Character Building Pancasila

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

CHARACTER BUILDING PANCASILA

NAMA: CALISTA CHERRYL JIU


NIM: 2540122350
KELAS: LA66

1.     Tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara bagi


generasi muda
a.     Generasi muda rentan mengalami dampak dari globalisasi, yaitu akulturasi
berupa pemodifikasian budaya luar dengan budaya yang kita miliki.
Akulturasi yang terjadi ini diakibatkan dengan budaya asing yang dapat masuk
dengan mudah melalui media sosial yang kini digunakan oleh generasi-
generasi muda (Hidayat & Anggraeni, 2021, p. 51)
b.     Sikap apatis oleh para remaja yang lahir setelah era reformasi, tidak peduli
pada penerapan nilai-nilai pancasila, dan merupakan nilai-nilai luhur dari
pancasila itu sendiri (Budiwibowo, 2016)
c.     Belum terjaminnya pluralisme agama dan monopoli klaim kebenaran pada
umat beragama di Indonesia. Hanya pemeluk agama tertentu yang mendapat
pluralisme ini (Anggita, Aldona, Pratiwi, Galang , & Aryo)
 
2.     Pandangan kami tentang penyebab memudarnya nilai-nilai Pancasila pada Era
Reformasi
a.     Sikap apatis adalah salah satu sikap yang tidak mencerminkan Pancasila pada
Era Reformasi ini. Menurut pandangan dari orang-orang ini, bersikap apatis
adalah suatu hal mudah untuk menyatakan bahwa mereka tidak berada pada
pihak manapun atau “netral”. Sikap ini tentu saja tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila yang menolak sikap apatisme dan bersikap nasionalis dan
demokratis. Sikap apatis ini didapatkan melalui ketidak pedulian masyarakat
terhadap sekitarnya dan hanya menganggap bahwa dunia mereka terus
berputar tanpa melibatkan orang lain disana. Kurangnya contoh sikap yang
benar dari orang-orang disekitarnya serta orang-orang yang berpengaruh tentu
saja menjadi penyebab awal dari sikap apatisme ini. Berawal dari pemerintah
Indonesia yang menjadi otoriter pada masa Orde Baru dan demonstrasi
mahasiswa tahun 1998, sikap apatis ini kemudian merajalela, menganggap
bahwa dunia tidak akan berubah jika pun mereka berhenti menjadi apatis. 
 
3.     Pandangan mengenai penyalahgunaan ilmu dan teknologi yang bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila
a.     Pandangan saya mengenai tantangan ini tentu saja didapat dari kejadian-
kejadian yang terjadi disekitar saya sebagai salah satu pengguna teknologi,
khususnya internet. Akses yang sangat mudah dan efisien membuatnya sangat
mudah dijangkau, bahkan oleh anak-anak yang masih belia, yang masih
membutuhkan bimbingan orang tuanya dalam penggunaan sosial media.
Penyebaran hoax atau informasi palsu adalah contoh yang palling sering
terjadi di dunia maya pada saat ini yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
Penggunaan gadget yang terlalu banyak juga menjadi salah satu masalah yang
dialami oleh generasi muda. Proses akulturasi yang menjadi semakin cepat
akibat adanya globalisasi ini membuat para generasi muda lupa akan rasa
nasionalis dan kebudayaan yang mereka miliki. 
 
4.     Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai Ketuhanan dalam
Sila Pancasila sebagai keadilan bagi sesama anak bangsa ini
a.     Pembelajaran kewarganegaraan sedini mungkin agar anak-anak dapat
mengerti dan mentolerir perbedaan sejak dini dan menerapkannya ketika
mereka sudah beranjak besar. 
b.     Tidak membeda-bedakan dan mengagung-agungkan agama tertentu. Seluruh
6 agama yang ada di Indonesia adalah sama di mata hukum dan tidak ada yang
lebih tinggi derajatnya satu sama lain. Maka dari itu, tidak ada peraturan dan
toleransi tertentu pada agama tertentu. 
c.     Tidak ada agama yang buruk maupun jahat, seluruhnya baik, maka dari itu
memberantas dan menahan oknum-oknum pengadu domba agama tertentu dan
membuat pernyataan mengenai kesalahan mereka serta tidak memberikan
toleransi yang ringan bagi oknum pengadu domba tersebut. 
d.     Memperkuat hukum mengenai kejahatan umat beragama yang menyerang
agama tertentu, menuduh, serta memberi sanksi tegas bagi mereka yang
merugikan agama tertentu. Ini bisa mengurangi kejahatan yang menyerang
agama tertentu.
e.     Aplikasikan Pancasila pada kegiatan-kegiatan kecil disekitar kita, seperti
menghormati mereka yang sedang berpuasa, yang sedang merayakan hari
penting tertentu. Ini merupakan langkah yang baik dalam
mengimplementasikan Pancasila pada tingkatan yang paling mudah, yaitu
pada lingkungan di sekitar kita. 
 
5.     Analisis berdasarkan teori tentang nilai-nilai toleransi antar Umat Beragama
a.     Program kerja dari beberapa kepala daerah dalam artikel yang dicantumkan
sudah sangat tepat dan dengan mengedepankan sikap toleransi antar umat
beragama di daerahnya masing-masing. Belajar dari meledaknya bom di
sebuah gereja di Makassar, para kepala daerah ini tentu bergerak dengan
sangat hati-hati akan kejadian yang sama tidak terulang lagi. Disamping sikap
toleransi, para kepala daerah ini juga turut mengedepankan nilai-nilai keadilan
sosial yang mencakup kebebasan berekspresif dan mengemukakan pendapat
mereka tanpa mengurangi sikap hormat dan toleran kepada umat beragama
lainnya. Ini dapat mengurangi radikalisme dan ekstrimisme yang ingin dicegah
dan diminimalisir pemahamannya. 
 
6.     Solusi mengenai kasus tersebut berdasarkan teori tentang sikap kemanusiaan yang
berkeadilan dan berkeadaban
a.     Sebagai manusia yang mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, umat beragama
harus menghormati dan menghargai sikap toleran dan serta agama yang
dipeluk oleh orang lain selain mereka. Jelasnya, sebagai sama-sama yang
memiliki kepercayaan, manusia semestinya menghargai serta tidak menyerang
kepercayaan manapun selagi itu tidak merugikan mereka. Tidak ada agama
yang mengajarkan umatnya untuk menjadi jahat. Penyerangan antar umat
agama masih cukup sering terjadi dan memakan korban, tidak seharusnya
umat-umat beragama ini diserang dengan sangat tidak manusiawi hanya
karena mereka memeluk agama minoritas. Beberapa solusi yang bisa
diberikan adalah:
-       Kepala daerah yang belum memiliki program kerja seperti kasus yang
disebutkan diatas secepatnya membuat dan menjalankan program kerja
yang mengedepankan sikap toleransi dan kemanusiaan antar umat
beragama yang ada di Indonesia. 
-       Memperkuat sistem hukum yang melanggar sikap-sikap intoleran dan
diskriminatif yang bersifat merusak dan menyakiti manusia secara fisik
dan mengusutnya hingga tuntas agar tidak terjadi penyerangan yang serupa
di masa yang akan datang.
-       Pembelajaran secara dini mengenai sikap-sikap kemanusiaan sesuai
dengan nilai-nilai dan norma Pancasila yang ada sehingga dapat
diimplementasikan ketika mereka dewasa dan menghasilkan generasi baru
yang toleran serta mengedepankan sikap kemanusiaan.

You might also like