Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

KONFLIK KEPULAUAN NATUNA ANTARA INDONESIA

DENGAN CHINA DITINJAU DARI PERSPEKTIF KONSEPSI


WAWASAN KEBANGSAAN

Muhammad Rayhan Sahizidan1, Muhammad Dzaky Naufal Falah2, Hanifa Saesti


Handayani3, Budi Tegar Nugroho4

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Kampus Sekaran, Gedung K, Gunungpati, Semarang

Jawa Tengah-Indonesia, 50229

Email: reysahizidan2003@students.unnes.ac.id

falahdzaky5@students.unnes.ac.id

shhanifa20@students.unnes.ac.id

buteg123@students.unnes.ac.id

Abstract
This study discusses the Natuna Islands conflict between Indonesia and China from the
perspective of the conception of nationalism. With the creation of the conflict that occurred in the
Natuna Islands, it will have an impact in the form of geographical, geopolitical, geostrategic,
historical, and formal juridical which will cause a mindset related to the insight of the
archipelago in addressing all the problems that are created wisely. Based on this, the insight of
the archipelago was not only created quickly after Indonesia experienced a period of
independence because basically these foundations and thoughts had been prepared in detail in
providing an explanation for Indonesia itself as a country that had experienced independence. The
Archipelagic Outlook can be interpreted as a statement of opinion for the Indonesian people and
used as a country's national aspirations and goals as stated in the 1945 Constitution. In realizing
all these aspirations and goals, all components of the Indonesian people must be able to care for
Indonesia's unity and integrity. In this position, Indonesia is in danger of suffering losses because
of China's unilateral claim on the nine new Natuna islands located in the Riau Archipelago
Province. If you pay attention to the surface, this location which is abundant with gas is a little
part of China's territory. But, according to the United Nations Convention on the Law of the Sea
in 1982, Natuna is in the Indonesian Exclusive Economic Zone (EEZ).
Keywords: Natuna, Indonesia, China

1
Abstrak
Penelitian ini membahas konflik Kepulauan Natuna antara Indonesia dan China dari perspektif
konsepsi nasionalisme. Dengan terciptanya konflik yang terjadi di Kepulauan Natuna akan
menimbulkan dampak berupa geografis, geopolitik, geostrategis, sejarah dan yuridis formal yang
akan menimbulkan pola pikir terkait wawasan nusantara dalam menyikapi segala permasalahan
yang ada. diciptakan dengan cara yang bijaksana. Berdasarkan hal tersebut maka wawasan
nusantara tidak hanya tercipta dengan cepat setelah Indonesia mengalami masa kemerdekaan,
karena pada dasarnya landasan dan pemikiran tersebut telah disusun secara rinci dalam
memberikan penjelasan tentang Indonesia sendiri sebagai negara yang telah mengalami
kemerdekaan. Wawasan Nusantara dapat dimaknai sebagai pernyataan pendapat bangsa Indonesia
dan dijadikan sebagai cita-cita dan tujuan nasional suatu negara sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang 1945. Dalam mewujudkan semua cita-cita dan tujuan tersebut, seluruh komponen
bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
Dalam posisi ini, Indonesia terancam kerugian serius karena klaim sepihak China atas sembilan
pulau baru Natuna yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Jika diperhatikan di permukaan,
lokasi yang berlimpah gas ini merupakan bagian kecil dari wilayah China. Padahal, berdasarkan
regulasi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982, Natuna masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) Indonesia.
Kata kunci: Natuna, Indonesia, China

A. Pendahuluan

Wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang atau dapat


dikatakan sebagai sikap bangsa Indonesia tentang diri serta wujud geografinya
yang berpedoman pada Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945. Pada
praktiknya, wawasan nusantara lebih terfokus dalam hal kesatuan wilayah serta
mengutamakan kebhinekaan dalam hal menggapai cita-cita nasional. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat diringkas bahwa kata Wawasan Nusantara secara
universal dapat dimaknai sebagai sebuah metode tentang suatu pandangan bangsa
Indonesia terhadap serangkaian daerah yang berlokasi dengan diapit oleh 2 benua
maupun 2 samudra. Akan tetapi secara garis besar telah menyetujui kondisi semua
komponen Bangsa mengabarkan kebebasan Indonesia tepatnya tanggal 17
Agustus 1945, cakupan daerah Negara Republik Indonesia memiliki luas daerah
turunan colonial Belanda. Luas Indonesia berpedoman dalam Ordonasi Hindia
Belanda yaitu, Teritorial Zeen en Marietieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO
1939), Perselisihan tercipta oleh pemberlakuan asas yang beragam terhadap
komitmen setiap garis tepi Kontinen baik itu setiap Negara yang bersebelahan
yang pada akhirnya menciptakan daerah yang saling mengakui secara pihak.

Kemudian pada tahun 2019, perahu luar negeri yang berasal dari pemburu
ikan kepunyaan China ini kembali memaksa masuk daerah maritim Natuna.

2
Semua perahu ini dinilai telah menyimpang dari Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia yang selanjutnya disebut dengan ZEEI dan telah melaksanakan perilaku
terlarang, Unreported, dan Unregulated Fishing (IUUF).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah


sebagai berikut.

1. Bagaimana kronologi konflik di Kepulauan Natuna bisa terjadi sampai


masa kini?
2. Bagaimana upaya penyelesaian konflik pelanggaran yang dilakukan oleh
China di Kepulauan Natuna berdasarkan konsepsi wawasan kebangsaan?

B, Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi normatif yuridis. Karya tulis
ini di desain dengan memakai komponen teoritis yang berlandaskan peraturan
perundang-undangan, jurnal, maupun literatur ilmiah. Penulis membahas
peristiwa yang telah terlaksana beberapa dekade ke belakang berdasarkan
perspektif normatif. Dalam artikel ini terdapat dua variabel yang akan dibahas.
Variabel pertama membahas kejadian Konflik Kepulauan Natuna Antara
Indonesia Dengan China. Kemudian variabel keduanya yaitu Ditinjau Dari
Konsepsi Wawasan Nusantara. Data yang digunakan bersumber dari artikel,
jurnal dan perundang-undangan.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Bagaimana kronologi konflik di Kepulauan Natuna bisa terjadi


sampai masa kini?

Teritorial Natuna yang berlokasi tepatnya di Kabupaten Natuna Provinsi


Kepulauan Riau, atau dapat dikatakan tepat di persimpangan Laut China

3
Selatan, karena berdasarkan hal inilah yang telah menimbulkan konflik antara
teritorial Indonesia dan Republik Rakyat China (RRC). Permasalahan ini
semakin timbul ke permukaan publik ketika Presiden Republik Indonesia saat
ini tidak setuju dengan peta terbaru versi Republik Rakyat China (RRC)
dengan menempatkan wilayah yang melimpah bahan bakar Gas Alam ini ke
internal wilayahnya. Pulau yang berpusat di Ranai ini pada awalnya terdiri
dari tujuh pulau. Namun ketika memasuki tahun 1957, kepulauan Natuna pada
dasarnya merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Petani serta Kerajaan Johor
yang berlokasi di negara tetangga yakni Malaysia. Akan tetapi memasuki abad
ke 19, kepulauan Natuna berakhir dengan penaklukan oleh Kesultanan Riau
sehingga menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Riau. Kemudian ketika
Indonesia merdeka, perwakilan dari Riau ikut menitipkan kekuasaan wilayah
mereka kepada Indonesia yang ketika masa itu berada teritorial Jawa.
Memasuki periode 1956, Indonesia secara sah dan meyakinkan untuk
mengajukan kepulauan Natuna sebagai bagian dari cakupan wilayah territorial
menuju Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Sebagian kalangan
memperdebatkan ketika Negara yang berhadapan langsung khususnya
bersebelahan dengan bagian wilayah Indonesia melakukan protes. Pada saat
itu Malaysia memberikan sikap kepada Indonesia bahwa seluruh wilayah
Natuna secara sah dan meyakinkan merupakan bagian dari bangsa Malaya.
Akan tetapi untuk mencegah permasalahan lebih rumit maka setelah periode
konfrontasi yaitu ketika tahun 1962-1966 Malaysia tidak melakukan gugatan
ke dunia internasional mengenai kejelasan dari Kepulauan Natuna. Terlepas
dari rumitnya permasalahan yang terjadi di kepulauan Natuna, pemerintah
Indonesia telah mendirikan berbagai macam bangunan di kepulauan yang
luasnya mencapai lebih dari 3.000 persegi ini. Suku Melaya merupakan
masyarakat terbanyak di teritorial Natuna dengan angka populasi lebih dari
80%. Selesai Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, diikuti dengan
terciptanya propaganda anti Tionghoa pada kawasan Natuna, menjadikan
masyarakat keturunan China yang bermukim pada wilayah ini turun secara
signifikan menjadi 1.000 orang. Timbulnya istilah selentingan, yang
mendorong masyarakat keturunan Tionghoa asli yang masih bermukim ini

4
menelpon Presiden China saat itu yaitu Deng Xiaoping sekitar periode 80-an
untuk memberikan dorongan pembebasan pada pulau ini karena terdapat
keturunan Tionghoa ditambah mendaftarkan kepulauan ini ke cakupan
teritorial pemerintah China. China memberikan alasan bahwa Natuna ketika
awal periode 20 telah bermunculan warga Tionghoa, akan tetapi bersamaan
dengan beberapa tahun kemudian, khususnya sesudah resmi menjadi bagian
dari Indonesia, masyarakat Melayu serta Jawa menjadi sangat banyak. Akan
tetapi berdasarkan Hukum Internasional, perundingan yang telah dimulai
beberapa dekade ini tidak mampu dibuktikan kebenarannya sampai masa kini.
Namun sudah pasti China dengan sengaja telah menyusun konsep 9 garis yang
ditmulai melewati daerah Spartly sebagai pusat maritim, kemudian diakui
secara sepihak sebagai cakupan wilayah Zona Ekonomi Eksklusifnya.
Selanjutnya Indonesia sudah sejak awal mengutuk cara China ini dengan
perantara Badan Garis Tepi Kontinen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Garis yang sambung menyambung ini dikatakan oleh China merupakan
bentuk revisi wilayah dari tahun 1947 ini menyebabkan pemerintah Indonesia
bersama dengan beberapa negara yang bersengketa menolak klaim sepihak
China. Selain itu sengketa ini disebabkan karena tindakan Partai Kuomintang
(masa kini berkuasa di Taiwan). Aliran politik partai ini menjelaskan bahwa
semua teritorial China termasuk lebih dari 80% berupa maritim di China
Selatan. Selain Indonesia, sampai masa kini China telah berkonflik dengan
Vietnam serta Filipina karena tindakan secara sepihak mereka di Kepulauan
Spratly. Beberapa periode terakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak
memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Untuk menjaga
wilayah natuna ini serta sebagai bentuk rasa cinta kepada tanah air telah
disediakan lebih dari 20.000 personel Tentara Nasional Indonesia untuk
mengamankan wilayah laut yang terkenal dengan potensi Gas terbanyak di
Asia sejak memasuki periode 1996. Penyebab utama yang menciptakan
konflik ini adalah penerobosan perahu asing yang berasal dari China menuju
wilayah maritim Natuna dengan cara terlarang maupun pergantian identitas
penyebutan maritim di China Selatan yang dirombak dengan penamaan laut
utara. Kronologi terciptanya konflik yang rumit ini pertama terlaksana dengan

5
diawalinya masuknya beberapa perahu nelayan ikan tidak resmi yang
berbendera China telah memasuki teritorial maupun wilayah laut daerah
Natuna sekitar pertengahan Mare tantara periode tahun 2016. Berdasarkan hal
di atas delegasi Indonesia memiliki insiatif untuk memburu semua perahu luar
negeri, akan tetapi dikarenakan intervensi dari jenis perahu Coast Guard
China yang secara terencana menghantam Kapal Motor Kway Fey 10078.
Ketika memasuki era kepemimpinan Presiden Joko Widodo semakin jelas
memberikan sikap menolak sembilan titik garis buatan Tiongkok ini. Sebagai
warga negara Indonesia sudah kewajiban bersama untuk menjaga setiap
daerah dari ancaman luar khususnya dalam pendudukan wilayah laut Natuna.
Hal ini dikarenakan apabila kehilangan Natuna maka sudah dipastikan
Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar khususnya dalam bidang
minyak dan gas. Selain itu juga Indonesia akan kehilangan kekayaan laut
berupa perikanan.

Seandainya kita melepas Natuna, maka itu akan berdampak pada bidang
minyak dan gas karena keduanya termasuk yang paling besar pemasukannya
bagi negara. Kemudian jika kita melihat letak geografisnya daerah maritim di
China Selatan termasuk salah satu daerah yang mempunyai sumbangan dari
sektor ekonomis, politik karena terhubung dengan Samudra Hindia serta
Samudra Pasifik yang dilalui transportasi lalu lintas jual beli atau Sea Lane of
Trade (SLOT) serta jalan Interaksi Internasional atau biasa disebut dengan
Sea Lane of Communication (SLOC). Pada sektor laut, Agenda bangsa China
dalam territorial maritim di China Selatan juga menular hingga masuk wilayah
Natuna. Pada konsep Perlindungan China atau lebih disebut dengan “two
island chains” ada yang disebut sebagai The first island chain yang memiliki
arti bahwa terdapat garis bersambung yang mencakup dari daerah Kuril, laut
Jepang, daerah Ryukyu, bangsa Taiwan, hingga dengan Indonesia tepatnya di
daerah Kalimantan sampai Natuna Besar. Berdasarkan hal ini juga tercermin
dengan nyata bahwa konsep di maritim China dsebelah Selatan adalah
komponen apa yang disebut dengan first island chain yang mempunyai
manfaat besar untuk China. Garis Kontinen sebuah bangsa berada dalam
pantai yang terdiri dari alas laut serta lapisan terbawah yang berasal dari

6
wilayah di bawah alas laut yang berlokasi di eksternal perairan maritim
berdasarkan terusannya. Sisi-sisi dari kontinen ini merupakan terusan dari
penempatan tanah bangsa laut yang belokasi di dasar perairan serta tersusun
dari alas laut. Sisi-sisi garis kontinen tidak memasuki permukaan dasar
samudera berdasarkan fakta maupun lapisan tanah dibawahnya. Komponen
masalah yang sangat penting berdasarkan keputusan China merupakan sebuah
garis demarkasi. Garis ini tidak berlanjut serta tidak mempunyai arah yang
tidak jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari seperti apa wujudnya seandainya
diciptakan menyambung dengan alasan tidak pernah tercipta penyampaian
dari pemerintah China, maka tidak akan pernah ada yang memahami makna
serta ambisi yang nyata dari penciptaan garis ini berdasarkan konsep strategi.
Terdapat sebagian ahli yang menjelaskan 9 dash line ini tidak dapat dikatakan
mampu untuk ditetapkan sebagai landasan perbatasan teritorial. Hal ini
dikarenakan tidak sama seperti hukum internasional yang menjelaskan
cakupan daerah yang wajib stabil serta terstruktur dengan baik. Sisi ini tidak
seimbang disebabkan dari karakternya yang mudah berubah dari semula 11
menuju 9 garis dengan dasar yang tidak tansparan serta tidak terdeteksi secara
baik disebabkan oleh tidak mempunyai suatu lokasi nyata serta tidak
diterangkan bagaimana wujudnya seandainya seluruh sisi ini tersambung.
Sampai masa kini tidak terdapat pembahasan mengenai perbatasan garis batas
Zona Ekonomi Ekslusif antara China bersama Indonesia pada wilayah laut
Natuna. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh negara China maupun
bersama dengan semua Negara anggota Asosiation South East Asian Nation
yang secara sah dan meyakinkan memiliki kedaulatan di wilayah perairan
China Selatan tidak menemukan kata sepakat.

2. Bagaimana upaya penyelesaian konflik pelanggaran yang


dilakukan oleh China di Kepulauan Natuna berdasarkan konsepsi
wawasan kebangsaan?

Pada umumnya Wawasan Nusantara dimaknai sebagai melihat suatu hal


secara keseluruhan serta menyeluruh dalam cakupan nusantara untuk
memperoleh tujuan berupa agenda Pemerintah Indonesia. Sehingga pada
intinya dijelaskan bahwa Wawasan Nusantara merupakan melihat hal secara

7
keseluruhan berdasarkan tindakan Bangsa Indonesia tentang pribadi beserta
ruang lingkup sekitarnya yang sangat plural serta memiliki aspek strategis
yang menjunjung tinggi persatuan serta kesatuan dengan dibersamai dengan
sikap menghargai serta menghormati perbedaan di semua cakupan
bermasyarakat demi menggapai cita-cita bangsa Indonesia. Keutamaan
Wawasan Nusantara pada kondisi negara serta negara Indonesia sekurang-
kurangnya mampu terdiri 2 (dua) pandangan, yaitu pandangan secara fisik
geografis wilayah nusantara serta pandangan sosial kultural bangsa Indonesia.
Geografis yang seperti inilah memisahkan sebagian wilayah negara dengan
wilayah negara lain di negara Indonesia. Selain itu, jarak antara pusat dan
daerah sangat jauh. Karena kondisi spasial tersebut, semua pihak harus
menyadari bahwa negara Indonesia sebenarnya berada di ambang kehancuran.
Faktanya bahwa sejak proklamasi kemerdekaan, pemerintah selalu
menghadapi persoalan internal yang mempunyai harapan untuk keluar dari
pemerintah di atasnya, khususnya daerah yang berada disekitar ujung-ujung
wilayah negara. Sementara itu, masyarakat Indonesia dibentuk oleh berbagai
perbedaan pandangan sosial budaya, baik keragaman kultur kepercayaan,
etnik daerah, bahasa, serta masih banyak lainnya. Keadaan kultur masyarakat
yang seperti ini akan membuat lingkungan warga Indonesia menjadi rapuh
terpecah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh negara Indonesia agar konflik tidak
berkepanjangan dan dapat segera diselesaikan, antara lain dengan menerapkan
konsep island perspective. Cara pertama digunakan oleh pemerintah Indonesia
untuk memprotes Zona Ekonomi Ekslusif yang diatur oleh United Nations
Convention on the Law Of the Sea melalui Komisi Piagam Perserikatan
Bangsa Bangsa. Pilihan lainnya adalah memperkuat kompetensi militer dan
diplomasi untuk merespon ancaman China di wilayah Natuna yang masuk
dalam tujuan pertahanan negara pada tahun 2016. Penguatan kapabilitas
militer Indonesia di perairan Natuna dipandang sebagai semacam pemahaman
politik negara Indonesia, yang memandang Indonesia sebagai negara kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah darat, udara dan perairan serta
sumber daya alam. Secara nasional, daerah dipandang sebagai instrumen dan

8
kekuatan nasional yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia seutuhnya
yang meliputi seluruh aspek kehidupan nasional masyarakat ke dalam
bertujuan untuk memberi kepastian dalam merealisasikan kebersamaan dalam
kehidupan sehari-hari, baik alam maupun sosial. Kemudian berdasarkan
karakteristik riil yang tercipta di lingkungan masyarakat dengan tujuan sebagai
evaluasi serta supaya menimbulkan perhatian kemerdekaan baik itu di darat,
laut, maupun udara terutama semua pulau terluar. Sehingga wajib dilewati
meknisme yang nyata dalam pembentukan nama sebuah pulau yang tidak
memiliki identitas ini, dengan berfokus pada landasan resolusi “United
Nations Comperence in the Standadization of Geographical Name” Nomor 4
Tahun 1967. Akan tetapi pada kondisi riil, baik itu Indonesia dengan semua
negara yang bersebelahan dengan negara lain contohnya seperti Republik
Rakyat Cina (RRC), memiliki visi serta landasan mengenai garis tepi perairan
Kepulauan Natuna.

D. Penutup

Kesimpulan

Wawasan nusantara dapat diartikan sebagai sebuah kondisi kedaulatan atau


karakter bangsa Indonesia yang mencerminkan pribadi masyarakat serta wujud
geografinya berdasarkan praktiknya terfokus pada kesatuan wilayah dan berfokus
dalam menghargai perbedaan yang berpedoman Pancasila maupun Undang-Undang
Dasar 1945. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan penerapan prinsip dalam
menetapkan batas landas kontinen. Ketika memasuki periode sekitar 1992, Republik
Rakyat China mengatakan bahwa Konvensi Maritim Wilayah serta cakupan isi
beserta bonusnya yaitu ketika Natuna digabung menuju daerah Yuridiksi
kekuasaanya. Pemerintah Indonesia tentu saja menolak klaim wilayah sepihak oleh
China sehingga berujung pada perselisihan antara Indonesia dengan China.

Terkait penyelesaian konflik, pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai


upaya agar konflik tidak berkembang dan dapat segera terselesaikan, seperti
pemerintah melayangkan protes yang berdasarkan atas wilayah ZEE yang diatur
dalam UNCLOS melalui Komisi Landasan Kontingen PBB, adanya penguatan militer
dan diplomasi bertujuan untuk melindungi hak berdaulat Indonesia di ZEEI perairan

9
Natuna dan mewujudkan tujuan nasional negara Indonesia. Upaya pemerintah dalam
mempertahankan perairan Natuna dilakukan dengan berlandaskan pada konsepsi
wawasan kebangsaan dimana Indonesia sebagai kelompok kawasan yang tidak dapat
terbagi.

Saran

Untuk Pemerintah Indonesia mempertegas bahwa kepemilikan Natuna


adalah milik Indonesia dengan memaksimalkan kebijakan-kebijakan untuk
memperkuat militer di wilayah natuna dan tidak memberi dampak yang buruk
bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan pemerintah sigap untuk mengatasi
potensi konflik yang ada di wilayah natuna. Pemerintah harus memperkuat
militer dan melakukan patroli di kepulauan Natuna untuk menjaga ancaman
dari China atau kapal asing yang merampas kekayaan laut Natuna. Menjadi
masyarakat Indonesia yang patuh harus memiliki tanggungjawab yang selaras
bersama pemerintah supaya mampu mencari solusi Bersama untuk melawan
konfrontasi dari China di Kepulauan Natuna

10

You might also like