Professional Documents
Culture Documents
Artikel Ilmiah
Artikel Ilmiah
SKRIPSI MAHASISWA
NIM.1803020026
Pembimbing
NIK. 206118
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata Kunci : Urea, Slow Release Fertilizer, Granul Urea SRF, Matriks.
PENDAHULUAN
Selain pelapisan matriks pendispersi, sifat fisik granul dari proses granulasi
SRF urea juga berpengaruh pada pelepasan nutrisi pupuk dimana granul yang baik
adalah granul dengan ukuran yang seragam yang dijelaskan berdasarkan
permentaan 28 no 70 tahun 2011 dalam utari bahwa granul yang baik adalah granul
dengan ukuran seragam 2-7 mm, dengan struktur yang kuat dan kokoh. Semua hal
tersebut berpengaruh pada durabilitas, daya serap air, bulk density, dan juga
pelepasan nitrogen pada tanaman. Melihat hal tersebut maka dilakukan penelitian
untuk membandingkan komposisi dari bahan baku matriks yaitu zeolite dan karbon
terhadap sifat fisik granul yang dihasilkan. Dengan adanya penelitian ini, akan
didapat hasil dari komposisi terbaik pupuk SRF yang menghasilkan sifat fisik
granul yang paling baik.
METODE PENELITIAN
Aktivasi Matriks
Proses Granulasi
Analisa sifat fisik yang dilakukan terlebih dahulu adalah mengukur ukuran
granul 2-5 mm menggunakan ayakan. Ukuran granul yang oversize dan yang
kurang dari 2 mm akan dipisahkan. Sedangkan ukuran granul yang sudah
terverifikasi 2-5 mm akan dilanjutkan uji fisik lainnya yang berupa densitas Kamba,
uji durabilitas, daya serap air.
Analisa Morfologi
Analisa gugus fungsi dilakukan dengan alat FTIR, untuk mengetahui perbedaan
gugus fungsi bahan matriks sebelum diaktivasi; bahan matriks setelah diaktivasi;
dan matriks yang sudah menjadi urea SRF matriks dengan menggunakan hasil
grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari uji ukuran granul 2-5 mm, didapat hasil bahwa urea SRF matriks
karbon dan urea SRF matriks zeolite dengan % ukuran granul (ukuran yang
memiliki keseragaman) yang paling tinggi berada pada komposisi tengah. Sehingga
didapat grafik yang menaik kemudian menurun setelah komposisi tengah. Dengan
hasil %UG tertinggi pada urea SRF matriks karbon adalah komposisi 3 dengan
rancangan karbon sebanyak 68 gram dan urea sebanyak 27 gram sebesar 96,07%.
Sedangkan hasil %UG tertinggi pada urea SRF matriks zeolite adalah komposisi 4
dengan rancangan zeolite sebanyak 77 gram dan urea sebanyak 18 gram sebesar
94,57%.
Densitas Kamba
Dari nilai densitas Kamba, didapat hasil bahwa urea SRF matriks karbon
dan urea SRF matriks zeolite yang memiliki nilai densitas kamba tertinggi berada
pada komposisi tengah, hal ini berkaitan dengan hasil dari ukuran granul 2-5 mm.
karena, semakin seragam ukurannya, maka rongga kosong/celah pada tempat
pengukuran densitas akan semakin sedikit, sehingga massa akan semakin besar.
Nilai densitas kamba pada urea SRF matriks karbon yang paling tinggi adalah
komposisi 3 dengan rancangan karbon sebanyak 68 gram dan urea sebanyak 27
gram sebesar 0,486. Sedangkan nilai densitas kamba pada urea SRF matriks zeolite
yang paling tinggi adalah komposisi 4 dengan rancangan zeolite sebanyak 77 gram
dan urea sebanyak 18 gram sebesar 0,472.
Uji Durabilitas
Uji durabilitas adalah uji ketahanan, dimana granul yang dihasilkan akan
diuji menggunakan alat friability sehingga didapat hasil granul yang masih utuh dan
granul yang sudah terkikis. Dari nilai % durabilitas didapat hasil % tertinggi pada
komposisi tengah. % durabilitas yang paling tinggi pada urea SRF matriks karbon
berada pada komposisi 3 dengan rancangan karbon sebanyak 68 gram dan urea
sebanyak 27 gram sebesar 99,9%. Sedangkan %durabilitas pada urea SRF matriks
zeolite yang paling tinggi adalah komposisi 4 dengan rancangan zeolite sebanyak
77 gram dan urea sebanyak 18 gram sebesar 99,1%.
Pada uji daya serap air didapat hasil bahwa, semakin banyak komposisi
matriksnya semakin tinggi pula daya serap airnya. Hal ini dikarenakan fungsi dari
penambahan matriks pada urea adalah sebagai media penjerap agar nitrogen dapat
dikontrol pelepasannya. % daya serap air pada urea SRF matriks yang paling tinggi
adalah pada komposisi 5 dengan rancangan 86 gram matriks dan 9 gram urea
dengan nilai 55,5% untuk urea SRF matriks karbon dan 52,7% untuk urea SRF
matriks zeolite.
Uji SEM
Gambar Hasil Uji SEM Urea SRF Matriks Karbon perbesaran 500x, 1000x, dan
3000x
Gambar Hasil Uji SEM Urea SRF Matriks Zeolit perbesaran 500x, 1000x, dan
3000x
Uji FTIR
Hasil yang diperoleh dari hasil analisis FTIR karbon asli dan modifikasi ditunjukan
pada gambar dibawah ini
Gambar Grafik Hasil FTIR Karbon asli, Karbon modifikasi dan SRF Matriks
Karbon
Pada hasil FTIR karbon sebelum modifikasi dan karbon modifikasi
memiliki bentuk pita yang serupa dan gugus fungsi yang sama. Proses aktivasi
karbon menggunakan larutan sufaktan tidak mengubah gugus fungsi namun
bertujuan untuk memperluas permukaan dari karbon, dimana larutan sufaktan
merupakan senyawa kimia yang mengaktifkan suatu zat lain yang awalnya tidak
dapat bereaksi. Larutan sufaktan yang digunakan pada penelitian ini merupakan
CPC (Cetylpyridinium Chloride). Pada karbon asli dan modifikasi ditemukan gugus
fungsi C=C dan C=O pada rentan 1400-1800 cm-1, gugus C=C yang ditemukan
pada posisi serapan tersebut mengindikasikan senyawa alkena dan gugus C=O yang
ditemukan pada serapan tersebut mengindikasikan senyawa aldehid. Selanjutnya
ditemukan juga gugus C=N pada rentan 2220-2260 cm-1 yang mengartikan gugus
tersebut merupakan senyawa dari nitril. Puncak serapan pada karbon asli dan
modifikasi berada di rentan 2000-2500 cm-1, dimana rentan tersebut mengindikasi
adanya gugus C rangkap tiga.
Pada karbon modifikasi yang telah di tambah urea (Urea SRF matriks
karbon) ditemukan beberapa gugus yang muncul diantaranya adalah gugus N-H
bend pada rentan serapan 1590-1655 cm-1 yang merupakan senyawa dari amida,
kemudian pada serapan 1500-3500 cm-1 diidentifikasikan dengan gugus O-H yang
mengindikasikan senyawa dari asam karboksilat. keberadaan gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan gugus amina (C-N) berperan penting dalam adsorpsi (Silaen,
dkk., 2019).
Hasil yang diperoleh dari hasil analisis FTIR SRF Matriks Karbon Komposisi
3 dan SRF Matriks Karbon Komposisi 5 ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Gambar Grafik Hasil FTIR Zeolit asli, Zeolit modifikasi, dan Urea SRF matriks
zeolit
Pada zeolite asli / sebelum termodifikasi ditemukan gugus fungsi C-I pada
rentan bilangan gelombang 200-500 cm-1, kemudian pada rentan bilangan
gelombang 500-680 cm-1 diidentifikasikan dengan gugus C-Br. Sedangkan, setelah
zeolite di modifikasi menggunakan larutan NaCl ditemukkan gugus fungsi C=C
pada rentan bilangan gelombang 1640-1670 cm-1, kemudian pada rentan bilangan
3400-3500 cm-1 ditemukan gugus fungsi N-H. Pada zeolite asli dan modifikasi
menunjukan bahwa terbentuk bilangan gelombang pada rentan 2000-2500 cm-1, hal
tersebut dikarenakan adanya penyerapan oleh C rangkap tiga dengan intensitas pada
zeolite asli sebesar 97,38 dan zeolite modifikasi sebesar 96,4. Nilai tersebut
menunjukan bahwa tujuan dari modifikasi atau aktivasi tercapai, yaitu
memperbesar daya serap dari zeolite. Karena, semakin kecil intensitas T% nya
maka semakin besar daya serap nya atau semakin kecil cahaya yang lewat/tidak
terserap. Pada zeolite asli dan modifikasi juga terbentuk ikatan C-O dengan
munculnya bilangan gelombang pada range 750-1250 cm-1.
Pada zeolit modifikasi yang telah di tambah urea (Urea SRF matriks zeolit)
ditemukan beberapa gugus serupa dengan Urea SRF matriks karbon yang muncul
diantaranya adalah gugus N-H pada rentan serapan 1590-1655 cm-1 yang
mengindikasikan senyawa amina dimana senyawa amina merupakan turunan dari
amonia, kemudian pada serapan 1500-3500 cm-1 diidentifikasikan dengan gugus O-
H yang merupakan senyawa asam karboksilat.
Saran
Penulis menyadari penelitian ini banyak kekurangannya, sehingga dalam
laporan ini penulis menyarankan agar dalam penelitian berikutnya sebaiknya
ditambahkan control untuk tingkat kelembapan bahan sebelum proses granulasi
sehingga hasil granul urea SRF yang diperoleh lebih maskimal.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, I., Rochmadi, dan Sulistyo, H. 2012. Kinetika Reaksi Polimerisasi
Urea Asetaldehid dalam Proses Enkapsulasi Urea . Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 6, No. 2, 2012.
Anonim. 2020.”Pupuk Indonesia Punya Stok 1527 ton Cukup Hingga 2021”
Diakses pada
https://money.kompas.com/read/2020/01/27/214916226/pupuk indonesia-
punya-stok-1527-juta-ton-cukup-hingga-2021 pada 11 Desember 2021
pukul 22.35 WIB
Hikmah, Nurul. 2006. Peranan Zeolit dalam Pelepasan Nitrogen dari Pupuk
Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer). Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
Diana, dkk. 2020. Preparasi Karbon Berpori dari Limbah Ampas Kopi sebagai
Matriks pada Pembuatan Slow Release Fertilizer. Universitas Islam
Indonesia : Yogyakarta.
Nusba, Rima. 2013. Pemanfaatan Kitosan dalam Pelepasan Nitrogen dari Pupuk
Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer). Universitas Jember : Jember.
Ganda Darmono Nainggolan. (2009). Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia
Lambat (Slow-Release fertilizer) Urea-Zeolit-Asam Humat. Jurnal Zeolit
Indonesia Vol 8 No. 2.
(89-96).
Rahmat Alfianto. (2011). Kajian Pembuatan Arang Aktif Dari Sekam Padi Dengan
Teknik Pelarutan
Silika.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4031/A1ral.p df?se
quence=1. (11 November 2021)
Chen, L., Xie, Z., Zhuang, X., Chen, X., dan Jing, X.. 2007. Controlled Release
Urea Encapsulated by Starch-g-poly (L-lactide), pp.342-348. Carbohydrate
Polymers, Science Direct.