Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:

http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

Penerapan Hak Pekerja Atas Upah Minimum


Berdasarkan Asas Penghidupan Layak Dan Keadilan Bagi
Halaman | 1 Pekerja Notaris/PPAT

Claresia Tifany Aulia Putri

Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, claresia2105@gmail.com

Abstract
This thesis entitled “The Implementation of Workers’ Rights to Minimum Wages based on Decent Living Principle for
Notary/PPAT workers in Klaten. This thesis aims to find out and investigate the implementation of workers’ rights to
the minimum wages for Notary/PPAT workers as long as to find out whether the implementation of workers rights to
the minimum wages for Notary/PPAT workers in Klaten have been based on the principle of decent living or not. This
research is an empirical legal research based on the legal sociology and legislation approach. The source of the data is
primary data, obtained directly from the respondents as the main data and by direct interviews at the Notary/PPAT
Office of the Central and North Klaten District. The secondary data consists of primary and secondary legal materials
which is being analyzed using legal analysis method. The result shows that in the process of determining the Minimun
Wages, all workers at Notary/PPAT in Central Klaten Sub-district have not received the standard Minimum wages for
about Rp500.000-Rp1.500.000, meanwhile in North Klaten Sub-district there are some workers that already received
salary more than the standard of the minimum wages. The implementation of workers’ rights to the minimum wages
have not fulfilled the decent living principle and equity because there are workers who get lower salary than the
Minimum Wages standards so that the wages are not sufficient to meet their daily needs and there are inequity in the
provision of wages based on background of education, length of work and balance of importance.
Keywords : workers’ rights, minimum wages, Decent Living Principle, Notary/PPAT.

1. Pendahuluan
Upah merupakan salah satu unsur esensial dalam hubungan kerja, mengingat
keberadaan upah selalu dikaitkan dengan sumber penghasilan bagi pekerja/buruh untuk
mencapai derajat penghidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya. Dengan dasar
tersebut maka diharapkan terwujud sistem pengupahan yang berkeadilan, guna tercapainya
kesejahteraan berdasar asas penghidupan layak. Penghasilan yang memenuhi penghidupan
layak adalah jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja dari hasil pekerjannya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya secara wajar meliputi makanan,
minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua (Endah
Pudjiastuti, 2008: 12).
Asas penghidupan layak merupakan cerminan dari Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yang secara tegas disebutkan “Tiap - tiap warga negara berhak atas
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar
Jurnal 1945 mengatur bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
YUSTIKA perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Salah satu kewajiban konstitusional dari
negara dalam hal ini pemerintah adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga
Media Hukum dan Keadilan
Fakultas Hukum Universitas Surabaya
Vol. XX No. X, Desember 201X negaranya. Bekerja merupakan bagian dari hak asasi warga negara dalam rangka
P-ISSN: xxxxx,
E-ISSN: xxx-xxxx mempertahankan eksistensi kehidupannya (Lalu Husni, 2020: 13). Selain pemberian Upah
Minimum berdasarkan asas penghidupan layak sebagai upaya terwujudnya kesejahteraan bagi
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

pekerja, dalam pemberian upah perlu memperhatikan asas pengupahan yang berkeadilan.
Upah berdasarkan asas keadilan Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
adalah melihat keseimbangan antara kepentingan pekerja dan kepentingan pengusaha
Halaman | 2
( Yetinawati, 2017: 88). Setiap orang berhak mendapatkan penghasilan yang layak, maka
Judul
upah itu harus layak bagi para pekerja dan layak juga bagi pengusaha ( Yetinawati, 2017:
Pengarang
88).
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terdapat perubahan
beberapa ketentuan mengenai pengupahan yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sebagai peraturan pealaksanannya
maka dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
Peraturan Pemerintah tersebut mengatur bahwa pengusaha dilarang membayar upah
lebih rendah dari upah minimum. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja/buruh
dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, bagi pekerja/buruh dengan masa kerja
lebih dari 1 (satu) diharapkan lebih dari ketentuan upah minimum agar tercapai
penghidupan layak guna memenuhi kebutuhan diri sendiri dan rumah tangga bagi yang
sudah berkeluarga.
Notaris/PPAT adalah pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang
memperoleh kewenangan secara atributif dari negara (Zaenal Efendi, Wepy Susetiyo,
2018: 50). Notaris sebagai Pejabat umum (openbaar ambtenaar) berwenang membuat akta
otentik sehubungan dengan kewenangannya tersebut Notaris/PPAT dapat dibebani
tanggung jawab atas perbuatannya/pekerjaannya dalam membuat akta otentik (Kunni
Afifah, 2017: 151). Notaris/PPAT merupakan suatu profesi hukum yang terhormat dan
luhur (officium noblie) yang membedakan dengan jabatan-jabatan yang lain dalam
masyarakat. Notaris/PPAT dalam menjalankan pekerjannya memerlukan bantuan
pekerja guna menjalankan operasional kantornya, sehingga Notaris/PPAT merupakan
pemeberi kerja. Hubungan hukum antara Notaris/PPAT merupakan hubungan kerja,
dimana di dalamnya terdapat unsur perintah, pekerjaan, upah serta terdapat hak dan
kewajiban diantara kedua belah pihak. Secara sosial ekonomis kenyatannya kedudukan
antara pengusaha dan buruh tidaklah sama. Buruh berada di posisi yang lemah sehingga
seringkali hak nya atas upah yang adil belum terpenuhi.
Upah Minimum Kota Klaten berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 561/39 Tahun 2021 tentang Upah Minimum Pada 35 ( Tiga Puluh Lima)
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022 sebesar Rp. 2.015.623,36. Apabila
dibandingkan dengan Upah Minimum Kota Klaten tahun 2021 hanya naik sekitar 0,2%
atau hanya Rp. 4.109,36 saja. Melalui ketetapan upah minimum yang setiap tahunnya
akan dinaikkan besarannya, diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan dan
produktivitas tenaga kerja di Indonesia (Arrista Trimaya, 2014: 11). Wilayah Kabupaten
Klaten terletak di jalur yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Kota
Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan demikian Kota Klaten akan dilirik
oleh perusahaan - perusahaan nasional untuk berinvestasi yang mengakibatkan
Notaris/ PPAT banyak berdatangan membuka kantor di Kota Klaten. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Pengurus Wilayah Jawa Tengah Ikatan Notaris Indonesia ( INI )
Notaris/ PPAT di Kabupaten Klaten berjumlah 150 orang (
https://silandu.kemenkumham.go.id/sinotaris).
Pemerintah dengan menetapkan upah minimum Tahun 2022 seharusnya
menjadikan tolak ukur bagi para pengusaha dalam memberikan upah kepada
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

pekerjanya. Notaris/ PPAT selaku pemberi kerja dalam memberikan upah terhadap
pekerja seharusnya mengacu pada upah minimum. Fakta sosialnya, dengan adanya
penetapan mengenai nominal upah minimum masih terdapat pelanggaran mengenai
Jurnal Yustika pemberian
Vol. XX No. X, Des 201X
Halaman | 3
Judul
Pengarang Upah, masih ada beberapa pengusaha yang memberikan upah kepada pekerjanya di bawah
Upah Minimum dengan beban kerja yang tidak sesuai dengan upah yang diberikan. Disisi
lain pendapatan pengusaha khususnya dalam hal ini Notaris/PPAT yang tidak menentu di
setiap bulannya mengakibatkan Notaris/PPAT mengalami kesulitan untuk memberikan
gaji kepada pekerjanya sesuai dengan Upah Minimum.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan hak pekerja atas upah minimum bagi pekerja Notaris/PPAT di
Kota Klaten?
2. Apakah penerapan hak pekerja atas upah minimum telah berdasarkan asas penghidupan
layak dan keadilan bagi pekerja Notaris/PPAT di Kota Klaten?

2. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah Pendekatan Sosiologi Hukum dan Pendekatan Peraturan
Perundang-Undangan. Lokasi Penelitian di Kantor Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Tengah
dan Klaten Utara. Narasumber dalam penelitian ini adalah Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten
Klaten, Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, Ketua Ikatan Notaris Klaten, Ketua Ikatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) Klaten, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
Klaten. Responden dalam penelitian ini adalah 25 pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten
Tengah dan Utara. Cara pengumpulan data dengan cara mencari dan mengumpulkan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan judul dalam penelitian ini serta pendapat
hukum dan non hukum. Dan melakukan wawancara dengan narasumber dan responden.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


3.1. Penerapan Hak Pekerja atas Upah Minimum bagi Pekerja Notaris/PPAT di Kota
Klaten
3.1.1 Proses Penetapan Upah Minimum di Kota Klaten
Berdasarkan data mengenai Berita Acara Usulan Upah Minimum Kabupaten
Klaten Tahun 2022 terdapat hasil usulan/rekomendasi penyesuaian Upah Minimum
Kabupaten Klaten Tahun 2022 sebesar Rp. 2.015.623,36 naik sebesar 0,20% atau Rp.
4.108,45 dari Upah Minimum Kabupaten Tahun 2021 sebesar Rp. 2.011.514,91. Pada
hari Jumat Tanggal 19 November 2021 bertempat di Dinas Perindustrian dan Tenaga
Kerja, Dewan Pengupahan Kabupaten Klaten mengadakan Rapat Pembahasan
Perhitungan Penyesuaian Nilai Upah Minimum Kabupaten Klaten Tahun 2022 dengan
hasil sebagai berikut:
a. Pembahasan perhitungan penyesuaian nilai Upah Minimum Kabupaten Klaten
Tahun 2022 dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan yang berangotakan sebagai
berikut:
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

1.Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja unsur Pemerintah;


2.Dosen Fakultas Ekonomi unsur Akademisi; Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
3.Kepala Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi unsur Pemerintah;
4.Statistisi Muda Badan Pusat Statistik Pemerintah; Halaman | 4
5.Dewan Pimpinan Kota Asosiasi Pengusaha Indonesia unsur pengusaha; Judul
6.Ketua Dewan Pengurus Cabang Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Pengarang
Indonesia unsur serikat pekerja;
7. Kepala Seksi Hubungan Industrial dan Ketenagakerjaan unsur Pemerintah;
8. Mediator Hubungan Industrial unsur Pemerintah;
9. Staff Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja unsur Pemerintah.
b. Anggota Dewan Pengupahan Kabupaten Klaten sepakat dalam hal pembahasan
perhitungan penyesuaian nilai upah minimum Kabupaten Klaten

Tahun 2022 berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 dan data yang
dipergunakan dalam perhitungan Penyesuaian Nilai Upah Minimum Kabupaten Klaten
bersumber pada Surat Menteri Ketenagakerjaan Nomor B-M /383/HI.01.00/XI/2021
tanggal 9 November 2021 perihal Penyampaian Data Perekonomian dan Ketenagakerjaan
Dalam Penetapan Upah Minimum Tahun 2022, serta Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor
561/0016096 tanggal 16 November 2021 perihal Rekomendasi Upah Minimum
Kabupaten/Kota Tahun 2022;
c. Data-data yang dipergunakan dalam perhitungan sebagai berikut:
1. Rata-rata Konsumsi Perkapita (2021) : Rp. 972. 999
2. Rata-rara Jumlah ART (2021) : 3,28
3. Rata-rata ART Bekerja (2021) : 1,46
4. Upah Minimum Tahun Berjalan (UM) (2021) : Rp. 2.011.514, 91
5. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi (PE) (%) : 0,97
6. Inflasi Provinsi (%) (2021) : 1, 28
7. Batas Atas (BA) : Rp. 2.185.915.56
d. Formula Penyesuaian Nilai Upah Minimum pada Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2021 tentang Pengupahan Pasal 26 ayat (5) sebagai berikut:

Sehingga,

BU −UM
UM(t+1) = {Мax) (ΡΕ (t) , Inflasi(T)) x x
BA−BB

1,28 Rp.2 .185 .915,56−Rp 2.011.514,91


= Rp. 2.011,514,91 + {( )X X Rp. 2.011.514,91}
100 Rp . 2.185 .915,56−Rp .1092.957,78

= Rp. 2.015.623,36.
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

3.1.2 Penerapan Pemberian Upah Minimum bagi Pekerja Kantor Notaris/PPAT di Kota
Klaten
Penerapan upah minimum di lokasi penelitian yaitu Kantor Notaris/PPAT di
Jurnal Yustika Kecamatan Klaten Tengah dan Klaten Utara, masih terdapat banyak pekerja yang tidak
Vol. XX No. X, Des 201X
mendapatkan upah lebih besar daripada upah minimum sebagaimana diatur dalam peraturan
Halaman | 5
perundang-undangan namun antara pemberi kerja yaitu Notaris/PPAT dengan pekerjanya
Judul sudah memenuhi unsur-unsur hubungan kerja yaitu adanya pekerjaan, perintah dan upah
Pengarang
sehingga seharusnya pekerja mendapatkan hak-hak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan hasil penelitian dengan responden, para pekerja
dipekerjakan tidak menggunakan perjanjian kerja hanya kesepakatan lisan mengenai upah, jam
kerja, peraturan kerja dan deskripsi pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
menggunakan wawancara langsung dengan responden, penulis menemukan jumlah populasi
sebanyak 77 pekerja Kantor Notaris/PPAT di Klaten Tengah dan 88 pekerja di Notaris/PPAT
di Klaten Utara dengan menggunakan teknik sampling yaitu random sampling, dengan sampel
25 pekerja di Kantor Notaris/PPAT Klaten

Tengah dan Klaten Utara. Berikut disampaikan upah yang diterima responden di
Klaten Tengah berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 pekerja Kantor
Notaris/PPAT di Klaten Tengah:

Tabel 1.
Upah Responden Klaten Tengah
Upah Responden Jumlah Responden Hasil Presentase

Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 4 33%

Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000 6 50%

Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 2 17%

≥ Rp. 2.000.000 - -

Jumlah 12 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 1 tentang upah responden, seluruh responden mendapatkan


upah dibawah standar upah minimum dengan rentang upah Rp. 500.000 – Rp.1.000.000
sebanyak 4 pekerja dengan presentase 33%, rentang upah Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
sebanyak 6 pekerja dengan presentase 50% , dan rentang upah Rp. 1.500.000 – Rp.
2.000.000 sebanyak 2 pekerja dengan presentase 17%. Berdasarkan hasil penelitian
dengan responden pekerja Notaris/PPAT di Klaten Tengah tidak ditemukan pekerja
yang mendapatkan upah lebih dari (≥ ) Upah Minimum Kabupaten Klaten senilai Rp.
2.015.623,36. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Eka sebagai pekerja Kantor
Notaris/PPAT di Klaten Tengah dengan masa kerja 1 tahun 7 bulan pada awal tidak
ada perjanjian kerja, namun ada kesepakatan pemberian upah senilai Rp. 750.000,
hingga saat ini dengan masa kerja lebih dari 1 tahun belum pernah mendapatkan
kenaikan upah. Menurut beliau, berharap agar kedepannya ada kenaikan upah
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

sebagaimana UMK Klaten agar dapat memenuhi kebutuhannya yang saat ini baru
memiliki anak usia 3 bulan. Menurutnya, saat ini upah yang diterima hanya cukup Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
Berikut disampaikan upah yang diterima responden di Klaten Utara berdasarkan Halaman | 6
hasil wawancara terhadap 13 pekerja Kantor Notaris/PPAT di Klaten Utara: Judul
Tabel 2. Pengarang
Upah responden Klaten Utara

Upah Responden Jumlah Responden Hasil Presentase


Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 1 8%
Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000 3 23%
Rp. 1. 500.000 - Rp. 2.000.000 4 31%
≥ Rp. 2.000.000 5 38%
Jumlah 13 100%
Sumber : Data primer yang diolah.

Berdasarkan tabel 15 tentang upah responden, rentang upah Rp. 500.000 – Rp.1.000.000
sebanyak 1 pekerja dengan presentase 8%, rentang upah Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 3
pekerja dengan presentase 23% , rentang upah Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 sebanyak 4 pekerja
dengan presentase 31% dan terdapat pemberian upah lebih dari (≥) UMK sebanyak 5 orang
dengan presentase 38% sehingga masih terdapat Notaris/PPAT selaku pemberi kerja yang
menerapkan pemberian upah lebih tinggi dari standar Upah Minimum Kabupaten Klaten apabila
dibandingkan dengan pemberian upah pekerja Kantor Notaris/PPAT di Klaten Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian, Notaris/PPAT yang memberikan upah lebih tinggi daripada upah
minimum berlaku bagi pekerja dengan masa kerja lebih dari 3 tahun atau yang sudah ikut
bekerja sejak kantor Notaris/PPAT itu di buka. Notaris/PPAT dalam menetapkan standar
pemberian upah terhadap pekerjanya tidak melihat latar belakang pendidikan para pekerjanya
namun dilihat dari masa kerja dan kualitas pekerjannya. Namun masih terdapat salah satu
pekerja dengan masa kerja lebih dari 3 tahun mendapatkan upah kurang dari UMK. Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu responden yaitu Ibu Pras (pada tanggal 10 Mei 2022) sebagai
pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Utara sudah bekerja selama 6 tahun dengan status
pekerja tetap dan masih mendapatkan upah dengan rentang upah Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000.
Pada awal bekerja tidak terdapat perjanjian kerja dan tidak ada kesepakatan pemberian upah.
Hal tersebut berbeda dengan Ibu Widi berdasarkan hasil wawancara dengan responden (pada
tanggal 27 April 2022) dengan masa kerja 13 tahun sudah mendapatkan upah lebih dari (≥) UMK
dan Ibu Enggar dengan masa kerja 6 tahun sudah mendapatkan upah lebih dari (≥) UMK,
dengan status pekerja tetap dan diawal bekerja terdapat kesepakatan pemberian upah dengan
masa percobaan 3 bulan kurang dari UMK dan untuk bulan berikutnya akan mendapatkan upah
di atas UMK. Keduanya bekerja di Kantor Notaris/PPAT yang sama.
Menurut penulis jika dikaitkan dengan teori upah sosial yaitu semua buruh harus
menghasilkan sesuai dengan kecakapan masing-masing dan akan menerima upah sesuai dengan
kebutuhannya (from each according to his ability, to each according to his need). Di Negara Indonesia
sudah sejak Tahun 1970-an mengenal penetapan upah minimum, padahal banyak negara yang
lebih maju belum mengaturnya. Upah minimum merupakan elemen penting dalam kebijakan
sosial Indonesia. Sistem yang dikembangkan di Indonesia adalah penekanan pada
proposionalitas pengupahan yakni, praktik pengaitan upah dengan ‘kebutuhan pekerja/buruh’
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

(Guus Heerma van Vos, Surya Tjandra, 2012: 21). Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap
pekerja Notaris/PPAT di Klaten Tengah dan Klaten Utara masih terdapat banyak pekerja yang
mendapatkan upah lebih rendah daripada standar upah minimum. Menurut Sonny Keraf,
Jurnal Yustika sebagaimana dikutip oleh (Niru Anita Sinaga, Tiberius Zaluchu, 2017: 67), salah satu hak yang
Vol. XX No. X, Des 201X dimiliki oleh pekerja adalah hak atas upah yang adil yaitu upah merupakan kompensasi atau
Halaman | 7 wujud imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja atas hasil kerjanya. Setiap pekerja yang telah
Judul melakukan pekerjaannya berhak untuk memperoleh upah yang adil yang sebanding atau sesuai
Pengarang dengan tenaga yang telah dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat pekerja
yang mendapatkan upah senilai Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 dan Rp. 1.000. 000 - Rp. 1.500.000
dengan masa kerja di bawah 1 tahun maupun dengan masa kerja lebih dari 1 tahun, pendidikan
SMA/SMK dan sarjana masih mendapatkan upah di bawah upah minimum.
Apabila dikaji dengan menggunakan pendekatan sosiologi hukum melalui pendekatan
sosiologi hukum, menurut Soerjono Soekanto (1988:25) bahwa sosiologi hukum adalah suatu
ilmu pengetahuan yang secara teoritis analitis dan empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain
terhadap hukum, dan sebaliknya. Menurut Purbacaraka dan Soerjono Soekanto (1983:35),
kegunaan sosiologi hukum sebagai mengadakan evaluasi terhadap efektifitas hukum tertulis
(mengukur berfungsinya suatu peraturan di dalam masyarakat), di lokasi penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan hak pekerja atas upah minimum di lokasi penelitian tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masih banyak pemberi kerja dalam hal ini
Notaris/PPAT yang membayar upah jauh lebih rendah dari hasil penetapan upah minimum
Kabupaten Klaten Tahun 2022. Pemberian upah di bawah standar upah minimum tidak
mencerminkan penerapan hak pekerja untuk mendapatkan upah lebih tinggi daripada upah
ninimum, meskipun para pekerja Notaris/PPAT mendapatkan upah di bawah standar upah
minimum mereka tidak melakukan pengaduan ke Dinas Ketenagakerjaan.

3.2. Penerapan Hak Pekerja atas Upah Minimum berdasarkan Asas Penghidupan Layak dan
Keadilan bagi Pekerja Kantor Notaris/PPAT di Kota Klaten
3.2.1. Penerapan Hak Pekerja Kantor Notaris/PPAT atas Upah Minimum berdasarkan Asas
Penghidupan Layak
Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan hak pekerja Kantor Notaris/PPAT di
Klaten atas Upah Minimum berdasarkan asas penghidupan layak, maka penulis telah melakukan
survei dengan melakukan wawancara secara langsung untuk memperoleh data 25 pekerja di
Klaten Tengah dan Klaten Utara yang dipilih menjadi responden. Adapun proporsi responden
dapat dilihat dari bebergai variabel seperti pengaruh upah minimum untuk kebutuhan sehari-
hari, upah yang diterima dan komponen yang dapat terpenuhi. Tabel dibawah ini, merupakan
berbagai variabel tersebut di atas untuk mengetahui penerapan hak pekerja atas Upah Minimum
berdasarkan asas penghidupan layak.

Tabel 3.
Pengaruh Upah Minimum untuk kebutuhan sehari-hari
Pengaruh Upah Minimum Jumlah Responden Hasil Presentase

Kurang 16 64%

Cukup 9 36%

Lebih - -

Jumlah: 25 100%
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

Sumber: Data primer yang diolah. Jurnal Yustika


Berdasarkan tabel 17 tentang pengaruh Upah Minimum untuk kebutuhan sehari-hari Vol. XX No. X, Des 201X

paling banyak memiliki pengaruh kurang sebanyak 16 pekerja dengan presentase 64%, Halaman | 8
memiliki pengaruh cukup sebanyak 9 pekerja dengan presentase 36%. Judul
Pengarang
Tabel 4.
Upah yang diterima

Upah Yang Diterima Jumlah Responden Hasil Presentase


≤ UMK 19 76%
UMK 1 4%
≥ UMK 5 20%
Jumlah: 25 100%
Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan table 18 tentang upah yang diterima terdapat paling banyak pekerja
mendapatkan upah kurang dari (≤) UMK sebanyak 19 pekerja dengan presentase 76%,
mendapatkan upah sesuai UMK sebanyak 1 pekerja dengan presentase 4%, upah lebih dari (≥) UMK
sebanyak 5 pekerja dengan presentase 20%.

Tabel 5.
Komponen yang dapat terpenuhi
Komponen yang terpenuhi Jumlah Responden Hasil Presentase

Sandang dan Pangan 12 48%

Sandang, Pangan dan Papan 1 4%

Sandang, Pangan, Papan dan - -


Rekreasi

Sandang, Pangan, Papan, Rekreasi 7 28%


dan BPJS Kesehatan

Sandang, Pangan, Papan, Rekreasi, 5 20%


BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan

Jumlah: 25 100%
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

Jurnal Yustika
Sumber: Data primer yang diolah.
Vol. XX No. X, Des 201X Berdasarkan tabel 19 tentang komponen yang dapat terpenuhi, kebanyakan pekerja hanya
Halaman | 9 dapat memenuhi komponen sandang dan pangan sebanyak 12 pekerja dengan presentase 48%,
Judul komponen sandang, pangan dan papan sebanyak 1 pekerja dengan presentase 4%, komponen
Pengarang sandang, pangan, papan, rekreasi dan BPJS Kesehatan sebanyak 7 pekerja dengan presentase 28%,
komponen sandang, pangan, papan, rekreasi, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 5
pekerja dengan presentase 20%.
Menurut penulis dengan melihat fakta di lapangan saat ini penulis berpendapat bahwa
penerapan upah minimum di Kota Klaten khususnya bagi pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan
Klaten Utara dan Klaten Tengah belum sesuai dengan asas penghidupan yang layak karena
pemberian upah tidak sesuai atau masih berada di bawah standar upah minimum sehingga tidak
dapat memenuhi penghidupan yang layak. Hal tersebut disebabkan beberapa hal yaitu karena
penetapan Upah Minimum Tahun 2022 hanya naik sekitar Rp. 4.108, 45 dari Upah Minimum
Kabupaten Tahun 2021, sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap kesejahteraan pekerja dan
pengawasan pelaksanaan ketentuan Upah Minimum masih belum maksimal, karena apabila tidak
ada pengaduan maka pemerintah tidak melakukan pembinaan. Selain itu tidak semua kantor
Notaris/PPAT memberikan hak normatif bagi pekerja seperti BPJS Kesehatan, BPJS
Ketenagakerjaan, upah tidak masuk kerja, uang makan dan uang transportasi. Apabila dikaitkan
dengan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah penerimaan atau
pendapatan pekerja dari hasil pekerjannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja
dan keluarganya secara wajar yang meliputi makanan, minimuman, sandang, perumahan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua (Endah Pudjiastuti, 2008: 15), sehingga belum
tercapainya kesejahteraan. Hampir seluruh pekerja yang menjadi responden mengatakan bahwa
upah yang mereka terima kurang. Untuk memberikan upah minium yang sesuai dengan kebutuhan
hidup layak, menurut teori upah sosial pengupahan harus didasarkan pada proposionalitas
pengupahan yakni upah dikaitkan dengan ‘kebutuhan pekerja/buruh’ dengan upah yang sesuai
kebutuhan maka diharapkan dapat memenuhi penghidupan layak. Oleh karena itu, buruh dengan
pekerjaan yang mereka lakukan harus dapat memperoleh upah dalam jumlah tertentu yang
memungkinkan mereka untuk secara masuk akal memenuhi penghidupan diri sendiri dan keluarga
mereka (Guus Heerma van Vos, Surya Tjandra, 2012: 22).
Berdasarkan teori kesejahteraan menurut Midgley (2000: 11) kesejahteraan sosial sebagai “a
condition or state of human well-being” . Kondisi sejahtera terjadi pada saat kehidupan manusia aman
dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, pendapatan
terpenuhi dan manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam
kehidupannya. Maka kesejahteraan dapat diukur apabila pekerja mampu memenuhi kebutuhan
akan sandang, pangan, papan, rekreasi dan BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan.

3.2.2. Penerapan Asas Keadilan dalam Pemberian Upah bagi Pekerja Kantor Notaris/PPAT di Kota
Klaten

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa penerapan pemberian
upah bagi pekerja Kantor Notaris/PPAT di Kota Klaten belum berdasarkan asas keadilan. Data
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

disimpulkan rata-rata latar belakang pendidikan pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten


Tengah dan Klaten Utara adalah SMA/SMK. sebagai berikut. Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
Tabel 6. Halaman | 10
Jumlah dan Pendidikan Terakhir Pekerja Kantor Notaris/PPAT Kecamatan Klaten Tengah dan
Judul
Klaten Utara Pengarang
Sumber: Hasil wawancara dengan beberapa kantor Notaris/PPAT
No Kantor Notaris/PPAT Jumlah Pekerja Pendidikan Terakhir
B
1. Niken Trihapsari Adiyati 2 Pekerja SMK e
r
2. Rado Sahtantra 2 Pekerja SMA/Sarjana d
a
3. Laily Yuniar 5 Pekerja SMA/Sarjana
s
4. Fransisca Endang Sri Jaminah 10 Pekerja SMA/Sarjana a
r
5. Bambang Nugroho Dwi 5 Pekerja SMA k
a
6. Satryo Aji 5 Pekerja SMA/Sarjana n
7. Ida Setiasih Fathurrahman 6 Pekerja SMA/Sarjana

8. Ria Fatma Sari Suharno 2 Pekerja SMK

9. Hj. Janar Saumi 3 Pekerja SMA/SMK

hasil penelitian yang dilakukan penulis, terdapat 25 pekerja Kantor Notaris/PPAT di


Kecamatan Klaten Tengah dan Klaten Utara. Sejumlah 15 pekerja berlatar belakang
pendidikan SMA/SMK, sejumlah 3 pekerja berlatar belakang pendidikan diploma, 7
pekerja berlatar belakang pendidikan sarjana. Seluruh pekerja tidak mengetahui tentang
jumlah Upah Minimum Tahun 2022 yang berlaku di Kota Klaten saat ini.
Menurut Bapak Satriyo Aji sebagai Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Tengah, dalam
pemberian upah di kantornya tidak berdasarkan pada latar belakang pendidikan, karena pada
awalnya saat proses penerimaan pekerja tidak mensyaratkan harus berlatar belakang pendidikan
sarjana, hanya saja mensyaratkan memiliki kemahiran dalam menggunakan komputer, jujur dan
ulet. Menurut Bapak Satriyo Aji, justru pekerja dengan latar belakang pendidikan SMA lebih
mahir dalam admnistrasi kantor seperti dalam hal mengetik maupun melakukan pengarsipan,
karena selama ini mengenai draft dan teknis pembuatan akta sudah terdapat mahasiswa magang
kenotariatan. Hal tersebut sama dengan Ibu Fransisca Endang Sri Jaminah dalam memberikan
standar upah bagi pekerjanya tidak berdasarkan jenjang pendidikan pekerjanya namun
berdasarkan lamanya bekerja di kantor Notaris/PPAT tersebut. Semakin lama pekerja itu bekerja
di kantor maka akan mendapatkan upah yang lebih tinggi.
Selain itu berdasarkan temuan yang telah penulis dapatkan dengan wawancara terhadap
beberapa responden, ditemukan sebagai berikut:
a. Pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Utara, berlatar belakang pendidikan SMA
dengan masa kerja 6 tahun, saat ini masih mendapatkan upah dibawah standar Upah
Minimum Kota Klaten. Dari awal bekerja sampai dengan saat ini belum pernah
mendapatkan kenaikan upah.
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

b. Terdapat 2 pekerja di salah satu Kantor Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Tengah. Pekerja
A dengan masa kerja 2 tahun, yang memiliki job description melakukan pengurusan ke BPN
hanya bekerja seminggu 2 kali mendapatkan upah senilai Rp. 1.200.000, sedangkan pekerja B
Jurnal Yustika dengan masa kerja 1 tahun 2 bulan bekerja selama 5 hari kerja mendapatkan upah senilai
Vol. XX No. X, Des 201X Rp. 800.000.
Halaman | 11 c. Terdapat 2 pekerja di salah satu Kantor Notaris/PPAT di Kecamatan Klaten Utara. Pekerja A
Judul dengan latar belakang pendidikan SMA masa kerja 2 tahun mendapatkan upah senilai Rp.
Pengarang 2.000.000, sedangkan pekerja B dengan masa kerja 1 tahun 5 bulan dengan latar belakang Sarjana
Hukum mendapatkan upah senilai Rp. 1.200.000.
Fakta yang ditemukan berdasarkan hasil wawancara apabila dikaitkan pemberian upah dilihat
dari latar belakang pendidikan pekerja dengan teori keadilan maka pemberian upah belum
mencerminkan keadilan, dari segi lamanya bekerja pekerja yang lebih lama bekerja dan banyak
berkontribusi pada kantor Notaris/PPAT akan mendapatkan upah yang lebih tinggi dari pekerja
lainnya meskipun dengan upah yang lebih tinggi tersebut masih dalam rentang upah di bawah standar
Upah Minimum. Dalam pemberian upah itu harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
pekerja dengan dengan kepentingan pengusaha. Dikaitkan dengan teori keadilan John Rawls yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan penghasilan yang layak, maka upah itu harus
layak bagi pekerja dan layak bagi pengusaha. Ketimpangan sosial dan ekonomi mesti diatur
sedemikian rupa sehingga dapat diharapkan memberikan keuntungan semua orang. Adanya
ketidakseimbangan itu hanya dapat terjadi apabila hasilnya menguntungkan pemberi kerja dan pekerja
Dengan demikian, dikatakan bahwa keadilan sosial itu sebaiknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau hukum positif itu harus memperhatikan keadilan.

e. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dan setelah diadakan pengolahan
serta analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dari itu dapat memberikan
kesimpulan dan saran sebagai berikut.

1. Penerapan hak pekerja atas Upah Minimum bagi pekerja kantor Notaris/PPAT di Kota
Klaten,
Proses penetapan Upah Minum Tahun 2022 meskipun pemerintah yakni dinas
ketenagakerjaan sudah melibatkan pihak akademisi, SPSI dan APINDO namun dalam
proses penetapannya kurang mendengarkan aspirasi dari pihak serikat pekerja. Kenaikan
Upah Minimum Klaten 2022 hanya sebesar 4.019,36 saja. Dalam proses penerapannya
hampir seluruh pekerja mendapatkan upah di bawah standar Upah Minimum Kota Klaten.
Rata-rata pekerja kantor Notaris/PPAT Kecamatan Klaten Tengan dan Klaten Utara masih
mendapatkan upah di bawah standar Upah Minimum Kota Klaten dengan rentang upah Rp.
500.000 – Rp. 1.000.000 dan Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 baik dengan masa kerja kurang dari
1 tahun atau lebih dari 1 tahun. Namun terdapat pekerja Notaris/PPAT di Kecamatan
Klaten Utara dengan masa kerja 10 tahun sudah mendapatkan upah lebih dari standar Upah
Minimum. Notaris/PPAT mengalami kesulitan memberikan upah sesuai standar Upah
Minimum Kota Klaten dikarenakan pendapatan Notaris/PPAT yang tidak menentu setiap
bulannya. Namun meskipun para pekerja belum mendapatkan upah yang dapat memenuhi
standar kebutuhan hidup layak, mereka tidak melakukan pengaduan ke Disnaker karena
kurangnya pengetahuan akan hak nya untuk mendapatkan upah yang adil.
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

2. Penerapan hak pekerja atas upah minimum berdasarkan asas penghidupan layak dan
keadilan Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan hak pekerja atas upah minimum belum
sesuai dengan asas penghidupan layak, pekerja Notaris di Kecamatan Klaten Tengah dan Halaman | 12
Klaten Utara yang mendapatkan upah di bawah standar Upah Minimum Kota Klaten belum Judul
mampu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, pendidikan, BPJS Kesehatan, Pengarang
BPJS Ketenagakerjaan dan rekreasi. Hal tersebut yang menyebabkan tidak terwujudnya
kesejateraan bagi para pekerja. Pemberian upah bagi pekerja Notaris/PPAT di Kota Klaten
belum mencerminkan prinsip keadilan karena tidak terdapat keseimbangan antara
kepentingan pekerja dengan dengan kepentingan pengusaha. Upah yang diterima pekerja
tidak sesuai dengan beban kerja dan masa kerja. Pemberian upah tanpa mempertimbangkan
latar belakang pendidikan pekerja, dari segi lamanya bekerja pekerja yang lebih lama
bekerja dan banyak berkontribusi pada kantor Notaris/PPAT akan mendapatkan upah
yang lebih tinggi dari pekerja lainnya meskipun dengan upah yang lebih tinggi tersebut
masih dalam rentang upah di bawah standar Upah Minimum.
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X
Halaman | 13
Daftar Referensi
Judul
Pengarang

Buku:
Endah Pudjiastuti, 2008, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Semarang, University Press.

Lalu Husni, 2020, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan (Edisi Revisi), PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Lumban Tobing, 1982, Peraturan Jabatan Notaris, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Guus Heerma van Voss dan Surya Tjandra, 2012, Bab-Bab tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Pustaka Larasan, Bali.
Salim, HS., 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 85.
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Soetandya Wignjosoebroto, 2002, Hukum(Paradigma, Metode, Dinamika Masalahnya, ELSA dan


HUMA, Jakarta.

Artikel Jurnal:
Andika Hendrawanto dan Fatkurohman, 2011, “Analisis Yurdis Mengenai Upah Minimum
yang Ditetapkan Peraturan Gubernur dan Dampaknya Terhadap Kerja”, Jurnal
Konstitusi, Vol. IV/ No.1, Universitas Widyagama Malang.

Juli Maria, 2017, “Hubungan Hukum Antara Notaris Dengan Karyawan Notaris”, Jurnal
Program Studi PGMI, Volume 4/Nomor 1 Maret 2017, Universitas Narotama.

Kunni Afifah, 2017, “Tanggung Jawab Perlindungan Hukum Bagi Notaris Secara
Perdata Terhadap Akta Yang Dibuatnya”, Lex Renaissance, No.1/Vol.2 / 2 Januari 2017,
Universitas Islam Indonesia.
Arrista Trimaya, 2014, “Pemberlakuan Upah Minimum Dalam Sistem Pengupahan Nasional
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja”, Jurnal Aspirasi, Vol.5/No.1. Juni
2014.
Niru Anita Sinaga dan Tiberius Zaluchu, 2017, “Perlindungan Hukum Hak-Hak Pekerja dalam
Hubungan Ketenagakerjaan di Indonesia”, Jurnal Teknologi Industri.

Artikel Internet:
https://silandu.kemenkumham.go.id/sinotaris diakses pada tanggal 13 Juli 2022 pada pukul
0:32
Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika

Jurnal Yustika
Vol. XX No. X, Des 201X

Halaman | 14
Judul
Pengarang

You might also like