7711 26498 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 697-704

Analisis Relevansi Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid terhadap Kebijakan


Keuangan Publik Islam di Indonesia
Afidah Nur Aslamah1*), Nurwahidin2)
1,2
Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
*Email korespondensi: afidah.nur@ui.ac.id

Abstract
This study aim to exposes Islamic economic thought according to a Muslim scholar named Abu Ubaid and how
relevant it is to public financial policy in Indonesia. By using a literature study method that collects information
relevant to the topic or problem to be or is being studied. This research tries to reveal the relevance of Abu Ubaid's
economic thinking in the Indonesian economic order especially in Islamic public financial policy which can be
seen in his monumental work entitled The Book of al-Amwal. The concept of justice becomes the basic principle
of economics which it echoes into a strong philosophical foundation in building the foundation of economic
thought. The concept of justice is always contained in every thought, both with regard to individual rights, public
rights and state rights as instruments of the highest power holders. So with the spirit of the philosophical
foundation that Abu Ubaid echoed, it certainly became a concept of a state-owned economic life order. One of
them has been applied in Indonesia as a sovereign state through the grain of paragraph 1945 as the highest
source of law. So when the public interest becomes a top priority over all other interests, it will certainly give
birth to an order of the concept of justice that produces a balance of individual, public and state rights, and will
certainly bring to the order of harmonious economic concepts accompanied by the achievement of people's
welfare.

Keywords : Pemikiran Ekonomi, Abu Ubaid, Al-Amwal, Keuangan Publik Islam.

Saran sitasi: Aslamah, A. N., & Nurwahidin. (2023). Analisis Relevansi Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid terhadap
Kebijakan Keuangan Publik Islam di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 697-704. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.7711

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.7711

1. PENDAHULUAN karya monumentalnya Kitab Al-Kharaj, Asy-Syaibani


Lahirnya konsep dan praktek ekonomi islam (132-189 H/750-804 M), Abu Ubaid (150-224 H),
sejak Al-Quran diturunkan puluhan abad silam Yahya bin Umar (213-289 M), Al- Maswardi (364-
menjadi landasan perkembangan pemikiran ekonomi 450H/974-1058 M), Al-Ghazali (450-505H/1058-
islam dari masa ke masa. Sejarah begitu banyak 1111 M), Ibnu Taimiyah(661-728 H/1263-1328 M),
melahirkan pemikir-pemikir inspiratif, tidak hanya Al-Syathiby (790 /1388 M), Ibnu khaldun (732-808
meninggalkan kisah kelam dimasa lalu, namun juga H/1332-1406M) dan Al-Maqrizi (766- 845H/1364-
mewariskan pemikiran-pemikiran monumental yang 1442 M).
menjadi warisan ilmu bagi generasi setelahnya. Pemikiran para tokoh tersebut begitu
Abad klasik dan abad pertengahan yang berlangsung komprehensif meliputi banyak aspek, diantaranya
begitu panjang, banyak melahirkan tokoh-tokoh berkaitan dengan mekanisme pasar, teori inflasi,
multitalenta di berbagai bidang baik di bidang fungsi uang dan berbagai masalah lainnya. Sehingga
astronomi, sejarah, teknik, maupun dalam bidang terhadap hal ini penulis menganggap penting untuk
pemikiran ekonomi. Sebagian dari karya mereka, menguaksebuah Jurnal dengan memfokuskan teori
masih sangat relevan bila diaplikasikan dalam kepada “Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid." Abu Ubaid
kehidupan modern saat ini. Diantara cendikiawan merupakan satu diantara banyak tokoh Islam yang
muslim di bidang ekonomi tersebutlah deretan nama pemikirannya menurut hemat penulis mampu
seperti Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) dengan menjawab tantangan ekonomi global, jika benar

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 698
diikuti dengan baik dan sebenarnya. Selain pemikirannya dapat diimplementasikan melalui
berdasarkan kepada Alquran dan Alhadist, konsepnya pembentukan pranata sosial berupa pengembangan
juga begitu dinamis, sehingga mampu menyesuaikan institusi ekonomi yang sangat dibutuhkan masyarakat
dengan setiap perubahan yang terus terjadi dari masa- pada saat ini. Dengan demikian, untuk mengetahui
masa. Pentingnya sebuah kajian yang komprehensif, dan memahami apa saja yang menjadi pemikiran Abu
dapat menghindarkan dari tumpang tindihnya sebuah Ubaid tentang keuangan publik dalam karyanya serta
konsep yang diusung. Namun tidak demikian dengan bagaimana relevansinya di Indonesia. Maka pada
pemikiran ekonomi ala Abu Ubaid ini. Pemikirannya penelitian kali ini, penulis akan memaparkan hasil
yang dinamis dapat disandingkan dengan konsep lain, analisis relevansi pemikiran ekonomi Abu Ubaid
baik secara kontekstual maupun tekstual. Hal ini terhadap keuangan publik islam di Indonesia.
dikarenakan pemikirannya secara garis besar
didasarkan kepada hal-hal mendasar saja seperti 2. METODE PENELITIAN
kondisi pemerintahan yang sedang berlangsung dan Penelitian ini merupakan penelitian dengan
asas manfaat yang dapat ditemukan oleh setiap pelaku metode studi pustaka mendalam yang merujuk pada
ekomoni kala itu, namun tidak meninggalkan esensi sejumlah penelitian ilmiah sebelumnya dan didukung
keimanan dan ketaqwaan sebagai hamba Allah yang oleh data yang valid dari lembaga kredibel maupun
mestinya menjaga diri daripada potensi-potensi dosa penelitian relevan yang telah dipublikasikan di jurnal
dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan ekonomi dan karya akademis lainnya dari berbagai lembaga
tersebut. Begitu luas sesunngguhnya ruang kaji yang yang berbeda.
harus dilakukan untuk mengulik pemikiran-pemikiran
Abu Ubaid tentang ekonomi, namun tulisan ini 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
diharap mampu memberi pemahaman awal kepada 3.1. Hasil penelitian
khalayak, akan eksistensi pemikiran Islam juga Biografi Abu Ubaid (157-224 H)
mampu menjawab tantangan perkembangan global Abu Ubaid memiliki nama lengkap Abu Ubaid
yang selama ini perlahan mulai ditinggalkan. al-Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid al-Harawi al-
Abu Ubaid merupakan salah seorang Azadi al-Baghdadi. Beliau anak seorang keturunan
cendekiawan muslim yang ahli di bidang ekonomi Byzantium, dimana ayahnya menjadi seorang maula
Islam. Banyak pemikiran-pemikirannya dirumuskan suku Azad. Beliau lahir pada tahun 157 H di sebuah
dalam berbagai karyanya, salah satu yang paling kota bernama Harrah, Provinsi Khurasan (sebelah
monumental adalah Kitab al-Amwal. Kitab ini berisi Barat laut Afghanistan). Di kota kelahirannya, beliau
tentang kaidah-kaidah ekonomi Islam yang menjadi banyak menuntut ilmu. Sehingga pada usianya
rujukan dalam pembahasan tentang keuangan publik. yang ke 20 tahun beliau pergi berkelana ke
Melalui karyanya ini Abu Ubaid seolah-olah ingin berbagai kota seperti kota Kufah, Basyrah dan
menyatakan bahwa setiap masalah ekonomi tidak Baghdad. Beberapa kajian ilmu yang ditekuninya
pernah akan terpisahkan dari tanggungjawab antara lain: ilmu tata bahasa Arab, qira’at, tafsir,
pemerintah atau penguasa. Abu Ubaid meletakan hadits dan ilmu fiqh. Latar belakang pendidikannya
dasar tentang hak pemerintah terhadap rakyatnya serta yang mumpuni diberbagai bidang keilmuan,
hak rakyat terhadap pemerintah pada awal membuat dirinya sangat dihargai oleh orang
pembahasan karyanya. Artinya, melalui berbagai sezamannya karena kesalehan dan pengetahuannya
konsep pemikirannya, Abu Ubaid selalu meletakan tentang hukum, sunnah, sejarah dan sastra arab sangat
dasar filosofi yang kuat disetiap pemaparan tentang tinggi. Maka pada tahun 192 H ia diangkat menjadi
seluk-beluk permasalahan ekonomi supaya seorang hakim (qadi) di Kota Tarsus oleh Tsabit ibn
mendapatkan pijakan yang kokoh sesuai dengan Nasr ibn Malik yang memerintah sebagai gubernur
tujuan yang dicapai dan tentunya dapat diterapkan Thugur pada masa kekhalifahan Dinasti Abbasiyyah
oleh setiap pemerintahan suatu negara dalam tepatnya Pada masa kepemimpinan khalifah Harun
mengelola perekonomiannya masingmasing, salah Al-Rasyid. Meskipun tidak mencapai posisi hakim
satunya adalah Indonesia. Agung seperti Abu Yusuf. Namun, pemikirannya
Dikarenakan pentingnya hal tersebut diketahui sangat monumental karena secara tidak nampak
oleh banyak pihak, terutama para cendekiawan pemikirannya berasal dari mazhab tertentu.
muslim yang duduk di pemerintahan. Sehingga

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 699
Abu Ubaid mendeskripsikan karyanya berawal mereka dan mendokumentasikan perjanjian antara
dari akibat melihat kebiasaan orang-orang Irak muslim dan non-muslim dengan baik dan menjadi
yang menganut Mazhab Hanafi dan juga perhatian para intelektual muslim. Artinya, bahwa
memperhatikan pendapat Mazhab Maliki, namun Abu Ubaid menghabiskan lebih banyak waktunya
tidak mengadopsi keduanya melainkan untuk memberikan bukti dokumentasi ilmiah sesuai
memunculkan pendapatnya sendiri sehingga terlahir dengan apa yang dipraktikkan di masa lalu dan
sebuah karya yang monumental bernama Kitab Al- mungkin harus di praktikkan di masanya. Bahkan
Amwal. Ini menunjukkan bahwa Abu Ubaid menurutnya satu hari mengarang itu lebih utama
merupakan seorang inovator dari pada seorang dibandingkan menghunuskan pedangnya dijalan Allah
pengikut mazhab. Sehingga banyak karyanya SWT. Dokumentasi itulah yang menjadikan
tentang Al-Qur’an, Sunnah, hukum, dan Syair telah keunggulan utama dari karya Abu Ubaid
menjadikan dirinya seorang yang selalu mencurahkan dibandingkan karya sebelumnya bahkan dengan karya
seluruh waktunya untuk menulis. Bahkan gubernur sesudahnya.
kaya pun memberi dukungan keuangan dalam Ketiga, tentunya buku ini memberikan berbagai
mengapresiasi karya dan kemampuan, kemuliaan dan pemikiran dan gagasan yang besar, objektif dan
pengetahuan yang dimiliki Abu Ubaid. Abu Ubaid cakupan subjek dalam pembahasan yang luas. Hal ini
menjabat seorang hakim selama 18 tahun. Setelahnya dibuktikan dengan jejak pendidikannya Abu Ubaid
beliau tinggal di Baghdad selama 10 tahun. Pada sebagai seorang muhaditsin dan fuqaha serta
tahun 219 H beliau melaksanakan Haji dan pengalamannya menjadi hakim yang banyak
setelahnya tinggal di Makkah sampai beliau wafat memutuskan perkara terkait sengketa ekonomi syariah
pada tahun 224 H dalam usia 67 tahun. mengenai perpajakan dan pertanahan. Sehingga
walaupun tulisan Abu Ubaid datang tiga puluh atau
Karya Abu Ubaid
empat puluh tahun setelah Abu Yusuf, tentu saja
Sebagaimana kita ketahui, karya monumental
terdapat perubahan yang besar terkait keputusannya
Abu Ubaid adalah Kitab al-Amwal. Kitab ini hampir
yang berimbas kepada tatanan sosial dan ekonomi.
tiga kali lipat ukuran kitab al-Kharaj karya Abu
Karyanya ini dapat memenuhi kebutuhan referensi
Yusuf serta pembahasannya jauh lebih luas. Buku ini
yang luas bukan hanya terkait masalah ekonomi
memiliki ciri khas yang tidak pernah ada pada buku-
makro, tetapi juga masalah ekonomi mikro sehingga
buku sebelumnya. Dimana Abu Ubaid merangkai
tentunya karyanya dapat melengkapi kekurangan
ikhtisar tentang keuangan publik yang bisa
karya sebelumnya.
disandingkan dengan kitab al-Kharaj karya Abu
Kembali kepada fokus utama kandungan kitab
Yusuf. Selain itu juga, karyanya banyak dilengkapi
Al-Amwal yang menjadi karya fenomenal Abu Ubaid,
dengan bukti sejarah yang berkitan dengan materi
yakni ikhtisar keuangan publik islam atau bisa juga
ilmu hukum serta sejarah perekonomian diseparuh
disebut dengan istilah Islamic Public Finance. Dalam
pertama abad kedua Islam. Bahkan di dalamnya
konteks ekonomi kontemporer di Indonesia,
terdapat ringkasan asli Nabi SAW dan jejak kisah para
Keuangan Publik Islam adalah sebuah konsep
sahabat beserta para pengikutnya mengenai
keuangan yang berasaskan Islam, yang mana
permasalahan perekonomian yang di hadapi mereka
dengan penanaman nilai-nilai religiusitas akan
pada zamannya. Adapun Kitab al-Amwal
berdampak pada nilai positif. Sumber dari keuangan
pembahasannya lebih fokus kepada beberapa hal,
publik Islam tentunya basis perolehan yang terbesar
antara lain: Pertama, tidak fokus pada pembahasan
adalah zakat, infak, sadakah, dan wakaf. Tujuan
satu jenis kekayaan saja melainkan mencangkup
akhir dari keuangan publik Islam ini adalah falah.
semua jenis kekayaan yang dapat diperoleh dari sektor
Karakteristik yang berbeda dari konvensional
pertanian, perdagangan ataupun sumber lainnya.
merupakan nilai tersendiri dari keuangan publik
Kedua, mengenai dokumentasi yang dicantumkan.
Islam, yang mana di dalamnya terdapat pandangan
Buku ini memaparkan kejelasan sumber, kutipan dari
terhadap zakat dan pajak, penermaan, pengeluaran,
rantaian informan yang relevan, baik dari sabda dan
dan kesimbangan di sektor publik. Adapun instrument
perbuatan Rasul, surat yang pernah dikirim Rasul dan
yang terjadi dalam keuangan publik perlu juga
pemerintahan khalifah sesudahnya yang ditujukan
diperhatikan, diantaranya adalah zakat, aset
kepada para pejabat dan pemimpin musuh-musuh
perusahaan, infaq, kharaj, wakaf. Kekuatan yang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 700
terhimpun dari sistem keuangan publik ini memiliki Ubaid menyatakan bahwa zakat yang diperoleh dari
beberapa landasan prinsip-prinsip yang bernilai Islam, simpanan/tabungan boleh dikasihkan kepada negara
yang mana dengan prinsip-prinsiip ini nantinya akan ataupun kepada para mustahik secara langsung,
menjadikan pondasi yang kokoh dalam sedangkan zakat komoditas harus dikasihkan kepada
mengembangkan keuangan publik Islam. khalifah, jika hal itu tidak dilakukan maka kewajiban
Dengan demikian berdasarkan relevansi zakat tidak ditunaikan. Hal itu berpengaruh kepada
pembahasan analisis karya Abu Ubaid mengenai pengelolaan zakat tersebut. Disamping itu juga, beliau
keuangan publik islam yang juga menjadi pokok memberikan dukungan terhadap kewenangan
pemikiran kebijakan keuangan publik islam di pemerintah dalam menerapkan suatu kebijakan umum
Indonesia, Abu Ubaid dikenal sebagai cendekiawan terkait pembagian tanah taklukan, apakah akan
muslim yang menetapkan revitalisasi perekonomian diberikan kepada penakluk atau membiarkannya tetap
berdasarkan sumber utama hukum Islam yaitu Al- dikeola oleh penduduk setempat. Adapun yang
Qur’an dan Al-Sunnah yang di implementasikan menarik dari pemikiran ini adalah Abu Ubaid secara
kepada reformasi berbagai kebijakan ekonomi dan tidak langsung memberikan wewenang kepada
instrument pendukungnya. Sehingga setiap seorang khalifah untuk berbuat adil dan bijak dalam
pemikirannya selalu mendapatkan tempat yang memperluas batasan-batasan yang ditentukan dalam
eksklusif dan tentunya berakar pada sumbernya. pembagian khums yang tentunya akan berimbas
kepada kepentingan publik. Sehingga berkaitan
Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid
dengan pembendaharaan negara dari setiap
Penyajian ide dan gagasan yang paling awal di
pendapatan harus digunakan untuk kepentingan atau
paparkan oleh Abu Ubaid yaitu menekankan landasan
kemanfaatan publik bukan untuk kepentingan pribadi
filosofis terhadap ide dan gagasan ekonomi
khalifah.
selanjutnya. Dimana filsafat ekonomi merupakan
Ketika membahas tentang tarif terkait pajak
pondasi utama bagi ide dan gagasan ekonomi, yang
tanah. Abu Ubaid menekankan perhatian yang khusus
mencangkup susunan pemikiran ekonomi makro
bahwa dapat pemungutan dan penyalurannya harus
maupun ekonomi mikro. Menurutnya, pengembangan
memperhatikan keseimbangan antara kekuatan
ide dan gagasan ekonomi jika tidak berlandaskan
finansial dari subjek non-muslim sesuai dengan
sebuah filosofis yang kuat, maka tentunya ide dan
kapasitas kemampuan membayar pajaknya dan
gagasan ekonomi tersebut akan berjalan tanpa arah
kepentingan umat Islam sebagai penerimanya. Umat
dan tujuan bahkan hilang digantikan oleh filosofis
Islam boleh memungut pajak terhadap tanah non-
yang lain. Maka terkait hal itu, Abu Ubaid
muslim sesuai dengan perjanjian perdamaian dan
memfokuskan konsep keadilan sebagai landasan
tidak diperbolehkan melebihi dari itu.Dengan
filosofis utama dalam filsafat perekonomian.
demikian, berbagai ilustrasi tersebut menunjukkan
Tentunya tujuan utamanya adalah apabila filosofis
bahwa inti filsafat ekonomi yang digaungkan Abu
tersebut di implementasikan ke berbagai praktik
Ubaid terangkum dalam konsep keadilan untuk
ekonomi maka akan membawa kepada pencapaian
mencapai kemaslahatan. Hal ini tercermin dalam
kesejahteraan dan keselarasan ekonomi maupun sosial
pandangannya terkait para pengumpul kharaj, jizyah,
masyarakat. Keadilan dalam pandangannya adalah
dan zakat harus bertindak adil dan tidak boleh
kesetaraan antara hak-hak individu, umum dan negara.
mendiskriminasi serta menyiksa wajib pajak dari
Premisnya adalah jika kepentingan pribadi
kalangan non-muslim. Namun, kekhususan tersebut
bertentangan dengan kepentingan umum, maka yang
tidak menjadikan wajib pajak merasa di khususkan
harus di dahulukan adalah kepentingan umum itu
melainkan tetap harus membayar kewajiban
sendiri. Sehingga kepentingan umum merupakan
finansialnya secara teratur dan layak dibayarkan.
kepentingan prioritas diatas segala kepentingan yang
Maka hal itu, dapat menciptakan keharmonisan
lain.9 Pada tata kelola kenegaraan, Abu Ubaid
diantara kedua belah pihak, baik nonmuslim sebagai
menitikberatkan dalam hal memberikan kewenangan
wajib pajak maupun umat Islam sebagai pengumpul
penuh kepada khalifah untuk memutuskan berbagai
dan penerima pajak tersebut. Pandangan ini semata-
kebijakan, sepanjang kebijakan itu tidak bertentangan
mata bukan merujuk kepada penetapan pajak tanah
dengan syariah dan tentunya selalu berorientasi
yang ditetapkan khalifah Umar bin Khattab melainkan
kepada kemaslahatan umat. Sebagai ilustrasi, Abu
berdasarkan situasi dan kondisi dilapangan. Abu

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 701
Ubaid membuka ruang ijtihad dalam setiap ghanimah, khums barang tambang, rikaz dan khums
pengambilan keputusan sepajang ijtihad itu tidak lainnya) berdasarkan aturan dari Rasulullah SAW.
bertentangan dengan syariah Islam. Sesungguhnya keuangan publik ini adalah harta
kekayaan milik umum maka dalam hal
Sumber Pendapatan dan Belanja Keuangan
pendistribusiannyapun dianggarkan untuk
Negara
kesejahteraan umum seperti santuan untuk anak-anak
Pada masa Rasulullah SAW sumber pendapatan
terlantar, para pengungsi korban bencana maupun
keuangan negara terdiri dari zakat, ghanimah,
santunan lainnya yang dapat dirasakan oleh semua
shadaqah dan fa’i. Setelah melalui perkembangan
orang. Terkait pembelanjaan ini Abu Ubaid mengutip
beberapa saat kemudian sumber pendapatan keuangan
nukilan pendapat Umar bin Khattab yang
publikpun sumbernya bertambah. Seperti pada masa
diriwayatkan oleh Aslam, “Umar r.a telah mengatakan
khalifah Umar bin Khattab menambahkan khums
bahwaseorang muslim berhak menerima maupun
sebagai sumber pendapatan negara. Sedangkan pada
menolak terhadap harta kekayaan”. Lalu, Umar
masa Abu Ubaid dan pemerintahan khalifah Dinasti
membacakan surah al-Hasyr ayat 7-10 kemudia umar
Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah menambahkan
mengatakan, “Ayat ini berlaku untuk semua orang
kharaj, jizyah, khums dan ‘usyur sebagai pendapatan
muslim, keculai mereka yang berkah menerima harta
negara. Namun, yang menjadi perhatian dalam
tersebut (fa’i). Sedangkan Ibnu Syibah meriwayatkan
pembahasan mengenai kebijakan ini adalah Abu
bahwa ketika umar menyusun dewan, beliau membagi
Ubaid sangat menentang gagasan tentang
12.000 (dua belas ribu) dirham kepada para istri
pendistribusian zakat yang harus dikelola secara
Rasulullah SAW (Juwairiyah dan Shafiyah) masing-
merata terhadap yang berhak menerima zakat. Dimana
masing mendapat bagian 6.000 (enam ribu) dirham
pendistribusiannya cenderung ditentukan dalam batas
(karena keduanya merupakan fa’i dari Allah SWT
tertinggi setiap orang yang menerimanya. Yang
yang diberikan untuk Rasul-Nya), kaum muhajirin
terpenting bagi Abu Ubaid adalah kebutuhan dasar
yang mati syahid pada perang Badar masing-masing
penerima zakat dapat terpenuhi dengan baik, seberapa
mendapat 5.000 (lima ribu) dirham dan kaum Anshar
besarnya pun serta bagaimana pengalokasian itu dapat
yang syahid juga mendapat bagian masing-masing
meringankan fakir miskan yang kelaparan, orang yang
4.000 (empat ribu) dirham.
terkena bencana dan dapat membantu mereka yang
bertanggungjawab atas kehidupan kaumnya. Dalam 3.2. Pembahasan
hal ini Abu Ubaid mengadopsi prinsip “setiap orang Relevansi Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid
adalah menurut kebutuhannya masing-masing”. terhadap Keuangan Publik Di Indonesia
Sehingga pada kesempatan lain, Abu Ubaid tidak Sebagaimana kita ketahui bahwa Abu Ubaid
mendistribusikan zakat kepada masyarakat yang dalam bukunya Kitab Al-Amwal, meletakkan dasar
memiliki kekayaan sebesar 40 dirham atau harta filosofis ekonomi berdasarkan konsep keadilan.
lainnya yang sebanding, di samping sandang, pangan Sehingga dengan konsep itu menekankan bahwa
dan papan yang menurutnya itu semua adalah standar setiap kegiatan ekonomi harus memiliki landasan
kehidupan minimum. Adapun yang berhak filosofis, supaya berdiri kokoh menjadi dasar
mengeluarkan zakat adalam mereka yang memiliki pemikiran ekonomi sebagai cita-cita yang harus
200 dirham serta yang sebanding dengan itu di mana diwujudkan yaitu sistem ekonomi yang berkeadilan.
mereka dikategodikan sebagai orang kaya. Dalam hal Dimana setiap keadilan akan membawa kepada
ini, Abu Ubaid mengkategorikan tiga kelompok kemaslahatan.
berdasarkan sosial-ekonomi terkait status muzaki dan Adapun filosofis ekonomi Indonesia yang hampir
mustahik zakat, antara lain: sama dengan konsep keadilan menurut Abu Ubaid
a. Golongan Aghniya (orang kaya) yang harus dapat dilihat dalam isi Pasal 33 ayat 4 Undang-
mengeluarkan zakat Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
b. Golongan menengah yang bukan sebagai “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
mustahik mapun muzaki dan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
c. Golongan mustahik. efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
Sedangkan dalam pembelanjaan atau
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
pendistribusian dari pendapatan khums (khums

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 702
nasional.” Kata “Efisiensi Berkeadilan” merupakan tertinggi dalam hal regulasi sebagai payung hukum
salah satu prinsip semangat demokrasi ekonomi yang pelaksanaan pengelolaan zakat ini. Pasal 5 ayat 1
hendak dicapai oleh Indonesia sebagai negara yang menyatakan bahwa “Untuk melaksanakan
berdaulat. Dimana mewujudkan keadilan sosial bagi pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita terbesar (Badan Amil Zakat Nasional).” Sehingga ada instansi
Indonesia dalam bidang ekonomi. Sehingga setiap terkait yang dilibatkan sebagai implementasi
kebijakan ekonomi selalu memperhatikan pemegang amanah dalam pelaksanaan Undangundang
kepentingan masyarakat bawah dengan sistem tersebut. Sebagai negara muslim terbesar dan sebagai
pemberdayaan masyarakat. Selain itu juga, kata negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di
“Efisiensi di sandingkan dengan kata “Berkeadilan” dunia. Tentunya banyak permasalahan berkaitan
menunjukkan kesetaraan proses yang memiliki tujuan dengan kesenjangan sosial salah satunya adalah
yang mulia yaitu dimana efisiensi memiliki proses pengangguran dan kemiskinan. Maka untuk menekan
bagaimana menggunakan sumber daya yang terbatas angka pengangguran dan kemiskinan khususnya bagi
untuk memproduksi barang/jasa yang maksimal. umat Islam, sudah sepantasnya Indonesia
Sedangkan keadilan berkaitan dengan pengalokasian memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk
sumber daya yang dihasilkan secara merata dengan membangun demokrasi ekonomi yang berkeadilan
prinsip kekeluargaan dan lebih mengedepankan dan berkelanjutan, salah satunya dari sektor zakat ini.
kepada masyarakat yang sangat membutuhkan, Berdasarkan data dari Badan Amil Zakat Nasional
sehingga dapat memberikan kepuasan terbesar bagi (BAZNAS) yang di lansir dari ekon.go.id potensi
kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan zakat, Abu zakat Indonesia tahun 2022 adalah Sebagai negara
Ubaid menerapkan dasar pemikiran berdasarkan pada dengan populasi muslim terbesar di dunia yakni
pengelolaan zakat yang di praktikkan oleh Rasulullah sebanyak 87,2% dari total penduduk, Indonesia
dan Khalifah sesudahnya. Sehingga dalam hal ini, ada diperkirakan oleh Badan Amil Zakat Nasional
campur tangan pemerintah dalam hal penghimpunan (BAZNAS) mempunyai potensi zakat yang
dan pendistribusian zakat. Baik dalam hal regulasi mencapai Rp327 triliun. Namun, berdasarkan data
maupun pembentukkan instansi yang berwenang terkait pengumpulan zakat di Indonesia, jumlahnya
melaksanakan segala yang berkaitan dengan itu. baru mencapai kurang lebih Rp12 Triliun di tahun
Dengan terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang 2020. Data perbandingan antara tahun 2019 dan 2020
pengelolaan zakat. Menunjukkan bahwa ada campur dapat dilihat dari tabel berikut:
tangan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan

Tabel 1. Data Pengumpulan Zakat Berdasarkan OPZ


No. Tingkat OPZ 2019 % 2020 %
1 BAZNAS 296.234.308.349 2,9 385.126.583.224 3,1
2 BAZNAS Provinsi 583.919.722.674 5,7 489.538.808.289 3,9
3 BAZNAS Kabupaten/Kota 3.539.980.546.674 34,6 1.735.824.169.041 14,0
4 LAZ 3.728.943.985.109 36,5 4.077.297.116.443 32,8
5 OPZ dalam pembinaan dan zakat fitrah yang 2.078.865.243.749 20,3 5.741.459.770.472 46,2
tidak terlaporkan
Total 10.227.943.806.555 100 12.429.246.447.469 100
(Sumber: BAZNAS, 2021; diolah penulis)
Ada beberapa kendala terkait hal itu salah pengedukasian, pengawasan, penyelarasan dan
satunya adalah kurangnya edukasi dan literasi. perbaikan dalam menjalankan proyek keumatan
Sehingga kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa tersebut. Sehingga apabila melihat beberapa langkah
zakat itu hanya sebatas pada zakat fitrah saja yang tersebut diharapkan pola dan sistem penghimpunan
ditunaikan satu tahun sekali serta zakat disalurkan dan pendistribusian zakat di Indonesia dapat
kepada orang disekitarnya bahkan kepada orang yang memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi
tidak dikenal sekalipun. Maka dalam praktiknya, nasional. Berkaitan dengan perdagangan
tentunya harus ada beberapa langkah terkait internasional, Abu Ubaid telah menyoroti praktik

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 703
perdagangan tersebut, khususnya terkait masalah pada ketentuan zakat. Bahwa alokasi zakat merupakan
ekspor dan impor. Indonesia juga menerapkan hal itu kewenangan Allah, bukan kewenangan amil atau
terkait bea cukai barang ekspor dan impor. Namun, pemerintah. Prinsip lainnya adalah bahwa Islam
yang menjadi perhatian adalah tentang perdagangan memperlakukan kaum musim dan non muslim secara
bebas. Cukai dianggap sebagai salah satu bentuk adil. Hilangnya spirit religiusitas dalam pemenuhan
penghambat dalam perdagangan Internasional dan penggunaan keuangan negara disebabkan oleh
sehingga sekarang ini penganut perdagangan bebas pandangan sekularisme yang melanda dunia Islam,
(free trade), mendengungkan bahwa tidak boleh ada dan tidak digunakannya mekanisme yang berbau
tarif barrier pada suatu negara. Apalagi wacana Islam, justru dunia Islamkehilangan metode
perdagangan bebas di bahas pada setiap konferensi mensejahterakan rakyatnya. Adanya kewajiban
kerja sama antar kawasan. Misalnya Indonesia sebagai material berbentuk pajak itu tidak diragukan
negara anggota Asean, tidak bisa mengelak akan keabsahannya karena pada waktu ini negara
penetapan kebijakan baru tersebut. Sehingga barang memerlukan anggaran pendapatan yang besar sekali.
dagangan bebas masuk dan keluar Indonesia dari Oleh karena itu, secara keseluruhan tidak mungkin
suatu negara. Dengan kata lain, bea masuknya nol terpenuhi dengan zakat. Pada saat ini dua kewajiban
persen. Hal itu merusak konsep perdagangan tersebut menyatu dalam diri serang muslimbukan saja
internasional yang bernafaskan Islam. Di mana barang kewajiban pajak, melainkan kewajiban zakat
dagangan yang berasal dari suatu negara tidak secara sekaligus. Adanya prinsip-prinsip keuangan publik
bebas masuk (impor) maupun keluar (ekspor) dari Islam sangatlah penting, karena dengan prinsip ini
suatu negara tersebut dapat dimunculkan beberapa acuan dalam penerapan
kuangan publik Islam yang Islami. Muculnya suatu
4. KESIMPULAN landasan pengembangan keuangan publik islam,
Pemikiran-pemikiran ekonomi Abu Ubaid sebagai dasar pengendalian keuangan publik Islam,
merefleksikan perlunya memelihara dan dan lain sebagainya.
mempertahankan hak dan kewajiban masyarakat,
menjadikan keadilan sebagai prinsip utama dalam 5. UCAPAN TERIMA KASIH
menjalankan roda kebijakan pemerintah serta Pada bagian ini, penulis menyadari seutuhnya
menekankan rasa persatuan dan tanggung jawab bahwa begitu banyak individu yang terlibat dalam
bersama. Disamping itu, Abu Ubaid juga secara tegas proses penyusunan artikel ini. Penulis akan selalu
menyatakan bahwa pemerintah wajib memberikan mensyukuri nikmat yang datang dari segala bentuk
jaminan standar kehidupan yang layak bagi setiap bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa. Oleh
individu dalam sebuah masyarakat muslim. Abu karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
Ubaid mengatakan bahwa penerimaan negara wajib yang tulus kepada orang-orang berikut: 1) Kedua
dikelola negara dan mengalokasikannya kepada orang tua kami, yang telah melahirkan,
masyarakat. Menurut Abu Ubaid uang harus memiliki membesarkan, dan mendidik kami dengan penuh
nilai intrinsik sebagai standar dari nilai pertukaran kasih sayang. 2) Dr. Drs. Nurwahidin, M.Ag selaku
(standard of exchange value) dan sebagai media dosen tetap Sekolah Kajian Stratejik dan Global
pertukaran (medium of exchange). Ia berpandangan Universitas Indonesia. 3) Seluruh dosen dan staf
bahwa hanya dinar dan dirham yang layak digunakan pengajar pada program studi Kajian Timur Tengah
sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang stabil dan Islam peminatan Ekonomi dan Keuangan Syariah
sehingga bisa menghindari arus inflasi yang berakibat Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas
buruk bagi perekonomian negara. Keuangan publik Indonesia, yang telah membantu dan
meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk menginformasikan kepada penulis. 4) Kepada rekan-
kepentingan masyarakat, baik yang dikelola secara rekan seperjuangan, kami ucapkan terima kasih dan
individual, kolektif ataupun oleh pemerintah. Sumber- salam sukses untuk pencapaian akademik selanjutnya.
sumber keuangan publik dalam analisis pemikiran
ekonomi Abu Ubaid di kitab Al Amwal yaitu terdiri 6. REFERENSI
dari fai', khumus, shadaqah dan zakat , Didalam Amalia, Euis. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi
keuangan publik terdapat sebuah prinsip yang harus Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
diterapkan dalam pengeluaran publik, yaitu tertuju Jakarta: Gramata Publishing

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 704
Al Qasim, Abu Ubaid. (1988). Kitab al Amwal, Beirut: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam
Dar al Fikr. (P3EI) UIN Jogja. (2009). Ekonomi Islam.
Febriani, A. (2017). Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid Al Jakarta: RajaWali Press.
Baghdadi. IX(2), 128–149. Safitri, J., & Fakhri, A. (2017). Analisis Perbandingan
Karim, Adiwarman. (2001). Ekonomi Islam:Suatu Pemikiran Abu ‘ Ubaid Al-Qasim dan Adam
Kajian Ekonomi Makro. Jakarta:Karim Business Smith Mengenai Perdagangan. Millah, 17(1), 85–
Consulting. 98.
Karim, Adiwarman. (2004). Sejarah Pemikiran https://doi.org/10.20885/millah.vol17.iss1.art5
Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Sukarno Wibowo, S.E., M.M dan Dedi Supriadi,
Muhamad Izazi Nurjaman & Muhammad Danil. M.Ag., (2013). Ekonomi Mikro Islam, Bandung:
(2020). Relevansi Pemikiran Ekonomi Abu Pustaka Setia.
Ubaid di Indonesia. Islamic Circle, 1(2), 47–65. https://www.puskasbaznas.com/publications/books/1
Qardhawi, Yusuf. (2004) .Hukum Zakat (terjemahan 610-outlook-zakat-indonesia-2022
dari buku Fiqhuz Zakat). Jakarta: Pustaka Litera
Antar Nusa.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like