Paraprase Proposal Nur Aitun 08-6

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

STUDI ANALISIS TITIK KOORDINAT GEOGRAFIS

UNTUK
PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DI BIMA

OLEH :NUR AITUN


NIM :190204014

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH
UIN MATARAM
2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Bima dan Kabupaten Bima memiliki dua waktu salat yang berbeda
meskipun keduanya masih berada pada satu lingkaran geografis kota Bima.
Perbedaan antara dua waktu salat ini Kota Bima lebih awal untuk waktu salat nya
dari pada kabupaten Bima sehingga ada perbandingan penentuan waktu salat nya.
Untuk waktu salat Subuh di kota Bima jam 04:54 sedangkan waktu salat Subuh di
kabupaten Bima jam 04:55, untuk waktu salat Dzuhur di Kota Bima jam 12:21
sedangkan waktu salat Dzuhur di Kabupaten Bima jam 12:21, untuk waktu salat
Ashar di kota Bima jam 15:23 sedangkan waktu salat di Kabupaten Bima jam
15:24, untuk waktu salat Magrib di kota Bima jam 18:29 sedangkan waktu salat
Magrib di kabupaten Bima jam 18:29, untuk waktu salat Isya di kota Bima jam
19:38 sedangkan waktu salat Isya di kabupateng Bima jam 19:39. Ke dua waktu
salat ini sudah terlihat perbedaan waktu salat nya. Dan jarak geografis antara Kota
Bima dan Kabupaten Bima yaitu (185,7 km) sehingga adanya perbedaan
penentuan waktu salat nya.1
Suatu tempat di Bumi yang terletak pada garis bujur yang berbeda, akan
memiliki waktu yang berbeda pula, adapun yang dimaksud waktu salat dalam
pengertian hisab ialah awal masuknya waktu salat. Waktu salat yang ditentukan
berdasarkan posisi matahari yang di ukur dari suatu tempat di muka bumi.
Menghitung waktu salat pada hakikatnya menghitung posisi matahari sesuai
dengan kriterial yang di tentukan2.
Sholat subuh bisa menggunakan hisab. Ketika hisab digunakan untuk tujuan
pengaturan waktu, misalnya, ini mengacu pada perhitungan pergerakan benda
langit untuk menentukan posisinya pada saat yang diinginkan. Akibatnya, jika
hisab digunakan untuk menentukan posisi matahari pada bola langit pada waktu
tertentu, itulah yang dimaksud. Menghitung kapan matahari akan berada pada

1
Muhammad Hadi Bashori, pengantar ilmu falak (Jakarta timur:pustaka Al-kautsar, 2015),9.
2
Ibid., 145.

2
posisinya pada waktu-waktu shalat merupakan inti dari memperkirakan waktu-
waktu shalat.3
Diantara metode-metode dalam menentukan awal waktu salat menggunakan
garis edaran matahari atau menggunakan bayang-bayang sama panjang dengan
bendanya, saat terbenam nya dan saat hilangnya mega merah, saat terbitnya fajar
dan saat terbenam nya matahari. Saat menentukan awal waktu Salat tentu
menggunakan titik koordinat geografis dari suatu lokasi sehingga bisa mendapat
kan keaksaraan awal waktu Salat yang sesuai dengan lokasi yang di inginkan, titik
koordinat geografis merupakan keberadaan suatu lokasih atau daerah yang telah di
tentukan dengan simbol.

3
Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat (Jakarta: proyek
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), h. 60.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa persamaan dan perbedaan penentuan awal waktu salat antara Kota
Bima dan Kabupaten Bima?
2. Bagaimana tinjauan astronomisa geografis penentuan awal waktu salat
antara kabupaten Bima dan kota Bima yang menggunakan titik
koordinat gografis Di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB)?

C. Tujuan dan manfaat penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian
a. Bagaimana cara membedakan untuk penentuan waktu salat antara Kota
Bima dan Kabupaten Bima.
b. Bagaimana untuk mengetahui letak titik koordinat geografis awal
waktusalat di Bima
2. Manfaat penelitian
Setelah penelitian ini selesai, di harapkan nilai yang di peroleh dapat
bermanfaat secara teoritis ataupun secara praktik.
a. Secara teoritis
Menambah khazanah Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peran
penentuan awal waktu salat yang menggunakan titik koordinat geografis di
Bima.
b. Secara praktik
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
berikut nya hendak peneliti persoalan ini lebih mendalam.
2. Bagi mentri agama di Bima, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan yang bermanfaat untuk peneliti dalam menentukan awal
waktu salat antara Kota Bima dan Kabupaten Bima.
3. Bagi peneliti harus bisa memberikan manfaat dari hasil
penenlitiannya berkaitan dengan penentuan awal waktu salat antara
Kota Bima dan Kabupaten Bima.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian

4
Membahas tentan penentuan awal waktu salat antara Kota Bima dan
Kabupaten Bima.
2. Setting penelitian Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). Peneliti mengambil
lokasi tersebut karena tempat ini terdapat data yang cukup akurat dan valid
untuk mendukung penelitian ini terkait dengan peran penentuan awal waktu
salat antara Kota Bima dan Kabupaten Bima.

5
E. Telaah Pustaka
Setelah penelitian melakukan penelusuran, ada beberapa penelitian dari luar
yang memiliki kemiripan dengan topik penelitian ini, meskipun memiliki titik
fokus penelitian yang sama pada setiap penelitiannya. Dari beberapa telaah
pustaka pembanding dapat di uraikan sebagai berikut:
Pertama, mengkaji judul buku Astronomi yang digunakan Fatmawati untuk
mendefinisikan jam-jam shalat. Berdasarkan undang-undang tersebut, ia
menghitung tinggi matahari dalam pembahasan waktu shalatnya sehingga bisa
dijadikan dasar perhitungan waktu shalat. Ia juga menghitung waktu terbit
matahari sebagai dasar penentuan waktu shalat. Ia meliput waktu-waktu shalat
secara umum dalam penjelasan buku Astronomi yang ditemukan Fatmawati.
Selama ini, masyarakat setempat masih memilih untuk berdoa pada waktu-waktu
tertentu sesuai dengan cara-cara lama dalam melakukan tirakat.
kedua Dengan judul analisis metode astronomi Al-qotru dengan metode
Qotrun Nada untuk menghitung awal waktu sholat. yang ditemukan M. Maimuna.
Karena memasukkan perhitungan trigonometri dan data astronomi, maka metode
hisab dalam kitab Qotrum Nada dikategorikan sebagai metode hisab haqiqi.
Pendekatan Al-Qotru Nada sama dengan temuan penelitian M. Maimuna dalam
mencari awal waktu shalat dengan menggunakan kitabnya sendiri untuk
menghasilkan waktu yang tepat dalam kitab Astrologi. Waktu sholat akan
bervariasi tergantung pada garis bujur. Kajian ini menjelaskan bagaimana
memulai waktu sholat berdasarkan kitab suci tertentu secara detail. Perbedaan
antara penelitian ini.4
kajian ketiga, saadoe'ddin Djambek, dalam menetapkan awal waktu shalat,
arah kiblat, dan awal bulan qomariah di Indonesia. Yang ditemukan Miqdad
Rikane adalah Saadoe'ddin mencoba membangun sistem baru, yaitu teori
trigonometri bola (spherical trigonometri), untuk menentukan awal waktu shalat,
arah kiblat, dan awal bulan di Indonesia. Metode yang digunakan untuk
menentukan waktu sholat pertama dapat dikategorikan sebagai metode
kontemporer karena memperhitungkan terbit dan terbenamnya matahari.
Berdasarkan kajian literatur di atas, ada beberapa teknik yang digunakan
untuk menetapkan awal waktu sholat dengan berbagai pendekatan, namun
penelitian ini belum menemukan informasi khusus mengenai penetapan awal
4
Ibid., 145

6
waktu sholat di Kota Sengkang dengan menggunakan teknik tradisional dan
modern. Oleh karena itu, penelitian ini tertarik untuk menganalisis secara
mendalam bagaimana cara menentukan awal waktu shalat baik dengan metodologi
tradisional maupun modern.5
Analisis metode penggunaan jam untuk menetapkan waktu sholat pertama di
Pondok Pesantren Hudayatul Mubtadi-ein Kalibening menjadi topik penelitian
keempat. Imam Safrudy tampil. Iman Safrudy mengatakan, Pondok Pesantren
Hidayatullah Mubtadi-ein di Salatiga menggunakan jam bancet untuk menentukan
awal waktu sholat dengan mengamati bayangan matahari pada dial. Anda dapat
menatap langsung ke bayangan gnomon di sekitar dial bencet untuk menentukan
awal siang, jadi penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan di antara
keduanya terletak pada metode penentuan awal waktu sholat serta di lokasi yang
berbeda.6
Dalam studi pustaka tersebut di atas terdapat beberapa pendekatan
yang menggunakan berbagai teknik, namun penelitian belum menemukan secara
khusus mengenai penetapan awal waktu shalat dengan menggunakan teknik yang
sama dengan yang digunakan penelitian dalam menetapkan awal waktu shalat di
kota Sangkang. Akibatnya, para sarjana tertarik untuk meneliti secara menyeluruh
bagaimana menentukan awal waktu sholat dengan menggunakan teknik tradisional
dan modern.

5
Hudatul mubtadi
6
Hidayatullah Mumtadi-ein

7
F. Kerangka Teori

1. Teori Studi

Studi dan integratif adalah akar dari kata "studi integratif". Studi
digunakan untuk merujuk pada semua jenis pekerjaan akademik, termasuk
penelitian ilmiah. 1 Sedangkan kata integrasi merupakan sumber integratif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi berarti penyatuan
menjadi satu kesatuan atau kesatuan yang utuh atau terhubung. 2 Studi
yang menggunakan strategi analitis atau pendekatan terpadu dan terpadu
disebut sebagai studi integratif. menggabungkan dua konsep yang masih
digunakan dalam pembelajaran secara dikotomis.
Dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan kajian
sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terbagi, kajian integratif
mempersatukan, menghubungkan, atau menghubungkan materi kajian agar
dapat menawarkan isi kajian secara terpadu.
2. Teori Analisis
Menurut KBBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Kemudian Menurut Komarudin (2001), analisis adalah aktivitas
berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen-
komponen kecil sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungan masing-masing komponen, dan fungsi setiap komponen dalam
satu keseluruhan yang terpadu.
KBBI mendefinisikan analisis sebagai pemeriksaan terhadap suatu
kejadian (tulisan, perbuatan, dan lain-lain) untuk memastikan keadaan
yang sebenarnya (sebab, keadaan, dan lain-lain).7 Penyelidikan atau usaha
untuk mengamati ini tentunya memiliki fungsi dan tujuan, yaitu:

1. merakit berbagai data yang dikumpulkan dari pengaturan tertentu.


Untuk menarik kesimpulan dan mengembangkan pemahaman
yang lebih menyeluruh, tentunya perlu dilakukan analisis lebih

7
Encup supriana, Hisap rukyat dan aplikasinya (bandung: PT Refika Aditama , 2007),

8
lanjut terhadap berbagai data yang dikumpulkan dari berbagai
sumber.

2. Tetapkan tujuan yang tepat. Tentunya maksud dan tujuan dari


analisis khusus ini adalah agar pemahaman atas data yang telah
dikumpulkan menjadi lebih tepat dan mudah dipahami.

3. Pilih solusi alternatif untuk masalah ini dan beri peringkat solusi
terbaik untuk mendapatkan kesiapan terbaik untuk kebutuhan
Anda.

4. Tujuan utama analisis adalah mengidentifikasi berbagai data yang


dikumpulkan dari populasi tertentu untuk menarik kesimpulan.8

3. Teori waktu salat

a. Penentuan awal waktu salat

Ilmu astronomi mencakup studi tentang doa, dan


perhitungannya didasarkan pada informasi orbit matahari atau letaknya
relatif terhadap bumi. Dalam kejadian ini, Nabi Muhammad telah
menerima wahyu dari Allah SWT. Sebagaimana tertuang dalam surat
al-Ahzab ayat 56, Salat yang merupakan bahasa yang digunakan untuk
menggambarkan doa juga mengandung makna kebaikan dan memohon
ampunan. "Sungguh, Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberkati
Nabi," bunyinya. Hai orang-orang yang beriman, puji dan pujilah Nabi.
Salat berasal dari bahasa Arab al-silat, yang berarti ikatan antara
seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang hamba menghadap Allah,
Sang Pencipta, dalam ibadah dengan fokus.

Kata “salat” aslinya berarti “permuliaan”, dan bisa juga


merujuk pada suatu jenis ibadah tertentu karena Allah SWT
diagungkan di dalamnya. Sedangkan madzhab Hanafi mendefinisikan
shalat sebagai rangkaian rukun dan dzikir tertentu yang ditentukan oleh
keadaan tertentu dalam waktu yang telah ditentukan, shalat syara'
8
Dra.maskufa, MA, ilmu falak (Jakarta: Gaung persada press, 2010, 89-90.

9
(Jumhur Ulama') diartikan sebagai ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan
kondisi tertentu. Beberapa Ulama 'Hanbali menawarkan interpretasi
yang berbeda, mengklaim bahwa Salat adalah kata untuk rutinitas yang
melibatkan berdiri, rukuk, dan sujud berulang kali. Nama "doa tengah
hari" mengacu pada doa pertama yang dilakukan malaikat Jibril di
depan pintu setiap hari, dan masing-masing dari doa lima waktu
memiliki sejarah dan terminologinya sendiri.

b. Metode Penentuan Awal Waktu Salat

Ada dua cara untuk menentukan awal waktu sholat:


berdasarkan fikih, atau aturan Islam, dan berdasarkan sains, astronomi,
atau astrologi.9

1. Menetapkan Awal Waktu Sholat Secara umum, Perspektif Fiqh


Al-Qur'an menekankan bahwa umat Islam memiliki kewajiban
untuk beribadah pada jam yang telah ditentukan. Ayat 103 Surat
An-Nisa menyatakan hal ini.

Artinya: “ Jadi ketika Anda telah menyelesaikan shalat


Anda, berdiri, duduk, atau berbaring dan mengingat Allah.
kemudian mulailah shalat (seperti biasa) setelah Anda merasa
aman. Waktu orang yang beriman menentukan fardhu, yaitu
benarnya shalat.10

Sedangkan dalam surah al-Isra' ayat 78, diperintahkan


untuk mendirikan sholat subuh serta sholat sejak matahari
terbenam hingga gelap (QS. Al-Isra: 77; 78). Ini karena ada
saksi shalat subuh. Jelas dari kitab suci ini bahwa shalat Zuhur,
Ashar, Maghrib, dan Isya harus dilakukan di awal waktu.
Menurut surat at-Thaha ayat 130, yang sesuai dengan ayat-ayat
di atas, “Dan bertasbihlah kepada Tuhanmu sebelum terbitnya

9
Ahmad musonnif,Ilmu Falak metode hiab awal waktu salat , ara kiblat, hisab urfi, dan hisab
haqiqi awal bulan (Yogyakarta : teras, 2011),58.
10
Encup supriana, hisabrukyat dan aplikasinya (bandung: PT Refika aditama, 2007),

10
matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbihlah pada
tengah malam dan akhir hari, agar kamu merasa tenang." Ayat
terakhir ini menunjukkan apa arti istilah "tasbih".

Selain itu, shalat adalah bentuk ibadah yang menggunakan


gerakan matahari sebagai isyarat kapan harus dilakukan. Oleh
karena itu, tampaknya masuk akal bahwa bagian timur dunia
akan memulai periode doa sebelum bagian barat. Tentu saja, ini
juga mengakibatkan masa doa bumi bagian timur berakhir lebih
awal daripada bagian barat. Misalnya, karena matahari terbit dan
terbenam dari timur ke barat, wilayah Lampung timur dan barat
memiliki waktu sholat yang berbeda. Dari petunjuk beberapa
dalil tersebut di atas dapat dipahami bahwa waktu-waktu salat
yang disyari’atkan adalah :

a. Saat posisi matahari bergeser, itulah waktu shalat


Dhuhur.

b. Ketika bayangan benda sama panjang dengan benda


sebenarnya, itulah saat yang tepat untuk shalat Ashar.

c. Waktu shalat maghrib adalah dari sejak matahari


terbenam sampai kemegahan merah tua belum hilang
atau selama masih terlihat.

d. Menurut beberapa cerita, waktu shalat Isya


berlangsung dari saat lampu merah redup sampai subuh,
namun ada yang mengatakan sampai tengah malam atau
setengah malam.

e. Shalat Subuh dilakukan saat fajar menyingsing.

2. Penentuan Awal Waktu Salat Perspektif Sains

Jelas bahwa syarat waktu shalat dihubungkan dengan letak


matahari pada bidang langit berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan

11
sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, dari segi ilmiah
(astronomi), ada beberapa konsep kunci yang harus dipahami
sejak dini, seperti letak matahari, terutama tingginya (h), jarak
zenit (bu'du as-sumti), dan Zm = 90-h. . Jarak zenit matahari
dikaitkan dengan fenomena fajar dini hari (morning twinslight),
matahari terbit (sunrise), matahari melintasi meridian
(kulminasi), matahari terbenam (sunset), dan senja akhir (senja
sore). Dengan kemajuan yang dibuat oleh orang-orang dalam
studi astronomi. 11

Seiring berjalannya waktu, orang-orang mempelajari


teknik paling mutakhir untuk menentukan awal waktu sholat
berdasarkan hadits yang menjelaskan batasan waktu sholat
tersebut. Perkembangan teknik rubu', ephemeris, dan bahari
adalah contoh bagaimana alam surga maju dalam menetapkan
awal jam sholat ini. Mengikuti penemuan jam, yang terdiri dari
satuan jam, menit, dan detik, teknik baru ini mulai digunakan.
Awal waktu shalat ditentukan dengan menggunakan prosedur
efemeris dan bahari, yang meliputi mempertimbangkan garis
lintang, garis bujur, deklinasi matahari, Persamaan Waktu,
Tinggi Matahari, Koreksi Waktu Daerah, dan Ihtiyath. Informasi
yang dibutuhkan untuk menentukan waktu sholat sebagai
berikut:

1. Lintang tempat dan bujur tempat

Jarak antara lokasi dan ekuator, seperti yang ditentukan


oleh garis lintang kutub, dikenal sebagai garis lintang
lokasi; garis lintang selatan bertanda negatif dan garis
lintang utara bertanda positif.

Jarak antara lokasi dan garis bujur yang


melewati Greenwich, sebuah kota yang dekat dengan
London, adalah garis bujur lokasi. Dikenal sebagai Bujur
11
Susiknan Azhari, Ensiklopedia Hisab RUkyat (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2008),

12
Barat jika 180° barat London dan Bujur Timur jika 180°
timur. Garis bujur 180 derajat melintasi Alaska, Laut
Bering, dan Selat Bering. Garis Penanggalan
Internasional dibangun sepanjang garis bujur 180° ini.
Simbol garis bujur dalam astronomi sering kali disebut
(lamda).

Almanak, atlas, Global Positioning System


(GPS), dan sumber terpercaya lainnya yang digunakan
oleh masyarakat umum dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi lintang dan bujur.

2. Deklinasi Matahari Deklinasi

Matahari adalah busur pada lingkaran waktu yang


diukur dari titik kontak khatulistiwa ke pusat benda
langit utara atau selatan. Karena matahari tampak
bergerak sepanjang tahun, maka deklinasinya selalu
berubah. Hal ini disebut sebagai al-Mail dalam bahasa
Arab. A + digunakan untuk menunjukkan deklinasi
positif di utara ekuator, sedangkan digunakan untuk
menunjukkan deklinasi negatif di selatan ekuator.12

Deklinasi suatu benda langit adalah 0° ketika


benda tersebut tepat berada di garis khatulistiwa. Ketika
sebuah benda langit berada di kutub langit, ia dapat
mengalami deklinasi hingga 90, yang merupakan nilai
terbesarnya. Deklinasi tertinggi matahari adalah 23 30,
atau tepatnya 23 26'30. Sepanjang tahun, deklinasi
berubah dari hari ke hari, meskipun pada beberapa
tanggal sebagian besar tetap konstan. Deklinasinya
adalah 0° pada tanggal 21 Maret dan 23 September, saat
matahari berada di ekuator. Deklinasi maksimum

12
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu falak (Jakarta timur : postaka Al-Kausar, 2015),
131-132

13
matahari, atau 23 26'30 utara ekuator, terjadi pada 22
Juni”.

Jadi, dari tanggal 21 Maret hingga 23


September, pergerakan semu matahari berada di utara
ekuator, yang menunjukkan deklinasi positif. Selain itu,
deklinasi negatif selama enam bulan di selatan
khatulistiwa, dari 23 September hingga 21 Maret.13

3. Equation of time Equsation

Kesenjangan antara kulminasi aktual matahari


dengan waktu rata-ratanya dikenal dengan satuan waktu
dalam bahasa Indonesia. Dan untuk tujuan penentuan
waktu sholat, biasanya ditulis dengan huruf "e".

4. Ketinggian matahari (h)

Panjang busur lingkaran vertikal dari cakrawala ke


matahari dikenal sebagai tinggi matahari. Ketinggian ini
diberikan dalam derajat (), dengan nilai minimal 0 dan
nilai maksimal 90. Nilai positif (+) jika matahari berada
di atas ufuk dan negatif (-) jika berada di bawah ufuk.
Simbol matematika "ho" menunjukkan ketinggian
matahari. Huruf "o" adalah singkatan dari deklinasi
matahari dan huruf "h" berasal dari kata high (tinggi).

5. Meridian pass

Saat matahari berada tepat di atas meridian langit,


atau tepat di atasnya, dikatakan berada dalam "lintasan
meridian", yang saat ini tepat pukul 12 waktu
sebenarnya.

6. Interpolasi
13
Ahmat musonnif, ilmu falak metode hisab awal waktu salat, arahkiblat hisab urfi dan hisab
haqiqiawal bulan (Yogyakarta: Teras, 2011), 51

14
Metode pengambilan nilai atau harga yang berada
di antara dua nilai lain disebut interpolasi.

7. Ikhtiyar

Ikhtiyat, yang dalam bahasa Arab berarti


"kehati-hatian", mengacu pada praktik penambahan
jumlah menit tertentu pada perhitungan untuk menjamin
hasil yang akurat dan disampaikan tepat waktu. Sisi
positifnya, menggunakan teknik-teknik modern ini,
termasuk ihtiyath, menghasilkan keuntungan yang
signifikan karena memungkinkan umat Islam untuk
merencanakan sholat mereka sepanjang bulan dan tahun
dengan memungkinkan mereka mengetahui kapan waktu
sholat akan dimulai dan kapan akan berakhir. Bahkan,
umat Islam bisa menjadwalkan sholat abadi dengan
menggunakan teknik ini.14

14
Ibid., 161

15
G. Metode Penelitian

1. Pedekatan penelitian
Dalam penelitian ini penelitian menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitan dan pemahaman berdasarkan
pada metodelogi yang melidiki suatufenomena social dan masalah manusia.
Dalam strategi ini, penelitian menekankan pada karakteristik realitas
yang dikonstruksikan secara sosial; keterkaitan antara penelitian dan proses
dan makna subjek yang diteliti (perspektif subjek) lebih ditekankan dalam
penelitian kualitatif; Landasan dan teori digunakan sebagai pedoman untuk
memastikan fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.15
Sehingga penelitian menggunakan pendeatan kualitatif untuk
mengetahui realita yang ada dilapangan terkait studi analisis titik koordinat
geografis untuk penentuan awal waktu salat di Bima.
2. Kehadiran penelitian
Dalam memperoleh data, penelitian berfungsi sebagai instrument kunci
dan sekaligus sebagai pengumpulan data yang langsung melibatkan diri
dilokasi penelitian. Kehadiran pada lokasi penelitian dilapangan menjadi
segala dalam keseluruhan dilaangan. Kehadiran penelitian ditunjukan bukan
untuk mempenaruhi subjek penelitian, teapi untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat dan valid bahwa keberadaan yang ditliti benar-benar
ada.
3. Kehadiran Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari nama data yang dapat
diperoleh. Apabilah penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik secara tertulis ataupun
secara lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber
data nya bisa berupa gerak , atau proses sesuatu.16

15
Juliansyah Nor, metodelogi penelitian skripsi, tesi, desertasi dan karya ilmiah (Jakarta:
kencana, 2017), H. 3.
16
Suharsimi Arikunto , prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2014), H. 172.

16
Dengan demikian karena peneliti menggunakan tehnik-tehnik yang
telah disebutkan diatas maka menjadi sumber data bagi peneliti adalah
kementrian agama kota Bima dan kemenang di kota Bima.
Terkait sumber data di atas, maka data-data diperoleh peneliti ada dua
kategori yaitu:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
objek yang diteliti. Dengan kata lain dating yang diperoleh
langsung dari lapangan berdasarkan observasi mengenai
gambaran umumlokasi penelitian. Penelitian juga melakukan
wawancara agar mengetahui bagaimana penentuan titik
koordinat geografis awal waktu salat di Bima Nusa Tengara
Barat (NTB).
b. Data sekunder adalah informasi yang peneliti kumpulkan
melalui bahan bacaan dengan fokus yang mirip dengan mereka,
seperti buku, dokumen, dll.17
4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan tiga metode dalam penyelidikan ini untuk
mengumpulkan data yang mereka butuhkan.
Diantaranya adalah:
a. Observasi
Tes, angket, rekaman foto, dan rekaman surat semuanya dapat
digunakan untuk mengamati karena observasi adalah tindakan
memperhatikan suatu hal dengan seluruh panca inderanya. 18 Peneliti
memiliki observasi persitipan yaitu metode pengumpulan data, peneliti
ikut berparstipasi secara langsung dengan objek penelitian, peneliti hanya
mematikan objek yang diteliti secara langsung. Dengan metode ini peneliti
ingin mendapatkan data terkait penentuan awal waktu salat. Terhadap
peningkatan waktu-waktu salat di kota Bima.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dilakukan
dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai.wawancara

17
Bagong suyanto dan sutina, metode penelitian social berbagai alternatif pendekatan, (Jakarta:
Kencana, 2007), H. 55.
18
Suharsimi, prosedur, h. 199-200

17
adalah teknik Tanya jawab untuk memperoleh informasi dari responder.19
Diantara beberapa macam wawancara, dalam penelitian menggunakan
jenis wawancara seperti ini agar agar merasa bebas dan trjalin pendekatan
emosional sehingga mudah dalam melakukanpernyataan-pernyataan pada
informasih agar memperoleh data yang benar-benar valid. Dalam
penelitian ini, penelitian melakukan wawancara dengan mentri agama di
Bima, kepala kemenang di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
c. Dokumentasi
Bagaimana mendapatkan informasi dari sumber-sumber tertulis seperti
arsip, buku-buku tentang teori, pendapat, pernyataan, perundang-
undangan, dan bahan-bahan lain yang relevan dengan kesulitan
penelitian.20 Atau, dengan kata lain, banyak informasi disimpan dalam
materi yang berbentuk dokumen. Sebagian besar informasi disajikan dalam
bentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, foto, dan film.
Atribut utama data ini adalah kurangnya kendala spasial dan temporal,
yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari peristiwa yang terjadi di
masa lalu. Dengan demikian, pendekatan ini merupakan cara peneliti
mengumpulkan data dan informasi dengan cara mencari informasi berupa
catatan, transkrip, atau makalah atau data penting lainnya.

19
Suharsimi, prosedur, h.138.
20
Nurul Zuriah, metodologi penelitian social dan pendidikan teori-aplikasi (Jakarta: PT bumi
askara, 2006), H.191

18
5. Teknik Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya di ikuti dengan
analisis. Melalui analisis data sangat beraneka ragam dan berjumlah banyak
didapatkan menjadi keterangan empiris yang ringkas dan mudah dimengerti.21
Analisis dta dalam penelitian adalah proses pelacakan dan peraturan secara
sistematis transkip, wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut
agar dapat diinterprestasikan temuannya kepada orang lain.22 Miles dan
Hubermant mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data penelitian yaitu:

21
Nurul Zuriah, metodologi penelitian social, (malang: universitas muhammadiyah press
2003), H.7
22
Nurul, metodelogi, H. 217.

19
a. Reduksi data
Resuksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan polanya. Data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran jelas dan mudah untuk
melakukan pengumpulan data. Data yang telah direduksi maka selanjutnya
adalah memparkan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi
tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.23

b. Penyajian Data
Analisis data, yang digunakan untuk memperdalam pemahaman
tentang kejadian dan sebagai panduan untuk mengambil tindakan
berdasarkan pemahaman dan analisis penyajian data, merupakan tahap
analisis krusial kedua dalam penelitian kualitatif. Sebaiknya menilai atau
mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang dapat diperoleh dari
pemaparan tersebut karena dengan data yang disajikan, kita melihat dan
dapat menangkap apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan yang merupakan hasil penelitian untuk
menjawab topik penelitian berdasarkan temuan analisis data merupakan
kegiatan analisis ketiga.24 Dalam penelitian kualitatif, makna ditentukan
dari pengumpulan data dengan mengidentifikasi pola, penjelasan,
pengaturan yang memungkinkan aliran kasual, dan proposisi. 25
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melengkapi, mengklarifikasi, dan
menyederhanakan data yang telah diolah di lapangan, meliputi data yang
diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebelum
memberikan kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis.

23
Imam gunawan, metode penelitian kualitatif teori dan praktek, (Jakarta: sinar grafika offset,
2006), H. 210-211
24
Abid, h.212
25
Emir, metodologi penelitian kualitatif: analisis data, (Jakarta: PT Rajagrafindo prasada,
2012), h.133

20
6. Keabsahan Data
Setelah data terkumpul dan dievaluasi, tahap selanjutnya adalah
menentukan validitasnya, yang dapat dipahami sebagai tingkat kepercayaan
terhadap kemampuan data untuk secara akurat mewakili dunia nyata atau
sebaliknya. Pendekatan inspeksi, seperti kegigihan pengamat, triangulasi,
evaluasi rekan melalui percakapan, dan kecukupan referensi, diperlukan untuk
memastikan validitas data.
a. Meningkatkan ketekunanan
Berarti melakukan penelitian lebih cermat dan berkesenambungan,
dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
b. Tringulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecek kan atau atau sebagai perbandingan
terhadap data tersebut. Tringulasi data dalam penelitian bertujuan untuk
mengecek keabsahan data tertentu dengan membandingkan data tertentu
yang diperoleh dari sumber lain.
c. Pembahasan dengan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara merespon hasil penelitian dengan
cara diskusi dengan teman sejawat, dosen pembimbing, atau dengan
seseorang yang ahli. Dengan cara demikian, peneliti berusaha mencari
kelemahan taksiran yang kurang jelas, keraguan terhadap data yang
ditemukan.
d. Kecukupan referensi
Teknik ini penelitian gunakan bila data diperoleh dari bahan
dokumentasi atau catatan ditemukan dilokasi peneliti perlu diperkuat
dengan dokumen dan catatan referensi lain dari hasil penelitian terdahulu.
Dengan menambahkan referensi penelitian mengecek kembali keabsahan
data dan informasi yang diperoleh dilokasi penelitian.

21
H. Sistematika Pembahasan
1. Bagian awal, meliputi: halaman sampul, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pernyataan keaslian skripsi, pengesahan dewan penguji, halaman
motto, halaman persembahan, pedoman transliterasi, kata pengantar, daftar isi,
daftar gambar (bila ada), daftar table (bila ada)dan abstrak.
2. Bagian isi meliputi:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan,


perumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, serta sistematis
penelitian.

Bab II merupakan paparan data, dibagian ini diungkapkan seluruh data dan
temuan peneliti.

Bab III merupakan pembahasan, dibagian ini diungkapkan proses analisis


terhadap temuan penelitian sebagaimana diungkapkan pada bagian pendahuluan
pada Bab II (dua) berdasarkan pada prespektif penelitian atau kerangka teoritik
sebagaimana diungkapkan pada bagian pendahuluan.

Bab IV merupakan penutup, pada bagian ini akan termuat kesimpulan dan saran
penelitian.

3. Bagian akhir meliputi: Daftar pustakaan, daftar lampiran dan daftar riwayat
hidup penulis.

22
LAMPIRAN 1

Kabupaten Bima
Hari Tgl Imsak Subuh Terbit Dzuhur Ashar MagribIsya
1 1/03 04:44 04:54 06:07 12:21 15:24 18:29 19:39
2 2/03 04:44 04:54 06:07 12:21 15:24 18:29 19:38
3 3/03 04:44 04:54 06:07 12:21 15:25 18:28 19:38
4 4/03 04:44 04:54 06:07 12:21 15:25 18:28 19:37
5 5/03 04:44 04:54 06:07 12:21 15:25 18:27 19:37
6 6/03 04:44 04:54 06:07 12:20 15:26 18:27 19:36
7 7/03 04:44 04:54 06:07 12:20 15:26 18:26 19:36
8 8/03 04:44 04:54 06:07 12:20 15:26 18:26 19:35
9 9/03 04:44 04:54 06:07 12:20 15:27 18:25 19:34
10 10/03 04:45 04:55 06:07 12:19 15:27 18:25 19:34
11 11/03 04:45 04:55 06:07 12:19 15:27 18:24 19:33
12 12/03 04:45 04:55 06:07 12:19 15:27 18:24 19:33
13 13/03 04:45 04:55 06:07 12:19 15:28 18:23 19:32
14 14/03 04:45 04:55 06:07 12:18 15:28 18:23 19:32
15 15/03 04:45 04:55 06:07 12:18 15:28 18:22 19:31
16 16/03 04:45 04:55 06:07 12:18 15:28 18:22 19:31
17 17/03 04:45 04:55 06:07 12:18 15:28 18:21 19:30
18 18/03 04:45 04:55 06:07 12:17 15:29 18:21 19:30
19 19/03 04:45 04:55 06:06 12:17 15:29 18:20 19:29
20 20/03 04:45 04:55 06:06 12:17 15:29 18:20 19:28
21 21/03 04:45 04:55 06:06 12:17 15:30 18:20 19:28
22 22/03 04:44 04:54 06:06 12:16 15:30 18:19 19:28
23 23/0304:44 04:54 06:06 12:16 15:29 18:18 19:27
24 24/03 04:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:18 19:26
25 25/0304:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:17 19:26
26 26/03 04:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:17 19:25
27 27/0304:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:16 19:25
28 28/03 04:44 04:54 06:06 12:14 15:29 18:15 19:24
29 29/03 04:44 04:54 06:06 12:14 15:29 18:15 19:24
30 30/03 04:44 04:54 06:06 12:14 15:29 18:14 19:23
31 31/03 04:44 04:54 06:06 12:13 15:29 18:14 19:23

Kota Bima
Hari Tgl Imsak Subuh Terbit Dzuhur Ashar MagribIsya
1 1/03 04:43 04:53 06:06 12:21 15:23 18:29 19:38
2 2/03 04:43 04:53 06:06 12:21 15:24 18:28 19:38
3 3/03 04:44 04:54 06:06 12:21 15:24 18:28 19:37
4 4/03 04:44 04:54 06:06 12:20 15:24 18:27 19:37
5 5/03 04:44 04:54 06:06 12:20 15:25 18:27 19:36
6 6/03 04:44 04:54 06:06 12:20 15:25 18:26 19:36
7 7/03 04:44 04:54 06:06 12:20 15:26 18:26 19:35
8 8/03 04:44 04:54 06:06 12:19 15:26 18:25 19:35
9 9/03 04:44 04:54 06:06 12:19 15:26 18:25 19:34
10 10/03 04:44 04:54 06:06 12:19 15:26 18:24 19:33
11 11/03 04:44 04:54 06:06 12:19 15:27 18:24 19:33

23
12 12/03 04:44 04:54 06:06 12:18 15:27 18:23 19:32
13 13/03 04:44 04:54 06:06 12:18 15:27 18:23 19:32
14 14/03 04:44 04:54 06:06 12:18 15:27 18:22 19:31
15 15/03 04:44 04:54 06:06 12:18 15:28 18:22 19:31
16 16/03 04:44 04:54 06:06 12:17 15:28 18:21 19:30
17 17/03 04:44 04:54 06:06 12:17 15:28 18:21 19:30
18 18/03 04:44 04:54 06:06 12:17 15:28 18:20 19:29
19 19/03 04:44 04:54 06:06 12:16 15:28 18:20 19:29
20 20/03 04:44 04:54 06:06 12:16 15:28 18:19 19:28
21 21/03 04:44 04:54 06:06 12:16 15:29 18:19 19:28
22 22/03 04:44 04:54 06:06 12:16 15:29 18:19 19:27
23 23/03 04:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:18 19:26
24 24/03 04:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:17 19:26
25 25/03 04:44 04:54 06:06 12:15 15:29 18:17 19:25
26 26/03 04:44 04:54 06:06 12:14 15:29 18:16 19:25
27 27/03 04:44 04:54 06:06 12:14 15:29 18:16 19:24
28 28/03 04:44 04:54 06:05 12:14 15:29 18:15 19:24
29 29/03 04:44 04:54 06:05 12:14 15:29 18:14 19:23
30 30/03 04:43 04:53 06:05 12:13 15:29 18:14 19:23
31 31/03 04:43 04:53 06:05 12:13

24
Lampiran 2

25

You might also like