Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL PIKOM

(Penelitian Komunikasi dan Pembangunan) Vol. 21 No. 1 Juni 2020

PENERAPAN APLIKASI MOBILE UNTUK PELAPORAN KINERJA


PEGAWAI DALAM MENDUKUNG e-GOVERNMENT

THE UTILIZATION OF MOBILE APPLICATION AS EMPLOYEES


PERFORMANCE REPORT IN SUPPORTING e-GOVERNMENT
Maulidatur Rohmah1 dan Eriyanto2
1,2
Pascasarjana Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia
Kampus UI Salemba, Gedung IASTH Lantai 6
Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430
maulidatur.rhm@gmail.com

Diterima : 18 September 2019 Direvisi : 16 Oktober 2019 Disetujui : 27 Januari 2020

ABSTRACT
e-Visum is a mobile performance report application to implement e-government concepts. The purpose of the
application built by BKKBN and an app developer is to report the daily activities of Keluarga Berencana
(KB) instructors more easily, effectively, efficiently, and in realtime. This study aims to analyze the possible
impact of e-Visum development with third party involvement, along with the adoption rate by KB instructors
in various provinces. This study used a qualitative approach with case study method. The data were
collected through semi-structured interviews and e-Visum filling report. Based on the interviews, it was
found that the development of e-Visum has brought many positive impacts both for KB instructors or
BKKBN, but there were also negative impacts that should be anticipated about data security and
confidentiality. The results showed that e-Visum utilization has increased from 64,8% in January to 75,09%
in September 2018. The length of time required was an important factor in the innovation adoption process.
Based on the rate of adoption, East Java fell into innovator category, while North Maluku, Papua, and West
Papua were categorized in laggard category.

Keywords: e-Visum, Innovation Diffusion, e-Government

ABSTRAK
e-Visum merupakan aplikasi mobile pelaporan kinerja pegawai untuk mendukung penerapan e-government.
Tujuan dari aplikasi yang dibangun oleh BKKBN bersama pihak ketiga ini adalah agar para penyuluh
Keluarga Berencana (KB) di daerah dapat melaporkan kegiatan hariannya dengan lebih mudah, efektif,
efisien, dan secara real time. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari pengembangan
aplikasi kinerja mobile pegawai dengan adanya keterlibatan pihak ketiga, serta mengetahui bagaimana
tingkat adopsi para penyuluh KB di berbagai provinsi dalam memanfaatkan e-Visum sebagai aplikasi
pelaporan kinerja mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dan laporan pengisian e-Visum
sebagai pengumpulan data sekunder. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pengembangan aplikasi
e-Visum memiliki dampak positif bagi penyuluh KB maupun BKKBN, namun ada juga dampak negatif yang
harus diperhatikan terkait dengan faktor keamanan dan kerahasiaan data. Hasil analisa data laporan pengisian
e-Visum menunjukkan adanya peningkatan dalam pemanfaatan aplikasi kinerja mobile e-Visum oleh
penyuluh KB, yaitu dari 64,8% di bulan Januari menjadi 75,09% pada bulan September 2018. Lamanya
waktu yang dibutuhkan menjadi faktor penting dalam sebuah proses adopsi inovasi. Berdasarkan kecepatan
waktu adopsinya, Jawa Timur masuk dalam kategori inovator, sedangkan Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat masuk ke dalam kategori lamban.

Kata Kunci: e-Visum, Difusi Inovasi, e-Government

DOI: http://dx.doi.org/10.31346/jpikom.v21i1.2481 27
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

PENDAHULUAN teknologi ke dalam proses administrasinya,


Perkembangan teknologi informasi dan misalnya inovasi layanan kesehatan melalui e-
komunikasi mengakibatkan pergeseran Health milik pemerintah Kota Surabaya.
penggunaan media dari yang semula analog Selain mampu menghilangkan sistem antrian
menjadi digital. Hal ini sejalan dengan pasien secara fisik, e-Health juga telah
pertumbuhan pengguna internet dan media terintegrasi dengan data kependudukan dan
sosial yang meningkat drastis dari tahun ke informasi pasien di puskesmas/rumah sakit di
tahun. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kota Surabaya sehingga pelayanan kesehatan
www.wearesocial.com, pada tahun 2019 menjadi lebih efisien (Putra, 2016). Selain di
tercatat jumlah pengguna mobile mencapai sektor pelayanan publik, organisasi pemerintah
355,5 juta dari total populasi penduduk 268,2 juga telah menggunakan media digital dalam
juta jiwa (Kemp, 2019). Artinya, seorang pengelolaan internal organisasi. Peralihan dari
individu ada yang memiliki lebih dari satu pelaporan kinerja manual menjadi pelaporan
mobile phone. Pengguna internet di Indonesia digital merupakan bentuk pemanfaatan
juga mengalami peningkatan 13% dari data teknologi informasi untuk meningkatkan
tahun 2018. Data ini menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi operasional program
masyarakat Indonesia sudah semakin familiar pemerintah.
dengan teknologi komunikasi dan pemanfaatan Badan Kependudukan dan Keluarga
jaringan internet. Smartphone menjadi Berencana Nasional atau yang disingkat
infrastruktur penunjang yang paling banyak BKKBN, selaku lembaga nonkementerian
digunakan untuk mengakses jaringan internet, yang berwenang dalam bidang pengendalian
yaitu sebesar 60% (Kemp, 2019). penduduk dan keluarga berencana juga secara
Dalam beberapa dekade terakhir, perlahan menerapkan konsep e-government
perkembangan teknologi komunikasi telah dalam mengelola internal organisasinya. Salah
memunculkan media baru yang dinamakan satunya adalah dengan membangun aplikasi e-
media digital. Digitalisasi tersebut telah Visum, yaitu aplikasi mobile untuk pelaporan
mengubah gaya hidup dan perilaku, baik kinerja bagi para penyuluh keluaga berencana
individu, kelompok, maupun organisasi yang tersebar di daerah. Aplikasi e-Visum
(Meranti & Irwansyah, 2018). Peluang ini penyuluh KB dapat diunduh di Google Play
dipergunakan juga oleh organisasi pemerintah Store melalui fasilitas smartphone android
yang mulai memanfaatkan teknologi dalam yang dimiliki oleh para penyuluh tersebut.
pengelolaan organisasinya. Salah satunya Dengan memasukkan aplikasi e-Visum ke
adalah melalui pengembangan aplikasi Google Play Store, para penyuluh KB yang
kepemerintahan untuk menunjang tugas dan tersebar di seluruh desa di Indonesia dapat
fungsi pegawai, yang sering disebut dengan e- dengan mudah mengunduhnya untuk
government. Hampir semua lembaga kemudian menggunakannya sebagai media
pemerintah, khususnya di Indonesia, telah pelaporan, pencatatan dan pengumpulan data
mulai menerapkan e-government. secara online.
Proses birokrasi yang panjang dan Penggunaan teknologi dalam
berbelit, terutama di sektor pelayanan publik pemerintahan (e-government) menarik untuk
mampu diatasi dengan memanfaatkan dikaji. Pengembangan sistem digital dalam

28
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto

pemerintahan menjadi sebuah target yang Januari 2018. Aplikasi e-Visum berisi data-
harus direalisasikan oleh tiap lembaga data penyuluh KB dan laporan hasil kegiatan
pemerintah. Dalam pembuatan aplikasi mobile, yang dilakukan tiap harinya. Aplikasi ini
lembaga pemerintah seringkali menggunakan memiliki fitur beranda, kegiatan,
jasa pihak ketiga selaku pengembang atau pengumuman, dan profil. Aplikasi e-Visum
vendor karena keterbatasan sumber daya terus mengalami pengembangan dengan
internal. Fokus penelitian ini adalah mengenai menambahkan fitur-fitur dan tampilan baru
aplikasi e-Visum BKKBN yang melibatkan yang lebih baik dan mendukung analisis
pihak ketiga dalam pengembangannya serta kinerja penyuluh KB dan pembaharuan
pemanfaatan e-Visum sebagai aplikasi terakhirnya adalah e-Visum versi 3.0.
pelaporan kinerja oleh para penyuluh KB. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Kependudukan dan Keluarga Berencana
mengetahui dampak yang mungkin terjadi Nasional Nomor 22 Tahun 2017 dan Petunjuk
dengan adanya keterlibatan pihak ketiga dalam Teknis Pelaksanaan e-Visum, ada 2 (dua)
pengembangan aplikasi e-Visum dan kategori kegiatan yang harus dijalankan oleh
mengetahui bagaimana tingkat adopsi para para penyuluh KB di lapangan, yaitu kegiatan
penyuluh KB dalam memanfaatkan aplikasi e- penyuluhan dan nonpenyuluhan. Penyuluhan
Visum sebagai aplikasi pelaporan kinerja merupakan kegiatan penyampaian komunikasi,
mereka ditinjau dari teori difusi inovasi. Hasil informasi dan edukasi (KIE) program
penelitian ini secara praktis diharapkan dapat kependudukan, KB dan pembangunan
menjadi masukan dan pertimbangan bagi keluarga (KKBPK) dalam upaya
lembaga pemerintah yang mulai menerapkan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
konsep e-government dalam pengelolaan individu, keluarga dan atau masyarakat (baik
organisasinya, baik di internal maupun KIE perseorangan maupun kelompok).
eksternal. Adapun kegiatan nonpenyuluhan umumnya
Berbagai aplikasi telah dibangun dan bersifat administratif, rutinitas, koordinasi dan
dikembangkan oleh BKKBN untuk pengembangan serta kegiatan lainnya dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program KKBPK (BKKBN,
pengelolaan program, salah satunya adalah e- 2017).
Visum. Aplikasi ini menyediakan laporan Menurut data SIMSDM (Sistem
kinerja mobile bagi para penyuluh keluarga Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia)
berencana. Disebut mobile karena aplikasi ini Biro Kepegawaian BKKBN per tanggal 1
dapat dioperasikan melalui fasilitas Oktober 2018, jumlah tenaga penyuluh KB
smartphone android yang dimilikinya dan bisa yang tersebar di seluruh Indonesia ada
digunakan di mana saja mereka berada (Thulin sebanyak 14.758 orang. Para penyuluh
& Vilhelmson, 2007). Aplikasi e-Visum ini tersebut harus melaporkan detil kegiatan
dikembangkan oleh BKKBN pada tahun 2017 hariannya secara online beserta titik koordinat
bekerja sama dengan pihak ketiga selaku lokasi kerjanya. Menurut Clare and
pengembang aplikasi atau vendor yang telah Loucopoulos (1987), informasi merupakan
memenuhi kualifikasi. Aplikasi kinerja mobile hasil dari pemrosesan data yang bermakna.
ini secara resmi digunakan pada tanggal 1 Jadi, data tersebut haruslah faktual, artinya

29
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

dihasilkan dari rekaman peristiwa yang terukur kecepatan yang berbeda-beda meskipun
dan eksplisit (Checkland and Holwell, 1998). mereka berada dalam sebuah lingkungan atau
Data yang dimasukkan ke dalam aplikasi e- sistem sosial yang sama. Berdasarkan
Visum nantinya akan digunakan untuk kecepatan dan sikap terhadap sebuah inovasi,
memantau dan menilai kinerja para penyuluh individu dapat dibagi ke dalam lima tingkatan
KB. Hasil penilaian itu akan berimplikasi (Rogers, 2003). Pertama, inovator, yakni
terhadap besaran tunjangan kinerja yang individu yang pertama kali mengadopsi
diterimanya setiap bulan. inovasi. Individu kategori ini dicirikan dengan
Menurut Rogers (1995), difusi keberaniannya dalam mengambil risiko,
merupakan sebuah proses mengomunikasikan mobile, cerdas, dan memiliki kemampuan
sebuah inovasi melalui saluran tertentu ekonomi yang tinggi. Kedua, perintis/pelopor
sepanjang waktu kepada anggota sistem sosial. (Early Adopters). Individu kategori ini
Ada empat elemen utama difusi inovasi menjadi perintis dalam penerimaan inovasi.
(Lehmann, 2007). Pertama, inovasi yaitu ide, Ketiga, pengikut dini (Early Majority).
karya, atau objek yang dianggap baru oleh Kategori ini umumnya penuh pertimbangan
seseorang. Kedua, komunikasi yakni proses dan akan melihat sekitarnya terlebih dahulu
penyusunan dan penyampaian pesan oleh sebelum melakukan adopsi. Keempat,
pelaku yang terlibat kepada orang lain dengan pengikut akhir (Late Majority). Individu yang
tujuan untuk mencapai pemahaman yang masuk kategori ini menjadi pengikut akhir
sama. Ketiga, waktu adopsi. Ini merujuk pada dalam penerimaan inovasi. Terakhir adalah
kecepatan relatif anggota-anggota sistem sosial kelompok lamban/kolot (Laggard). Individu
untuk mengadopsi sebuah inovasi. Keempat, yang masuk kategori ini disebut memiliki
sistem sosial. Difusi inovasi dipengaruhi oleh wawasan yang terbatas, bukan opinion leader
struktur sosial, sebaliknya difusi inovasi juga dan mempunyai sumber daya yang terbatas
memengaruhi pola struktur sosial dalam suatu juga.
sistem sosial. Karakteristik inovasi yang dirasakan
Gabriel Tarde sebelumnya juga telah oleh individu menjelaskan tingkat adopsi yang
memperkenalkan kurva difusi yang berbentuk berbeda-beda. Ada 5 (lima) karakteristik yang
S (atau S-shaped diffusion curve), yang menentukan tingkat adopsi individu atau
menggambarkan bahwa sebuah inovasi yang sistem sosial tertentu terhadap sebuah inovasi,
dilakukan oleh seseorang mempunyai kaitan yaitu keuntungan relatif, kesesuaian,
dengan dimensi waktu. Kurva itu juga kompleksitas, kemampuan uji coba
memiliki dua buah sumbu utama yaitu dimensi (trialability) dan observability (Rogers, 2003).
waktu dan tingkat adopsi. Teori difusi inovasi Pertama, keuntungan relatif adalah sejauh
menjelaskan tentang bagaimana sebuah mana inovasi dianggap lebih baik daripada
inovasi baru (ide/gagasan, ilmu pengetahuan sebelumnya. Ukurannya biasanya melalui
dan teknologi) dikomunikasikan pada sebuah keuntungan secara ekonomi, tingkat kepuasan
kultur masyarakat dan dimungkinkan untuk dan kebanggaan yang diperoleh oleh
diadopsi oleh individu atau suatu kelompok seseorang. Karakteristik kedua adalah
sosial tertentu. Tingkat adopsi individu kesesuaian, yakni tingkat konsistensi sebuah
terhadap sebuah inovasi baru memiliki inovasi dengan nilai-nilai yang ada pada

30
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto

seseorang, pengalaman masa lalu dan peralihan dari sistem pelaporan manual di
kebutuhannya. Karakteristik ketiga yaitu daerah menjadi pelaporan kinerja mobile
kompleksitas, yakni tingkat kesulitan seorang melalui aplikasi e-Visum.
individu untuk memahami dan menggunakan Metode yang dipakai adalah studi kasus.
sebuah inovasi. Karakteristik keempat yaitu Teknik pengumpulan data yang digunakan
trialability, yakni tingkat uji coba suatu adalah wawancara dan data sekunder. Dalam
inovasi secara terbatas. Karakteristik kelima melakukan wawancara, penulis menggunakan
yakni observability, yaitu tingkat kemudahan teknik semiterstruktur. Teknik ini
sebuah hasil inovasi untuk terlihat oleh orang mengharuskan penulis membuat serangkaian
lain. Makin mudah seseorang untuk melihat daftar pertanyaan yang telah dirancang untuk
hasil positif dari sebuah inovasi, makin besar menggali informasi semaksimal mungkin
kemungkinan tingkat adopsinya. Inovasi yang (Langridge, 2007). Menurut Langridge (2007),
memiliki keuntungan, kesesuaian, trialability teknik semiterstruktur merupakan perpaduan
dan observability lebih besar serta dari konsistensi dan fleksibilitas yang paling
kompleksitas yang lebih sedikit akan lebih dapat memenuhi kebutuhan peneliti. Informan
cepat diadaptasi oleh individu (Rogers, 2003). dalam penelitian ini berjumlah empat orang,
yang terdiri dari dua orang pegawai yang
METODOLOGI PENELITIAN bertanggung jawab terhadap pengelolaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan aplikasi e-Visum pada Direktorat Teknologi
kualitatif untuk menjelaskan tingkat adopsi Informasi dan Dokumentasi BKKBN (MA dan
penyuluh KB terhadap aplikasi e-Visum serta ZT), satu orang pegawai dari Direktorat Bina
menganalisis dampak pengembangan aplikasi Lini Lapangan selaku pembina para penyuluh
tersebut. Pendekatan kualitatif bersifat induktif KB (DM), serta satu orang penyuluh KB (RS).
yaitu berorientasi pada penemuan dan proses, Selain itu, peneliti juga menggunakan
memiliki validitas tinggi, kurang peduli data sekunder berupa data laporan pengisian e-
dengan kemampuan menggeneralisasi, dan Visum oleh penyuluh KB untuk menganalisis
lebih fokus menggali pemahaman yang lebih tingkat pemanfaatan aplikasi e-Visum oleh
dalam tentang masalah penelitian dalam para penyuluh tersebut. Penelitian
konteks tertentu (Ulin, Robinson & Tolley, menggunakan data laporan pengisian aplikasi
2004). Penelitian kualitatif menghasilkan e-Visum yang telah diolah oleh Direktorat
temuan tanpa melalui prosedur statistik atau Bina Lini Lapangan BKKBN, dari bulan
cara-cara kuantifikasi lainnya (Strauss & Januari sampai dengan September 2018.
Corbin, 1990), namun berupaya memahami Aplikasi e-Visum secara resmi digunakan
kompleksitas dunia melalui pengalaman para sejak tanggal 1 Januari 2018 sehingga peneliti
peserta (Tuli, 2010). Penelitian dilakukan pada mengambil data dari bulan Januari sampai
instansi BKKBN karena di awal tahun 2017 dengan September 2018. Tujuannya adalah
terjadi peralihan status penyuluh KB dari untuk melihat tingkat adaptasi penyuluh KB
pegawai daerah menjadi pegawai pusat. dalam memanfaatkan sebuah inovasi baru
Peralihan ini tentu berdampak pada peralihan (pelaporan kinerja online e-Visum) pada saat
kebijakan yang harus mereka ikuti, termasuk aplikasi tersebut mulai resmi digunakan.

31
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

HASIL DAN PEMBAHASAN government, maka untuk merealisasikan


Aplikasi e-Visum merupakan bagian dari aplikasi e-Visum, BKKBN melibatkan pihak
pelaksanaan konsep e-government. Dengan ketiga selaku pengembang sistem. Pihak ketiga
dibangunnya aplikasi kinerja mobile ini, para juga bertanggung jawab terhadap
penyuluh KB yang tersebar di desa-desa dapat pemeliharaan dan pengembangan aplikasi e-
dengan mudah melaporkan kegiatan yang Visum.
dilakukannya setiap hari dan melaporkan Data yang dimasukkan oleh penyuluh
lokasi kerjanya secara real time melalui KB melalui aplikasi e-Visum merupakan data
fasilitas smartphone android yang dimilikinya. digital. Data digital e-Visum juga dapat
Sebelumnya, para penyuluh KB harus dikategorikan sebagai big data karena
membuat laporan secara manual dan memiliki ukuran (volume, dimensi, dan
menyampaikannya ke Dinas KB kabupaten kecepatan), keseragaman dan kompleksitas
atau kota yang lokasinya jauh dari wilayah yang besar. Berdasarkan karakteristiknya, data
kerjanya. Dengan adanya pelaporan kinerja digital mudah digandakan dan ditransmisikan
mobile, laporan kinerja harian penyuluh KB dengan cepat serta cenderung bertambah
langsung diterima oleh admin kepegawaian banyak ketika dipindahkan ke perangkat
BKKBN Pusat di Jakarta. Tentunya hal ini penyimpanan yang berbeda, dikelola dalam
sejalan dengan konsep e-government yang versi yang berbeda, dan disimpan di berbagai
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan lokasi. Jika data dibiarkan tidak terlindungi,
efisiensi pengelolaan program maupun file-file digital sangat mudah untuk dibaca dan
operasionalisasi organisasi (Chen et al, 2008). dibajak orang lain. Terlebih, data e-Visum
Penggunaan aplikasi ini juga memangkas disimpan dalam server cloud. Komputasi
proses birokrasi pelaporan kinerja berjenjang cloud telah mengubah cara komputasi dengan
yang sebelumnya harus disampaikan ke Dinas menyediakan akses di mana-mana sesuai
KB kabupaten/kota, lalu diteruskan ke permintaan ke sumber daya komputasi (Irion,
Perwakilan BKKBN Provinsi setempat, baru 2012). Menurut Irion (2012), teknologi cloud
kemudian dikirimkan ke Biro Kepegawaian menjadi platform yang dapat mendorong
BKKBN Pusat. terciptanya pemerintahan yang terbuka, kerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan ZT sama antarlembaga, dan inovasi pemerintah.
dan DM, diketahui bahwa aplikasi e-Visum Namun, teknologi cloud menimbulkan
dibangun dengan tujuan untuk mempermudah tantangan yang lebih mendasar bagi sektor
pemantauan kinerja para penyuluh KB yang publik dibandingkan dengan manajemen TI
tersebar di seluruh Indonesia. Dalam tradisional karena cloud membawa tata kelola
pembuatan aplikasi e-Visum, BKKBN bekerja informasi ke tingkat abstraksi yang baru
sama dengan pihak ketiga yaitu pihak (Petersen et al, 2011). Penyimpanan melalui
pengembang aplikasi atau vendor yang telah cloud ini juga tetap memiliki kemungkinan
memenuhi kualifikasi yang ditentukan. terjadinya crash data, sehingga harus
Dengan adanya keterbatasan tenaga pranata diupayakan untuk selalu disandikan dengan
komputer yang dimiliki dan banyaknya benar supaya aman dari peretas (Van Baalen,
aplikasi yang sedang dikembangkan BKKBN 2018).
dalam mendukung percepatan konsep e-

32
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto

Akses ke server cloud pada aplikasi e- keakuratan sistem e-Visum. Terlebih penyuluh
Visum dimiliki oleh BKKBN dan pihak KB diminta untuk memasukkan target sasaran
ketiga. Oleh karena itu, faktor keamanan data dalam bentuk peta keluarga, yang
harus menjadi pertimbangan. Kerahasiaan data diintegrasikan dengan hasil Pemutakhiran
juga menjadi hal yang sangat penting karena Pendataan Keluarga yang harus dijamin
kerahasiaan data organisasi pemerintahan kerahasiaannya.
dapat berimplikasi tidak langsung terhadap Berdasarkan data SIMSDM (Sistem
kerahasiaan dan kedaulatan negara, seperti Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia)
pada kasus Edward Snowden yang Biro Kepegawaian BKKBN per tanggal 1
membocorkan dokumen rahasia Amerika Oktober 2018, jumlah tenaga penyuluh KB
Serikat ke jurnalis asing. Menurut Nugraha et. yang tersebar di seluruh Indonesia ada
al. (2015), metode paling mudah untuk sebanyak 14.758 orang, dengan persebaran
memastikan kerahasiaan data adalah dengan jumlah tertinggi berada di Provinsi Jawa
menyandikan semua data sensitif pada proses Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan
penyimpanan, pemrosesan, dan transmisi. kemudian Jawa Barat. Jika dilihat dari jenis
Masalah kepemilikan, akses dan kontrol atas kelamin, jumlah tenaga penyuluh KB yang
penggunaan data juga masih menjadi isu berjenis kelamin laki-laki ada 6.422 orang,
penting dalam tata kelola pemerintahan sedangkan Penyuluh KB perempuan sebanyak
(Bruhn, 2014). Dalam hal ini, BKKBN telah 8.336 orang. Penelitian ini juga menggunakan
mengantisipasinya dengan proses pemilihan data laporan pengisian aplikasi e-Visum oleh
pengembang aplikasi (apps developer) sesuai tenaga penyuluh KB, yang telah diolah oleh
dengan kriteria dan mekanisme yang Direktorat Bina Lini Lapangan BKKBN pada
transparan dan akuntabel. Selain itu, BKKBN bulan Januari, Juni dan September 2018
juga membuat ketentuan yang mengikat (seperti pada Tabel 1). Peneliti melakukan
dengan pihak pengembang mengenai aturan analisis terhadap data pengisian e-Visum
penggunaan, penyimpanan, dan kerahasiaan menggunakan teori difusi inovasi untuk
data serta menuangkan semua aturan dan melihat tingkat adopsi penyuluh KB dalam
kesepakatan tersebut dalam klausul perjanjian memanfaatkan aplikasi pelaporan kinerja
kontrak pengadaan e-Visum dengan pihak mobile e-Visum.
ketiga. Menurut informan MA, pada bulan
awal penerapan e-Visum, beberapa kali terjadi Tabel 1. Persentase Capaian Kinerja Penyuluh
kendala dalam sistem dan e-Visum sempat KB melalui e-Visum per Provinsi
dihentikan selama beberapa jam untuk (bulan Januari, Juni, September 2018)
perbaikan. Data dalam e-Visum menjadi Provinsi Jan Juni Sept
sangat penting karena di dalamnya terdapat Aceh 63 66 68
rekap harian kegiatan yang berimplikasi pada Sumatera Utara 78 79 89
pengukuran kinerja tiap penyuluh KB. Ukuran Sumatera Barat 69 75 83
kinerja tersebut menjadi dasar penghitungan Sumatera Selatan 77 82 87
besaran tunjangan kinerja yang mereka Riau 70 82 75
peroleh tiap bulan. Untuk itu, pihak ketiga Jambi 75 64 69
harus mampu menjamin keamanan dan Bengkulu 77 73 74

33
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

Lampung 60 74 89 KB berdasarkan aplikasi e-Visum. Ini


Bangka Belitung 89 86 94 menjelaskan adanya perkembangan tahapan
Kepulauan Riau 87 92 93 pengambilan keputusan dalam menerima dan
Jawa Barat 80 81 88 mengadopsi sebuah inovasi atau teknologi
Jawa Tengah 89 86 88 baru. Sesuai dengan teori difusi inovasi,
Jawa Timur 90 88 93
lamanya waktu adopsi merupakan hal yang
D.I.Yogyakarta 89 83 91
penting dalam proses adopsi inovasi. Tingkat
Banten 54 58 73
adopsi akan semakin meningkat seiring
Bali 84 84 91
dengan waktu.
NTB 89 83 88
Dalam Tabel 1 juga terlihat bahwa
NTT 41 46 67
tingkat adopsi untuk tiap-tiap provinsi
Kalimantan Barat 49 56 56
berbeda-beda. Ini menjelaskan bahwa tiap
Kalimantan Selatan 83 83 83
Kalimantan Tengah 56 69 72
individu memiliki kecepatan yang tidak sama
Kalimantan Timur 65 63 72 dalam mengadopsi sebuah inovasi. Provinsi
Sulawesi Utara 30 51 59 yang menunjukkan laporan kinerja di atas 90%
Sulawesi Selatan 81 70 80 pada bulan Januari 2018 hanyalah Provinsi
Sulawesi Tenggara 71 80 77 Jawa Timur, sedangkan pada bulan September
Sulawesi Tengah 54 70 59 2018 jumlah pengadopsi aplikasi ini
Sulawesi Barat 52 61 68 bertambah menjadi Provinsi Bangka Belitung,
Gorontalo 63 79 90 Kepulauan Riau, Jawa Timur, D.I.
Maluku 49 48 59 Yogyakarta, Bali dan Gorontalo. Dari data
Maluku Utara 30 38 46 tersebut, Provinsi Jawa Timur dapat dikatakan
Papua 28 36 46 sebagai inovator, yaitu sebuah daerah dengan
Papua Barat 3 28 36 tingkat penerimaan yang tinggi terhadap suatu
Rata-rata Capaian 64,8 69,2 75,09 inovasi baru. Ini berarti bahwa para penyuluh
(Sumber: Data Direktorat Bina Lini Lapangan, KB Jawa Timur lebih mudah mengadopsi
BKKBN, 2018) sebuah inovasi teknologi baru. Daerah
perkotaan dan metropolitan memiliki
Berdasarkan data laporan kinerja para kecenderungan tingkat adopsi inovasi yang
penyuluh KB selama bulan Januari sampai lebih tinggi karena telah terbiasa
dengan September 2018 (Tabel 1), terlihat menggunakan teknologi dalam kehidupan
bahwa pada rata-rata capaian kinerja para sehari-hari. Adapun provinsi yang memiliki
penyuluh KB pada bulan Januari adalah laporan kinerja di bawah 50% pada bulan
sebesar 64,8%, bulan Juni 69,2% dan pada Januari 2018 adalah Provinsi Nusa Tenggara
bulan September 75,09%. Nilai persentase itu Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara,
didapat dari jumlah pengisian kegiatan harian Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua
penyuluh KB yang harus dimasukkan melalui Barat. Pada bulan September 2018, Provinsi
e-Visum, baik kegiatan penyuluhan maupun Papua, Papua Barat dan Maluku Utara masih
nonpenyuluhan sesuai target yang telah menjadi provinsi dengan laporan kinerja di
ditentukan. Angka pada Tabel 1 menunjukkan bawah 50%. Berdasarkan Tabel 1, Provinsi
adanya peningkatan capaian kinerja penyuluh Papua, Papua Barat dan Maluku Utara masuk

34
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto

dalam kategori sebagai daerah dengan tingkat kesesuaian, kompleksitas, trialability dan
adopsi inovasi terendah yaitu kategori lamban observability (Rogers, 2003). Pertama,
(laggards). Provinsi maju dengan tingkat semakin besar keuntungan yang diperoleh,
paparan media yang besar cenderung memiliki maka semakin tinggi pula dorongan untuk
tingkat penerimaan terhadap inovasi aplikasi mengadopsi inovasi tertentu. Adanya
e-Visum yang lebih baik. keuntungan materiel yang diperoleh penyuluh
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa KB menjadi faktor pendorong adopsi e-Visum
tingkat adopsi aplikasi e-Visum oleh penyuluh karena kinerja harian yang dicatat melalui
KB dapat dikatakan cukup tinggi dengan rata- aplikasi e-Visum ini berimplikasi langsung
rata capaian kinerja 64,8% pada bulan pertama terhadap pengukuran besaran tunjangan
penerapan e-Visum. Padahal, dari total 14.758 kinerja yang diperoleh. Penyuluh KB akan
orang penyuluh KB, sebanyak 7.267 orang mendapatkan jumlah tunjangan kinerja sesuai
berasal dari generasi baby boomers (berusia dengan besaran persentase pengisian kinerja
lebih dari 51 tahun) dan 2.571 orang berusia yang ada di aplikasi e-Visum. Jika persentase
46-50 tahun. Generasi yang berjumlah capaian kinerja yang tercatat dalam aplikasi e-
sebanyak 66,7% dari total penyuluh KB Visum kecil, maka tunjangan kinerja yang
tersebut cenderung lebih lambat dalam diperolehnya juga sedikit, begitu pula
menerima teknologi digital jika dibandingkan sebaliknya. Kedua, aplikasi e-Visum telah
dengan generasi milenial. Hal ini mendukung karakteristik kesesuaian dalam
menunjukkan bahwa mereka mampu teori difusi inovasi. Artinya, aplikasi e-Visum
menerima dan mengadopsi teknologi e-Visum. tidak bertentangan dengan nilai-nilai normatif
Selain itu, sebelum dipergunakan secara di masyarakat sehingga tidak ada hambatan
resmi per tanggal 1 Januari 2018, aplikasi e- bagi seseorang untuk mengadopsi aplikasi e-
Visum juga telah diujicobakan selama dua Visum. Ketiga, terkait dengan kompleksitas
bulan sebelumnya. BKKBN gencar atau kerumitan. Aplikasi e-Visum memiliki
menyosialisasikan cara penggunaan e-Visum tingkat kompleksitas yang cukup rumit, karena
secara bertahap di seluruh provinsi sejak satu harus memasukkan data-data yang cukup
tahun sebelumnya, baik secara konvensional detail, termasuk data keluarga dan lokasi titik
melalui workshop dan pelatihan bertahap, koordinat pelaksanaan sebuah kegiatan.
maupun secara digital melalui informasi, Namun, BKKBN telah mengantisipasinya
tutorial, maupun live streaming e-Visum di dengan sosialisasi bertahap sejak satu tahun
akun media sosial Instagram @rumahbacapkb, sebelumnya, serta adanya masa uji coba
@bkkbnofficial, akun Facebook Rumah Baca aplikasi e-Visum dua bulan sejak resmi
PKB/PLKB, maupun grup WhatsApp. Dengan digunakan. Keempat, aplikasi e-Visum
demikian, ada waktu yang cukup bagi para memiliki kemampuan diujicobakan. Sebelum
penyuluh KB untuk mempelajari dan diterapkan secara resmi, e-Visum telah diuji
beradaptasi dengan sistem pelaporan kinerja coba selama dua bulan terlebih dahulu kepada
mobile ini sebelum akhirnya diterapkan secara para penyuluh KB, sehingga dapat diketahui
resmi. apa saja kekurangan sistem e-Visum yang
Tingkat adaptasi dipengaruhi oleh harus segera diperbaiki. Terakhir adalah
karakteristik inovasi, yaitu keuntungan relatif, observability. Observability ini dapat ditinjau

35
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

dari perspektif BKKBN selaku pengelola e- menyesuaikan diri dengan perubahan yang
Visum dan penyuluh KB selaku pengguna ada.
aplikasi tersebut.
Selama masa uji coba dan penerapannya, KESIMPULAN DAN SARAN
BKKBN telah mengamati tingkat keberhasilan Keterlibatan pihak ketiga pada
e-Visum dan terus melakukan penyempurnaan pengembangan aplikasi e-Visum dinilai
seiring waktu. Menurut MA, e-Visum yang mampu mempercepat realisasi pembuatan dan
diluncurkan saat ini merupakan e-Visum versi penerapan aplikasi pelaporan kinerja di
3.0, yang merupakan pengembangan dari versi BKKBN di tengah keterbatasan sumber daya
awal 2.0 dengan tampilan yang lebih menarik internal. Dengan adanya e-Visum, para
dan mudah digunakan. penyuluh KB yang tersebar di desa-desa di
Di samping itu, terdapat pula Indonesia dapat melaporkan kegiatan
penambahan beberapa fitur penunjang lain hariannya dengan lebih mudah, efektif, dan
seperti fitur cuti, fitur bantuan dan notifikasi efisien. BKKBN Pusat juga mudah memantau
untuk menginformasikan status sinkronisasi kinerja penyuluhnya di lapangan. Namun,
kegiatan para penyuluh KB. Adapun dari keterlibatan pihak ketiga dalam pengembangan
perspektif penyuluh KB, selama penerapan aplikasi e-Visum berdampak pula pada faktor
aplikasi e-Visum, mereka dapat mengamati keamanan dan kerahasiaan data. Data e-Visum
tingkat penggunaan e-Visum dan kendala yang manjadi sangat penting karena berisi rekap
dihadapi tiap penyuluh di berbagai daerah harian kegiatan penyuluh KB beserta input
melalui forum-forum diskusi di media sosial data keluarga dalam bentuk peta keluarga di
yang digunakan sebagai media sosialisasi wilayah kerja penyuluh KB yang harus
BKKBN. Dengan berbagai karakteristik dijamin keamanan dan kerahasiaan datanya.
inovasi yang ada pada aplikasi e-Visum, tidak Penyimpanan data dalam bentuk data digital
ada kendala berarti yang dapat menghambat pada server cloud harus selalu disandikan
adopsi penyuluh KB dalam menggunakan dengan benar supaya aman dari pembajakan
aplikasi ini sehingga tingkat adopsinya terlihat oleh orang yang tidak bertanggung jawab,
relatif semakin meningkat seiring berjalannya terlebih dengan akses yang juga dimiliki oleh
waktu. pihak ketiga. Kerahasiaan dan keamanan data
Penerapan e-Visum ini juga bukanlah lembaga pemerintah ini menjadi sebuah hal
tanpa kendala. Menurut DM, pada awalnya yang penting karena dapat berimplikasi tidak
banyak penyuluh KB yang melayangkan langsung terhadap kedaulatan negara.
protes terhadap kebijakan penerapan laporan Tingkat adopsi e-Visum oleh penyuluh
kinerja mobile ini. Hal ini terutama dialami KB tergolong baik, dilihat dari rata-rata
para penyuluh KB yang wilayah kerjanya di capaian kinerja pada awal penggunaan sebesar
desa terpencil, tidak terbiasa menggunakan 64,8% (bulan Januari 2018), yang kemudian
smartphone android, serta memiliki kendala meningkat menjadi 75,09% pada bulan
infrastruktur jaringan di beberapa lokasi yang September 2018. Hal ini menjelaskan adanya
kurang baik. Akan tetapi, sebuah sistem yang proses perkembangan tahap pengambilan
baik harus tetap dilanjutkan dan para pihak keputusan dalam menerima sebuah inovasi.
yang terlibat di dalamnya harus mampu Sesuai dengan teori difusi inovasi, tingkat

36
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto

adopsi berbanding lurus dengan waktu. using Mobile Based Information System.
Sebelum akhirnya diterapkan secara resmi, 23rd Australasian Conference on
aplikasi e-Visum ini telah diujicobakan selama Information Systems. Geelong.
dua bulan sebelumnya sehingga ada waktu Clare, C. P., & Loucopoulos, P. (1987).
yang cukup bagi para penyuluh KB yang Business Information Systems. London:
66,7% di antaranya berusia di atas 45 tahun Paradigm.
untuk mempelajari penggunaan aplikasi e- Irion, K. (2012). Government Cloud
Visum. Faktor keterkaitan pengisian e-Visum Computing and National Data
dengan keuntungan relatif berupa tunjangan Sovereignty. Policy & Internet, 4(3), 40-
kinerja juga menjadi pendorong bagi para 71.
penyuluh KB untuk cepat mengadopsi dan Kamal, M. M. (2006). IT innovation adoption
menggunakan e-Visum. Tingkat adopsi untuk in the government sector: identifying the
tiap provinsi juga berbeda-beda karena tiap critical success factors. Journal of
individu dalam sebuah sistem sosial memiliki Enterprise Information Management,
kecepatan yang tidak sama dalam mengadopsi 19(2), 192-222.
inovasi. Berdasarkan tingkat kecepatan https://doi.org/10.1108/17410390610645
adopsinya, Provinsi Jawa Timur masuk dalam 085
kategori inovator, sedangkan Provinsi Maluku Kemp, S. (2019). Digital 2019: Indonesia.
Utara, Papua dan Papua Barat masuk ke dalam Available from:
kategori lamban (laggard) dalam menerima https://datareportal.com/reports/digital-
sebuah inovasi teknologi baru. 2019-indonesia.
Keserwani, H. (2015). App Abuses: A Study
DAFTAR PUSTAKA of Increasing Risk in Users Adoption of
BKKBN. (2017). Peraturan Kepala BKKBN Free Third-Party Mobile Apps in India.
Nomor 22 Tahun 2017 dan Petunjuk SIBM Pune Research Journal, X, 53-58.
Teknis Pelaksanaan e-Visum. Langridge, D. (2007). Phenomenological
Bruhn, J. (2014). Identifying useful Psychology: Theory, Research and
approaches to the governance Method. The SAGE Handbook of
of indigenous data. The International Qualitative Research in Psychology.
Indigenous Policy Journal, 5(2), 1–32. Harlow, England: Pearson Education
Checkland, P., & Howell, S. (1998). Limited.
Information, Systems and Information https://doi.org/10.4135/9781848607927.
Systems: Making Sense of the Field. n10
West Sussex, England: John Wiley and Lehmann, K. (2007). Innovation Diffusion
Sons Ltd. Theory: Rogers and Bass Model
Chen, et al. (2008). Digital Government: E- Discussion. Berlin: Humbolt Universitat
Government Research, Case Studies, Berlin.
and Implementations. New York: Meranti, & Irwansyah. (2018). Kajian Humas
Springer. Digital: Transformasi dan kontribusi
Ginige, T, & Richards, D. (2012). A Model for Industri 4.0 pada Stratejik Kehumasan.
Enhancing Empowerment in Farmers Jurnal Teknologi Informasi Dan

37
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha

Komunikasi, 7(1), 27–36. Criminology and Criminal Justice.


https://doi.org/10.2527/jas2012-5761 Thousand Oaks: Sage Publication Inc.
Neuman, W. L. (2014). Social Research Rogers, E, M. (2003). Diffusion of
Methods: Qualitative and Quantitative Innovations, 5th edition. New York: Free
Approaches. Pearson Education Limited Press.
(Vol. 7). Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of
https://doi.org/10.2307/3211488 qualitative research: Grounded theory
Nugraha, Y., Kautsarina, Sastrosubroto, A. S. procedures and techniques. Newbury
(2015). Towards Data Sovereignty in Park, CA: Sage.
Cyberspace. 3rd International Thulin, E., & Vilhelmson, B. (2007). Mobiles
Conference on Information and everywhere. Young, 15(3), 235–253.
Communication Technology, 465-471. https://doi.org/10.1177/11033088070150
Petersen, Zachary N. J., Gondree, M., & 0302
Beverly, R. (2011). A Position Paper on Tuli, F. (2010). The Basis of Distinction
Data Sovereignty: The Importance of Between Qualitative and Quantitative
Geolocating Data in the Cloud. Research in Social Science: Reflection
Proceedings of HotCloud 2011 [Online]. on Ontological, Epistemological and
http://znjp.com/papers/peterson- Methodological Perspectives. Ethiopia
hotcloud11.pdf. Jurnal of Education & Science, 6(1), 97-
Putra, R. M. D. (2018). Inovasi Pelayanan 108.
Publik Di Era Disrupsi (Studi Tentang Ulin, P. R., Robinson, E. T., & Tolley, E. E.
Keberlanjutan Inovasi E-Health di Kota (2004). Qualitative Methods in Public
Surabaya). 1-13. Retrieved from Health: a Field Guide for Applied
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/746 Research. San Fransisco: Jossey Bass.
54 Van Baalen, S. (2018). 'Google wants to know
Rao, R. (2011). e-Choupal transforms Indian your location’: The ethical challenges of
agriculture. Appropriate Technology, fieldwork in the digital age. Research
38(4). Ethics, 1–17.
Riedel, M. (2000). Research Strategies for https://doi.org/10.1177/17470161177503
Secondary Data: A Perpective for 12

38

You might also like