Jenis Acara Pemeriksaan Perakara Pidana

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peradilan Mahkamah Agung RI

 
 
PPC    
Program  Pendidikan  dan  
Modul  Diklat  Tahap  2  

JENIS  ACARA  PEMERIKSAAN  PERKARA  PIDANA  


  Pelatihan  Calon  Hakim            

  TERPADU      
 
 
 
 
 

e-­‐learning.mahkamahagung.go.id  
©  2018  
Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 1J
1 KONSEPSI DAN RELEVANSI ACARA PEMERIKSAAN
Tata cara memeriksa dan mengadili perkara pidana atau acara pemeriksaan perkara
pidana merupakan salah satu elemen penting dalam proses peradilan pidana, sebagaimana
diatur pada BAB XVI UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Konsep pembagian acara pemeriksaan, memang tidak dijelaskan maknanya dalam
KUHAP. Tetapi dengan memperhatikan tujuan dari hukum acara pidana dalam pedoman
pelaksanaan KUHAP, yaitu untuk mencari kebenaran materiil dikaitkan dengan prinsip
perlindungan hak asasi manusia maka konsep ini merupakan wujud hukum acara pidana
berorientasi pada kepastian, ketertiban beracara bagi aparat penegak hukum khususnya
hakim ketika menangani perkara pidana yang diajukan Jaksa Penuntut Umum. Seperti
diketahui, sesuai asas dominis litis, kejaksaan merupakan satu-satunya institusi yang
berwenang melakukan penuntutan terhadap perkara pidana. Pelimpahan suatu perkara
pidana ke Pengadilan Negeri, dengan acara pemeriksaan tertentu, sepenuhnya wewenang
Jaksa Penuntut Umum sesuai penilaiannya terhadap perkara yang ditangani.1 Tugas
Pengadilan sebatas menerima, memeriksa dan mengadili perkara itu sesuai acara
pemeriksaan berdasarkan berkas perkara limpahan Penuntut Umum.
Acara pemeriksaan memiliki dua manfaat dalam proses penegakan hukum pidana.
Pertama, sebagai pedoman beracara di pengadilan. Hakim tidak dapat begitu saja
mengabaikan acara pemeriksaan, sebab hal itu sudah diatur secara imperatif oleh
KUHAP. Jadi, hakim terikat dengan acara pemeriksaan tersebut. Boleh disimpangi jika
hal itu diatur secara khusus oleh KUHAP.2 Karena itu penggunaan jenis acara
pemeriksaan, wajib dipatuhi dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan. Pelanggaran
terhadap hukum acara, mencerminkan ketidakprofesionalan Hakim. Kondisi itu
dipandang sebagai cara mengadili yang keliru atau salah menerapkan hukum. Hal mana
menjadi salah satu alasan kasasi ke Mahkamah Agung. 3
Kedua, sebagai dasar hukum bagi setiap pelaku tindak atau masyarakat mengetahui hak
dan kewajiban yang dijamin dalam hukum acara. Misalnya hak terdakwa untuk
mendapatkan bantuan hukum atau didampingi Penasihat Hukum. Demikian pula hak

1
 Lihat  pasal  2  ayat  (1)  UU  No.  16  Tahun  2004  Tentang  Kejaksaan  Republik  Indonesia.  
2
 Pasal  204  KUHAP.  
3
  Pasal   253   ayat   (1)   butir   b   KUHAP.   Lihat   juga   pasal   30   butir   b   UU   No.   14   Tahun   1985   Tentang   Mahkamah  
2
 PAgung,  
asal  204   KUHAP.   diubah  terakhir  dengan  UU  No.  3  Tahun  2009.  
sebagaimana  
3
  Pasal   253   ayat   (1)   butir   b   KUHAP.   Lihat   juga   pasal   30   butir   b   UU   No.   14   Tahun   1985   Tentang   Mahkamah  
Agung,  sebagaimana  diubah  terakhir  dengan  UU  No.  3  Tahun  2009.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 2J


terdakwa untuk tidak menjawab atau tidak mengakui perbuatannya. Sebaliknya dengan
jujur mengakui, menjelaskan motif perbuatan dan menunjukan sikap penyesalan atas
perbuatannya, akan menguntungkan dirinya sebab hakim dapat mempertimbangkan
meringankan hukumannya.
Pembagian acara pemeriksaan dimaksudkan agar setiap jenis perkara pidana yang
diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum ke Pengadilan Negeri, diadili sesuai bobot atau
tingkat keseriusan tindak pidana dan oleh komposisi hakim tertentu. Hal ini terkait
efisiensi dan efektivitas suatu persidangan, sehingga penanganan suatu perkara pidana
diharapkan memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan juga kepastian hukum dan
keadilan.4

2 JENIS ACARA PEMERIKSAAN MENURUT KUHAP

UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengenal tiga
bentuk acara pemeriksaan perkara pidana: acara pemeriksaan biasa, singkat dan cepat.
Acara pemeriksaan cepat terdiri atas acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara
pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan.

1. Acara Pemeriksaan Biasa;


KUHAP tidak memberikan pengertian atau batasan perkara apa saja yang
digolongkan sebagai perkara dengan acara pemeriksaan biasa. Dalam acara pemeriksaan
biasa, proses sidang dilaksanakan berdasarkan tata cara pemeriksaan sebagaimana
5
ditentukan dalam Undang Undang. Dalam praktek peradilan pidana, perkara yang
diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa, umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Aspek Prosedural.
Perkara harus diregistrasi terlebih dulu untuk penomoran sebelum disidangkan.
Setelah melalui prosedur registrasi di kepaniteraan, Ketua Pengadilan Negeri
menunjuk majelis hakim yang akan memeriksa perkara tersebut. Hakim Ketua
majelis membuat penetapan hari sidang berikut perintah kepada Penuntut Umum
untuk memanggil terdakwa, hadir di sidang.
• Aspek Komposisi Hakim.

4
 Lihat  pasal  2  dan  4  UU  No.  48  Tahun  2009  Tentang  Kekuasaan  Kehakiman  
5
  Harahap,   Yahya,   Pembahasan     Permasalahan     Dan   Penerapan   KUHAP,   Pemeriksaan   Di   Sidang   Pengadilan,  
Banding,  Kasasi  Dan  Peninjauan  Kembali,  Sinar  Grafika,  Edisi  Kedua,  Oktober  2007,  hal.  109.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 3J


Majelis Hakim sekurang-kurang terdiri dari 3 (tiga) orang hakim namun boleh 5
(lima) sesuai pertimbangan Ketua, terkait kondisi perkara tertentu seperti menarik
perhatian publik. Dari komposisi dengan jumlah ganjil itu, seorang bertindak
hakim ketua sedangkan yang lain sebagai anggota. Mereka inilah yang
menyidangkan perkara didampingi seorang Panitera Pengganti dengan tugas
mencatat segala kejadian selama proses persidangan dalam Berita Acara
Pemeriksaan. Sebelum perkara disidangkan, majelis terlebih dahulu mempelajari
berkas perkara, untuk mengetahui apakah surat dakwaan telah memenuhi syarat
formil dan materiil.6
• Aspek Substansi.
Bobot tindak pidana berat atau perkara tertentu yang pembuktian dan penerapan
hukumnya tidak mudah. Umumnya meliputi tindak pidana atau kejahatan berat,
seperti tindak pidana tertentu pada KUHP yang ancaman pidananya cukup berat
maupun tindak pidana/delik khusus diluar KUHP. Proses pembuktian lebih sulit
karena terdakwa cenderung membantah isi dakwaan Penuntut Umum, sehingga
diperlukan bukti lain seperti dari keterangan para saksi, ahli atau dokumen bukti
tertulis (surat) guna memenuhi prinsip pembuktian, menuju titik kesimpulan
apakah terdakwa dapat dinyatakan bersalah atau tidak berdasarkan fakta hukum
yang terungkap dipersidangan serta didukung keyakinan hakim.
• Aspek Tenggat Pemeriksaan.
Membutuhkan waktu persidangan relatif lebih lama. Mengapa? Sebab perkara
tindak pidana yang bobot atau tingkat keseriusannya tinggi butuh ekstra hati-hati
dan ketelitian majelis hakim untuk memeriksa secara detail fakta persidangan
termasuk proses pembuktian. Setiap tahapan persidangan melalui proses
pemeriksaan komprehensif. Analisis mendalam dari pemikiran beberapa hakim
(majelis) tentu hasil akan lebih baik dan lengkap dibandingkan dengan pemikiran
seorang Hakim. Itulah sebabnya butuh waktu relatif lebih lama, sepanjang tidak
melewati tenggat waktu penahanan jika terdakwa ditahan.
• Aspek bentuk pemidanaan.
Umumnya pidana yang dijatuhkan, lebih berorientasi pidana pokok berupa
perampasan kemerdekaan, seperti pidana dan dapat dikumulasikan dengan denda;

Beberapa Prinsip Pemeriksaan Acara Biasa


6
 Pedoman  Teknis  Administrasi  Dan  Teknis  Peradilan  Pidana  Umum  Dan  Pidana  Khusus,  Buku  II,  Edisi  2007,  
Mahkamah  Agung,  2008,  hal.27.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 4J


• Pemeriksaan terbuka untuk umum.
Setiap persidangan pada asasnya terbuka untuk umum kecuali untuk perkara kesusilaan
atau terdakwa anak, sidang harus dinyatakan tertutup untuk umum.7 Dengan sidang
terbuka untuk umum berarti siapapun boleh menyaksikan jalannya persidangan. Hal ini
tentu saja merupakan implementasi dari prinsip fair trial, sebagai bentuk
pertanggungjawaban institusi pengadilan kepada publik. Setiap orang yang datang dan
berada diruang sidang harus menunjukan sikap hormat dan santun. Tidak boleh
menimbulkan kegaduhan yang mengganggu keamanan dan ketertiban sidang.
Pelanggaran terhadap tata tertib persidangan dapat dikeluarkan dari ruang sidang dan
tidak tertutup kemungkinan dilakukan proses hukum penuntutan.8 Juga dilarang
membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak maupun benda apapun yang dapat
membahayakan keamanan ruang sidang.9
• Kehadiran Terdakwa dalam persidangan.
KUHAP menyebutkan pemeriksaan dengan acara biasa maupun singkat harus dihadiri
10
terdakwa, sebab proses tanya jawab dilakukan secara lisan. Tanpa kehadiran terdakwa
pemeriksaan tidak dapat dilakukan, kecuali pada tidak pidana khusus pada Undang
Undang tertentu yang memungkinkan sidang secara in absentia.
• Menjaga pemeriksaan secara bebas.
Maksudnya pemeriksaan terhadap terdakwa maupun saksi dilakukan tanpa tekanan.
Tidak boleh ada pertanyaan yang bersifat menjerat.11
Prosedur acara pemeriksaan biasa, berlaku juga bagi acara pemeriksaan singkat
dan cepat, kecuali dalam hal-hal tertentu yang secara tegas dinyatakan lain.
Dimulai hakim ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum,
kecuali perkara kesusilaan dan terdakwa anak. Pemeriksaan dilakukan dalam Bahasa
Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa.12 Yang pertama dipanggil masuk adalah
terdakwa dan dalam keadaan bebas. Jika terdakwa tidak hadir, hakim ketua sidang
meneliti apakah terdakwa telah dipanghgil secara sah. Jika tidak dipanggil secara sah,
hakim ketua menunda persidangan dan memerintahkan supaya dipanggil lagi untuk hadir
pada hari sidang berikutnya.13

7
 Pasal  153  ayat  (3)  KUHAP.  
8
 Pasal  218  ayat  (3)  KUHAP.  
9
 Pasal  219  KUHAP.  
10
 Pasal  153  ayat  (2)  butir  a  KUHAP  
11
 Pasal  153  ayat  (2)  butir  b  dan  pasal  166    KUHAP.  
12
 Pasal  153  ayat  (2a)  KUHAP.  
13
 Pasal  154  ayat  (3)  KUHAP.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 5J


Jika terdakwa hadir, hakim ketua mengawali tanya jawab dengan menanyakan
identitas terdakwa serta mengingatkannya agar memperhatikan segala sesuatu yang
didengar dan dilihatnya disidang.14 Setelah itu Penuntut Umum dipersilahkan
membacakan surat dakwaan. Hakim ketua menanyakan kepada terdakwa apakah benar-
benar mengerti isi surat dakwaan tersebut. Apabila tidak mengerti, penuntut umum atas
permintaan hakim ketua wajib memberi penjelasan yang diperlukan.15
Sesudah pembacaan dan penjelasan surat dakwaan tersebut maka terdakwa atau
penasihat hukumnya dapat mengajukan keberatan tentang pengadilan tidak berwenang
memeriksa perkara tersebut atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus
dibatalkan.16
Hakim ketua memberi kesempatan kepada penuntut umum untuk menanggapinya
lalu mempertimbangkan untuk mengambil putusan sesuai alasan penilaian majelis. Jika
pemeriksaan diteruskan maka proses berlanjut ke pemeriksaan para saksi, terdakwa,
pengajuan tuntutan pidana, pembelaan hingga putusan.

2. Acara Pemeriksaan Singkat;


Menurut pasal 203 KUHAP, yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat
ialah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan
yang menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan
sifatnya sederhana. Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum
dapat dilakukan pada hari persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan
Negeri. Biasanya sudah dikoordinasikan hari sidang dengan pihak Kejaksaan Negeri
setempat serta disesuaikan dengan daerah setempat, seperti berkas perkara diajukan tiga
hari sebelum hari sidang.17 Dahulu di era sebelum KUHAP yang menggunakan HIR,
acara singkat dikenal dengan nama acara sumir.

Beberapa ciri dari acara pemeriksaan singkat, antara lain:


• Aspek substansi: sifat pembuktian dan penerapan hukumnya mudah. Sifat perkaranya
sederhana. Sederhana berarti, pemeriksaan tidak membutuhkan waktu lama,
kemungkinan dapat diputus pada hari itu juga atau mungkin dapat diputus dengan satu
atau dua kali persidangan saja. Sedangkan sifat pembuktian dan penerapan hukum
mudah, artinya terdakwa sendiri pada waktu pemeriksaan di penyidikan mengaku
14
 Pasal.  155  ayat  (1)  KUHAP.  
15
 Pasal    155  ayat  (2)  KUHAP.  
16
 Pasal  156  ayat  (1)  KUHAP.  
17
   Pedoman  Teknis  Administrasi  Dan  Teknis  Peradilan  Pidana  Umum  Dan  Pidana  Khusus,  Buku  II,  Edisi  2007,  
Mahkamah  Agung,  2008,  hal.28  dan  29.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 6J


sepenuhnya tindak pidana yang dilakukan. Disamping pengakuan, didukung alat bukti
lain yang cukup membuktikan kesalahan terdakwa.18
• Aspek prosedural: perkara yang telah dilimpahkan ke Pengadilan, disidangkan lebih
dahulu baru diregister. Pelimpahan perkara singkat dilakukan tanpa surat dakwaan.
Penuntut Umum cukup membuat catatan tentang tindak pidana yang akan didakwakan
atau dijelaskan kepada terdakwa pada waktu sidang. Jadi bentuknya seperti dakwaan
lisan.19 Jika tidak berhasil disidangkan pada hari disidang yang telah ditetapkan maka
berkas perkara tersebut dikembalikan ke Kejaksaan Negeri untuk diajukan ke lagi
pada waktu sidang berikutnya. 20
Pengembalian berkas perkara ke Kejaksaan Negeri, dapat terdiri atas dua alasan.
Pertama, alasan formal seperti pemanggilan kepada terdakwa dan para saksi belum
dilakukan secara sah menurut UU. Kedua, alasan berkas perkara tidak lengkap, seperti
pada hari sidang terdakwa atau para saksi tidak datang. Pengembalian berkas hanya
dapat dilakukan sebelum perkara diregister dan dilakukan tanpa prosedur administrasi
(dibawah tangan).
• Aspek tenggat pemeriksaan: membutuhkan waktu relatif lebih singkat karena sifat
sederhana dan mudah pembuktian seperti uraian diatas;
• Aspek komposisi Hakim: dapat diperiksa dengan hakim majelis atau hakim tunggal
tergantung penetapan KPN;
• Aspek pemidanaan: berbentuk perampasan kemerdekaan, seperti pidana penjara atau
kurungan dan/atau denda, tergantung UU yang menjadi dasar dakwaan;
Pada umumnya cara pemeriksaan perkara singkat mengikuti acara pemeriksaan
biasa.
Penuntut Umum menghadirkan terdakwa beserta saksi dan barang bukti langsung
ke persidangan.21 Proses persidangan diawali dengan pertanyaan hakim kepada terdakwa
tentang identitas selengkapnya kemudian mempersilahkan Penuntut Umum untuk
menjelaskan dakwaannya. Penuntut Umum memberitahukan secara lisan mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat serta keadaan pada
waktu tindak pidana itu dilakukan. Pemberitahuan dakwaan tersebut oleh Panitera
Pengganti dicatat dalam Berita Acara sebagai pengganti surat dakwaan.
18
    M.   Yahya   Harahap,   Pembahasan     Permasalahan     Dan   Penerapan   KUHAP,   Pemeriksaan   Di   Sidang  
Pengadilan,  Banding,  Kasasi  Dan  Peninjauan  Kembali,  Sinar  Grafika,  Edisi  Kedua,  Oktober  2007,  hal.  396.  
19
    Ibid,  hal.  399.  
20
 Lihat  butir  13.  Lampiran  Keputusan  Menteri  Kehakiman  RI  No.M.14.PW.07.03  Tahun  1983,  tanggal  10  
Desember  1983  Tentang  Pelaksanaan  Kitab  Undang  Undang  Hukum  Acara  Pidana.  
21
 Pasal  203  ayat  (2)  KUHAP.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 7J


Dalam hal hakim memandang perlu melakukan pemeriksaan tambahan untuk
melengkapi atau menyempurnakan hasil penyidikan, hakim dapat memerintahkan
penuntut umum untuk pemeriksaan tambahan dalam waktu paling lambat 14 hari.
Perintah ini diberikan dalam bentuk penetapan. 22
Dalam acara pemeriksaan singkat, putusan tidak dibuat secara khusus, tetapi
dicatat dalam Berita Acara Sidang.23 Hakim membuat surat yang memuat amar putusan
tesebut. Praktek peradilan mengenalnya dengan istilah “extract vonnis”. Isi surat putusan
tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti putusan pengadilan dalam acara
biasa.24

3. Acara Pemeriksaan Cepat


Acara pemeriksaan cepat diatur dalam Bab XVI KUHAP, Bagian Keenam, perihal
Acara Pemeriksan Cepat. Pada dasarnya, jenis acara pemeriksaan ini, dibagi lagi menjadi
2 (dua) bagian, yakni : (1). Acara pemeriksaan perkara tindak pidana ringan (pasal 205 –
210) dan (2). Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan (pasal 211 – 216).

1. Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan.


Ruang lingkup perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan tindak pidana
ringan (tipiring), diatur pada pasal 205 ayat (1) KUHAP, yaitu perkara yang diancam
dengan pidana :
a. Pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda sebanyak-
banyaknya Rp.7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah);
b. Penghinaan ringan (pasal 315 KUHP).
Tindak pidana penghinaan ringan masuk kategori sebagai tipiring karena sifatnya ringan,
meskipun ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan.
Beberapa aturan khusus acara pemeriksaan tipiring, antara lain:
§ Penyidik atas kuasa penuntut umum dalam waktu 3 hari sejak berita acara pemeriksaan
dibuat, menghadapkan terdakwa beserta barang bukti, saksi/ahli dan atau juru bahasa
ke sidang pengadilan.25
§ Pengadilan menetapkan hari-hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili perkara
dengan acara pemeriksaan tipiring.26

22
 Ramelan,  SH.,  MH.,  “Hukum  Acara  Pidana,  Teori  Dan  Praktek”,  Sumber  Ilmu  Jaya,  Juli  2006,  hal.  280.  
23
 Pasal  203  ayat  (3)  huruf  d  KUHAP.  
24
 Pasal  203  ayat  (3)  huruf  f  KUHAP  
25
 Pasal  205  ayat  (2)  KUHAP.  
26
 Pasal  206  KUHAP.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 8J


§ Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang hari, tanggal, jam
dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan.Tindakan ini dicatat oleh penyidik
lalu bersama berkas perkara dikirim ke pengadilan.
§ Pengadilan memeriksa dan mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat pertama dan
terakhir, kecuali dalam hal hakim menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan,
terdakwa dapat mengajukan upaya hukum banding.27
§ Perkara tipiring yang dilimpahkan ke pengadilan harus segera diadili dan diputus pada
hari itu juga.28
§ Saksi tidak mengucapkan sumpah atau janji, kecuali hakim menganggap perlu.29
§ Berita Acara Sidang tidak perlu dibuat, kecuali jika dalam pemeriksaan di sidang tidak
sesuai dengan berita acara pemeriksaan penyidikan.30
§ Putusan tidak dibuat secara terpisah tetapi cukup dicatat dalam daftar catatan perkara
dan selanjutnya dicatat panitera dalam buku register kemudian ditanda tangani oleh
hakim dan panitera pengganti.31
§ Putusan perkara Tipiring, umumnya berupa pidana denda dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar dapat diganti dengan hukuman kurungan pengganti denda
(pasal 30 ayat 2 KUHP).

2. Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas.

Ruang lingkup perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan ini adalah perkara
tertentu terhadap peraturan perundangan lalu lintas jalan.32 Menurut penjelasan pasal 211
KUHAP, perkara pelanggaran tertentu, dimaksud meliputi:

a. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan ketertiban


atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan;
b. mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat izin
mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan, surat tanda uji kendaraan yang sah
atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkannya tetapi masa berlakunya
sudah kadaluwarsa;

27
 Pasal  205  ayat  (3).  
28
 Pasal  207  ayat  (1)  huruf  b  KUHAP.  
29
 Pasal  208  KUHAP.  
30
 Pasal  209  ayat  (2)  KUHAP.  
31
 Pasal  209  ayat  (1)  KUHAP.  
32
 Pasal  211  KUHAP.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 9J


c. membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang
yang tidak memiliki surat izin mengemudi;
d. tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang
penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat
penggandengan dengan kendaraan lain;

e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor
kendaraan yang sah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan;
f. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan
dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang ada
dipermukaan jalan;
g. pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diizinkan, cara
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar
barang.
h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di
jalan yang ditentukan.
Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan, biasanya mudah atau
sederhana cara memeriksanya. Sesuai PERMA No. 12 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas, berkas perkara pelanggaran (berisi daftar
nama pelanggar dan jenis pelangggaranan) lalu lintas dilimpahkan secara elektronik
(online) dari penyidik tiga hari sebelum sidang perkara tilang. Berkas yang diterima pada
hari itu langsung diputus pada hari yang sama. Pelanggar tidak harus hadir di sidang
pengadilan, kecuali pelanggar mengajukan keberatan dalam hal adanya
penetapan/putusan perampasan kemerdekaan. Cara pemeriksaan di persidangan, Hakim
yang ditunjuk langsung menanyakan atau mengklarifikasi identitas pelanggar sesuai
identitas pada berkas perkara (kalau hadir di pengadilan), atau biasanya langsung
memutus menjatuhkan pidana denda. Besaran jumlah denda itu diumumkan melalui
laman resmi dan papan pengumuman Pengadilan pada hari itu juga. Pelanggar membayar
denda tersebut secara tunai atau elektronik melalui ke rekening Kejaksaan yang sudah
ditetapkan.

Berita Acara pemeriksaan maupun putusan tidak dibuat terpisah. Hakim cukup
menulis jumlah besaran denda pada blangko tilang yang sudah ada dan
pengadministrasiannya dilakukan segera oleh Panitera Pengganti dengan memasukan ke
dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) lalu diteruskan ke petugas register

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 10J


untuk proses lebih lanjut. Pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas umumnya
mencakup pelanggaran terhadap UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan maupun peraturan pelaksanaannya.

Dahulu pelanggar lalu lintas yang ditilang kepolisian diwajibkan untuk datang ke
pengadilan negeri untuk mengikuti tilang dan membayar denda yang telah diputuskan
oleh pihak pengadilan namun kini para pelanggar lalu lintas tidak perlu lagi untuk datang
kepengadilan untuk mengikuti sidang dan membayar denda yang telah ditentukan. Sejak
diberlakukan e-tilang, atau tilang elektronik, sehingga para pelanggar lalu lintas cukup
membayar denda ke rekening yang telah ditentukan, dan menunggu sms masuk untuk
mengetahui berapa besaran denda yang harus dibayarkannya. Apabila denda yang telah
disetor lebih besar dari pada denda yang telah diputus oleh pengadilan, maka untuk
kelebihan bayarnya akan segera ditransfer kembali kerekening pelanggar lalu lintas.
Prosedur alur tilang sebelum e-tilang, sebagai berikut:

1. Datang ke Pengadilan Negeri sesuai jadwal

Saat ditilang pelanggar akan menerima surat tilang berwarna biru atau merah, yang
didalamnya tertera nomor tilang dan jadwal sidang.

2. Ambil nomor antrian


3. Mengikuti sidang

Karena sidang tilang biasanya bisa mencapai ratusan orang dalam sehari, maka untuk
menghemat waktu, hakim akan memamnggil 10-20 orang sekaligus. Para pelanggar
lalu lintas akan diberitahukan kesalahannya sesuai urutan, dan diberikan denda oleh
Hakim.

4. Bayar denda di kasir dan ambil STNK

Setelah proses sidang selesai, pelanggar akan diarahkan untuk menuju kasir untuk
membayar denda. Besarnya denda ini tergantung dari tingkat pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan, dan besarannya seperti yang telah diputuskan oleh Hakim saat sidang
tilang. Setelah denda dibayarkan, maka pelanggar lalu lintas akan mendapatkan
kembali STNK atau SIM yang telah ditahan oleh kepolisian saat tilang diberikan.

Sekarang alur sidang telah berbeda dari sebelumnya. Prosedur Sidang sekarang
adalah berbasis Informasi Teknologi (IT), melibatkan Kejaksaan dan Pengadilan Negeri
juga pihak perbankan dalam hal setoran denda yang akan diterima oleh negara. Dengan

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 11J


adanya e-Tilang ini, diharapkan pelayanan terhadap pelanggar lalu lintas dapat berjalan
cepat dan lancar, serta tentu saja untuk mengurangi pungutan-pungutan liar yang pada
sistem persidangan tilang lama sangat mudah dan sering terjadi.

Berikut ini adalah alur e- tilang: 33


1. Petugas Polisi yang menilang memasukkan data Pelanggar ke dalam aplikasi e-Tilang.
Pada saat petugas dari kepolisian menilang pelanggar lalu lintas, maka ia akan segera
memasukkan data pelanggar lalu lintas yang ditilang tadi kedalam aplikasi e-Tilang.
2. Kode dan jumlah denda yang harus dibayar.
Setelah pelanggar lalu lintas ditilang dan mendapatkan surat tilang, maka ia akan
segera mendapatkan notifikasi kode tilang (pembayaran) dan besaran denda yang
harus disetorkannya ke Bank.
4. Membayar denda melalui Internet Banking, SMS Banking, dan ATM
Setelah pelanggar mendapatkan kode pembayaran dan besaran denda, maka ia dapat
melakukan pembayaran melalui Bank yang telah ditunjuk. Pembayarannya sendiri bisa
dengan SMS Banking, Internet Banking, dan ATM.
5. Mengambil barang bukti
Polisi biasanya akan menahan barang bukti dari pelanggar lalu lintas yang ditilang,
bisa berupa SIM, STNK atau bahkan kendaraan bermotornya sendiri. Jika barang
bukti yang ditahan adalah SIM atau STNK, biasanya pelanggar tidak dapat
menunjukkan salah satu dari surat-surat kelengkapan berkendara tersebut. Atau karena
kurangnya kelengkapan berkendara dari pelanggar seperti tidak menggunakan Helm,
tidak ada spion, tidak mengenakan sabuk pengaman dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk alat bukti kendaraan bermotor, pelanggar lalu lintas tersebut
biasanya tidak dapat menunjukkan surat-surat baik itu STNK maupun SIM.
Untuk mendapatkan kembali barang bukti yang telah ditahan oleh pihak kepolisian,
pelanggar lalu lintas dapat menunjukkan bukti setoran Bank denda tilang yang telah
dibayarkannya, yakni dapat berupa struk ATM, ataupun bukti setor lainnya.
6. Pengadilan memutuskan besaran denda yang harus dibayarkan.
Daftar pelanggar dan e-Tilang yang telah diinput oleh kepolisian akan segera
dikirimkan atau masuk kedalam sistem aplikasi yang ada di Pengadilan Negeri.

33
 Prosedur  Dan  Tata  Cara  Tilang  Dulu  dan  Sekarang,  diakses  dari  :  
https://www.awambicara.id/2018/11/prosedur-­‐dan-­‐tata-­‐cara-­‐sidang-­‐tilang.html,  Senin,  25  Nov.  20018,  11.17  
WIB.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 12J


Pengadilan Negeri kemudian akan menunjuk seorang Hakim (Hakim Tunggal) yang
akan menentukan besaran denda yang harus dibayarkan oleh para pelanggar.
Jadi dengan adanya e-Tilang ini, pelanggar tidak harus lagi datang ke Pengadilan
Negeri setempat untuk mengikuti sidang tilang, dan cukup menunggu pemberitahuan
mengenai besaran denda yang telah diputuskan oleh Pengadilan.
Apabila denda yang telah disetorkan oleh pelanggar melalui Bank yang telah ditunjuk
ternyata lebih besar dari pada putusan denda yang telah ditentukan oleh pengadilan,
maka sisa atau kelebihan setor tersebut bisa diambil atau bisa juga langsung ditransfer
ke rekening pelanggar.
Beberapa hal penting terkait tilang elektronik meliputi:34
1. Mencantumkan nomor telepon dan email di BPKB.
Pemilik kendaraan bermotor melengkapi data Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB) dengan nomor telepon dan e-mail. Data ini diperlukan dalam proses
penilangan secara elektronik. Nomor telepon akan memudahkan petugas untuk
menghubungi pelanggar dan alamat e-mail digunakan untuk mengirimkan surat
tilang
2. Surat tilang dikirim lewat Pos Indonesia.
Surat tilang akan dikirim petugas kepolisian melalui jasa ekspedisi barang Pos
Indonesia. Pengiriman surat tilang dilakukan setelah petugas melakukan verifikasi
berdasarkan tangkapan CCTV, memastikan pemilik kendaraan yang melakukan
pelanggaran lalu lintas.
3. Sistem penindakan berbasis CCTV .
Sistem penindakan pelanggar lalu lintas berbasis elektronik tersebut menggunakan
kamera pemantau (CCTV). Kamera akan dipasang di persimpangan-persimpangan
jalan. Kamera yang dipasang di persimpangan dapat membidik suatu obyek hingga
jarak 10 meter selama 24 jam. Hasil tangkapan gambar secara langsung akan
terpantau di Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya.
Jadi e-tilang adalah merupakan tahap awal untuk menuju Electronic Traffic Law
Enforcement - ETLE. Tilang online ini mengandalkan aplikasi berbasis Android
yang sudah terpasang di ponsel anggota kepolisian. Petugas kepolisian, kini tidak
lagi mencatat pelanggaran lalu lintas yang terjadi pada sebuah kertas tilang seperti
biasanya.

34
   https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/18/18240121/akan-­‐diterapkan-­‐oktober-­‐2018-­‐ini-­‐4-­‐fakta-­‐
tilang-­‐elektronik  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 13J


Akan tetapi menginputnya kedalam aplikasi tilang Android yan telah terpasang di
ponsel petugas kepolisian tersebut. Sehingga pelaksanaan tugas dari kepolisian
juga menjadi lebih cepat. Selanjutnya adalah petugas akan mengarahkan para
pelanggar lalu lintas untuk membayar denda di bank-bank yang sudah terkoneksi
dengan aplikasi android e-tilang tersebut. Pada awal pemberlakuan ETLE ini, baru
dilakukan di beberapa ruas jalan di Jakarta. Untuk lebih mengoptimalkan sistem
Electronic Traffic Law Enforcement - ETLE ini, Polda Metro Jaya tela
menghimbau kepada masyarakat untuk mendaftarkan ulang kendaraannya, seperti:
Balik nama, Ganti pemilik, Ganti warna, Pembelian kendaraan seken. Penerapan
ETLE atau tilang elektronik ini selanjutnya akan diterapkan ke seluruh kota-kota
besar lainnya, seperti Bandung, Semarang, Gresik dan Malang.
4. Bayar denda lewat bank

Pemilik kendaraan yang dikenai tilang dapat membayar denda tilang melalui
bank. Pelanggar lalu lintas diberi waktu seminggu untuk melunasi denda
pelanggaran. Jika denda seminggu tidak dibayar, kepolisian akan memblokir
STNK pelanggar. Apabila pelanggar kembali melakukan pelanggaran lagi
sebelum denda tilang dibayarkan, tagihan denda akan diakumulasi.

3 PERKEMBANGAN PRAKTEK TERKAIT ACARA PEMERIKSAAN


SINGKAT

Seperti dijelaskan sebelumnya, pelimpahan perkara pidana tertentu dengan acara


singkat oleh penuntut umum ke pengadilan, disatu sisi dianggap memudahkan karena
alasan sifat pembuktian dan penerapan hukum sederhana, disisi lain memiliki resiko bagi
penuntut umum. Hal ini terkait efisiensi waktu manakala saat sidang ternyata terdakwa
atau para saksi yang telah dipanggil secara sah dan patut ternyata tidak hadir. Ini adalah
ciri dari acara pemeriksaan singkat. Jika para saksi atau terdakwa yang telah dipanggil
secara patut dan sah oleh Penuntut Umum, tidak hadir disidang pada hari yang ditentukan
maka berkas perkara dikembalikan kepada Penuntut Umum tanpa diregister.

Pada kondisi demikian, pengadilan tidak dapat meneruskan persidangan melainkan


mengembalikan berkas perkara kepada kejaksaan. Meskipun itu hanya soal waktu sebab
perkara dapat disidangkan kembali dilain waktu, namun penuntut umum merasa terbuang
waktu dan energi hanya untuk hal demikian. Artinya hal itu dianggap tidak efisien dalam

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 14J


penanganan perkara. Sehingga Penuntut Umum lebih cenderung memilih melimpahkan
perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa.

Pergeseran praktek acara pemeriksaan ini memang cenderung terjadi di


pengadilan di kota besar. Tentu saja, fenomena ini adalah urusan pihak kejaksaan sesuai
asas dominis litis. Dampaknya bagi pengadilan adalah semakin banyak perkara yang
diadili menurut acara pemeriksaan biasa, berarti harus tersedia kebutuhan hakim yang
memadai di tiap pengadilan sebab setiap perkara pidana yang disidangkan dengan acara
pemeriksaan biasa selalu harus dengan hakim majelis.

4 PRINSIP KEADILAN RESTORASI DALAM PERKARA TINDAK


PIDANA RINGAN
Restorative Justice merupakan suatu model pendekatan yang muncul di era tahun
1960-an dalam upaya penyelesaian perkara pidana. Berbeda dengan pendekatan yang
dipakai pada sistem peradilan pidana konvensional, pendekatan ini menitikberatkan
adanya partisipasi langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam proses
penyelesaian perkara pidana. Dikutip dari Wikipedia, the free encyclopedia, disebutkan,
“Restorative justice is an approach to justice in which the response to a crime is to
organize a mediation between the victim and the offender, and sometimes with
representatives of a wider community as well. The goal is to negotiate for a resolution to
the satisfaction of all participants. This may include a restitution to be given from the
offender to the victim, or to take steps to prevent the offender from causing future
harm”.35
Keadilan Restoratif kini telah diakui keberadaannya dalam hukum positif, khusus
di lingkungan peradilan anak, seperti ditegaskan pada pasal 1 butir 6 UU No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak: “keadilan restorasi adalah penyelesaian
perkara pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban dan pihak
lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan”.

Seperti dijelaskan diatas, perkara tindak pidana ringan (tipiring) kadar atau bobot
tindak pidananya tidak sebesar tindak pidana dengan acara pemeriksaan biasa atau
singkat. Artinya gangguan keseimbangan kepentingan antara pelaku dan korban atau
publik lebih mudah penanganannya. Dengan pendekatan keadilan restorasi, pelaku dan

35
 Diakses  dari    https://en.wikipedia.org/wiki/Restorative_justice,  24  November  2018,  13.07  WIB.  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 15J


korban berunding mencari penyelesaian terbaik sehingga pelaku tidak perlu dijatuhi
pidana namun dapat berupa perdamaian yang memungkinkan pelaku hanya dibebani
mengganti kerugian pada korban. Jadi bukan penjatuhan hukuman kepada pelanggar
sebagai tujuan utama, melainkan bagaimana pelaku dapat bertanggung jawab terhadap
perbuatan pidana yang dilakukan.

Beberapa jenis perkara tindak pidana ringan, telah disebutkan pada Pasal 364,
373, 379, 384, 407 dan Pasal 482 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”).
Sesuai PERMA No. 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan
jumlah denda dalam KUHP, jumlah nilai denda pada pasal pasal tersebut dipandang tidak
sesuai lagi dengan nilai uang saat ini dengan berpatokan perbandingan harga emas. Nilai
denda dalam pasal pasal itu yang tadinya sebesar Rp.250,00. (dua ratus lima puluh
rupiah) dilipatgandakan sebesar 10.000 kali, sehingga dibaca menjadi Rp.2.500.000,00.
(dua juta lima ratus rupiah). Dalam PERMA No. 2 Tahun 2012, Mahkamah Agung
memberi petunjuk, dalam menerima pelimpahan perkara Pencurian, Penipuan,
Penggelapan, Penadahan dari Penuntut Umum, Ketua Pengadilan wajib memperhatikan
nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara. Apabila nilai barang atau uang
tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,00., Ketua Pengadilan segera menetapkan
Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara
Pemeriksaan Cepat seperti diatur pada Pasal 205 - 210 KUHAP. Apabila terdakwa
sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua Pengadilan tidak menetapkan penahanan atau
pun perpanjangan penahanan.
Latar belakang terbitnya PERMA No.2 Tahun 2012, disebutan dalam penjelasan
umum, bahwa banyak perkara-perkara pencurian dengan nilai barang yang kecil yang
kini diadili di pengadilan cukup mendapatkan sorotan masyarakat. Masyarakat umumnya
menilai bahwa sangatlah tidak adil jika perkara-perkara tersebut diancam dengan
ancaman hukuman 5 (lima) tahun sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP, karena
tidak sebanding dengan nilai barang yang dicurinya. Selain itu banyaknya perkara-
perkara tersebut telah membebani pengadilan, baik dari segi anggaran maupun dari segi
persepsi publik terhadap pengadilan. Sehingga Mahkamah Agung berpebdapat perlu
menyesuaikan nilai uang yang menjadi batasan tindak pidana ringan baik yang diatur
pada pasal 364 maupun pasal 373 (penggelapan ringan), pasal 379 (penipuan ringan),
pasal 384 (penipuan ringan oleh penjual), pasal 407 ayat (1) (perusakan ringan) dan pasal
482 (penadahan ringan).

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 16J


Pihak Kejaksaan Negeri diminta, apabila terdapat perkara-perkara pencurian
ringan maupun tindak pidana ringan lainnya tidak lagi mengajukan dakwaan dengan
menggunakan pasal 362, 372, 378, 383, 406, maupun 480 KUHP namun pasal-pasal yang
sesuai dengan mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung ini. Selain itu jika Pengadilan
menemukan terdapat terdakwa tindak pidana ringan yang dikenakan penahanan agar
segera membebaskan terdakwa tersebut dari tahanan oleh karena tidak lagi memenuhi
syarat penahanan sebagaimana diatur dalam pasal 21 KUHAP.
Sebagai pelaksanaan PERMA No.2 Tahun 2012, terbit Nota Kesepahaman
Bersama, antara Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan
dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, Serta Penerapan Keadilan Restoratif
(Restorative Justice), atau dikenal dengan “Nota Kesepakatan 2012”. Didalamnya
ditegaskan, penyelesaian perkara Tipiring melalui keadilan restorasi dengan ketentuan
telah dilaksanakan perdamaian antara pelaku, korban, keluarga korban/pelaku dan tokoh
masyarakat terkait perkara dengan atau tanpa ganti rugi. Penyelesaian perkara Tipiring
melalui keadilan restorasi dapat dilakukan penyidik pihak keposisian atau Hakim.36
Perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara dikukuhkan dalam kesepakatan tertulis.
Keadilan restorasi tidak berlaku pada tindak pidana berulang.
Sebagai perbandingan, dapat disimak Peraturan Badan Pembinaan Keamanan
Kepolisian RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penanganan Tindak Pidana Ringan (dikenal
dengan nama “Perkababinkam Polri 13/2009”), mengatur jenis-jenis pelanggaran yang
merupakan pelanggaran tindak pidana ringan baik yang diatur dalam KUHP, Non KUHP
dan Peraturan Daerah.
Apakah pelanggaran PERDA dapat diselesaikan dengan pendekatan keadilan
restorasi? Mengingat pelanggaran PERDA tergolong sebagai perkara Tipiring maka
dengan memperhatikan rasa keadilan masyarakat dan kemungkinan adanya kesepakatan
tertulis antara para pihak maka seyogianya dilakukan melalui pendekatan keadilan
restorasi. Paling tidak, lebih diefektifkan pidana denda untuk mengatasi permasalahan

36
 Pasal  4  ayat  (2)  Nota Kesepahaman Bersama, Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012, Tahun 2012  

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 17J


beban LAPAS atau RUTAN yang mewujudkan keadilan berdimensi HAM. Artinya
pelaku tidak perlu dikenakan pidana penjara atau kurungan.

*****

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 18J


DAFTAR PUSTAKA
Buku:

1. Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan


Di Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika,
Edisi Kedua, Oktober 2007.
2. Ramelan, “Hukum Acara Pidana, Teori Dan Praktek”, Sumber Ilmu Jaya, Juli 2006.
3. Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Pidana Umum Dan Pidana
Khusus, Buku II, Edisi 2007, Terbitan Mahkamah Agung, 2008.

Regulasi:
1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, sebagaimana
diubah terakhir dengan UU No. 3 Tahun 2009.
2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
3. Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
5. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
6. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan PP No. 92 Tahun 2015.
7. Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.14.PW.07.03 Tahun 1983, tanggal 10
Desember 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.
8. Himpunan SEMA dan PERMA, terbitan Mahkamah Agung, 2009.
9. PERMA No. 2 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan
jumlah denda dalam KUHP
10. PERMA No. 12 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran
Lalu Lintas;
11. Nota Kesepahaman Bersama, Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/ KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012,
Tahun 2012.
12. Peraturan Badan Pembinaan Keamanan Kepolisian RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Penanganan Tindak Pidana Ringan (Tipiring)

Internet:
• https://en.wikipedia.org/wiki/Restorative_justice
• https://www.awambicara.id/2018/11/prosedur-dan-tata-cara-sidang-tilang.html,
• https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/18/18240121/akan-diterapkan-oktober-
2018-ini-4-fakta-tilang-elektronik

 
 
 
 
 
 
Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 19J
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 20J


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 21J


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 22J


Jenis Acara Pemeriksaan Perkara Pidana 23J

You might also like