Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Nama : Fajar Surya Ramadhan.

HR
NIM : 19012011
MK : Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan

1. Nitrogen (78%), Oksigen (20,8%), Argon (0,9%), Karbondioksida (0,03%) dan gas
lainnya (0,27%).

2. Pencemar udara dibagi menjadi dua yaitu pencemar udara primer dan pencemar
udara sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan
langsung dari sumber pencemaran udara. Sedangkan pencemaran sekunder
adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar - pencemar
primer di atmosfer.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas dibagi


menjadi 3 yaitu, faktor manusia; faktor kendaraan; faktor lingkungan dan jalan.
Manusia sebagai pengendara memiliki faktorfaktor yang mempengaruhi dalam
berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Faktor kendaraan
merupakan fakktor yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu
lintas antara lain seperti kondisi mesin. Lingkungan fisik merupakan faktor dari luar
yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik yang
dimaksud terdiri dari dua unsur, yakni faktor jalan dan faktor lingkungan.

4. Mode transmisinya antara lain ada empat yaitu kontak, droplet, melalui udara dan
melalui perantara benda. Kontak adalah cara penularan paling sering dari infeksi
terkait perawatan kesehatan dan dapat dibagi menjadi: langsung dan tidak
langsung.
Penularan melalui droplet terjadi ketika tetesan yang mengandung
mikroorganisme yang dihasilkan selama batuk, bersin dan berbicara didorong
melalui udara. Mikroorganisme ini hinggap pada orang lain, memasuki sistem
orang baru tersebut melalui kontak dengan konjungtiva, mukosa hidung atau
mulutnya. Namun tetesan yang terinfeksi ini mungkin tertinggal di permukaan
untuk jangka waktu yang lama, jadi permukaan ini (dalam jangkauan orang yang
batuk / bersin) perlu pembersihan tambahan. Untuk alasan ini, mungkin diperlukan
Kewaspadaan Droplet dan Kontak pada saat yang bersamaan.
Penularan agen infeksius melalui udara terjadi oleh inti tetesan di udara (partikel
kecil berukuran 5 mm atau lebih kecil), atau partikel debu yang mengandung agen
infeksius. Mikrooganisme yang dibawa dengan cara ini tetap melayang di udara
untuk waktu yang lama periode waktu tertentu dan dapat tersebar luas oleh arus
udara. Karena hal ini, ada risiko bahwa semua udara di dalam ruangan mungkin
terkontaminasi.
Sedangkan kontaminasi melalui barang - barang terjadi pada mikroorganisme
yang ditularkan melalui barang yang terkontaminasi seperti makanan, air, obat-
obatan, peralatan medis, dan peralatan.

5. Alasan jemaah haji wajib melakukan vaksin meningitis adalah lokasi ibadah yang
ternyata merupakan daerah rawan meningitis. Arab Saudi merupakan negara
epidemis terjadinya penyakit meningitis meningokokus. Ditambah, jemaah haji
yang datang ke Mekah berasal dari seluruh dunia dan sebagian di antaranya
berasal dari negara-negara Sub-Sahara Afrika, seperti Senegal (area paling barat)
sampai ke Ethiopia (area paling timur), yang merupakan daerah meningitis belt.
Area yang terbentang dari Senegal hingga Ethiopia disebut sebagai meningitis
belt atau sabuk meningitis karena pada area tersebut wabah meningitis paling
sering terjadi.
Sehingga, untuk mengantisipasi adanya penyebaran bakteri penyebab meningitis
saat jutaan orang berkumpul pada saat bersamaan, vaksin meningitis diwajibkan
bagi para jemaah haji. Pemerintah baik Arab Saudi dan Indonesia mewajibkan
pemberian imunisasi meningitis (ACYW135) bagi setiap calon jemaah haji dan
umrah. Vaksin ini efektif mencegah penyakit meningitis sampai dengan 90 persen.
Vaksin sekurang-kurangnya diberikan 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi. Setelah mendapatkan vaksin meningitis, jemaah haji atau umrah akan
mendapatkan Sertikat Internasional Vaksinasi yang akan dilampirkan sebagai
persyaratan keberangkatan ibadah haji atau umrah.
6. Manajemen Risiko Kesehatan haji adalah suatu kegiatan untuk mengatur faktor -
faktor risiko dalam kegiatan haji lain guna mencapai keselamatan dan
kenyamanan dalam beribadah haji.

7. Antara lain faktor usia, faktor risiko penyakit bawaan dan faktor aktivitas fisik.
 Usia
Salah satu karakteristik jamaah haji Indonesia adalah banyaknya jamaah
usia lanjut (> 60 Th) yang tiap tahunnya rata-rata sekitar 30 40 %.
Banyaknya jamaah haji usia lanjut ini disebabkan karena lamanya menunggu
proses antrian daftar tunggu haji reguler dan juga faktor kesiapan ekonomi
calon jamaah haji. Banyaknya jamaah haji lansia ini tentunya merupakan
faktor risiko kesehatan haji, seperti lemahnya kekuatan fisik, mudah
terserang penyakit, sulitnya adaptasi lingkungan, maupun
banyaknyapenyakitdegeneratif yangdideritaolehpara lansia.
 Faktor Risiko Penyakit Bawaan
Setiap tahun, pada jamaah haji Indonesia pasti banyak terdapat para jamaah
risiko tinggi yang memang sudah terdapat penyakit ataupun faktor risiko
penyakit yang dibawa dari tanah air. Penyakit ataupun faktor risiko
penyakititu antara lain penyakit jantung, hipertensi, Diabetes Mellitus,
Hiperkholesterol, ginjal, anemia, riwayat stroke, dan sebagainya. Para
jamaah risti tersebut harus mendapatkan pengawasan yang lebih ekstra dari
petugas kesehatan haji Indonesia dalam rangka untuk mencegah atau
meminimalkan jumlah morbiditas dan mortalitas jamaah haji Indonesia di
tanah suci.
 Faktor Aktivitas Fisik
Hari-hari di Madinah dan Makkah penuh dengan kegiatan fisik. Untuk ke
Masjid Nabawi di Madinah jarak yang harus ditempuh dari penginapan
bervariasi antara 500 meter hingga 2 kilometer. Para jamaah biasanya
mengejar ibadah sholat Arbain ke Nabawi (sholat 40 waktu). Ditambah lagi
dengan kegiatan ziarah-ziarah serta aktifitas belanja dan jalan-jalan yang
tentunya menambah aktifitas fisik. Di Makkah kesiapan fisik jamaah lebih
dituntut lagi. Jarak penginapan ke masjid rata-rata lebih jauh daripada di
Madinah. Suasana Makkah yang lebih padat juga menguras tenaga jamaah.
Untuk bisa mendapat tempat dekat Kabah jamaah membutuhkan perjuangan
yang cukup besar. Ratusan ribu orang berdesak-desakan. Untuk keluar
masjid pun bukan perkara yang gampang. Aktifitas fisik bertambah di Arafah
dan Mina. Perjalanan ke Arafah dan kembali ke Mina, baik naik bis atau
berjalan kaki, sama-sama membutuhkan energi besar. Padahal prosesi ini
tak boleh ditinggalkan dandigantikan.Puncak aktifitas fisik adalah saat
melontar jumrah. Jutaan orang akan melontar jumrah dalam rentang waktu
yang sama. Dibutuhkan fisik yang benar - benar fit untuk menjalaninya.
Padahal biasanya, saat inilah kondisi fisik jamaah sudah sangat menurun.

8. Faktor yang berasal dari lingkungan antara lain faktor penerbangan yang lama,
faktor cuaca dan faktor risiko penularan penyakit.
 Faktor Penerbangan yang Lama
Kelembaban udara pada ketinggian 5000-8000 kaki saat penerbangan yang
mencapai 40-50% menyebabkan udara kering dan memudahkan penguapan
dari keringat sehingga mempengaruhi kebutuhan cairan tubuh, apalagi bila
disertai jumlah urin yang banyak akibat udara dingin. Dengan kondisi
demikian, dikhawatirkan terjadi dehidrasi, khususnya pada calon jemaah haji
lansia. Selain dehidrasi juga sering terjadi barotitis/nyeri pada sinus-telinga
akibat perbedaan tekanan udara. Keterbatasan oksigen di pesawat juga
berisiko terjadinya anemia hipoksia yaitu sel darah kekurangan zat merah
darah (hemoglobin) yang berfungsi mengangkut oksigen, sehingga penderita
anemia berat harus menjalani terapi dulu sebelumpenerbangan.
 Faktor Cuaca
Selain terkenal sebagai negara yang sangat panas dan gersang, suhu udaha
di sana sejuk tetapi kering artinya iklim tropis di Arab Saudi juga dikenal
sebagai iklim padang gurun. Wilayah Arab Saudi yang berada pada titik
subtropis memiliki dua musim, yaitu panas dan dingin. Musim panas di Arab
Saudi berlangsung antara bulan April sampai dengan Oktober. Mulai bulan
Mei udara panas terus berhembus hingga bulan Agustus. Pada siang hari
suhu udara bisa mencapai 55C. Musim dingin berlangsung pada bulan
November hingga Maret. Pada bulan-bulan ini biasanya angin bertiup sangat
kencang, bahkan kadang terjadi hujan es. Kelembaban udara di Arab Saudi
sangat rendah (12-16%). Perbedaan cuaca yang ekstrem antara tanah air
dengan tanah suci ini tentunya juga merupakan faktor risiko timbulnya
penyakit antara lain heat stroke, influenza, ISPA, asma, penyakit kulit.
 Faktor Risiko penyebaran penyakit
Pada waktu musim haji, Arab Saudi merupakan tempat berkumpulnya
manusia dari berbagai belahan penjuru dunia dengan latar belakang daerah
endemis dan epidemi masing-masing. Sehingga sangat berisiko adanya
penularan penyakit dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit yang berisiko
menular antara lain meningitis, TBC, hepatitis, diare, kholera, influenza, dan
yang belum lama ini muncul adalah MERSCoVdanvirus ebola,
sertapenyakitmenular lainnya.

9. Petani sebagai salah satu pekerja sektor informal di Indonesia telah mengalami
berbagai masalah Kesehatan. Masalah kesehatan yang sering terjadi adalah
malnutrisi, keracunan bahan kimia, cacingan, keracunan makanan, gangguan otot
dan tulang, asma, gangguan saluran pernapasan, bahkan penyakit darah.
Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari aspek
gaya hidup petani sampai dengan aspek lingkungan kerja yang ada.

10. Pessida merupakan zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama.
Namun efek pestida dak hanya berpengaruh pada hama, tetapi juga berbahaya
bagi kesehatan manusia terutama petani. Gangguan kesehatan yang disebabkan
paparan pessida bisa berupa kerusakan saraf, iritasi kulit dan mata, hingga
kanker. Pestida menjadi senjata utama dalam membasmi hama yang menyerang
pertanian maupun hama penyebab penyakit. Selain digunakan di sawah atau
ladang, pessida juga ada di rumah kita.

You might also like