Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 1

1. Istana yang di sebut dengan nama Surosowan di perkirakan berdiri pada abad 17 M.

Pada mulanya
Benteng Surosowan memiliki 3 pintu gerbang, yaitu pintu Utara, Timur, dan Selatan. Gerbang Timur dan
Utara dibuat dalam bentuk lengkung, dimaksudkan untuk mencegah tembakan langsung pada portal bila
pintu gerbang di buka. Kedua gerbang dibuat dengan atap setengah silinder. Diluar benteng dibuat
sungai buatan yang menyatu dengan Sungai Cibanten, sehingga memiliki Keraton Surosowan.

2. Campur tangan VOC di Kesultanan Banten yaitu pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa timbul konflik dalam istana. Putra Mahkota, Sultan Abu Nasr Abdul Kahar, yang dikenal dengan
Sultan Haji diangkat jadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar
negeri dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa dan dibantu oleh puteranya sendiri, Pangeran Arya
Purbaya. Pemisahan urusan pemerintahan ini dimanfaatkan VOC untuk mendekati dan menghasut
Sultan Haji guna melawan ayahnya.Konflik dalam istana tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan politik
Devide Et Impera atau biasa kita sebut politik adu domba. VOC membantu Sultan Haji untuk
menjatuhkan Sultan Ageng Tirtayasa. Ambisi Putra Mahkota menimbulkan konflik dengan ayahnya,
Sultan Ageng.

3. 2 contoh kongkrit usaha Sunan Gunung Jati dalam penyebaran islam di wilayahnya yaitu:

a. Salah satu contohnya adalah di gunakannya gamelan sekaten sebagai media penyebaran Islam
kepada masya rakat. Sunan Gunung Jati biasa menabuh gamelan sekaten itu pada waktu ada ke
ramaian, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.Masyarakat yang menyaksikan penabuhan gamelan tersebut
diharuskan membayarnya. Namun, pembayaran tersebut tidak dengan uang, melainkan dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.

b. Sunan Gunung Jati mengubah aturan bulu bekti (pajak) menjadi atur bekti (zakat/infak/so daqoh).
Kebijakan Sang Wali untuk menghentikan pengiriman garam dan terasi sebagai upeti (pajak) ke
Pajajaran juga diterapkan di Cirebon.

4. Bukti bahwa kemunduran Kesultanan Cirebon salah satunya dipengaruhi oleh adanya kolonialisme
yaitu pemerintah Kolonial Belanda pun semakin dalam ikut campur dalam mengatur Cirebon, sehingga
semakin surutlah peranan dari keraton-keraton Kesultanan Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya.
Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926, di mana kekuasaan pemerintahan Kesultanan
Cirebon secara resmi dihapuskan dengan disahkannya Gemeente Cheirebon (Kota Cirebon), yang
mencakup luas 1.100 Hektare, dengan penduduk sekitar 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926
No. 370). Tahun 1942, Kota Cirebon kembali diperluas menjadi 2.450 hektare.

NAMA : MUHAMMAD HUDAIRI KAMAL

KELAS : X MIA 8(36)

You might also like