Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

RSUD MAJALENGKA PERSALINAN PADA KALA IV

KABUPATEN MAJALENGKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Melayani Dengan Iklas

Jl.Kesehatan No.77 Majalengka 143411


Telp. 0233-281043 / 281189

Fax. 0233-282741

Email : rsu.majalengka@gmail.com

Website : www.rsudmajalengka.info

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Direktur RSUD Majalengka,

PROSEDUR TETAP

H.HARIZAl F HARAHAP, MM
Pembina
NIP.19691217 200212 1 005
Pengertian Kala IV persalinan adalah dimulai setelah lahirnya plasenta
dan berakhir dua jam setelah proses tersebut
Tujuan 1. Tujuan Umum
   Untuk mengetahui persalinan kala IV secara umum.
2. Tujuan khusus
 Untuk mengetahui pengertian persalinan kala IV.
 Untuk mengetahui asuhan dan pemantauan pada kala
IV.
 Untuk mengetahui bentuk tindakan pada persalinan
kala IV.
 Untuk mengetahui pemantauan lanjut kala IV.
 Untuk mengetahui tanda bahaya kala IV.
 Untuk mengetahui pemantauan keadaan umum ibu
pada kala IV.
 Untuk mengetahui rokemendasi kebijakan teknik
asuhan persalinan dan kelahiran.
 Untuk mengetahui tindakan pada perdarahan dalam
kala IV.
 Untuk mengetahui komplikasi pada persalinan kala IV

Ruang Lingkup Sasaran :

Ibu dengan KRT dalam persalinan


Pelaksana :

Dokter / bidan kamar bersalin.

Kebijakan Keputusan Direktur No.

Tentang pemberlakuan prosedur tetap maternal Resiko


Tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka.

Prosedur 1. Asuhan dan pemantauan pada kala IV


 Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada
uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.
 Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
 Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
 Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya
apakah ada laserasi atau episotomi).
 Evaluasi kondisi ibu secara umum
 Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2. Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi
dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu.
3. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari
plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta
dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan
mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan
perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan
baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu,
diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri
dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
4. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir,
maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah
bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh
kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan
tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna
merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk
mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar,
maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
 Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit
perineum, tidak perlu dijahit.
 Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit
dan jaringan perineum (perlu dijahit).
 Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani.
 Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke
rektum. Rujuk segera.
5. Bentuk Tindakan
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV :
 Mengikat tali pusat;
 Memeriksa tinggi fundus uteri
 Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
 Membersihkan ibu dari kotoran;
 Memberikan cukup istirahat
 Menyusui segera;
 Membantu ibu ke kamar mandi;
 Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus
dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
6. Tindakan Yang Tidak Bermanfaat :
 Tampon vagina menyebabkan sumber infeksi.
 Pemakaian gurita menyulitkan memeriksa kontraksi.
 Memisahkan ibu dan bayi.
 Menduduki sesuatu yang panas menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah
perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
7. Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut
selama kala IV adalah :
 Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila
TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah);
Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau
perdarahan.
 Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan
terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
 Nadi
 Pernafasan
 Tonus uterus
 tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus
teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau
dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila
perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
 Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama
yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak.
Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).
 Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus
berkontraksi tidak baik.
8. Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga
tentang tanda bahaya :
 Demam.
 Perdarahan aktif.
 Bekuan darah banyak.
 Bau busuk dari vagina.
 Pusing.
 Lemas luar biasa.
 Kesulitan dalam menyusui.
 Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus
biasa.
9. Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi
dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan
ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera
setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca
persalinan.
1)      Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung
kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala
IV.
2)      Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi
keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam jam kedua kala IV.

 Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali
pada jam kedua pascapersalinan.
 Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua.
 Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus
dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan
jika uterus menjadi lembek.

10. Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan


dan Kelahiran
Rekomendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan
kelahiran yaitu:
1)      Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan
sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk
hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan
dukungan.
2)      Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan
dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk
persalinan.
3)      Selama persalinan normal, intervensi hanya
dilaksanakan jika ada indikasi. Proseduri  ni bukan
dibutuhkan jika ada infeksi / penyulit.
4)      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan
bayi.
5)      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15
menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan
untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan
minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
6)      Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus
sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau
anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase
fundus.
7)      Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi
harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga
kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
8)      Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus
disediakan oleh petugas dan keluarga.
11. Perdarahan dalam kala IV
Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim
kurang baik, segera disuntikkan 0,2 mg ergonovin atau
metilergonovin intramuskular, uterus ditekan untuk
mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase.
Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah
dengan suntikan metil ergonovin lagi, tetapi sekarang 
intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500 cc
glukosa; selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada juga perdarahan, jangan terus terfiksasi pada
atonia uteri, tetapi pertimbangkan juga kemungkinan lain,
seperti robekan serviks, sisa plasenta suksenturiata, ruptura
uteri, dan koagulopati.
Oleh karena itu, jika kemungkinan ini belum
dikesampingkan, dilakukan pemeriksaan in spekulo dan
eksplorasi kavum uteri.
Kita harus mencurigai adanya koagulopati dalam kala IV
jika dengan usaha-usaha yang lazim dan setelah
dikesampingkan robekan serviks dan robekan rahim
perdarahan melampaui 1000 cc, walaupun darah. Yang
keluar dari jalan lahir membeku.Dalam hal ini kita suntikkan
trasilol 200.000 unit intravena (proteinase inhibitor).
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual
secara hamilton, yaitu : satu tangan masuk ke dalam vagina
dan tangan ini yang dijadikan tinju dengan rotasi
merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan luar
menekan dinding perut di atas fundus hingga dapat
merangsang dinding belakang rahim.
Dengan demikian, uterus ditekan dan dirangsang antara
tangan dalam dan tangan luar.Perasat ini sekurang-
kurangnya dilakukan selama 15 menit.Selama perasat-
perasat ini diusahakan darah hingga jika kompresi bimauil
tidak berhasil, keadaan pasien masih cukup baik untuk
melakukan histerektomi.
12. Komplikasi
a)      Atonia Uteri
b)      Infeksi

Unit terkait 1. ruang VK


2. IGD
3. Ruang Nifas
4. OK

You might also like