TETAP i. penanganan jenazah akibat KLB; - Konkordan Bagian Kesatu
dan Kejadian Luar Biasa
- Reposisi Dari Pasal 118

2384. REPOSISI TETAP j. upaya penanggulangan lainnya - Konkordan Bagian Kesatu


yang diperlukan sesuai dengan Kejadian Luar Biasa
penyebab KLB. - Reposisi Dari Pasal 118

2385. REPOSISI DENGAN Pasal 365D - Konkordan Bagian Kesatu


PERUBAHAN SUBSTANSI Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan Kejadian Luar Biasa
kewaspadaan KLB, penanggulangan KLB,
dan pasca-KLB diatur dengan Peraturan - Reposisi dari Pasal 371 ayat (2)
Pemerintah.
2386. SUBSTANSI BARU Bagian Kedua Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
Wabah Luar Biasa
2387. SUBSTANSI BARU Paragraf 1 Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
Umum Luar Biasa
2388. Pasal 366 TETAP TETAP
(1) Untuk melindungi masyarakat dari
Wabah, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah melaksanakan
kegiatan Kewaspadaan Wabah,

329
Penanggulangan Wabah, dan pasca-
Wabah.
2389. (2) Dalam melaksanakan kegiatan SUBSTANSI DIHAPUS Tidak perlu dikunci dengan
Kewaspadaan Wabah, Penanggulangan pencantuman pembentukan satuan
Wabah, dan pasca-Wabah tugas dalam rumusan ini
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dapat membentuk satuan tugas
yang melibatkan unsur Tenaga Medis,
Tenaga Kesehatan, akademisi atau
pakar, Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Republik Indonesia, lintas
sektor, dan tokoh masyarakat/agama.
2390. Pasal 367 SUBSTANSI DIHAPUS Jika sudah menjadi kewenangan
(1) Pelaksanaan kegiatan Kewaspadaan pemerintah pusat dan pemerintah
Wabah, Penanggulangan Wabah, dan daerah, maka tidak dirumuskan
pasca-Wabah secara teknis Kesehatan dalam RUU ini namun diatur lebih
dikoordinasikan oleh Menteri bekerja rinci dalam peraturan
sama dengan pimpinan pelaksanaannya.
kementerian/lembaga terkait sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2391. (2) Pimpinan kementerian/lembaga terkait SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
wajib memberikan dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan Kewaspadaan
Wabah, Penanggulangan Wabah, dan
pasca-Wabah.

2392. Bagian Kedua REDAKSIONAL Paragraf 2 - Mengubah kata “Bagian Kedua”


Penetapan Jenis Penyakit yang Berpotensi Penetapan Jenis Penyakit yang Berpotensi menjadi “Paragraf 2”
Menimbulkan Wabah Menimbulkan Wabah - Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa

2393. Pasal 368 TETAP TETAP


(1) Dalam rangka Kewaspadaan wabah
ditetapkan jenis penyakit yang
berpotensi menimbulkan Wabah.

330
2394. (2) Jenis penyakit yang berpotensi TETAP TETAP
menimbulkan Wabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikategorikan
dalam:

2395. a. penyakit menular endemis TETAP TETAP


tertentu;

2396. b. penyakit menular baru; dan/atau TETAP TETAP

2397. c. penyakit menular lama yang TETAP TETAP


muncul kembali.

2398. (3) Jenis penyakit yang berpotensi TETAP TETAP


menimbulkan Wabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan kriteria:

2399. a. penyakit yang disebabkan oleh TETAP TETAP


agen biologi;

2400. b. dapat menular dari manusia ke TETAP TETAP


manusia dan/atau dari hewan ke
manusia;

2401. c. berpotensi menimbulkan sakit TETAP TETAP


yang parah, kecacatan, dan/atau
kematian; dan

2402. d. berpotensi meningkat dan TETAP TETAP


menyebar secara cepat.

2403. (4) Jenis penyakit yang berpotensi TETAP TETAP


menimbulkan Wabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.

2404. (5) Menteri dapat menetapkan perubahan TETAP TETAP


jenis penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah sebagaimana

331
dimaksud pada ayat (4) dengan
mempertimbangkan perkembangan
epidemiologis penyakit, sosial budaya,
keamanan, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

2405. Bagian Ketiga REDAKSIONAL Paragraf 3 - Mengubah kata “Bagian” menjadi


Kewaspadaan Wabah di Wilayah Kewaspadaan Wabah di Wilayah “Paragraf”
- Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa

2406. Pasal 369 TETAP TETAP


(1) Dalam rangka Kewaspadaan Wabah di
wilayah, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, Pemerintah Daerah
provinsi harus melaksanakan kegiatan:

2407. a. pemantauan terhadap terjadinya REDAKSIONAL a. pengamatan terhadap terjadinya jenis Mengubah kata “pemantauan”
jenis penyakit yang berpotensi penyakit yang berpotensi menimbulkan menjadi “pengamatan” karena
menimbulkan Wabah dan Wabah dan pemetaan faktor risiko berkaitan dengan kegiatan
pemetaan faktor risiko terjadinya terjadinya Wabah; surveilans istilah yang lebih tepat
Wabah; digunakan adalah pengamatan
2408. b. penanganan terhadap kasus TETAP TETAP
penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah dan faktor
risikonya;

2409. c. penetapan Daerah Terjangkit KLB TETAP TETAP -


dan Penanggulangan KLB; dan

2410. d. kesiapsiagaan sumber daya apabila TETAP TETAP


sewaktu-waktu terjadi Wabah.

2411. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (1) dilaksanakan secara
komprehensif dan berkesinambungan.

2412. Pasal 370 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 365B ayat (1)
PERUBAHAN SUBSTANSI

332
(1) Bupati/wali kota atau gubernur
menetapkan atau mencabut suatu
Daerah Terjangkit KLB berdasarkan
kriteria.

2413. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 365B ayat (4)
KLB sebagaimana dimaksud pada ayat PERUBAHAN
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. REDAKSIONAL

2414. Pasal 371 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 365C ayat (1)
(1) Dalam hal bupati/walikota atau PERUBAHAN
gubernur menetapkan Daerah Terjangkit SUBSTANSI
KLB, wajib segera dilaksanakan kegiatan
penanggulangan KLB.

2415. (2) Pelaksanaan kegiatan penanggulangan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 365D
KLB sebagaimana dimaksud pada ayat PERUBAHAN SUBSTANSI
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

2416. Pasal 372 SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan untuk menghapus


Bupati/wali kota dan gubernur yang tidak ketentuan pengenaan sanksi karena
melakukan penetapan KLB sebagaimana substansi berkaitan dengan
dimaksud dalam Pasal 370 dan/atau tidak tanggung jawab pemerintah dan
melaksanakan kegiatan penanggulangan pengaturannya dapat di atur dalam
KLB sebagaimana dimaksud Pasal 371 Peraturan Pemerintah
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2417. Bagian Keempat SUBSTANSI Paragraf 4 - Mengubah kata “bagian” menjadi
Kewaspadaan Wabah dan Karantina di Kewaspadaan Wabah di Pintu Masuk “paragraf”
Pintu Masuk - Menghapus kata “dan Karantina”
karena “karantina” merupakan
salah satu tindakan
penanggulangan bila terjadi
penyakit dan/atau faktor risiko
penyakit yang berpotensi
menimbulkan wabah.

2418. Paragraf 1 SUBSTANSI DIHAPUS - Konkordan Paragraf 4


Umum

333
2419. Pasal 373 SUBSTANSI Pasal 373 - Menghapus frasa “dan/atau
(1) Dalam rangka Kewaspadaan Wabah dan (1) Dalam rangka Kewaspadaan Wabah di ancaman terhadap ketahanan
karantina di Pintu Masuk, Pemerintah Pintu Masuk, Pemerintah Pusat nasional di bidang kesehatan”
Pusat melaksanakan kegiatan melaksanakan kegiatan pengamatan karena bersifat sangat luas,
pengamatan penyakit dan/atau faktor penyakit dan/atau faktor risiko sedangkan Bab ini hanya
risiko penyakit yang berpotensi penyakit yang berpotensi mengatur tentang wabah
menimbulkan Wabah dan/atau menimbulkan Wabah
- Konkordan Paragraf 4
ancaman terhadap ketahanan nasional
di bidang kesehatan.

2420. SUBSTANSI BARU (1a) Selain Kewaspadaan Wabah di Pintu - Pemerintah mengusulkan
Masuk, Pemerintah Pusat substansi baru terkait kegiatan
melaksanakan kegiatan pengamatan pengamatan penyakit dan/atau
penyakit dan/atau faktor risiko faktor risiko penyakit yang
penyakit yang berpotensi berpotensi menimbulkan Wabah
menimbulkan Wabah di Pelabuhan di Pelabuhan atau Bandar Udara
atau Bandar Udara yang melayani lalu
yang melayani lalu lintas
lintas domestik.
domestik selain di pintu masuk
untuk memperkuat kegiatan
kewaspadaan Wabah lintas
wilayah

2421. (2) Dalam melaksanakan kegiatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
pengamatan penyakit dan/atau faktor definisi BKKN
risiko penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah dan/atau
ancaman terhadap ketahanan nasional
di bidang kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibentuk BKKN.

2422. (3) BKKN sebagaimana dimaksud pada ayat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
(2) berkedudukan di ibukota negara dan definisi BKKN
dapat membentuk kantor perwakilan di
provinsi dan/atau kabupaten/kota
sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anggaran negara

334
2423. (4) BKKN dipimpin kepala badan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
diangkat oleh Presiden. definisi BKKN

2424. (5) Masa jabatan BKKN sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
dimaksud pada ayat (4) ialah 5 (lima) definisi BKKN
tahun dan dapat diangkat kembali untuk
satu kali masa jabatan yang sama.

2425. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai BKKN SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
diatur dengan Peraturan Presiden. definisi BKKN

2426. Pasal 374 SUBSTANSI Pasal 374 - Menghapus kata “dan/atau


(1) Dalam rangka pengamatan penyakit (1) Dalam rangka pengamatan penyakit ancaman terhadap ketahanan
dan/atau faktor risiko penyakit yang dan/atau faktor risiko penyakit yang nasional di bidang kesehatan”
berpotensi menimbulkan Wabah berpotensi menimbulkan Wabah - Konkordan Pasal 373
dan/atau ancaman terhadap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373
ketahanan nasional di bidang ayat (1) dilakukan pengawasan terhadap
alat angkut, orang, barang dan/atau
kesehatan sebagaimana dimaksud
lingkungan
dalam Pasal 373 ayat (1) dilakukan
pengawasan terhadap alat angkut,
orang, barang dan/atau lingkungan.

2427. (2) Pengawasan terhadap alat angkut TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap kapal, pesawat
udara, dan kendaraan darat yang
melayani angkutan sipil baik pada saat
kedatangan maupun keberangkatan.

2428. (3) Selain terhadap kapal, pesawat udara, TETAP TETAP


dan kendaraan darat yang melayani
angkutan sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), pengawasan juga
dilakukan terhadap kapal, pesawat
udara, dan kendaraan darat non sipil
untuk kebutuhan transportasi perang,
pejabat negara, dan/atau tamu negara,

335
yang pelaksanaannya berkoordinasi
dengan kementerian/lembaga terkait.

2429. (4) Dalam hal ditemukan penyakit SUBSTANSI (4) Dalam hal ditemukan penyakit - Menghapus kata “ancaman
dan/atau faktor risiko penyakit yang dan/atau faktor risiko penyakit yang terhadap ketahanan nasional di
berpotensi menimbulkan Wabah berpotensi menimbulkan Wabah di bidang kesehatan”, Konkordan
dan/atau ancaman terhadap Pintu Masuk atau pelabuhan dan Pasal 373 ayat (1)
ketahanan nasional di bidang bandar udara yang melayani lalu lintas - Menambahkan frasa “atau
kesehatan di Pintu Masuk, segera domestik, segera dilakukan tindakan pelabuhan dan bandar udara
dilakukan tindakan penanggulangan. penanggulangan yang melayani lalu lintas
domestik” untuk penegasan,
konkordan Pasal 373 ayat (1a)

2430. (5) Tindakan penanggulangan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat berupa:

2431. a. skrining, rujukan, isolasi atau TETAP TETAP


karantina, pemberian kekebalan,
pemberian profilaksis, disinfeksi,
dan/atau dekontaminasi terhadap
orang sesuai indikasi;

2432. b. disinfeksi, dekontaminasi, TETAP TETAP


disinseksi, dan/atau deratisasi
terhadap alat angkut dan Barang;
dan/atau

2433. c. tindakan penanggulangan lainnya. TETAP TETAP

2434. (6) Tindakan penanggulangan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilakukan sesuai dengan jenis agen
penyakit dan cara penyebarannya.

2435. (7) Dalam hal terdapat orang yang tidak SUBSTANSI (7) Dalam hal terdapat orang yang tidak - Konkordan Pasal 1 angka 33
bersedia dilakukan tindakan bersedia dilakukan tindakan tentang definisi BKKN
penanggulangan sebagaimana penanggulangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), BKKN dimaksud pada ayat (6), kementerian

336
berwenang merekomendasikan kepada yang menyelenggarakan urusan - Nomenklatur otoritas karantina
maskapai penerbangan, agen pemerintahan di bidang Kesehatan kesehatan diubah menjadi
pelayaran, atau agen kendaraan darat berwenang merekomendasikan kepada kementerian yang
untuk menunda keberangkatan atau maskapai penerbangan, agen pelayaran, menyelenggarakan urusan
mengeluarkan rekomendasi kepada atau agen kendaraan darat untuk pemerintahan di bidang
pejabat imigrasi untuk dilakukan menunda keberangkatan atau Kesehatan
penolakan. mengeluarkan rekomendasi kepada
pejabat imigrasi untuk dilakukan
penolakan.

2436. SUBSTANSI BARU (7a) Kementerian yang menyelenggarakan - Pemerintah mengusulkan


urusan pemerintahan di bidang substansi baru terkait perlibatan
Kesehatan dalam melaksanakan lintas sektor dan pemerintah
kegiatan penanggulangan daerah, karena tindakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) penanggulangan tidak hanya
dapat melibatkan lintas sektor dan menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah.
pemerintah pusat namun dalam
pelaksanaannya dapat
melibatkan lintas sektor dan
pemerintah daerah.

- Nomenklatur otoritas karantina


kesehatan diubah menjadi
kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
Kesehatan

2437. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


tindakan penanggulangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sampai dengan ayat (7) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

2438. Pasal 375 SUBSTANSI Pasal 375 - Konkordan Pasal 1 angka 33


(1) Dalam hal BKKN mendapatkan (1) Dalam hal Kementerian yang tentang definisi BKKN
informasi mengenai terjadinya menyelenggarakan urusan - Nomenklatur otoritas karantina
peningkatan penularan penyakit pemerintahan di bidang Kesehatan kesehatan diubah menjadi

337
dan/atau faktor risiko penyakit yang mendapatkan informasi mengenai kementerian yang
berpotensi menimbulkan Wabah di terjadinya peningkatan penularan menyelenggarakan urusan
negara lain, BKKN harus meningkatkan penyakit dan/atau faktor risiko pemerintahan di bidang
kewaspadaan dan melakukan langkah- penyakit yang berpotensi Kesehatan
langkah yang diperlukan dalam rangka menimbulkan Wabah di negara lain,
cegah tangkal penyakit di Pintu Masuk. Kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
Kesehatan harus meningkatkan
kewaspadaan dan melakukan langkah-
langkah yang diperlukan dalam rangka
cegah tangkal penyakit di Pintu Masuk.
2439. (2) Dalam hal Wabah telah menyebar di SUBSTANSI (2) Dalam hal Wabah telah menyebar di - Mengganti kata “BKKN” menjadi
berbagai negara, BKKN mengeluarkan berbagai negara, Menteri “Menteri”
peraturan tata laksana pengawasan mengeluarkan peraturan tata laksana
dan/atau tindakan penanggulangan pengawasan dan/atau tindakan
terhadap alat angkut yang datang dari penanggulangan terhadap alat angkut
atau ke luar negeri sesuai dengan yang datang dari atau ke luar negeri
sesuai dengan karakteristik
karakteristik penyebab/agen penyakit
penyebab/agen penyakit dan cara
dan cara penularannya, termasuk
penularannya, termasuk kemungkinan
kemungkinan pembatasan mobilitas pembatasan mobilitas orang dan
orang dan barang di Pintu Masuk. barang di Pintu Masuk
2440. (3) Dalam rangka cegah tangkal penyakit di SUBSTANSI (3) Dalam rangka cegah tangkal penyakit - Mengganti kata “BKKN” menjadi
Pintu Masuk sebagaimana dimaksud di Pintu Masuk sebagaimana “Menteri”
pada ayat (1), BKKN dapat dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat - Bahwa pintu masuk merupakan
merekomendasikan penutupan Pintu merekomendasikan penutupan Pintu kawasan strategis yang
Masuk kepada Presiden. Masuk kepada Presiden menghubungkan antar negara
sehingga rekomendasi penutupan
pintu masuk dilakukan oleh
Menteri

2441. Paragraf 2 SUBSTANSI DIHAPUS - Paragraf 2 terkait Pengawasan


Pengawasan Alat Angkut pada saat Alat Angkut pada saat
Kedatangan dan Keberangkatan Kedatangan dan Keberangkatan
merupakan bagian dari paragraf 4
terkait Kewaspadaan Wabah di
Pintu Masuk sehingga Paragraf 2
diusulkan dihapus

338
2442. Pasal 376 TETAP TETAP
Setiap kapal, pesawat udara, dan kendaraan
darat yang:
2443. a. datang dari atau berangkat ke luar TETAP TETAP
negeri; atau
2444. b. datang dari Daerah Terjangkit, TETAP TETAP

2445. berada dalam pengawasan BKKN. SUBSTANSI berada dalam pengawasan kementerian Konkordan Pasal 1 angka 33 tentang
yang menyelenggarakan urusan definisi BKKN
pemerintahan dibidang kesehatan
2446. Pasal 377 TETAP TETAP
(1) Setiap nakhoda, kapten penerbang,
atau pengemudi pada saat kedatangan
atau melewati pos lintas batas negara
wajib menginformasikan apabila
terdapat orang sakit dan/atau
meninggal yang diduga kuat
diakibatkan oleh penyakit dan/atau
faktor risiko penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah kepada Petugas
Karantina Kesehatan.

2447. (2) Penyampaian informasi sebagaimana SUBSTANSI (2) Penyampaian informasi oleh nakhoda, Jenis dokumen bersifat teknis,
dimaksud pada ayat (1), bagi nakhoda kapten penerbang, atau pengemudi sehingga diatur dalam peraturan
atau kapten penerbang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan
dengan menyerahkan dokumen: dilakukan dengan menyerahkan
dokumen deklarasi kesehatan untuk
kapal, pesawat udara, dan kendaraan
darat pada saat kedatangan kepada
Petugas Karantina Kesehatan.
2448. a. Deklarasi Kesehatan Maritim TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (2)
(Maritime Declaration of Health)
untuk kapal; atau

2449. b. Deklarasi Kesehatan Penerbangan TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (2)


(Health Part of the Aircraft General
Declaration) untuk pesawat udara,

339
2450. pada saat kedatangan kepada Petugas TETAP DIHAPUS Konkordan ayat (2)
Karantina Kesehatan.

2451. (3) Nakhoda kapal atau kapten penerbang SUBSTANSI (3) Nakhoda kapal, kapten penerbang - Konkordan Pasal 1 angka 33
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau pengemudi sebagaimana tentang definisi BKKN
dilarang menurunkan atau menaikkan dimaksud pada ayat (2) dilarang
orang dan/atau barang sebelum menurunkan atau menaikkan orang - Menambahkan frasa “atau
mendapat surat persetujuan dari dan/atau barang sebelum mendapat pengemudi”
BKKN. surat persetujuan dari kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kesehatan
2452. Pasal 378 SUBSTANSI Pasal 378 - mengubah frasa “kendaraan
(1) Terhadap kendaraan darat yang (1) Terhadap alat angkut yang terdapat darat” menjadi “alat angkut”
terdapat orang sakit dan/atau orang sakit dan/atau meninggal yang karena tidak hanya kendaraan
meninggal yang diduga kuat diduga kuat diakibatkan oleh penyakit darat yang dilakukan
diakibatkan oleh penyakit dan/atau dan/atau faktor risiko penyakit yang pemeriksaan atau tindakan
faktor risiko penyakit yang berpotensi berpotensi menimbulkan Wabah, penanggulangan melainkan
menimbulkan Wabah, Petugas Petugas Karantina Kesehatan semua jenis alat angkut termasuk
pesawat udara dan kapal
Karantina Kesehatan berwenang berwenang melakukan pemeriksaan
- Menambahkan frasa
melakukan pemeriksaan dan tindakan dan tindakan penanggulangan
“sebagaimana dimaksud dalam
penanggulangan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 374 ayat (5)” untuk
374 ayat (5). penegasan rujukan pasal
tindakan penanggulangan
2453. (2) Ketentuan mengenai kegiatan TETAP TETAP
pemeriksaan dan tindakan
penanggulangan terhadap kendaraan
darat di pos lintas batas negara diatur
melalui perjanjian antara kedua negara.

2454. Pasal 379 TETAP TETAP


Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengawasan terhadap kapal, pesawat udara,
dan kendaraan darat diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
2455. Paragraf 3 SUBSTANSI DIHAPUS Paragraf 3 terkait Dokumen
Dokumen Karantina Kesehatan Karantina Kesehatan merupakan
bagian dari paragraf 4 terkait
Kewaspadaan Wabah di Pintu Masuk

340
sehingga Paragraf 3 diusulkan
dihapus

2456. Pasal 380 SUBSTANSI Pasal 380 Pemerintah mengusulkan


(1) Setiap alat angkut yang datang dari atau (1) Setiap alat angkut, orang, dan/atau pengaturan dokumen karantina
berangkat ke luar negeri harus barang yang: kesehatan bersifat umum
dilengkapi dengan Dokumen Karantina a. datang dari atau berangkat ke luar mencakup seluruh dokumen bagi
Kesehatan. negeri; atau alat angkut, orang dan/atau barang
b. datang dari atau berangkat ke yang harus dipenuhi oleh setiap alat
daerah/negara endemis atau terjangkit; angkut yang datang atau berangkat
harus dilengkapi dengan Dokumen ke luar Indonesia
Karantina Kesehatan.

2457. (2) Dokumen Karantina Kesehatan TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksudkan sebagai alat pengawasan
dan pencegahan masuk dan/atau
keluarnya penyakit dan/atau faktor
risiko penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah.
2458. (3) Dokumen Karantina Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pelaksanaan
terdiri atas:

2459. a. deklarasi kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan


diatur dalam peraturan pelaksanaan
2460. b. surat keterangan bebas karantina SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
(free pratique); diatur dalam peraturan pelaksanaan
2461. c. sertifikat sanitasi; SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
diatur dalam peraturan pelaksanaan
2462. d. sertifikat obat-obatan dan Alat SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
Kesehatan; diatur dalam peraturan pelaksanaan
2463. e. buku kesehatan untuk kapal; dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
diatur dalam peraturan pelaksanaan
2464. f. surat persetujuan berlayar karantina SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis akan
kesehatan (port health quarantine diatur dalam peraturan pelaksanaan
clearance) untuk kapal.
2465. (4) Dalam hal alat angkut sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
dimaksud pada ayat (1) membawa:

341
2466. a. orang sakit, harus dilengkapi dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
surat keterangan pengangkutan
orang sakit;
2467. b. jenazah atau abu jenazah, harus SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
dilengkapi dengan surat izin
pengangkutan jenazah atau abu
jenazah (human remains transport
certificate), dan surat keterangan
kematian dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan; dan/atau
2468. c. bahan berbahaya, harus dilengkapi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
dengan sertifikat Kesehatan untuk
bahan berbahaya.
2469. (5) Dalam hal alat angkut sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
dimaksud pada ayat (1) yang datang dari
atau berangkat ke negara yang
mempersyaratkan sertifikat vaksinasi
internasional (international certificate of
vaccination or prophylaxis), setiap
penumpang harus dilengkapi dengan
sertifikat vaksinasi internasional
(international certificate of vaccination or
prophylaxis).
2470. (6) Dalam hal diperlukan Dokumen SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
Karantina Kesehatan untuk Obat,
makanan, kosmetik, Alat Kesehatan, dan
bahan adiktif berdasarkan permintaan
negara tertentu, BKKN menerbitkan
sertifikat kesehatan atau surat
keterangan tentang Obat, makanan,
kosmetik, Alat Kesehatan, dan bahan
adiktif.
2471. (7) Dalam hal terdapat perkembangan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)
regulasi internasional mengenai
Dokumen Karantina Kesehatan, Menteri
menetapkan penyesuaian perubahan
Dokumen Karantina Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sampai dengan ayat (6).

342
2472. Pasal 381 TETAP TETAP
Ketentuan mengenai tata cara pengajuan,
penerbitan, dan pembatalan Dokumen
Karantina Kesehatan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
2473. Bagian Kelima REDAKSIONAL Paragraf 5 - Mengubah kata “bagian” menjadi
Daerah Wabah Daerah Wabah “paragraf”
- Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa

2474. Pasal 382 TETAP TETAP


(1) Menteri menetapkan atau mencabut
penetapan daerah tertentu sebagai
Daerah Terjangkit Wabah.
2475. (2) Untuk menetapkan daerah tertentu TETAP TETAP
sebagai Daerah Terjangkit Wabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri mempertimbangkan aspek:
2476. a. etiologi penyakit; TETAP TETAP

2477. b. situasi kasus dan kematian; TETAP TETAP

2478. c. kapasitas Pelayanan Kesehatan; TETAP TETAP


dan/atau
2479. d. kondisi masyarakat. TETAP TETAP

2480. (3) Ketentuan mengenai penetapan dan TETAP TETAP


pencabutan penetapan Daerah
Terjangkit Wabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
2481. Pasal 383 TETAP TETAP
Dalam hal Wabah berdampak mengancam
dan berpotensi mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang
menyebabkan jumlah korban, kerugian
ekonomi, cakupan luas wilayah yang
terkena Wabah, dampak sosial ekonomi
yang ditimbulkan, dan kerusakan

343
lingkungan, Menteri mengusulkan
penetapan Wabah sebagai bencana nasional
nonalam kepada Presiden.
2482. Pasal 384 TETAP TETAP
Dalam hal terjadi situasi Wabah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 383,
Presiden menetapkan Wabah sebagai
bencana nasional nonalam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2483. Bagian Keenam REDAKSIONAL Paragraf 6 - Mengubah kata “Bagian” menjadi
Penanggulangan Wabah Penanggulangan Wabah “Paragraf”
- Konkordan Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa

2484. Pasal 385 TETAP TETAP


Penanggulangan Wabah dilaksanakan
segera setelah penetapan Daerah Terjangkit
Wabah dengan memperhatikan asas
kemanusiaan, sosial, budaya, ekonomi, dan
lingkungan.
2485. Pasal 386 TETAP TETAP
Penanggulangan Wabah dilakukan melalui
kegiatan:
2486. a. investigasi penyakit; TETAP TETAP

2487. b. penguatan surveilans; TETAP TETAP

2488. c. penanganan penderita; TETAP TETAP

2489. d. pengendalian faktor risiko; TETAP TETAP

2490. e. penanganan terhadap populasi berisiko; TETAP TETAP

2491. f. komunikasi risiko; dan/atau TETAP TETAP

2492. g. tindakan penanggulangan lainnya. TETAP TETAP

2493. Pasal 387 TETAP TETAP

344
(1) Investigasi penyakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 386 huruf a
dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang etiologi penyakit,
sumber penyakit, dan cara penularan
atau penyebaran penyakit Wabah.
2494. (2) Informasi mengenai etiologi penyakit, TETAP TETAP
sumber penyakit dan cara penularan
atau penyebaran penyakit Wabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai pertimbangan dalam
menentukan tindakan penanggulangan.
2495. Pasal 388 TETAP TETAP
(1) Penguatan surveilans sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 386 huruf b
dilakukan untuk penemuan kasus dan
identifikasi mendalam tentang
karakteristik dari etiologi/agen penyakit
dan faktor risikonya dengan berbasis
laboratorium dan/atau penelitian
ilmiah.
2496. (2) Surveilans sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP
ayat (1) dilakukan melalui kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus
menerus tentang kejadian penyakit dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit
untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulangan penyakit secara efektif
dan efisien.
2497. Pasal 389 TETAP TETAP
(1) Penanganan penderita sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 386 huruf c
dilakukan upaya tata laksana penderita
sesuai dengan kebutuhan medis.
2498. (2) Penanganan penderita sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) meliputi:

345
2499. a. isolasi; TETAP TETAP

2500. b. karantina; dan/atau TETAP TETAP

2501. c. pengobatan dan perawatan. TETAP TETAP

2502. (3) Isolasi sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (2) huruf a dilaksanakan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
tempat lain yang memungkinkan
penderita mendapatkan akses
Pelayanan Kesehatan untuk
mempertahankan kehidupannya.
2503. (4) Karantina sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP
ayat (2) huruf b dapat dilaksanakan di
rumah, rumah sakit, tempat kerja, alat
angkut, hotel, wisma, asrama, dan
tempat atau wilayah lainnya dengan
mempertimbangkan aspek epidemiologi.
2504. (5) Karantina sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP
ayat (2) huruf b dapat dilakukan
terhadap orang, barang, dan alat
angkut.
2505. (6) Pengobatan dan perawatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sesuai dengan
standar dan peraturan perundang-
undangan.
2506. (7) Pemerintah Pusat dan Pemerintah TETAP TETAP
Daerah bersama dengan masyarakat
bertanggung jawab memfasilitasi
pelaksanaan isolasi atau karantina.
2507. (8) Dalam hal penderita sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (3) memenuhi
kriteria untuk dilakukan tindakan
isolasi atau karantina, wajib dilakukan
isolasi atau karantina guna mengurangi
terjadinya penyebaran penyakit Wabah.

346
2508. Pasal 390 TETAP TETAP
(1) Pengendalian faktor risiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 386 huruf d
dilakukan untuk memutus rantai
penularan penyakit dari faktor risiko
yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan perkembangan teknologi
serta karakteristik dari faktor risiko
tersebut, termasuk kemungkinan
pemusnahan faktor risiko dimaksud.
2509. (2) Penanganan faktor risiko sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
2510. a. penyehatan, pengamanan, dan TETAP TETAP
pengendalian yang ditujukan untuk
memperbaiki faktor risiko
lingkungan dan/atau
memusnahkan agen biologi
penyebab penyakit;
2511. b. pencegahan dan pengendalian TETAP TETAP
infeksi; dan/atau
2512. c. penanganan jenazah. TETAP TETAP

2513. Pasal 391 TETAP TETAP


(1) Penanganan terhadap populasi berisiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
386 huruf e dilakukan untuk mencegah
dan mengurangi risiko penyebaran
penyakit.
2514. (2) Penanganan terhadap populasi berisiko TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
2515. a. pemberian kekebalan; TETAP TETAP

2516. b. pemberian profilaksis; dan/atau TETAP TETAP

2517. c. pembatasan kegiatan sosial TETAP TETAP


kemasyarakatan.

347
2518. (3) Pembatasan kegiatan sosial TETAP TETAP
kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
2519. a. peliburan sekolah dan tempat kerja; TETAP TETAP

2520. b. pembatasan kegiatan keagamaan; TETAP TETAP

2521. c. pembatasan kegiatan di tempat atau TETAP TETAP


fasilitas umum; dan/atau
2522. d. pembatasan kegiatan lainnya. TETAP TETAP

2523. Pasal 392 TETAP TETAP


(1) Komunikasi risiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 386 huruf f
dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat dan
meningkatkan peran masyarakat dalam
upaya penanggulangan Wabah.
2524. (2) Komunikasi risiko sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
2525. a. pemberian informasi dan/atau TETAP TETAP
edukasi kepada masyarakat;
dan/atau
2526. b. mobilisasi sosial. TETAP TETAP

2527. Pasal 393 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Bagian Ketiga


PERUBAHAN SUBSTANSI Laboratorium Pasal 397A karena
(1) Dalam hal penanggulangan Wabah
substansi ini juga berlaku untuk
diperlukan sampel dan/atau spesimen
penanggulangan KLB
untuk konfirmasi laboratorium,
pelaksanaan pengambilan sampel dan
konfirmasi dilakukan pada laboratorium
terdekat yang memiliki kemampuan.
2528. (2) Pelaksanaan konfirmasi sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Bagian Ketiga
dimaksud pada ayat (1) mengutamakan PERUBAHAN SUBSTANSI Laboratorium Pasal 397A karena
kedaulatan dan kepentingan nasional, substansi ini juga berlaku untuk
pemanfaatan untuk masyarakat, dan penanggulangan KLB
kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

348
2529. (3) Dalam hal konfirmasi laboratorium REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Bagian Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PERUBAHAN SUBSTANSI Laboratorium Pasal 397A karena
perlu dilakukan antarnegara, substansi ini juga berlaku untuk
pelaksanaannya harus sesuai dengan penanggulangan KLB
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai
perjanjian pengalihan material
2530. Pasal 394 TETAP TETAP
(1) Kegiatan penanggulangan Wabah
dilaksanakan secara terintegrasi,
komprehensif, dan tepat sasaran
dengan melibatkan
kementerian/lembaga terkait dan
Pemerintah Daerah.
2531. (2) Dalam penanggulangan Wabah, TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dapat bekerja sama
dengan negara lain atau badan
internasional.
2532. Pasal 395 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Bab Pendanaan
PERUBAHAN SUBSTANSI
Dalam hal pelaksanaan kegiatan
penanggulangan Wabah mengakibatkan
kerugian harta benda pada masyarakat,
Pemerintah Pusat harus memberikan ganti
rugi.
2533. Pasal 396 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan kegiatan penanggulangan
Wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
385 sampai dengan Pasal 395 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2534. Bagian Ketujuh REDAKSIONAL Paragraf 7 - Mengubah kata “Bagian” menjadi
Kegiatan Pasca-Wabah “Paragraf”
Kegiatan Pasca-Wabah
- Konkordan (Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa)

2535. Pasal 397 TETAP TETAP

349
(1) Untuk pemulihan pasca-Wabah
dilakukan kegiatan normalisasi:
2536. a. Pelayanan Kesehatan; dan TETAP TETAP

2537. b. kehidupan sosial, ekonomi, dan TETAP TETAP


budaya masyarakat.
2538. (2) Selain pemulihan sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) tetap dilakukan
upaya pencegahan terulangnya Wabah
melalui kegiatan:
2539. a. penguatan surveilans Kesehatan; TETAP TETAP
dan
2540. b. pengendalian faktor risiko. TETAP TETAP

2541. (3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP


ayat (1) dan ayat (2) wajib dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, Pemerintah Daerah
provinsi, dan Pemerintah Pusat secara
terintegrasi, komprehensif, tepat
sasaran, dan berkesinambungan sesuai
dengan kewenangannya.
2542. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pelaksanaan kegiatan pasca-Wabah
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2543. SUBSTANSI BARU Bagian Ketiga Menambahkan bagian baru ketiga
Laboratorium terkait laboratorium karena
pengaturan laboratorium tidak
hanya untuk penanggulangan wabah
melainkan termasuk
penanggulangan KLB

2544. REPOSISI DENGAN Pasal 397A - Menambahkan substansi “KLB”


PERUBAHAN SUBSTANSI (1) Dalam hal penanggulangan KLB dan sesuai dengan usulan judul Bab
Wabah diperlukan sampel dan/atau - Reposisi dari Pasal 393 ayat (1)
spesimen untuk konfirmasi
laboratorium, pelaksanaan
pengambilan sampel dan konfirmasi

350
dilakukan pada laboratorium terdekat
yang memiliki kemampuan
2545. REPOSISI TETAP (2) Pelaksanaan konfirmasi sebagaimana Reposisi dari Pasal 393 ayat (2)
dimaksud pada ayat (1) mengutamakan
kedaulatan dan kepentingan nasional,
pemanfaatan untuk masyarakat, dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2546. REPOSISI TETAP (3) Dalam hal konfirmasi laboratorium Reposisi dari Pasal 393 ayat (3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
perlu dilakukan antarnegara,
pelaksanaannya harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai
perjanjian pengalihan material.
2547. SUBSTANSI BARU Bagian Keempat - Menambahkan bagian baru
Pengelolaan Limbah keempat terkait “Pengelolaan
Limbah”.
- Perlu penegasan tanggung jawab
Pemerintah pusat, Pemerintah
daerah, dan/atau fasyankes
untuk melakukan pengelolaan
limbah medis dan limbah lainnya
yang dihasilkan dari kegiatan
penanggulangan KLB dan Wabah
yang dilakukannya

2548. SUBSTANSI BARU Pasal 397B Konkordan Bagian Keempat


(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan bertanggung jawab
terhadap pengelolaan limbah medis
dan limbah lainnya dari kegiatan
penanggulangan KLB dan Wabah.
2549. SUBSTANSI BARU (2) Pengelolaan limbah sebagaimana Konkordan Bagian Keempat
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

351
2550. Bagian Kedelapan REDAKSIONAL Bagian Kelima - Mengubah urutan “Bagian”.
Pelaporan Pelaporan - Konkordan (Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa)
2551. Pasal 398 SUBSTANSI Pasal 398 - Menambahkan substansi KLB,
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota karena kewajiban pelaporan tidak
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota
dan Pemerintah Daerah provinsi wajib hanya untuk Kewaspadaan
dan Pemerintah Daerah provinsi wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan Wabah, kegiatan penanggulangan
menyampaikan laporan pelaksanaan
Kewaspadaan KLB dan Wabah, Wabah, dan/atau kegiatan pasca-
Kewaspadaan Wabah, kegiatan
kegiatan penanggulangan KLB dan Wabah melainkan termasuk
penanggulangan Wabah, dan/atau
Wabah dan/atau kegiatan pasca KLB kegiatan kewaspadaan,
kegiatan pasca-Wabah kepada Menteri
dan pasca-Wabah kepada Menteri penanggulangan dan pasca-KLB
secara berkala.
secara berkala.
2552. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada Konkordan ayat (1)
ayat (1) paling sedikit berisi ayat (1) paling sedikit berisi
perkembangan situasi Wabah serta perkembangan situasi KLB dan Wabah
kegiatan penanggulangan yang serta kegiatan penanggulangan yang
dilakukan. dilakukan.

2553. Pasal 399 SUBSTANSI Pasal 399 Konkordan ayat (1)


(1) Menteri wajib melaporkan setiap
(1) Menteri wajib melaporkan setiap
perkembangan situasi KLB dan Wabah
perkembangan situasi Wabah dan
dan kegiatan penanggulangan KLB dan
kegiatan penanggulangan Wabah
Wabah kepada Presiden.
kepada Presiden.
2554. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana SUBSTANSI (2) Berdasarkan laporan sebagaimana Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1), Menteri dimaksud pada ayat (1), Menteri
mengumumkan perkembangan Wabah mengumumkan perkembangan KLB
dengan memperhatikan dampak sosial, dan Wabah dengan memperhatikan
ekonomi, budaya, politik, dan dampak sosial, ekonomi, budaya,
keamanan yang mungkin timbul. politik, dan keamanan yang mungkin
timbul.

2555. Bagian Kesembilan REDAKSIONAL Bagian Keenam - Mengubah urutan “Bagian”.


Sumber Daya Sumber Daya - Konkordan (Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa

2556. Pasal 400 SUBSTANSI Pasal 400 Menambahkan substansi KLB


Sumber daya dalam upaya penanggulangan Sumber daya dalam upaya karena sumber daya yang diperlukan
Wabah meliputi: penanggulangan KLB dan Wabah meliputi: tidak hanya dalam upaya

352
penanggulangan wabah melainkan
termasuk penanggulangan KLB
2557. a. sumber daya manusia; TETAP TETAP

2558. b. teknologi; TETAP TETAP

2559. c. sarana dan prasarana; TETAP TETAP

2560. d. Perbekalan Kesehatan; dan TETAP TETAP

2561. e. pendanaan. TETAP TETAP

2562. Pasal 401 TETAP TETAP


Sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 400 huruf a
merupakan Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan dan non-Tenaga Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
2563. Pasal 402 SUBSTANSI Pasal 402 Konkordan Pasal 400
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga (1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan wajib ikut serta dalam Kesehatan wajib ikut serta dalam
kegiatan penanggulangan Wabah. kegiatan penanggulangan KLB dan
Wabah
2564. (2) Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga TETAP TETAP
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak mencukupi, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
melakukan mobilisasi tenaga cadangan
Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 224.
2565. (3) Mobilisasi tenaga cadangan Kesehatan SUBSTANSI (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai - Menambahkan frasa “ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mobilisasi tenaga cadangan Kesehatan lebih lanjut mengenai” dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perubahan frasa “dilaksanakasan
peraturan perundang-undangan. diatur dengan Peraturan Pemerintah. sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”
menjadi “diatur dengan Peraturan
Pemerintah”
- Konkordan dengan Pasal 226

353
2566. Pasal 403 TETAP TETAP
(1) Teknologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 400 huruf b berupa
penerapan dan pengembangan:
2567. a. teknologi tepat guna; TETAP TETAP
2568. b. metode uji laboratorium; TETAP TETAP
2569. c. metode pengobatan; TETAP TETAP
2570. d. teknologi manajemen informasi TETAP TETAP
dan komunikasi; dan
2571. e. penelitian. TETAP TETAP
2572. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada TETAP TETAP
ayat (1) huruf e diutamakan penelitian
yang berbasis pelayanan.
2573. Pasal 404 SUBSTANSI Pasal 404 Menambahkan substansi KLB
Sarana dan prasarana sebagaimana karena sarana dan prasana yang
Sarana dan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 400 huruf c berupa diperlukan tidak hanya dalam upaya
dimaksud dalam Pasal 400 huruf c berupa
seluruh fasilitas yang diperlukan untuk penanggulangan wabah melainkan
seluruh fasilitas yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan Kewaspadaan KLB termasuk penanggulangan KLB
mendukung kegiatan Kewaspadaan Wabah,
dan Wabah, penanggulangan KLB dan
penanggulangan Wabah, dan pasca-Wabah.
Wabah, dan pasca KLB dan pasca-Wabah
2574. Pasal 405 SUBSTANSI Pasal 405 Menambahkan substansi KLB
Perbekalan Kesehatan sebagaimana karena Alat Kesehatan, Obat, vaksin,
Perbekalan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 394 huruf d bahan medis habis pakai, dan
dimaksud dalam Pasal 394 huruf d meliputi
meliputi Alat Kesehatan, Obat, vaksin, bahan/alat pendukung lainnya yang
Alat Kesehatan, Obat, vaksin, bahan medis
bahan medis habis pakai, dan bahan/alat diperlukan tidak hanya dalam upaya
habis pakai, dan bahan/alat pendukung
pendukung lainnya yang diperlukan dalam penanggulangan wabah melainkan
lainnya yang diperlukan dalam
menyelenggarakan kegiatan Kewaspadaan termasuk penanggulangan KLB
menyelenggarakan kegiatan Kewaspadaan
KLB dan Wabah, penanggulangan KLB dan
Wabah, penanggulangan Wabah, dan
Wabah, dan pasca KLB dan pasca-Wabah
pasca-Wabah.

2575. Pasal 406 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke bab Pendanaan


Pendanaan untuk upaya penanggulangan PERUBAHAN
Wabah dibebankan pada Anggaran REDAKSIONAL
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau

354
sumber lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2576. Bagian Kesepuluh REDAKSIONAL Bagian Ketujuh - Mengubah urutan “Bagian”.
Hak, Kewajiban, dan Larangan Hak, Kewajiban, dan Larangan - Konkordan (Bagian Kesatu
Kejadian Luar Biasa)

2577. Paragraf 1 TETAP TETAP


Hak
2578. Pasal 407 SUBSTANSI Pasal 407 - Menambahkan frasa “atau
Setiap orang yang sakit atau diduga sakit masalah kesehatan” dan kata
Setiap orang yang sakit atau diduga sakit
akibat penyakit atau masalah kesehatan “KLB, atau akibat penyakit yang
akibat penyakit yang berpotensi
yang menyebabkan KLB, atau akibat menyebabkan” sesuai dengan
menimbulkan Wabah, berhak mendapatkan
penyakit yang menyebabkan Wabah, yang cakupan kondisi yang dapat
Pelayanan Kesehatan yang pembiayaannya
telah ditetapkan status KLB atau Wabah menyebabkan KLB termasuk
ditanggung oleh Pemerintah Pusat
berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan
dan/atau Pemerintah Daerah. penyakit tidak menular dan
yang pendanaannya bersumber dari
masalah Kesehatan
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah - Merubah frasa “pembiayaan”
menjadi “pendanaan”.

- Menambahkan frasa ”setelah


ditetapkan status KLB atau
Wabah”, untuk memperjelas
bahwa tanggung jawab
pemerintah untuk mendanai
pelayanan kesehatan yang
diperlukan ketika sudah
ditetapkannya status KLB atau
Wabah

2579. Pasal 408 SUBSTANSI Pasal 408 Menambahkan substansi KLB sesuai
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Bagian Kesatu
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
yang melaksanakan upaya
yang melaksanakan upaya
Penanggulangan KLB dan Wabah
Penanggulangan Wabah berhak atas
berhak atas pelindungan hukum dan
pelindungan hukum dan keamanan
keamanan serta jaminan kesehatan
serta jaminan kesehatan dalam
dalam melaksanakan tugasnya.
melaksanakan tugasnya.

355
2580. (2) Pelindungan hukum dan keamanan SUBSTANSI (2) Pelindungan hukum dan keamanan Konkordan Pasal 408 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk pelindungan yang diberikan termasuk pelindungan yang diberikan
kepada Tenaga Medis dan Tenaga kepada Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam melaksanakan Kesehatan dalam melaksanakan
kegiatan investigasi dan memasuki kegiatan investigasi dan memasuki
wilayah atau mendapatkan akses wilayah atau mendapatkan akses
kepada masyarakat tertentu yang kepada masyarakat tertentu yang
diduga terjangkit penyakit yang diduga sakit akibat penyakit atau
berpotensi menimbulkan Wabah. masalah kesehatan yang berpotensi
menimbulkan KLB, atau akibat
penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah.
2581. (3) Jaminan kesehatan sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) termasuk
mendapatkan pelindungan diri dari
risiko penularan.
2582. Paragraf 2 TETAP TETAP
Kewajiban
2583. Pasal 409 SUBSTANSI Pasal 409 Menambahkan substansi KLB
Setiap orang wajib mematuhi semua Konkordan Bagian Kesatu Kejadian
Setiap orang wajib mematuhi semua
kegiatan penanggulangan KLB dan Wabah Luar Biasa
kegiatan penanggulangan Wabah yang
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
dan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah.
2584. Pasal 410 SUBSTANSI Pasal 410 Konkordan Pasal 409
(1) Setiap orang yang mengetahui adanya
(1) Setiap orang yang mengetahui adanya
orang sakit atau diduga sakit akibat
orang sakit atau diduga sakit akibat
penyakit atau masalah kesehatan yang
penyakit yang berpotensi menimbulkan
berpotensi menimbulkan KLB, atau
Wabah harus segera melaporkan kepada
akibat penyakit yang berpotensi
aparatur pemerintahan desa/kelurahan
menimbulkan Wabah harus segera
dan/atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
melaporkan kepada aparatur
terdekat.
pemerintahan desa/kelurahan
dan/atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan terdekat.
2585. (2) Aparatur pemerintahan desa/kelurahan SUBSTANSI (2) Aparatur pemerintahan Konkordan Pasal 409
dan/atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan desa/kelurahan dan/atau Fasilitas
yang menerima laporan sebagaimana Pelayanan Kesehatan yang menerima

356
dimaksud pada ayat (1) atau yang laporan sebagaimana dimaksud pada
mengetahui adanya orang sakit atau ayat (1) atau yang mengetahui adanya
diduga sakit akibat penyakit yang orang sakit atau diduga sakit akibat
berpotensi menimbulkan Wabah wajib penyakit atau masalah kesehatan yang
melaporkan kepada perangkat daerah berpotensi menimbulkan KLB, atau
yang menyelenggarakan urusan akibat penyakit yang berpotensi
pemerintahan di bidang Kesehatan menimbulkan Wabah wajib
setempat. melaporkan kepada perangkat daerah
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Kesehatan
setempat.
2586. (3) Aparatur pemerintahan desa/kelurahan TETAP TETAP
dan/atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi
administratif oleh Pemerintah Daerah
atau Pemerintah Pusat sesuai dengan
kewenangannya berupa:
2587. a. teguran lisan; TETAP TETAP

2588. b. teguran tertulis; dan/atau TETAP TETAP

2589. c. usulan pemberhentian dari TETAP TETAP


jabatannya.
2590. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata TETAP TETAP
cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2591. Pasal 411 SUBSTANSI Pasal 411 - Menambahkan kata “KLB” dan
Dalam keadaan KLB dan Wabah seluruh frasa “atau masalah kesehatan
Dalam keadaan Wabah seluruh Fasilitas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan baik milik yang berpotensi menimbulkan
Pelayanan Kesehatan baik milik Pemerintah
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah KLB” untuk mengakomodir
Pusat, Pemerintah Daerah, maupun swasta
maupun swasta wajib memberikan substansi KLB
wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan terhadap orang sakit - Konkordan Pasal 409
terhadap orang sakit atau diduga sakit
atau diduga sakit akibat penyakit atau
akibat penyakit yang berpotensi
masalah kesehatan yang berpotensi
menimbulkan Wabah.
menimbulkan KLB, atau akibat penyakit
yang berpotensi menimbulkan Wabah.
2592. Pasal 412 SUBSTANSI Pasal 412 Konkordan Pasal 411

357
(1) Setiap orang yang mengelola bahan yang (1) Setiap orang yang mengelola bahan
mengandung penyebab dan/atau agen yang mengandung penyebab dan/atau
biologi penyebab penyakit yang agen biologi penyebab penyakit dan
berpotensi menimbulkan Wabah wajib masalah Kesehatan yang berpotensi
memenuhi standar pengelolaan. menimbulkan KLB dan Wabah wajib
memenuhi standar pengelolaan.
2593. (2) Ketentuan mengenai standar SUBSTANSI (2) Ketentuan mengenai standar Konkordan Pasal 411
pengelolaan bahan yang mengandung pengelolaan bahan yang mengandung
penyebab dan/atau agen biologi penyebab dan/atau agen biologi
penyebab penyakit yang berpotensi penyebab penyakit dan masalah
menimbulkan Wabah diatur dalam Kesehatan yang berpotensi
Peraturan Pemerintah. menimbulkan KLB dan Wabah diatur
dalam Peraturan Pemerintah
2594. Pasal 413 SUBSTANSI Pasal 413 Konkordan Pasal 411
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
tidak memberikan Pelayanan
tidak memberikan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan terhadap orang sakit atau
terhadap orang sakit atau diduga sakit
diduga sakit akibat penyakit atau
akibat penyakit yang berpotensi
masalah kesehatan yang berpotensi
menimbulkan Wabah sebagaimana
menimbulkan KLB, atau akibat
dimaksud dalam Pasal 394, dan setiap
penyakit yang berpotensi
orang yang mengelola bahan yang
menimbulkan Wabah sebagaimana
mengandung penyebab dan/atau agen
dimaksud dalam Pasal 411, dan setiap
biologi penyebab penyakit yang
orang yang mengelola bahan yang
berpotensi menimbulkan Wabah yang
mengandung penyebab dan/atau agen
tidak memenuhi standar pengelolaan
biologi penyebab penyakit dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
masalah kesehatan yang berpotensi
394, dikenai sanksi administratif oleh
menimbulkan KLB dan Wabah yang
Pemerintah Pusat atau Pemerintah
tidak memenuhi standar pengelolaan
Daerah sesuai dengan kewenangannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
berupa:
412 dikenakan sanksi administratif
oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berupa:
2595. a. teguran lisan; TETAP TETAP

2596. b. teguran tertulis; dan/atau TETAP TETAP

2597. c. denda administratif. TETAP TETAP

358
2598. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata TETAP TETAP
cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2599. Paragraf 3 TETAP TETAP
Larangan
2600. Pasal 414 SUBSTANSI Pasal 414 - Menambahkan frasa “bahan yang
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan mengandung penyebab penyakit
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
menyebarluaskan bahan yang dan masalah kesehatan
menyebarluaskan agen biologi penyebab
mengandung penyebab penyakit dan dan/atau” dan frasa “yang
penyakit yang berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan dan/atau agen biologi berpotensi menimbulkan KLB”
Wabah secara langsung maupun tidak
penyebab penyakit yang berpotensi untuk mengakomodir substansi
langsung.
menimbulkan KLB dan Wabah secara
KLB
langsung maupun tidak langsung.
- Konkordan Pasal 412
- Perlu menambahkan penjelasan
terkait frasa kegiatan
penyebarluasan

2601. Pasal 415 SUBSTANSI Pasal 415 - Menambahkan kata “KLB”


Setiap orang dilarang menghalang-halangi Setiap orang dilarang menghalang-halangi - Konkordan Bagian Kesatu
pelaksanaan upaya penanggulangan pelaksanaan upaya penanggulangan KLB
Wabah. dan Wabah.
2602. BAB XIII TETAP TETAP
PENDANAAN KESEHATAN
2603. Pasal 416 TETAP TETAP
(1) Pendanaan Kesehatan bertujuan untuk
mendanai pembangunan Kesehatan
secara berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna, untuk
meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
2604. (2) Unsur-unsur pendanaan Kesehatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas sumber pendanaan, alokasi,
dan pemanfaatan

359
2605. (3) Sumber Pendanaan Kesehatan berasal REDAKSIONAL (3) Sumber Pendanaan Kesehatan berasal - Masyarakat masuk kedalam
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah dari Pemerintah Pusat, Pemerintah sumber lain yang sah dan
Daerah, masyarakat, dan sumber lain Daerah, dan sumber lain yang sah dijelaskan dalam penjelasan
yang sah dan tidak mengikat. sesuai dengan ketentuan peraturan - Menghapus frasa “tidak
perundang-undangan. mengikat” karena akan
membatasi sumber dana yang
dibutuhkan untuk pembangunan
Kesehatan dengan persyaratan
tertentu seperti hibah bersyarat.
- Perumusan ini digunakan dalam
UU No 3 Tahun 2022 tentang Ibu
Kota Negara

2606. Pasal 417 REDAKSIONAL Pasal 417 - Perubahan kata “menjamin”


menjadi “memastikan” dengan
(1) Pemerintah Pusat melakukan
(1) Pemerintah Pusat melakukan argumentasi menyelaraskan
pemantauan pendanaan kesehatan
pemantauan pendanaan kesehatan perubahan kata menjamin
secara nasional dan regional untuk
secara nasional dan regional untuk pada bab-bab terdahulu;
menjamin tercapainya tujuan
memastikan tercapainya tujuan - Perbaikan rujukan pasal yang
pendanaan kesehatan sebagaimana
pendanaan kesehatan sebagaimana semula “pasal 410” menjadi
dimaksud dalam pasal 410 ayat (1).
dimaksud dalam Pasal 416 ayat (1). “Pasal 416”
2607. (2) Untuk mendukung pemantauan REDAKSIONAL (2) Untuk mendukung pemantauan Menambahkan frasa “yang
pendanaan kesehatan sebagaimana pendanaan kesehatan sebagaimana terintegrasi dengan Sistem Informasi
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Kesehatan Nasional´
Pusat mengembangkan sistem informasi Pusat mengembangkan sistem
pendanaan kesehatan yang merupakan informasi pendanaan kesehatan yang
bagian dari sistem informasi kesehatan. terintegrasi dengan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional.
2608. (3) Sistem informasi pendanaan kesehatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan seperangkat tatanan yang
terintegrasi meliputi data, informasi,
indikator, dan capaian kinerja
pendanaan Kesehatan yang dikelola
secara terpadu untuk mengarahkan
tindakan atau keputusan dalam
pembangunan kesehatan.

360
2609. (4) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan, REDAKSIONAL (4) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Menghapus frasa “wajib”
instansi Pemerintah Pusat dan instansi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, BPJS Kesehatan, Pemerintah Daerah, BPJS Kesehatan,
BPJS Ketenagakerjaan, badan usaha BPJS Ketenagakerjaan, badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, milik negara, badan usaha milik
lembaga swasta, dan mitra daerah, lembaga swasta, dan mitra
pembangunan yang menjalankan fungsi pembangunan yang menjalankan
kesehatan wajib melaporkan realisasi fungsi kesehatan melaporkan realisasi
belanja kesehatan dan hasil capaian belanja kesehatan dan hasil capaian
setiap tahun sesuai dengan ketentuan setiap tahun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan melalui peraturan perundang-undangan
sistem informasi pendanaan kesehatan. melalui sistem informasi pendanaan
kesehatan.
2610. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pengembangan dan pelaksanaan sistem
informasi pendanaan kesehatan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
2611. Pasal 418 REDAKSIONAL Pasal 418 Perubahan frasa “menjamin
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah ketersediaan” menjadi
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggungjawab “bertanggungjawab menyediakan”
Daerah menjamin ketersediaan dana
menyediakan dana yang dengan argumentasi menyelaraskan
yang dimanfaatkan untuk seluruh
dimanfaatkan untuk seluruh perubahan kata “menjamin”.
kegiatan:
kegiatan:

2612. a. Upaya Kesehatan masyarakat SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dihapus karena Upaya
dengan prioritas pendekatan kesehatan masyarakat bagian dari
promotif, preventif, kuratif, upaya kesehatan sehingga, secara
dan/atau rehabilitatif; substansi telah terakomodir dalam
pada huruf b

2613. b. Upaya Kesehatan termasuk TETAP TETAP


penanggulangan Kejadian Luar
Biasa dan/atau Wabah;
2614. c. penguatan Sumber Daya Kesehatan TETAP TETAP
dan pemberdayaan masyarakat;
2615. d. penguatan pengelolaan Kesehatan; TETAP TETAP

2616. e. penelitian, pengembangan, dan TETAP TETAP


inovasi bidang Kesehatan; dan

361
2617. f. Program Kesehatan strategis REDAKSIONAL f. Program Kesehatan strategis lainnya Menambahkan frasa “sesuai dengan
lainnya. sesuai dengan prioritas pembangunan prioritas pembangunan nasional di
nasional di sektor kesehatan. sektor kesehatan” untuk
memperjelas lingkup program
kesehatan strategis yang
membutuhkan pendanaan.
2618. SUBSTANSI BARU (1a) Pendanaan untuk kegiatan Menambahkan sumber pendanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat lain
(1) juga dapat bersumber dari
sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2619. REPOSISI DENGAN Pasal 418A Reposisi dari pasal 92
PERUBAHAN Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
REDAKSIONAL masyarakat bertanggung jawab atas
pendanaan pemeriksaan dan pelayanan
Kesehatan terhadap korban tindak pidana
dan/atau pemeriksaan mayat untuk
kepentingan hukum
2620. REPOSISI DENGAN Pasal 418B Reposisi dari Pasal 120
PERUBAHAN (1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
REDAKSIONAL dan/atau masyarakat bertanggung
jawab terhadap pendanaan yang timbul
dalam hal terdapat kejadian ikutan
pasca pemberian obat pencegahan
masal dan imunisasi dalam
penanggulangan penyakit termasuk
penanggulangan KLB dan Wabah
2621. REPOSISI DENGAN (2) Pendanaan sebagaimana dimaksud Konkordan ayat (1)
PERUBAHAN pada ayat (1) paling sedikit untuk:
REDAKSIONAL
2622. REPOSISI TETAP a. audit kausalitas; dan Konkordan ayat (1)

2623. REPOSISI TETAP b. pelayanan kesehatan. Konkordan ayat (1)

2624. REPOSISI DENGAN Pasal 418C Reposisi dari pasal 189


PERUBAHAN SUBSTANSI Pendanaan Rumah Sakit dapat bersumber
dari penerimaan Rumah Sakit, anggaran
Pemerintah Pusat, anggaran Pemerintah

362
Daerah, atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2625. SUBSTANSI BARU Pasal 418D Menambahkan substansi baru
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, terkait dengan pemberian bantuan
dan/atau masyarakat dapat pendanaan yang merangkum pasal-
memberikan bantuan pendanaan pasal sebelumnya yang terkait
dalam rangka peningkatan dan dengan pemberian bantuan
pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
2626. SUBSTANSI BARU (2) Bantuan pendanaan Pemerintah Konkordan ayat (1)
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2627. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL Pasal 418E - Mengakomodir reposisi dari Pasal
pemanfaatan pendanaan kesehatan Ketentuan lebih lanjut mengenai 189 ayat (3) dan Pasal 209 ayat (6)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemanfaatan pendanaan kesehatan diatur - Menghapus frasa “sebagaimana
diatur dalam atau berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah. dimaksud pada ayat (1)”
Peraturan Pemerintah.
2628. Pasal 419 SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dihapus substansi dapat
diatur dalam peraturan pelaksanaan
(1) Dalam rangka ketersediaan pendanaan
Upaya Kesehatan, Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dapat
melakukan optimalisasi partisipasi
masyarakat.
2629. (2) Optimalisasi peran masyarakat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 419 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui kerja sama
pendanaan atau kerja sama operasional
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dan masyarakat.
2630. (3) Bentuk dan skema kerja sama SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 419 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2631. Pasal 420 TETAP TETAP

363
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota memprioritaskan
anggaran kesehatan di luar gaji dalam
penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja negara dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
2632. (2) Besar anggaran kesehatan Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Rumusan mandatory spending
Pusat dialokasikan minimal sebesar untuk dihapus dengan
10% (sepuluh persen) dari anggaran pertimbangan:
pendapatan dan belanja negara di luar a. Tidak mengikuti kaidah
gaji. penganggaran berbasis kinerja
dan kaidah money follow
program;
b. Tidak sesuai tahapan
perencanaan dan penganggaran
pembangunan nasional; dan
c. Terlalu banyak belanja negara
yang bersifat mandatory
mengakibatkan kapasitas
APBN/ APBD dan ruang fiskal
menjadi sempit dan tidak
fleksibel/Inefisiensi;
d. Pengaturan mandatory
spending dapat membatasi
ruang fiskal pengelolaan
keuangan negara;
e. Anggaran Kesehatan
merupakan kebutuhan dasar;
dan
f. Basis besaran persentase
mandatory spending belum
didasarkan pada penelitian
yang memadai,

2633. (3) Besar anggaran kesehatan Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dialokasikan minimal
10% (sepuluh persen) dari anggaran

364
pendapatan dan belanja daerah di luar
gaji.
2634. (4) Penyusunan alokasi anggaran SUBSTANSI (4) Penyusunan alokasi anggaran - Perumusan alokasi anggaran
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat dan Pemerintah kesehatan dituliskan secara
Daerah sebagaimana dimaksud pada Daerah sebagaimana dimaksud pada kualitatif agar tidak masuk dalam
ayat (1) termasuk mempertimbangkan ayat (1) disusun berdasarkan prinsip kriteria mandatory spending
kecukupan penyelesaian masalah penganggaran berbasis kinerja dengan sebagaimana uraian penjelasan
kesehatan berdasarkan beban mempertimbangkan : ayat (2);
penyakit/epidemiologi. a. prioritas pembangunan nasional di - Namun demikian perlu indikator
sektor kesehatan; dan kualitatif yang bersifat umum
b. kecukupan penyelesaian masalah dan berkesinambungan, untuk
kesehatan berdasarkan beban itu kami mengusulkan
penyakit/epidemiologi, indikatornya adalah prioritas
sesuai dengan ketentuan peraturan pembangunan nasional sektor
perundang-undangan. kesehatan (bersifat terencana/
terprediksi) dan kecukupan
penyelesaian masalah kesehatan
berdasarkan beban penyakit/
epidemiologi (bersifat
kasuistik/temporer/respon atas
situasi tertentu); dan
- Agar dijalankan dengan
akuntabel, maka ditambahkan
frasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2635. (5) Dalam penyusunan anggaran TETAP TETAP
kesehatan Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat berwenang untuk
menyinkronkan kebutuhan alokasi
anggaran untuk kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 418.
2636. Pasal 421 SUBSTANSI Pasal 421 - Menambahkan kata
(1) Dalam rangka upaya peningkatan “penghargaan” dan menghapus
(1) Dalam rangka upaya peningkatan
kinerja pendanaan Kesehatan, kata “insentif atau disinsentif”
kinerja pendanaan kesehatan,
Pemerintah Pusat dapat memberikan - Menambahkan frasa “yang telah
Pemerintah Pusat dapat memberikan
penghargaan kepada Pemerintah memenuhi capaian kinerja
insentif atau disinsentif kepada
Daerah yang telah memenuhi capaian program dan pelayanan
Pemerintah Daerah.
kesehatan yang ditetapkan oleh
kinerja program dan pelayanan
Pemerintah Pusat” untuk

365
kesehatan yang ditetapkan oleh memberikan indikator dalam
Pemerintah Pusat. pemberian penghargaan atau
insentif
- Pengaturan pemberian insentif
atau disinsentif telah diatur
dalam UU No. 1 Tahun 2022
tentang HKPD
2637. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif SUBSTANSI (2) Pemberian penghargaan sebagaimana Konkordan ayat (1)
atau disinsentif sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan sesuai ketentuan peraturan
Pemerintah. perundang-undangan.

2638. Pasal 422 SUBSTANSI Pasal 422 - Memanjangkan kata “BPJS


(1) Pendanaan Upaya Kesehatan Kesehatan”
(1) Pendanaan Upaya Kesehatan
perseorangan dilakukan melalui perorangan melalui penyelenggaraan - Menghapus frasa “dan/atau
program jaminan kesehatan nasional asuransi kesehatan komersial”
penyelenggaraan program jaminan
diselenggarakan oleh Badan agar selaras dengan kebijakan
kesehatan nasional yang
Penyelenggara Jaminan Sosial nasional yang mewajibkan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
seluruh penduduk menjadi
dan/atau asuransi kesehatan Kesehatan.
peserta program Jaminan
komersial.
Kesehatan Nasional.
- Skema asuransi kesehatan
komersial merupakan manfaat
tambahan selain program JKN
dan diakomodir dalam ayat (3a)
usulan Pemerintah.
2639. (2) Program jaminan kesehatan nasional TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat wajib bagi seluruh penduduk.
2640. (3) Asuransi kesehatan komersial SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat sukarela.
2641. SUBSTANSI BARU (3a) Penduduk yang ingin mendapat manfaat Konkordan ayat (1)
tambahan dapat mengikuti asuransi
kesehatan tambahan dan/atau dibayar
pribadi.

2642. (4) Pendanaan Upaya Kesehatan SUBSTANSI (4) Manfaat tambahan melalui asuransi Mengubah penormaan konkordan
perseorangan melalui penyelenggaraan kesehatan tambahan sebagaimana ayat (1) dengan menegaskan

366
program jaminan kesehatan nasional dimaksud pada ayat (3a) dapat substansi mengenai mekanisme
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan oleh pemberi kerja pembayaran dari manfaat tambahan
dapat dilaksanakan dengan koordinasi dan/atau dibayar pribadi, yang melalui asuransi kesehatan
antar penyelenggara jaminan termasuk dilaksanakan dengan koordinasi antar tambahan
asuransi kesehatan komersial. penjamin kesehatan lainnya.

2643. Pasal 423 TETAP TETAP


Dalam rangka meningkatkan akses dan
mutu Pelayanan Kesehatan, memberikan
kepastian hukum dalam penyelenggaraan
program jaminan sosial, serta memberikan
kepastian hukum dan kemudahan dalam
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
penyelenggaraan program jaminan sosial,
Undang-Undang ini mengubah,
menghapus, dan/atau menetapkan
beberapa pengaturan baru beberapa yang
diatur dalam:
2644. 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 TETAP TETAP
tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456); dan
2645. 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun TETAP TETAP
2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5256).
2646. Pasal 424 TETAP TETAP
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456) diubah sebagai
berikut:

367
2647. 1. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS - Tetap sesuai dengan UU 40
Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional karena
substansi pentahapan meliputi
pentahapan BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
Pengaturan pentahapan dalam
BPJS Kesehatan sudah
dinyatakan selesai dalam
Peraturan pelaksana.

2648. Pasal 13 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Angka 1


(1) Pemberi kerja wajib mendaftarkan
dirinya dan pekerjanya sebagai
Peserta kepada BPJS, sesuai dengan
program jaminan sosial yang diikuti.
2649. (2) Dalam hal Pemberi Kerja tidak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Angka 1
melakukan pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pekerja berhak untuk
mendaftarkan diri sebagai Peserta
atas tanggungan Pemberi Kerja.
2650. 2. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga TETAP TETAP
Pasal 19 berbunyi sebagai berikut:
2651. Pasal 19 TETAP TETAP
(1) Jaminan kesehatan
diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip ekuitas dan
mekanisme asuransi sosial.
2652. (2) Jaminan kesehatan TETAP TETAP
diselenggarakan dengan tujuan
menjamin agar Peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan pelindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.

368
2653. (3) Kebutuhan dasar kesehatan SUBSTANSI (3) Kebutuhan dasar kesehatan - Menghapus frasa “sepanjang
sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dijamin dengan program
(2) merupakan kebutuhan esensial merupakan kebutuhan esensial yang lainnya” karena sudah diatur
yang menyangkut pelayanan menyangkut pelayanan kesehatan dalam peraturan pelaksana
kesehatan perseorangan baik perseorangan baik promotif, preventif, - Agar tidak terjadi duplikasi
promotif, preventif, kuratif dan kuratif, rehabilitative, dan paliatif penjaminan untuk “program
rehabilitatif sesuai dengan siklus sesuai dengan siklus hidup dan
lainnya” di luar kriteria KDK
hidup dan epidemiologi tanpa epidemiologi tanpa melihat sosial
- Menambahkan frasa “paliatif”
melihat sosial ekonomi dan ekonomi dan penyebab ganguan
penyebab ganguan kesehatan kesehatan.
sepanjang tidak dijamin dengan
program lainnya.
2654. (4) Dalam hal peserta membutuhkan TETAP TETAP
rawat inap di rumah sakit, peserta
diberikan fasilitas ruang perawatan
pada pelayanan rawat inap
berdasarkan kelas rawat inap
standar.
2655. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
kebutuhan dasar kesehatan dan
layanan kelas rawat inap standar
diatur dalam Peraturan Presiden.
2656. 3. Di antara Pasal 19 dan Pasal 20 SUBSTANSI DIHAPUS Pasal ini mengatur mengenai
disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal manfaat dan diusulkan untuk diatur
19A yang berbunyi sebagai berikut: dalam peraturan presiden yang
mengatur mengenai manfaat JKN
2657. Pasal 19A SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
(1) Peserta yang mengalami kekerasan
atau kecelakaan tunggal lalu lintas
yang membutuhkan layanan medis
dalam rangka pengobatan berhak
mendapat manfaat sesuai dengan
kebutuhan medis.
2658. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
manfaat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Presiden.
2659. 4. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga TETAP TETAP
Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

369
2660. Pasal 22 SUBSTANSI Pasal 22
Menghapus frasa “terhadap peserta,
(1) Pemerintah Pusat melakukan (1) Pemerintah Pusat melakukan fasilitas kesehatan, dan BPJS
pengendalian potensi pengendalian potensi penyalahgunaan Kesehatan”
penyalahgunaan pelayanan (moral
pelayanan (moral hazard) dan kendali
hazard) dan kendali mutu kendali
mutu kendali biaya dalam pelayanan
biaya dalam pelayanan kesehatan
terhadap peserta, fasilitas kesehatan.
kesehatan, dan BPJS Kesehatan.
2661. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Presiden.
2662. 5. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga TETAP TETAP
Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:
2663. Pasal 23 REDAKSIONAL Pasal 23 Menambah kata “kesehatan” untuk
(1) Manfaat jaminan kesehatan menegaskan hanya pada Badan
(1) Manfaat jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Penyelenggara Jaminan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
diberikan pada fasilitas kesehatan Kesehatan.
19 diberikan pada fasilitas
milik pemerintah atau swasta yang
kesehatan milik pemerintah atau
menjalin kerja sama dengan Badan
swasta yang menjalin kerja sama
Penyelenggara Jaminan Sosial
dengan Badan Penyelenggara
Kesehatan.
Jaminan Sosial.
2664. (2) BPJS wajib menerima kerja sama SUBSTANSI (2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial -Konkordan ayat (1)
yang diajukan fasilitas kesehatan Kesehatan menerima kerja sama yang -menghapus kata “wajib”
yang telah memiliki perizinan diajukan fasilitas kesehatan yang telah
berusaha sesuai dengan ketentuan memiliki perizinan berusaha sesuai
peraturan perundang- undangan. dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan
memperhatikan akses dan mutu
pelayanan kesehatan.
2665. (3) Dalam rangka menjamin akses TETAP TETAP
pelayanan kesehatan kepada
peserta, BPJS Kesehatan atau
fasilitas kesehatan tidak dapat
memutuskan kerja sama secara
sepihak.

370
2666. (4) Dalam hal terdapat dugaan SUBSTANSI (4) Dalam hal terdapat dugaan Mengubah kata “berkoordinasi
pelanggaran dan akan dilakukan pelanggaran dan akan dilakukan dengan” menjadi “melaporkan
pemutusan kerja sama, BPJS pemutusan kerja sama, Badan kepada”
Kesehatan harus berkoordinasi Penyelenggara Jaminan Sosial
dengan Menteri yang Kesehatan harus melaporkan kepada
menyelenggarakan urusan Menteri yang menyelenggarakan
pemerintahan di bidang kesehatan.
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

2667. (5) BPJS Kesehatan wajib menyediakan TETAP TETAP


informasi yang mencukupi agar
setiap peserta dapat memilih fasilitas
Kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan peserta.
2668. (6) Dalam hal di suatu daerah belum REDAKSIONAL (6) Dalam hal di suatu daerah belum Konkordan ayat (1)
tersedia fasilitas kesehatan yang tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi memenuhi syarat guna memenuhi
kebutuhan medik sejumlah peserta, kebutuhan medik sejumlah peserta,
BPJS wajib memberikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kompensasi. Kesehatan wajib memberikan
kompensasi
2669. (7) Dalam keadaan darurat, manfaat REDAKSIONAL (7) Dalam keadaan darurat, manfaat Konkordan ayat (1)
jaminan kesehatan sebagaimana jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dimaksud pada ayat (1), dapat
diberikan kepada fasilitas kesehatan diberikan pada fasilitas kesehatan yang
yang tidak menjalin kerja sama tidak menjalin kerja sama dengan
dengan BPJS. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan.
2670. (8) Pemerintah Daerah bertanggung SUBSTANSI (8) Penyediaan fasilitas kesehatan yang Perlu diperjelas peran pemerintah
jawab atas tersedianya fasilitas memenuhi syarat sebagaimana pusat dalam penyediaan faskes,
kesehatan yang memenuhi syarat dimaksud pada ayat (6) dalam rangka tidak hanya sebagai tanggung jawab
guna memenuhi kebutuhan medik kerja sama dengan Badan Pemda.
masyarakatnya Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.

371
2671. (9) Ketentuan mengenai kerja sama REDAKSIONAL (9) Ketentuan mengenai kerja sama Menambahkan frasa “pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemutusan kerja sama pemutusan kerja sama sebagaimana (4)” dan rujukan ayat.
sebagaimana dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat (3), pelaporan
(3), dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penyediaan fasilitas kesehatan dan tanggung jawab penyediaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) fasilitas kesehatan sebagaimana
diatur lebih lanjut dalam Peraturan dimaksud pada ayat (7) diatur lebih
Pemerintah. lanjut dalam Peraturan Pemerintah

2672. 6. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga TETAP TETAP


Pasal 24 berbunyi sebagai berikut:
2673. Pasal 24 REDAKSIONAL Pasal 24 Mengubah kata “pemerintah”
(1) Pemerintah Pusat menetapkan standar menjadi “Pemerintah Pusat” dan
(1) Pemerintah berwenang menetapkan
tarif yang akan digunakan oleh BPJS “besaran tarif” menjadi “standar
besaran tarif yang akan dibayarkan
Kesehatan sebagai acuan besaran tarif”
kepada fasilitas kesehatan.
pembayaran ke fasilitas Kesehatan.
2674. (2) Besaran tarif sebagaimana SUBSTANSI (2) Standar tarif sebagaimana dimaksud Mengubah kata “besaran” menjadi
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada ayat (1) ditetapkan dengan “standar” untuk konsistensi
dengan mempertimbangkan mempertimbangkan kebutuhan Mengubah frasa “pembiayaan
kebutuhan pembiayaan layanan pendanaan layanan kesehatan dan layanan kesehatan, standar biaya,
kesehatan, standar biaya, keberlangsungan program. regionalisasi, serta indeks
regionalisasi, serta indeks kemahalan daerah dan inflasi”
kemahalan daerah dan inflasi. menjadi frasa “pendanaan layanan
kesehatan dan keberlangsungan
program”
2675. (3) Besaran tarif sebagaimana (3) Standar tarif sebagaimana dimaksud Mengubah kata “besaran” menjadi
dimaksud pada ayat (1) dievaluasi REDAKSIONAL pada ayat (1) dievaluasi paling lama 2 “standar” untuk konsistensi.
paling lama 2 (dua) tahun sekali. (dua) tahun sekali.
2676. (4) Besaran tarif sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam
dimaksud pada ayat (1) dijadikan ayat (1)
sebagai dasar oleh BPJS untuk
membayar fasilitas Kesehatan.
2677. (5) BPJS wajib membayar fasilitas SUBSTANSI (5) BPJS wajib membayar fasilitas Disesuaikan dengan penyempurnaan
kesehatan atas pelayanan yang kesehatan atas pelayanan yang substansi disesuaikan dengan
diberikan kepada Peserta paling diberikan kepada Peserta paling lambat ketentuan mengenai pembayaran
lambat 14 (empat belas) hari kerja 15 (lima belas) hari sejak permintaan kapitasi oleh BPJS Kesehatan oleh
sejak permintaan pembayaran pembayaran diterima. FKTP yang dilaksanakan paling
diterima.

372
lambat 15 (lima belas) hari sejak
permintaan pembayaran diterima

2678. (6) BPJS bersama dengan kementerian TETAP TETAP


yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan
mengembangkan sistem kendali
mutu dan kendali biaya pelayanan.
2679. (7) BPJS berwenang mengembangkan REDAKSIONAL (7) BPJS Kesehatan berwenang Menghapus kata “tata”
tata cara pembayaran pelayanan mengembangkan cara pembayaran
Kesehatan setelah berkoordinasi pelayanan Kesehatan setelah
dengan kementerian yang berkoordinasi dengan kementerian
menyelenggarakan urusan yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Kesehatan pemerintahan di bidang Kesehatan dan
dan kementerian yang kementerian yang menyelenggarakan
menyelenggarakan urusan urusan pemerintahan di bidang
pemerintahan di bidang keuangan keuangan negara.
negara.
2680. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Menambahkan frasa “atau
pembayaran kepada fasilitas pembayaran kepada fasilitas kesehatan berdasarkan” dan mengubah frasa
kesehatan diatur dalam Peraturan diatur dalam atau berdasarkan “Peraturan Pemerintah” menjadi
Pemerintah. Peraturan Presiden. “Peraturan Presiden”
2681. 7. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS - Tetap sesuai dengan UU 40
Pasal 27 berbunyi sebagai berikut: Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
- Pemerintah tetap mengusulkan
sesuai dengan UU SJSN
eksisting, karena perhitungan
berdasarkan persentase tertentu
dari upah atau pendapatan
rumah tangga seseorang
memerlukan kesiapan secara
teknis.
2682. Pasal 27 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
(1) Besaran iuran jaminan kesehatan
untuk Peserta penerima upah,
Peserta bukan penerima upah, dan
Peserta bukan pekerja ditetapkan
berdasarkan persentase tertentu

373
dari upah atau pendapatan rumah
tangga seseorang.
2683. (2) Besaran iuran jaminan kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
untuk Peserta penerima bantuan
iuran ditetapkan sebesar rata-rata
besaran iuran per orang per bulan
bagi Peserta penerima upah.
2684. (3) Besaran iuran jaminan kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditinjau secara berkala sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
2685. (4) Besaran iuran jaminan kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
untuk Peserta penerima upah
ditanggung bersama oleh pekerja
dan pemberi kerja.
2686. (5) Besaran iuran jaminan kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
untuk Peserta bukan penerima upah
dan Peserta bukan pekerja
ditanggung secara mandiri atau
ditanggung oleh pihak lain.
2687. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
besaran iuran jaminan kesehatan
diatur dalam Peraturan Presiden.
2688. Pasal 425 TETAP TETAP
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5256) diubah
sebagai berikut:
2689. 1. Ketentuan ayat (2) Pasal 7 diubah SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan Undang-Undang
sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai Nomor 24 Tahun 2011 tentang
berikut: Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, berkenaan dengan koordinasi
kelembagaan diusulkan diwadahi
dalam usulan pemerintah mengenai
pembentukan KKSK.

374
2690. Pasal 7 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 1
(1) BPJS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 adalah badan
hukum publik berdasarkan
Undang-Undang ini.
2691. (2) BPJS sebagaimana dimaksud pada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 1
ayat (1) bertanggung jawab kepada
Presiden melalui:
2692. a. menteri yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 1
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan untuk BPJS
Kesehatan; dan
2693. b. menteri yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 1
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan untuk BPJS
Ketenagakerjaan.
2694. 2. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan Undang-
Pasal 11 berbunyi sebagai berikut: Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial

2695. Pasal 11 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2


Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, BPJS berwenang untuk:
2696. a. menagih pembayaran Iuran; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2

2697. b. menempatkan Dana Jaminan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2


Sosial untuk investasi jangka
pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek
likuiditas, solvabilitas, kehati-
hatian, keamanan dana, dan hasil
yang memadai;
2698. c. melakukan pengawasan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
pemeriksaan atas kepatuhan
Peserta dan Pemberi Kerja dalam

375
memenuhi kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan
sosial nasional;
2699. d. melakukan pembayaran kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
fasilitas kesehatan sesuai dengan
besaran tarif yang ditetapkan
Pemerintah;
2700. e. membuat atau menghentikan kerja SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
sama dengan fasilitas kesehatan;
2701. f. mengenakan sanksi administratif SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
kepada Peserta atau Pemberi Kerja
yang tidak memenuhi
kewajibannya;
2702. g. melaporkan Pemberi Kerja kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam
membayar Iuran atau dalam
memenuhi kewajiban lain sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
2703. h. melakukan kerja sama dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 2
pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan program Jaminan
Sosial.
2704. SUBSTANSI 2a. Diantara Pasal 11 dan Pasal 12 Untuk mengakomodir agar BPJS
BARU disisipkan satu pasal, yakni Pasal 11A tidak secara sepihak memutus kerja
yang berbunyi sebagai berikut: sama dengan Fasyankes sehingga
Kemenkes selaku pembina
Pasal 11A Fasyankes dilibatkan dalam
BPJS Kesehatan sebelum melakukan prosesnya
penghentian kerja sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf e yang
didasarkan dugaan pelanggaran oleh
Fasilitas Kesehatan harus melaporkan
kepada Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

376
2705. 3. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan Undang-
Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
2706. Pasal 13 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
(1) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, BPJS berkewajiban untuk:
2707. a. menggunakan Nomor Induk SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Kependudukan sebagai satu-
satunya identitas Peserta;
2708. b. mengembangkan aset Dana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Jaminan Sosial dan aset BPJS
untuk sebesar-besarnya
kepentingan Peserta;
2709. c. menyediakan, memberikan, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
dan/atau menerbitkan informasi
publik yang berada di bawah
kewenangannya kepada pemohon
informasi publik, selain informasi
yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2710. d. memberikan manfaat kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
seluruh Peserta sesuai dengan
Undang-Undang tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional;
2711. e. memberikan informasi kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Peserta mengenai hak dan
kewajiban untuk mengikuti
ketentuan yang berlaku;
2712. f. memberikan informasi kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi
kewajibannya;
2713. g. memberikan informasi kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Peserta mengenai saldo jaminan
hari tua dan pengembangannya 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

377
2714. h. memberikan informasi kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
Peserta mengenai besar hak
pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun;
2715. i. membentuk cadangan teknis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
sesuai dengan standar praktik
aktuaria yang lazim dan berlaku
umum;
2716. j. melakukan pembukuan sesuai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
dengan standar akuntansi yang
berlaku dalam penyelenggaraan
Jaminan Sosial;
2717. k. melaporkan pelaksanaan setiap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 3
program, termasuk kondisi
keuangan, secara berkala 6 (enam)
bulan sekali kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN.
2718. (2) Selain melaksanakan kewajiban SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan Undang-
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Undang Nomor 24 Tahun 2011
BPJS Kesehatan juga berkewajiban tentang Badan Penyelenggara
untuk: Jaminan Sosial
2719. a. melaksanakan penugasan dari REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan ayat (2)
kementerian yang PERUBAHAN SUBSTANSI Reposisi ke Pasal 13A usulan
menyelenggarakan urusan pemerintah
pemerintahan di bidang kesehatan;
2720. b. menghubungkan sistem informasi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan huruf a
yang dikelolanya dengan sistem
PERUBAHAN
informasi yang mengintegrasikan
seluruh pelayanan kesehatan yang REDAKSIONAL
diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat; dan
2721. c. melakukan koordinasi mengenai REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan huruf a
penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan dengan
kementerian/lembaga terkait.
2722. REPOSISI DENGAN 3a. Di antara Pasal 13 dan Pasal 14 Reposisi dari Pasal 13 ayat (2)
PERUBAHAN SUBSTANSI disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal
13A yang berbunyi sebagai berikut:

378
Pasal 13A
Selain melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
BPJS Kesehatan juga berkewajiban untuk:
a. Melaksanakan penugasan dari
Presiden terkait administrasi
pelaksanaan pelayanan kesehatan;
2723. REPOSISI DENGAN b. menghubungkan sistem informasi Konkordan Pasal 13A usulan
PERUBAHAN yang dikelolanya dengan Sistem pemerintah
REDAKSIONAL Informasi Kesehatan Nasional; dan
2724. REPOSISI TETAP c. melakukan koordinasi mengenai Konkordan Pasal 13A usulan
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan pemerintah
dengan kementerian/lembaga terkait.
2725. 4. Di antara Pasal 13 dan Pasal 14 SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dihapus, mengingat
disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal substansi bersifat teknis dan cukup
13A yang berbunyi sebagai berikut: diatur dalam peraturan pelaksanaan.

2726. Pasal 13A SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 4


(1) BPJS membayarkan manfaat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf d kepada Peserta yang menjalani
layanan rawat inap dengan tidak
dibatasi oleh jangka waktu perawatan.
2727. (2) BPJS membayarkan manfaat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 4
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf d kepada Peserta yang menjalani
rawat jalan, dan/atau rapat inap untuk
semua fasilitas pelayanan kesehatan
tanpa dibatasi oleh kuota layanan BPJS
rumah sakit.
2728. (3) Selain mendapatkan pembayaran SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 4
manfaat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Peserta berhak mendapatkan
semua fasilitas pengobatan dan
tindakan medis yang diperlukan untuk
semua jenis penyakit agar tercapai
kesembuhan.

379
2729. 5. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan UU 24 Tahun
Pasal 15 berbunyi sebagai berikut: 2011 tentang BPJS

2730. Pasal 15 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 5


(1) Pemberi Kerja wajib mendaftarkan
dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta
kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, sesuai dengan program jaminan
sosial yang diikuti.
2731. (2) Dalam hal Pemberi Kerja tidak SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 5
melakukan pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pekerja berhak
untuk mendaftarkan diri sebagai
Peserta atas tanggungan Pemberi Kerja.
2732. (3) Dalam hal Pemberi Kerja belum SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 5
melakukan pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Pekerja
belum mendaftarkan diri sebagai
Peserta sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan terjadi kecelakaan kerja
maka seluruh biaya yang timbul akibat
kecelakaan kerja menjadi tanggung
jawab Pemberi Kerja.
2733. (4) Pemberi Kerja dalam melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 5
pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib memberikan data
dirinya dan Pekerjanya berikut anggota
keluarganya secara lengkap dan benar
kepada BPJS.
2734. 6. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dihapus, subtansi cukup
disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal diatur dalam peraturan pelaksana
15A yang berbunyi sebagai berikut:

2735. Pasal 15A SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 6


Pemberi kerja tidak dapat
menghentikan kepesertaan Pekerja
pada BPJS tanpa ada putusan
pengadilan yang telah berkekuatan

380
hukum tetap atau permintaan dari
Pekerja itu sendiri.
2736. 7. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan UU 24 Tahun
Pasal 22 berbunyi sebagai berikut: 2011 tentang BPJS

2737. Pasal 22 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7


(1) Dewan Pengawas berfungsi
melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas BPJS.
2738. (2) Dalam menjalankan fungsi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dewan Pengawas bertugas
untuk:
2739. a. melakukan pengawasan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
atas kebijakan pengelolaan
BPJS dan kinerja Direksi;
2740. b. melakukan pengawasan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
atas pelaksanaan
pengelolaan dan
pengembangan Dana
Jaminan Sosial oleh
Direksi;
2741. c. memberikan saran, nasihat, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
dan pertimbangan kepada
Direksi mengenai kebijakan
dan pelaksanaan
pengelolaan BPJS; dan
2742. d. menyampaikan laporan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
pengawasan
penyelenggaraan Jaminan
Sosial sebagai bagian dari
laporan BPJS kepada
Presiden melalui menteri
yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang kesehatan atau
menteri yang
menyelenggarakan urusan

381
pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan, dan
menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
keuangan, dengan
tembusan kepada DJSN
2743. (3) Dalam menjalankan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Dewan Pengawas berwenang
untuk:
2744. a. menetapkan rencana kerja SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
anggaran tahunan BPJS;
2745. b. mengusulkan kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
Presiden penghasilan bagi
Dewan Pengawas dan
Direksi;
2746. c. mendapatkan dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
meminta laporan dari
Direksi;
2747. d. mengakses data dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS;
2748. e. melakukan penelaahan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
terhadap data dan
informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS; dan
2749. f. memberikan saran dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
rekomendasi kepada
Presiden mengenai kinerja
Direksi.
2750. (4) Ketentuan mengenai tata cara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 7
pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Dewan
Pengawas setelah berkoordinasi
dengan menteri yang

382
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan atau menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan, dan menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
keuangan.
2751. 8. Ketentuan huruf d ayat (3) Pasal 24 SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan UU 24 Tahun
dihapus, sehingga Pasal 24 berbunyi 2011 tentang BPJS
sebagai berikut:

2752. Pasal 24 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8


(1) Direksi berfungsi melaksanakan
penyelenggaraan kegiatan
operasional BPJS yang menjamin
Peserta untuk mendapatkan
Manfaat sesuai dengan haknya.
2753. (2) Dalam menjalankan fungsi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Direksi bertugas untuk:
2754. a. melaksanakan pengelolaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
BPJS yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi;
2755. b. mewakili BPJS di dalam dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
di luar pengadilan; dan
2756. c. menjamin tersedianya SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
fasilitas dan akses bagi
Dewan Pengawas untuk
melaksanakan fungsinya.
2757. (3) Dalam melaksanakan tugas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Direksi berwenang untuk:
2758. a. melaksanakan wewenang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
BPJS;
2759. b. menetapkan struktur SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
organisasi beserta tugas

383
pokok dan fungsi, tata kerja
organisasi, dan sistem
kepegawaian;
2760. c. menyelenggarakan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
manajemen kepegawaian
BPJS termasuk
mengangkat,
memindahkan, dan
memberhentikan pegawai
BPJS serta menetapkan
penghasilan pegawai BPJS;
2761. d. dihapus; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8

2762. e. menetapkan ketentuan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8


tata cara pengadaan barang
dan jasa dalam rangka
penyelenggaraan tugas
BPJS dengan
memperhatikan prinsip
transparansi, akuntabilitas,
efisiensi, dan efektivitas;
2763. f. melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
pemindahtanganan aset
tetap BPJS paling banyak
Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah)
dengan persetujuan Dewan
Pengawas;
2764. g. melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
pemindahtanganan aset
tetap BPJS lebih dari
Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah)
sampai dengan
Rp500.000.000.000,00
(lima ratus miliar rupiah)
dengan persetujuan
Presiden; dan

384
2765. h. melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
pemindahtanganan aset
tetap BPJS lebih dari
Rp500.000.000.000,00
(lima ratus miliar rupiah)
dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
2766. (4) Ketentuan mengenai tata cara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 8
pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Direksi.
2767. 9. Ketentuan ayat (1) Pasal 28 diubah dan SUBSTANSI DIHAPUS Sesuai dengan tanggapan
di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 28 pemerintah dalam usul perubahan
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a) Pasal 425 angka 3 Pasal 13 ayat (2)
sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai huruf a, bahwa kelembagaan BPJS
berikut: tetap di bawah Presiden sehingga
mekanisme pemilihan Dewas dan
Direksi tetap menjadi kewenangan
Presiden, substansi diatur dalam
Peraturan Pelaksanaan.

2768. Pasal 28 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 9


(1) Untuk memilih dan menetapkan
anggota Dewan Pengawas dan
anggota Direksi, Menteri
Kesehatan atau Menteri
Ketenagakerjaan, bersama
Menteri Keuangan, atas
persetujuan Presiden membentuk
panitia seleksi yang bertugas
melaksanakan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang ini.
2769. (2) Keanggotaan panitia seleksi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 9
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas 2 (dua) orang unsur

385
Pemerintah dan 5 (lima) orang
unsur masyarakat.
2770. (3) Keanggotaan panitia seleksi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 9
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
2771. 10. Ketentuan Pasal 34 diubah, sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan UU 24 Tahun
Pasal 34 yang berbunyi sebagai 2011 tentang BPJS
berikut:
Pasal 34
(1) Anggota Dewan Pengawas atau
anggota Direksi diberhentikan
dari jabatannya karena:

2772. a. sakit secara terus-menerus SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10


selama 6 (enam) bulan
sehingga tidak dapat
menjalankan tugasnya;
2773. b. tidak menjalankan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
tugasnya sebagai anggota
Dewan Pengawas atau
anggota Direksi secara
terus menerus lebih dari 3
(tiga) bulan karena alasan
selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
2774. c. merugikan BPJS dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
kepentingan Peserta
Jaminan Sosial karena
kesalahan kebijakan yang
diambil;
2775. d. menjadi terdakwa karena SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
melakukan tindak pidana;
2776. e. melakukan perbuatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
tercela;
2777. f. tidak lagi memenuhi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
persyaratan sebagai
anggota Dewan Pengawas
atau anggota Direksi;

386
2778. g. mengundurkan diri secara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
tertulis atas permintaan
sendiri; dan/atau
2779. h. tidak cakap dalam SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
2780. (2) Ketentuan Lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 10
pemberhentian anggota Dewan
Pengawas atau anggota Direksi
sebagaimana diatur pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Presiden.
2781. 11. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga SUBSTANSI DIHAPUS Tetap sesuai dengan UU 24 Tahun
Pasal 37 berbunyi sebagai berikut: 2011 tentang BPJS

2782. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11


Pasal 37
(1) BPJS wajib menyampaikan
pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugasnya dalam
bentuk laporan pengelolaan
program dan laporan keuangan
tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik kepada Presiden
melalui menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
Kesehatan atau menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan, dan menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
keuangan, dengan tembusan
kepada DJSN paling lambat
tanggal 30 Juni tahun
berikutnya.
2783. (2) Bentuk dan isi laporan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
pengelolaan program

387
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diusulkan oleh BPJS setelah
berkonsultasi dengan DJSN.
2784. (3) Presiden dapat menerima atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
menolak laporan pengelolaan
program dan laporan keuangan
tahunan, dan/atau
membebaskan atau tidak
membebaskan direksi dan Dewan
Pengawas BPJS dari tanggung
jawab hukum.
2785. (4) Menteri yang menyelenggarakan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan atau menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan, dan menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
melakukan kajian atas laporan
pengelolaan program dan laporan
keuangan tahunan yang
disampaikan oleh BPJS sebelum
dilaporkan kepada Presiden.
2786. (5) Periode laporan pengelolaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
program dan laporan keuangan
tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimulai dari 1
Januari sampai dengan 31
Desember.
2787. (6) Laporan keuangan BPJS SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku.
2788. (7) Laporan pengelolaan program SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
dan laporan keuangan tahunan

388
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipublikasikan dalam bentuk
ringkasan eksekutif melalui
media massa elektronik dan
melalui paling sedikit 2 (dua)
media massa cetak yang memiliki
peredaran luas secara nasional,
paling lambat tanggal 31 Juli
tahun berikutnya.
2789. (8) Bentuk dan isi publikasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) ditetapkan oleh Direksi setelah
mendapat persetujuan dari
Dewan Pengawas.
2790. (9) Ketentuan mengenai bentuk dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan angka 11
isi laporan pengelolaan program
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan
Presiden.
2791. BAB XIV TETAP BAB XIV - BAB XIV diusulkan tidak
KOMITE KEBIJAKAN SEKTOR KESEHATAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI mengatur mengenai
PENGUATAN SISTIM KETAHANAN pembentukan kelembagaan,
KESEHATAN namun mengatur mengenai
koordinasi dan sinkronisasi
dalam rangka penguatan system
ketahanan kesehatan untuk
dihapus keseluruhan,
- Kelembagaan KKSK dapat diatur
dalam peraturan pelaksanaan

2792. SUBSTANSI BARU Pasal 425A - Penambahan Pasal baru


Dalam rangka pembangunan sistem - Konkordan tanggapan
Kesehatan diperlukan koordinasi dan pemerintah dalam BAB XIV
sinkronisasi kebijakan di bidang Kesehatan
antar kementerian/lembaga dan pihak
terkait.

2793. Bagian Kesatu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV

389
Pembentukan
2794. Pasal 426 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
(1) Komite kebijakan sektor Kesehatan
merupakan wadah koordinasi dan
komunikasi dalam rangka akselerasi
pembangunan dan memperkuat
ketahanan sistem Kesehatan.
2795. (2) Komite kebijakan sektor Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyelenggarakan pencegahan dan
penanganan berbagai permasalahan
kebijakan di bidang Kesehatan
2796. (3) Komite kebijakan sektor Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden
2797. (4) Komite kebijakan sektor Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
2798. a. Menteri sebagai ketua merangkap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
anggota;
2799. b. menteri yang menangani urusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
pemerintahan di bidang
keuangan sebagai anggota;
2800. c. menteri yang menangani urusan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
pemerintahan di bidang dalam
negeri sebagai anggota;
2801. d. kepala lembaga pemerintahan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan makanan
sebagai anggota;
2802. e. kepala lembaga pemerintahan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan kependudukan
dan keluarga berencana nasional
sebagai anggota;

390
2803. f. ketua dewan jaminan sosial SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
nasional sebagai anggota; dan
2804. g. direktur utama BPJS kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagai anggota.
2805. (5) Komite kebijakan sektor Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh sekretariat yang
berkedudukan di Kementerian
Kesehatan.
2806. Bagian Kedua SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
Tugas dan Wewenang
2807. Pasal 427 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
Komite kebijakan sektor Kesehatan bertugas
mengoordinasikan pelaksanaan akselerasi
pembangunan dan memperkuat ketahanan
sistem Kesehatan.
2808. Pasal 428 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
(1) Komite kebijakan sektor Kesehatan
berwenang:
2809. a. melakukan penelaahan terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
berbagai informasi dan data yang
relevan atau berpengaruh
terhadap proses akselerasi
pembangunan Kesehatan;
2810. b. menyusun strategi pencapaian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
dan prioritas program dan
kegiatan pembangunan
Kesehatan;
2811. c. menetapkan kriteria dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
indikator untuk penilaian
pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan
Kesehatan;
2812. d. melakukan penilaian terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
kondisi stabilitas dan ketahanan
sistem kesehatan;
2813. e. menetapkan langkah koordinasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
untuk mencegah krisis kesehatan

391
dan memperkuat ketahanan
sistem Kesehatan;
2814. f. merekomendasikan Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
Daerah melalui menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri
untuk mendukung pelaksanaan
akselerasi pembangunan dan
memperkuat ketahanan sistem
Kesehatan; dan
2815. g. melakukan koordinasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
peningkatan program kesehatan
masyarakat terutama yang
bersifat promotif dan preventif
dalam rangka akselerasi
pembangunan dan memperkuat
ketahanan sistem Kesehatan.
2816. (2) Dalam melaksanakan kewenangan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Komite kebijakan sektor Kesehatan
dapat melakukan koordinasi kepada
kementerian/lembaga, dan pemangku
kepentingan terkait.
2817. Pasal 429 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
(1) Komite kebijakan sektor Kesehatan
menyelenggarakan rapat secara berkala
atau sewaktu-waktu.
2818. (2) Rapat secara berkala sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan 1 (satu) kali setiap 3
(tiga) bulan.
2819. (3) Rapat sewaktu-waktu sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan
permintaan anggota Komite kebijakan
sektor Kesehatan.
2820. Pasal 430 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan BAB XIV
Ketua komite kebijakan sektor Kesehatan
melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada

392
Presiden paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun atau sewaktu-waktu jika
diperlukan
2821. Pasal 431 SUBSTANSI Pasal 431 Konkordan BAB XIV
Ketentuan lebih lanjut mengenai komite Ketentuan lebih lanjut mengenai
kebijakan sektor Kesehatan diatur dengan koordinasi dan sinkronisasi penguatan
Peraturan Presiden ketahanan sistem Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 425A diatur dengan
Peraturan Presiden.
2822. BAB XV TETAP TETAP
PARTISIPASI MASYARAKAT
2823. Pasal 432 TETAP TETAP
(1) Masyarakat berpartisipasi, baik secara
perorangan maupun terorganisasi
dalam segala bentuk dan tahapan
pembangunan Kesehatan dalam rangka
membantu mempercepat pencapaian
derajat Kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
2824. (2) Partisipasi sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) mencakup keikutsertaan
secara aktif dan kreatif.
2825. SUBSTANSI BARU (2a) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Menambahkan substansi koordinasi
Daerah mengoordinasikan partisipasi partisipasi oleh pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). dan pemerintah Daerah

2826. SUBSTANSI BARU (2b) Ketentuan lebih lanjut mengenai Menambahkan delegasi pengaturan
partisipasi masyarakat diatur dengan mengenai partisipasi masyarakat.
Peraturan Pemerintah.
2827. BAB XVI TETAP TETAP
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
2828. Bagian Kesatu TETAP TETAP
Pembinaan
2829. Pasal 433 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
melakukan pembinaan terhadap
masyarakat dan setiap penyelenggaraan
kegiatan yang berhubungan dengan Sumber
Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan

393
termasuk Kewaspadaan Wabah,
penanggulangan Wabah, dan kegiatan
pasca-Wabah secara terpadu dan
berkesinambungan.
2830. Pasal 434 TETAP TETAP
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 433 diarahkan untuk:
2831. a. meningkatkan akses dan TETAP TETAP
memenuhi kebutuhan setiap
orang terhadap Sumber Daya
Kesehatan dan Upaya Kesehatan;
2832. b. menggerakkan dan TETAP TETAP
melaksanakan penyelenggaraan
Upaya Kesehatan;
2833. c. meningkatkan mutu Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan serta kemampuan
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan; dan
2834. d. melindungi masyarakat terhadap TETAP TETAP
segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi
Kesehatan.
2835. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
2836. a. komunikasi, informasi, edukasi, TETAP TETAP
dan pemberdayaan masyarakat;
2837. b. sosialisasi dan advokasi; TETAP TETAP

2838. c. penguatan kapasitas dan TETAP TETAP


bimbingan teknis;
2839. d. konsultasi; dan/atau TETAP TETAP

2840. e. pendidikan dan pelatihan. TETAP TETAP

2841. Pasal 435 TETAP TETAP


(1) Dalam rangka pembinaan, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
memberikan penghargaan kepada
orang atau badan yang telah berjasa

394
dalam setiap kegiatan mewujudkan
tujuan pembangunan Kesehatan,
termasuk kegiatan Kewaspadaan
Wabah, penanggulangan Wabah, dan
pasca-Wabah.
2842. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pemberian penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2843. Bagian Kedua TETAP TETAP
Pengawasan
2844. Pasal 436 SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena sudah ada dalam
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Perpu Cipta Kerja
Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap
masyarakat dan setiap
penyelenggaraan kegiatan yang
berhubungan dengan Sumber Daya
Kesehatan dan Upaya Kesehatan
berdasarkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
2845. (2) Lingkup pengawasan sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi dengan perubahan
dimaksud pada ayat (1) meliputi: PERUBAHAN redaksional ke Pasal 436A
REDAKSIONAL

2846. a. ketaatan terhadap ketentuan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi tetap ke Pasal 436A
peraturan perundang-undangan
termasuk ketaatan pelaksanaan
norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat;
2847. b. ketaatan terhadap standar REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi tetap ke Pasal 436A
profesi, standar pelayanan,
standar prosedur operasional,
etika, dan disiplin profesi;

395
2848. c. dampak Pelayanan Kesehatan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi tetap ke Pasal 436A
oleh Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan
2849. d. evaluasi penilaian kepuasan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi dengan perubahan
pelanggan; PERUBAHAN redaksional ke Pasal 436A
REDAKSIONAL

2850. e. akuntabilitas dan kelayakan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi tetap ke Pasal 436A
penyelenggaraan Upaya
Kesehatan dan Sumber Daya
Kesehatan; dan
2851. f. objek pengawasan lain sesuai REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi tetap ke Pasal 436A
dengan kebutuhan.
2852. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena sudah ada dalam
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Perpu Cipta Kerja
Daerah dapat mengikutsertakan
organisasi profesi dan masyarakat.
2853. SUBSTANSI BARU Pasal 436A Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengawasan dengan indikator:
2854. SUBSTANSI BARU a. ketaatan terhadap ketentuan Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
peraturan perundang-undangan
termasuk ketaatan pelaksanaan
norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat;
2855. SUBSTANSI BARU b. ketaatan terhadap standar profesi, Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika, dan disiplin profesi;
2856. SUBSTANSI BARU c. dampak Pelayanan Kesehatan oleh Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
2857. SUBSTANSI BARU d. evaluasi penilaian kepuasan Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
masyarakat;
2858. SUBSTANSI BARU e. akuntabilitas dan kelayakan Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
penyelenggaraan Upaya Kesehatan dan
Sumber Daya Kesehatan; dan
2859. SUBSTANSI BARU f. objek pengawasan lain sesuai dengan Reposisi dari Pasal 436 ayat (2)
kebutuhan.

396
2860. Pasal 437 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu 2 Tahun
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah 2022 tentang Cipta Kerja
dalam melakukan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 436, dapat
mengangkat tenaga pengawas dengan tugas
pokok untuk melakukan pengawasan
terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya
Kesehatan.
2861. Pasal 438 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diatur peraturan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pelaksana karena terlalu teknis.
dimaksud dalam Pasal 437, tenaga
pengawas mempunyai fungsi:

2862. a. memasuki Fasilitas Pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diatur peraturan


Kesehatan dan setiap tempat yang pelaksana karena terlalu teknis
diduga digunakan dalam kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan
Upaya Kesehatan; dan
2863. b. memeriksa perizinan yang dimiliki oleh SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diatur peraturan
Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan dan pelaksana karena terlalu teknis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2864. Pasal 439 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diatur peraturan
Setiap orang yang bertanggung jawab atas pelaksana karena terlalu teknis.
tempat dilakukannya pemeriksaan oleh
tenaga pengawas mempunyai hak untuk
menolak pemeriksaan apabila tenaga
pengawas yang bersangkutan tidak
dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat
perintah pemeriksaan.
2865. Pasal 440 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diatur peraturan
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan pelaksana karena terlalu teknis
adanya dugaan atau patut diduga adanya
pelanggaran hukum di bidang Kesehatan,
tenaga pengawas wajib melaporkan kepada
penyidik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2866. Pasal 441 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta
Kerja

397
Ketentuan mengenai pelaksanaan
pengawasan kegiatan yang berhubungan
dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya
Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2867. Pasal 442 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Kerja
Daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dapat mengenakan
sanksi administratif terhadap Tenaga
Medis, Tenaga Kesehatan, dan/atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
melanggar ketentuan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini

2868. (2) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta
administratif terhadap Tenaga Medis, Kerja
Tenaga Kesehatan, dan/atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah

2869. BAB XVII TETAP TETAP


PENYIDIKAN
2870. Pasal 443 REDAKSIONAL Pasal 443 Mengubah frasa “sektor kesehatan”
(1) Pejabat penyidik pada Kepolisian (1) Pejabat penyidik Kepolisian Negara menjadi “bidang kesehatan”
Negara Republik Indonesia berwenang Republik Indonesia berwenang dan
dan bertanggung jawab melakukan bertanggung jawab melakukan
penyidikan tindak pidana di sektor penyidikan tindak pidana di bidang
kesehatan berdasarkan Kitab Undang- kesehatan berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Undang Hukum Acara Pidana.
2871. (2) Selain penyidik Kepolisian Negara REDAKSIONAL (2) Selain penyidik Kepolisian Negara Menambahkan rujukan ayat
Republik Indonesia, kepada pejabat Republik Indonesia sebagaimana
pegawai negeri sipil tertentu di dimaksud pada ayat (1), pejabat
lingkungan pemerintahan yang pegawai negeri sipil tertentu di
menyelenggarakan urusan di bidang lingkungan pemerintahan yang

398
kesehatan juga diberi wewenang menyelenggarakan urusan di bidang
khusus sebagai penyidik sebagaimana kesehatan juga diberi wewenang
dimaksud dalam Undang-Undang khusus sebagai penyidik sebagaimana
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum dimaksud dalam ketentuan peraturan
Acara Pidana untuk melakukan perundang-undangan mengenai
penyidikan tindak pidana di bidang Hukum Acara Pidana untuk melakukan
Kesehatan. penyidikan tindak pidana di bidang
Kesehatan.

2872. (3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil REDAKSIONAL (3) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil Mengubah rujukan ayat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berwenang: berwenang:

2873. a. menerima laporan dan TETAP TETAP


melakukan pemeriksaan atas
kebenaran laporan serta
keterangan tentang tindak pidana
di bidang Kesehatan;
2874. b. memanggil, memeriksa, SUBSTANSI b. memanggil, memeriksa, atau Menghapus frasa “menangkap atau
menggeledah, menangkap, atau menggeledah seseorang yang diduga menahan”
menahan seseorang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang
melakukan tindak pidana di Kesehatan;
bidang Kesehatan;
2875. c. melakukan tindakan pertama di TETAP TETAP
tempat kejadian;
2876. d. melarang setiap orang TETAP TETAP
meninggalkan atau memasuki
tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
2877. e. menyuruh berhenti orang yang SUBSTANSI e. menyuruh berhenti orang yang dicurigai Menghapus kata “tersangka” dan
dicurigai atau tersangka dan atau diduga melakukan tindak pidana di mengganti dengan “atau ”diduga
memeriksa identitas dirinya; bidang Kesehatan dan memeriksa melakukan tindak pidana di bidang
identitas dirinya; Kesehatan”.

2878. f. mencari dan meminta keterangan TETAP TETAP


dan bahan bukti dari orang atau

399
badan hukum sehubungan
dengan tindak pidana di bidang
Kesehatan;
2879. g. menahan, memeriksa, dan SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena sudah digabung
menyita surat dan/atau dokumen pada huruf h.
lain tentang tindak pidana di
bidang Kesehatan;
2880. h. memeriksa dan menyita surat, TETAP TETAP
dokumen, dan/atau
bahan/barang bukti lainnya
dalam perkara tindak pidana di
bidang kesehatan;
2881. i. melakukan pemeriksaan di TETAP TETAP
tempat tertentu yang diduga
terdapat surat, dokumen, atau
benda lain yang ada
hubungannya dengan tindak
pidana di bidang Kesehatan;
2882. j. mengambil foto dan sidik jari SUBSTANSI DIHAPUS Substansi dipindahkan dalam
tersangka; penjelasan Tindakan lain pada huruf
o
2883. k. memanggil seseorang untuk TETAP TETAP
diperiksa dan didengar
keterangannya sebagai tersangka
atau saksi;
2884. l. meminta keterangan dari SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena sudah masuk pada
masyarakat atau sumber yang huruf k.
berkompeten;
2885. m. meminta bantuan ahli dalam TETAP TETAP
rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di
bidang Kesehatan;
2886. n. menghentikan penyidikan apabila TETAP TETAP
tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan adanya tindak
pidana di bidang Kesehatan; dan
2887. o. mengadakan tindakan lain SUBSTANSI o. melakukan tindakan lain setelah Mengadakan tindakan lain
menurut hukum. berkoordinasi dalam rangka merupakan bagian dari kegiatan
meminta bantuan penyidikan penyelidikan sehingga diusulkan

400
kepada penyidik Kepolisian ditambah frasa “setelah
Negara Republik Indonesia. berkoordinasi dalam rangka
meminta bantuan penyidikan kepada
penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia”
2888. SUBSTANSI BARU (3a) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Menambahkan substansi baru
mengirimkan pemberitahuan dimulai terkait pemberitahuan dimulainya
penyidikan dan hasil penyidikan penyidikan dan hasil penyidikan
kepada penuntut umum melalui
penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia
2889. (4) Kewenangan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
2890. (5) Dalam melaksanakan kewenangan dan REDAKSIONAL (5) Dalam melaksanakan kewenangan dan Menambahkan frasa “sesuai dengan
tanggung jawabnya sebagaimana tanggung jawabnya sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
dimaksud pada ayat (3), Penyidik dimaksud pada ayat (3), pejabat undangan”
pejabat pegawai negeri sipil berada di penyidik pegawai negeri sipil berada di
bawah koordinasi dan pengawasan bawah koordinasi dan pengawasan
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2891. Pasal 444 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis


(1) Untuk menjadi penyidik pejabat administratif dan dapat diatur dalam
pegawai negeri sipil sebagaimana peraturan pelaksana
dimaksud dalam Pasal 443 ayat (2),
harus dipenuhi persyaratan dan
kualifikasi sebagai berikut:
2892. a. memiliki masa kerja sebagai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
pegawai tetap di lingkungan
pemerintahan yang
menyelenggarakan urusan di
bidang kesehatan paling singkat 2
(dua) tahun;

401
2893. b. memiliki pangkat paling rendah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
Penata Muda golongan ruang III/a
atau yang sederajat;
2894. c. berpendidikan paling rendah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
sarjana hukum atau sarjana lain
yang setara;
2895. d. bertugas di bidang teknis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
operasional penegakan hukum;

2896. e. sehat jasmani dan rohani yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
dibuktikan dengan surat
keterangan dokter pada rumah
sakit pemerntah;
2897. f. paling sedikit bernilai baik dalam 2 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
(dua) tahun terakhir dalam setiap
unsur penilaian kinerja; dan
2898. g. mengikuti dan lulus Pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
dan pelatihan di bidang penyidikan
yang diselenggarakan oleh
Kepolisian Negara Republik
Indonesia bekerja sama dengan
Pemerintah yang
menyelenggarakan urusan di
bidang Kesehatan.
2899. (2) Pegawai Negeri Sipil yang telah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 444
memenuhi persyaratan dan kualifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan sebagai Penyidik di
lingkungan pemerintahan yang
menyelanggarakan urusan di bidang
Kesehatan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2900. Pasal 445 REDAKSIONAL Pasal 445 - Menyempurnakan substansi
Dalam melakukan penyidikan, penyidik Dalam hal dugaan tindak pidana bidang terkait dengan penyidikan yang
pegawai negeri sipil berkoordinasi dan Kesehatan dilakukan oleh anggota Tentara menyangkut dugaan tindak
bekerja sama dengan penyidik di lingkungan Nasional Indonesia atau anggota Tentara pidana oleh anggota TNI atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Nasional Indonesia bersama-sama dengan anggota TNI Bersama sipil.
dapat berkoordinasi serta bekerja sama masyarakat sipil, penyidikan dilakukan - Substansi pelaksanaan
dengan penyidik di lingkungan Tentara koordinasi PPNS dengan penyidik

402
Nasional Indonesia sesuai dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan peraturan Polri telah diakomodir dalam
peraturan perundang-undangan perundang-undangan. Pasal 443 ayat (5)
2901. Pasal 446 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis, sehingga
dapat diatur dalam peraturan
(1) Tindak Pidana yang terjadi di
pelaksana
lingkungan rumah sakit militer dan
tenaga medis militer, penyidikan hanya
dilakukan oleh penyidik Tentara
Nasional Indonesia.
2902. (2) Dalam hal hasil penyidikan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dilakukan oleh penyidik Tentara
Nasional Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditemukan bukti
adanya tindak pidana yang dilakukan
oleh tenaga medis sipil, penyidik TNI
melimpahkan penyidikan kepada
Penyidik PPNS dan Penyidik Kepolisian
Republik Indonesia.
2903. (3) Dalam hal hasil penyidikan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil dan Penyidik Kepolisian Republik
Indonesia. ditemukan bukti adanya
tindak pidana yang dilakukan oleh
tenaga medis militer di rumah sakit
sipil, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan
Penyidik Kepolisian Republik Indonesia
melimpahkan penyidikan kepada
Penyidik Tentara Nasional Indonesia.
2904. Pasal 447 REDAKSIONAL Pasal 447 Mengubah kata “ditentukan” menjadi
Persyaratan, tata cara pengangkatan Persyaratan, tata cara pengangkatan “dilaksanakan”
penyidik pegawai negeri sipil, dan penyidik pegawai negeri sipil, dan
administrasi penyidikan ditentukan sesuai administrasi penyidikan dilaksanakan
dengan ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan
undangan. perundang-undangan.
2905. BAB XVIII TETAP TETAP
KETENTUAN PIDANA
2906. Pasal 448 TETAP Pasal 448 - menyesuaikan dengan UU KUHP
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap perempuan yang melakukan aborsi (UU Nomor 1 Tahun 2023).
melakukan aborsi tidak sesuai dengan tidak sesuai dengan ketentuan - Menghapus frasa “dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sengaja”, karena Ketika muncul

403
Pasal 42 ayat (1) dipidana dengan pidana ayat (1) dipidana dengan pidana penjara perbuatan melawan hukum,
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun. secara otomatis harus dilakukan
denda paling banyak kategori VI. pembuktian.
- KUHP saat ini tidak lagi
membedakan pelanggaran dan
kejahatan, yang berkonsekuensi
pada makna “dengan sengaja”.

2907. SUBSTANSI BARU Pasal 448A Menambahkan substansi baru


(1) Setiap Orang yang melakukan aborsi dengan menyesuaikan dengan UU
tidak sesuai dengan ketentuan KUHP (UU Nomor 1 Tahun 2023).
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (1) terhadap seorang
perempuan:

2908. SUBSTANSI BARU a. dengan persetujuan perempuan Konkordan ayat (1)


tersebut, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun; atau
2909. SUBSTANSI BARU b. tanpa persetujuan perempuan Konkordan ayat (1)
tersebut, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun.
2910. SUBSTANSI BARU (2) Jika perbuatan sebagaimana Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) huruf a
mengakibatkan matinya perempuan
tersebut, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 8 (delapan)
tahun.
2911. SUBSTANSI BARU (3) Jika perbuatan sebagaimana Konkordan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) huruf b
mengakibatkan matinya perempuan
tersebut, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun.
2912. SUBSTANSI BARU Pasal 448B Menambahkan substansi baru
(1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dengan menyesuaikan dengan UU
yang melakukan Tindak Pidana KUHP (UU Nomor 1 Tahun 2023).
sebagaimana dimaksud dalam Pasal

404
448A pidananya dapat ditambah l/3
(satu per tiga).
2913. SUBSTANSI BARU (2) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan Konkordan ayat (1)
yang melakukan Tindak Pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa pencabutan hak tertentu
yaitu:
2914. SUBSTANSI BARU a. hak memegang jabatan publik Konkordan ayat (1)
pada umumnya atau jabatan
tertentu; dan/atau
2915. SUBSTANSI BARU b. hak menjalankan profesi tertentu Konkordan ayat (1)

2916. SUBSTANSI BARU (3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan Konkordan ayat (1)
yang melakukan aborsi karena
indikasi kedaruratan medis atau
terhadap Korban Tindak Pidana
perkosaan atau Tindak Pidana
kekerasan seksual lain yang
menyebabkan kehamilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (2) tidak dipidana.
2917. Pasal 449 SUBSTANSI Pasal 449 Kategorisasi mendasarkan pada
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang menghalangi program KUHP.
menghalangi program pemberian air susu pemberian air susu ibu eksklusif
ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
Pasal 48 ayat (2) dipidana penjara paling ayat (2) dipidana penjara paling lama 2
lama 1 (satu) tahun dan denda paling (dua) tahun atau denda paling banyak
banyak kategori IV. kategori III.
2918. Pasal 450 SUBSTANSI Pasal 450 Kategorisasi mendasarkan pada
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang memperjualbelikan KUHP.
memperjualbelikan darah dengan dalih apa darah dengan alasan apapun sebagaimana
pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) dipidana
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling tahun atau denda paling banyak kategori
banyak kategori V. IV.
2919. Pasal 451 SUBSTANSI Pasal 451 Kategorisasi mendasarkan pada
Setiap Orang yang dengan sengaja (1) Setiap Orang yang memperjualbelikan KUHP.
mengomersialkan atau memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan

405
organ atau jaringan tubuh dengan dalih alasan apapun sebagaimana dimaksud
apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal dalam Pasal 74 ayat (2) dipidana
74 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara dengan pidana penjara paling lama 7
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda (tujuh) tahun atau denda paling
paling banyak kategori VI. banyak kategori VI.
2920. SUBSTANSI BARU (2) Setiap Orang yang mengomersialkan Konkordan ayat (1)
atas pelaksanaan transplantasi organ
atau jaringan tubuh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak kategori V.
2921. Pasal 452 SUBSTANSI Pasal 452 - Penyempurnaan substansi
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang melakukan bedah - Menghapus frasa “bertentangan
melakukan bedah plastik rekonstruksi dan plastik rekonstruksi dan estetika untuk norma yang berlaku dalam
estetika yang bertentangan dengan norma tujuan mengubah identitas seseorang masyarakat” dan frasa “dengan
yang berlaku dalam masyarakat dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 tujuan melawan hukum atau
bertujuan untuk mengubah identitas ayat (2) dipidana dengan pidana penjara melakukan kejahatan”
dengan tujuan melawan hukum atau paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana
melakukan kejahatan sebagaimana denda paling banyak kategori VI.
dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
kategori VI.
2922. Pasal 453 SUBSTANSI Pasal 453 - Penyempurnaan substansi
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang melakukan - mengubah frasa “dipidana
melakukan pemasungan, penelantaran, pemasungan, penelantaran, kekerasan, denda kategori VI” menjadi
kekerasan, dan/atau menyuruh orang lain dan/atau menyuruh orang lain untuk “dengan pidana penjara paling
untuk melakukan pemasungan, melakukan pemasungan, penelantaran, lama 2 (dua) tahun 6 (enam)
penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap dan/atau kekerasan terhadap penderita bulan atau pidana denda paling
penderita gangguan jiwa atau tindakan gangguan jiwa atau tindakan lainnya yang banyak kategori III.”
lainnya yang melanggar hak asasi penderita melanggar hak asasi penderita gangguan
gangguan jiwa, sebagaimana dimaksud jiwa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 107 ayat (3) dipidana denda 107 ayat (3) dipidana dengan pidana
kategori VI. penjara paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam)
bulan atau pidana denda paling banyak
kategori III.

406
2923. Pasal 454 SUBSTANSI Pasal 454 Meningkatkan lama pidana penjara
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang memproduksi atau dan besaran denda untuk
memproduksi atau mengedarkan Sediaan mengedarkan Sediaan Farmasi dan/atau memberikan efek jera
Farmasi dan/atau Alat Kesehatan yang Alat Kesehatan yang tidak memenuhi
tidak memenuhi standar dan/atau standar dan/atau persyaratan keamanan,
persyaratan keamanan, khasiat atau khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142
dimaksud dalam Pasal 142 ayat (2) dan ayat ayat (2) dan ayat (3), dipidana dengan
(3) dipidana dengan pidana penjara paling pidana penjara paling lama 12 (dua belas)
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling tahun atau denda paling banyak kategori
banyak kategori VI. VII.
2924. Pasal 455 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta
Kerja
Setiap Orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan Sediaan
Farmasi dan/atau Alat Kesehatan yang
tidak memiliki Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak kategori VI.
2925. Pasal 456 SUBSTANSI Pasal 456 Menyesuaikan dengan pidana
(1) Setiap orang yang tidak memiliki existing
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian
keahlian dan kewenangan tetapi
dan kewenangan tetapi melakukan praktik
melakukan praktik kefarmasian
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pasal 149 ayat (1) dipidana dengan pidana
149 ayat (1), dipidana dengan pidana
denda paling banyak kategori VI.
denda paling banyak kategori IV.
2926. SUBSTANSI BARU (2) Dalam hal terdapat praktik Tambahan ketentuan pidana terkait
kefarmasian sebagaimana dimaksud dengan sedian farmasi berupa obat
pada ayat (1) yang terkait dengan keras
sediaan farmasi berupa obat keras,
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak kategori V.
2927. Pasal 457 REDAKSIONAL Pasal 457 Menambahkan frasa “rokok
(1) Setiap orang yang dengan sengaja (1) Setiap orang yang memproduksi, elektronik”
memproduksi, memasukkan rokok ke memasukkan rokok atau rokok
dalam wilayah Negara Kesatuan elektronik ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, dan/atau Kesatuan Republik Indonesia,

407
mengedarkan dengan tidak dan/atau mengedarkan dengan tidak
mencantumkan peringatan Kesehatan mencantumkan peringatan Kesehatan
berbentuk gambar sebagaimana berbentuk gambar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 156 dipidana dimaksud dalam Pasal 156 dipidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak kategori V. denda paling banyak kategori V.
2928. (2) Setiap orang yang dengan sengaja REDAKSIONAL (2) Setiap orang yang melanggar kawasan Menghapus frasa “dengan sengaja”
melanggar kawasan tanpa rokok tanpa rokok sebagaimana dimaksud Konkordan Pasal 448
sebagaimana dimaksud dalam Pasal dalam Pasal 157, dipidana denda
157 dipidana denda paling banyak paling banyak kategori III.
kategori III.
2929. Pasal 458 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penghapusan
Setiap orang yang tanpa izin melakukan Pasal 162
praktik Pelayanan Kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162
ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian
harta benda, luka berat atau kematian
dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan denda paling banyak
kategori IV.
2930. Pasal 459 TETAP Pasal 459 Kategorisasi mendasarkan pada
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan (1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan KUHP.
Kesehatan, Tenaga Medis, dan Tenaga Kesehatan, Tenaga Medis, dan Tenaga
Kesehatan yang dengan sengaja tidak Kesehatan yang tidak memberikan
memberikan pertolongan pertama pertolongan pertama terhadap Pasien
terhadap Pasien yang dalam keadaan yang dalam keadaan gawat darurat
gawat darurat sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 171 ayat (1) dan ayat (2) 171 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dipidana dengan pidana penjara paling dengan pidana penjara paling lama 2
lama 2 (dua) tahun dan denda paling (dua) tahun atau denda paling banyak
banyak kategori IV. kategori III.
2931. (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tersebut dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10

408
(sepuluh) tahun dan denda paling
banyak kategori VI.
2932. Pasal 460 SUBSTANSI DIHAPUS Subtansi sudah diakomodir dalam
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana usulan penyempurnaan Pasal 470.
dimaksud dalam Pasal 448 sampai
dengan Pasal 459 ayat (1) dilakukan
oleh korporasi, selain pidana penjara
dan denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap
korporasi berupa pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
denda.
2933. (2) Selain pidana denda sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1), korporasi
dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:

2934. a. pencabutan izin usaha; dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)

2935. b. pencabutan status badan hukum SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)

2936. Pasal 461 REDAKSIONAL Pasal 461 Memperbaiki rujukan Pasal


Setiap Orang yang bukan Tenaga Medis atau Setiap Orang yang bukan Tenaga Medis
Tenaga Kesehatan melakukan praktik atau Tenaga Kesehatan melakukan praktik
sebagai Tenaga Medis atau Tenaga sebagai Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan yang telah memiliki SIP Kesehatan yang telah memiliki SIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 252 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248
huruf c dipidana dengan pidana penjara ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun. paling lama 5 (lima) tahun.
2937. Pasal 462 SUBSTANSI Pasal 462 Pemidanaan disesuaikan dengan
(1) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga (1) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Pasal 475 KUHP Nasional.
Kesehatan yang melakukan kelalaian Kesehatan yang melakukan kelalaian
berat yang mengakibatkan Pasien luka yang mengakibatkan Pasien luka berat
berat dipidana dengan pidana penjara dipidana dengan pidana penjara paling
paling lama 3 (tiga) tahun. lama 4 (empat) tahun atau pidana
denda paling banyak kategori IV.

409
2938. (2) Jika kelalaian berat sebagaimana SUBSTANSI (2) Jika kelalaian sebagaimana dimaksud Pemidanaan disesuaikan dengan
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan pada ayat (1) mengakibatkan kematian, Pasal 475 KUHP Nasional.
kematian, setiap Tenaga Medis atau setiap Tenaga Medis atau Tenaga
Tenaga Kesehatan dipidana dengan Kesehatan dipidana dengan pidana
pidana penjara paling lama 5 (lima) penjara paling lama 6 (enam) tahun 8
tahun (delapan) bulan atau pidana denda
paling banyak kategori V.

2939. Pasal 463 REDAKSIONAL Pasal 463 Menghapus frasa “dengan sengaja”
Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan Setiap Tenaga Medis atau Tenaga
warga negara asing yang dengan sengaja Kesehatan warga negara asing yang
memberikan Pelayanan Kesehatan tanpa memberikan Pelayanan Kesehatan tanpa
memiliki STR Sementara sebagaimana memiliki STR Sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 237 ayat (1) dipidana dimaksud dalam Pasal 237 ayat (1)
dengan pidana denda paling banyak dipidana dengan pidana denda paling
kategori V. banyak kategori V.
2940. Pasal 464 SUBSTANSI Pasal 464 Kategorisasi mendasarkan pada
Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan Setiap Tenaga Medis atau Tenaga KUHP.
yang menjalankan praktik tanpa memiliki Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa
SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 memiliki SIP sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dipidana dengan pidana denda Pasal 248 ayat (1) dipidana dengan pidana
paling banyak kategori V. denda paling banyak kategori II.
2941. Pasal 465 REDAKSIONAL Pasal 465 Menghapus frasa “dengan sengaja”
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja (1) Setiap Orang yang menggunakan
menggunakan identitas berupa gelar identitas berupa gelar atau bentuk lain
atau bentuk lain yang menimbulkan yang menimbulkan kesan bagi
kesan bagi masyarakat yang masyarakat yang bersangkutan adalah
bersangkutan adalah Tenaga Medis atau Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan yang telah memiliki yang telah memiliki STR dan/atau SIP
STR dan/atau SIP sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dimaksud dalam Pasal 329 huruf a 245 ayat (1) dan Pasal 248 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak kategori V. banyak kategori V.
2942. (2) Setiap Orang yang dengan sengaja REDAKSIONAL (2) Setiap Orang yang menggunakan alat, Menghapus frasa “dengan sengaja”
menggunakan alat, metode atau cara lain metode atau cara lain dalam
dalam memberikan pelayanan kepada memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang menimbulkan kesan masyarakat yang menimbulkan kesan
seolah-olah yang bersangkutan seolah-olah yang bersangkutan

410
merupakan Tenaga Medis atau Tenaga merupakan Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan yang telah memiliki STR atau Kesehatan yang telah memiliki STR
SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan/atau SIP sebagaimana dimaksud
329 huruf b dipidana dengan pidana dalam Pasal 245 ayat (1) dan Pasal 248
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak kategori IV. penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak kategori V.
2943. (3) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Redundant dengan Pasal 464
Kesehatan yang melakukan praktik
sebagai Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan tanpa memiliki STR dan/atau
SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
329 huruf c dipidana dengan pidana
denda paling banyak kategori V.
2944. Pasal 466 REDAKSIONAL Pasal 466 Menghapus frasa “dengan sengaja”
(1) Setiap orang yang dengan sengaja Setiap orang yang mempekerjakan Tenaga dan memperbaiki rujukan pasal
mempekerjakan Tenaga Medis Medis dan/atau Tenaga Kesehatan yang
dan/atau Tenaga Kesehatan yang tidak tidak mempunyai SIP sebagaimana
mempunyai SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (1)
dimaksud dalam Pasal 170 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak kategori IV.
banyak kategori V.
2945. (2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena telah diatur dalam
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pasal 470
korporasi, pidana yang dijatuhkan
adalah pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah
sepertiga atau dijatuhi hukuman
tambahan berupa pencabutan izin.
2946. Pasal 467 REDAKSIONAL Pasal 467 - Mengubah frasa “BKKN” menjadi
Nakhoda kapal atau kapten penerbang yang Nakhoda kapal, kapten penerbang, atau “kementerian yang
menurunkan atau menaikkan orang pengemudi kendaraan darat yang menyelenggarakan urusan
dan/atau barang sebelum mendapat surat menurunkan atau menaikkan orang pemerintahan dibidang
persetujuan dari BKKN sebagaimana dan/atau barang sebelum mendapat surat kesehatan”
dimaksud dalam Pasal 377 ayat (3) dengan persetujuan dari kementerian yang - Kategorisasi mendasarkan pada
maksud menyebarkan penyakit dan/atau menyelenggarakan urusan pemerintahan KUHP.
faktor risiko penyakit yang dapat dibidang kesehatan sebagaimana
menimbulkan Wabah dipidana dengan dimaksud dalam Pasal 377 ayat (3) dengan

411
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) maksud menyebarkan penyakit dan/atau
tahun atau denda paling banyak kategori faktor risiko penyakit yang dapat
VII. menimbulkan Wabah dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak kategori
VI.
2947. SUBSTANSI BARU Pasal 467A - Menambahkan ketentuan pidana
Setiap orang yang melakukan pemalsuan untuk pelanggaran ketentuan
Dokumen Karantina Kesehatan atau pemalsuan dokumen karantina
menggunakan Dokumen Karantina Kesehatan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam - Kategori VI dalam KUHP paling
Pasal 380 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
yang isinya tidak benar atau yang dipalsu, miliar rupiah).
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun atau pidana denda
paling banyak kategori V.
2948. Pasal 468 SUBSTANSI Pasal 468 - Pasal 468 RUU Kesehatan
Setiap Orang yang dengan sengaja Setiap Orang yang melakukan kegiatan tentang tindak pidana dengan
melakukan kegiatan menyebarluaskan agen menyebarluaskan bahan yang sengaja Kategorisasi
biologi penyebab penyakit yang berpotensi mengandung penyebab dan/atau agen mendasarkan pada KUHP.
menimbulkan Wabah sebagaimana biologi penyebab penyakit dan masalah - Menghapus frasa “dengan
dimaksud dalam Pasal 414 dipidana dengan Kesehatan yang berpotensi menimbulkan sengaja”
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) KLB dan Wabah sebagaimana dimaksud
tahun atau pidana denda paling banyak dalam Pasal 414 dipidana dengan pidana
kategori VII. penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau pidana denda paling banyak kategori
VI.
2949. Pasal 469 REDAKSIONAL Pasal 469 - Menghapus frasa “dengan
Setiap orang yang dengan sengaja tidak Setiap orang yang tidak mematuhi sengaja”
mematuhi pelaksanaan upaya pelaksanaan upaya Penanggulangan
Penanggulangan Wabah dan/atau dengan Wabah dan/atau dengan sengaja
sengaja menghalang-halangi pelaksanaan menghalang-halangi pelaksanaan upaya
upaya Penanggulangan Wabah sebagaimana Penanggulangan Wabah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 415 dipidana dengan dimaksud dalam Pasal 415 dipidana
pidana denda paling banyak kategori V. dengan pidana denda paling banyak
kategori V.
2950. Pasal 470 Pasal 470 Formulasi pasal mengikuti
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana SUBSTANSI (1) Dalam hal Tindak Pidana sebagaimana penjelasan Pasal 46 dan Pasal 48
dimaksud dalam Pasal 468 dan Pasal dimaksud dalam Pasal 448 sampai KUHP Nasional.

412
469 dilakukan oleh korporasi dengan Pasal 459, Pasal 466, Pasal 468,
pertanggungjawaban pidana dikenakan dan Pasal 469 dilakukan oleh
terhadap korporasi dan/atau Korporasi, pertanggungjawaban pidana
pengurusnya. dikenakan terhadap Korporasi,
pengurus yang mempunyai kedudukan
fungsional, pemberi perintah,
pemegang kendali, dan/ atau pemilik
manfaat Korporasi.
2951. SUBSTANSI BARU (1a) Selain pidana penjara dan pidana Konkordan ayat (1)
denda terhadap pengurus yang
mempunyai kedudukan fungsional,
pemberi perintah, pemegang kendali,
dan/ atau pemilik manfaat Korporasi,
pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap Korporasi berupa pidana
denda paling sedikit kategori IV.

2952. SUBSTANSI BARU (1b) Pidana denda untuk Korporasi paling Konkordan ayat (1)
banyak:
a. kategori VI, dalam hal tindak
pidana yang dilakukan diancam
dengan pidana penjara di bawah
7 (tujuh) tahun;
2953. SUBSTANSI BARU b. kategori VII, dalam hal tindak Konkordan ayat (1)
pidana yang dilakukan diancam
dengan pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun sampai
dengan paling lama 15 (lima
belas) tahun;
2954. SUBSTANSI BARU c. kategori VIII, dalam hal tindak Konkordan ayat (1)
pidana yang dilakukan diancam
dengan pidana pidana mati,
pidana penjara seumur hidup,
atau pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun.
2955. (2) Korporasi dikenai pertanggungjawaban TETAP TETAP
secara pidana terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan untuk
dan/atau atas nama korporasi jika

413
perbuatan tersebut termasuk dalam
lingkup usahanya sebagaimana
ditentukan dalam anggaran dasar atau
ketentuan lain yang berlaku bagi
korporasi yang bersangkutan.
2956. (3) Pidana dijatuhkan kepada korporasi TETAP TETAP
jika tindak pidana:
2957. a. dilakukan atau diperintahkan SUBSTANSI DIHAPUS Sesuai dengan KUHP
oleh personel pengendali
korporasi;
2958. b. dilakukan dalam rangka TETAP TETAP
pemenuhan maksud dan tujuan
korporasi;
2959. c. dilakukan sesuai dengan tugas SUBSTANSI c. diterima sebagai kebijakan korporasi Sesuai dengan Pasal 48 huruf c
dan fungsi pelaku atau pemberi KUHP
perintah; dan/atau
2960. d. dilakukan dengan maksud SUBSTANSI d. menguntungkan korporasi secara Sesuai dengan Pasal 48 huruf b
memberikan manfaat bagi melawan hukum. KUHP
korporasi.
2961. (4) Dalam hal tindak pidana dilakukan SUBSTANSI DIHAPUS Tidak dikenal istilah pidana
atau diperintahkan oleh personel maksimum namun pidana diperberat
pengendali korporasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a atau
pengurus korporasi, pidana pokok yang
dijatuhkan adalah pidana penjara
maksimum dan pidana denda
maksimum yang masing-masing
ditambah dengan pidana pemberatan
2/3 (dua pertiga)
2962. (5) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena KUHP telah
korporasi adalah pidana denda mengatur mengenai kategori denda
maksimum ditambah dengan pidana dan tidak dikenal istilah pidana
pemberatan 2/3 (dua pertiga). pemberatan.
2963. REPOSISI DENGAN Pasal 470A Formulasi pasal mengikuti
PERUBAHAN SUBSTANSI Dalam hal tindak pidana sebagaimana penjelasan Pasal 46 dan Pasal 48
dimaksud dalam Pasal 448 sampai dengan KUHP Nasional.
Pasal 459, Pasal 466, Pasal 468, dan Pasal
469 dilakukan oleh korporasi, selain

414
dikenakan pidana denda, korporasi
dikenakan pidana tambahan berupa:

2964. REPOSISI DENGAN a. pembayaran ganti rugi; Konkordan Pasal 470A


PERUBAHAN SUBSTANSI
2965. REPOSISI DENGAN b. pencabutan izin tertentu; dan/atau Konkordan Pasal 470A
PERUBAHAN SUBSTANSI
2966. REPOSISI DENGAN c. penutupan seluruh atau sebagian Konkordan Pasal 470A
PERUBAHAN SUBSTANSI tempat usaha dan/ atau kegiatan
Korporasi.
2967. SUBSTANSI BARU Pasal 470B Menambahkan substansi baru
(1) Pidana denda sebagaimana dimaksud terkait besaran nominal kategori
dalam Pasal 449 sampai dengan Pasal pidana denda
470A paling banyak ditetapkan
berdasarkan:
a. kategori I, Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah);
b. kategori II, Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah);
c. kategori III, Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah);
d. kategori IV, Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah);
e. kategori V, Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah);
f. kategori VI, Rp2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah);
g. kategori VII, Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah); dan
h. kategori VIII,
Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah).
2968. SUBSTANSI BARU (2) Dalam hal terjadi perubahan nilai Konkordan ayat (1)
uang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ketentuan besarnya pidana
denda ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

415
2969. BAB XIX TETAP TETAP
KETENTUAN PERALIHAN
2970. Pasal 471 REPOSISI TETAP DIHAPUS direposisi ke ketentuan penutup
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, dan frasa “belum diganti” dihapus
semua peraturan pelaksanaan dari:

2971. a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3237);
2972. b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2003 tentang Sistem Pendidikan PERUBAHAN
Nasional (Lembaran Negara SUBSTANSI
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
2973. c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2974. d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4456);
2975. e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);

416
2976. f. Undang-Undang Nomor 44 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
2977. g. Undang-Undang Nomor 24 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5256);
2978. h. Undang-Undang Nomor 12 Tahun REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2012 tentang Pendidikan Tinggi PERUBAHAN
(Lembaran Negara Republik SUBSTANSI
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336);
2979. i. Undang-Undang Nomor 18 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2014 tentang Kesehatan Jiwa
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 185,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5571);
2980. j. Undang-Undang Nomor 36 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
2981. k. Undang-Undang Nomor 38 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2014 tentang Keperawatan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
2982. l. Undang-Undang Nomor 6 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2018 tentang Kekarantinaan

417
Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
6236); dan
2983. m. Undang-Undang Nomor 4 Tahun REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 471
2019 tentang Kebidanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6325),
2984. dinyatakan masih tetap berlaku REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan Pasal 471
sepanjang tidak bertentangan dengan PERUBAHAN
ketentuan dalam Undang-Undang ini REDAKSIONAL
dan belum diganti berdasarkan Undang-
Undang ini.
2985. Pasal 472 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia dan pemerintah dalam Pasal 14A
Konsil Kedokteran Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253
sampai dengan Pasal 280 harus
dibentuk paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
2986. Pasal 473 SUBSTANSI Pasal 473 Konkordan dengan usulan
Dalam hal Konsil Tenaga Kesehatan Konsil Kedokteran Indonesia, KTKI, dan pemerintah dalam Pasal 14A
Indonesia dan Konsil Kedokteran majelis kehormatan disiplin kedokteran
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Indonesia yang telah ada tetap
Pasal 250 sampai dengan Pasal 280 menjalankan tugas dan fungsi masing-
belum terbentuk, Konsil Tenaga masing sampai dengan ditetapkannya
Kesehatan Indonesia dan Konsil peraturan pemerintah yang mengatur
Kedokteran Indonesia yang sudah mengenai lembaga sebagaimana dimaksud
terbentuk sebelum undang-undang ini dalam Pasal 14A sebagai pelaksanaan
berlaku tetap menjalankan tugas dan Undang-Undang ini
fungsinya sampai dengan diangkatnya
anggota konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dan Konsil Kedokteran
Indonesia berdasarkan undang-undang
ini.

418
2987. BAB XX TETAP TETAP
KETENTUAN PENUTUP
2988. REPOSISI TETAP Pasal 473A Reposisi dari Pasal 471
Pada saat Undang-Undang ini berlaku,
semua peraturan pelaksanaan dari:
2989. REPOSISI TETAP a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Reposisi dari Pasal 471
tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3237);

2990. REPOSISI TETAP b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);

2991. REPOSISI TETAP c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);

2992. REPOSISI TETAP d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5063);

2993. REPOSISI TETAP e. Undang-Undang Nomor 44 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran

419
Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

2994. REPOSISI TETAP f. Undang-Undang Nomor 24 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5256);

2995. SUBSTANSI BARU g. Undang-Undang Nomor 20 Tahun Menambah Undang-Undang


2013 tentang Pendidikan Kedokteran Pendidikan Kedokteran sesuai
(Lembaran Negara Republik Indonesia dengan usulan pemerintah untuk
Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan mencabut Undang-Undang
Lembaran Negara Republik Indonesia tersebut.
Nomor 5434);
2996. REPOSISI TETAP h. Undang-Undang Nomor 18 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2014 tentang Kesehatan Jiwa
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5571);

2997. REPOSISI TETAP i. Undang-Undang Nomor 36 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);

2998. REPOSISI TETAP j. Undang-Undang Nomor 38 Tahun Reposisi dari Pasal 471
2014 tentang Keperawatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5612);

420
2999. REPOSISI TETAP k. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Reposisi dari Pasal 471
tentang Kekarantinaan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236); dan

3000. REPOSISI TETAP l. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 Reposisi dari Pasal 471
tentang Kebidanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6325),

3001. REPOSISI TETAP dinyatakan masih tetap berlaku Reposisi dari Pasal 471
sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
3002. Pasal 474 TETAP TETAP
Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku:
3003. SUBSTANSI BARU a1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun Menambahkan pencabutan
1949 tentang Ordonansi Obat Keras Ordonansi Obat Keras
(Staatsblad 1949 Nomor 419);
3004. a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun TETAP TETAP
1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3237);
3005. b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun TETAP TETAP
2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
3006. c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun SUBSTANSI c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Sesuai dengan UU 13 Tahun 2022,
2009 tentang Kesehatan (Lembaran tentang Kesehatan (Lembaran Negara bahwa UU omnibus law hanya dapat
Negara Republik Indonesia Tahun Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

421
2009 Nomor 144, Tambahan 144, Tambahan Lembaran Negara diubah atau dicabut dengan UU
Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Nomor 5063), omnibus law yang bersangkutan
Indonesia Nomor 5063); sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
238, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6841),
kecuali Pasal 30, Pasal 35, Pasal 60,
Pasal 106, Pasal 111, Pasal 182, Pasal
183, Pasal 187, Pasal 188, dan Pasal
197;
3007. d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun SUBSTANSI d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Sesuai dengan UU 13 Tahun 2022,
2009 tentang Rumah Sakit tentang Rumah Sakit (Lembaran bahwa UU omnibus law hanya dapat
(Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun diubah atau dicabut dengan UU
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran omnibus law yang bersangkutan
Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Nomor 5072); 5072), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 238, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6841), kecuali Pasal 17, Pasal
24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal
28, Pasal 29, Pasal 40, Pasal 54, dan
Pasal 62;
3008. SUBSTANSI BARU d1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun Menambahkan pencabutan UU
2013 tentang Pendidikan Kedokteran Pendidikan Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5434);
3009. e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun TETAP TETAP
2014 tentang Kesehatan Jiwa
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 185,

422
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5571);
dan
3010. f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun TETAP TETAP
2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
3011. g. Undang-Undang Nomor 38 Tahun TETAP TETAP
2014 tentang Keperawatan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
3012. h. Undang-Undang Nomor 6 Tahun TETAP TETAP
2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
6236); dan
3013. i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun TETAP TETAP
2019 tentang Kebidanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6325),
3014. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. TETAP TETAP

3015. Pasal 475 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan


Pada saat Undang-Undang ini mulai pemerintah mengenai substansi
berlaku, Organisasi Profesi yang telah organisasi profesi
berbadan hukum sebelum berlakunya
Undang-Undang ini tetap diakui
keberadaannya sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini dan harus
menyesuaikan dengan ketentuan
Undang-Undang ini dalam jangka waktu

423
paling lama 1 (satu) tahun terhitung
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
3016. Pasal 476 TETAP TETAP
Peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang ini harus ditetapkan paling lama
2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
3017. Pasal 477 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat harus melaporkan
pelaksanaan Undang-Undang ini kepada
Dewan Perwakilan Rakyat melalui alat
kelengkapan yang menangani urusan di
bidang legislasi paling lambat 3 (tiga)
tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.
3018. Pasal 478 TETAP TETAP
Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
3019. Agar setiap orang mengetahuinya, TETAP TETAP
memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
3020. Disahkan di Jakarta TETAP TETAP
pada tanggal …
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,

PRATIKNO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TAHUN… NOMOR…

424

You might also like