Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Jurnal An-Nida, Vol. 12, No.

2, Juli-Desember 2020

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENERIMA INFORMASI HOAX


COVID-19

Teddy Dyatmika*1, Syamsul Bakhri 2, M. Rikzam Kamal3


1
Institut Agama Islam Negeri Pekalongan; Jln.Kusuma Bangsa No. 9 Kota Pekalongan
2
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pekalongan
e-mail: *1teddy.dyatmika@iainpekalongan.ac.id, 2syamsul.bakhri@iainpekalongan.ac.id,
3
muhammad.rikzam.kamal@iainpekalongan.ac.id

Abstract

The ability to access and share student information via the internet and social media is very good.
Information about hoax content is also very massive by the government and anti hoax activists.
However, hoax information and news during Covid-19 was very much and made the public
fear. This research tries to find out why there are still many hoaxes. This study uses quantitative
methods using linear regression analysis. The theory used is the elaboration likelihood model.
The sample in this study was 317 students of SMA / SMK / MA in Tegal Regency using cluster
sampling. The results showed that there was an effect of students 'internet useability (X1) and
hoax content socialization (X2) together on students' behavior in receiving information (Y) of
37.8%. This study has new findings where students do not know how to report hoax news and
information. They automatically do not report if they receive information and news that are
indicated as hoaxes. Another factor that causes students not to report is the lack of motivation,
namely in the form of rewards. The government needs to make it easier for access to report news
and information that are indicated as hoaxes. Besides, providing rewards for whistleblowers is an
important thing and has not been done so far. The sooner someone reports, the hoax information
and news can be handled quickly and not spread to the wider community.
Keyword : hoax, rewards, information, news, socialization
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

Abstrak

Kemampuan mengakses dan membagikan informasi siswa melalui media internet dan
media sosial sangat baik. Informasi mengenai konten hoax juga sangat masif dilakukan
oleh pemerintah dan para pegiat anti hoax. Akan tetapi informasi dan berita hoax saat
covid-19 sungguh sangat banyak dan membuat ketakutan masyarakat. Penelitian ini
mencoba mencari tahu kenapa hoax masihbanyak. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier. Teori yang digunakan adalah
elaboration likelihood model. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 317 siswa SMA/
SMK/MA di Kabupaten Tegal dengan menggunakan cluster sampling. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh kemampuan penggunaan internet siswa (X1) dan sosialisasi
konten hoax (X2) secara bersama-sama terhadap perilaku siswa dalam menerima
informasi (Y) sebesar 37,8%. Penelitian ini memiliki temuan baru dimana siswa tidak
mengetahui bagaimana cara melaporkan berita dan informasi hoax. Secara otomatis
mereka tidak melaporkan jika menerima informasi dan berita yang terindikasi hoax.
Faktor lain yang menyebabkan siswa tidak melaporkan adalah karena tidak adanya
motivasi yaitu berupa reward. Penting bagi pemerintah untuk lebih mempermudah
akses melaporkan berita dan informasi yang terindikasi hoax. Selain itu, memberikan
reward bagi pelapor merupakan hal yang penting dan selama ini belum dilakukan.
Semakin cepat seseorang melaporkan maka informasi dan berita hoax dapat tertangani
dengan cepat dan tidaktersebar ke masyarakat luas.
Kata Kunci : hoax, rewards, informasi, berita, sosialisasi

A. PENDAHULUAN covid ternyata berbanding lurus dengan


Masyarakat seluruh dunia tidak tingginya berita hoax mengenai virus ini.
terkecuali masyarakat Indonesia saat ini Data dari Kominfo menunjukkan per
sedang menghadapi cobaan yang cukup tanggal 5 Agustus 2020 ada 1.016 berita
besar. Cobaan tersebut adalah dengan hoax yang membahas kasus covid-19 (Data
adanya sebuah virus yang dinamakan Kominfo: Berita Hoaks Soal Virus Corona
covid-19 atau familier disebut dengan Berjumlah 1.016 - Cek Fakta Liputan6.Com,
virus corona. Jumlah kasus semakin hari n.d.). Jelas ini menjadi suatu kekhawatiran
semakin mengalami peningkatan di seluruh bagi masyarakat. Seharusnya masyarakat
belahan dunia tidak terkecuali yang ada di Indonesia mendapatkan informasi dan
Indonesia. berita yang valid dan berimbang agar lebih
Penyebaran virus Covid-19 di tenang menghadapi pandemi covid-19
Indonesia mengalami peningkatan kasus ini, tetapi pada kenyataannya banyak
terkonfirmasi positif. Saat ini berdasarkan berita atau informasi hoax mengenai virus
data dari (Beranda | Satgas Penanganan ini. Sosialisasi mengenai berita hoax atau
COVID-19, n.d.) per tanggal 30 Oktober informasi hoax juga secara masif dilakukan
ada 406.945 kasus terkonfirmasi positif, oleh beberapa pihak baik melalui media-
334.295 kasus sembuh, dan 13.782 kasus media yang dimiliki oleh pemerintah
meninggal dunia. Ini tentu menjadi berita bahkan media massa pun seringkali
yang kurang menggembirakan bagi seluruh memberikan informasi bahayanya berita
warga Indonesia. Tingginya kasus positif hoax dan bagaimana mengantisipasi jika ada

148 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

berita atau informasi hoax. Tetapi nyatanya belum tentu kebenarannya. Data di atas
masih banyak masyarakat yang terjebak sebenarnya menjelaskan bahwa sebagian
dengan berita atau informasi yang belum masyarakat Indonesia sudah melek dengan
tentu kebenarannya dan dengan latah yang namanya internet. Masyarakat sudah
menyebarkan informasi tersebut kepada paham betul bagaimana cara menggunakan
orang lain. internet. Akan tetapi bagaimana
Banyaknya kasus berita hoax ini tentu menggunakan internet untuk kegiatan
mengkhawatirkan. Apalagi masyarakat positif masih dipertanyakan. Karena
Indonesia tingkat literasinya masih cukup sebenarnya internet hanyalah sebuah alat
rendah terutama literasi di media sosial. yang bisa digunakan untuk kegiatan positif
Masih sangat perlu meningkatkan literasi maupun untuk kegiatan negatif.
di kalangan mahasiswa, pelajar maupun Masyarakat Indonesia juga masih
umum mengenai media sosial (Kementerian banyak yang belum mengetahui bagaimana
Komunikasi Dan Informatika, n.d.). menghentikan berita hoax yaitu melaporkan
Hal tersebut dikarenakan sebagian konten berita atau informasi yang
besar masyarakat tidak melakukan cek dan meragukan kepada pihak yang berwenang
ricek pada saat menerima informasi dan dalam hal ini pemerintah melalui Kominfo.
terlalu terburu-buru dalam menyebarkan Kurangnya pengetahuan dalam melaporkan
informasi yang belum tentu kebenarannya. konten hoax tentu menjadi pekerjaan kita
Inilah yang menjadikan berita hoax semakin semua terutama bagi pemerintah dalam hal
menggurita dan menyebar keseluruh ini Kominfo. Kurangnya pengetahuan inilah
lapisan masyarakat.Tingginya pengguna yang menjadikan berita atau informasi
di internet di Indonesia menjadi salah satu hoax dengan leluasa menyebar kesemua
faktor penyebaran informasi dan berita lini masyarakat Indonesia terutama para
hoax semakin cepat, data dari We Are pengguna media sosial. Meskipun sudah
Social menunjukkan bahwa ada 175,4 Juta banyak punishment yang diterima bagi
masyarakat yang menggunakan internet penyebar hoax, nyatanya penyebaran
di Indonesia pada tahun 2020. Artinya berita hoax atau informasi hoax masih
64% penduduk Indonesia menggunakan menjadi suatu momok yang menakutkan
Internet dari total penduduk sebanyak dan terlalu masif peredarannya. Perlu
272,1 Juta jiwa. Penggunaan yang paling adanya pemberian reward bagi masyarakat
signifikan dari masyarakat Indonesia yaitu Indonesia terutama bagi masyarakat yang
pengguna media sosial sebanyak 160 juta melaporkan berita atau informasi hoax agar
jiwa. Media sosial ini antara lain tik tok, penyebaran berita atau informasi hoax bisa
youtube, facebook, instagram, twitter, dll segera dihentikan dan tidak terlalu luas
(Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet Di penyebarannya.
Indonesia, n.d.). P Tujuan dari penelitian ini adalah
Penyebaran berita hoax tentunya ingin mengetahui bagaimana pengaruh
akan semakin cepat jika masyarakat latah dari Kemampuan Penggunaan Internet
dalam menyebarkan informasi yang Siswa dan Sosialisasi Konten Hoax terhadap

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 149
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi yang diterima melalui media sosial
pada masa Pendemi Covid-19. Penelitian sebelum dibagikan kepada khalayak ramai.
berkaitan dengan hoax pernah dilakukan Penelitian selanjutnya adalah peneltian
oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Megasari, 2020).
yang dilakukan oleh (Siswoko, 2017) yang Dalam penelitiannya menyatakan
meneliti mengenai kebijakan pemerintah bahwa pemerintah kota Surabaya
dalam mengantisipasi berita hoax melalui memberlakukan kebijakan agar persebaran
penyebaran informasi di media massa berita atau infromasi hoax tidak semakin
Kompas dan The Jakarta Post. menyebar terutama di media sosial.
Penelitian ini menggunakan metode Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemkot
analisis isi, hasil dari penelitian tersebut Surabaya adalah memberikan hukuman
adalah pemerintah terus berupaya untuk bagi penyebar konten hoax. Selain itu
menangkal konten hoax terutama di Pemkot Surabaya selalu memberikan
media sosial melalui beberapa kebijakan informasi kepada masyarakat apabila ada
yang sedang berjalan maupun yang berita yang masih diragukan kebenarannya.
akan berjalan. Penelitian yang sejenis Informasi diberikan melalui Humas Pemkot
juga dilakukan oleh (Juditha, 2018), hasil Surabaya melalui media sosial agar lebih
penelitian menunjukkan informasi hoax di cepat terjangkau di masyarakat.
media sosial sangat mengkhawatirkan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
Penelitian tersebut berjuan ingin oleh (Rahmawati dan Krisanjaya, 2019).
mengetahui interaksi hoax yang ada Pelatihan literasi media kepada masyarakat
di media sosial dan bagaimana cara jika dilakukan secara sungguh-sungguh
mengantisipasinya. Hasil penelitian menghasilkan hasil yang signifikan dalam
tersebut menunjukkan bahwa interaksi di memahami konten hoax terutama di
media sosial sangat dinamis antara pengirim media sosial. Itulah kenapa pelatihan atau
dan penerima pesan, informasi hoax yang pemahaman secara terus menerus kepada
di sebarkan secara masif dan berualang- masyarakat terkait konten hoax harus sering
ulang melalui media sosial memiliki dilakukan.
potensi bahwa berita tersebut adalah benar
karena dapat mempengaruhi opini publik.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian B. METODE
dari (Agustina, 2018), menurutnya Metode penelitian yang digunakan
tingginya konten hoax berbanding lurus dalam penelitian ini adalah metode
dengan pesatnya media sosial sebagi ruang penelitian kuantitatif dengan menggunakan
baru untuk berinteraksi dan menjalin relasi. analisis regresi berganda untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh yang muncul dari
Penelitian tersebut menyatakan
Variabel Kemampuan Penggunaan Internet
bahwa media sosial adalah salah satu
Siswa (X1) dan variabel Sosialisasi Konten
faktor dari masifnya penyebaran konten
Hoax (X2) secara bersama-sama terhadap
hoax. Ditambah lagi mayoritas masyarakat
Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi
kurang menfilter berita atau informasi
(Y).
150 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

Populasi dalam penelitian ini adalah besar pengaruh yang muncul dari dua
seluruh siswa SMA dan SMK di Kabupaten variabel penelitian. Intrumen penelitian
Tegal adalah 48.575 siswa (Data Peserta juga diuji terlebih dahulu validitas dan
Didik Kab. Tegal - Dapodikdasmen, n.d.) dan reliabilitasnya. Selain itu sebelum masuk
jumlah siswa MA di Kabupaten Tegal kedalam uji regresi data terlebih dahulu
sebanyak 1.508 siswa (Data SMA Dan SMK diujikan uji prasyarat.
Kab. Tegal |Universitas Muhammadiyah
Penelitian ini menggunakan teori
Malang, n.d.) sehingga total siswa SMA,
Elaboration Likelihood Model atau sering
SMK dan MA di Kabupaten tegal sebanyak
disebut ELM. Teori ini dicetuskan oleh
50.083. Sedangkan sampel dalam penelitian
Petty dan Cacciopo (1986, dalam Griffin,
ini sebanyak 317 siswa.
2010: 206).

Kemampuan Penggunaan
Internet Siswa (X1)
Perilaku Siswa dalam
Menerima Informasi (Y)
Sosialisasi Konten Hoax
(X2)

Gambar 1 Jalur Regresi

Teknik pengambilan sampel dengan


Teori ini menjelaskan bahwa
menggunakan teknik claster sampling dari
perubahan perilaku seseorang itu melalui
tiga sekolah yaitu 1 sekolah SMA, 1 sekolah
dua rute yaitu rute central dan rute pinggir
SMK dan 1 Sekolah MA di Kabupaten
atau periferal. Orang yang memiliki
Tegal. Data sampel diambil secara random,
motivasi, kesempatan dan kemampuan
dari 317 responden tercatat masih berusia
dalam mengolah pesan yang diterimanya
antara 14-18 tahun dan didominasi oleh
maka orang tersebut akan lebih mudah
siswa dengan umur 16 tahun. Sedangkan
menerima persuasi (Widiastuti, 2017).
dari jenis kelamin responden paling banyak
adalah perempuan sebanyak 293 responden
(92,4%) dan responden laki-laki sebanyak C. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 responden (7,6%).
Sebelum masuk kedalam analisis
Teknik pengabilan data melalui data instrumen penelitian dilakukan
kuisioner yang disebarkan menggunakan uji validitas terlebih dahulu. Hasil Uji
google form dan disebarkan secara online. validitas menunjukkan bahwa instrumen
Pengambilan data dilakukan selama 2 yang digunakan valid. Instrumen diujikan
bulan penuh. Data dianalisis dengan kepada 317 responden dengan DF-2 artinya
menggunakan SPSS 19 dan dilakukan Uji ada 2 variabel bebas dengan nilai r tabel
T dan Uji F untuk mengetahui seberapa sebesar 0,1102. Instrumen dikatan valid jika

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 151
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

nilai setiap itemnya dari hasil r hitung lebih kecil dari 5% (0,05) artinya instrumen
besar dari r tabel yaitu 0,1102 atau memiliki penelitian tersebut valid.
signifikansi lebih kecil dari 5% (0,05).
Tabel 2 uji Reliabilitas
Tabel 1 Uji Validitas Reliability Statistics
Item r tabel r sig ket Cronbach's N of Items
hitung Alpha
1 0,1102 0.394 0.000 Y .885 28
2 0,1102 0.462 0.000 Y
Data dari table 2 menunjukkan bahwa
3 0,1102 0.377 0.000 Y
nilai dari Cronbach's Alpha sebesar 0,885
4 0,1102 0.309 0.000 Y
artinya nilai reliabilitasnya sebesar 88,5%
5 0,1102 0.480 0.000 Y
dan memiliki reliabel yang kuat karena
6 0,1102 0.556 0.000 Y
mendekati 100%.
7 0,1102 0.505 0.000 Y
8 0,1102 0.619 0.000 Y
9 0,1102 0.623 0.000 Y
C1. UJI PRASYARAT
10 0,1102 0.555 0.000 Y
11 0,1102 0.576 0.000 Y Dalam penelitian ini uji prasyarat
12 0,1102 0.606 0.000 Y yang dilakukan adalah dengan melakukan
13 0,1102 0.592 0.000 Y uji normalitas, multikol linearitas,
14 0,1102 0.595 0.000 Y heteroskesdestisitas dan autokorelasi. Uji
15 0,1102 0.572 0.000 Y ini dilakukan sebelum masuk kedalam uji
16 0,1102 0.654 0.000 Y regresi. Karena syarat untuk dilakukan
17 0,1102 0.596 0.000 Y analisis regresi yaitu melalui uji prasyarat
18 0,1102 0.544 0.000 Y terlebih dahulu.
19 0,1102 0.594 0.000 Y a. Uji Normalitas
20 0,1102 0.488 0.000 Y Menurut (Ghozali, 2011) data
21 0,1102 0.462 0.000 Y dinyatakan normal jika dalam diagram
22 0,1102 0.498 0.000 Y plot titik-titik berjajar lurus mengikuti garis
23 0,1102 0.464 0.000 Y diagonal dari diagram tersebut.
24 0,1102 0.429 0.000 Y
25 0,1102 0.447 0.000 Y
26 0,1102 0.129 0.022 Y
27 0,1102 0.382 0.000 Y
28 0,1102 0.506 0.000 Y
Keterangan : Y adalah valid
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 28
pertanyaan seluruh nya valid. Hal tersebut
bisa dilihat dari nilai r hitung semuanya
lebih besar dibandingkan dengan r tabel.
Sedangkan nilai sig nya semuanya lebih Gambar 2 Uji Normalitas

152 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

b. Uji Multikollinieritas Dari table 3 menunjukkan bahwa nilai


Sebelum masuk kedalam Analisis tolerance nya adalah 0,585 sedangkan nilai
Regresi salah satu uji yang harus dilalui dari VIF nya adalah 1,1708. Hal tersebut
adalah uji multikollinieritas, dimana tujuan menunjukkan bahwa nilai tolerance> 0,100
dari uji ini untuk mengetahui apakah tingkat sedangkan VIF<10,00 artinya tidak terjadi
korelasi antar variable nya tinggi atau multikollinieritas.
rendah. Data harus tidak boleh memiliki c. Uji Heteroskesdestisitas
Multikollinieritas yaitu dengan cara melihat Uji prsyarat selanjutnya adalah uji
VIF dan tolerance nya. Syaratnya adalah heteroskesdestisitas. Data harus tidak
tolerance> 0,100 sedangkan VIF<10,00 mengalami heteroskesdestisitas, dengan
syarat tidak ada pola yang jelas dan titik

Tabel 3 Uji Multikollinieritas


Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 18.88 1.737 10.87 .000
7 4
Kemampuan .335 .062 .316 5.438 .000 .585 1.708
Penggunaan Internet
Siswa
Sosialisasi Konten .376 .061 .361 6.212 .000 .585 1.708
HOAX
a. Dependent Variable: Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi

Gambar 3 Uji Heteroskesdestisitas


ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 153
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

menyebar baik diatas maupun di bawah Hipotesis


angka nol dari sumbu Y. Ho : R = 0 : Tidak ada pengaruh
Gambar 2 menunjukkan bahwa titik Kemampuan Penggunaan Internet
titik menyebar secara tidak beraturan dan Siswa (X1) terhadap Perilaku Siswa
tidak membentuk pola yang jelas. Selain dalam Menerima Informasi (Y).
itu sebaran dari titik tersebut ada di atas H1: R ≠ 0 : Ada pengaruh Kemampuan
maupun di bawah dari titik nol sumbu Y. Penggunaan Internet Siswa (X1)
Ini menandakan bahwa data tidak terjadi terhadap Perilaku Siswa dalam
heteroskesdestisitas. Menerima Informasi (Y).
Ho : R = 0 : Tidak ada pengaruh Sosialisasi
d. Uji Autokorelasi
Konten Hoax (X2) terhadap Perilaku
Data yang baik adalah data yang tidak
Siswa dalam Menerima Informasi (Y).
ada gejala autokorelasi. Menurut (Ghozali,
H1: R ≠ 0 : Ada pengaruh Sosialisasi
2011) data dikatakan tidak ada gejala
Konten Hoax (X2) terhadap Perilaku
autokorelasi jika nilai dari Durbin Watson
Siswa dalam Menerima Informasi (Y).
berada diantara du dan (4-du).
Tabel 4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .615 .378 .374 3.94756 2.117
a. Predictors: (Constant), Sosialisasi Konten HOAX, Kemampuan
Penggunaan Internet Siswa
b. Dependent Variable: Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi

Nilai du pada tabel Durbin Watson Pengambilan keputusan:


adalah1,82291, maka nilai (4-du) nya adalah Apabila nilai dari t hitung ≤ t tabel atau sig.
(4-1,82291) sama dengan 2,17709. Artinya ≥ 0,05, Ho diterima
data tidak ada gejala autokorelasi karena Apabila nilai dari t hitung > t tabel atau sig.
nilai Durbin Watson yaitu 2,117 berada < 0,05, Ho ditolak
diantaradu (1,82291) dan (4-du) (2,17709).

C2. UJI T
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah masing-masing variable bebas
yaitu Kemampuan Penggunaan Internet
Siswa (X1) dan Sosialisasi Konten Hoax
(X2) memiliki pengaruh terhadap Perilaku
Siswa dalam Menerima Informasi (Y).

154 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

Tabel 5 Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 18.887 1.737 10.874 .000
Kemampuan .335 .062 .316 5.438 .000 .585 1.708
Penggunaan
Internet
Siswa
Sosialisasi .376 .061 .361 6.212 .000 .585 1.708
Konten
HOAX
a. Dependent Variable: Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai C3. UJI F


sig dai masing-masing variable bebas yaitu Pengujian ini digunakan untuk
variable Penggunaan Internet Siswa (X1) mengetahui apakah variable Penggunaan
dan variable Sosialisasi Konten Hoax (X2) Internet Siswa (X1) dan Sosialisasi Konten
memiliki nilai Sig. sebesar ,000 dimana Hoax (X2) secara bersama-sama memiliki
nilai Sig. < 0,05, artinya Ho ditolak. Begitu pengaruh terhadap Perilaku Siswa dalam
juga dengan nilai dari t hitung, dimana Menerima Informasi (Y).
nilai t hitung dari variable Penggunaan
Ho : R = 0 : Tidak ada pengaruh
Internet Siswa (X1) adalah 5,348 dan nilai
Kemampuan Penggunaan Internet
t hitung dari variable Sosialisasi Konten
Siswa (X1) dan Sosialisasi Konten Hoax
Hoax (X2) adalah 6,212 sedangkan nilai
(X2) secara bersama-sama terhadap
t tabel adalah 1,967548. Maka t hitung
Perilaku Siswa dalam Menerima
Penggunaan Internet Siswa (X1) maupun
Informasi (Y).
t hitung Sosialisasi Konten Hoax (X2) > t
H1: R ≠ 0 : Ada pengaruh Kemampuan
tabel artinya Ho ditolak, Jadi berdasarkan
Penggunaan Internet Siswa (X1) dan
Uji T dapat diambil kesimpulan bahwa
Sosialisasi Konten Hoax (X2) secara
Ada pengaruh Kemampuan Penggunaan
bersama-sama terhadap Perilaku Siswa
Internet Siswa (X1) terhadap Perilaku
dalam Menerima Informasi (Y).
Siswa dalam Menerima Informasi (Y) dan
ada pengaruh Sosialisasi Konten Hoax (X2)
Pengambilan keputusan:
terhadap Perilaku Siswa dalam Menerima
Apabila nilai dari F hitung ≤ F tabel atau
Informasi (Y).
sig. ≥ 0,05, Ho diterima
Apabila nilai dari F hitung >F tabel atau sig.
< 0,05, Ho ditolak

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 155
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

Tabel 6 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2972.672 2 1486.336 95.380 .000a
Residual 4893.145 314 15.583
Total 7865.817 316
a. Predictors: (Constant), Sosialisasi Konten HOAX, Kemampuan Penggunaan
Internet Siswa
b. Dependent Variable: Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi

Dimana nilai dari a, b1 dan b2 dapat


Nilai dari F hitung adalah 95,380 dilihat pada tabel 5. Nilai a sebesar 18.887,
dan nilai Sig. adalah 0,000. Sedangkan nilai b1 nya adalah 0.335 dan nilai b2 nya
nilai dari F tabel adalah 3.024496. Dari adalah 0.376. Maka diperoleh persamaan :
data tersebut dapat dilihat bahwa nilai
F hitung > F tabel dan nilai Sig < 0,05, Y = 18.887 + 0.335X1 + 0.376X2
maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah Sedangkan pengaruh yang muncul
ada pengaruh Kemampuan Penggunaan dari Kemampuan Penggunaan Internet
Internet Siswa (X1) dan Sosialisasi Konten Siswa (X1) dan Sosialisasi Konten Hoax
Hoax (X2)secara bersama-sama terhadap (X2)secara bersama-sama terhadap Perilaku
Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi Siswa dalam Menerima Informasi (Y)
(Y). Pengaruh yang muncul bernilai positif sebesar 0.378 atau 37,8% dilihat dari R Square
artinya semakinbesar atau baik nilai dari X1 tabel 4. Artinya masih ada 62.2% variable
dan X2 secara besama-sama semakin baik bebas lainnya yang dapat mempengaruhi
pula nilai dari variable Y yang dihasilkan. perilaku siswa dalam menerima informasi,
Untuk meningkatkan perilaku siswa bisa dari faktor keluarga maupun dari
dalam menerima informasi maka langkah faktor pendidikan.
yang harus dilakukan adalah dengan
meningkatkan kemampuan siswa dalam
berinternet dan meningkatkan sosialisasi C4. KEMAMPUAN PENGGUNAAN
konten HOAX kepada para siswa. INTERNET SISWA
Persamaan regresei dari ketiga Hasil analaisis data dari 317 responden
variable diatas dituliskan sebagai berikut : yang terdiri dari 3 sekolah yaitu SMA,
Y = a + b1X1 + b2X2 SMK dan MA menunjukkan hasil bahwa
kemampuan penggunaan internet pada
siswa masuk dalam katagori bagus.

156 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

Tabel 7
Kemampuan Penggunaan Internet Siswa
Kemampuan SR R C T ST
Penggunaan
Internet Siswa
Pertanyaan 1 4 25(7.9%) 60(18.9%) 169(53.3%) 59(18.6)
(1.3%)
Pertanyaan 2 3 18 12 (3.8%) 134 150
(0.9%) (5.7%) (42.3%) (47.3%)
Pertanyaan 3 12 27 24 (7.6%) 131 123
(3.8%) (8.5%) (41.3%) (38.8%)
Pertanyaan 4 7 37 68 150 55
(2.2%) (11.7%) (21.5%) (47.3%) (17.4%)
Pertanyaan 5 8 25 47 152 85
(2.5%) (7.9%) (14.8%) (47.9%) (26.8%)
Pertanyaan 6 5 16 34 177 85
(1.6%) (5%) (10.7%) (55.8%) (26.8%)
Pertanyaan 7 5 34 86 139 53
(1.6%) (10.7%) (27.1%) (43.8%) (16.7%)
Pertanyaan 8 14 29 77 147 50
(4.4%) (9.1%) (24.3%) (46.4%) (15.8%)
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, C = Cukup, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi

Dari data tabel 7 menunjukkan bahwa C5. SOSIALISASI KONTEN HOAX


kemampuan siswa dalam mengakses
Sosialisasi yang dilakukan oleh
internet tinggi dan sangat tinggi. Para
berbagai pihak khususnys pemerintah baik
siswa sudah mengetahui bagaimana cara
melalui media social, internet maupun
mengakses internet baik untuk chatting,
melalui media massa cetak dan elektronik,
berselancar di media sosial, membagikan
menurut pandanganan siswa SMA/SMK/
informasi atau berita terkait covid kepada
MA adalah sebagai berikut :
orang lain. Ini sejalan dengan data
yang disajikan oleh We Are Sosial yang
menyatakan bahwa 175,4 Juta masyarakat
Indonesia menggunakan internet. Begitu
juga dengan siswa SMA/SMK/MA di
Kabupaten Tegal yang sebagian besar
mampu mengakses internet baik untuk
dirinya maupun untuk membagikan
informasi kepada orang lain.

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 157
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

Tabel 8
Sosialisasi Konten Hoax
Sosialisasi Konten Hoax SR R C T ST
Pertanyaan 9 8 18 46 148 97
(2.5%) (5.7%) (14.5%) (46.7%) (30.6%)
Pertanyaan 10 2 11 32 156 116
(0.6%) (3.5%) (10.1%) (49.2%) (36.6%)
Pertanyaan 11 4 7 20 161 125
(1.3%) (2.2%) (6.3%) (50.8%) (39.4%)
Pertanyaan 12 4 12 66 166 69
(1.3%) (3.8%) (20.8%) (52.4%) (21.8%)
Pertanyaan 13 7 12 69 164 65
(2.2%) (3.8%) (21.8%) (51.7%) (20.5%)
Pertanyaan 14 11 26 78 146 56
(3.5%) (8.2%) (24.6%) (46.1%) (17.7%)
Pertanyaan 15 10 15 74 159 59
(3.2%) (4.7%) (23.3%) (50.2%) (18.6%)
Pertanyaan 16 8 12 75 164 58
(2.5%) (3.8%) (23.7%) (51.7%) (18.3%)
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, C = Cukup, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi

cukup signifikan dalam mengubah sikap


Dari data di atas menunjukkan seseorang. Memberikan pelatihan literasi
bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh secara terus-menerus juga menjadi sesuatu
berbagai pihak mengenai bahaya hoax hal yang penting, karena dengan adanya
sudah cukup diketahui dengan baik literasi media dapat menjadi kontrol
oleh siswa. Siswa menganggap pesan terhadap pesan yang diterima (Juliswara,
yang selama ini dikampanyekan selain 2017).
sering didengar maupun dilihat ternyata
pesannya itu mudah dipahami, informatif
dan tampilannya juga menarik baik secara C6. PERILAKU SISWA DALAM
audio maupun visual. Ini menjadi indikator
MENERIMA INFORMASI
baik karena intensitas sangat memiliki
pengaruh dalam memberikan perubahan Pada aspek ini akan membahas
sikap (Sriwijayanti, 2019). perilaku siswa dalam menerima informasi.
Aspek tersebut mulai dari aspek kognitif
Selain itu kualitas dari sebuah
(pengetahuan), afektif (sikap) dan
argumen dan kredibilitas dari sesorang
behavioral (perilaku).
yang menyampaikan pesan menjadi
seusatu hal yang penting (Widiastuti,
2017). Senada dengan penelitian yang
dilakukan (Dyatmika dan Afnan, 2018)
bahwa intensitas pesan, tampilan pesan,
isi pesan dalam sebuah kampanye sosial
atau sosialisasi memiliki pengaruh yang

158 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

Tabel 9
Perilaku Siswa dalam Menerima Informasi
Perilaku Siswa dalam SR R C T ST
Menerima Informasi
Kognitif
Pertanyaan 17 7 16 35 172 87
(2.2%) (5%) (11%) (54.3%) (27.4%)
Pertanyaan 18 6 15 98 136 62
(1.9%) (4.7%) (30.9%) (42.9%) (19.6%)
Pertanyaan 19 4 5 23 126 159
(1.3%) (1.6%) (7.3%) (39.7%) (50.2%)
Pertanyaan 20 13(4.1 43 147 79(24.9 35(11%
%) (13.6%) (46.4%) %) )
Afektif
Pertanyaan 21 5(1.6 3(0.9% 9 78 222(70
%) ) (2.8%) (24.6%) %)
Pertanyaan 22 2 4(1.3% 16 119(37. 176
(0.6%) ) (5%) 5%) (55.5%)
Behavioral
Pertanyaan 23 5 9 32 151 120(37.
(1.6%) (2.8%) (10.1%) (47.6%) 9%)
Pertanyaan 24 10(3.2 12(3.8 20 126 149(47
%) %) (6.3%) (39.7%) %)
Pertanyaan 25 3 3 33 164 114
(0.9%) (0.9%) (10.4%) (51.7%) (36%)
Pertanyaan 26 138(43.5 99(31.2% 50 18 12
%) ) (15.8%) (5.7%) (3.8%)
Pertanyaan 27 19 53 143(45, 83 19
(6%) (16.7%) 1%) (26.2%) (6%)
Pertanyaan 28 4 7 26 135 145
(1.3%) (2.2%) (8.2%) (42.6%) (45.7%)
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, C = Cukup, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi

berbahaya, karene menurut (Chumairoh,


Berdasarkan data di atas tingkat
2020) salah satu factor seseorang percaya
kognisi siswa dalam hal ini pengetahuan
berita atau informasi hoax karena minimnya
siswa mengenai bahaya berita atau informasi
pengetahuan. Akan tetapi yang menjadi
hoax, mana berita hoax mana berita yang
catatan dari temuan penelitian ini adalah
benar sudah baik dan sangat baik. Siswa
pengetahuan dari siswa dalam melaporkan
juga mengetahui bahwa menyebarkan hoax
berika yang terindikasi hoax. Masih
dapat terkena punishment berupa hukuman
banyak siswa yang ragu dan tidak tahu
pidana. Meskipun saat ini informasi hoax
bagaimana cara melaoporkan jika mereka
kelihatan seperti informasi yang benar
mendapatkan berita atau informasi yang
(Majid, 2019), tetapi kognisi siswa atau
terindikasi hoax. Sebanyak 147 siswa atau
pengetahuan siswa sudah bisa membedakan.
(46,4%) ada dipertanyaan 20, siswa masih
Jika tidak memiliki pengetahuan tentu akan
ragu dan cenderung tidak mengetahui

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 159
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

bagaimana cara melaporkan berita yang dan terus-menerus dapat memberikan


terindikasi hoax. perubahan sikap seseorang (Dyatmika, dan
Aspek afektif (sikap) sebagian besar Afnan, 2018). Ada perubahan sikap dan
siswa memiliki sikap sangat setuju bahwa perilaku apabila seseorang sering diberikan
menyebarkan berita atau informasi hoax pengetahuan ataupun informasi mengenai
adalah sebuah perbuatan yang sangat cara melaporkan berita atau informasi yang
tercela. Selain itu, mereka juga memiliki terindikasi hoax.
sikap sangat setuju siapapun yang membuat Teori Elaboration Likelihood Model
berita atau informasi hoax harus dihukum karya Ricard Pety ini menyatakan bahwa
sesuai dengan proses hokum yang berlaku. seseorang dalam menerima informasi
Sedangkan aspek behavioral sebagian menggunakan dua jalur yaitu jalur sentral
besar siswa menolak jika mereka menerima dan jalur peripheral atau jalur pinggir.
berita hoax, siswa juga selalu melakukan Pada saat seseorang menerima informasi
cek dan ricek terkait berita atau informasi dengan menggunakan jalur sentral, maka
yang diterimanya sebelum disebarkan yang bersangkutan akan lebih hati-hati
kepada orang lain. Mereka tidak akan dalam menerima informasi tersebut. Ada
membagikan berita atau informasi yang dua faktor yang membuat seseorang
belum tentu kebenarannya kepada orang menggunakan jalur sentral dalam
lain. Mereka juga akan menkonfirmasi dan menerima informasi yaitu motivasi dan
menarik informasi yang sudah terlanjur kemampuan seseorang dalam mengolah
diberikan kepada orang lain kalau ternyata informasi tersebut (Morrisan, 2013). Dalam
berita atau informasi tersebut tidak benar penelitian di atas kemampuan siswa dalam
atau mengandung unsur hoax. Menjadi mengolah informasi yang diperoleh sudah
catatan utama dalam penelitian ini adalah sangat baik. Siswa dapat mengetahui mana
siswa masih ragu untuk melaporkan berita atau informasi yang terindikasi hoax
berita atau informasi yang terindikasi dan mana yang bukan, siswa juga memiliki
hoax (pertanyaan 27) ada sekitar 143 siswa pengetahun untuk tidak menyebarkan
atau 45,1%. Sebagian besar dari siswa informasi hoax, mereka selalu cek dan
lebih cenderung mendiamkan berita atau ricek berita atau informasi terlebih dahulu
informasi tersebut (tidak melaporkan dan sebelum disebarkan jika ada indikasi hoax.
tidak pula menyebarkan informasi tersebut). Akan tetapi pada tingkatan motivasi masih
Masih banyak siswa yang masih belum belum optimal.
mengetahui bagaimana cara melaporkan Menurut (Morrisan, 2013) ada tiga
berita atau informasi hoax, maka secara faktor yang memepengaruhi motivasi
otomatis mereka juga tidak melaporkan keterlibatan, keberagaman argument dan
berita atau informasi yang terindikasi hoax. pribadi. Keterlibatan disini adalah isu yang
Penting selalu menginformasikan kepada diperoleh jika tidak ada hubungan dengan
masyarakat bagaimanya cara melaporkan dirinya tidak ada reward maupun punishment
berita atau informasi yang terindikasi hoax, bagi dirinya, maka seseorang akan lebih
karena pemberian informasi secara masif cenderung acuh dan membiarkan informasi

160 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

atau berita yang diperolehnya berlalu D. SIMPULAN


begitu saja. Akan tetapi jika ada sangkut Berdasarkan penelitian dan analisis
paut dengan yang bersangkutan, maka yang sudah dilakukan dapat diambil
kecenderungan untuk memperhatikan sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh
berita atau informasi cenderung tinggi. Kemampuan Penggunaan Internet Siswa
Keterlibatan memiliki korelasi yang cukup (X1) dan Sosialisasi Konten Hoax (X2)secara
signifikan (Nurrahmi, 2017). Kedua adalah bersama-sama terhadap Perilaku Siswa
keberagaman argument, semakin banyak dalam Menerima Informasi (Y). Adapun
argument mengenai suatu isu, maka besarnya pengaruh yang ditimbulkan
seseorang akan berpikir kritis dan mencari adalah 37,8% dan masih ada faktor lain
tahu kebenaran dari sebuah isu tersebut. atau variabel lain sebesar 62,2% yang dapat
Terakhir adalah pribadi seseorang ada memberikan pengaruh terhadap perilaku
beberapa orang yang selalu berpikir kritis siswa dalam menerima informasi.
terhadap suatu isu ada pula orang yang
acuh dan cuek terhadap sebuah isu. Siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten
Tegal sebagian besar memiliki kemampuan
Itulah kenapa sebuah stimulus sangat dalam mengoperasikan internet baik dalam
penting diberikan kepada seseorang menerima informasi maupun membagikan
agar mereka lebih kritis dalam menerima informasi melalui chatting dan juga media
informasi atau berita dan ada kemauan untuk sosial. Siswa juga sering memperoleh
melaporkan berita atau informasi apabila informasi atau sosialisasi mengenai bahaya
terindikasi hoax. Salah satu caranyanya hoax dan konsekuensi menyebarkan berita
adalah dengan memberikan reward kepada atau informasi hoax. Mereka menganggap
pelapor hoax. Karena yang terjadi saat bahwa informasi atau sosialisasi mengenai
ini pemerintah hanya mengedepankan konten hoax sudah menarik dan dapat
punishment kepada penyebar dan pembuat dipahami dengan baik.
informasi atau berita hoax, tetapi jarang
sekali memberikan reward terutama Penelitian ini memiliki penemuan
bagi orang yang melaporkan berita atau baru yaitu sebagian besar siswa tidak tahu
informasi hoax. cara melaporkan berita atau informasi
yang terindikasi hoax. Karena kurangnya
Padahal jika seseorang mau pengetahuan ini maka mereka tidak
melaporkan berita atau informasi hoax melakukan apa-apa apabila menerima
lebih cepat, maka secara otomasi berita berita atau informasi yang terindikasi hoax.
atau informasi yang terindikasi hoax dapat Padahal jika mereka tahu bagaimana cara
terhenti dengan lebih cepat dan tidak akan melaporkannya dan mau melaporkannya
menyebar kepada lebih banyak orang. berita yang terindikasi hoax, maka
penyebaran dari berita atau informasi yang
terindikasi hoax bisa dibendung dengan
segera dan tidak menyebar secara luas. Ini
yang perlu menjadi catatan bagi seluruh
stakeholder agar lebih mempermudah akses

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 161
Teddy Dyatmika, Syamsul Bakhri, M. Rikzam Kamal

dalam pelaporan berita atau infromasi yang DAFTAR PUSTAKA


terindikasi hoax.
Agustina, d. Peleburan realitas nyata dan
Selain itu motivasi siswa untuk maya: hoax menjadi budaya konsumstif
melaporkan berita atau informasi yang masyarakat global.
terindikasi hoax juga kecil, karena selain
Beranda | Satgas Penanganan COVID-19.
tidak tahu cara melaporkannya juga
(n.d.). Retrieved November 3, 2020,
tidak ada reward yang mereka terima jika from https://covid19.go.id/
melaporkan berita atau informasi yang
Chumairoh, H. (2020). Ancaman Berita
terindikasi hoax. Selama ini yang muncul
Bohong di Tengah Pandemi
hanyalah punishment bagi seseorang
Covid-19. Vox Populi, 3(1), 22-30.
yang membuat atau menyebarkan berita
informasi hoax. Data Kominfo: Berita Hoaks soal Virus
Corona Berjumlah 1.016—Cek Fakta
Sedangkan reward tidak pernah Liputan6.com. (n.d.). Retrieved
digaungkan dengan masif bagi pelaor November 3, 2020, from https://
berita atau informasi hoax. Semakin cepat www.liputan6.com/cek-fakta/
berita atau informasi yang terindikasi read/4360418/data-kominfo-
hoax dilaporkan maka semakin cepat pula berita-hoaks-soal-virus-corona-
antisipasi persebaran berita atau informasi berjumlah-1016
tersebut. Data Peserta Didik Kab. Tegal—
Dapodikdasmen. (n.d.). Retrieved
November 3, 2020, from https://
dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/
pd/2/032800
Data SMA dan SMK Kab. Tegal | Universitas
Muhammadiyah Malang. (n.d.).
Retrieved November 3, 2020, from
http://www.umm.ac.id/id/pages/
jawa-tengah/data-sma-dan-smk-
kab-tegal.html
Dyatmika, T., & Afnan, D. (2018). Scrap
Poster sebagai Media Kampanye
Sosial Anti Narkoba di SMA Negeri
Cirebon. Jurnal Kajian Media, 2(1).
Dyatmika, T., & Afnan, D. (2018). Efektivitas
Poster Kampanye Sosial Safety
Riding dari Limbah Kain Batik untuk
Mengubah Perilaku Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah
Cirebon dalam Berkendara. An-Nida:
Jurnal Komunikasi Islam, 10(2).

162 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kemampuan Siswa dalam Menerima Informasi Hoax Covid 19

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat Literasi Media Untuk Mengantisipasi


Dengan Program IBM SPSS 19. Badan Berita Palsu (Hoax) Di Media Sosial
Penerbit Universitas Diponegoro. Bagi Masyarakat Pulau Tidung
Griffin, E.M.(2010). A First Look at Kepulauan Seribu. Sarwahita, 16(01),
Communication Theory.8th edition. 68-74.
Boston:McGraw Hill. Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet
Juditha, C. (2018). Interaksi Komunikasi di Indonesia. (n.d.). Retrieved
Hoax di Media Sosial serta November 3, 2020, from https://inet.
Antisipasinya Hoax Communication detik.com/cyberlife/d-4907674/
Interactivity in Social Media and riset-ada-1752-juta-pengguna-
Anticipation. Jurnal Pekommas, 3(1), internet-di-indonesia
31-44. Siswoko, K. H. (2017). Kebijakan Pemerintah
Juliswara, V. (2017). Mengembangkan model Menangkal Penyebaran Berita Palsu
literasi media yang berkebhinnekaan atau ‘Hoax’. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
dalam menganalisis informasi berita Humaniora, dan Seni, 1(1), 13-19.
palsu (hoax) di media sosial. Jurnal Sriwijayanti, A. R. (2019). Hubungan antara
Pemikiran Sosiologi, 4(2), 142-164. Tayangan Iklan Kampanye Capres di
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Media TV dengan Sikap Pemilih Pemula.
(n.d.). Retrieved November 3, Widiastuti, T. W. (2017). Analisis
2020, from https://kominfo.go.id/ Elaboration Likelihood Model dalam
content/detail/10858/kominfo- Pembentukan Personal Branding di
masyarakat-perlu-literasi-media- Twitter. Jurnal ASPIKOM, 3(3), 588-
sosial/0/sorotan_media 603.
Majid, A. (2019). Fenomena Penyebaran Hoax
dan Literasi Bermedia Sosial Lembaga
Mahasiswa Universitas Muslim
Indonesia.
Megasari, p. (2020). Kebijakan Pemerintah
Surabaya dalam Menangani Berita
Hoax (Studi Kasus di Kota Surabaya).
Al imarah: Jurnal Pemerintahan dan
Politik Islam, 5(1), 67-83.
Morrisan. (2013). Teori Komunikasi : Individu
Hingga Massa . Jakarta : Kencana
Nurrahmi, F. (2017). Pengaruh Terpaan
Media dan Sosialisasi Politik melalui
Primary Groups terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Pemilih.
Jurnal Komunikasi Global, 6(1), 39-55.
Rahmawati, A., & Krisanjaya, K. (2019).

ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2020 163

You might also like