Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

MANAJEMEN RESIKO BANK SYARIAH

UTS

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Uts Mata Kuliah


Manajemen Resiko Bank Syariah

Dosen Pengampu: Dr. Anwar Sanusi, SE., M.Si

Oleh:

RAHMAT FAJAR
NPM. 1986010201

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


RADEN INTAN LAMPUNG
2020/1441 H
Soal Uts Nomor Ganjil : 3, 5, 7, Dan 9

JAWABAN
1. Saya setuju bahwa penggunaan statistik dapat memberikan manfaat bagi
manajemen atau manajer dalam pengambilan keputusan dan juga dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya. Statistika merupakan alat kuantitatif
yang bermanfaat untuk banyak tujuan khususnya pada manajemen risiko.
Dalam kaitannya dengan manajemen risiko, statistik khususnya konsep
probabilitas merupakan mekanisme yang digunakan untuk memberikan
informasi tentang populasi. Melalui probabilitas memungkinkan kita untuk
menggunakan informasi parsial yang dikandung dalam suatu himpunan data
sampel untuk menyimpulkan keadaan yang sebenarnya dari himpunan data
yang lebih besar yaitu populasi. Manfaat mengetahui probabilitas adalah
membantu pengambilan keputusan yang tepat, karena kehidupan di dunia tidak
ada kepastian, dan informasi yang tidak sempurna.
Contohnya pembelian harga saham berdasarkan analisis harga saham peluang
produk yang diluncurkan perusahaan (sukses atau tidak), dan lain-lain. Dalam
kaitannya dengan manajemen risiko, statistik khususnya konsep probabilitas
digunakan untuk mengukur besar kecilnya risiko yang terjadi pada bank
syariah. Analisis statistik dapat mencatat kerugian-kerugian yang dialami
perusahaan sehingga perusahaan bisa menetapkan standar kenormalan tertentu
untuk setiap kejadian. Selain itu, analisis statistika juga bisa membantu
mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada bank syariah. Manfaat statistik
pada manjemen risiko dan bank syariah adalah kita bisa mengukur tinggi
rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga kita dapat melihat
dampak dari risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa
melakukan prioritas risiko mana yang paling relevan.
2. Ada 13 cara untuk bisni tetap bertahan menanggulangi resiko pasar dalam kasus
virus Covid-19 :
1) Fokus pada online food delivery
2) Sarankan pengguna menggunakan Mobile Payment
3) Analisis Strategi Bisnis
4) Perdalam Ilmu Bisnis
5) Tunjukkan Komitmen Anda pada Pelanggan
6) Tetap Transparan dalam BerbisnisTawarkan bantuan atau insentif
7) Tetap berkomunikasi secara aktif dengan pelanggan
8) Manfaatkan Customer Relationship Management
9) Tawarkan Pengalaman berbeda untuk pelanggan
10) Pilih supplier local
11) Manfaatkan dana darurat
12) Atur shift karyawan
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu :
a. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang
disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang
mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor
bisnis.Contohnya pada saat bank sentral suatu Negara melakukan
kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai
instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
b. Specific market risk ( risiko pasar secara spesifik)
Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami
secara khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat
menyeluruh. Contohnya: Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga penilai dimana lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang
baik dan diakui oleh publik. Bahwa mereka mengumumkan PT.XYZ
memiliki kinerja yang rendah dan memiliki utang yang besar serta laporan
yang dipublikasikan selama ini kepada publik tidak sesuai dengan
sebenarnya. Sehingga atas berita tersebut saham dan obligasi perusahaan
tersebut langsung jatuh. Dan jatuhnya saham serta obligasi perusahaan
tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain.

3. Principle of indemnity, adalah suatu prinsip yang mengatur mengenai


pemberian ganti-kerugian. Indeminty dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
dengan mana si Penanggung memberikan ganti-rugi Finansial dalam suatu
upaya menempatkan si Tertanggung pada posisi keuangan yang dimiliki pada
saat sesaat sebelum kerugian itu terjadi. Hal ini berarti bahwa Penanggung akan
memberikan ganti-rugi sesuai dengan kerugian yang benar-benar diderita
Tertanggung, tanpa ditambah atau dipengaruhi unsur-unsur mencari
keuntungan atau profit.
Principle of insurable interest, merupakan suatu prinsip yang penting dalam
Asuransi, halmana Insurable Interest memberikan kepada seseorang hak untuk
mengasuransikan, kerena adanya hubungan keuangan yang di-akui oleh Hukum antara
orang tersebut dengan pokok pertanggungan, dimana yang menjadi pokok perjanjian
asuransi adalah kepentingan keuangan yang dimiliki seseorang Tertanggung dalam
pokok pertanggungan tersebut.
Principle of subrogation, adalah prinsip pengalihan hak dari tertanggung
kepada penanggung setelah klaim sudah dibayarkan.
Principle of utmost good faith , prinsip asuransi satu ini disebut pula sebagai
itikad baik. Jadi, perjanjian yang akan dibuat harus didasarkan pada fakta-fakta
dan tentu saja jujur. Jadi, calon tertanggung harus menyampaikan kondisi yang
lengkap dan akurat. Dari informasi tersebut, pihak perusahaan pun dapat
menentukan premi yang sesuai untuk calon tertanggung. Selain itu, informasi
tadi juga digunakan untuk menyetujui ataupun menolak pengajuan klaim.
4. fll
5. Riba secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ryarbu rabwan
yaitu az-ziyadah ( tambahan ) atau al-fadl ( kelebihan ). Sedangkan menurut
istilah teknis, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil. Riba adalah memakan harta orang lain tanpa jerih payah dan
kemungkinan mendapat resiko, mendapatkan harta bukan sebagai imbalan
kerja atau jasa, menjilat kaum-kaum kaya dengan mengorbankan orang miskin.
Bunga (interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa
mempertimbingkan pemanfaatan/hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo
waktu, dan pada umumnya berdasarkan persentase.
Keterkaitan riba dan bunga terhadap operasional pada perbankan syariah
yaitu perbankan syariah melarang adanya riba, karena riba bertentangan dengan
ajaran Islam, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha dengan prinsip Islam (prinsip syariah) dan tidak boleh bertentangan
dengan prinsip syariah. Selain itu, perbankan syariah dalam menjalankan
kegiatannya tetap berpegang pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah)
dan konsisten (istiqamah).
Prinsip bank syariah adalah mejauhi sekaligus menghilangkan unsur riba
(bunga bank) dengan cara yaitu:
a) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka suatu hasil
usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang
dilakukan pada bank konvensional.
b) Menghindari penggunaan sistem presentasi biaya terhadap utang atau
imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan
secara otomatis utang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.
c) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi
dengan imbalan barang ribawi lainnya (barang yang sama dan sejenis,
seperti uang rupiah dengan uang rupiah yang masih berlaku) dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
d) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas
utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela,
seperti penetapan bunga pada bank konvensional.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
a. Perbedaan Falsafah Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan
bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah
tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan
bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan
yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh
bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang
dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam
bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi
perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur bunga (riba).
b. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah Dalam sistem bank syariah dana
nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan
investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana
deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan
berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat
memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas
yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu
investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan
dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak
memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut
diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang
menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko
untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama
saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.
c. Kewajiban Mengelola Zakat Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola
zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun,
mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan
fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-
dana sosial (zakat. Infak, sedekah)
d. Struktur Organisasi Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah
diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas
mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan
syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan
menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga
yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan
untuk memberikan sangsi.
6. ,,
7. Menurut saya perbankan syariah belum memenuhi standar keuangan yang
berprinsip syariah karena perbankan syariah dan institusi-institusi yang
berada di dalamnya belum benar-benar 100% mengikuti kaidah syariah dan
aturan-aturan Islam di dalam operasionalnya sehari-hari. Masih banyak
ditemukan praktek-praktek non-syariah yang dilakukan institusi berlabel
syariah. Standardisasi regulasi dan interpretasi hukum syariah sendiri
merupakan 2 hal yang masih menjadi tantangan di dunia perbankan syariah
global. Industri perbankan ini memang memiliki potensi yang sangat masif,
namun untuk memanfaatkan potensi tersebut dan menjalankannya dengan
benar, masih banyak hal yang harus dibenahi.
Produk Perbankan Syariah
Operasional bank syariah terdiri dari dua aktivitas utama yaitu kegiatan
pengumpulan dana atau pendanaan (funding) dan kegiatan pembiayaan
(financing).
a. Produk-Produk Funding
1) Tabungan
Tabungan adalah simpanan dari nasabah dengan tingkat
keleluasaan penarikan dana tertentu berdasarkan syarat-syarat yang
disepakati. Pada umumnya produk tabungan pada bank syariah
menggunakan skema/akad wadiah dan mudharabah. Tabungan yang
menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah dan mudharabah
muttlaqah memungkinkan bank untuk mengelola dana.
Perbedaanya hanya terletak pada imbalan yang diberikan. Tabungan
dengan prinsip wadiah yad dhamanah maka bank akan memberikan
imbalan berupa bonus, sementara untuk tabungan dengan prinsip
mudharabah mutlaqah maka imbalan yang diberikan berupa bagi
hasil.
2) Giro
Giro adalah simpanan yang dapat diambil kapan saja dengan
menggunakan cek, bilyet giro, pemindahbukuan atau alat perintah
pembayaran lain. Sama halnya dengan tabungan, giro pada bank
syariah juga menggunakan prinsip wadiah tetapi tidak
menggunakan prinsip mudharabah. Dewan Syariah Nasional
menetapkan bahwa giro wadiah tidak ada imbalan yang disyaratkan,
kecuali dalam bentuk pemberiaan yang bersifat suka rela dari pihak
bank.

3) Deposito
Deposito pada bank syariah lazimnya menggunakan akad
mudharabah mutlaqah. Pengertian dari deposito dengan akad
mudharabah mutlaqah sendiri adalah investasi tidak terikat pihak
ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan pada
waktu tertentu dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dimuka antara nasabah dengan bank syariah yang
bersangkutan.
b. Produk-Produk Financing
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan margin
(murabahah) Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank
bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan tertentu. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual
beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunnya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini
barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran
dilakukan secara tangguh. Contohnya yaitu pembelian kendaraan
bermotor.
2) Pembiayaan dengan prinsip jual beli dengan pembayaran dilakukan
dimuka (salam) Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjual belikan belum ada namun kuantitas, kualitas, harga dan
waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Bank
membayar secara tunai kepada supplier dan barang diserahkan
secara tangguh. Ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka
bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah, atau kepada
nasabah itu sendiri secara tunai atau cicilan.
3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan pesanan (istishna)
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
(termin) pembayaran. Skema istishna dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (ijarah) Transaksi ijarah
adalah transaksi dimana bank menyewakan suatu obyek sewa
kepada nasabah, dan atas manfaat yang diterima oleh nasabah atas
penggunaan obyek sewa yang disewakan tersebut, bank
memperoleh ongkos sewa. Pada akhir masa sewa, bank dapat
mengalihkan barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena
itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiya bittamlik
(sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa
dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
5) Kemitraan (musyarakah) Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah
kemitraan (musyarakah). Transaksi musyarakah adalah semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Secara spesifik bentuk
kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan (trading asset), kewiraswataan (enterpreneurship),
kepandaiaan (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment),
atau intangiable asset (seperti hak paten atau goodwil), kepercayaan
atau reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang.
6) Penyertaan modal (mudharabah) Mudhrabah adalah bentuk kerja
sama antara dua atau lebih pihak dimana salah satu pihak
mempercayakan sejumlah modal kepada pihak lain yang bertindak
sebagai pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Dalam mudhrabah tidak dipersyaratkan adanya wakil
pemilik modal (shahibul maal) dalam manajemen proyek.
c. Produk-Produk Jasa
1) Pengambilan utang piutang (hawalah) Hiwalah adalah transaksi
pengalihan utang piutang. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan utang piutang. Dalam praktik perbankan syariah,
fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
2) Pelimpahan/ gadai (rahn) Pelimpahan atas suatu kekuasaan (barang)
oleh nasabah kepada bank untuk mendapatkan sejumlah dana (uang)
dan oleh karenanya bank berhak atas sejumlah imbalan.
3) Pinjaman uang ( qardh) Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard
dalam perbankan antara lain untuk pinjaman talangan haji, dimana
nasabah talangan haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi
syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya
sebelum keberangkatannya naik haji. Atas jasa bank memberikan
dana talangan tersebut bank dapat memperoleh fee (ujrah).
4) Perwakilan (wakalah) Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan
(pekerjaan) dari nasabah kepada bank dan atas jasanya tersebut bank
berhak meminta imbalan tertentu. Contoh: pembukaan L/C dan
transfer uang.
5) Penjaminan (kafalah) Produk di perbankan syariah yang
menggunakan skema kafalah adalah produk bank garansi. Dalam
kafalah, terdapat pengalihan tanggung jawab nasabah kepada bank
dan atas jasanya bank berhak meminta imbalan. Contoh: kafalah
digunakan dalam produk kartu kredit syariah.
6) Titipan (wadiah) Konsep titipan untuk produk jasa pada umumnya
menggunakan skema wadiah amanah dimana bank tidak boleh
menggunakan harta yang dititipkan tersebut. Contoh aplikasi di
perbankan yaitu save deposit box.Ff
8. JJJJ
9. Mudharabah adalah membentuk suatu perjanjian kemitraan (contract of
co-partnership) antara pemilik modal dengan pemilik perusahaan. Apabila
perusahaan ini memperoleh keuntungan maka pengelola akan memperoleh
keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.
Sedangkan bila perusahaan mendapatkan kerugian, maka resiko finansial
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola tidak
menanggung resiko sama sekali selain resiko non finansial, atau kecuali
apabila kerugian tersebut terjadi akibat kecurangan pengelola. Itulah
sebabnya mengapa mudharabah disebut pula sebagai ”partnership in profit”
.
Kritik terhadap pembiayaan mudharabah di perbankan syariah yaitu adanya
kendala-kendala teknis baik internal (bank) maupun eksternal (calon
nasabah). Tingginya risiko menjadi pertimbangan utama mengapa bank
syariah kurang tertarik untuk memberikan pembiayaan mudharabah karena
di zaman sekarang sulit mencari pengusaha yang jujur dan amanah
(perilaku moral hazard nasabah). Kunci keberhasilan pembiayaan bagi hasil
sangat tergantung pada karakter nasabah. Jika pendapatan besar harus
dilaporkan besar pula, jangan sebaliknya keuntungan besar dilaporkan ke
bank syariah bernilai kecil bahkan mungkin dilaporkan rugi.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
Kritik terhadap pembiayaan musyarakah di perbankan syariah adalah faktor
internal yang menjadi penyebab utama rendahnya pembiayaan bagi hasil.
Rendahnya pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah, yaitu pemahaman
bankir syariah terhadap esensi bank syariah kurang, bank syariah terlalu
mengutamakan orientasi bisnis dan keuntungan, kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia (SDM) belum memadai dan kurang menguasai
pembiayaan bagi hasil, aversion to effort yaitu bank syariah masih bersikap
tidak mau repot atau melakukan hal-hal ekstra dalam mendampingi
pengusaha dan aversion to risk yaitu bank syariah masih bersikap
menghindar dari risiko.
Murabahah adalah transaksi jual-beli barang dengan menegaskan harga
perolehan dan margin keuntungan kepada pembeli. hal yang membedakan
transaksi murabahah dengan jual-beli pada umumnya adalah harga
perolehan dan margin keuntungan harus diketahui oleh pembeli.
Keuntungan diperoleh atas kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Kritik terhadap pembiayaan murabahah di perbankan syariah yaitu adanya
kesamaan antara praktik bunga dengan pembiayaan murabahah di
perbankan syariah. Kesamaan-kesamaan antara praktik bunga dan praktik
pembiyaan murabahah antara lain adanya perolehan keuntungan yang pasti
yang bersifat fixed dan predetermined dalam transaksi murabahah, tidak
adanya batasan maksimal laba, adanya penghargaan terhadap unsur waktu
(mirip dengan konsep time value of money), keuntungan yang diambil
tanpa diikuti dengan pengambilan risiko, kontrak jual beli dalam
murabahah hanya formalitas belaka yang pada dasarnya hubungan antara
bank dan nasabah sebagai kreditur dan debitur dalam transaksi murabahah
adalah sama seperti hubungan antara bank dan nasabah dalam perbankan
konvensional.
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang
dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku
bunga dan nilai tukar. Risiko ini terdiri ini terdiri dari risiko tingkat suku
bunga, risiko pertukaran mata uang, risiko harga dan risiko likuiditas.
Hubungan risiko pasar dengan risiko investasi dalam kontek
manajemen risiko dan bank syariah adalah risiko investasi terjadi saat
bank menyalurkan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada debitur. Jadi
risiko investasi bukan mengarah pada risiko akibat investasi bank pada asset
keuangan, tetapi dalam cakupan risiko pasar. Risiko investasi yaitu risiko
akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. Pada bank syariah,
pembiayaan bagi hasil dilakukan dalam bentuk akad mudharabah,
musyarakah, musaqah, muzara‟ah, dan mukharabah. Risiko ini terjadi
apabila bank memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada nasabah
di mana bank ikut menanggung risiko atas kerugian usaha nasabah yang
dibiayai (profit and loss sharing). Dalam hal ini, perhitungan bagi hasil
tidak hanya didasarkan atas jumlah pendapatan atau penjualan pendapatan
atau penjualan yang diperoleh nasabah, namun dihitung dari keuntungan
usaha yang dihasilkan nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami
kebangkrutan, jumlah pokok pembiayaan yang diberikan bank kepada
nasabah tidak akan diperoleh kembali.

You might also like