Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Bab 1

KONSEP RANGKAIAN LISTRIK

1.1 Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang konsep rangkaian listrik. Rangkaian listrik didefinisikan
sebagai kumpulan elemen atau komponen listrik yang memiliki terminal atau kutub paa
kedua ujungnya seperti resistor (R), induktor (L), kapasitor (C) dan sumber tegangan dan
atau sumber arus yang dihubungkan dengan cara tertentu (seri atau paralel) yang memiliki
paling sedikit satu lintasan tertutup (closed loop). Lintasan tertutup adalah lintasan yang
dimulai dari titik tertentu sebagai permulaan dan kembali ketitik tersebut tanpa terputus,
dengan mengacuhkan jarak lintasan.

Sebelum pembahasan rangkaian listrik, ada baiknya mengenal terlebih dahulu sistem-
sistem besaran dan satuan yang digunakan. Besaran dapat didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka atau nilai dan setiap
besaran pasti memiliki satuan. Contoh-contoh besaran dalam ilmu kelistrikan dan
elektronika seperti tegangan, arus listrik, hambatan, frekuensi dan daya listrik. Sedangkan
satuan dapat didefinisikan sebagai acuan yang digunakan untuk memastikan kebenaran
pengukuran atau sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Satuan ini
dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Unit. Contoh-contoh satuan dalam ilmu
kelistrikan dan elektronika seperti Ampere, Volt, Ohm, Joule, Watt, Farad dan Henry.

1.2 Sistem Satuan Internasional


Berikut adalah besaran dan satuan yang sering digunakan dalam ilmu kelistrikan dan
elektronika. Standar yang digunakan umumnya adalah Standar International (SI). Dalam
tabel 1.1 berikut dapat dilihat beberapa besaran dan satuan yang sering digunakan dalam
rangkaian listrik. Kemudian tabel 1.2 memuat awalan yang digunakan dalam satuan SI.

Tabel 1. 1. Besaran dan satuan kelistrikan

Besaran Satuan Simbol


Tegangan Volt V
Arus Listrik Ampere I
Hambatan/Resistansi Ohm Ω
Konduktansi Siemens G
Kapasitansi Farrad F
Induktansi Henry H
Muatan Listrik Coloumb C
Daya Listrik Watt P
Impedansi Ohm Ω
Frekuensi Hertz Hz
Energi Joule J

Frefix Simbol Desimal 10n


Terra T 1.000.000.000.000 1012
Giga B 1.000.000.000 109
Mega M 1.000.000 106
kilo K 1.000. 103
Null 1 100
Centi c 100 10-2
Mili M 1.000. 10-3
micro µ 1.000.000 10-6
Nano N 1.000.000.000 10-9
Pico p 1.000.000.000.000 10-12
Contoh penulisan satuan-satuan tersebut seperti berikut:
1kV = 1 kilo Volt = 1.000 Volt
1mA = 1 mili Ampere = 1/1000 Ampere atau 0,001 Ampere
1MΩ = 1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm
1µF = 1 micro Farad = 1/1.000.000 Farad

1.3 Arus Listrik


Arus listrik dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan muatan terhadap waktu
atau muatan yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (asal dari bahasa
Perancis: intensite), dengan kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan
tersebut bergerak maka akan muncul arus, namun jika muatan tersebut diam maka arus
pun akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang memepengaruhinya.
Muatan didefinisikan sebagai satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom.

Dalam teori atom modern dinyatakan bahwa atom terdiri dari partikel inti (proton
bermuatan (+) dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh muatan elektron (-). Pada
umumnya atom bermuatan netral. Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan
muatan negatif. Untuk mengukur muatan listrik dalam satuan SI digunakan coulomb.

Q = muatan konstan
q = muatan tergantung satuan waktu

muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb


1 coulomb = -6,24 x 1018 elektron

Arus secara matematis didefinisikan sebagai laju perubahan muatan terhadap perubahan
waktu dengan satuan Ampere. Dalam bentuk matematis dapat ditulis sebagai berikut,

dq
i=
dt
Secara teori rangkaian arus didefinisikan sebagai pergerakan muatan positif. Arah arus
positif mengalir dari potensial tinggi menuju potensial rendah, dan arah arus negatif
mengalir dari potensial rendah menuju potensial tinggi.

Arus searah/direct current (DC) didefinisikan sebagai arus yang mempunyai nilai tetap
atau konstan terhadap satuan waktu, artinya diaman pun kita meninjau arus tersebut
pada wakttu berbeda akan mendapatkan nilai yang sama. Sedangkan arus
bolak-balik/alternating current (AC) didefinisikan sebagai arus yang mempunyai nilai yang
berubah terhadap satuan waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda
waktu tertentu (mempunyai perioda waktu : T).

Gambar 1. 1. Gelombang perubahan arus (a). DC, (b). AC


1.4 Tegangan
Tegangan atau beda potensial (voltage) dapat didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan
untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen
dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub
akan mempunyai beda potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar
satu coulomb dari satu terminal ke terminal lainnya.

Tegangan secara matematis didefinisikan sebagai perubahan energi yang dikeluarkan


terhadap perubahan muatan listrik dengan satuan Volt. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut,
dw
v=
dq

Pada dua terminal/kutub apabila salah satunya memiliki potensial yang lebih tinggi
daripada yang lain, maka terjadi kemungkinan tegangan jatuh (voltage drop) atau tegangan
naik (voltage rise). Tegangan jatuh terjadi apabila potensial dipandang dari terminal lebih
rendah ke tinggi, dan tegangan naik terjadi apabila potensial dipandang dari terminal lebih
tinggi ke terminal lebih rendah.

1.5 Energi
Energi dapat didefinisikan sebagai sesuatu kerja pemindahan sesuatu dengan
mengeluarkan gaya sebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu tersebut
berpindah dengan selisih jarak satu meter. Dalam hukum kekekalan energi berlaku
dimana energi sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan, energi
hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Untuk menyatakan apakah
energi dikirim atau diserap tidak hanya polaritas tegangan tetapi arah arus juga
berpengaruh.

Dalam sudut pandang elemen/komponen, penyerapan energi terjadi jika arus positif
meninggalkan terminal positif menuju terminal elemen/komponen, dengan kata lain arus
positif menuju terminal positif elemen/komponen tersebut (Gambar 1.2.(a)). Apabila
pengiriman energi terjadi jika arus positif masuk terminal positif dari terminal
elemen/komponen, atau arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen
(Gambar 1.2.(b)).

Gambar 1. 2. Prinsip kerja aliran energi dalam rangkaian (a) Penyerapan energi, (b). Pengiriman
energi.

Energi definisikan sebagai penyerapan/pengiriman tegangan yang mengalir melalui


perubahan muatan yang dilewatinya, dengan satuan Joule. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut,

∆ w=v ∆ q
1.6 Daya
Daya dapat didefinisikan sebagai Daya sama dengan jumlah energi yang dihabiskan per
satuan waktu. Dalam sistem SI, satuan daya adalah joule per detik (J/s). Secara
matematis, daya adalah perubahan kerja terhadap perubahan muatan listrik dengan
satuan Watt. Daya dapat dituliskan sebagai berikut,
dw dw dq
P= = =vi
dq dq dt

1.7 Rangkaian Listrik


Rangkaian listrik dapat didefinisikan sebagai sambungan dari bermacam-macam elemen
listrik pasif seperti resistor, kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber
arus, dan saklar (switch). Pada umumnya rangkaian listrik merupakansusunan
elemen/komponen listrik secara seri maupun paralel.

Pada sub bab ini dibahas rangkaian listrik sederhana dengan hanya menggunakan resistor
sebagai elemen/komponen listrik, dan sumber tegangan DC.

A. Rangkaian Seri Resistor


Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun secara
berurutan. Dua buah resistor atau lebih apabila dirangkai secara seri maka nilai
hambatannya totalnya akan bertambah besar. Penyederhanaan rangkaian yang tersusun
seri dapat dilakukan dengan menggantikan resistor tersebut dengan sebuah resistor
tunggal yang ekivalen Req yang memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika
membawa arus I
yang sama. Tegangan jatuh pada R1 adalah IR1 dan tegangan jatuh pada R2 adalah IR2.
Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah jumlah tegangan yang jatuh pada masing-
masing resistor.

V =IR 1 + IR2=I ( R1 + R2 )
Sehingga

V
I=
R 1+ R 2
tegangan pada resistor R2 adalah:

V 2=IR 2=
( R V+ R ) R
1 2
2

atau:

R2
V 2=IR 2= V
R1+ R 2

Dengan membuat tegangan jatuh sama dengan IReq, diperoleh

Req =R1 + R2

resistansi ekivalen untuk N buah resistor yang terhubung seri adalah:

Req =R1 + R2 + R3 +⋯ + RN
Dimana :
Req = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
RN = Resistor ke-N
Gambar 1. 3. (a) kombinasi seri N buah resistor (b) rangkaian resistor

B. Rangkaian Paralel Resistor


Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
secara sejajar sehingga nilai Hambatan totalnya menjadi lebih kecil dari nilai Resistor
terkecil
yang membentuknya.

Sebuah rangkaian yang mengandung N buah resistor dalam hubungan paralel, seperti
terlihat pada gambar 1.4 akan menghasilkan arus total sama dengan jumlah arus dalam R 1
yaitu I1, arus yang melewati R2 yaitu I2 dan arus yang melewati resistor ke N yaitu I N, yang
ditulis dengan:

I =I 1+ I 2 + I 3 ⋯ + I N

Atau:
V V V V
I= = + + ⋯+
R eq R1 R2 RN

Arus yang mengalir melalui R2 adalah:

R1
I 2=I
R 1+ R 2

dan arus yang mengalir melalui R1 adalah:

R2
I 1=I
R 1+ R 2

Persamaan untuk mencari REq pada rangkaian parallel adalah:

1 1 1 1
= + + ⋯+
R eq R1 R2 RN
Gambar 1. 4. a) Rangkaian N buah resistor secara paralel, (b) Rangkaian

Untuk dua buah resistor yang tersusun secara paralel nilai resistansi ekivalennya adalah:

1
Req =
1 1
+
R1 R 2

Atau dalam bentuk yang lebih sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

R1 R 2
Req =
R 1+ R 2

C. Rangkaian Kombinasi

Rangkaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan
rangkaian paralel resistor, dan untuk menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan
cara menggabungkan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus
rangkaian paralel resistor.

Gambar 1. 5. Penyederhanaan rangkaian kombinasi; (a). Rangkaian kombinasi 3 Resistor, (b).


Penyederhanaan rangkaian bagian Resistor yang diparalelkan, (c). Resistor equivalen.

Untuk menghitung berapa nilai hambatan total (Rtotal) dari rangkaian campuran seperti
Gambar 1.5, langkah pertama adalah menghitung nilai hambatan pada rangkaian
paralelnya (R1 dan R2), baru kemudian menghitung rangkaian serinya (R p dan R3). Untuk
mempermudah penulisan rangkaian biasanya dibuat notasi simbol/lambang. Sebagai
lambang rangkaian seri biasanya ditandai dengan simbol plus (+), misal R 1 diseri dengan R2
maka dapat ditulis R1 + R2. Sedangkan lambang rangkaian paralel biasanya ditandai
dengan simbol dua garis (||), misal R1 diparalel dengan R2 maka dapat ditulis R 1 || R2.
Saat mencari hubungan antara masukan dan keluaran pada rangkaian yang telah
diketahui, misalkan mencari keluaran tegangan/arus ataupun menentukan energi/daya
yang dikirim.
Ada 2 cabang utama dari teori rangkaian (input, rangkaian, output):
1. Analisa rangkaian (rangkaian dan input untuk mencari output)
2. Sintesa rangkaian/desain (input dan output untuk mencari rangkaian)

1.8 Soal dan Penyelesaian


Rangkaian arus DC berisi 19 resistor yang disusun seperti ditunjukkan pada Gambar 1.6.
Hitung arus yang lewat dan jatuhnya voltase di setiap resistor dalam rangkaian ini.

Gambar 1. 6. Rangkaian kombinasi 19 Resistor.

Langkah-langkah penyelesaian
1. Penamaan komponen/elemen dalam rangkaian
Beri label semua bagian. Tandai arah arus melalui masingmasingresistor
(Gambar1.7). Resistansi ekuivalen dari kombinasi resistor paralel seri dapat
ditemukan dengan aplikasi berturut-turut dari aturan untuk menggabungkan
Resistor seri dan Resistor pararel.

2. Gabungkan Semua Resistor Seri


Dalam rangkaian seri, resistansi total atau ekuivalen REQS yang terlihat oleh
sumbernya sama dengan jumlah nilai resistor individual:

REQS = R1 + R2 + R3 + … + RN

Hitung rangkaian yang setara dengan Resistor yang dihubungkan secara seri di
bagian DE, CG, dan GF:
REQS (bagian DE) = R13 + R14 = 200 + 40 = 240Ω,
REQS (bagian CG) = R7 +R8 = 200 + 400 = 600Ω, dan
REQS (bagian GF) = R10 + R11 = 400 + 200 = 600Ω.

Ganti elemen seri yang termasuk dalam bagian DE, CG, dan GF dengan nilai
equivalensinya (Gambar 1.8).

3. Gabungkan semua Resistor paralel


Dalam kasus rangkaian paralel dari dua resistor yang tidak sama secara paralel,
resistansi total atau ekuivalen REQP dapat dihitung sebagai berikut:

REQP = R1|| R2 = R1. R2 /(R1 . R2).

Resistansi paralel setara selalu kurang dari yang lebih kecil dari dua resistor.
Pada bagian CG, R5||R6 = (1000 . 1500) / (1000 + 1500) = 600Ω.
Bagian CG sekarang terdiri dari dua Resistor 600Ω secara paralel.

Gambar 1. 7. Penamaan Resistor dalam rangkaian

Dalam kasus rangkaian resistansi N yang sama secara paralel, resistansi total atau
ekuivalen, REQP dapat ditentukan dari persamaan berikut: REQP = R/N, di mana R adalah
resistansi masing-masing resistor paralel dan N adalah jumlah Resistor terhubung secara
paralel. Untuk bagian CG, RCG = 600/2 = 300Ω; untuk bagian BC, RBC = 100/3 =33
!
"
Ω ; untuk bagian EF, REF =
104/2 = 52Ω; untuk bagian GF, RGF = 600/2 = 300Ω.
Dalam rangkaian tiga atau lebih resistor yang tidak sama
secara paralel, resistansi total atau ekuivalen REQP sama dengan
kebalikan dari jumlah timbal balik dari nilai resistansi individual:
REQP = 1 /(1 /R1 1 /R2 1 /R3 1 /RN).
Resistansi paralel setara selalu kurang dari nilai terkecil
resistor dalam kombinasi paralel. Hitung daya tahan ekuivalen
elemen yang dihubungkan secara paralel di bagian DE:
R15 ||R16 ||R17 = 1/(1/100 + 1/200 + 1/600) = 60Ω.
Hitung RDE: 240 || 60 = (240).(60) / (240 + 60) = 48Ω.

1.9 Soal-Soal Latihan


1. Tentukan hambatan total pengganti dalam rangkaian berikutini:

Total Hambatan penggantinya RT = 10Ω.

2. Tentukan Req dari rangkaian berikut ini:

Req = 14.4Ω.

3. Tentukan nilai arus i pada rangkaian berikut ini:

i = (3 )/2A.

4. Perhatikan gambar dibawah ini dan Hitung Resistasi Total dan Arus Yang mengalir.
Resistansi Total RT = 10Ω dan Arus yang mengalir IT = 0,5A.

5. Perhatikanlah gambar rangkaian berikut ini:

Tentukanlah:
(a). Hambatan Pengganti (RT)
(b). Arus Total
(c). Kuat Arus Pada Masing-masing Resistor
(d). Tegangan pada masing-masing resistor

(a). RT = 6Ω
(b). IT = 2A
(c). I1 = 2A I2 = 1.33A I3 = 0.67A
(d). V1 = 8V V2 = 4V V3 = 4V

You might also like