Professional Documents
Culture Documents
Jenis Acara Pemeriksaan Perakara Pidana
Jenis Acara Pemeriksaan Perakara Pidana
Jenis Acara Pemeriksaan Perakara Pidana
PPC
Program
Pendidikan
dan
Modul
Diklat
Tahap
2
TERPADU
e-‐learning.mahkamahagung.go.id
©
2018
Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 1J
1 KONSEPSI DAN RELEVANSI ACARA PEMERIKSAAN
Tata cara memeriksa dan mengadili perkara pidana atau acara pemeriksaan perkara
pidana merupakan salah satu elemen penting dalam proses peradilan pidana, sebagaimana
diatur pada BAB XVI UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Konsep pembagian acara pemeriksaan, memang tidak dijelaskan maknanya dalam
KUHAP. Tetapi dengan memperhatikan tujuan dari hukum acara pidana dalam pedoman
pelaksanaan KUHAP, yaitu untuk mencari kebenaran materiil dikaitkan dengan prinsip
perlindungan hak asasi manusia maka konsep ini merupakan wujud hukum acara pidana
berorientasi pada kepastian, ketertiban beracara bagi aparat penegak hukum khususnya
hakim ketika menangani perkara pidana yang diajukan Jaksa Penuntut Umum. Seperti
diketahui, sesuai asas dominis litis, kejaksaan merupakan satu-satunya institusi yang
berwenang melakukan penuntutan terhadap perkara pidana. Pelimpahan suatu perkara
pidana ke Pengadilan Negeri, dengan acara pemeriksaan tertentu, sepenuhnya wewenang
Jaksa Penuntut Umum sesuai penilaiannya terhadap perkara yang ditangani.1 Tugas
Pengadilan sebatas menerima, memeriksa dan mengadili perkara itu sesuai acara
pemeriksaan berdasarkan berkas perkara limpahan Penuntut Umum.
Acara pemeriksaan memiliki dua manfaat dalam proses penegakan hukum pidana.
Pertama, sebagai pedoman beracara di pengadilan. Hakim tidak dapat begitu saja
mengabaikan acara pemeriksaan, sebab hal itu sudah diatur secara imperatif oleh
KUHAP. Jadi, hakim terikat dengan acara pemeriksaan tersebut. Boleh disimpangi jika
hal itu diatur secara khusus oleh KUHAP.2 Karena itu penggunaan jenis acara
pemeriksaan, wajib dipatuhi dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan. Pelanggaran
terhadap hukum acara, mencerminkan ketidakprofesionalan Hakim. Kondisi itu
dipandang sebagai cara mengadili yang keliru atau salah menerapkan hukum. Hal mana
menjadi salah satu alasan kasasi ke Mahkamah Agung. 3
Kedua, sebagai dasar hukum bagi setiap pelaku tindak atau masyarakat mengetahui hak
dan kewajiban yang dijamin dalam hukum acara. Misalnya hak terdakwa untuk
mendapatkan bantuan hukum atau didampingi Penasihat Hukum. Demikian pula hak
1
Lihat
pasal
2
ayat
(1)
UU
No.
16
Tahun
2004
Tentang
Kejaksaan
Republik
Indonesia.
2
Pasal
204
KUHAP.
3
Pasal
253
ayat
(1)
butir
b
KUHAP.
Lihat
juga
pasal
30
butir
b
UU
No.
14
Tahun
1985
Tentang
Mahkamah
2
PAgung,
asal
204
KUHAP.
diubah
terakhir
dengan
UU
No.
3
Tahun
2009.
sebagaimana
3
Pasal
253
ayat
(1)
butir
b
KUHAP.
Lihat
juga
pasal
30
butir
b
UU
No.
14
Tahun
1985
Tentang
Mahkamah
Agung,
sebagaimana
diubah
terakhir
dengan
UU
No.
3
Tahun
2009.
UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengenal tiga
bentuk acara pemeriksaan perkara pidana: acara pemeriksaan biasa, singkat dan cepat.
Acara pemeriksaan cepat terdiri atas acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara
pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan.
4
Lihat
pasal
2
dan
4
UU
No.
48
Tahun
2009
Tentang
Kekuasaan
Kehakiman
5
Harahap,
Yahya,
Pembahasan
Permasalahan
Dan
Penerapan
KUHAP,
Pemeriksaan
Di
Sidang
Pengadilan,
Banding,
Kasasi
Dan
Peninjauan
Kembali,
Sinar
Grafika,
Edisi
Kedua,
Oktober
2007,
hal.
109.
7
Pasal
153
ayat
(3)
KUHAP.
8
Pasal
218
ayat
(3)
KUHAP.
9
Pasal
219
KUHAP.
10
Pasal
153
ayat
(2)
butir
a
KUHAP
11
Pasal
153
ayat
(2)
butir
b
dan
pasal
166
KUHAP.
12
Pasal
153
ayat
(2a)
KUHAP.
13
Pasal
154
ayat
(3)
KUHAP.
22
Ramelan,
SH.,
MH.,
“Hukum
Acara
Pidana,
Teori
Dan
Praktek”,
Sumber
Ilmu
Jaya,
Juli
2006,
hal.
280.
23
Pasal
203
ayat
(3)
huruf
d
KUHAP.
24
Pasal
203
ayat
(3)
huruf
f
KUHAP
25
Pasal
205
ayat
(2)
KUHAP.
26
Pasal
206
KUHAP.
Ruang lingkup perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan ini adalah perkara
tertentu terhadap peraturan perundangan lalu lintas jalan.32 Menurut penjelasan pasal 211
KUHAP, perkara pelanggaran tertentu, dimaksud meliputi:
27
Pasal
205
ayat
(3).
28
Pasal
207
ayat
(1)
huruf
b
KUHAP.
29
Pasal
208
KUHAP.
30
Pasal
209
ayat
(2)
KUHAP.
31
Pasal
209
ayat
(1)
KUHAP.
32
Pasal
211
KUHAP.
e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor
kendaraan yang sah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan;
f. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan
dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang ada
dipermukaan jalan;
g. pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diizinkan, cara
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar
barang.
h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di
jalan yang ditentukan.
Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan, biasanya mudah atau
sederhana cara memeriksanya. Sesuai PERMA No. 12 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas, berkas perkara pelanggaran (berisi daftar
nama pelanggar dan jenis pelangggaranan) lalu lintas dilimpahkan secara elektronik
(online) dari penyidik tiga hari sebelum sidang perkara tilang. Berkas yang diterima pada
hari itu langsung diputus pada hari yang sama. Pelanggar tidak harus hadir di sidang
pengadilan, kecuali pelanggar mengajukan keberatan dalam hal adanya
penetapan/putusan perampasan kemerdekaan. Cara pemeriksaan di persidangan, Hakim
yang ditunjuk langsung menanyakan atau mengklarifikasi identitas pelanggar sesuai
identitas pada berkas perkara (kalau hadir di pengadilan), atau biasanya langsung
memutus menjatuhkan pidana denda. Besaran jumlah denda itu diumumkan melalui
laman resmi dan papan pengumuman Pengadilan pada hari itu juga. Pelanggar membayar
denda tersebut secara tunai atau elektronik melalui ke rekening Kejaksaan yang sudah
ditetapkan.
Berita Acara pemeriksaan maupun putusan tidak dibuat terpisah. Hakim cukup
menulis jumlah besaran denda pada blangko tilang yang sudah ada dan
pengadministrasiannya dilakukan segera oleh Panitera Pengganti dengan memasukan ke
dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) lalu diteruskan ke petugas register
Dahulu pelanggar lalu lintas yang ditilang kepolisian diwajibkan untuk datang ke
pengadilan negeri untuk mengikuti tilang dan membayar denda yang telah diputuskan
oleh pihak pengadilan namun kini para pelanggar lalu lintas tidak perlu lagi untuk datang
kepengadilan untuk mengikuti sidang dan membayar denda yang telah ditentukan. Sejak
diberlakukan e-tilang, atau tilang elektronik, sehingga para pelanggar lalu lintas cukup
membayar denda ke rekening yang telah ditentukan, dan menunggu sms masuk untuk
mengetahui berapa besaran denda yang harus dibayarkannya. Apabila denda yang telah
disetor lebih besar dari pada denda yang telah diputus oleh pengadilan, maka untuk
kelebihan bayarnya akan segera ditransfer kembali kerekening pelanggar lalu lintas.
Prosedur alur tilang sebelum e-tilang, sebagai berikut:
Saat ditilang pelanggar akan menerima surat tilang berwarna biru atau merah, yang
didalamnya tertera nomor tilang dan jadwal sidang.
Karena sidang tilang biasanya bisa mencapai ratusan orang dalam sehari, maka untuk
menghemat waktu, hakim akan memamnggil 10-20 orang sekaligus. Para pelanggar
lalu lintas akan diberitahukan kesalahannya sesuai urutan, dan diberikan denda oleh
Hakim.
Setelah proses sidang selesai, pelanggar akan diarahkan untuk menuju kasir untuk
membayar denda. Besarnya denda ini tergantung dari tingkat pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan, dan besarannya seperti yang telah diputuskan oleh Hakim saat sidang
tilang. Setelah denda dibayarkan, maka pelanggar lalu lintas akan mendapatkan
kembali STNK atau SIM yang telah ditahan oleh kepolisian saat tilang diberikan.
Sekarang alur sidang telah berbeda dari sebelumnya. Prosedur Sidang sekarang
adalah berbasis Informasi Teknologi (IT), melibatkan Kejaksaan dan Pengadilan Negeri
juga pihak perbankan dalam hal setoran denda yang akan diterima oleh negara. Dengan
33
Prosedur
Dan
Tata
Cara
Tilang
Dulu
dan
Sekarang,
diakses
dari
:
https://www.awambicara.id/2018/11/prosedur-‐dan-‐tata-‐cara-‐sidang-‐tilang.html,
Senin,
25
Nov.
20018,
11.17
WIB.
34
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/18/18240121/akan-‐diterapkan-‐oktober-‐2018-‐ini-‐4-‐fakta-‐
tilang-‐elektronik
Pemilik kendaraan yang dikenai tilang dapat membayar denda tilang melalui
bank. Pelanggar lalu lintas diberi waktu seminggu untuk melunasi denda
pelanggaran. Jika denda seminggu tidak dibayar, kepolisian akan memblokir
STNK pelanggar. Apabila pelanggar kembali melakukan pelanggaran lagi
sebelum denda tilang dibayarkan, tagihan denda akan diakumulasi.
Seperti dijelaskan diatas, perkara tindak pidana ringan (tipiring) kadar atau bobot
tindak pidananya tidak sebesar tindak pidana dengan acara pemeriksaan biasa atau
singkat. Artinya gangguan keseimbangan kepentingan antara pelaku dan korban atau
publik lebih mudah penanganannya. Dengan pendekatan keadilan restorasi, pelaku dan
35
Diakses
dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Restorative_justice,
24
November
2018,
13.07
WIB.
Beberapa jenis perkara tindak pidana ringan, telah disebutkan pada Pasal 364,
373, 379, 384, 407 dan Pasal 482 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”).
Sesuai PERMA No. 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan
jumlah denda dalam KUHP, jumlah nilai denda pada pasal pasal tersebut dipandang tidak
sesuai lagi dengan nilai uang saat ini dengan berpatokan perbandingan harga emas. Nilai
denda dalam pasal pasal itu yang tadinya sebesar Rp.250,00. (dua ratus lima puluh
rupiah) dilipatgandakan sebesar 10.000 kali, sehingga dibaca menjadi Rp.2.500.000,00.
(dua juta lima ratus rupiah). Dalam PERMA No. 2 Tahun 2012, Mahkamah Agung
memberi petunjuk, dalam menerima pelimpahan perkara Pencurian, Penipuan,
Penggelapan, Penadahan dari Penuntut Umum, Ketua Pengadilan wajib memperhatikan
nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara. Apabila nilai barang atau uang
tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,00., Ketua Pengadilan segera menetapkan
Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara
Pemeriksaan Cepat seperti diatur pada Pasal 205 - 210 KUHAP. Apabila terdakwa
sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua Pengadilan tidak menetapkan penahanan atau
pun perpanjangan penahanan.
Latar belakang terbitnya PERMA No.2 Tahun 2012, disebutan dalam penjelasan
umum, bahwa banyak perkara-perkara pencurian dengan nilai barang yang kecil yang
kini diadili di pengadilan cukup mendapatkan sorotan masyarakat. Masyarakat umumnya
menilai bahwa sangatlah tidak adil jika perkara-perkara tersebut diancam dengan
ancaman hukuman 5 (lima) tahun sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP, karena
tidak sebanding dengan nilai barang yang dicurinya. Selain itu banyaknya perkara-
perkara tersebut telah membebani pengadilan, baik dari segi anggaran maupun dari segi
persepsi publik terhadap pengadilan. Sehingga Mahkamah Agung berpebdapat perlu
menyesuaikan nilai uang yang menjadi batasan tindak pidana ringan baik yang diatur
pada pasal 364 maupun pasal 373 (penggelapan ringan), pasal 379 (penipuan ringan),
pasal 384 (penipuan ringan oleh penjual), pasal 407 ayat (1) (perusakan ringan) dan pasal
482 (penadahan ringan).
36
Pasal
4
ayat
(2)
Nota Kesepahaman Bersama, Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012, Tahun 2012
*****
Regulasi:
1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, sebagaimana
diubah terakhir dengan UU No. 3 Tahun 2009.
2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
3. Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
5. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
6. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan PP No. 92 Tahun 2015.
7. Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.14.PW.07.03 Tahun 1983, tanggal 10
Desember 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.
8. Himpunan SEMA dan PERMA, terbitan Mahkamah Agung, 2009.
9. PERMA No. 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan
jumlah denda dalam KUHP
10. PERMA No. 12 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran
Lalu Lintas;
11. Nota Kesepahaman Bersama, Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/ KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012,
Tahun 2012.
12. Peraturan Badan Pembinaan Keamanan Kepolisian RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Penanganan Tindak Pidana Ringan (Tipiring)
Internet:
• https://en.wikipedia.org/wiki/Restorative_justice
• https://www.awambicara.id/2018/11/prosedur-dan-tata-cara-sidang-tilang.html,
• https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/18/18240121/akan-diterapkan-oktober-
2018-ini-4-fakta-tilang-elektronik
Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 19J