Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ISSN : 2579 – 6151

e-ISSN : 2614 – 8242.


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika
Email : holistika@umj.ac.id

STRATEGI GURU MENGATASI SPEECH DELAY (STUDI KASUS DI


SD INKLUSI)

Danti Pudjiati1)*, Vera Yulia Harmayanthi2), Venti Mawarni3)


1)2)3)
Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Kusuma Negara, Jakarta, 13770
*
dantipudjiati@stkipkusumanegara.ac.id

Diterima: 27 Oktober 2023 Direvisi: 13 Maret 2023 Disetujui: 25 Mei 2023

ABSTRACT

Research topics that discussed speech delay at the age of elementary school children were not widely
carried out. However, research reports on similar topics for early childhood could be found easily.
Therefore, the authors focused on describing the steps taken by teachers to deal with the children with
speech delay, ranging from language problems, intervention programs, and academic development in
schools to socio-emotional development. A qualitative approach with case study methods through
interviews with informants and document studies was used in this study. Data collection was collected
based on the interview guide developed by Fitriyani and Taseman. The results show that the way of
the teachers deal with the children who have speech delays by (1) paying attention to language
development by clarifying lip movements and hand signals when speaking, as has been done by speech
therapy and conducting personal communication and interaction, (2) creating an open relationship
between teachers, parents and psychiatrists to provide appropriate treatment (3) providing additional
equal learning assistance outside class hours and applying lower standards of academic progress, (4)
collaborating with parents and friends to reduce negative behavior. The attitude of teachers who are
patient and nurturing to deal with ABK with speech delays in class is very necessary so that ABK does
not drop out of school

Keywords: speech delay, school children, strategy

ABSTRAK

Penelitian yang membahas keterlambatan bicara pada usia anak SD belum banyak dilakukan. Akan
tetapi, laporan penelitian dengan topik serupa untuk anak usia dini dapat ditemukan dengan mudah.
Oleh karena itu, penulis fokus untuk mendeskripsikan langkah-langkah yang diambil oleh guru untuk
mengatasi anak dengan keterlambatan bicara, mulai dari masalah bahasa, program intervensi, dan
perkembangan akademik di sekolah sampai perkembangan sosial-emosional. Pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus melalui wawancara dengan informan dan studi dokumen dipakai dalam
penelitian ini. Pengumpulan data dikumpulkan berdasarkan pedoman wawancara yang dikembangkan
oleh Fitriyani dan Taseman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memberikan perlakuan
yang khusus pada anak yang mengalami keterlambatan bicara, (1) memperhatikan
perkembangan bahasanya dengan memperjelas gerakan bibir dan isyarat tangan ketika mengajak
berbicara, seperti yang dilakukan oleh terapi wicara dan melakukan komunikasi dan interaksi secara
personal, (2) menciptakan hubungan yang terbuka antara yang terbuka antara guru, orang tua dan

27
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume No. 1 Mei 2023 e-ISSN : 2614 – 8242._

psikiater untuk memberi penanganan yang tepat (3) memberikan tambahan bantuan pembelajaran
yang setara di luar jam pelajaran dan menerapkan standar kemajuan akademik yang lebih rendah, (4)
bekerja sama dengan orang tua dan teman-temannya untuk mereduksi perilaku negatif. Sikap guru
yang sabar dan mengayomi untuk menangani ABK dengan keterlambatan bicara di kelas sangat
diperlukan agar ABK tidak mengalami putus sekolah

Kata kunci: speech delay, siswa SD, strategi

PENDAHULUAN hingga menegahSecara garis besar tujuan

S ebagian besar orang tua yang mempunyai pendidikan inklusi ada dua, yaitu memberikan
anak berkebutuhan khusus (ABK) kesempatan kepada siswa dengan kelainan
cenderung untuk menyekolahkan anaknya fisik, sosial, emosional, mental atau memiliki
di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah kecerdasan atau bakat istimewa untuk
khusus. Pertimbangan mendasar yang dimiliki memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
oleh orang tua tersebut adalah SLB dengan kebutuhan dan kemampuannya dan
menerapkan metode atau pendekatan mengajar mewujudkan penyelenggaraan pendidikan,
yang khusus didesain dan disesuaikan dengan bercirikan yang menghargai keanekaragaman
kebutuhan ABK. Akan tetapi, SLB bukan satu- dan tidak memberi perlakuan yang berbeda
satunya tempat menuntut ilmu bagi ABK. kepada semua siswa (Smith, 2006). Selain itu,
Mereka dapat juga belajar di sekolah inklusi. manfaat sekolah inklusi ini adalah
Sekolah inklusi merupakan salah satu kebijakan menyelenggarakan hak dan kewajiban yang
yang diambil oleh pemerintah untuk sama dengan peserta didik reguler lainnya di
melaksankan amanat yang tertuang dalam kelas, menyediakan fasilitas belajar dan
konvensi PBB tentang hak anak tahun 1989, mengembangkan diri, memahami keterbatasan
terutama dalam hal pendidikan. Oleh karena itu, siswa, mendorong siswa untuk lebih percaya
sekolah inklusi ini memberi kesempatan yang diri, dan memberi kesempatan belajar dan
sama antar ABK dan anak-anak normal pada menjalin persahabatan bersama teman
umumnya supaya mendapat pendidikan yang sebayaAnak yang mengalami keterlambatan
sama, setara, dan tanpa diskriminasi. Menurut bicara (speech delay) bisa digolongkan ke
Tarmansyah (2007) sekolah inklusi adalah dalam ABK. Keterlambatan bicara disebabkan
sekolah yang menampung semua murid di kelas oleh banyak faktor, di antaranya berkenaan
yang sama. Sementara itu, ahli yang lain dengan fungsi otak, kegiatan motorik alat ucap
Marentek (2007) mengemukakan pendidikan seperti mulut, lidah, kerongkongan dan
inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi pernapasan (Dewanti, 2012). Anak dengan
peserta didik yang mempunyai kebutuhan keterlambatan bicara akan memiliki gangguan
pendidikan khusus untuk bersekolah regular ketika berkomunikasi dengan orang lain.
pada tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK yang Meskipun telah dipahami bersama
tergolong luar biasa baik dalam arti berkelainan bahwapemerolehan bahasa pada anak
secara fisik, lamban belajar (slow learner) merupakan kemampuan bawaan sejak manusia
maupun yang mengalami kesulitan belajar lahir atau dikenal dengan istilah innate
lainnya, seperti autis. Dengan demikian dapat property, seorang anak tetap saja perlu
disimpulkan bahawa sekolah inklusi menguasai keterampilan berbahasa, khususnya
menyediakan pelayanan pendidikan yang sama berbicara. Berbicara merupakan salah satu
untuk ABK dari jenjang pendidikan dasar keterampilan produktif yang penting untuk

28
Danti Pudjiati, Vera Yulia Harmayanthi, Venti Mawarni: Judul Artikel Strategi Guru
Mengatasi Speech Delay (Studi Kasus di SD Inklusi)
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
dikuasai oleh anak agar dapat bertahan hidup di belum memadai, tidak semua guru memiliki
lingkungannya Dalam pertumbuhan dan kemampuan untuk menangani ABK, fasilitas
perkembangan bahasa anak terdapat dua macam yang belum tersedia untuk ABK, kemungkinan
bahasa yaitu bahasa reseptif dan ekspresif mendapat penolakan dari orang tua atau ABK
(Sasikala, 2016). Yang dimaksud dengan akan mengalami perundungan (Moreno, 2015).
bahasa reseptif adalah anak-anak dapat Sejumlah sekolah yang dimiliki oleh yayasan
menerima bahasa tersebut dengan baik, atau nonpemerintah menyelenggarakan sekolah
biasanya dikenali dengan anak dapat menjawab inklusi. Hal ini bertujan untuk membantu
pertanyaan dengan. Cara yang mudah untuk pemerintah dalam menangani ABK yang
mengetahui bahasa seorang memiliki gangguan membutuhkan Pendidikan Penelitian yang
reseptif adalah dengan perbendaharaan kosa memaparkan kesulitan guru dalam menangani
kata yang tidak banyak dan ia kesulitan untuk ABK dengan keterlambatan bicara pada usia
menjawab pertanyaan. Adapun bahasa ekspresif SD belum banyak dilakukan. Sejumlah
merupakan bahasa yang diekspresikan oleh rintangan menghalau penyelesaian penelitian
anak-anak pada saat mereka mengutarakan yang berkaitan dengan speech delay pada anak
pendapat atau menyampaiakan keinginannya, SD, terutama yang berkaitan dengan in depth
bertanya atau menjawab pertanyaan. interview dengan ABK tersebut. Lazimnya,
Kesulitan mengekspresikan bahasa ABK itu kadangkala memiliki prilaku yang
dapat menimbulkan frustasi. Oleh karena itu, sulit dikontrol. Oleh karena itu, penelitian ini
anak-anak akan berusaha berkomunikasi akan menguraikan pengalaman dari sudut
melalui jarinya (menunjuk) atau menyentuh pandang pengajar, yaitu seorang guru kelas
baik secara halus maupun kasar (memukul) dalam untuk mengatasi ABK dengan
lawan bicara. Dengan demikian, mereka yang keterlambatan bicara pada saat berlangsungnya
mempunyai masalah dengan kemampuan proses mengajar dan mendidik anak tersebut di
bahasa ekspresif biasanya terlihat seperti anak sebuah sekolah dasar Islam terpadu milik
nakal atau hiperaktif. Faktanya, mereka tidak swasta di wilayah Jakarta Timur.
mampu menyatakan maksudnya dengan gaya
bahasa ekspresif sehingga disampaikan dengan METODE PENELITIAN
meggunakan gerakan fisik untuk mengajak
bicara orang atau teman di sekelilingnya
(Snively, 2014)
P enelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan rancangan studi kasus.
Merujuk pada Creswell (2016) penelitian
Speech and language delays affect 6- 7% of kualitatif adalah jenis penelitian yang
children at school entry and can result in mengeksplorasi dan memahami makna di
problems in one or more areas, such as sejumlah individu atau sekelompok orang yang
understanding vocabulary and grammar, berasal dari masalah sosial. Dengan demikian,
inferring meaning, expressive language, sound tujuan penelitian ini untuk menggambarkan
production, voice, fluency and articulation, and sebuah fenomena yang muncul secara alamiah
the use of language in social contexts yang berlangsung di SD Subyek penelitian
Keterlambatan berbicara akan berakibat pada adalah seorang guru kelas perempuan di SD
kesulitan untuk memahami kosa kata, strusktur Jakarta Islamic School yang memiliki
kata, mengerti makna, ekspresi Bahasa, bunyi pengalaman mengatasi ABK dengan
dan suara, kelancaran berbicara dan artikulasi keterlambatan bicara. Guru tersebut pernah
bahkan interaksi di lingkungan masyarakat menangani siswa laki-laki dan perempuan yang
sekitarnyaAnak dengan keterlambatan bicara mengalami keterlambatan bicaraData
dapat menuntut ilmu di sekolah inklusi. Akan dikumpulkan melalui teknik wawancara dan
tetapi, sekolah inklusi yang milik pemerintah dokumentasi. Analisis data menggunakan
masih terbatas jumlahnya disebabkan oleh model interaktif Miles dan Huberman (1992),
beberapa kekurangan seperti jumlah guru yang yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

29
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume No. 1 Mei 2023 e-ISSN : 2614 – 8242._

kesimpulan. Pedoman terhadap empat topik G tidak mendapatkan rangsangan untuk


wawancara strategi guru SD menangani ABK berbicara sejak kecil dan menjadi terbiasa
dengan keterlambatan bicara ini diadaptasi dari untuk bermain sendirian. Kemudian saat G
Fitriyani (2019 ) dan Taseman (2020) yang memasuki usia untuk sekolah di PAUD, orang
berkaitan dengan (1) masalah komunikasi atau tuanya baru menyadari apabila G memiliki
perkembangan bahasa ABK, (2) program keterlambatan bicara. Informan menjadi guru
intervensi yang dilakukan oleh guru terhadap kelas G pada saat ia duduk di kelas satu ada
ABK, (3) kemajuan perkembangan akademik empat pokok yang dijadikan landasan
di sekolah dan (4) perkembangan sosial- wawancara mengenai strategi guru SD
emosional ABK. menangani ABK dengan keterlambatan bicara,
yakni masalah bahasa, program intervensi,
HASIL DAN PEMBAHASAN perkembangan akademik di sekolah, dan
perkembangan sosial-emosional.
I nforman menjelaskan bahwa latar belakang
siswa laki-laki, berinisial R, yang pernah
ditanganinya adalah seorang anak sulung
A. Bahasa
Terkait masalah bahasa guru menjelaskan
dengan fisik sempurna dan memiliki seorang bahwa R tidak banyak berbicara di kelas
adik laki-laki dalam kondisi yang normal, yaitu seringkali guru melihat R tertawa sendiri.
baik-baik saja seperti anak pada umumnya. R Sepertinya dia berimajinasi telah melihat
diketahui memiliki keterlambatan bicara pada sesuatu yang membuatnya senang. Untuk
saat usia 3 sampai 4 tahun. Kemampuan meminta perhatiannya guru perlu memegang
berbicaranya tidak menunjukkan kemampuan dagu R agar ia mau mendengarkan dan
berbicara yang lazim ditunjukkan oleh anak memperhatikan lawan bicaranya. Setelah itu, ia
sebayanya. Sejak kecil R diasuh oleh baru mau berbicara sepatah dua kata dengan
babby sitter atau pengasuh karena kedua orang pelan atau berbicara seperlunya saja “R
tuanya sibuk bekerja dan mengejar berkarir Di pendiam tidak banyak berbicara. Saya perlu
dalam kelas R selalu didampingi oleh shadow memberi sentuhan untuk mengajak R
teacher atau asisten guru yang bertugas berkomunikasi karena ia lebih asyik dengan
membantunya dalam menerima pelajaran di dunia sendiri. Apabila R tidak mengerti apa
sekolah maupun di rumah termasuk untuk yang diucapkan oleh saya maka R diminta
menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan rumahnya untuk memperhatikan gerakan bibir saya secara
(PR) dari guru. Secara garis besar dalam hal seksama sehingga saya harus pelan-pelan
kemandirian, R masih kurang mandiri sehingga memperlambat gerakan bibir dengan bersuara
perlu pendampingan. Informan mengajar R dan menjelaskan sesuatu agar R mengerti apa
d a n menjadi guru kelasnya ketika ia berada yang saya tanya” “Ada kalanya saya memegang
di kelas dua Informan juga memaparkan bahwa dagu R dengan pelan untuk memberi sinyal
latar belakang siswa perempuan, berinisial G, kepada R bahwa saya ingin mengajaknya
sejak lahir diasuh oleh ibu kandungnya karena berbicara. Jadi, saya banyak menggunakan
beliau tidak bekerja di luar rumah. G memiliki kontak fisik atau sentuhan dengan R” G lebih
fisik yang sempurna. Ia tidak ditemani oleh emosional dalam berbahasa. Walaupun
shadow teacher karena memiliki kakak mengalami keterlambatan bicara, sekali
perempuan dengan kondisi normal (tidak berbicara ia mengeluarkan suara yang keras dan
mengalami keterlambatan bicara) dan nyaring. Berbeda dengan R yang lebih
bersekolah di tempat yang sama dengan G. merespon ketika diberi sentuhan secara fisik, G
Walaupun ibu kandung G berada di rumah lebih senang diberi hadiah (reward) terlebih
tampaknya ia juga memiliki kesibukan sendiri dahulu ketika ingin mengajaknya berbicara
sehingga jarang menghabiskan waktu bersama atau meminta perhatian darinya secara khusus.
G yang membuatnya kurang melakukan Di kelas G juga terlihat lebih nyaman dengan
percakapan secara intim dengan G. Akibatnya kesendirianya. Ia tidak mau berbaur bersama

30
Danti Pudjiati, Vera Yulia Harmayanthi, Venti Mawarni: Judul Artikel Strategi Guru
Mengatasi Speech Delay (Studi Kasus di SD Inklusi)
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
tema-temannya“Untuk memahami G berbicara, di depan kelas. Jalan keluarnya adalah R
saya akan melakukannya dengan empat mata diberikan tambahan pelajaran yang sebisa
(secara privat). G terlihat lebih “moody” mungkin dapat membantunya memhami
bergantung dengan suasana hatinya. Untuk pelajaran. Tambahan pelajaran ini dilakukan
mengambil perhatian darinya saya akan ketika anak-anak yang lain sudah istirahat atau
membuat hatinya nyaman dan senang terlebih selesai belajar atau bahkan sudah pulang ke
dahulu baru mengajaknya berbicara” “G juga rumah” “Tentu saja saja sekolah dan para guru
kebetulan sedang melakukan terapi wicara dan yang menangani anak ABK sudah memiliki
acapkali bereaksi menggunakan tindakan yang kriteria ketuntasan belajar yang berbeda antara
menjurus kepada kekerasan apabila saya dan anak regular, maksud saya, anak yang normal
teman-teman di kelas tidak dapat mengerti yang dan anak dengan ABK” Kedua orang tua G ini
diinginkannya. Oleh karena itu diperlukan tidak mementingkan anaknya bisa mengikuti
kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi pelajaran di kelas dengan baik. Mereka lebih
ABK. Saya pun pernah beberapa kali menekankan G untuk dapat bersosialisasi,
mengalami kekerasan oleh G, seperti dipukul bergaul, dan berkomunikasi dengan teman-
atau ditendang” Perkembangan berbahasa teman sebayanya. Dengan demikian, G tidak
Indonesia G lebih lambat daripada bahasa merasa terbebani harus memahami pelajaran di
Inggris. Hal ini dikarenakan ia lebih sering sekolah karena tidak ada tuntutan dari orang
melihat tayangan yang dikhususkan untuk anak- tuanya. Tampaknya ia lebih suka menyendiri,
anak pada program televisi yang menggunakan tekun dengan alat gambarnya. Selanjutnya, guru
bahasa Inggris. Dengan demikian G sedikit menerangkan bahwa beliau tidak merasa
mengalami kendala dalam berkomunikasi “pusing” oleh kemajuan akademik dari G sebab
dengan bahasa Indonesia“G lebih lancar orang tuanya sudah paham seutuhnya akan
berbicara bahasa Inggris karena lebih sering kondisi G yang mengalami keterlambatan
mendengar dan melihat program televisi yang bicara dan tidak bisa menangkap pelajaran
berbahasa Inggris. Jadi G lebih familiar dengan secara normal seperti anak-anak yang
kosa kata dan ungkapan bahasa Inggris. Teman- lain“Orang tua G sudah sangat paham dengan
teman di kelas sedikit mengalami kesulitan kondisi anaknya yang perilakunya tidak sama
apabila ingin mengajaknya mengobrol” dengan anak-anak lain seusianya, yaitu lebih
senang menyendiri dan asik sendiri. Terlebih
B. Program Intervensi, Perkembangan Akademik lagi, dalam memahami pelajaran mereka sudah
di sekolah paham sekali kalau G memiliki kekurangan dan
Untuk melakukan program intervensi, kepada R tidak tertarik dengan pelajaran, kadang tidak
guru berkonsultasi dengan pihak orang tua dan mau mendengarkan penjelasan saya di kelas,
psikiater serta membina hubungan yang dan mengerjakan PR”.
“terbuka”. Orang tua R sibuk bekerja sehingga
kadang tindakan untuk menyelesaikan masalah C. Perkembangan Sosial Emosional
yang timbulkan tidak dapat ditangani dengan Dalam hal perkembangan sosial-emosional
segera. Dalam hal pelajaran tahfidz R bisa kedua ABK ini, yaitu R dan G memiliki
mengikuti dengan baik walaupun tidak lancar ekspresi yang bertolak belakang. R lebih
dan tidak fasih tetapi ia mengerti akan nada banyak diam, menyendiri, abai dengan orang
bacaaan sebuah surah. Banyak hal dilakukan lain dan keadaan di sekelilingnya. R
oleh guru untuk mengintervensi R, seperti memperlihatkan reaksi yang dingin atau
berkomunikasi secara personal dan intensif“R bereaksi biasa saja, bahkan cenderung tidak
merupakan anak yang sehat dan memiliki fisik perduli ketika melihat teman-temannya
yang sempurna. Kekurangannya adalah ia mendapat piala dan
mengalami keterlambatan bicara dan tidak memperlihatkan perasaan suka cita dan
fokus ketika saya sedang menjelaskan pelajaran gembira“R tidak mau bermain bersama teman-

31
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 6151
Volume No. 1 Mei 2023 e-ISSN : 2614 – 8242._

temannya. Mereka sampai bosan mengajak R memberikan hadiah kecil agar memperoleh
bermain karena selalu ditolaknya. Oleh karena perhatian dari anak tersebut untuk memulai
itu, R biasanya akan dibujuk pelan-pelan untuk sebuah percakapan. Dalam hal program
mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. intervensi yang diterapkan kepada ABK dengan
Dan, sebisa mungkin kita semua saya, orang, keterlambatan bicara adalah membina
dan teman-temanya menciptakan suasana yang hubungan yang terbuka antara guru, orang tua
membuatnya nyaman” Sementara itu, G lebih dan psikiater untuk menciptakan perlakuan
temperamental karena ia memiliki tenaga yang yang tepat kepada anak tersebut dan diketahui
kuat. Apabila G merasa kesal ia tidak akan oleh semua pihak. Selanjutnya, sekolah
menyakiti orang lain tapi merusak mainan yang menerapkan standar ketuntasan belajar yang
milikinya. Informan dan teman-teman di kelas lebih rendah daripada teman-temannya yang
sudah terbiasa melihat G membanting kursi, lain. Hal ini untuk membantu atau merangsang
mendorong meja, atau memukul meja ketika ia ABK dengan keterlambatan bicara untuk
sedang meluapkan emosinya. Ada kalanya G memiliki kemajuan terhadap perkembangan
menjadi anak yang “manis” ketika ia merasa akademik di sekolahnya. Selain itu, guru juga
nyaman. Ia juga tidak segan untuk meminta bersedia memberi remedial dan tambahan jam
atau mengucapkan kata “maaf” setelah pelajaran untuk anak tersebut di luar jam belajar
melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan yang ditetapkan oleh sekolah. Kemudian, guru
terhadap guru dan teman- temannya di mengambil strategi bekerja sama dengan
kelas“Apabila kita mengetahui bagaimana teman-teman di kelas untuk mengurangi
karakteristik ABK seperti G akan mudah untuk perilaku negatif dari ABK dengan
diatasi. G akan lebih senang bila kita keterlambatan bicara, seperti menolak bermain
memberikan hadiah yang sifatnya atau memperlihatkan tindakan kekerasan fisik
menyenangkan buat G, misalnya stiker
berkarakter. Setelah dia merasa senang, barulah REFERENSI
saya bisa berbicara dengan G”.
Creswell, John W. 2016. Research Design:
Pendekatan Metode Kualitatif,
SIMPULAN Kuantitatif dan Campuran. Edisi

P engalaman seorang guru


menetapkan strategi dalam menangani
ABK dengan keterlambatan bicara pada
untuk Keempat (Cetakan
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Kesatu).

Dewanti, A., Widjaja, J. A., Tjandrajani, A., &


usia SD di sekolah inklusi merupakan sebuah
Burhany, A. A. (2012). Karakteristik
pelajaran yang dapat dimanfaatkan secara luas Keterlambatan Bicara di Klinik Khusus
oleh tenaga pendidik Strategi yang diambil Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak
oleh guru tersebut terkait dengan empat dan Bunda Harapan Kita Tahun 2008-
perkara. Perkara tersebut adalah pertama 2009. Sari Pediatri, Vol 14
mengenai masalah komunikasi atau No 4.
perkembangan bahasa ABK, kedua, program https://saripediatri.org/index.php/sariped
intervensi yang dilakukan oleh guru terhadap iatri/art icle/view/649
ABK, ketiga, kemajuan perkembangan
Fitriyani, F., Sumantri, M. S., & Supena, A.
akademik di sekolah dan terakhir,
(2019). Language Development and
perkembangan sosial-emosional ABKStrategi
Social Emotions in Children with
yang diambil oleh guru untuk mengatasi Speech Delay: Case Study of 9 Year
masalah ABK dengan keterlambatan bicara Olds in Elementary School. Jurnal
ialah dengan berkomunikasi secara personal Konseling dan Pendidikan, 7(1), 23-29.
atau empat mata. Bila diperlukan guru akan https://doi.org/10.29210/130600
mengunakan sentuhan fisik dan

32
Danti Pudjiati, Vera Yulia Harmayanthi, Venti Mawarni: Judul Artikel Strategi Guru
Mengatasi Speech Delay (Studi Kasus di SD Inklusi)
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
Moreno, M. A. (2015). Speech and Language
Delays in Young Children. JAMA
Pediatrics, 169 (8), 796.
http://doi.org/10.1001/jamapediatrics.20
14.214 6
Milles dan Huberman. (1992). Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Sasikala, S., & Cecil, N. (2016). Parental
Bonding , Peer Attachment and
Psychological Well- being among
Adolescents : A Mediation Analysis.
Journal of Psychological Research,
11(1), 21–31.
Smith, J. D. (2006). Inklusi: Sekolah Ramah
untuk Semua. Bandung: Penerbit
Nuansa
Snively, K. (2014). Managing speech-delayed
patients. Clinical Advisor, 17(2),
101.Retrieved
fromhttp://search.ebscohost.com/login.a
spx?dir
ect=true&db=cin20&AN=2012484013
&site= ehost-live
Tarmansyah. (2007). Inklusi Pendidikan untuk
Semua. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Taseman, T., Safaruddin, S., Erfansyah, N. F.,
Purwani, W. A., & Femenia, F. F.
(2020). Strategi Guru dalam Menangani
Gangguan Keterlambatan Berbicara
(Speech Delay) yang Berpengaruh
Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia
Dini di TK Negeri Pembina Surabaya.
JECED: Journal of Early Childhood
Education and Development, 2(1), 13-
26.
https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.519
Tomblin JB, Records N, Buckwalter P, Zhang
X, Smith E, O’Brien M. Prevalence of
specificlanguage impairment in
kindergarten children. J Speech Lang
Hear Res 1997;40:1245-60.

33

You might also like