Resume MMP 008

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

RESUME TEMA 8

MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN


Dosen: Dr. Noor Miyono, M.Si.

Judul
Manajemen Mutu Berbasis Sekolah dan Tantangan Pelaksanaan MBS

oleh
Anita Yuli Astuti (21510086)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023
Manajemen Mutu Berbasis Sekolah dan Tantangan Pelaksanaan MBS

A. Manajemen Berbasis Sekolah


1. Konsep Dasar MBS
Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management)
merupakan salah satu model sistem pengelolaan sekolah yang memberikan
kewenangan lebih luas dan kekuasaan lebih banyak kepada institusi sekolah
untuk mengurus kegiatan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan sekolah yang bersangkutan tanpa bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku.
Pemberian kewenangan dalam pengambilan keputusan dipandang
sebagai salah satu bentuk otonomi di tingkat sekolah pemberdayaan
sumber-sumber (resource) sehingga sekolah mampu secara mandiri dalam
hal: menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, memanfaatkan,
mengendalikan, dan, mempertanggungjawabkan keberhasilan programnya
kepada setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) pendidikan.

2. Latar Belakang Munculnya MBS


a. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan dengan tegas bahwa setiap warga negara berhak
mendapat layanan pendidikan bermutu.
b. Pendidikan yang berMUTU tidak hanya diukur dari produk (output),
tetapi terkait dengan input dan proses penyelenggaraan pendidikan
c. Upaya PENINGKATAN MUTU layanan pendidikan harus
melibatkan stakeholders pendidikan, khususnya masyarakat dan orang
tua peserta didik.
d. MBS merupakan INOVASI dalam pelibatan masyarakat dan orang tua
peserta didik untuk peningkatan mutu pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan di era otonomi daerah
3. Asumsi-Asumsi Diterapkannya MBS
a. Pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah.

b. Pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada


sekolah untuk mengelola sumber dayanya.
c. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya.
d. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
e. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok
untuk memenuhi kebutuhan sekolah
f. penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efektif dan efisien
g. keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan
h. sekolah lebih bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah dan pemerintah daerah, orangtua peserta
didik, dan masyarakat
i. sekolah akan mampu bersaing secara sehat
j. sekolah dapat secara cepat menanggapi perubahan.

4. Tujuan Implementasi MBS


a. Pemberian otonomi yang lebih luas kepada sekolah dalam
pengambilan keputusan untuk peningkatan layanan pendidikan.
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik
dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu
c. Mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan
profesional
d. Membangun ”teamwork” yang demokratis dan profesional untuk
layanan pendidikan yang bermutu, dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan secara menyeluruh
e. Meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan
tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik, agar
mencapai mutu tinggi.
5. Alasan Diterapkannya MBS
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi dirinya
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan sendiri.
c. Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan
d. Secara ekonomis, manajemen lokal dirasakan lebih efisien/efektif.

6. Paradigma Konsep MBS

7. Paradigma Baru Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan


a. Sebelum penerapan MBS
Hanya dalam input pendidikan berupa sumbangan uang
b. Setelah diterapkan MBS
Partisipasi dalam input, proses, dan kontrol kualitas output
pendidikan
Diwadahi dalam formula Komite Sekolah/Dewan Sekolah
Fungsi dan peran utama Komite Sekolah : Mitra kerja, Penasehat,
Penghubung dengan masyarakat, Pengendali
8. Karakteristik Keberhasilan Penerapan MBS
a. Peningkatan kemandirian sekolah dalam mewujudkan visi dan misi

b. Peningkatan kualitas kinerja layanan sekolah


c. Peningkatan kesejahteraan materil dan non materil
d. Peningkatan kualitas partisipasi masyarakat dan orangtua
e. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah

9. Permasalahan yang Dihadapi dalam Implementasi MBS


a. Pemahaman terhadap Konsep dan Aplikasi MBS masih belum benar
b. Rendahnya tingkat kesiapan dan komitmen sumber daya manusia
c. Sistem Regulasi teknis yang tidak jelas
d. Rendahnya kualitas partisipasi masyarakat dan orang tua terhadap
pendidikan anak
e. Rendahnya komitmen dukungan dana dari masyarakat dan orang tua
terhadap layanan pendidikan yang bermutu

10. Proses Menuju MBS


a. Perda perlu diatur yang memungkinkan sekolah menjadi otonom
b. kebiasaan (routines) berperilaku warga sekolah perlu disesuaikan MBS
c. Hubungan antar sekolah, dinas, Provinsi perlu diperbaiki dengan jiwa
otonomi

11. Karakteristik Sekolah yang Melaksanakan MBS


a. Input
1) memiliki kebijakan mutu.
2) sumberdaya tersedia siap.
3) memiliki harapan prestasi tinggi.
4) fokus pada pelanggan.
5) input manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis,
ketentuan(aturan main) dalam mencapai tujuan.
b. Proses
1) efektivitas proses belajar mengajar tinggi

2) kepemimpinan sekolah yang kuat.


3) pengelolaan yang efektif tenaga kependidikan.
4) sekolah punya budaya mutu.
5) sekolah punya teamwork yang kompak.
6) Sekolah punya kemandirian
7) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat
8) Sekolah punya keterbukaan.
9) Sekolah punya kemauan berubah.
10) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
11) Sekolah responsif terhadap kebutuhan.
12) Sekolah memiliki akuntabilitas.
13) Sekolah memiliki sustainabilitas.
c. Output
1) Pencapaian akademik dan non akademik tinggi.
2) Contoh: nilai nem rata rata 7 menjadi 8.
3) Non akademik: dulu juara 2 menjadi juara 1.

12. Paradigma baru manajemen sekolah untuk PENINGKATAN MUTU


Terjadi pergeseran dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat
menjadi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

13. Esensi MPMBS


14. Karakteristik MPMBS
a. Input
1) kebijakan, tujuan, sasaran mutu

2) Sumber daya
3) Staf sekolah
4) Harapan prestasi
5) Fokus layanan siswa
6) Input manajemen
b. Proses
1) Efektivitas proses belajar mengajar tinggi
2) Kepemimpinan sekolah yang kuat
3) Lingkungan sekolah aman dan tertib
4) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
5) Budaya mutu: total quality schools
6) teamwork kompak, cerdas, dan dinamis
7) Kewenangan (kemandirian).
8) Partisipasi tinggi dari warga sekolah/masyarakat
9) Keterbukaan manajemen
10) Kemampuan berubah (psikologis dan fisik)
11) Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
12) Responsif dan antisipatif kebutuhan
13) Komunikasi yang baik
14) Akuntabilitas tinggi dan menyeluruh
15) Sustainabilitas.
c. Output
1) Prestasi akademik
2) Prestasi non akademik
15. Prakondisi dalam Menerapkan MPMBS
a. Kapasitas kelembagaan memadai
b. Budaya yang kondusif
c. Kemampuan sekolah membuat kebijakan, rencana, dan program
d. Sistem akuntabilitas publik
e. Dukungan pemerintah pusat dan daerah
16. Pendekatan dalam MPMBS adalah ideografik bukan nomotetik
17. Tahap-Tahap dalam Menerapkan MPMBS
a. Melakukan sosialisasi. Kepala sekolah “membaca” dan “membentuk”
budaya MPMBS di sekolah masing-masing.
b. Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (tujuan situasional
sekolah). Perlu melakukan identifikasi tantangan nyata sekolah yang
bersumber dari output sekolah baik kualitas, produktivitas, efektivitas,
dan efisiensi.
c. Identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
d. Melakukan analisis SWOT.
e. Alternatif langkah pemecahan persoalan.
f. Menyusun rencana dan program peningkatan mutu.
g. Melaksanakan rencana peningkatan mutu.
h. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
i. Merumuskan sasaran mutu baru.

B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Konsep Peran Serta Masyarakat
● Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah, danguru,
tetapi tanggung jawab keluarga dan masyarakat.
● Keluarga dan Masyarakat memiliki tanggung jawab besar dalam
membantu pendidikan menjadi bermutu: bantuan dana, teknis edukatif
(KBM), sebagai tenaga pengajar, berdiskusi tentang kemajuan
pendidikan.
● Partisipasi masyarakat tidak akan muncul dengan sendirinya tapi perlu
diberdayakan, misalnya dengan cara: Melibatkan orang tua, komite
sekolah serta tokoh masyarakat untuk membahas perencanaan kegiatan
program-program sekolah; Membangun prinsip saling menguntungkan
antara sekolah dan masyarakat; Memanfaatkan tenaga-tenaga terdidik,
terampil dan berkecakapan di lingkungan sekolah untuk membantu
pengembangan dan pelaksanaan program sekolah; Menyertakan wakil
instansi dan organisasi komite sekolah dalam kegiatan sekolah, seperti
ekstrakurikuler atau acara tahunan sekolah.
● Penyertaan masyarakat dalam pengelolaan sekolah hendaknyadilakukan
secara integral, sinergis, dan efektif, dengan memperhatikan
keterbukaan sekolah untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung
jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.

2. Pentingnya pemberdayaan masyarakat


Kontribusi masyarakat dalam proses pendidikan dapat memberi
sumbangsih kepada sekolah, antara lain:
a. Mengoptimalkan terwujudnya visi dan misi sekolah;
b. Dapat memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik dan peningkatan
mutu belajar;
c. Kegiatan operasional, kinerja, dan produktivitas sekolah dapat terbantu.
d. Membuka paradigma baru, bahwa pendidikan bukanlah urusan
pemerintah, sekolah dan guru tetapi tanggungjawab bersama: keluarga,
masyarakat dan negara..

3. Interaksi Lembaga Pendidikan dengan Lingkungan


4. Karakteristik Indikator Mutu dalam Sistem

5. Peran Serta Masyarakat


● Masyarakat dapat berperan serta dalam pelaksanaan Pengembangan
Sekolah secara Holistik-Integratif baik secara perorangan, kelompok,
maupun organisasi.
● Peran serta masyarakat dilaksanakan melalui: pemberian saran,
pemikiran terkait dengan kebijakan dan/atau pelaksanaan
pengembangan SEKOLAH holistik integratif; penyebarluasan
informasi kepada masyarakat luas terkait dengan pengembangan
SEKOLAH holistik-integratif; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pengembangan SEKOLAH holistik- integratif; dan/atau penyediaan
tempat, sarana dan prasarana lainnya bagi pelaksanaan pengembangan
SEKOLAH holistik-integratif.
● Bentuk Partisipasi Orang Tua untuk kemajuan sekolah dapat
diwujudkan dalam: pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah,
pengelolaan program.
6. Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu Sekolah

a. Partisipasi Masyarakat Itu Sesuatu Yang Harus Diwujudkan Dan


Dikembangkan Agar Pendidikan Sebagai Suatu Sistem Dalam
Masyarakat Dapat Berfungsi Sebagaimana Yang Diharapkan
b. Partisipasi Masyarakat Tidak Hanya Berupa Sumbangan Dana Dari
Anggota Masyarakat Bagi Penyelenggara Pendidikan Melainkan
Keterlibatan masyarakat sejak Awal Mulai Perencanaan ,
Pengambilan Keputusan , Pelaksanaan, Pengawasan Dan Penilaian
c. Partisipasi Masyarakat Mempunyai Landasan Hukum Yang Tertulis
Maupun Tidak Tertulis Yang Kuat, Oleh Karena Itu Kepala Sekolah
Tidak Ragu-ragu Dalam Menyusun Rencana, Mengembangkan
Kegiatan, Memberikan kewenangan pelaksanaan, dan Memantau
Serta Mengawasi Pelaksanaan

7. Pendekatan yang dapat digunakan oleh sekolah untuk menggalang


partisipasi masyarakat antara lain :
a. Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di
sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial,
perpisahan, peringatan hari besar, keagamaan, dan pentas seni.
b. Mengidentifikasi tokoh-tokoh masyarakat yaitu orang-orang yang
mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya, antara lain : figur
masyarakat (kiai, ustad, dll), olahragawan, seniman, informal leaders,
psikolog, dokter, dan pengusaha.
c. Melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan
kegiatan sekolah yang sesuai dengan minatnya.
d. Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan
kondisi dan perkembangan masyarakat.
8. Menjalin hubungan harmonis antara sekolah, orang tua dan masyarakat
dengan program kegiatan antara lain :
a. Melibatkan orang tua secara proporsional dan profesional dalam
mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
sekolah.
b. Menjalin komunikasi secara intensif, proaktif sekolah dengan
menghubungi orang tua peserta didik dengan melalui beberapa cara
antara lain : Mengucapkan selamat kepada orang tua atas kesuksesan
anaknya diterima pada sekolah tersebut; Mengadakan rapat rutin
dengan orang tua kelas sehingga rapat dapat efektif dan orang tua
saling mengenal; Mengirim berita tentang perkembangan anak di
sekolah, berita sekolah secara periodik kepada orang tua;Mengundang
orang tua dalam rangka mengembangan kreatifitas dan prestasi peserta
didik.
c. Mengadakan home visit untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan pribadi peserta didik.

You might also like