This document contains a student's answers to questions on Pancasila values and religious tolerance. The student discusses challenges facing youth in upholding Pancasila, causes for diminishing values during the Reform Era, misuse of technology against Pancasila, and solutions like early citizenship education and enforcing laws against intolerant acts. The student advocates for tolerance between all religions and emphasizes humanity and justice as core to Pancasila and preventing attacks on minority faiths.
This document contains a student's answers to questions on Pancasila values and religious tolerance. The student discusses challenges facing youth in upholding Pancasila, causes for diminishing values during the Reform Era, misuse of technology against Pancasila, and solutions like early citizenship education and enforcing laws against intolerant acts. The student advocates for tolerance between all religions and emphasizes humanity and justice as core to Pancasila and preventing attacks on minority faiths.
This document contains a student's answers to questions on Pancasila values and religious tolerance. The student discusses challenges facing youth in upholding Pancasila, causes for diminishing values during the Reform Era, misuse of technology against Pancasila, and solutions like early citizenship education and enforcing laws against intolerant acts. The student advocates for tolerance between all religions and emphasizes humanity and justice as core to Pancasila and preventing attacks on minority faiths.
This document contains a student's answers to questions on Pancasila values and religious tolerance. The student discusses challenges facing youth in upholding Pancasila, causes for diminishing values during the Reform Era, misuse of technology against Pancasila, and solutions like early citizenship education and enforcing laws against intolerant acts. The student advocates for tolerance between all religions and emphasizes humanity and justice as core to Pancasila and preventing attacks on minority faiths.
1. Tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara bagi
generasi muda a. Generasi muda rentan mengalami dampak dari globalisasi, yaitu akulturasi berupa pemodifikasian budaya luar dengan budaya yang kita miliki. Akulturasi yang terjadi ini diakibatkan dengan budaya asing yang dapat masuk dengan mudah melalui media sosial yang kini digunakan oleh generasi- generasi muda (Hidayat & Anggraeni, 2021, p. 51) b. Sikap apatis oleh para remaja yang lahir setelah era reformasi, tidak peduli pada penerapan nilai-nilai pancasila, dan merupakan nilai-nilai luhur dari pancasila itu sendiri (Budiwibowo, 2016) c. Belum terjaminnya pluralisme agama dan monopoli klaim kebenaran pada umat beragama di Indonesia. Hanya pemeluk agama tertentu yang mendapat pluralisme ini (Anggita, Aldona, Pratiwi, Galang , & Aryo)
2. Pandangan kami tentang penyebab memudarnya nilai-nilai Pancasila pada Era Reformasi a. Sikap apatis adalah salah satu sikap yang tidak mencerminkan Pancasila pada Era Reformasi ini. Menurut pandangan dari orang-orang ini, bersikap apatis adalah suatu hal mudah untuk menyatakan bahwa mereka tidak berada pada pihak manapun atau “netral”. Sikap ini tentu saja tidak sesuai dengan nilai- nilai Pancasila yang menolak sikap apatisme dan bersikap nasionalis dan demokratis. Sikap apatis ini didapatkan melalui ketidak pedulian masyarakat terhadap sekitarnya dan hanya menganggap bahwa dunia mereka terus berputar tanpa melibatkan orang lain disana. Kurangnya contoh sikap yang benar dari orang-orang disekitarnya serta orang-orang yang berpengaruh tentu saja menjadi penyebab awal dari sikap apatisme ini. Berawal dari pemerintah Indonesia yang menjadi otoriter pada masa Orde Baru dan demonstrasi mahasiswa tahun 1998, sikap apatis ini kemudian merajalela, menganggap bahwa dunia tidak akan berubah jika pun mereka berhenti menjadi apatis.
3. Pandangan mengenai penyalahgunaan ilmu dan teknologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila a. Pandangan saya mengenai tantangan ini tentu saja didapat dari kejadian- kejadian yang terjadi disekitar saya sebagai salah satu pengguna teknologi, khususnya internet. Akses yang sangat mudah dan efisien membuatnya sangat mudah dijangkau, bahkan oleh anak-anak yang masih belia, yang masih membutuhkan bimbingan orang tuanya dalam penggunaan sosial media. Penyebaran hoax atau informasi palsu adalah contoh yang palling sering terjadi di dunia maya pada saat ini yang dapat menyebabkan kesalahpahaman. Penggunaan gadget yang terlalu banyak juga menjadi salah satu masalah yang dialami oleh generasi muda. Proses akulturasi yang menjadi semakin cepat akibat adanya globalisasi ini membuat para generasi muda lupa akan rasa nasionalis dan kebudayaan yang mereka miliki.
4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai Ketuhanan dalam Sila Pancasila sebagai keadilan bagi sesama anak bangsa ini a. Pembelajaran kewarganegaraan sedini mungkin agar anak-anak dapat mengerti dan mentolerir perbedaan sejak dini dan menerapkannya ketika mereka sudah beranjak besar. b. Tidak membeda-bedakan dan mengagung-agungkan agama tertentu. Seluruh 6 agama yang ada di Indonesia adalah sama di mata hukum dan tidak ada yang lebih tinggi derajatnya satu sama lain. Maka dari itu, tidak ada peraturan dan toleransi tertentu pada agama tertentu. c. Tidak ada agama yang buruk maupun jahat, seluruhnya baik, maka dari itu memberantas dan menahan oknum-oknum pengadu domba agama tertentu dan membuat pernyataan mengenai kesalahan mereka serta tidak memberikan toleransi yang ringan bagi oknum pengadu domba tersebut. d. Memperkuat hukum mengenai kejahatan umat beragama yang menyerang agama tertentu, menuduh, serta memberi sanksi tegas bagi mereka yang merugikan agama tertentu. Ini bisa mengurangi kejahatan yang menyerang agama tertentu. e. Aplikasikan Pancasila pada kegiatan-kegiatan kecil disekitar kita, seperti menghormati mereka yang sedang berpuasa, yang sedang merayakan hari penting tertentu. Ini merupakan langkah yang baik dalam mengimplementasikan Pancasila pada tingkatan yang paling mudah, yaitu pada lingkungan di sekitar kita.
5. Analisis berdasarkan teori tentang nilai-nilai toleransi antar Umat Beragama a. Program kerja dari beberapa kepala daerah dalam artikel yang dicantumkan sudah sangat tepat dan dengan mengedepankan sikap toleransi antar umat beragama di daerahnya masing-masing. Belajar dari meledaknya bom di sebuah gereja di Makassar, para kepala daerah ini tentu bergerak dengan sangat hati-hati akan kejadian yang sama tidak terulang lagi. Disamping sikap toleransi, para kepala daerah ini juga turut mengedepankan nilai-nilai keadilan sosial yang mencakup kebebasan berekspresif dan mengemukakan pendapat mereka tanpa mengurangi sikap hormat dan toleran kepada umat beragama lainnya. Ini dapat mengurangi radikalisme dan ekstrimisme yang ingin dicegah dan diminimalisir pemahamannya.
6. Solusi mengenai kasus tersebut berdasarkan teori tentang sikap kemanusiaan yang berkeadilan dan berkeadaban a. Sebagai manusia yang mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, umat beragama harus menghormati dan menghargai sikap toleran dan serta agama yang dipeluk oleh orang lain selain mereka. Jelasnya, sebagai sama-sama yang memiliki kepercayaan, manusia semestinya menghargai serta tidak menyerang kepercayaan manapun selagi itu tidak merugikan mereka. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk menjadi jahat. Penyerangan antar umat agama masih cukup sering terjadi dan memakan korban, tidak seharusnya umat-umat beragama ini diserang dengan sangat tidak manusiawi hanya karena mereka memeluk agama minoritas. Beberapa solusi yang bisa diberikan adalah: - Kepala daerah yang belum memiliki program kerja seperti kasus yang disebutkan diatas secepatnya membuat dan menjalankan program kerja yang mengedepankan sikap toleransi dan kemanusiaan antar umat beragama yang ada di Indonesia. - Memperkuat sistem hukum yang melanggar sikap-sikap intoleran dan diskriminatif yang bersifat merusak dan menyakiti manusia secara fisik dan mengusutnya hingga tuntas agar tidak terjadi penyerangan yang serupa di masa yang akan datang. - Pembelajaran secara dini mengenai sikap-sikap kemanusiaan sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila yang ada sehingga dapat diimplementasikan ketika mereka dewasa dan menghasilkan generasi baru yang toleran serta mengedepankan sikap kemanusiaan.