Professional Documents
Culture Documents
9317 20936 1 SM
9317 20936 1 SM
1942
By:
Sri Lestari
12407144001
Email: yunrikim3@gmail.com
ABSTRACT
575
Ativitas Ekonomi Etnis Tionghoa di Palembang Tahun 1930-1942
Oleh: Sri
Lestari
12407144001
Email: yunrikim3@gmail.com
ABSTRAK
576
A. PENDAHULUAN Kedatangan etnis Tionghoa ke
waktu yang lama bahkan sebelum perantau. Adapun kelompok atau suku
hubungan perdagangan. Hubungan ini Hokchia, Theo Chio dan Kanton. Suku
Han (206 SM – 220 M). Banyak faktor yang ada di Palembang. Hal tersebut
berkurang.1
2
Ayu Windy Kinasih,
Indentitas Etnis Tionghoa di kota Solo
Nurani Soyomukti, Soekarno
1
(Etnis Tionghoa dan Heterogenitas
& Cina: Nasionalisme Tionghoa Lokal), (Yogyakarta: Lab Jurusan Ilmu
Dalam Revolusi Indonesia, Pemerintahan FISIPOL UGM, 2007),
(Yogyakarta: Garasi, 2012), hlm. 164. hlm. 86.
577
Peran etnis Tionghoa sebagai membawa karakteristik tersendiri bagi
sangat berkaitan erat pada saat terjadi Palembang. Setelah menghadapi masa-
depresi ekonomi pada tahun 1930. masa sulit akibat depresi ekonomi,
masa depresi ekonomi. Depresi babak baru bagi kehidupan orang- orang
ekonomi terjadi pada tahun 1929 yang Tionghoa. Pada masa Jepang, etnis
depresi ekonomi ialah penurunan di Belanda. Pada periode ini banyak usaha
bidang perekonomian terutama sektor atau firma milik orang Tionghoa yang
3
Teguh Sihono, Krisis
Finansial Amerika Serikat dan Twan Peck Yang, Elite Bisnis
4
578
B. ETNIS TIONGHOA DAN ini ditandai oleh terbukanya lahan
nya saja.5 Pada periode akhir abad ke- perkembangan baik secara kondisi
19 dan awal abad ke-20 nilai strategis politik sosial dan ekonomi. Migrasi
Abad ke-20 merupakan masa dimana dimulai dari abad ke-16 sampai awal
579
membuat populasi orang-orang secara khusus lebih diperuntukkan
sebutan sekolah tiga tahun, sekolah ini lainnya baik di Jawa maupun di luar
7
Beni. G. Setiyono, Tionghoa Daerah Sumatera Selatan, (Sum-Sel:
dalam Pusaran Politik, (Jakarta: Depdikbud BPIPN Sumatera Selatan,
Transmedia, 2008), hlm. 40. 1997/1998), hlm.67.
580
semuanya sama-sama setingkat dengan Pedagang perantara adalah mereka
Palembang secara umum terdiri dari Peran penting etnis Tionghoa dalam
aktivitas ini sering dilakukan dan tahun 1930. Jaringan regional bisnis
yang dikenal sebagai etnis pedagang. yang sering menjadi mitra usaha orang
581
Tionghoa adalah Singapura, Bombay peminjaman uang yang dilakukan oleh
(India), Karachi (Pakistan), Sanghai para rentenir akan dikenakan bunga atau
tidak jauh berbeda. Pada masa kolonial uang dianggap sebagai balas jasa bagi
memiliki harga yang lebih mahal jika (Rentenir) di sebut lintah darat oleh
582
tukang mindring atau rentenir setiap 2 mendirikan industri untuk mengolah
Pada masa ini, etnis Tionghoa milik orang Tionghoa yang ada di
juga bergerak di bidang industri Palembang yaitu Kian Gwan dan Hok
awalnya terjadi akibat kebijakan dari yang awalnya berbasis di Pulau Jawa,
583
mengontrol jumlah dan produksi karet respon yang berbeda bagi berbagai
solusi dalam mengatur peredaran karet kolonial Belanda, orang pribumi dan
agar tetap laku dan stabil di kancah sesama etnis Tionghoa yaitu kaum
584
suatu kebijakan yang disebut dengan Antara penduduk pribumi dan orang
yang ada di Palembang dan seluruh karet milik orang Tionghoa juga
yang ditimbulkan dari adanya aktivitas akan menitipkan hasil buminya untuk
posisis terendah dari segi strata sosial orang pribumi. Orang pribumi akan
dan ekonomi. Walau demikian, hal menjual karet mereka kepada orang
18
Mariani Dwi Putri,
“Kehidupan Masyarakat Cina di 19
Mestika Zed, Kepialangan
Palembang Tahun 1822-1906”, Politik dan Revolusi Palembang
Skripsi, (Yogyakarta: UNY, 2011), (1900-1950), (Jakarta: LP3ES, 2003),
hlm. 71. hlm. 78.
585
Tionghoa sebagai bahan keperluan Tidak harmonisnya hubungan kaum
Tionghoa yaitu kaum Totok dan kaum keduanya. Kaum Peranakan sering
lebih unggul dalam hal yang berkaitan bersifat tidak patriotik dan berperilaku
21
Justian Suhandinata, WNI
dan Keturunan Tionghoa dalam 22
Leo Suryadinata, Pribumi
Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesians, The Chinese Minority
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia and China, (Kuala Lumpur: Heineman
Pustaka, 2009), hlm. 34. Educational Books Asia (LTD), 1978),
hlm. 93.
586
Sumatera. Letak kota Palembang pada kedudukan mereka dengan mengambil
Posisi ini telah mendatangkan para dijalankan etnis Tionghoa pada abad
dari kelompok dagang yang datang dan tukang renten (rentenir) serta
587
masuknya etnis Tionghoa di setiap perbedaan pandangan atau persepsi di
ekonomi dari etnis Tionghoa tidak ekonomi namun lemah dalam hal yang
Dampak lain dari aktivitas kebudayaan Cina. Oleh karena itu etnis
ekonomi ini ialah terjadi persaingan Tionghoa Totok sering menyebut kaum
golongan ini biasanya tidak akur dan ke Palembang telah mengakhiri masa
588
DAFTAR PUSTAKA
V.B. van Guthem, “Tjina Mindring Eenige Aanteekeningen Over het Chineesche
Geldschievterwezen op Java”, Koloniale Studien, 1919.
Volkstelling 1930, Jilid VIII, Batavia: Departement van Ecomische Zakaen, 1935.
589
Jumhari, Sejarah Sosial Orang Melayu, Keturunan Arab dan Cina di Palembang
Dari Masa Kesultanan Palembang Hingga Reformasi, Padang: BPSN
Padang Press, 2010.
Leo Suryadinata, Pribumi Indonesians: the Chinese Minority and China,
Kuala
Lumpur: Heineman Educational Books Asia (LTD), 1978.
Ma’moen Abdullah, Sejarah Daerah Sumatera Selatan, Sum-Sel: Depdikbud
BPIPN Sumatera Selatan, 1997/1998.
Mely G. Tan, Etnis Tionghoa di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor, 2008.
Mestika Zeid, Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang (1900-1950), Jakarta:
LP3ES, 2003.
Nurani Soyomukti, Soekarno & Cina: Nasionalisasi Tionghoa Dalam Revolusi
Indonesia Sikap Bung Karno Terhadap Tionghoa di Indonesia, Yogyakarta:
Garasi, 2012.
R.Z. Leirissa, dkk, Sejarah Perekonomian Indonesia, Yogyakarta: Ombak, 2012.
Teguh Sihono, Krisis Finansial Amerika Serikat dan Perekonomian Indonesia,
dalam
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 5, No. 2, Desember
2008.
Tri Wahyuni. M. Irsyam, Peranan Golongan Etnis Cina Sektor Ekonomi di
Jawa
Pada masa Kolonial, Depok: LPUI, 1996.
Ujang Hariyadi (Ketua), Kupon Karet (kupon izin produksi) Koleksi Museum Negeri
Propinsi Jambi, Jambi: DEPDIKBUD Kantor Wilayah Propinsi Jambi
Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Jambi, 1996/1997.
Yang, Twan Peck, Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi
Kemerdekaan
1940-1950, Jakarta: Diadit Media, 2007.
Skripsi
590