Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH OLAHRAGA DAN KEBUGARAN TERHADAP ATEROSKLEROSIS,

OSTEOARTRITIS, DAN OSTEOPOROSIS

Tri Prasetyo
Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang,
Padang, Indonesia
E-mail : triprasetyodurai@gmail.com

Abstract
Sport is an effort made to maintain and improve the health and fitness of the human body.
This research was conducted with the aim of knowing the effect of exercise and fitness on
atherosclerosis, osteoarthritis, and osteoporosis. This research was conducted using the
article review method, namely searching, collecting and selecting articles based on the
keywords in this study. Sports activities greatly affect a person's physical fitness, moreover
these activities directly contribute to the components of physical fitness which include
cardiovascular and circulatory fitness, body fat, muscle strength, and joint flexibility. The
shift in lifestyle from a lot of dynamic work to rarely work is suspected to be the cause of
decreased fitness levels. People who previously had to work physically, for example walking
from home to work, were replaced with motorbikes or cars so that people tended to be static,
lack of physical work and lazy (sedentary). The condition of being sedentary (hypokinetic)
can cause various health problems which are marked by the increasing number of people
affected by degenerative or non-infectious diseases such as coronary heart disease,
hypertension, atherosclerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, back pain, fatigue, and so on.
To overcome this, of course, there are efforts that can be made through health coaching
which consists of 2 parts, namely health coaching through human factors and health
coaching through environmental factors.

Keywords : Sport, Fitness, Atherosclerosis, Osteoarthritis, Osteoporosis

PENDAHULUAN

Pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi jarang bekerja
ditengarahi sebagai penyebab menurunnya tingkat kebugaran. Hal tersebut merupakan
dampak negatif dari semakin lajunya perkembangan teknologi. Orang berlomba-lomba
menciptakan berbagai peralatan serba otomatis untuk mengganti hampir semua kerja
manusia. Orang yang mulanya harus bekerja secara fisik, misalnya berjalan dari rumah ke
tempat bekerja, diganti oleh peran motor atau mobil sehingga orang cenderung statis kurang
kerja fisik dan bermalas-malasan (sedentary). Keadaan kurang gerak (Hipokinetik) dapat
menyebabkan berbagai problematika kesehatan yang ditandai dengan semakin banyaknya
orang terkena penyakit degeneratif atau non infeksi seperti jantung koroner, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, sakit pinggang, gampang kelelahan, dan
sebagainya, (Djoko Pekik Irianto, 2004: 5).
Aktivitas olahraga sangat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang, terlebih lagi
memang aktivitas itu memberikan kontribusi langsung pada komponen kebugaran jasmani.
Aktivitas olahraga tetap harus disesuaikan dengan usia seseorang, misalnya jenis aktivitas,
faktor keselamatan dan peralatan yang digunakan. Aktivitas olahraga tidak bisa dilakukan
sembarangan, tetap harus dilakukan dengan teknik dan aturan yang benar. Walaupun senang
terhadap olahraga, tetap harus melihat usia dan kondisi fisik sehingga tetap terkontrol dengan
baik. Dari sudut pandang Ilmu Faal Olahraga, Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan
fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga. Olahraga adalah gerak badan
untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, (KBBI, 2007: 796). Berdasarkan beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga atau
mengolah 2 raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk
meningkatkan kemampuan fungsionalnya.
American College of Sports Medicine (ACSM) merekomendasikan latihan
kardiorespirasi dan latihan ketahanan untuk meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan,
latihan kelentukan/fleksibilitas menjaga jangkauan gerak, latihan neuromotor dan berbagai
aktivitas untuk menjaga dan meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi resiko jatuh pada
orang tua, (Carrol Ewing Garber et al. 2011:1348). Bort telah menuliskan pada tahun 1983
dalam Journal of American Medical Association sebagai berikut :”Tidak ada obat yang
sekarang atau masa depan akan dipakai, yang menjanjikan dengan pasti akan memberikan
dan mempertahankan kesehatan lebih baik daripada kebiasaan hidup yang senantiasa
berolahraga”. Berolahraga hingga sekarang ini sudah cukup untuk memberikan kehidupan
yang sehat dan nyaman bila anda telah mengikutinya, otot-otot menjadi kuat, jantung menjadi
sehat, tekanan darah menjadi normal, kadar gula dapat terkontrol dan berat badan menjadi
normal, kadar gula dapat terkontrol dan barat badan menjadi seimbang yang kesemuanya ini
akan membuat tubuh sehat dan nyaman, (Harsuki, 2003: 247). Berdasarkan uraian diatas
maka aktivitas olahraga adalah keaktifan atau kegiatan mengolah raga secara teratur dan
terencana untuk meningkatkan kemampuan fungsional.

METODE PENELITIAN
Artikel review diidentifikasi melalui beberapa artikel terdapat dalam internet. Google
Cendikia juga digunakan menjadi sumber pembuatan artikel ini. Searching dilakukan dengan
mencari sumber-sumber yang dinilai relevan dengan artikel yang akan dibuat. Pencarian
dilakukan dengan menggunakan kata kunci : “Olahraga, kebugaran, aterosklerosis,
osteoartritis, osteoporisis” Semua artikel yang muncul dari hasil pencarian digunakan sebagai
sumber rujukan dan kemudian dipilih sesuai dengan kriteria diantaranya (1) tujuan dan
pertanyaan penelitian dipaparkan dengan jelas, (2) sampel dan/atau populasi penelitian
dijelaskan, (3) metode pengumpulan data, (4) hasil diidentifikasi dengan jelas dan diukur, (5)
analisis temuan jelas dan tepat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kesehatan, Kebugaran Jasmani Dan Olahraga
Harsuki (2003) mengemukakan bahwa kebugaran berkaitan dengan kesehatan
memerlkan suatu tingkat yang cukup baik dari keempat komponen dasar kebugaran yang
meliputi : Kebugaran jantung paru-paru dan peredaran darah, Lemak tubuh, Kekuatan otot,
dan kelenturan sendi. Di samping itu Bortz dalam Harsuki (2003) mengemukakan “Tidak ada
obat yang sekarang atau masa depan yang dipakai yang menjanjikan dengan pasti akan
memberikan dan mempertahankan kesehatan lebih baik dari pada kebiasaan hidup yang
senantiasa berolahraga”. Berolahraga hingga sekarang ini sudah cukup untuk memberikan
kehidupan yang sehat dan nyaman bila anda telah melakukannya. Mengapa tidak ?. Otot-otot
menjadi kuat, jantung menjadi sehat, tekanan darah menjadi normal, kadar gula darah
terkontrol ngkut segala sesuatu atau permasalahan yang berkaitan langsung dan tak langsung
dengan kualitas sehat manusia. Griwijaya (1997) mengemukakan hubungan antara kesehatan
dan kebugaran jasmani.
Sejalan dengan defenisi WHO yang dikemukakan Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO), Departemen Kesehatan menjelaskan pengertian sehat yakni sejahtera jasmani,
rohani, dan sosial. Hal ini bukan saja bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan. Jadi,
sehat itu meliputi tiga aspek yang saling berkaitan erat yakni : jasmani, rohani, dan sosial.
Itulah sebabnya pembinaan kesehatan melalui salah satu aspek khususnya melalui kegiatan
jasmani atau olahraga karena itu akan berpengaruh terhadap kedua aspek lainnya. Sedangkan
lawan dari sehat adalah sakit. Karena itu sehat itu mempunyai derajat atau tingkatannya yang
biasa disebut derajat kesehatan. Dengan demikian derajat kesehatan harus selalu dibina agar
meningkat dan menurun jika ditelantarkan saja. Istilah sehat mengandung makna khas jika
ditinjau dari ilmu faal. Ilmu faal adalah ilmu yang mempelajari fungsi suatu struktur,
khususnya struktur biologik. Pada manusia struktur biologik itu adalah jasmani. Dengan
demikian peninjauan ilmu faal terhadap kesehatan terutama dari aspek jasmaniah. Jasmani
dikatakan sehat bila seluruh proses fisiologis atau seluruh fungsi organ pada jasmani dalam
keadaan normal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani


Pate (1984) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume okisgen
maksimal seseorang adalah salah satu dari ukuran tingkat kesegaran jasmani seseorang
adalah aktivitas, keturunan, usia, jenis kelamin. Volume oksigen maksimal merupakan salah
satu indkator untuk mengemukakan mengenai tingkat kesegaran jasmani seseorang. Dimana
semakin baik volume oksigen maksimal seseorang maka akan semakin baik pula tingkat
kesegaran jasmaninya. Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kesegaran
jasmani seseorang adalah sebagai berikut :
1. Umur. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada
usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh
tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini
dapat dikurangi sampai separuhnya. Dan antara orang dewasa dengan orang tua juga
rerdapat perbedaan tingkat kesegaran jasmaninya dikarenakan kemampuan fungsional
organ tubuhnya terutama orang telah tua tidak lagi berjalan secara efektif dan efisien.
2. Jenis Kelamin. Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir
sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak- 7 anak laki-laki biasanya
mempunyai nilai yang jauh lebih besar. Perbedaan kesegaran jasmani antara pria dan
wanita ini disebabkan karena perbedaan ukuran otot dan juga perbedaan fungsional
organ tubuhnya.
3. Genetik ( keturunan ) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor genetik
sangat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Genetik ini berpengaruh
terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin atau sel serat
otot. Barubaru ini Malina dan Bouchard (1990) telah memperkirakan bahwa heriditas
bertanggung jawab 25 hingga 40% dari perbedaan V O2 Max.
4. Aktivitas Fisik. Istirahat ditempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan
cardio vascular sebesar 17- 27%. Efek latihan 8 minggu setelah istirahat tersebut
memperlihatkan daya tahan cardio vascular sebesar 62%. Kegiatan olahraga yang
biasa dilakukan sangat mempengaruhi kebugaran seseorang.

Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penimbunan berangsur-angsur endapan lemak terutamanya
kolesterol sehingga menyempitkan arteri dan mengurangkan aliran darah di dalamnya.
Penyakit ini melibatkan arteri di beberapa bagian badan, termasuk jantung (menyebabkan
serangan jantung) dan otak (menyebabkan stroke). Di dalam proses aterosklerosis, darah
beku akan terbentuk apabila darah mengalir melalui arteri yang sempit itu dan menyebabkan
aliran darah berhenti dengan tiba-tiba (Mulyaningsih, 2008).
Aterosklerosis berawal dari penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL
(lipoprotein densitas rendah) di dinding arteri. LDL secara normal bisa masuk dan keluar dari
dinding arteri lewat endotel. Masuknya lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah
meningkat seiring tingginya jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran
lipoprotein dan tekanan darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap
di dinding arteri. Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal proses
aterosklerosis dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi. Inflamasi atau peradangan
merupakan respon dasar tubuh terhadap luka, luka pada umumnya disebabkan oleh infeksi,
tetapi bisa juga sebagai reaksi alergi. Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks
adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), stroke bahkan kematian. Meskipun penyakit jantung
koroner merupakan salah satu momok dari seluruh penyakit di dunia, PJK dapat dicegah
dengan cara menghindari makanan yang tinggi kolesterol, lemak jenuh dan natrium, aktivitas
fisik serta menghindari rokok (Kaplan & Stamler, 1983).
PJK merupakan penyebab kematian tertinggi, dimana secara mendadak, terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan kematian pada otot
jantung. Faktor risiko PJK biasanya dikelompokkan jadi 2, yang dapat dirubah dan tidak
dapat diubah. Ketika seseorang punya faktor risiko berarti dia punya kemungkinan lebih
besar untuk mengalami PJK. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain jenis kelamin laki-
laki,usia tua,riwayat keluarga dengan penyakit jantung,dan penyakit jantung bawaan atau
penyakit lain dengan komplikasi PJK. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah gaya hidup
sedentary (tidak aktif), pola makan tinggi kalori atau lemak,hipertensi atau darah
tinggi,diabetes,dan disiplidemia (kolesterol tinggi). Olahraga sangat berperan bagi
pencegahan penyakit jantung. Olahraga akan meningkatkan aktivitas fisik, yang akan bantu
menguatkan otot jantung, memperlancar aliran darah ke otot jantung, meningkatkan suplai
glukosa dari dalam pembuluh darah ke otot sehingga mengontrol diabetes. Olahraga yang
baik, yang disarankan oleh persatuan dokter spesialis jantung adalah olahraga dengan
intensitas moderat yang dilakukan 3 kali seminggu minimal 30 menit.
Osteoartritis
Osteoartritis adalah kelainan degeneratif kronis dengan penyebab yang belum
diketahui, ditandai dengan hilangnya kartilago sendi secara bertahap. Distribusi penyakit ini
cukup luas di seluruh dunia dan mengenai populasi yang cukup banyak. Di Inggris dan
Wales, sekitar 1,3 sampai 1,75 juta orang mengalami osteoartritis, 500.000 di antaranya
menderita osteoartritis lutut parah. Osteoartritis menyebabkan disabilitas nomor dua setelah
penyakit kardiovaskular (Haq dkk, 2003: 377). Penyakit ini dapat mengenai satu sendi atau
lebih, terutama mengenai sendi yang menyangga berat badan seperti sendi lutut dan panggul.
Degenerasi kartilago sendi biasanya disertai dengan perubahan-perubahan di sekitar sendi
yang terkena, misalnya kelemahan otot dan pertumbuhan tulang baru, yang berakibat
berkurangnya mobilitas dan fungsi sendi. Program latihan yang didesain dengan baik,
meliputi latihan aerobik dan ketahanan, fleksibilitas dan mobilitas sendi, disertai dengan
pengaturan berat badan, obat- obatan, fisioterapi, proteksi sendi, dan pembedahan apabila
diperlukan, akan memperbaiki keluhan dan mengurangi dampak osteoartritis pada kehidupan
pasien.
Secara tradisional, osteoartritis dipandang sebagai penyakit degeneratif. Konsep
terbaru menyebutkan bahwa osteoartritis merupakan proses dinamis yang berkembang secara
episodik, ditandai dengan respons adaptif sendi sinovial terhadap berbagai stres lingkungan,
genetik, dan biomekanik. Penderita biasanya berusia lebih dari 50 tahun. Keluhan yang
dirasakan adalah nyeri dan kaku pada sendi yang terkena, terutama apabila melakukan
aktivitas dan mereda apabila istirahat. Kekakuan di pagi hari sering dirasakan, biasanya
hilang dalam waktu 30 menit. Gejala lain adalah krepitus dan bengkak. Krepitus ada apabila
sendi digunakan untuk bergerak. Bengkak disebabkan oleh deformitas tulang, misalnya
pembentukan osteofit, atau karena efusi yang disebabkan oleh akumulasi cairan sinovial (Haq
dkk, 2003: 377).
Dalam penanganan bahkan pencegahan yang dapat dilakukan dalam manajemen
osteoartritis dapat dilakukan dengan memperhatikan dalam mendesain program latihan fisik
untuk osteoartritis adalah memahami masalah fungsional yang paling mengganggu pasien.
Keterlibatan pasien dalam menentukan program latihan fisik dapat menunjang keberhasilan
terapi. Pada tahap awal, program diarahkan pada latihan untuk mengatasi keluhan yang
menimbulkan masalah fungsional seperti nyeri, keterbatasan ruang gerak sendi, atau
kelemahan otot. Segera setelah keluhan mulai membaik, program kebugaran untuk
memperbaiki kesehatan dan kapasitas fungsional dapat segera dimulai. Latihan fisik
disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila ada gejala-gejala seperti nyeri sendi selama
aktivitas, nyeri masih terasa 1-2 jam sesudah latihan, bengkak dan rasa lelah yang berlebihan,
program latihan harus dievaluasi lagi (American geriatrics society, 2001: 810). Tujuan latihan
fisik, yaitu memperbaiki fungsi sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres
pada sendi, meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, dan meningkatkan
kebugaran jasmani. Suatu systematic review terhadap program latihan memperlihatkan
pengurangan nyeri dan disabilitas derajat ringan sampai sedang, tergantung dari jenis latihan
(van Baar, 1999: 14-22). Adapun jenis latihan yang dapat dilakukan antara lain : terapi
manual, latihan fleksibilitas (ROM), latihan kekuatan, dan latihan aerobik.

Osteoporosis
Adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang
dan perburukan mikroarsitektur tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis terjadi ketika proses pengikisan tulang dan pembentukan tulang menjadi tidak
seimbang. Sel-sel yang menyebabkan pengikisan tulang (osteoklas) mulai membuat kanal
dan lubang dalam tulang lebih cepat daripada kerja sel-sel pemicu pembentukan tulang
(osteoblast) yang membuat baru untuk mengisi lubang tersebut sehingga tulang menjadi
rapuh (Alexander et al, 2010). Penyebab atau etiologi bersumber dari faktor-faktor resiko
yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan yang dimiliki oleh seorang individu.
Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan diantaranya: jenis kelamin, usia, ras, riwayat
keluarga, tipe tubuh, menopause. Faktor resiko yang dapat dikendalikan: kurang aktivitas
atau olahraga, pola makan kurang baik, merokok, minum alkohol, konsumsi kafein,
penggunaan obat-obatan.
American Collage of Sport Medicine merekomendasikan latihan fisik untuk kesehatan
bagi remaja cukup dengan intensitas 50-85% dari VO2 mak, frekuensi 3-5 kali perminggu,
dan durasi 15-60 menit (Fox, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Ertem (2008) yang
membandingkan antara latihan fisik intensitas sedang dan intensitas tinggi menyimpulkan
bahwa latihan intensitas sedang sangat baik untuk perkembangan massa tulang. Selain itu
McNeely (2010) memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kepadatan tulang pada
remaja sebagai pencegahan osteoporosis dini sebaiknya menggunakan olahraga dengan
intensitas sedang (60- 80%) (Ertem, 2008; McNelly, 2010). Jenis olahraga yang disarankan,
yaitu olahraga bersifat kardio atau melatih jantung, misalnya dengan berjalan kali, bersepeda,
jogging dan berenang. Selain itu juga bisa melakukan latihan kekuatan otot, dengan push up
dan sit up, back up dan squat.
Olahraga merangsang sekresi dari hormon pertumbuhan (growth hormone), salah satu
hormon yang berperan dalam masa pertumbuhan tulang. Olahraga akan menyebabkan
stressor yang akan merangsang hipotalamus-hipofisis anterior mensekresi growth hormon.
Hormon pertumbuhan akan merangsang hepar untuk menghasilkan Insulin - Like Growth
Factor – 1 (IGF-1) yang akan meningkatkan kinerja sel osteoblas, sedangkan sel osteoklas
kinerjanya akan menurun, sehingga pembentukan 14 tulang akan lebih tinggi dibandingkan
dengan proses resorpsi tulang (Guyton, 2006; Ganong, 2008).

KESIMPULAN
Pergeseran pola hidup dari banyaknya aktivitas secara dinamis menjadi penyebab
menurunnya tingkat kebugaran. Hal tersebut merupakan dampak negatif dari semakin
tingginya tuntutan hidup di era kamajuan dan perkembangan teknologi, sehingga orang
cenderung statis kurang kerja fisik dan bermalasmalasan (sedentary). Keadaan kurang gerak
(Hipokinetik) dapat menyebabkan berbagai problematika kesehatan yang ditandai dengan
semakin banyaknya orang terkena penyakit degeneratif atau non infeksi seperti jantung
koroner, hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, sakit pinggang, gampang
kelelahan, dan sebagainya. Untuk mengatasi hal ini tentunya terdapat upaya-upaya yang
dapat dilakukan melalui pembinaan kesehatan, yang terdiri atas 2 bagian, yaitu : Pembinaan
kesehatan melalui faktor manusia dan pembinaan kesehatan melalui faktor lingkungan. Usaha
ini sebenarnya juga termasuk dalam usaha pencegahan (preventif). Jadi, sebenarnya upaya
pencegahan ini mempunyai sasaran yakni : (1) Usaha pencegahan melalui faktor manusia
dengan meningkatkan fungsi unusr-unsur tubuh manusia itu sendiri seperti melalui olahraga.
(2) Usaha pencegahan melalui faktor lingkungan dengan cara meningkatkan perbaikan
lingkungan dan mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan sakit.
Selanjutnya usaha pencegahan pada manusia terutama sekali ini dilakukan dengan
cara meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitasnya. Pembinaan kesegaran jasmani
merupakan salah satu dari usaha pencegahan pada manusia dengan tujuan meningkatkan
derajat kesehatan melalui peningkatan kemampuan geraknya. Sungguh tidak mungkin orang
memperoleh peningkatan kemampuan gerak jika dia tidak mau menggerakkan jasmaninya
atau berolahraga. Dan pembinaan kesegaran jasmani merupakan salah satu kegiatan yang
berpotensi besar untuk meningkatkan kemampuan gerak.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. (2012). Olahraga Kebugaran Jasmani: Sebagai Suatu Pengantar.
Alexander I.M, Knight K.A. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Osteoporosis dan Osteopenia
(ed 2). Jakarta: Indeks.
American geritrics society. (2001). “Exercise prescription for older adults with osteoarthritis
pain: consensus practice recommendation”. JAGS; 49:808- 23.
Bompa TO. 1994. Theory and metodology of training, the key to athletic performance 3rd ed.
Lowa: Hunt Publising Company.
Borer K. 2005. “Physical activity in the prevention and amelioration of osteoporosis in
women”. Sports Med. 35 (9): 779-830.
Deyle,G.D., Handerson, N.E., & Matekel, R.L. (2000). ”Effectiveness of manual physical
therapy and exercise in osteoarthritis of the knee. A randomized controlled trial”.
Ann Intern Med, 132:178-81.
DiNubile, N.A. (1997). “Osteoarthritis: how to make exercise part of your treatment plan”.
The Physician & sportmedicine, vol.25. no.7: 1-10.
Febriani Fajar, E. (2018). Upaya Mencegah Penyakit Jantung dengan Olahraga Oleh:
Febriani Fajar Ekawati 1. 257–266.
Felson, D.T., Zhang,Y., & Hannan, M.T. (1995).”The incidence & natural history of knee
osteoarthritis in the eldery: the Framingham oateoarthritis study”. Arthritis Rheum;
38:1500-5.
Fitzgerald, G.K. (2004).”Role of physical therapy in management of knee
osteoarthritis”.Curr Opin Rheumatol; 16:143-7.
Harsuki, H. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Haq, I., Murphy, E., & Dacre, J. (2003). “Osteoarthriti”s. Postgrad Med J; 79:377-83.
Ide P. 2012. Agar tulang sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Jasmani, P., Dan, K., & Yogyakarta, U. N. (2008). Penderita jantung menjadi bugar melalui
olahraga.
Kelley, M.T. (2006). ”Nonsurgical management of osteoarthritis of the knee”. JAAPA;19,1;
26-33.
Lee, A., Wong, W., & Wong, S. (2005). “Clinical guidelines for managing lower-limb
osteoarthritis in Hongkong primary care setting”, Guidelines: 1-30.
Majid, A. (2007). Penyakit jantung Koroner: Patofisiologi, pencegahan dan pengobatan
terkini. Universitas Sumatera Utara.
Mc Veigh J, Kingsley S, Gray D, Loram LC, 2010. “Swimming enhances bone mass
acquisition in growing female rats”. Journal of Sports Science and Medicine. 9: 612-
619.
McNeely E. 2010. “Training to improve bone density in adults: a review and
recommendations”. The Sport Journal. 13:3.
Norman, M. K., and Stamler, J. (1983). Prevention of Coronary Heart Disease Practical
Management of The Risk Factors. Philadelphia: W. B.Saunders Company.
Ocarino NM, Serakides R. 2006. “Effect of the physical activity on normal bone andon the
osteoporosis prevention and treatment”. Rev Bras Med Esporte. 12: 149 – 152.
Reginster, Y., Deroisy, R., & Rovati, L. (2001). “Longterm effects of glucosamine sulphate
on osteoarthritis progression. A randomized controlled trial”. Lancet; 357:251-6.
Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Setiati, S., et. al. (2017). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2
Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing.
Tjokroprawiro A, 2000. Introduction with osteoporosis. Naskah Symposium on Osteoporosis,
FK UNAIR. Surabaya.
Van Baar. (1999). “Effectiveness of exercise therapy in patients with osteoarthritis of the hip
or knee: a systematic review of randomized controlled study”. AccupunctMed;
22:14-22.
Wijayanto, M. A. (2019). Olahraga Sebagai Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.

You might also like