Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 39

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KULIT MANGGIS (Garcinia

mangostana L.) SEBAGAI FEED ADDITIVE TERHADAP Hen Day


Production (HDP), BOBOT TELUR, DAN FERTILITAS AYAM PETELUR

Proposal Tugas Akhir

Oleh
Aulia Renisa
NIRM. 03 08 19 077

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Proposal Tugas Akhir Tahun 2023. Penulisan Proposal Tugas Akhir ini
disusun dengan mendapatkan bimbingan dan arahan dari dosen maupun
dari pihak lain sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Bambang Sudarmanto, S.Pt., MP., selaku direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang;
2. Ir. Sumaryanto, MM., selaku ketua jurusan Politeknik Pembagunan
Pertanian Yogyakarta – Magelang;
3. Nur Prabewi, S.Pt., MP., selaku ketua Program Studi Teknologi Produksi
Ternak Politeknik Pembagunan Pertanian Yogyakarta – Magelang;
4. Dr. Puji Hartati, M.Ed., selaku Pembimbing Utama;
5. Acep Perdinan, S.Pt., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping; dan
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak.

Magelang, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
PRAKATA .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan ........................................................................................... 4
D. Manfaat ......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5


A. Ayam Ras Petelur ......................................................................... 5
B. Ayam Bangkok .............................................................................. 6
C. Konsumsi Ransum ........................................................................ 6
D. Feed Additive ................................................................................ 7
E. Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) .......................... 8
F. Inseminasi Buatan ....................................................................... 10
G. Hen Day Production (HDP) ......................................................... 10
H. Bobot Telur.................................................................................. 11
I. Fertilitas....................................................................................... 12
J. Kerangka Pikir ............................................................................. 13
K. Hipotesis ..................................................................................... 14

III. METODOLOGI.................................................................................. 15
A. Lokasi dan Waktu ........................................................................ 15
B. Alat .............................................................................................. 15
C. Bahan .......................................................................................... 15
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 16
E. Prosedur Penelitian ..................................................................... 18
F. Rancangan Percobaan................................................................ 20
G. Analisis Data ............................................................................... 21
H. Jadwal ......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23


LAMPIRAN............................................................................................... 28

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer ...................... 7
2. Kandungan nutrien ayam petelur betina. ....................................... 16
3. Kandungan nutrien ayam bangkok pejantan. ................................. 16
4. Level pemberian tepung kulit manggis ........................................... 19
5. Jadwal pelaksanaan penelitian tugas akhir .................................... 22

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka pikir ............................................................................. 14
2. Denah kandang penelitian .......................................................... 18

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Rancangan anggaran biaya .................................................... 28
2. Jurnal harian ........................................................................... 28
3. Lembar konsultasi ................................................................... 30
4. Hasil analisis tepung kulit manggis ......................................... 31

vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi penduduk di Indonesia tergolong cukup tinggi. Badan Pusat


Statistik (BPS), menyebutkan bahwa populasi penduduk Indonesia tahun
2022 diproyeksikan sebanyak 275,77 juta jiwa. Jumlah tersebut naik 1,13%
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 272,68 jiwa. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap tahun kepadatan penduduk di
Indonesia semakin meningkat, hal tersebut tentu berpengaruh pada seluruh
aspek kehidupan terutama dalam kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan
sendiri juga harus memperhatikan kandungan gizi yang ada didalamnya
agar kebutuhan gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral dalam tubuh dapat terpenuhi.
Pembangunan sub sektor perternakan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat khususnya di bidang peternakan. Usaha
peternakan ayam ras petelur merupakan salah satu bentuk pemenuhan
kebutuhan gizi protein hewani pada masyarakat. Salah satu langkah yang
ditempuh yaitu dengan melakukan kawin silang antara betina ayam ras
petelur dengan pejantan ayam Bangkok. Bentuk tubuh ayam bangkok
umumnya lebih besar dan kekar dibandingkan dengan ayam kampung,
selain itu ayam Bangkok dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ayam kampung melalui perkawinan silang (Aditya et al.,
2017). Bioteknologi bidang reproduksi unggas yang dianggap efektif yaitu
dengan Inseminasi Buatan (IB) (Nahak et al., 2017). Udin (2012)
menyatakan bahwa IB dapat membuat pejantan unggul maksimal dalam
menyebarluaskan keturunannya karena ketika kawin alam pejantan hanya
dapat membuahi seekor betina setiap ejakulasi.
Faktor penentu keberhasilan usaha peternakan selain bibit dan
perkawinan, salah satunya adalah pakan. Permasalahan ketersedian
pakan sangat berkaitan dengan pengembangan usaha peternakan. Pakan
komersial yang berkualitas bergantung pada harga bahan baku yang rawan

1
meningkat. Diperlukan cara alternatif agar dapat mempertahankan kualitas
bahan pakan dan penampilan produksi tetap baik tetapi dengan biaya yang
efisien.Cara alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian feed
additive dalam pakan.
Feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan didalam pakan
yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktifitas, maupun keadaan gizi
ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat
gizi (Adam, 2000). Feed additive sudah umum digunakan dalam industri
perunggasan adalah antibiotika, enzim, prebiotik, probiotik, asam organik,
flavor, pewarna, dan antioksidan (Sinurat et al., 2009). Antibiotik
sudah mulai ditinggalkan karena dampak negatif yang ditimbulkan.
Senyawa biokaktif asal tanaman sering ditambahkan sebagai feed additive
yang mempunyai mekanisme kerja tertentu. Salah satunya tanaman yang
dapat digunakan adalah tanaman manggis.
Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak kandungan
manfaat bahkan buah manggis disandingkan dengan buah durian dengan
julukan Ratu Buah. Produksi manggis di Indonesia mengalami peningkatan
sebanyak 75.930.000 Kg atau 75.930 ton dengan persentase sebesar
30,81% pada tahun 2019 ke 2020. BPS (2021) mencatat, produksi manggis
di Indonesia sebanyak 303.934 ton sepanjang 2021. Peningkatan konsumsi
manggis juga akan mempengaruhi peningkatan jumlah limbah manggis
dalam bentuk kulit manggis. Dondy (2012) menyatakan bahwa kandungan
nutrien tepung kulit manggis meliputi karbohidrat 82,50%, protein 6,45%,
lemak 3,02%, air 5,87%, abu 2,17%, dan gula total 2,10%. Kandungan zat
aktif yang paling banyak di dalam kulit manggis yaitu xanthone, antosianin,
flavonoid, dan tannin (Dungir et al., 2012).
Kandungan yang ada dalam kulit manggis tersebut tentu memilki
banyak manfaat untuk penampilan produksi ayam petelur yang meliputi Hen
Day Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas. Ajibade et al. (2011)
menyatakan bahwa kandungan antioksidan, biflavonoid, dan xathone yang
ada di dalamnya juga dapat meningkatkan presentase motilitas,mengurangi

2
presentase spermatozoa abnormal, dan juga mengurangi sel sperma yang
mati. Tanin merupakan salah satu molekul aktif metabolit sekunder,
memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai astringen, anti diare,
antibakteri, dan antioksidan (Wati et al., 2023). Kusumasari et al. (2013)
menyatakan bahwa antioksidan memiliki manfaat penting yaitu mencegah
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas sehingga menimbulkan
stres pada ternak dan berdampak pada penurunan produksi telur serta
kualitas telur tetas.
Berbagai penelitian telah dilakukan, pemberian tepung kulit manggis
(Garcinia mangostana L.) terhadap penampilan produksi puyuh dengan
dosis 0,5%, 1% dan 1,5% sebagai feed additive dalam pakan hasilnya
belum ada pengaruh yang signifikan hingga level pemberian 1% terhadap
Hen Day Production (HDP) (Rateh, 2014). Aprilia (2014) juga telah
melakukan penelitian yaitu pemberian tepung kulit terhadap kualitas telur
dengan dosis 0,5%, 1% dan 1,5% dan hasilnya berpengaruh nyata
terhadap bobot telur. Penelitian lain juga telah dilakukan dengan pemberian
tepung kulit manggis terhadap tingkat fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas
dengan dosis 0,5%, 1% dan 1,5% dalam pakan Itik Mojosari dan
mendapatkan hasil optimal pada pemberian 1% yang berpengaruh nyata
terhadap fertilita (Yuniar, 2013). Penelitian tersebut yang melatar belakangi,
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian tepung kulit
manggis terhadap penampilan produksi ayam petelur yang meliputi Hen
Day Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian tepung kulit manggis (Garcinia


mangostana L.) sebagai feed additive pada pakan terhadap Hen Day
Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur?
2. Berapa level terbaik tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
sebagai feed additive pada pakan untuk meningkatkan Hen Day
Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur?

3
C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian tepung kulit manggis (Garcinia


mangostana L.) sebagai feed additive pada pakan terhadap Hen Day
Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur.
2. Mengetahui level terbaik pemberian tepung kulit manggis (Garcinia
mangostana L.) sebagai feed additive pada pakan untuk meningkatkan
Hen Day Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur.

D. Manfaat

Sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum khususnya peternak,


mengenai pemanfaatan tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
sebagai feed additive untuk meningkatkan Hen Day Production (HDP),
bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Ras Petelur

Ayam ras petelur dipelihara dengan tujuan untuk diambil hasilnya


yaitu berupa telur (Setyono et al., 2013). Ayam ras petelur merupakan ayam
penghasil telur dengan jumlah yang tinggi (Suci dan Hermana, 2012). Ayam
di dalam klasifikasi ilmiah termasuk spesies Gallusdomestikus dan
diklasifikasikan oleh Achmanu dan Muharlien (2011) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Fase pemeliharaan ayam ras petelur dibagi menjadi empat yaitu fase
starter (0 sampai dengan 6 minggu), fase grower (6 sampai dengan 14
minggu), fase pullet atau dara (14 sampai dengan 20 minggu) dan fase 3
layer (20 sampai dengan 75 minggu). Ayam ras petelur akan mulai bertelur
pada umur 22 minggu hingga masa afkir (Parlan, 2019). Ayam bertelur pada
umur 20 minggu maka berat telur akan terus meningkat secara cepat pada
6 minggu pertama setelah bertelur. Kenaikan kemudian terjadi secara
perlahan setelah 30 minggu dan akan mencapai berat maksimal setelah
umur 50 minggu. Kenaikan berat telur ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah putih telur sedangkan berat kuning telur relatif stabil (Yuwanta,
2010).
Strain ayam petelur yang ada di Indonesia antara lain Isa Brown, Ross
Brown, Lohman dan Rosella (Sahara et al., 2017). Strain Isa Brown memiliki
ciri bulu dan telur yang berwarna coklat. Strain Isa Brown menghasilkan
telur dengan warna kerabang coklat dan mulai berproduksi berkisar pada
umur 18 sampai 19 minggu dengan rata - rata berat telur 62,9 g serta bobot

5
badannya 2,01 kg. Keistimewaan Isa Brown meliputi tingkat uniformnity
tinggi, dewasa kelamin yang seragam, tingkat produksi yang tinggi,
kekebalan tubuh yang tinggi dan ketahanan tubuh yang baik terhadap iklim
(Rifaid, 2018). Dirgahayu et al. (2016) juga menyatakan bahwa ayam
petelur strain Isa Brown memiliki sifat mudah beradaptasi dengan
lingkungan, memiliki produktivitas tinggi dan lebih tahan terhadap penyakit.

B. Ayam Bangkok

Ayam Bangkok merupakan ayam hasil kawin silang antara ayam


Melayu dengan ayam lokal di daerah Ayutthaya, Bangkok Utara, yang
ternyata berhasil dikembangbiakan sebagai bibit unggul (Sitanggang et al.,
2015). Permintaan ayam Bangkok semakin meningkat untuk usaha
breeding (Alex, 2011).
Ayam Bangkok memiliki bentuk tubuh yang umumnya lebih besar dan
kekar dari pada ayam kampung sehingga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ayam kampung melalui perkawinan silang
(Mokodongan et al., 2017). Rata - rata berat badan ayam Bangkok dewasa
adalah 2,8 sampai dengan 3 kg (Rahayu et al., 2010). Ayam Bangkok
merupakan ayam lokal yang sangat berpotensi untuk dikembangkan
dengan bioteknologi inseminasi buatan (Junaedi dan Khaeruddin, 2018).
Ayam Bangkok memiliki kulitas semen yang cukup baik dengan konsentrasi
spermatozoa sangat tinggi yaitu 5,75 sampai dengan 10,07 milyar sel/ml
semen serta abnormalitas spermatozoa yang sangat rendah yaitu 0,17
sampai dengan 0,42% (Hijriyanto et al., 2017).

C. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam


selama penelitian (Afikasari et al., 2020). Konsumsi ransum dipengaruhi
oleh suhu, kesehatan, perkandangan, tempat pakan, kandungan nutrien
pakan dan stress yang terjadi pada ternak unggas tersebut (Faiq et al.,
2013).

6
Suci dan Hermana (2012) menyatakan bahwa bahan pakan sumber
energi, sumber protein, sumber lemak, sumber mineral, dan bahan pakan
alternatif merupakan bahan pakan yang digunakan untuk pembuatan
pakan. Standar ransum pakan ayam petelur periode layer yaitu kadar air
maksinal 14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar 2,5 sampai dengan
7%, kalsium 3,25 sampai dengan 4%, fosfor 0,6 sampai dengan 1,0%,
lysine 0,8%, metionin 0,35% dan energi metabolis 2.650 kkal/kg (SNI,
2014). Ayam ras petelur yang berumur mencapai 5 bulan lebih
membutuhkan konsumsi pakan sebesar 110 sampai dengan 120
gram/ekor/hari dengan konsumsi pakan rata - rata 115,5 kurang lebih 2,12
g/ekor/hari (Luthfi et al., 2020). Kebutuhan nutrisi ayam ras petelur fase
layer dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan mutu pakan ayam ras petelur fase layer


No. Parameter Persyaratan
1. Kadar air (%) Maks. 14,0
2. Protein kasar (%) Min. 16,0
3. Lemak kasar (%) Maks. 7,0
4. Serat kasar (%) Maks. 7,0
5. Abu (%) Maks. 14,0
6. Kalsium (ca) 3,25-4,25
7. Fosfor (P) total (%) 0,60-1,00
8. Fosfor tersedia (%) Min. 0,32
9. Energi metabolisme (Kkal/kg) Min. 2650
10. Total aflatoksin (µg/kg) Maks. 50,0
11. Asam amino :
Lisin (%) Min. 0,80
Metionin (%) Min. 0,35
Metionin + sistin (%) Min. 0,60
Sumber: Badan standarisasi nasional indonesia, 2006.

D. Feed Additive

Feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan didalam pakan


yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktifitas, maupun keadaan gizi
ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat
gizi (Adam, 2000). Pada umumnya penambahan feed additive dapat berupa
antibiotik, prebiotik, probiotik, enzim, asam organik, fitobiotik atau bioaktif

7
tanaman dan minyak esensial (Magdalena et al., 2014).
Fathul et al. (2013) juga menyatakan bahwa manfaat pemberian feed
additive atau suplemen dari segi fisiologis yaitu:
1. Ternak terhindar dari defisiensi vitamin (avitaminosis) dan defisiensi
mineral, yang kemungkinan berupa kelumpuhan, otot kejang,
pertumbuhan jaringan epitel yang kurang baik, milk fever
(paresispuerperalis), dan mudah terkena infeksi;
2. Ternak terhindar malnutrisi misalkan kekurusan pada musim kemarau
yang panjang karena kualitas ransum menurun; dan
3. Mempertahankan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas.
Beberapa penelitian penambahan feed additive telah dilakukan
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Edi et al. (2018) pada
penelitiannya pemberian ekstrak daun jati minimal 0,8% dalam pakan
menghasilkan performa ayam petelur (konsumsi pakan, Hen Day
Production, berat telur, egg mass dan Feed Conversion Ratio (sama
dengan penambahan antibiotik virginamicin 0,015%). Andriyanto et al.
(2014) juga telah melakukan penelitian pemberian ekstrak daun kemangi
pada ayam petelur dan hasilnya mampu menjaga dan meningkatkan fungsi
hati serta mendukung peningkatan produktivitas ayam petelur melalui
peningkatan jumlah dan bobot telur yang dihasilkan tanpa menurunkan
kualitas telur.

E. Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)

Bagian buah manggis yaitu terdiri dari 48% kulit bagian dalam, 31%
daging buah, 17% kulit luar, dan 4% tangkai buah (Chavanalikit et al.,
2012). Kandungan total fenol yang paling tinggi yaitu lapisan dalam kulit
manggis yang berwama merah muda (Chavanalikit et al., 2012). Polifenol
berupa senyawa xanthone dan tannin (Zhou et al., 2011). Xanthone banyak
digunakan untuk melawan kanker, kontrol diabetes, mengurangi oksidasi
Low Density Lipoprotein (LDL) darah, determinasi tingkat urea pada darah,
dan mengurangi kerusakan jaringan akibat radikal bebas (Monajjemi et al.,

8
2011). Kusumasari et al. (2013) menyatakan bahwa antioksidan memiliki
manfaat penting yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh radikal
bebas sehingga menimbulkan stres pada ternak dan berdampak pada
penurunan produksi telur serta kualitas telur tetas. Mekanisme kandungan
di dalam kulit manggis yaitu antioksidan dan anti bakteri dapat
menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas zat aditif yang
menyebabkan kerusakan (Zaboli et al., 2013).
Permana (2011) menyatakan bahwa kandungan dalam kulit manggis
yaitu karbohidrat 35,61%, total gula 1,17%, air 62,05%, protein 0,71%,
lemak 0,63%, dan abu 1,01%. Dondy (2012) juga menyatakan bahwa
tepung kulit manggis mengandung nutrisi antara lain karbohidrat 82,50%,
gula total 2,10%, air 5,87%, protein 6,45%, lemak 3,02% dan abu 2,17%.
Teknologi tepung kulit manggis yang dilakukan oleh Dondy (2012) yaitu
melalui proses perendaman selama satu jam dalam larutan 0,3% asam
asetat, 0,3% natrium metabisulfit atau air setelah itu kulit buah yang telah
direndam diblansir selama tiga menit menggunakan uap panas dan proses
pengeringan dilakukan pada suhu 50°C dengan tujuan untuk mencegah
reaksi pencoklatan dan untuk menstabilkan antosianin.
Hasil-hasil penelitian lain menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat
didalam kulit manggis memiliki khasiat sebagai antioksidan (Suvarnakuta et
al. 2011) dan anti bakteri (Gutierrez Orozcodan Failla, 2013). Amrullah
(2003), menyatakan bahwa dimana ayam yang diberi 0,1% metionin dalam
14% dan 16% protein kasar di ransumnya ternyata memiliki kualitas telur
(bobot telur) yang lebih baik dan hen day production yang lebih tinggi
dibanding yang tidak diberi suplementasi. Selain itu kandungan antioksidan,
biflavonoid, dan xathone yang ada di dalamnya juga dapat meningkatkan
presentase motilitas, mengurangi presentase spermatozoa abnormal dan
juga sel sperma yang mati (Ajibade et al., 2011). Penambahan 1% tepung
kulit manggis di dalam pakan dapat meningkatkan berat telur dan indeks
warna kuning telur Itik Mojosari (Istiqomah et al., 2013).

9
F. Inseminasi Buatan

Habibullah et al. (2015) menyatakan bahwa inseminasi buatan pada


unggas dilakukan melalui proses koleksi semen pejantan kemudian
memasukkan semen ke dalam saluran reproduksi betina untuk
mendapatkan telur fertil. Penampungan semen pada teknik IB bertujuan
agar memperoleh semen dengan volume yang banyak dan kualitasnya baik
(Trilaksana et al., 2015). Hopkins dan Evans (2003) dosis semen yang
dianjurkan untuk ayam yaitu 0,1 ml dengan konsentrasi 300 juta
spermatozoa.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB Wiyanti et al. (2013)
penampungan, pengeceran semen, penyimpanan, kesuburan betina, dan
keterampilan inseminator. Donoghue dan Wishart (2000) juga menjelaskan
bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi fertilitas dalam program IB
meliputi kualitas semen, musim, pencahayaan, bobot badan, pakan dan
koleksi semen.

G. Hen Day Production (HDP)

Hen day production (HDP) merupakan salah satu ukuran


produktivitas ayam petelur yang diperoleh dengan membagi jumlah telur
dengan jumlah ayam aktual (Amrullah 2016). Keuntungan mengetahui Hen
day production (HDP), peternak dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk mengafkir ayam, sehingga dapat menghindarkan peternak dari
pakan (Setiawati, 2016).
Ayam petelur memiliki kemampuan berproduksi tinggi cukup tinggi
dengan menghasilkan rata-rata 250 butir telur perekor pertahun dengan
berat kurang lebih mencapai 60 g (Zulfikar, 2013). Tingkat produksi telur
pada ayam umur 16 minggu baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya
akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak
produksi yaitu sekitar 94 sampai dengan 95% dalam kurun waktu umur 25
minggu (Salang et al., 2015). Produksi telur menurun dengan perlahan
sampai 55% sesudah berumur 82 minggu (Maharani et al., 2013).

10
Faktor yang mempengaruhi produksi telur ayam petelur adalah umur,
genetik, kualitas pakan, stress akibat overheat, dan keadaan lingkungan
yang berisik (Fadilah dan Polana, 2011). Turunnya konsumsi pakan
menyebabkan berkurangnya nutrisi dalam tubuh sehingga menurunkan
produksi telur (Siahaan et al., 2018).
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Skender et al. (2017)
yang menemukan bahwa ayam petelur dengan umur 28 sampai 36 minggu
dan diberi perlakuan suplementasi beberapa jenis flavonoid (hesperidin,
naringin, dan quercetin) memiliki HDP berkisar antara 90,03 sampai
93,96%.

H. Bobot Telur

Mahi et al. (2012) menyatakan, bahwa faktor yang dapat


mempengaruhi bobot telur yaitu breed, umur, nutrisi, pakan, suhu,
lingkungan,dan dewasa kelamin. Siklus awal pada produksi telur juga
menghasilkan bobot telur yang rendah dibandingkan dengan bobot telur
pada siklus selanjutnya (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Periode bertelur ayam Isa Brown pada umur 18 sampai dengan 100
minggu, daya hidup 93%, FCR 2,14, puncak produksi mencapai 96 persen,
jumlah telur 466 butir, rata-rata berat telur 63,1 g/butir. Awal bertelur pada
umur 18 minggu dengan berat telur 42,3 g. Memasuki umur 21 minggu
bobot telur ayam Isa Brown mulai meningkat sampai dengan umur 36
minggu, dan relatif stabil di umur 50 minggu (Isa Brown Commercial Layers,
2019). Isa Brown memiliki persentase cangkang lebih besar daripada isa
white, selain itu bobot telur, egg mass, dan efisiensi pakannya juga lebih
baik (Yuwanta, 2010).
Penelitian lain juga telah dilakukan dengan pemberian tepung
kulit manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai feed additive terhadap
kualitas telur dengan level pemberian 1,5% hasilnya berpengaruh nyata
terhadap bobot telur (Aprilia, 2014). Kusumasari et al. (2013) menyatakan
bahwa antioksidan memiliki manfaat penting yaitu mencegah kerusakan

11
ternak dan berdampak pada penurunan produksi telur serta kualitas telur
tetas.

I. Fertilitas

Fertilitas dapat diartikan adanya perkembangan embrio yang terlihat


dalam telur yang di tetaskan (Sains et al., 2018). Wirapartha dan Dewi
(2017) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi fertilitas telur yaitu
perbandingan jantan dan betina, umur ayam, lama waktu penyimpanan
telur, pakan atau nutrisi, dan kesehatan ayam.
Persentase fertilitas telur merupakan ukuran keberhasilan inseminasi
buatan. Fertilitas menandakan terjadinya pembuahan antara ovum dan
spermatozoa dalam saluran reproduksi betina ayam. Fertilitas telur
merupakan jumlah telur yang fertil dari sejumlah telur yang diinkubasi hasil
IB (Saleh dan Isyanto, 2011). IB dengan menggunakan semen segar telah
banyak dilakukan, penelitian Irastuti (2011) menyebutkan bahwa dengan
interval IB tiga hari sekali, fertilitas telur ayam buras yang dihasilkan yaitu
70,83%.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniar (2013) mendapatkan hasil
bahwa pemberian tepung kulit manggis dengan level pemberian 1% dalam
pakan Itik Mojosari berpengaruh nyata terhadap fertilitas (Yuniar, 2013).
Ajibade et al. (2011) juga menyatakan kandungan antioksidan, biflavonoid,
dan xathone yang ada di dalamnya juga dapat meningkatkan presentase
motilitas, mengurangi presentase spermatozoa abnormal dan juga sel
sperma yang mati.

12
J. Kerangka Pikir

Penelitian ini dibuat dengan skema kerangka pikir yang dimulai dari
pemberian kulit sebagai feed additive pada ayam petelur. Feed additive
adalah suatu bahan yang dicampurkan didalam pakan yang dapat
mempengaruhi kesehatan, produktifitas, maupun keadaan gizi ternak,
meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi
(Adam, 2000). Ajibade et al. (2011) menyatakan bahwa kandungan
antioksidan, biflavonoid, dan xathone yang ada di dalam kulit manggis
dapat meningkatkan presentase motilitas, mengurangi presentase
spermatozoa abnormal, dan juga mengurangi sel sperma yang mati. Tanin
merupakan salah satu molekul aktif metabolit sekunder, memiliki beberapa
manfaat antara lain sebagai astringen, anti diare, antibakteri, dan
antioksidan (Wati et al., 2023). Kusumasari et al. (2013) menyatakan bahwa
antioksidan memiliki manfaat penting yaitu mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas sehingga menimbulkan stres pada ternak
dan berdampak pada penurunan produksi telur serta kualitas telur tetas.
Kemudian setelah pemberian kulit manggis selama satu bulan, ayam
petelur dikawinkan dengan ayam Bangkok dengan Inseminasi Buatan.
Habibullah et al. (2015) menyatakan bahwa inseminasi buatan pada unggas
dilakukan melalui proses koleksi semen pejantan kemudian memasukkan
semen ke dalam saluran reproduksi betina untuk mendapatkan telur fertil.
Faktor yang mempengaruhi produksi telur ayam petelur adalah
umur, genetik, kualitas pakan, stress akibat overheat, dan keadaan
lingkungan yang berisik (Fadilah dan Polana, 2011). Turunnya konsumsi
pakan menyebabkan berkurangnya nutrisi dalam tubuh sehingga
menurunkan produksi telur (Siahaan et al., 2018). Mahi et al. (2012)
menyatakan, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi bobot telur yaitu
breed, umur, nutrisi, pakan, suhu, lingkungan,dan dewasa kelamin. Siklus
awal pada produksi telur juga menghasilkan bobot telur yang rendah
dibandingkan dengan bobot telur pada siklus selanjutnya (Listiyowati dan
Roospitasari, 2000). Wirapartha dan Dewi (2017) juga menyebutkan

13
bahwa faktor yang mempengaruhi fertilitas telur yaitu perbandingan jantan
dan betina, umur ayam, lama waktu penyimpanan telur, pakan atau nutrisi,
dan kesehatan ayam. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Kandungan Kulit Manggis

xanthone, antosianin dan flavonoid tannin

Meningkatkan presentase motilitas, astringen, anti diare,


mengurangi presentase antibakteri, dan
spermatozoa abnormal, dan juga antioksidan
mengurangi sel sperma yang mati.

Pemberian Tepung Kulit Manggis


P0= 0%, P1= 0,5%, P2= 1% dan P3= 1,5%

Inseminasi Buatan Ayam Petelur dengan


Ayam Bangkok

Hen Day Production (HDP), bobot telur, dan


fertilitas meningkat
Gambar 1. Kerangka pikir
K. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Diduga penambahan tepung kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
sebagai feed additive dapat meningkatkan Hen Day Production (HDP),
bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur
2. Diketahuinya level terbaik penambahan tepung kulit manggis (Garcinia
mangostana L.) sebagai feed additive dapat meningkatkan Hen Day
Production (HDP), bobot telur, dan fertilitas pada ayam petelur.

14
III. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Hewan dan


Reproduksi Ternak serta Ruang Penetasan Politeknik Pembangunan
Pertanian Yogyakarta - Magelang Jurusan Peternakan selama tiga bulan
mulai dari Maret sampai dengan Mei 2023.
B. Alat

Penelitian ini menggunakan beberapa perlatan yaitu:


1. Kandang sistem battery yang terdiri dari 60 kotak untuk 60 ekor ayam
petelur betina. Kandang terbuat dari bambu dengan dilengkapi tempat
minum dan tempat pakan yang terbuat dari paralon.
2. Kandang untuk ayam Bangkok pejantan yang terbuat dari bambu
berjumlah enam kotak yang dibagi menjadi dua kandang dilengkapi
peralatan tempat pakan dan tempat minum yang terbuat dari paralon.
3. Perlengkapan lain yang meliputi mesin tetas, lampu, timbangan
electronic pocket scale Camry EHA-401 akurasi 0,1 gram, gelas ukur,
thermometer, hygrometer, hemasitometer, egg tray, alat teropong telur,
alat tulis dan peralatan kebersihan.
C. Bahan

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan yaitu:


1. Ayam petelur betina umur 48 minggu dengan dengan jenis Isa Brown
dengan jumlah 60 ekor dan Ayam jantan Bangkok umur 1,5 tahun
dengan jumlah enam ekor.
2. Pakan yang digunakan sebagai pakan basal adalah pakan yang dibuat
oleh Laboratoriun Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta -
Magelang Jurusan Peternakan.
Bahan pakan yang digunakan yaitu: konsentrat, jagung, bekatul,
premix layer dan mineral. Kandungan nutrien dapat dilihat pada Tabel 2.

15
Tabel 2. Kandungan nutrien pakan ayam petelur betina.
No Zat Makanan Hasil analisis
1. Kadar Air (%) 10,63
2. Kadar Abu (%) 14,63
3. Protein Kasar (%) 18,03
4. Lemak Kasar (%) 4,37
5. Serat Kasar (%) 4,56
6. Energi Metabolis (kkal/kg) 2778
Sumber: Kandungan Nutrien Hasil Pengujian Laboratorium
Obat Hewan dan Pakan (2022).

3. Pakan ayam bangkok pejantan menggunakan pakan komersil kode 594


yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.
Bahan yang digunakan yaitu: konsentrat, jagung, dedak, bungkil
kedelai, pecahan gandum, tepung daun, vitamin enzim, kalsium, phosphor
dan trace mineral. Kandungan nutrien dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrien pakan ayam bangkok pejantan.


No Zat Makanan Hasil analisis
1. Kadar Air (%) Max.13,0
2. Protein (%) Min. 18,5
3. Lemak (%) Min. 3,0
4. Serat (%) Max.8,0
5. Abu (%) Max.8,0
6. Calcium (%) Min 0,9
7. Phopspor (%) Min 0,6
8. Aflatoxin (ppb) Max.50
Sumber: Kandungan Nutrien Pakan Ayam Bangkok Pejantan PT.
Charoen Pokphand Indonesia (2022).

4. Tepung kulit manggis yang digunakan yaitu diproduksi oleh indoplant.


Hasil uji laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 4.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Hen Day Production (HDP), bobot
telur, dan fertilitas pada ayam petelur sebagai berikut:
1. Hen Day Production (HDP)

16
Hen Day Production (HDP) adalah jumlah telur yang dihasilkan pada
periode tertentu be rdasarkan jumlah unggas aktual yang hidup pada
periode tersebut dan dihitung dalam persen (Muchlis dan Syarifuddn 2021).
Rumus penghitungan HDP yaitu:
Jumlah telur selama penelitian
HDP= x 100 %
Jumlah ayam petelur awal penelitian
2. Bobot Telur
Bobot telur yang dihasilkan (g/butir), diperoleh dengan menimbang
setiap telur yang diambil dari egg tray dan sudah dikelompokkan
berdasarkan perlakuan dan ulangan (Ahmadi, 2015). Penimbangan bobot
dilakukan selama tiga hari terakhir di minggu ketiga dan tiga hari terakhir di
minggu ke enam untuk pengukuran fertilias dan bobot telur.
3. Fertilitas
Fertilitas yaitu presentase telur yang memperlihatkan adanya
perkembangan embrio dari semua telur ditetaskan (Sinabutar, 2009). Nilai
fertilitas dihitung dengan persamaan berikut:
∑Fertil
Fertilitas = x 100 %
∑Ditetaskan
∑ fertil = Jumlah telur tetas yang fertil.
∑ ditetaskan = Jumlah telur layak tetas yang dihasilkan dari setiap
perlakuan.

Data ini diperoleh dari hasil pemeriksaan ( ) pada telur yang telah
dieramkan di mesin tetas pada hari kelima proses pengeraman.
Pemeriksaan telur fertil dilakukan dengan peneropongan telur dibawah
cahaya dengan intensitas yang cukup untuk menembus cangkang telur
(Nawawi et al., 2015). Telur fertil adalah telur yang dibuahi dan berpotensi
untuk menjadi anakan sedangkan telur infertil adalah telur yang tidak
dibuahi dan digunakan sebagai telur konsumsi (Wirapartha dan Dewi,
2017). Telur yang terlihat bayangan pembuluh darah atau titik embrio
diindentifikasi sebagai telur fertil sedangkan telur yang hanya terlihat area

17
kuning telur saja diidentifikasi sebagai telur infertil (Simanungkalit et al.,
2021).
E. Prosedur Penelitian

Berikut prosedur penelitian pada tahap pemeliharan:


1. Persiapan penelitian
a. Denah kandang ayam petelur betina diacak dan diberi sekat pada
tempat pakan setiap indivdu ternak. Hasilnya sesuai Gambar 2.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 P2 P2 P2 P2 P2
U1 U1 U1 U2 U2 U2 U3 U3 U3 U4 U4 U4

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
P3 P3 U3 P3 P3 P3 P0 P0 P0 P0 P0 P0
U1 U1 U1 U2 U2 U2 U2 U2 U2 U1 U1 U1

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 P2 P2
U3 U3 U3 U4 U4 U4 U5 U5 U5 U1 U1 U1
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
P2 P2 P2 P2 P2 P2 P3 P3 P3 P3 P3 P3
U2 U2 U2 U5 U5 U5 U3 U3 U3 U4 U4 U4

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
P3 P3 P3 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0
U5 U5 U5 U3 U3 U3 U4 U4 U4 U5 U5 U5

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Gambar 2. Denah kandang penelitian


b. Kandang ayam pejantan dibersihkan menggunakan disinfektan
tujuannya untuk mencegah bibit penyakit.
c. Tempat pakan dan minum baik kandang jantan maupun betina
dibersihkan.
2. Pemberian Pakan
a. Ayam Petelur Betina

18
1) Pakan yang diberikan ditimbang, pakan ayam petelur betina
membutuhkan 120 gram/hari x 60 ekor = 7.200 g/hari.
2) Pakan diberikan dua kali dengan proporsi 60:40 di pagi hari
60% dengan berat 72 gram dan sore hari 40% dengan berat 48
gram yang diberikan pukul 07.00 WIB dan 14.00 WIB.
b. Ayam Bangkok Jantan
1) Pakan yang diberikan ditimbang, pakan ayam bangkok jantan
membutuhkan 150 gram/hari x 6 ekor = 900 g/hari.
3) Pakan diberikan dua kali dengan proporsi 60% dengan proporsi
60:40 di pagi hari 60% dengan berat 90 gram dan sore hari 40%
dengan berat 60 gram yang diberikan pukul 07.00 WIB dan
14.00 WIB.
3. Pemberian Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)
Tepung kulit manggis yang dikonsumsi oleh ayam petelur betina
ditimbang sesuai perlakuan kemudian dicampurkan dengan 10 gram
pakan yang diambil dari porsi pemberian pakan pagi hari dan
diberikan 10 menit sebelum pemberian pakan pagi. Data perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Level pemberian tepung kulit manggis


Level Pemberian Konsumsi Pakan Pemberian TKM
(%) (g/battery/hari) (g/ekor/hari)
0,5 120 0,6
1 120 1,2
1,5 120 1,8
Sumber: Data terolah (2023).

4. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan dilakukan satu bulan setelah pemberian
tepung kulit manggis pada ternak di minggu ke empat dan ke enam.
Sebelum digunakan untuk bahan IB sperma dari pejantan dilakukan
uji konsentrasi spema terlebih dahulu menggunakan alat
hemasitometer.

19
a. Pengambilan sperma ayam Bangkok pejantan dilakukan puklu
15.00 WIB lalu bisa langsung diaplikasikan inseminasi buatan ke
ayam petelur betina dengan dilakukan pengenceran denngan
NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 1:6 dan di suntik ke betina ayam
petelur melalui kloaka sebanyak 0,1 ml/ekor. Insemiansi
dilakukan pada sore hari dengan cara deposisi semen
intravaginal (Tabatabaei, 2010).
b. Inseminasi Buatan dilakukan dua kali seminggu di hari Senin dan
Kamis dimulai pada minggu ke empat. Penelitian Irastuti (2011)
menyebutkan bahwa dengan interval IB tiga hari sekali, fertilitas
telur ayam buras yang dihasilkan yaitu 70,83%. Pengaplikasian
IB dilakukan dengan estimasi waktu 30 menit. Penelitian
sebelumnya juga menyatakan bahwa spermatozoa ayam mampu
bertahan hidup selama 30 sampai 45 menit pada suhu kamar,
namun apabila ditambah pengencer spermatozoa dapat
bertahan enam sampai dengan dengan 24 jam dalam suhu
refrigerator (Lubis, 2011).
5. Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang dilakukan 5 hari sekali dengan membersihkan
kotoran dibawah dan didalam kandang serta mengganti dengan
sekam baru sebagai alas kotoran dibawah kandang.
6. Metode Pengambilan Data
a. Perhitungan jumlah telur yang dihasilkan dilakukan setiap hari.
b. Pengambilan telur sebagai sampel dilakukan selama tiga hari
terakhir di minggu ke empat dan tiga hari terakhir di minggu ke
enam untuk pengukuran fertilias dan bobot telur.

F. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian rancangan acak


lengkap (RAL) dengan jumlah ayam yang digunakan adalah 60 ekor dan
setiap perlakuan diulangi lima kali dengan tiga ekor per ulangan dan

20
diperoleh percobaan sebanyak 20 percobaan. Perlakuan yang diberikan
adalah pemberian tepung kulit manggis sebagai zat additive dengan
perlakuan yang diberikan sebagai berikut:
P0 = Pakan Basal
P1 = Pakan Basal + Tepung Kulit Manggis 0,5%
P2 = Pakan Basal + Tepung Kulit Manggis 1%
P3 = Pakan Basal + Tepung Kulit Manggis 1,5

G. Analisis Data

Data yang diperoleh di Uji Homogenitas dan Normalitas. Apabila data


homogen dan berdistribusi normal maka dilakukan analisis statistic
parametrik. Uji statistik yang digunakan yaitu ANOVA (Analisis of Variance)
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati.
Apabila perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Ducan (Stell dan Torrie, 1991) untuk mengetahui melakukan level
perlakuan terbaik dan dilakukan Uji Polinominal Ortogonal untuk
mengetahui perlakuan/dosis optimal pada posisi respon tertinggi
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution).

21
H. Jadwal

Adapun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian


Tugas Akhir pada Tabel 5.

Tabel 5. Jadwal pelaksanaan penelitian tugas akhir


No Tahapan dan Kegiatan Rencana Waktu Pelaksanaan

Maret April Mei

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan kandang

2 Persiapan ternak dan


bahan penelitian
3 Pemeliharaan dan
pemberian perlakuan
tepung kulit manggis ke
ternak
4 Melakukan inseminasi
buatan
5 Pengambilan data

6 Analisis data

22
DAFTAR PUSTAKA

Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. Malang. UB Press.


Adams, C.A. 2000. The Role of Nutricines In Health And Total Nutrition.
Proc. Aust. Poult. Sci. Sym. 12: 17-24
Aditya R. Mokodongan, F.Nangoy, Jein Rinny Leke dan Zulkifli Poli. 2017.
Penampilan Pertumbuhan Ayam Bangkok Starter Yang Diberi
Pakan Dengan Level Protein Berbeda. Jurnal Zootek. Vol.37 No.2
:426-435
Ajibade A.J, Oyewopo A, O, Fakunle P.B, dan Ashamu E.A. 2011. Effects
Of Crude Ethanolic Extract of Gracinia Kola (Bitter Kola) On The
Histology Of The Testis Of Male Adult Wistar Rats. Departement
Of Anatomy Ladoke Akintola University Of Technology,
Ogbomoso, Oyo State, Nigeria
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi,
Bogor
Chaovanalikit, A., A. Mingmuang, T. Kitbunluewit, N. Choldumrongkool, J.
Sondee dan S. Chupratum. 2012. Anthocyanin And Total
Phenolics Content Of Mangosteen And Effect Of Processing On
The Quality Of Mangosteen Products. International Food
Research Journal 19 (3): 1047-1053
Dirgahayu FI, Septinova D, Nova K. 2016. Perbandingan Kualitas Eksternal
Telur Ayam Ras Strain Isa Brown Dan Lohman Brown. JIPT. Vol.4
No. 1: 1-5.
Dondy. 2012. Pemanfaatan Kulit Buah Manggis dan Teknologi
Penepungannya. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Pasca Panen Pertanian. Warta Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian. Vol. 34 No.1:12- 13. Bogor
Donoghue. A.M., and G.J.Wishart . 2000. Storage Of Poultry Semen.
Animal Reproductive Science. Vol. 2 No. 62: 213-232
Dungir, Stevi G. Dewa G, Katja dan Vanda S, Kamu. 2012. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Fenolik Dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Jurnal Mipa Unsrat. Vol. 1 No. 1: 11-15
Fadilah, Roni, dan Polana, Agustin. 2011. Mengatasi Penyakit pada Ayam.
Agro Media Pustaka, Jakarta
Faiq, U., N. Iriyanti, dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan Pakan Fungsional
Dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan Dan Pertambahan
Bobot Badan Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1 No.1:
282-28

23
Fathul, F., Tantalo, S., Liman, dan Purwaningsih,N. 2013. Pengetahuan
Pakan Dan Formulasi Ransum, Universitas Lampung, Bandar
Lampung
Habibullah, M., M. A. Hashem, M. S. Rana dan M. H. Islam. 2015. Effect Of
Artificial Insemination On Different Production Parameter In
Hubbard Classic Broiler Parent Stock. Jurnal. Bangladesh
Hijriyanto, M., Dasrul, C. N. Thasmi. 2017. Pengaruh Frekuensi
Penampungan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa pada
Ayam Bangkok. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner. Vol. 01 No. 1:
046-053
Hopkins, S. M. and L.E.Evans. 2003. Artificial Insemination In Mcdonald’s
Veterinary Endocrinology And Reproduction. Edited By Mauricho
H. Pindeda And Michael P.Dooley. Edition.Lowa State Press USA:
366-368
Irastuti. 2011. Pengaruh Bangsa Pejantan Dan Interval Deposisi Semen
Terhadap Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Ayam. Jurnal
Sains Dan Teknologi Tadulako. Vol. 1 No. 1: 13-25
Istiqomah, F. 2013. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana L) Pada Pakan Terhadap Kualitas Telur Itik Mojosari.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
Junaedi dan Khaeruddin. 2018. Evaluasi Hasil Inseminasi Buatan Pada
Ayam Bangkok Dengan Menggunakan Berbagai Pengencer
Semen. Tropical Livestock Journal. Vol. 02 No. 1
Kusumasari, D.P., I. Mangisah, dan I. Estiningdriati. 2013. Pengaruh
Penambahan Vitamin A dan E dalam Ransum terhadap Bobot
Telur dan Mortalitas Embrio Ayam Kedu Hitam. Anim. Agric. J. Vol.
2 No.1: 191-200
Lubis, Triva Murtina.2011. Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam
Pengencer Air Kelapa, Nacl Fisiologis Pada 25-29°C. Jurnal
Agripet Vol. 2 No. 2:45-0
Luthfi, A. C., Suhardi, dan E. C. Wulandari. 2020. Produktivitas Ayam
Petelur Fase Layer Il Dengan Pemberian Pakan Free Choice
Feeding. Tropical Animal Science. Vol. 2 No. 2: 57-65
Magdalena, S., Natadiputri, G. H., Nailufar, F., dan Purwadaria, T. 2014.
Utilization Of Natural Products As Functional Feed. Wartazoa.
Indonesian Bulletin Of Animal & Veterinary Sciences. Vol. 23 No.
1:31-40
Maharani, P., N. Suthama dan H. I. Wahyuni. 2013. Massa Kalsium Dan
Protein Daging Pada Ayam Arab Petelur Yang Diberi

24
Ransum Menggunakan Azolla Microphylla. J. Anim. Agr.Vol. 2 No.
1:18-27
Mahi M, Achmanu, Muharlien. 2012. Pengaruh Bentuk Telur Dan Bobot
Telur Terhadap Jenis Kelamin, Bobot Tetas, Dan Lama Tetas
Burung Puyuh. Universitas Brawijaya, Malang
Monajjemi, M., V. Azizi, S. H. Amini and F. Mollaamin. 2011. Nanotheoretical
Studies On Evaluation Of Anti Cancer Potential On Mangosteen
Plant. Afr. J. Agri. Res. 6: 4661-4670
Nahak, A.K., Giri, S.C., Mohanty, D.N., Mishra, P.C. and Dash, S.K. 2015.
Effect Of Frequency Of Collection On Seminal Characteristics Of
White Pekin Duck. Asian Pacific Journal Of Reproduction.Vol. 4
No. 1: 70-73
Nawawi, M. Z., Rahmad, R., Dan Syahputra, M. 2015. Klasifikasi Telur
Fertil Dan Infertil Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Multilayer
Perceptron Berdasarkan Ekstraksi Fitur Warna Dan Bentuk.
Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Vol. 4 No. 2:100–109
Parlan, A. (2019). Analisis Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Desa
Silam Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Universitas Islam
Riau
Permana, A.W. 2010, Kulit Buah Manggis Dapat Menjadi Minuman Instan
Kaya Antioksidan. Warta Litbang Deptan. Vol. 32 No. 2:3.
Fadilah dan Polana, 2011 Aneka Penyakit Pada Ayam Dan Cara
Mengatasinya. Pt. Agromedia Pustaka, Jakarta
Rifaid. 2018. Kualitas Dan Produksi Telur Berdasarkan Umur Dan Pakan
Yang Digunakan. Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makasar
Sahara, S. N., Suprijatna, E., & Yunianto, V. D. 2017. Pengaruh Pemberian
Sinbiotik (Limbah Jamu Dan Lactobacillus Sp.) Sebagai Zat Aditif
Pakan Ayam Petelur Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Protein
Kasar Dan Retensi Nitrogen. Fakultas Peternakan Dan Pertanian
Undip
Salang, F., L. Wahyudi, E. Queljoe, D. Y. Katili. 2015. Kapasitas Ovarium
Ayam Petelur Aktif. Jurnal Mipa. Vol. 4 No. 1:99-102
Saleh D.M., dan A.Y. Isyanto. 2011. Pengaruh Lama Penyimpanan
Terhadap Motilitas Dan Fertilitas Spermatozoa Ayam Kate Lokal.
Ckrawala Galuh. Vol. 1 No.6: 1-6
Setyono, D, J. Maria dan Suharti. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi
Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta Timur

25
Sinabutar, M. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan Terhadap
Daya Tetas Telur Itik Lokal Yang Di Inseminasi Buatan Dengan
Semen Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra
Utara, Medan
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. T Ogatorop, T. Pasaribu, I.A.K. Bintang,
S. Sitompul dan J. Rosida. 2002. Respon Ayam Pedaging
Terhadap Penambahan Bioaktif Lidah Buaya Dalam Ransum:
Pengaruh Berbagai Bentuk Dan Dosis Bioaktif Dalam Tanaman
Lidah Buaya Terhadap Performans Ayam Pedaging. Jitv 7: 69-75
Sitanggang En, Hasnudi, Hamdan. 2015. Keragaman Sifat Kualitatif Dan
Morfometrik Antara Ayam Kampung, Ayam Bangkok, Ayam Katai,
Ayam Birma, Ayam Bagon Dan Magon Di Medan. Jurnal
Peternakan Integratif . Vol. 3 No. 2: 167-189
Steel, P. G. D. and J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika
Suatu Pendekatan Geometrik. Terjemahan B. Sumantri. Pt
Gramedia, Jakarta
Suci, D. M., dan W. Hermana. 2012. Pakan Ayam. Penebar Swadaya,
Jakarta
Suvarnakuta P, Chaweerungrat C, Devahastin S. 2011. Effects Of Drying
Methods On Assay And Antioxidant Activity Of Xanthones In
Mangosteen Rind. Int J Food Chem. Vol. 125 No.1: 240-247
Tabatabaei, S. 2010. The Effect Spermatozoa Number On Fertility Rate Of
Chicken In Artificial Insemination Programs. Journal Of Animal
And Veterinary Advances. Vol. 9 No.12: 17-19
Trilaksana I G N, Noviyati R N, Bebas W. 2015. Penambahan Vitamin C
Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang
Disimpan Pada Suhu 5°C. Bul Vet Udayana. Vol. 7 No. 2: 186-193
Udin, Z. 2012. Teknologi Inseminasi Buatan Dan Transfer Embrio Pada
Sapi, Penerbit Sukabina Press, Bekasi
Wiyanti, D. C., N. Isnaini dan P. Trisunuwati. 2013. Pengaruh Lama Simpan
Semen Dalam Pengencer Nacl Fisiologis Pada Suhu Kamar
Terhadap Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung (Gallus
Domesticus). Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 No. 1: 53-55
Wirapartha, M dan G. A. M. K. Dewi. 2017. Bahan Ajar Manajemen
Penetasan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bali
Yuwanta. T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada Press,
Yogyakarta
Zaboli, G. Z., H. H. Bilondi and A. Miri. 2013. The Effect Of Dietary
Antioxidant Supplements On Abdominal Fat Deposition In Broilers.
Life Sci. J. Vol. 9 No. 10: 328-333

26
Zhou, X., R. Huang, J. Hao, H. Huang, M. Fu, Z. Xu, Y. Zhou, Xu-Fi Li, S.
X. Qiu a nd B. Wang. 2011. Two New Prenylated Xanthones From
The Pericarp Of Garcinia Mangostana (Mangosteen). Helvetica
Chimica Acta. 94: 2092-2098
Zulfikar. 2013. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Ras. Jurnal
Lentera. Vol. 13 No.

27
Lampiran 1. Rancangan anggaran biaya

28
Lampiran 2. Jurnal harian

JURNAL HARIAN TUGAS AKHIR


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
2023

Nama : Aulia Renisa

NIRM : 03 08 19 077

Lokasi Tugas Akhir : Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-


Magelang Jurusan Peternakan

Paraf
No Hari/Tanggal Kegiatan Pembimbing/
Pihak Terkait

29
Lampiran 3. Lembar konsultasi

LEMBAR KONSULTASI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
2023

Nama : Aulia Renisa

NIRM : 03 08 19 077

Pembimbing : 1. Dr. Puji Hartati, M.Ed.

2. Acep Perdinan, S.Pt, M.Si


Paraf
No Hari/Tanggal Kegiatan Pembimbing/
Pihak Terkait

30
Lampiran 4. Hasil analisis tepung kulit manggis

31
32

You might also like