Professional Documents
Culture Documents
CBR Iut
CBR Iut
CBR Iut
Dosen Pengampu :
Dr. Edo Barlian, S.T, MT.
Dody Taufik Sibuea, S.T, M.T .
Disusun Oleh :
Fimel Vadilla Nasution
5222550001
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran TUHAN Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Book Report ini yang tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Critical Book Report ini berisikan tentang informasi ilmu ukur tanah dengan membahas pokok
bahasan yang berjudul Alat Penyipat Datar dan Alat Ukur Sudut.
Penulis menyadari bahwa Critical Book Report ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan.
Akhir kata, penulis sampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Critical Book Report ini dari awal sampai akhir. Semoga TUHAN senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................4
C. Manfaat......................................................................................................................................4
D. Identitas Buku............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN BUKU UTAMA.......................................................................................................6
1. PENGUKURAN DENGAN ALAT PENYIPAT DATAR........................................................6
2. Pengukuran Dengan Alat Ukur Sudut......................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................................17
PEMBAHASAN.................................................................................................................................17
BAB IV...................................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran tanah merupakan salah satu seni paling tua dan terpenting yang
dipraktekkan manusia karena sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai
batas-batas dan pemetakan tanah. Secara tradisional pengukuran tanah merupakan ilmu
dan seni menentukan letak nisbi dari titik-titik di atas, pada dan di bawah permukaan
bumi, atau untuk menetapkan titik-titik semacam itu.
B. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu ilmu ukur tanah, apa saja alatnya, cara kerja pengukuran,
serta bagaimana penggunaan alat-alatnya.
C. Manfaat
Kita dapat mengetahui apa itu ilmu ukur tanah, alat-alat yang digunakan pada
pengukuran tanah, serta cara penggunaannya.
D. Identitas Buku
1. Buku Utama
2. Buku Pembanding
5
BAB II
PEMBAHASAN BUKU UTAMA
Cara di atas umumnya dapat dilakukan untuk menentukan dan menggambar profil
memanjang dan profi melintang.
Keterangan :
1. Lingkaran horizontal berskala
2. Skala pada lingkaran horizontal
3. Okuler teropong
4. Alat bidik dengan celah pejera
5. Cermin nivo
6. Sekrup penyetel fokus
7. Sekrup penggerak horizontal
8. Sekrup ungkit
9. Sekrup pendatar
6
10. Obyektif teropong
11. Nivo tabung
12. Nivo kotak
13. Kepala kaki tiga
Alat ini terdiri dari sebuah teropong dengan garis bidiknya (garis vizier) dapat dibuat
horizontal dengan sebuah nivo tabung. Untuk mencari sasaran sembarang sekeliling alat
penyipat datar, maka teropong dan niveau tabung dapat di putar pada sumbu pertama
yang dapat di atur pada 3 sekrup pendatar. Dengan sekrup penyetel fokus bayangan
rambu ukur dapat disetel tajam. Dengan sekrup penggerak horizontal bayangan dapat
disetel tajam. Cermin yang dapat diputar ke atas memungkinkan kita mengawasi nivo
tabung dari okuler teropong. Dalam keadaan tertutup cermin itu melindungi nivo
tabung.
1.2.1. Bagian-bagian alat penyipat datar
Ketelitian suatu alat penyipat datar dengan nivo tabung, tergantung dari kepekaan
nivo tabung dan pembesaran teropong. Kepekaan nivo tabung ditentukan oleh jari-jari
kelengkungan tabung nivo.
Pada penyipatan datar kita hanya perlu menyetel sumbu pertama sejajar anting dengan
nivo kotak. Lalu dapat dimulai dengan pengukuran yang terdiri dari empat bagian, yaitu
:
1. Teropong di arahkan ke rambu ukur dengan alat bidik (vizier)
2. Bayangan teropong distel tajam
3. Dengan skrup penggerak horizontal dipasang rambu ukur ke tengah-tengah
bayangan
4. Rambu ukur pada benang silang dibaca
Pembesaran bayangan menentukan ketelitian pembacaan pada rambu ukur, karena
rambu ukur pada penyipat datar biasanya dengan pembagian centimeter saja. Berikut
contoh pembacaan pada rambu ukur saat sebelum dan sesudah dilakukan pembesaran.
Pada penyipat datar yang sangat teliti perkiraan dalam milimeter tidak lagi
memenuhi. Alat penyipat datar yang sangat teliti dilengkapi dengan suatuu kaca datar
plan paralel yang dapat diputar ke muka objektif dan yang menggeser garis bidik sejajar
sampai dengan satu centimeter.
Pada penentuan beda tinggi antara beberapa titik, lingkaran horizontal berskala pada
alat penyipat datar tidak diperlukan, akan tetapi perlengkapan ini memudahkan
ketentuan arah titik masing-masing. Karena itu ketelitian lingkaran horizontal berskala
pada alat penyipat datar sudah memenuhi hamper semua kebutuhan dengan menit saja.
8
Pada cara pertama kita menempatkan alat penyipat datar di atas sarah satu titik,
misalnya di atas titik g, dan mengukur tinggi garis bidik J, yaitu jarak dari titik B
sampai titik tengah teropong. Pembacaan rambu ukur, yang didirikan pada titik A
menjadi misalnya R. Maka perbedaan tingginya titik A dan titik B menjadi h = R-J.
(lihat gambar 22)
Pada cara kedua kita menempatkan alat penyipat datar antara kedua titik sebaiknya
demikian rupa, sehingga jarak dari alat penyipat datar ke kedua rambu ukur masing-
masing hampir sama, tanpa memperhatikan apakah alat penyipat datar diletakkan pada
garis lurus antara dua titik tersebut. Kemudian pada titik A kita membaca nilai R dan
tanpa mengubah pendirian alat penyipat datar, kita baca nilai V pada mistar yang
didirikan pada titik B. maka selisih tinggi titik A dan B menjadi h=R-V. (lihat gambar
23)
9
Pada cara ketiga tidak mungkin kita menempatkan alat penyipat datar pada/di atas
titik A atau B, maupun di antaranya. Kita harus menempatkan alat penyipat datar di
sebelah kanan titik B. pembaca rambu ukur dilakukan pada titik A (R) dan pada titik B
(V), maka selisih tingginya titik A dan B menjadi h=R-V.
Cara ini juga dapat dinamakan ‘menyipat datar dari tengah-tengah’ dan dapat
dilakukan sebagai pengetahuan dasar pada menyipat datar memanjang. Bila kita ingin
mengetahui tinggi titik-titik yang diletakkan di sekitar titik yang ditempati oleh alat
penyipat datar kita menyipat datar pada bidang.
Cara menyipat datar ini sering dilakukan pada jarak yang jauh.
11
1.6.4. Penentuan Garis Kontur Di Lapangan
12
2. Pengukuran Dengan Alat Ukur Sudut
2.1. Pengukuran Sudut-Sudut
2.1.1. Metode Mengukur Sudut Cara Repetisi
13
2.1.4. Metode dengan Mengukur Sektor-Sektor
Asas ini didasarkan atas sudut paralaktis α yang ditentukan. Sudut ini
ditentukan oleh dua benang stadia menurut Reichenbach yang dites pada pelat
kaca dengan benang-silang, seperti terlihat pada gambar di atas. Benang stadia
atas dan bawah memotong sebagian rambu ukur sepanjang L. Jikalau garis
bidik horizontal menurut gambar di atas kita dapat menentukan syarat berikut:
D = L/2.cot α/2 = L.1/2 cot α/2
Suatu baji optis memantulkan suatu berkas sinar menurut sudut tertentu.
Kita membentuk baji optis demikian rupa, sehingga sudut pemantulan δ
mengakibatkan suatu pergeseran ke samping sebesar b yang menjadi 1/100
darri jarak D seperti terlihat pada gambar di atas.
tan δ = b/D = 1/100 ; δ = 34’22.6”
15
Pada metode pengukuran jarak terbagi kita membagijarak yang terlalu
panjang D atas n bagian dengan jarak d yang masih dapat diukur dengan
metode pengukuran jarak tunggal seperti terlihat pada gambar di atas.
16
BAB III
PEMBAHASAN
2. Kekurangan
A. Kekurangan Buku Utama
a. Tidak memiliki rangkuman dari setiap pokok bahasan yang di paparkan.
b. Terdapat kata-kata yang sulit untuk dipahami.
c. Terdapat beberapa gambar contoh yang sulit dipahami.
17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kedua buku ini memiliki penjelasan tentang ilmu ukur tanah dan tujuan yang hampir sama,
tetapi memiliki bab pembahasan yang berbeda. Kedua buku ini juga memiliki sisi positifnya
masing-masing dan penjelasan yang juga hampir mudah dipahami, namun penggunaan
beberapa kata sulit untuk dipahami.
Saran
Penulis menyarankan kedua buku ini untuk yang ingin memahami serta memakainya untuk
proses pembelajaran tentang Ilmu Ukur Tanah.
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Brinker, R. C., & Wolf, P. R. (1993). Dasar-Dasar Pengukuran Tanah (Surveying). Jakarta:
Erlangga.
19