Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

1.

Bid’ah dalam Istilah Al-Qur’an:

ُ‫ض ٰىَأ ْمرً ا َفِإ َّن َما َيقُولُلَ ُه ُك ْن َف َي ُكون‬ ِ ْ‫َبدِيعُال َّس َم َاوات َِواَأْلر‬
َ ‫ض ۖ َوِإ َذا َق‬

Artinya adalah “Memulai, mengkreasi dan mencipta sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya” (QS.Al-Baqarah
117).

Ibnu Katsir: Allah menciptakan keduanya tanpa contoh atau bentuk apapun sebelumnya” menurut ibnu katsir.
Bid’ah secara bahsa walaapun baru namun ada sumbernya dalam Alquran dan assunnah maka bukan bid’ah
(lihat Tafsir Ibnu Katsir) juga (Lihat Ibnu Al-Atsir, An-Nihayah, Vol 1, hal 106)

2. Dalam As-Sunnah Bid’ah adalah:

‫ٍضاَل لَ ٌة‬ ‫ُأْل‬ ‫َأُل‬


ِ ‫عنجابرابنعبداللهأنرسوالللهصلىاللهعليهوسلم َيقُو مَّا َبعْ ُد َفِإ َّن َخي َْر ْال َحدِي ِث ِك َتابُاللَّ ِه َو َخ ْير ُْال ُهدَى ُهدَىم َُح َّمد ٍَو َشرُّ ا م‬
َ ‫ُورمُحْ َد َثا ُت َه َاو ُكلُّ ِب ْد َعة‬

Dari Jabir bin Abdullah Rasulullah saw bersabda: Amma ba’du: ” Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Al-
Qur’an dan dan sebaik-baik petunjuk adlah petunjuk Muhammad saw. Seburuk-buruknya urusan adalah yg
diada adakan (hal baru yg diada-adakan) setiap bid’ah adalah sesat (Lafadz Shahih Muslim) (HR. Muslim No
1435, Abu Daud No 453, Tirmizi No 2601, Ahmad No 13815 Darimi No 208, Ibnu Majah No 45, An-Nasai No
1560)

Dari kata bid’ah dalam hadits di atas bermakna “Semua sesuatu dalam agama Islam yang baru
diada-adakan/diciptakan”. (Lihat: Arraghib Al-Ashfahani, Mufradat Alfadzil Qur’an, hal 111, lihat lisanul Arab,
vol 8 hal 6).

bertentangan dgn syariat, menjadi prilaku dlm syariat dan berlebihan dlm ta’abud/ibadah kepada Allah”(Lihat:
As-Syatibi, Al-I’tishom, vol 1, hal 37). Jadi menurut Syatibi, bid’ah adalah tata cara beribadah dalam agama,
yang diciptakan diada-adakan bertentangan dengan syariat dan menjadi kebiasaan/prilaku agama dan
berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah swt, seperti sholat diterik matahari, mencambuk diri bila tidak
sholat malam dan sebagainya, itu adalah bid’ah. Contoh lain: Menambah- nambah ibadah baru dan
membiasakannya seperti puasa mutih, shalat sunnah ribuan rakaat dan sebagaubta ini adalah bid’ah.

4. Ibnu Taimiyah: ” Bid’ah dalam agama adalah sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu
sesuatu yang tidak diperintahkan dengan perintah wajib ataupun sunnah. Bid’ah adalah apapun yg menyelisihi
Al-Qur’an dan As-sunnah atau Ijma’ salaf, dalam hal i’tiqadat dan ibadaat (aqidah dan ibadah), seperti
pandangan kaum khawarij, rawafidh, qadariyah, jahmiyah, beribadah dengan berjoget, nyanyi2 di masjid,
orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan mencukur jenggot makan hasyisy, yang menyelisihi Al-Quran
dan As-Sunnah”(Lihat: Ibnu Taimiyah, Fatawa, vol 4, hal 107-108).

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa bid’ah: – lebih spesifik kepada semua hal dalm aqidah dan ibadah (selain
aqidah dan ibadah tidak boleh dihukumi bid’ah) – Bid’ah itu bila bertentangan atau tidak ada dalam Al-Qur’an,
Hadits/Sunnah dan Ijma’ Salaf, baik wajib maupun sunnah. Jadi bila satu ibadah ada dasar ayatnya, atau
haditsnya atau hanya ijma’ ulama, maka ibadah itu tidak dapat disebut bid’ah.

– Bahwa ahlu bid’ah itu bukan sesama ahlu sunnah waljama’ah seprti NU, Muhamadiyah, Ikhwan Muslimin
dan semua ormas dan aliran Islam Sunni selain salafiy, akan tetapi menurut Ibnu Taimiyah adalah kelompok
selain sunni seperti Syiah, Khawarij, Jabariyah, Qadariyah, Murjiah, Jahmiyah dan lain-lain, bukan sesama Sunni
yang mengikuti Alquran, Sunnah dan Ijma

(Lihat: Said bin Ali Al-Qahthani, Nur Sunnah wazulumatul bid’ah, hal 20).

Wallahu a’lam bishawab..

Mohon Menggunakan Atribusi untuk menggunakan konten ini.

PEMBAGIAN SUNAH DAN BIDAH

Bidah (yang buruk) itu adalah sebutan bagi sebuah tindakan menabrak syariat dengan cara (melakukan
sesuatu yang) menyelisihi/bertentangan (dengan syariat), atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya hal itu
dengan cara menambahkan atau mengurangi (syariat). Para ulama terdahulu sangat membenci tindakan ini,
mereka akan lari menjauh dari setiap pelaku biJenis-jenis bidah

Hal-hal baru itu terbagi menjadi dua: 1) bidah yang dinilai baik, 2) bidah yang dinilai buruk. Imam Syāfi‘ī
ra.berkata: bidah terbagi menjadi dua: bidah yang terpuji, bidah yang tercela. Adapun bidah yang sesuai dan
mengokohkan sunah/tradisi Nabi saw., maka bidah itu terpuji. Adapun bidah yang bertentangan dengan
sunah/tradisi Nabi saw., maka bidah itu tercela. Imam Syāfi‘ī ra.berhujah dengan ucapan Sayyidina ‘Umar ra.:
Nikmatnya bidah adalah ini (maksudnya salat tarawih berjamaah). Dan Imam Syāfi‘ī ra.juga berkata: segala hal
yang baru dalam setiap perkara terbagi menjadi dua: pertama segala hal baru yang berbeda/bertentangan
dengan kitab (Alquran), sunah/tradisi Nabi saw., aṡar (pendapat para sahabat), atau kesepakatan ulama, maka
ini adalah bidah yang sesat. Kedua, hal baru yang merupakan hal baik yang di dalamnya tidak
perselisihan/pertentangan dengan salah satu dari hal-hal ini (yaitu Alquran, sunah, pendapat sahabat,
kesepakatan ulama), maka hal itu adalah hal baru yang tidak tercela (h. 91).dah (h. 88).

BIDAH PADA MASA ROSULLAH DAN SAHABAT

Segala sesuatu yang diada-adakan setelah zaman Rasulullah SAW adalah bid‘ah, baik yang terpuji maupun
yang tercela.

Ini merupakan pendapat Imam asy-Syafi‘i, al-‘Izz bin ‘Abdis Salam, al-Qarafi, al-Ghazzali dalam kitab al-Ihyaa’,
Ibnul Atsir dalam kitab an-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits wal Aatsar, an-Nawawi dalam Syarh Shahiih Muslim.
[Lihat Syarh Shahiih Muslim karya an-Nawawi (VI/154-155)

Harmalah bin Yahya meriwayatkan bahwa ia mendengar Imam asy-Syafi‘i berkata: “Bid‘ah itu ada dua, bid‘ah
yang terpuji dan bid‘ah yang tercela. Yang sesuai dengan sunnah Nabi itulah yang terpuji, sedangkan yang
bertentangan dengan sunnah Nabi itulah yang tercela.” [Lihat Hilyatul Auliyaa’ karya Abu Nu‘aim (IX/113).
Lihat juga Fat-hul Baari (XIII/253)]

Al-‘Izz bin ‘Abdis Salam berkata tentang definisi bid‘ah: “Bid‘ah adalah amalan yang tidak dikenal pada zaman
Rasulullah.” [Lihat QaAda beberapa dalil yang sering digunakan kelompok anti bid’ah, di antaranya:

HADIS ANTI BIDAH

َ ‫ َفِإ َّن ُكلَّ ِب ْد َعة‬،‫َوِإيَّا ُك ْم َومُحْ َد َثا ِتاُْألم ُْو ِر‬


‫ٍضالَ َل‬
“Jauhilah perkara baru, karena semua bid’ah adalah sesat” (HR: Abu Daud dan al-Tirmidzi)

Kalau dipahami sekilas memang hadis ini mengarahkan kita untuk menjauhi setiap perkara yang baru agar
tidak terjebak dalam kesesatan.Tapi ternyata, para ulama tidak memahaminya demikian.Tidak semua perkara
baru dianggap bid’ah. Ibnu Daqiq al-‘Id misalnya, dalam Syarah ARBAIN AL-NAWAWI

Pada dasarnya, baik jamaah ahli bidah dengan anti-bidah—untuk menyederhanakan penyebutan—sama-sama
punya dasar yang kuat untuk kukuh dengan pendapatnya masing-masing. Perbedaan ini adalah sumber
percekcokan laten yang sampai sekarang masih sering terjadi. Hal yang semakin mengemuka karena
munculnya selebaran di media sosial yang menyebutkan bahwa kelompok anti-bidah merupakan salah satu
ciri-ciri teroris karena ajarannya radikal dalam “meluruskan” ajaran Islam yang benar sesuai interpretasi
mereka.

Baca selengkapnya di artikel "Memahami Bidah dan Anti-Bidah", https://tirto.id/cpqsAWAWIYAH .waa-idul


Ahkaam (II/172)].

Sunnah Qauliyyah adalah macam-macam sunnah yang berasal dari ucapan Nabi Muhammad SAW. Pengertian
Sunnah Qauliyyah adalah ucapan Rasulullah yang didengar atau disampaikan oleh seseorang atau beberapa
sahabat. Macam sunnah ini cenderung berisi tuntunan yang berkaitan dengan pembinaan hukum agama.

Contoh qouliyah Hadis tentang membaca al fatihah saat salat"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca
surat al Fatihah." (HR. Bukhari-Muslim)

. Sunnah Fi'liyah adalah segala perbuatan dan perilaku yang dilihat oleh para sahabat rasul. Perilaku tersebut
yaitu adalah masalah ibadah, muamalah, dan sebagainya. Contohnya adalah cara Rasul melakukan sholat,
puasa, haji, dan lain sebagainya

Sunnah Taqririyah adalah sikap diam Rasulullah SAW. Sikap diam ini dilakukan saat Rasul mengetahui
peristiwa yang dilakukan oleh para sahabat baik dapat berupa ucapan, perbuatan, baik kejadian tersebut
disaksikan Rasul secara langsung maupun didengarnya.

You might also like