Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Keharmonisan Keluarga dan Psychological well-being Ayah, Ibu dan Anak

Berdasarkan Bentuk Keluarga


.

Mega Primaswari1, Wiwien Dinar Pratisti2, Daliman3


Univesitas Muhammadiyah Surakarta1,Universitas Muhammadiyah Surakarta2, Universitas
Muhammadiyah Surakarta3
megaprimaswari23@gmail.com1 , wiwien.pratisti@ums.ac.id2

Abstract. Covid-19 has changed human activities. Especially the way people work,
school, and socialize. It makes family members , including the father, mother, and
children, do their assignments inside the house. The situation at home has an issue to
affect the condition of each family member. In Indonesia, there was has some types of
families. Family types in Indonesia that are commonly found are the nuclear family and
extended family. Differences in family types are suspected to make different perceptions
among family members, but this statement has not been tested empirically. This study
aims to examine the difference between family member perception of family harmony
and psychological well-being in terms of family types. the subject of this study is 10
families who are lived in J and K urban-village. The sampling technique in the study is
purposive sampling. Data analysis that has been used for the study is a comparison that
was tested using the Kruskal Wallis analysis method assisted by the SPSS v22.0 data
analysis application. The result of the study is there are no significant differences
between family member’s perceptions of family harmony and psychological well-being
in terms of family types.

Keywords: Individual differences; Family; family harmony; family type; psychological


well-being.

Abstrak. Dampak dari pandemi Covid-19 membuat manusia harus melakukan


perubahan dalam rutinitasnya. Hal tersebut tak terkecuali membuat anggota keluarga
juga harus melakukan aktivitas di dalam rumah, sehingga keadaan di rumah diduga
mempengaruhi keadaan masing-masing anggota keluarga. Salah satu yang
mempengaruhi psychological well-being seorang individu ketika dituntut harus selalu
berada dirumah adalah keharmonisan keluarga. Bentuk keluarga di Indonesia cukup
beragam, ada keluarga yang tinggal bersama dengan keluarga inti (nuclear family) dan
keluarga besar (extended family). Adanya perbedaan bentuk keluarga diduga dapat
menjadi perbedaan persepsi anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Namun hal tersebut belum terbukti secara empiric pada keluarga yang tinggal di
daerah kelurahan J dan kelurahan K. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan
persepsi keharmonisan keluarga dan psychological wellbeing anggota keluarga
ditinjau dari bentuk keluarga. Penelitian ini melibatkan 10 keluarga yang tinggal di
kelurahan J dan kelurahan K dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 sedang menjadi kesejahteraan psikologis seseorang (Ryff,


permasalahan di dunia, tak terkecuali di 2013).
Indonesia. Dalam usaha menekam
persebaran virus, pemerintah Kondisi yang tidak menentu serta
mengeluarkan beberapa kebijakan untuk serta adanya kondisi yang sulit secara
masyarakat. Physical distancing, mencuci ekonomi pada umumnya akan berdampak
tangan, memakai masker, isolasi, secara psikis, tertama bagi tulang
karantina, himbauan untuk berada punggung keluarga. Namun keadaan yang
dirumah, pembatasan aktivitas diluar sulit tidak dirasakan karena adanya rasa
rumah, pembatasan perjalanan jarak jauh, nyaman dari hadirnya pasangan sebagai
tidak mengizinkan untuk melakukan inti munculnya kesejahteraan psikologis
aktivitas kelompok atau berkumpul di dari ayah (Sari, 2015) Covid-19
keramaian, penutupan tempat umum berdampak pada orang dewasa, yaitu
seperti sekolah, kantor, dan restoran menurunnya kondisi pertumbuhan dan
(Isella, Suarca, dan Sari, 2021) Kebijakan tujuan dalam hidup (López dkk, 2020;
dan peraturan tersebut merubah rutinitas Meléndez dkk, 2019). Munculnya
banyak orang. Kebijakan yang dikeluarkan gangguan psikologis seperti depresi dan
pemerintah membuat rumah menjadi pusat ansietas menandakan memburuknya
kehidupan keluarga. Hal tersebut tentu psychological well-being individu.
membutuhkan usaha untuk beradaptasi Memburuknya psychological well-being
dengan situasi yang baru. Selama pandemi berbanding terbalik dengan survei yang
rumah beralih fungsi menjadi kantor dan diadakan oleh BPS pada tahun 2021 yang
sekolah sekaligus tempat tinggal. ditujukan 75.000 rumah tangga yang
Terbatasnya ruang gerak ketika di rumah tersebar di 34 provinsi di Indonesia
membuat seluruh anggota keluarga menunjukkan bahwa indeks kebahagiaan
mengetahui permasalahan yang dialami Indonesia naik sebesar 0.80 persen. Pada
satu anggota keluarga. indeks kebahagiaan yang diukur oleh BPS
dimensi yang paling tinggi adalah aspek
Keadaan psikis yang berubah juga keharmonisan keluarga.
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang
terdampak pandemic Covid-19. Tidak Kultur di Indonesia memiliki
sedikit terjadi pemutusan hubungan kerja kecenderungan untuk berkumpul bersama
Perubahan situasi yang sangat signifikan dengan anak maupun kerabat dekat. Hal
tentunya mempengaruhi keadaan psikis tersebut seperti sensus yang dilakukan oleh
pada masing-masing anggota keluarga. BPS (2017) bahwa lansia memiliki
Ketika pandemi berlangsung, muncul cenderung tinggal bersama keluarga besar
beberapa gangguan kesehatan mental bersama tiga generasi dari keluarganya.
berupa perubahan emosi dan perilaku, Sehingga, ketika di Indonesia tipe keluarga
depresi, ansietas dan peningkatan screen berupa extended family bukan merupakan
time (Isella, Suarca, dan Sari, 2021). hal yang asing. Lansia yang tinggal
Meningkatnya penggunaan media sosial bersama dengan keluarga besarnya
dan smartphone dapat mempengaruhi cenderung memiliki psychological well-
being yang tinggi (Angelita dkk, 2017).
Wawancara data awal dengan Hal tersebut di kemukakan oleh Distina &
kader PKK, ketua RT, karang taruna, dan Kumail ( 2019) mengungkapkan dimensi
perangkat desa yang dilakukan di yang baik untuk mencegah depresi adalah
kecamatan L kota Surakarta ditemukan penerimaan diri, kemandirian, hubungan
informasi permasalahan kerap muncul yang positif, tujuan hidup, pengendalian
antara lain keamanan lingkungan, lingkungan dan pertumbuhan pribadi yang
pergaulan remaja hingga hamil di luar ada pada psychological well-being jika
nikah, banyaknya anak kecil yang kurang dikembangkan dapat menjadi cara
beraktivitas fisik karena bermain gawai, pengurangan resiko gangguan depresi.
serta komunikasi antara orang tua dan anak
yang kurang harmonis. Kondisi antara Pada masa pandemi Covid-19,
indeks kebahagian yang menjadikan seseorang yang meningkatkan
dimensi keharmonisan keluarga sebagai kesejahteraan psikologis memiliki
salah satu faktor penentu ternyata kurang imunitas yang lebih baik (Sa’diyah &
sesuai ketika ditemui di lapangan. Amirudin, 2020). Dampak yang
ditimbulkan ketika kurang memperhatikan
Kondisi yang riil ini sesuai dengan psychological well-being ada dampak
beberapa penelitian yaitu kecenderungan langsung bagi orang tua maupun dampak
kesehatan mental yang memburuk tidak langsung. Selain orang tua, anak juga
sehingga anggota keluarga lebih banyak terkena dampak dari psychological
menunjukkan emosi negatif (kecemasan, wellbeing yang tidak terjaga. Sehingga
kekhawatiran, kesedihan dan kebosanan). Dampak tidak langsungnya yaitu
Orang tua juga berisiko mengalami agresifitas anak akan meningkat ketika
depresi. Memburuknya kesejahteraan psychological well-being orangtua tidak
mental disebabkan oleh beberapa faktor, baik karena keharmonisan keluarga tidak
yaitu:Masalah kesehatan keluarga, tidak baik. Selain itu, memburuknya
merasa terhubung dengan teman dan psychological well-being juga berpengaruh
keluarga, kekhawatiran keuangan, dalam meningkatnya resiko gangguan
kehilangan pekerjaan, kekhawatiran depresi.
keluarga tentang kelangsungan hidup di
masa depan (Gadermann et al., 2020). Psychological well-being
Selain itu, Adanya Kebijakan didefnisikan sebagai tingkat
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memaksa kesejahteraan seseorang ditinjau dari
orang tua untuk mendampingi anaknya perspektif kesehatan psikologi yang
selama pandemi. Hal ini meningkatkan positif. Kekuatan dan sumber daya
kejadian masalah kesehatan mental pada manusia yang dimiliki untuk mengatasi
orang tua (Brown, Doom, Pena, berbagai tantangan kehidupan secara
Watamura, & Kopples, 2020; M. F. optimal merupakan indikator kesehatan
Hidayat & Adri, 2021; Kurniati, Alfaeni, psikologis manusia (Ryff & Keyes, 2014);
& Andriani, 2021). Kesehatan mental Compton & Hoffman, 2013). Huppert
sangat berkaitan dengan gangguan (dalam Harjanti, 2021). Penelitian terkait
kesehatan mental, contohnya depresi. keharmonisan keluarga dan psychological
Psychological well-being memiliki peran wel-being telah dilakukan oleh beberapa
penting dalam pencegahan resiko depresi. peneliti lain (Munandar, Purnamasari
&Peristianto, 2020; Wulansari & (Gunarsa dalam Mukaromah, Selviana &
Setiawan, 2019; Thomas dkk, 2017; Mijayanti, 2022). Didalam keluarga
Djabumir, 2016) penelitian yang sudah ada keharmonis dibutuhkan suasana yang
lebih banyak meneliti pada ruang lingkup penuh perhatian, hangat dan kasih sayang
keluarga yang telah berpisah, single agar fungsi ekspresif dalam keluarga
parents, serta anggota keluarga. berjalan. Sehingga secara umum
keharmonisan keluarga adalah suasana
Pada masing-masing keluarga tentu yang didalamnya terdapat kesadaran orang
memiliki keadaan yang berbeda-beda pula. tua yang mengedepankan hubungan antar
Baik secara status ekonomi maupun pribadi yang baik, saling menghargai,
struktur dalam keluarga. Untuk dapat saling pengertian, saling terbuka dan
harmonis, keluarga harus berfungsi dengan bercirikan kasih sayang, dan yang
baik. didalamnya termasuk kegiatan pendidikan
Kesejahteraan psikologis yang baik yang dapat dilaksanakan secara efektif dan
dipengaruhi oleh individu yang memiliki mendukung kreativitas. tentang kehidupan
keberfungsian keluarga yang baik, keluarga yang harmonis (Cahyani, 2016).
sehingga memiliki hubungan yang positif. Keharmonisan keluarga terbangun
(Djabumir, 2016). Status ekonomi juga ketika anggota keluarga dapat menerapkan
mempengaruhi psychological well-being sikap yang harmonis dan seimbang.
seseorang. Seperti penelitian yang telah Anggota keluarga dapat memenuhi
dilakukan oleh Apsaryanthi & Lestari kebutuhan orang lain dan memenuhi
(2017) Ketika bekerja, ibu yang menjadi kebutuhan mereka (Chales dalam Putri,
wanita karir akan merasa aman karena Neviyarni, & Syukur, 2019). Kurangnya
memiliki pemasukan sendiri, hal tersebut keharmonisan keluarga memiliki beberapa
membuat kesejahteraan psikologis ibu dampak bagi anggota keluarga. Remaja
bekerja lebih baik daripada ibu tidak yang kurang memiliki keharmonisan
bekerja. Beberapa penelitian diatas rumah tangga memiliki kecenderungan
menunjukkan bahwa status sosial ekonomi untuk bertindak agresif (Arintina &
dapat mempengaruhi psychological well- Fauziah, 2015). Keluarga yang harmonis
being. juga memberikan dampak lain pada anak,
Status sosial ekonomi juga yaitu keluarga yang harmonis akan
memiliki peran di dalam keharmonisan membentuk konsep diri dan positif pada
keluarga (Gunarsa dalam Cahyani, 2016). remaja (Hadi & Rusmawati, 2019).
Ketika keadaan ekonomi memburuk maka Menurut latar belakang yang telah
tulang punggung keluarga akan merasa dipaparkan, belum ada yang membahas
cemas dan khawatir, sehingga berdampak mengenai perbedaan psychological well-
pada munculnya emosi negatif yang akan being anggota keluarga yang tinggal di
dilampiaskan pada anggota keluarga yang bentuk keluarga inti maupun keluarga
lain (Rochim & Asy’ari, 2021). besar. Selain melihat perbedaan
Keharmonisan keluarga memiliki psychological well-being, penelitian ini
definisi adanya keadaan yang seimbang juga melihat perbedaan keharmonisan
dan serasi didalam suatu keluarga keluarga anggota keluarga baik yang
tinggal di keluarga inti maupun keluarga Penelitian ini menggunakan
besar. metode kuantitatif non-eksperimen untuk
melihat perbedaan antara variabel
METODE PENELITIAN tergantung, yaitu keharmonisan keluarga
Penelitian ini menggunakan tiga dengan variabel bebas, psychological
variabel yaitu tipe keluarga sebagai wellbeing pada ayah, ibu, dan anak.
variabel bebas atau independent variable Metode pengumpulan data dalam
(X), psychological wellbeing dan penelitian ini menggunakan skala yaitu
keharmonisan keluarga sebagai variabel skala keharmonisan keluarga FHS-24 yang
tergantung atau dependent variable (Y). telah diterjemahkan dalam Bahasa
Keharmonisan keluarga pada penelitian ini Indonesia oleh Fauziah dkk (2021). Skala
di definisikan sebagai keadaan yang ini dipergunakan untuk meneliti keluarga
dicapai apabila suatu keluarga telah yang diwakili oleh suami istri. Skala ini
memenuhi ciri-ciri atau indikator sebagai mempunyai validitas 0,62-0,86 serta
keluarga harmonis seperti adanya memiliki reliabilitas sebesar 0.94. Skala
komunikasi yang hangat, seimbang dan yang dikembangkan oleh Kavikondala
serasi, adanya pemenuhan kebutuhan pada (2016) mempunyai 5 aspek, yaitu
masing-masing anggota keluarga, serta komunikasi, resolusi, konflik, kesabaran
adanya keceriaan serta kasih sayang antar (forbearance),identitas, dan waktu yang
anggota keluarga. Psychological wellbeing berkualitas. Skala ini berisikan 24 item
di definisikan sebagai kekuatan dan dengan model skala likert dengan lima
sumber daya manusia yang dimiliki untuk pilihan.
mengatasi berbagai tantangan kehidupan
secara optimal merupakan indikator Pengukuran psychological well-
kesehatan psikologis manusia. being menggunakan psychological well-
Psychological wellbeing yang dimiliki being scale yang di adaptasi dalam Bahasa
oleh masing-masing anggota keluarga Indonesia oleh Eva dkk (2020) yang
mempengaruhi komunikasi antar anggota dipergunakan untuk mahasiswa berusia
yang berdampak pada keharmonisan dewasa. Skala mempunyai koefisien
keluarga. Sedangkan tipe bentuk keluarga reliabilitas skala sebesar 0,0.780 dan
adalah bentuk keluarga yang ditinjau dari validitas sebesar 0,306-0,723. Skala yang
jumlah anggota keluarga. dikembangkan oleh Ryff & Singer (2006)
mempunyai enam dimensi, yaitu
Penelitian dilakukan di wilayah penerimaan diri (self-acceptance),
Kecamatan L khususnya di kelurahan K pertumbuhan pribadi (personal growth),
dan kelurahan L dengan populasi yang tujuan hidup (life goal), penguasaan
dilibatkan adalah keluarga yang tinggal di lingkungan (environmental mastery)
kelurahan K dan kelurahan J. Sampel kemandirian (independence) dan hubungan
diambil menggunakan teknik purposive dengan orang lain (positive relationships
sampling, yaitu teknik penentuan sampel with others). Skala ini disusun berdasarkan
dengan pertimbangan tertentu . Teknik ini skala likert, dengan 7 pilihan yang terdiri
sesuai dengan penelitian kuantitatif yang dari 18 butir pernyataan.
tidak melakukan generalisasi.
Pengukuran tipe keluarga teknik analisis ini, uji asumsi tidak lagi
menggunakan kuesioner tertutup dengan menjadi uji prasyarat sebelum melakukan
pilihan jawaban. analisis. Artinya, meskipun data penelitian
tidak normal dan tidak melakukan
Analisis data yan digunakan dalam randomisasi dalam sampling maka analisis
penelitian ini adalah Uji Kruskal Wallis. masih dapat dilakukan. Tahap analisis ini
Teknik ini digunakan untuk menguji dibantu perhitungan statistika
populasi yang berjumlah tiga atau lebih. menggunakan SPSS v. 26.0.
Kruskall-wallis dapat menjadi alternatif
untuk analisis satu arah apabila uji HASIL DAN PEMBAHASAN
normalitas tidak terpenuhi. Berdasarkan

Susanti (2018) menyebutkan ada hubungan


antara kecemasan keluarga saat
Hasil analisis data menggunakan
menghadapi kekambuhan klien ODGJ .
uji Kruskall Wallis menunjukkan tidak
pada penelitian tersebut keluarga yang
ada perbedaan yang signifikan pada
tinggal bersama dengan keluarga besar
psychological well-being anggota keluarga
memiliki penanganan yang lebih baik
baik yang hidup di keluarga besar maupun
terhadap ODGJ karena ketika ada satu
keluarga inti. Hal ini dibuktikan dengan
anggota yang mengalami kecemasan ada
nilai Asymp. Sig yang memiliki nilai
anggota keluarga lain yang membantu. Hal
p<0.05. Nilai p bernilai sebesar 0.336-
tersebut membuktikan tipe keluarga
0.915 berasal dari asymp .sig tabel hasil uji
memiliki pengaruh terhadap kehidupan
kruskall wallis.
orang lain. Namun sejauh ini jarang ada
Tabel 1. Hasil Uji Kruskall Wallis penelitian yang membahas mengenai tipe
keluarga dan keharmonisan keluarga. Pada
Test Statisticsa,b literatur lain, keharmonisan keluarga lebih
PW di pengaruhi faktor lain seperti aspek yang
Pwb KK PW B KK ada pada keharmonisan keluarga. Hal
Aya Aya B KK Ana Ana tersebut disebabkan tipe keluarga bukan
h h Ibu Ibu k k termasuk aspek keharmonisan keluarga.
Chi- Dalam literatur yang lain, kasih sayang
Squar .926 .926 .045 .011 .745 .011 termasuk salah satu aspek yang paling
e berpengaruh dalam keharmonisan keluarga
df 1 1 1 1 1 1 (Marisa, Fitriyani, dan Utami, 2021)
Asym Selain kasih sayang, sarana hidup dan
p. .336 .336 .831 .915 .388 .915 status ekonomi yang baik akan lebih
Sig. menunjang keharmonisan keluarga, hal
a. Kruskal Wallis Test tersebut berarti status ekonomi lebih
berpengaruh terhadap keharmonisan
b. Grouping Variable: Keluarga
keluarga (Marisa, Fitriyani, dan Utami,
2021).
Hasil dari penelitian yang telah
dilakukan berbanding terbalik dengan Namun ketika mean psychological
penelitian yang dilakukan oleh Putra dan well-being dan keharmonisan keluarga
ayah, ibu dan anak dikomparasikan secara
lebih rinci maka dapat didapatkan hasil well-being ibu
nuclear family
seperti pada tabel 2: > x̄
Psychological
Tabel 2. Hasil Uji Tingkat Rata-rata well-being ibu
extended
family
Perbandingan Mean Mean Kesimpula
Nucle Extende n
ar fam d fam x̄ 5.42 5.63 Ditolak
Psychological
well-being
x̄ 6.25 4.38 Diterima anak nuclear
Keharmonisan family > x̄
Keluarga ayah Psychological
nuclear family well-being
> x̄ anak
Keharmonisan extended
Keluarga ayah family
extended
family Psychological well-being tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh tipe
x̄ 5.67 5.25 Ditolak keluarga yang berbentuk nuclear family
Keharmonisan (keluarga inti) maupun extended family
keluarga ibu
extended (keluarga besar), terutama dari sudut
family > x̄ pandang anggota keluarga yang terdiri dari
Keharmonisan ayah, ibu, anak. Pada penelitian ini hal
Keluarga ibu
nuclear family
tersebut tunjukkan koefisien
asymp .sig .336 (p<0.05) pada perbedaan
psychological well-being ayah yang
x̄ 6.17 4.50 Ditolak
Keharmonisan dibandingkan antara ayah hidup di
keluarga anak keluarga inti dengan ayah yang hidup di
extended keluarga besar. Hal tersebut dapat
family >
Keharmonisan
dikatakan cukup sejalan dengan penelitian
Keluarga anak yang diadakan oleh Sari (2015) yang
nuclear family menyebutkan walaupun kepala keluarga
atau dengan kata lain ayah mengalami
x̄ 6.25 4.38 Diterima pemutusan hubungan kerja tetapi dapat
Psychological bertahan karena adanya rasa nyaman di
well-being
hati karena adanya dukungan sosial dari
ayah nuclear
family > x̄ keluarga. Selain itu ayah yang tinggal
Psychological dengan keluarga inti memiliki kesempatan
well-being lebih terbuka dengan anggota keluarga.
ayah
extended Keterbukaan suami pada istri memiliki
family hubungan tehadap keharmonisan keluarga.
Selain itu keharmonisan keluarga memiliki
x̄ 5.58 5.38 Diterima korelasi positif pada kesejahteraan
Psychological psikologis (Ryff, 2014). Sehingga ketika
ayah memiliki kenyamanan untuk tinggal yang lebih baik (Diener dkk, 2015).
di keluarga inti maka keharmonisan Termasuk dalam masa pandemic Covid-
keluarga yang dimiliki ayah akan 19, dimana keadaan ekonomi memburuk
meningkat sehingga kesejahteraan sehingga membuat tekanan psikis pencari
psikologis ayah juga meningkat. nafkah meningkat. Disini psychological
well being berperan untuk tetap menjaga
Hasil penelitian koefisien imunitas (Sa’diyah & Amirudin, 2020).
asymp .sig .915 (p<0.05) pada perbedaan Sehingga pada penelitian ini cukup dapat
psychological well-being ibu dan anak diterima ketika tidak adanya perbedaan
yang dibandingkan antara hidup di yang signifikan pada keharmonisan
keluarga inti maupun keluarga besar. keluarga dan psychological well-being
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan anggota keluarga yang dibedakan dari tipe
sejalan dengan hasil yang didapatkan. keluarga. Namun, hipotesis yang diterima
(Puspitasari dan Haksama, 2020) menunjukkan bahwa tipe keluarga inti
menyebutkan tipe keluarga baik nuclear lebih memberikan kenyamanan pada ayah
family maupun extended family tidak dan ibu karena rata-rata keharmonisan
memiliki pengaruh signifikan terhadap keluarga dan psychological well-being
psychological well-being untuk istri. pada ayah dan ibu lebih tinggi ketika
Menurut subjek dalam penelitian yang tinggal bersama keluarga inti.
terpenting mengingat hal-hal yang baik
dan penuh kebahagiaan dalam hidup. Hasil Kelemahan dari penelitian ini
ini juga sejalan dengan penelitian yang adalah: (1)Penelitian ini belum dapat
dilakukan oleh Rospita dan Lestari (2017) digunakan untuk menggeneralisasi
yang menyebutkan tidak adanya perbedaan psychological well-being dan
penyesuaian dan kepuasan perkawinan keharmonisan keluarga pada populasi
pada perempuan Bali baik yang tinggal di secara umum, yaitu penduduk di
keluarga inti maupun dengan yang tinggal kecamatan L karena teknik sampling yang
di keluarga batih. digunakan menggunakan purposive
sampling; (2) Penelitian ini belum dapat
Menurut teori human well-being mengungkap kondisi keharmonisan
kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan keluarga dan psychological well-being
psikologis dapat saling melengkapi untuk ditinjau dari karakteristik demografi
mencapai kesejahteraan. Individu dengan seperti jenis kelamin, status pekerjaan,
psychological well-being baik akan usia, jumlah anak dalam keluarga, dan
mampu untuk memimpin dirinya untuk tingkat pendidikan orang tua; (3)
mengambil keputusan secara mandiri Penelitian ini belum dapat
untuk menjalin relasi yang hangat dengan menggambarkan dinamika konteks
orang lain demi pertumbuhan diri. Serta penelitian secara komprehensif untuk
mampu untuk menerima diri sendiri diri menjelaskan psychological well-being
secara utuh. (Ryff, 2014). Status sosial penduduk di masa pandemic Covid-19
ekonomi memiliki pengaruh terhadap
kesejahteraan subjektif, individu yang SIMPULAN
memiliki kekayaan yang lebih baik
memiliki rata-rata kesejahteraan subjektif Berdasarkan data hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa: mean
psychological well-being ayah dan ibu
lebih tinggi pada keluarga yang tinggal
dalam keluarga inti. Sama halnya dengan
psychological well-being, rata-rata
keharmonisan keluarga ayah dan ibu yang
tinggal di keluarga inti memiliki
psychological well-being yang lebih baik
daripada tinggal pada keluarga besar.

Namun secara garis besar, tidak


ada perbedaan psychological well-being
signifikan pada ayah, ibu, maupun anak.
baik yang tinggal pada keluarga inti
maupun keluarga besar. Dibuktikan
dengan koefisien asymp .sig 0.336-0.831.

Tidak ada perbedaan yang


signifikan pada psychological well-being
anggota keluarga yang tinggal di nuclear
family dan extended family. Hal tersebut
dibuktikan dengan koefisien asymp ,sig
0.336-0.915.

You might also like