Makalah Fiqh, U, Fiqh

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

MAKALAH

“Sumber Hukum Kedua : As - sunnah”

DOSEN PENGAMPU :

Muhammad Aidil Aqsar, M.Kom. I

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Risandi Alfariz (0702222155)

Ryan Suhendra (0702222154)

Zikri Ezza Alhira (0702222153)

Fatimah Azzahra Putri (0702222180)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
‫ٱلر ِحي ِم‬ َّ ‫ِبسۡ ِم ٱلل َّ ِه‬
َّ ‫ٱلرح َٰۡم ِن‬

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta karunia-NYA kepada kita sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Teori Belajaran Dan Kurikulum yang berjudul
“Asunnah” Shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah menjauhkan kita dari jalan kegelapan.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu bapak


Muhammad Aidil Aqsar, M.Kom. I selaku dosen Ushul Fiqih yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah. Serta, Rekan-Rekan kelompok 2
yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
“Asunnah” Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah
Ushul Fiqih Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca agar makalah ini lebih baik ke depannya. Sekian dan terimakasih.

Medan, 13 Maret

Penulis,

Kelompok 2

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Definisi As-sunnah dan Fungsinya........................................................3
2.2 Macam-macam As-sunnah dan Perbedaannya dengan Hadist .............4
2.2.1 Sunnah Qauliyyah......................................................................4
2.2.2 Sunnah Fi`liyyah........................................................................8
2.2.3 Sunnah Taqririyyah...................................................................14
2.3 Kehujjahan As sunnah ..........................................................................4
2.4 Hubungan antara As-sunnah dan Al - Quran ........................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................20


3.1 Kesimpulan............................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahwasannya ilmu Ushul Fiqih merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan


seorang mujtahid didalam menjelaskan nash-nash dan mengelompokan sebuah hukum yang
tidak terdapat nashnya, juga merupakan ilmu yang sangat diperlukan oleh qadh’I
didalam memahami isi undang-undang secara lengkap, disamping pelaksanaan perundang-
undangan secara adil sesuai dengan maksud syar’i. Dalam hal ini kami akan membahas sumber
hukum islam yang ke-2 yaitu As-Sunnah,ulama Fiqh memandang As-sunnah secara etimologi
berarti jalan, tetapi kalau kata inidikaitkan dengan Rasulullah SAW, baik dalam
kata ataupun pengertiannya, makamaksudnya adalah suatu sabda atau perbuatan
atau taqrir beliau.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan asunnah?


2. Apa yang dimaksud dengan kehujjahan asunnah?
3. Apa saja hubungan assunah dengan alqur’an?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa pengertian Asunnah


2. Mengetahui maksud dari kehujjahan assunah
3. Untuk memahami hubungan assunah dengan alqur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN
 

2.1 Definisi As-sunnah Dan Fungsinya

1
As-Sunnah berarti sesuatu yang diriwayatkan (diambil) dari Rasulullah Saw.
Berupa perkataan, perbuatan fsn persetujuannya. Atau dapat dikatakan sebagai
lawan dari bid`ah, As-sunnah juga dapat dimaksudkan dengan sesuatu yang
dilakukan oleh para sahabat ; baik hal itu terdapat dalama alquran atau dalam
sunnah atau tidak pada nyata, hanya saja tidak diriwayatkan sampai kepada kita
atau sebagai ijtihad yang telah disepakati mereka atau para penerus mereka,
sebagaimana mereka lakukan dalam pengumpulan mushaf dan penulisan buku-
buku yang semisal.
Sedangkan dalil yang menunjukan pengertian tersebut ialah sabda
Rasulullah Saw :
“Hendaklah kamu berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para
khulafaur rasyidin sesudahku. “
Pengertian tersebut diatas adalah definisi sunnah yang pertama, dan akan kami
jelaskan pengertian sunnah lainnya .
Sebagian besar ayat-ayathukum dalam Al-Qur’an masih bersifat global,
yang masih memerlukan penjelasan dalam implementasiny. Fungsi sunnah yang
utama adalah untuk menjelaskan Al-qur’an, sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah SWT dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu
menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (QS.
An-Nahl:44)Al-Qur’an disebut sebagai sumber hukum dan dalil hukum yang
pertama, dan sunnah disebut sumber hukum dan dalil hukum kedua(bayan)
setelah Al-Qur’an. Dalam kedudukan sebagai sumber dan dalil hukum kedua,
sunnah menjalankan fungsinyasebagai berikut:

a. Bayan ta’kid

Bayan Ta’kid yaitu menetapkan dan menegaskan hukum-hukum yang


tersebut dalam Al-Qur’an. Dalam ini sunnah hanya seperti mengulangi apa yang
dikatakan Allah dalam Al-qur’an. Contohnya Allah berirman: Dan dirikanlah
1
Syaikh Muhammad al-Khudhari Biek,”Ushul Fikih”, Pustaka Amani , Jakarta September 2007
h.145

2
shalat dan tunaikanlah zakat. (QS.al-Baqarah:110) b. Bayan tafsirBayan Tafsir
yaitu memberikan penjelasan arti yang masih samar dalamAl-Qur’an, atau
terperinci apa -apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar, memberi
batasan terhadap apa yang disampaikan Allah secara mutlak.Perintah shalat
disampaikan Al-qur’an dalam arti yang ijmal, yang masih samar, artinya karena
dapat saja dipahami dari padanya semata doa sebagai yang dikenalsecara umum
pada waktu itu. Kemudian Nabi melakukan perbuatan shalat secara jlas dan
terperincidan menjelaskan kepada umatnya : “inilah shalat dan kerjakanlah
shalatitu sebagai mana kamu lihat aku mengerjakannya.”Dalam Al-Qur’an secara
umum dijelaskan bahwa anak laki-laki dan anak perempuanadalah ahli waris bagi
oang tuanya yang meninggal(QS.an Nisa’:7) sunnah Nabi membatasi hak warisan
itu hanya kepada anak-anak yang bukan penyebab kematianorng tuanya itu,
dengan ucapan: pembunuh tidak dapat mewarisi orang yang dibunuhnya”.

b. Bayan Tasyri

Bayan Tasyri yaitu menetapakn suatu hukum dalam sunnah yang secara
jelas tidak di sebutkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa
sunnah menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapakn Al-Qur’an. Seperti al-
Qur’an menjelaskan tidak bolehnya mengawini dua perempuan yang bersaudara
dalam waktu yang sama. (QS: an-Nisa:23). Sunnah Nabi memperluas hal itu
dengan ucapan: “Tidak boleh memadu seseorang dengan bibinya atau dengan
anak saudaranya”.

Al-qur’an melarang mengawini perempuan yang mempunyai hubungan


nasab. Sunnah Nabi memperluas laranngan mengawini saudara sepersusuan.
Larangankarena sebab susuan , disamakan dengan larangan karena sebab
hubungan nasab.Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas apa yang
ditetapkan tersendirioleh sunnah itu, pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap
apa yang disinggung Allah dalam Alqur’an atau memperluas apa yang disebutkan
Allah secara terbatas.Umpama Allah SWT menyebutkan dalam al-Qur’an tentang
haramny memakan bangkai, darah, daging babi dan sesuatu yang disembelih tidak
dengan menyebut namaAllah(QS. Al-Maidah:3). Kemudian mengatakan
“haramnya setiap binatang buas yang bertaring dan kukunya mencekam’.
Larangan ini secara lahir dapat dikatakan sebagai hukum baru yang ditetapkan
oleh Nabi. Sebenarnya larangan Nabi itu hanyalah penjelasan terhadap larangan
Allah memakan sesuatu yang kotor(QS. Al- a’raf:33)

3
2.2 Macam-macam As-sunnah dan perbedaanya dengan al-hadist dan al-
Atsar

1. Macam-macam As-sunah

a. Sunnah fiqliyah

Yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi SAW. Yang dilihat, atau


diketahui dan disampaikan para sahabat pada orang lain. Misalnya, tata
cara yang ditunjukan Rosullah SAW. Kemudian disampaikan sahabat
yang melihat ataumengetahuinya kepada orang lain.

b. Sunnah Qouliyyah

Yaitu ucapan Nabi SAW. Yang didengar oleh sahabat dan


disampaikan beberapa sahabat kepada orang lain. Misalnya, sabda
Rosullah yang diriwayatkan Abu Hurairah: “tidak sah shalat seseorng
yang tidak membaca surat Al-Fatihah” (HR al-Bukhari dan Muslim}

c. Sunnah taqqririyyah

Yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan dihadapan Nabi


SAW, tetapi Nabi hanya diam dan tidak menceganya. Sikap diam dan tdak
mencegah dari Nabi SAW ini, menunjukan persetujuan Nabi SAW
(taqqrir),terhadap perbuatan sahabat tersebut.

2. Perbedaan As sunnah dengan hadits dan atsar

Ada beberapa istilah yang mengandung perbedaan makna dalam


pembicaraan sunnah, istilah itu adalah Sunnah, Hadist dan Atsar. Istilah sunnah
bisa disandarkan kepada Nabi, sahabat, dan umat manusia pada umumnya. Istilah
Hadist biasanya digunakan hanya terbatas kepada terhadap apa yang datang dari
Nabi Muhamad SAW. Istilah Atsar digunakan terhadap apa yang datang dari
sahabat, tabi’in dan orang-orang sesudahnya.

2.3 Kuhujjahan As sunnah

Umat islam sepakat bahwa Ucapan, perbuatan, dan penetapan Rosullah


Saw yang mengaruh pada hukum atau tuntutan dan sampai kepada kita dengan
sanad yang sahih yang mendatangkan kepastian atau dugaan kuat atas
kebenarannya adalah Hujjah bagi umat islam. Ia adalah sumber yang digunakan
oleh para mujtahid untuk menetapkan hukum syra’ atas perbuatan orng -orang
mukallaf. Artinya, hukum yang terkandung didalam al-Sunnah sejalan dengan
hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah undang-undang yang harus di
ikuti.Bukti atas kekuatan al-Sunnah sebagai hujjah sangat banyak, antara
lain:Pertama:

4
Nash-Nash Al- Qur’an. karena Allah SWT sering kali dalam ayat-ayat Al-
Qur’an memerintahkan untuk taat kepada Rosul-Nya, menjadikan taat kepad rosul
sebagai bukti ketaatan kepada-Nya. Dia memerintahkan kepad umat islam untuk
mengembalikan perselisihan pendapat yang terjadi diantara mereka kepada Allah
dan Rosulnya. Dia tidak memberikan alternative lain kepada umat islam ketika
Allah dan Rosulnya telah menetapkan suatu hukum. Dia juga tidak menganggap
beriman bagi mereka yang tidak puas dan tidak menerima atas keputusan Rosul.
Semua ini adalah buktidari Allah bahwa penetapan hukum yang dilakukan
Rosullah adalah penetapan hukum Tuhan yang diikuti.

Kedua: kesepakatan para Sahabat rasulullah, baik semasa hidup Maupun


sepeninggal Rosulullah SAW. Akan kewajiban mengikuti sunnah Rasul. Dimasa
hidup Nabi, parasahabat telah melaksanakan hukum, menjalankan perintah dan
( menjahui) larangan Nabi SAW; halal dan Haram. Dalam melaksanakan
kewajiban mengikuti, mereka tidak membedakan antara hukum yang berasal dari
wahyu Allah berupa Al-Qur’an atau hukum yang keluar dari Nabi sendiri. Oleh
karena itu Mu’adz bin Jabal berkata, “ bilaaku tidak menemukan hukum yang aku
jadikan putusan maka aku putuskan dengan sunnah Rasul. “ demikian juga pada
saat Rasulullah telah wafat, bila mereka tidak menemukan hukum atas sesuatu
yang terjadi pada mereka, maka diputuskan dengan rujuk kepada sunnah
Rasulullah. Ketika Abu bakar tidak hafal sunnah mengenai suatu kejadian, dia
bertanya pada umat islam, “ apakah diantara kalian ada yang hafal sunnah dari
Nabi kita mengenai kejadian ini?” demikian juga dilakukan oleh Umar, para
sahabat yang bertugas menyampaikan fatwa dan member putusan hukum, para
tabi’in dan tabi’ittabi’in, karena tidak diketahui seorang diantara mereka yang
menyalahi kesepakatan bahwa ketika penukilan sunnah Rasul itu Shahih, maka
wajib untuk di ikuti.

Ketiga: Allah SWT dalam Al-Qur’an telah menetapkan berbagai


kewajiban yang masih bersifat global, hukum dan petunjuk pelaksanaannya tidak
terperinci. Seperti Firman Allah: “dirikanlah shalat dan tunaikanlah Zakat” (QS.
A-Nissa:77) “diwajibkan atas kamu berpuasa “ (QS. Al-Baqarah: 183)
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah ”(QS. Al-Imran:97)
Allah tidak menjelaskan bagaimana bagaimana cara mendirikan shalat ,
menunaikan zakat, melaksanakan puasa dan haji. Kemudian Rasulullah SAW,
menjelaskan kegelobalan ayat-ayat tersebut dengan ucapan atau perbuatan beliau,
karena Allah telah memberi kekuasaan kepada beliau untuk memberikan
penjelasan dengan firmannya. Apabila Al Sunnah yang menjelaskan keglobalan
Al Quran itu bukan hujjah atas umat islam dan bukan undang-undang yang harus
di ikuti, maka tidak mungkin untuk melaksanakan kewajiban dan hukum-hukum
yang ada dalam Al Quran. Al Sunnah wajibdi ikuti karena ia dating dari Rosul
dan di riwayatkan dengan sanad yang dapat di pastikan atau di duga kuat dari
Rosul.Semua sunnah syara’ yang di akui sahih dari Rosuladalah hujjah yang harus

5
di ikuti, baik menjelaskan hukum yang terkandung dalam AlQuran atau
menetapakan hukum (baru) yang tidak terdapat dalam Al Quran. Karena sunnah-
sunnah itu sumbernya itu adalah Rosul yang ma’shum yang telah diberi
kekuasaan oleh Allah swt,untuk menjelaskan dan membuat hukum syara’.

2.4 Hubungan antara Al-Qur’an dan As-sunnah

Hubungan as sunah dengan alqur’an ditinjau dari segi penggunaan hujjah


dan pengambilan hukum-hukum syari’at adalah bahwa assunnah itu sebagai
sumber hukum yang sederajat lebih rendah dari pada alqur’an, artinya ialah bahwa
seorang mujtahit dalam menetapkan hukum suatu peristiwa tidak akan mencari
dalam assunnah lebih dahulu, kecuali bila ia tidak mendapatkan ketentuan
hukumnya didalam alqur’an hal itu di sebabkan karena alqur’an menjadi dasar
perundang-undangan dan sumber hukum yang pertama. Apabila ia memperoleh
ketentuan hukum yang dicarinya didalam alqur’an harus diikutinya dan apabila
tidak mendapatkannya, maka ia harus mencari dalam assunnah dan bila ia
mendapatkannya dari assunnah hendaklah di ikutinya. Adapun hubungan
assunnah dengan alqu’an dari segi materi hukum yang terkandung didalamnya ada
tiga macam:

a. Menguatkan hukum suatu peristiwa yang letah di tetapkan hukumnya di dalam


al qur’an. Dengan demikian hukum peristiwa tersebut di tetapkan oleh dua buah
sumber.Yakni alqur’an sebagai sumber penetap hukum dan as-sunnah sebgai
sumber yang menguatkannya.

b. Memberikn keterangan (bayan) ayat - ayat alqur’an. Dalam memberikan


penjelasan ini ada tiga macam. Yakni:

1. Memberikan perincian ayat-ayat yang masih mujmal

2. Membatasi kemutlakannya. misalnya al qur,an membolehkan kepada


orang yang akan meninggal berwasiat atas harta peninggalanya berapa saja
dengan tidak dibatasimaksimalnya.Kemudian rosulullah memberikan
batasan maksimal wasiat yang di perkenankan dalam salah satu
wawancaranya dengan Sa’ad bin Abi Waqqash yang memintah agar di
perkenankan berwasiat 2/3 harta peninggalannya. Setelah permintaan
wasiat sebesar itudi tolak oleh beliau, mnta di perkenankan wasiat ½ harta
peninggalannya dan setelah permintaan yang akhir ini di tolak pula, lalu
minta di perkenankan 1/3 hartanya.Rosulullah mengizinkan 1/3 ini.
Katanya: “...sepertiga itu adalah banyak dan besar. Sebab jika kamu
meninggalkan ahli waris mudalam keadaan kecukupan adalah lebih baik

6
dari pada jika kamu meninggalkan dalam keadaan miskin yang meminta-
minta pada orang banyak.”

3. Mentakhshihkan keumumannya. Misalnya Allah berfirman secara


umum keharammakan bangkai ( binatang yang tiada di sembelih dengan
nama Allah) dan darah. Dalamfirman-Nya: “ diharamkan bagi kamu
makan bangkai , darah dan daging babi” (al -Maidah :3)Kemudian
Rosulullah SAW. Mengkhususkannya dengan memberikan
pengecualiankepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa.4.
Menciptakan hukum baru yang tiada terdapat di dalam Al- qur’an.
Misalnya beliau menetapkan hukum haramnya binatang buas yang
bertaring kuat dan burung yang berkuku kuat.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan
dalam termasingkat tentang “As -Sunnah” ini:

- As-Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi SAW,


baik secara perkataan, perbuatan, dan penetapannya.

- Macam-macam as sunnah ada tiga, yaitu sunnah qaulyyah, sunnah


fi’lyyah, dan sunnah taqqriryah.

- Hubungan as sunnah dengan Al-Qur’an yaitu menguatkan hukum suatu


peristiwa yang telah di tetapkan hukumnya di dalam alqur’an,dan
Memberikn keterangan (bayan) ayat-ayat Al Qur’an.

3.2 Saran
Kita sebagai generasi muda harus bisa , terus menjaga dan mengamalkan
sunnah sunnah Rasulullah, dan menjadi umat Rasulullah yang sangat ia cintai
dikarenakan mengamalkan sunnah sunnah nya.
Jika kita tidak menjaga dan mengamalkan sunnah sunnahnya , yang ada
generasi milenial seperti kita akan mungkin sunnah sunnah Rasulullah akan pudar
di tengah tengah Pemuda milenial seperti kita. Jadi kalau bukan kita yang
mengamalkan sunnah nya siapa lagi ?

8
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar yahya, dasar-dasar pembinaan hukum fiqih-islami Khallaf , Abdul


Wahab.

Ilmu Ushul Fikih, jakarta: , pustaka AmaniUsman,

Suparman. hukum islam, jakarta: gaya media pratama,2001Thalib.

Muhammad,ilmu ushul Fiqh, jakarta:bina ilmu,1977

Syaikh Muhammad al-Khudhari Biek,”Ushul Fikih”, Pustaka Amani , Jakarta


September 2007 h.145

You might also like