Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

INTERPRETASI DATA ANALISIS TANAH LONGSOR BALIKPAPAN

2014-2018
Nama: Johana Ketin Destya Lisa (1904004),Ruben Daniel H.N (1904008), Naufal
Ubaidillah (1904017), Reta Andila.N (1904025), Adhitia Fadel Rahman (1904030)

Abstract
Landslides occur due to the movement of rock masses or soil masses of various
types and types. Landslides have an impact on the physical and socio-cultural
environment. In Balikpapan, data on landslides from 2014-2018 are relatively
diverse. in 2014 it reached 24,533 m3 area, 2015 reached 24053 m3 area, in 2016
reached 25,374 m3 area, in 2017 reached 25,780 m3 area and in 2018 reached
2,6171 m3 area. Where Mean = 38.75 is obtained from the average number of
landslide events, Standard Error = 12.18862174 is obtained from the mean error
mean, Median = 34 the middle value of the data is sorted from largest to smallest,
Mode = # N / A which means no There is a mode of occurrence, Standard Deviation
= 24.37724349 where the greater the deviation the more varied the average value,
Sample Variance = 594.25 is also called the standard error of the average of all
events, Kurtosis = -1.616466456 describes peakedness if the kurtosis is above 3
while the flatness of the cortosis is below 3 from the landslide event data above the
kurtosis is below 3 or called flatness, Range = 53 is obtained from the maximum-
minimum value, Minimum = 17, Maximum = 70, Sum = 155, Count = 4 obtained from
the amount of landslide data. This research is in the city of Balikpapan, East
Kalimantan, which this study uses the method of landslide data analysis where the
data obtained will be processed based on a few meters such as the area of the
landslide. As we know Balikpapan is a swampy and hilly area, therefore it is prone to
landslides, and therefore we took data from Balikpapan.
Keywords: Research, method, disaster, landslide

Abstrak
Bencana tanah longsor terjadi akibat pergerakan masa batuan atau masa tanah
dengan berbagai tipe dan jenis . Bencana tanah longsor berdampak pada
lingkungan fisik dan juga sosial budaya, di Balikpapan data-data tanah longsor
tercatat dari 2014-2018 relatif beragam . pada tahun 2014 mencapai 24.533 luas
daerah m3, tahun 2015 mencapai 24053 luas daerah m3, tahun 2016 mencapai
25.374 luas daerah m3, tahun 2017 mencapai 25.780 luas daerah m3 dan pada
tahun 2018 mencapai 2.6171 luas daerah m3 . Dimana Mean =38.75 di dapat dari
jumalah rata-rata kejadian longsor,Standard Error=12.18862174 di dapat dari rata-
rata error mean, Median=34 nilai tengah dari data diurutkan dari yang terbesar
sampai terkecil ,Mode=#N/A yang berarti tidak terdapat mode pada kejadian,
Standard Deviation=24.37724349 dimana semakin besar deviationnya semakin
semakin bervariasi nilai rata-ratanya, Sample Variance=594.25 di sebut juga dengan
standarad error dari rata-rata seluruh kejadian, Kurtosis=-1.616466456
menggambarkan keruncingan (peakedness) jika kurtosisnya diatas 3 sedangkan
flatness (kerataan) kortosisnya di bawah 3 dari data kejadian longsor di atas
kurtosisnya dibawah 3 atau di sebut flatness, Range=53 di dapat dari nilai
maksimum-nilai minimum, Minimum=17, Maximum= 70, Sum=155, Count=4 didapat
dari jumlah data longsor.. Penelitian ini diwilayah kota Balikpapan provinsi
Kalimantan Timur yang penelitian ini menggunakan metode analisis data longsor
yang dimana data yang di peroleh akan di olah berdasarkan beberapa para meter
seperti luas daerah terjadinya longsor. Seperti yang kita ketahui Balikpapan
merupakan daerah berawa dan berbukit oleh karna itu rawan terjadi tanah longsor ,
dan oleh sebab itu kami mengambil data di Balikpapan
Kata Kunci : Penelitian , metode ,bencana , tanah longsor

PENDAHULUAN struktur berbukit dan berawa yang


mengakibatkan daerah-daerah
Bencana tanah lonsor atau tersebut rawan longsor dan tak juga
gerakan tanah merupakan kejadian memakan korban jiwa .
alam yang terjadi akibat proses
perpindahan masa batuan(tanah) Tak hanya data-data tanah longsor
akibat gaya berat (gravitasi). Tanah saja yang kita ambil tetapi data curah
lonsor terjadi karena kondisi tektonik hujan sebagai patokan sebab akibat
diIndonesia yang membentuk dari terjadinya tanah longor . data
morfologi tinggi patahan batuan curah hujan yang kita ambli dua belas
vulakanik yang mudah rapuh ditunjang bulan pada tahun 2014 sampai
dengan iklim diIndonesia yang berupa dengan 2018
tropis. Luas daerah adalah memperkirakan
Balikpapan merupakan daerah dengan daerah potensi tanah longsor yang
morfologi berupa pembuktian terjadi disetiap daerah yang rawan
bergelombang, dimana kondisi longsor dalam seluruh wilayah yang
hidrogeologi sebagian daerah terjadi setiap tahun seperti yang terjadi
penurupan (discharge area), yang pada tahun 2014 mencapai 24.533
dicirikan oleh exfilltrasi berupa mata air luas daerah m3, tahun 2015 mencapai
yang keluar pada beberapa muka air 24053 luas daerah m3, tahun 2016
tanah yang terpotong oleh lereng mencapai 25.374 luas daerah m 3,
(Totok Sulistyo 2013). tahun

Data BMKG Balikpapan perkecamatan 2017 mencapai 25.780 luas daerah m 3


pada tahun 2014 sampai dengan 2018 dan pada tahun 2018 mencapai
yang terdapat di beberapa wilayah 2.6171 luas daerah m3.
seperti Balikpapan selatan, Balikpapan Curah hujan merupakan ketinggian air
kota, Balikpapan timur, Balikpapan hujan yang terkumpul dalam tempat
utara, Balikpapan tengah, Balikpapan yang datar, tidak menguap, tidak
barat, kota Balikpapan. Data diambil meresap, dan tidak mengalir.Curah
dari 2014 sampai dengan 2018 yang hujan yang memicu terjadinya tanah
meliputi daerah-daerah yang memiliki longsor anatar 101 sampai 298 mm
yang berkisar dalam waktu 2 hari pengaturan dan penataan kawasan
dengan maksimum berkisar 41 rawan bencana
mm/jam hingga 79 mm/jam.
Deskripsi data merupakan analisis
Tabel 1. Luas daerah
yang di gunakan untuk
mmendeskripsikan kuantitatif data
yang berdasarkan beberapa factor
yang terjadi seperti waktu terjadinya
longsor beserta jam terjadinya, Luas KEPADATAN (JIWA/KM2)
KECAMATA Wilaya
beberapa korban jiwa, warga yang 201 201
N h 2016 2017 2018
mengungsi serta rumah dan 4 5
(KM2)
infrastruktur yang rusak. Balikpapan
37,82
321 327
3328 3381 3433
Selatan 7 2
Balikpapan 843 858
10,22 8,730 8871 9006
Kota 9 5
METODE PENELITIAN Balikpapan
137,16 479 486 494 502 510
Timur
Penelitian yang dilakukan Balikpapan 100 102
132,16 1.044 1061 1077
diwilayah kota Balikpapan provinsi Utara 8 6
Kalimantan Timur ini menggunakan Balikpapan 969 986 1002 1018 1033
11,08
Tenggah 5 1 5 4 7
metode analisis data longsor yang Balikpapan
179,95 505 513 522 530 538
dimana data yang di peroleh akan di Barat
olah berdasarkan beberapa para Kota 119 121
508,39 1231 1251 1270
Balikpapan 0 0
meter seperti luas daerah terjadinya
longsor, posis kejadian longsor yang
terjadi pertahun, curah hujan yang
terjadi perhari, posisi kejadian longsor Tabel 2. Jumlah Kejadian Dan Curah
Hujan
(frekuensi), deskripsi setempat yang
dimana terdapat waktu tejadinya,
Jumlah Jumlah Curah
berapa korban jiwa, yang mengalami Kejadian Hujan
luka-luka, penderita penyakit tertentu 8 233705.6
atau penyakit serius, warga yang yang 46 304121.1
mengungsi, kerusakan rumah serta 22 491127
infra struktur bagunan. 70 385722
17 405899.5
Menurut permendrgri no. 33 tahun
2006 ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam upaya mitigasi Metode Spasial
bencana, diantaranya: 1) penyediaan Metode spasial yang
informasi dan peta kawasan rentan merupakan metode analisis untuk
bencana untuk setiap jenis bencana, mendapatkan informasi pengamatan
2) sosialisasi untuk meningkatkan yang di pengaruhi oleh efek ruang
kewaspadaan dan kesadaran atau lokasi. Analisis spasial juga
masyarakat dalam menghadapi merupakan metode sistematis dengan
bencana, 3)memahami apa yang memperoleh nilai dari sebuah data
dilakukan dan dihindari, serta dengan ngacu pada system koordinat
mengetahui cara penyelamatan diri geografis.Teknik ini dapat
jika terjadi bencana, dan 40
mengekstrakan serta menciptakan dapat dari rata-rata error mean,
informasi baru dari firtur geografis. Median=34 nilai tengah dari data
diurutkan dari yang terbesar sampai
Analisis spasial terkecil ,Mode=#N/A yang berarti tidak
menggambarkan referensi geografis terdapat mode pada kejadian, Standard
suatu peta dimana terjadinya suatu Deviation=24.37724349 dimana semakin
kejadian berdasarkan peta.Analisis besar deviationnya semakin semakin
yang dilakukan untuk memperoleh bervariasi nilai rata-ratanya, Sample
informasi dari gabungan data-data Variance=594.25 di sebut juga dengan
atau parameter yang dapat di ketahui standarad error dari rata-rata seluruh
kejadian, Kurtosis=-1.616466456
akar permasalahannya.Proses analisis
menggambarkan keruncingan
menggunakan software arcGIS (peakedness) jika kurtosisnya diatas 3
sedangkan flatness (kerataan) kortosisnya
di bawah 3 dari data kejadian longsor di
Analisis dan Interpretasi Data atas kurtosisnya dibawah 3 atau di sebut
flatness, Range=53 di dapat dari nilai
Analisis dan interpretasi yang maksimum-nilai minimum, Minimum=17,
dilakukan yaitu menginterpretasikan Maximum= 70, Sum=155, Count=4
data kejadian dan curah hujan. didapat dari jumlah data longsor.

Tabel 3. Deskripsi Kejadian Longsor Tabel 5. Interval Kejadian longsor

Kejadian kelas interval frekuensi


8-28.67
1 3
Mean 38.75
2 28.68-50.34 1
Standard Error 12.18862174
3 28.68-50.34 1
Median 34
Mode #N/A
Standard Deviation 24.37724349 Gambar 1. Histogram kajadian longsor
Sample Variance 594.25
-
Kurtosis 1.616466456
kejadian
Skewness 0.732198015 3.5
3
Range 53 2.5
Minimum 17 2
1.5
Maximum 70
1
Sum 155 0.5
Count 4 0
8-28.67 28.68-49.35 49.36-71.02

Pada table di atas di mana pada


Data ini deskripsi di atas di ambil dari data
interval pertama 8-28.67 terdapat 3 kali
kejadian longsor di Balikpapan pada tahun
kejadian longsor dalam waktu 5 tahun
2014-2018 yang mana kejadiannya
sedangkan pada interval 28.68-49.35 dan
diambil dari jumlah data kejadian longsor.
interval 49.36-71.02 terdapat 1 kali
Dimana Mean =38.75 di dapat dari kejadian longsor dalam waktu 5 tahun.
jumalah rata-rata kejadian
longsor,Standard Error=12.18862174 di
Y= 478.14.(50)+ 348528=23.907

Tabel 5.intervali curah hujan =23,907+ 34852


=56,435
frekuen
kelas interval si Y =478.14.(2)+ 348528=956.28
233705.6
- =956.28+348528
1 358463.7 2
358463.8 =349,484
-
Y =478.14.(10)+ 348528
2 483221.9 2
483222- =4,781.4+348528
3 607981 1
=348,532
Y =478.14.(15)+ 348528
2.5 Curah Hujan =7,172.7+348528
2 2
2
=348,535
1.5
1 Y =478.14.(25)+ 348528
1
0.5 =11,953.5+348528
0 =348,539
1 2 3
R² = 0.0149X100=1.49
Gambar 2. Histogram curah hujan

Pada table interval dan


frekuensi diatas pada interval pertama Interpretasi Correlation Coefficient
233705.6-358463.7 dan kedua diaman
Dari gambar diagram di atas dapat
358463.8-483221.9 curah hujan yang
diketahui bahwa jumlah kejadian dan
terjadi selama 2 bulan dalam 5 tahun
curah hujan longsor di Balikpapan tahun
sedangakan pada interval ketiga diaman
2015-2018 dimana (x) merupakan jumlah
curah hujan 483222-607981 terjadi dalam
curah hujan sedangkan (y) nya kejadian
1 bulan selama 5 tahun.
yang jumlah kejadian paling tinggi 500000
Perhitungan Scatter Plot ( Diagram pada curah hujan 20 sedang paling
Pencar) rendah pada kejadian 200000 dengan
jumlah curah hujan 15 pertahun.Dimana
pada diagram diatas pada kejadian
Kejadian longsor dengan kedalaman 400000
Jumlah Kejadian

600000 terdapat 20 jumlah curah hujan,


400000
f(x) = 478.138539697542 x + 348527.72360586
200000
R² = 0.0149035166602713
0
Series2 kejadian longsor 300000 kedalaman
Linear (Series2) jumlah curah hujan 45, 400000 kedalaman
0 00
1 kejadian longsor dengan 70 jumlah curah
Jumlah Curah Hujan hujan.jadi dapat di simpulkan bahwa
curjumlah kedalaman longsor yang paling
dalam terdapat pada 500000 saedangkan
Perhitungan: paling rendah terdapat pada 200000 serta
jumlah curah hujan paling tinggi terdapat
20 pertahun sdangakan paling rendah 10 Hasil Dan Pembahasan
pertahun.
Nilai R2 diatas didapat dari R² =
0.0149X100=1.49 yang dimana nilai x dan Indentifikasi kerjadian curah
y nya di dapat dari curah hujan dan hujan terus menerus yang
kejadian longsor selama 5 tahun yang mengakibatkan longsor diwilayah kota
dimana data curah hujan yang tertinggi Balikpapan provinsi Kalimantan Timur
pada 55 kejadian. yang menggunakan metode spasial.
Analisis Data Spasial (Contur) Dengan model ini kita dapat
menegtahui kejadian lonsor di kota
Balikpapan.
luas
kejadian curah hujan wilayah
233705.6 8 24533
3041211 46 24593
491127 22 24331.044
385722 70 25780
405899.5 17 26171

Berdasarkan grafik kontur yang


diatas bahwa kejadian longsor
berdasarkan parameter-parameter yang
digunakan, yaitu kejadian, curah hujan,
dan luas wilayah untuk data kejadian
meliputi 233705.6 , 3041211 , 491127 ,
385722 , 405899.5 . untuk data curah
hujan meliputi 8 , 46 , 22 , 70 , 17 , dan
untuk luas wilayah 24533 , 245933 ,
24331.044 , 25780 , 26171 . untuk
kejadian paling tinggi 500000 pada curah
hujan 20 sedabgkan paling rendah
200000 dengan jumlah curah hujan 15
pertahun.

Gambar 3 conture surfer


Dari data diagram di atas dimana KESIMPULAN
persebaran nilai kematangannya
1. Balikpapan merupakan daerah
berdasarkan nilai Tmax dan Ro yang
dengan morfologi berupa
dimana posisi parameter kedalamanya
pembuktian bergelombang,
berada pada 50000 kedalaman
dimana kondisi hidrogeologi
longsor yang terjadi pada 5 tahun
sebagian daerah penurupan
dengan tingkat kedalaman yang cukup
(discharge area), yang dicirikan
sering terjadi. Faktor yang di
oleh exfilltrasi berupa mata air
pengaruhi yaitu akibat dari kemiringan
yang keluar pada beberapa
lereng bataun dan tanah serta iklim
muka air tanah yang terpotong
/curah hujan .
oleh lereng (Totok Sulistyo dengan 70 jumlah curah hujan.jadi
2013). dapat di simpulkan bahwa
curjumlah kedalaman longsor yang
paling dalam terdapat pada
500000 saedangkan paling rendah
2. Luas daerah adalah
terdapat pada 200000 serta jumlah
memperkirakan daerah potensi curah hujan paling tinggi terdapat
tanah longsor yang terjadi 20 pertahun sdangakan paling
disetiap daerah yang rawan rendah 10 pertahun.
longsor dalam seluruh wilayah
yang terjadi setiap tahun seperti
yang terjadi pada tahun 2014 5. Nilai R2 diatas didapat dari R² =
mencapai 24.533 luas daerah 0.0149X100=1.49 yang dimana
m3, tahun 2015 mencapai nilai x dan y nya di dapat dari
24053 luas daerah m3, tahun curah hujan dan kejadian longsor
2016 mencapai 25.374 luas selama 5 tahun yang dimana data
daerah m 3, tahun 2017 curah hujan yang tertinggi pada 55
mencapai 25.780 luas daerah kejadian.
m3 dan pada tahun 2018
mencapai 2.6171 luas daerah
6. kejadian longsor berdasarkan
m3 .
parameter-parameter yang
digunakan, yaitu kejadian, curah
hujan, dan luas wilayah untuk data
3. Metode spasial yang kejadian meliputi 233705.6 ,
merupakan metode analisis 3041211 , 491127 , 385722 ,
untuk mendapatkan informasi 405899.5 . untuk data curah hujan
pengamatan yang di pengaruhi meliputi 8 , 46 , 22 , 70 , 17 , dan
oleh efek ruang atau lokasi. untuk luas wilayah 24533 , 245933
, 24331.044 , 25780 , 26171 .
untuk kejadian paling tinggi
500000 pada curah hujan 20
4. Dari gambar diagram Interpretasi
sedabgkan paling rendah 200000
Correlation Coefficient dapat
dengan jumlah curah hujan 15
diketahui bahwa jumlah kejadian
pertahun.
dan curah hujan longsor di
Balikpapan tahun 2015-2018
dimana (x) merupakan jumlah
curah hujan sedangkan (y) nya
kejadian yang jumlah kejadian
paling tinggi 500000 pada curah
hujan 20 sedang paling rendah
pada kejadian 200000 dengan Daftar Pustaka
jumlah curah hujan 15
pertahun.Dimana pada diagram Pranatasari Dyah Susanti , Arina
pada kejadian longsor dengan Miardini, dan Beny Harjadi, Analisi
kedalaman 400000 terdapat 20 Kerentanan Tanah Longsor Sebagai
jumlah curah hujan, kejadian Dasar Mitigasi DI Kabupaten
longsor 300000 kedalaman jumlah Banjarnegara
curah hujan 45, 400000
kedalaman kejadian longsor
Kuswaji Dwi Priyono dan Restu Dagi
Utami, Analisis Spasial Tingakt
Bahaya Longsor Lahan di
Kecematan Kemalang Kabupaten
Klaten
Analisi Bencana Tanah Longsor di
Wilayah Jawa Tengah Ruli Andaru
dan Purnama Budi Santosa Janet
Blandina Tuwonaung , Pierre
H .Gosal dan Fella Warouw
Analisis Penyebab Kelongsoran
Retaining Wall Workshop PT . M H
B KM 13 Balikpapan Rizkyah
Isnaini,Totok Sulistyo, ST. M T ,
Chairil Anwar, SST
Penataan Kawasan Pasca Bencana
Tanah Longsor Di Puncak Pass,
Kecematan Cipanas, Kabupaten
Cianjur tanggal 28 maret 2018 Heru
Sri Naryanto , Firman
Prawiradisastra , Agus Kristijono

Analisis Kerentanan Tanah Longsor


Sebagai Mitigasi DiKabupaten
Banjarnegara Pranatasari Dyah
Susanti , Arina Miardini, Dan Beny
Harjadi

You might also like