Professional Documents
Culture Documents
Penjaga, Maulidatur Rohmah
Penjaga, Maulidatur Rohmah
ABSTRACT
e-Visum is a mobile performance report application to implement e-government concepts. The purpose of the
application built by BKKBN and an app developer is to report the daily activities of Keluarga Berencana
(KB) instructors more easily, effectively, efficiently, and in realtime. This study aims to analyze the possible
impact of e-Visum development with third party involvement, along with the adoption rate by KB instructors
in various provinces. This study used a qualitative approach with case study method. The data were
collected through semi-structured interviews and e-Visum filling report. Based on the interviews, it was
found that the development of e-Visum has brought many positive impacts both for KB instructors or
BKKBN, but there were also negative impacts that should be anticipated about data security and
confidentiality. The results showed that e-Visum utilization has increased from 64,8% in January to 75,09%
in September 2018. The length of time required was an important factor in the innovation adoption process.
Based on the rate of adoption, East Java fell into innovator category, while North Maluku, Papua, and West
Papua were categorized in laggard category.
ABSTRAK
e-Visum merupakan aplikasi mobile pelaporan kinerja pegawai untuk mendukung penerapan e-government.
Tujuan dari aplikasi yang dibangun oleh BKKBN bersama pihak ketiga ini adalah agar para penyuluh
Keluarga Berencana (KB) di daerah dapat melaporkan kegiatan hariannya dengan lebih mudah, efektif,
efisien, dan secara real time. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari pengembangan
aplikasi kinerja mobile pegawai dengan adanya keterlibatan pihak ketiga, serta mengetahui bagaimana
tingkat adopsi para penyuluh KB di berbagai provinsi dalam memanfaatkan e-Visum sebagai aplikasi
pelaporan kinerja mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dan laporan pengisian e-Visum
sebagai pengumpulan data sekunder. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pengembangan aplikasi
e-Visum memiliki dampak positif bagi penyuluh KB maupun BKKBN, namun ada juga dampak negatif yang
harus diperhatikan terkait dengan faktor keamanan dan kerahasiaan data. Hasil analisa data laporan pengisian
e-Visum menunjukkan adanya peningkatan dalam pemanfaatan aplikasi kinerja mobile e-Visum oleh
penyuluh KB, yaitu dari 64,8% di bulan Januari menjadi 75,09% pada bulan September 2018. Lamanya
waktu yang dibutuhkan menjadi faktor penting dalam sebuah proses adopsi inovasi. Berdasarkan kecepatan
waktu adopsinya, Jawa Timur masuk dalam kategori inovator, sedangkan Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat masuk ke dalam kategori lamban.
DOI: http://dx.doi.org/10.31346/jpikom.v21i1.2481 27
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
28
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto
pemerintahan menjadi sebuah target yang Januari 2018. Aplikasi e-Visum berisi data-
harus direalisasikan oleh tiap lembaga data penyuluh KB dan laporan hasil kegiatan
pemerintah. Dalam pembuatan aplikasi mobile, yang dilakukan tiap harinya. Aplikasi ini
lembaga pemerintah seringkali menggunakan memiliki fitur beranda, kegiatan,
jasa pihak ketiga selaku pengembang atau pengumuman, dan profil. Aplikasi e-Visum
vendor karena keterbatasan sumber daya terus mengalami pengembangan dengan
internal. Fokus penelitian ini adalah mengenai menambahkan fitur-fitur dan tampilan baru
aplikasi e-Visum BKKBN yang melibatkan yang lebih baik dan mendukung analisis
pihak ketiga dalam pengembangannya serta kinerja penyuluh KB dan pembaharuan
pemanfaatan e-Visum sebagai aplikasi terakhirnya adalah e-Visum versi 3.0.
pelaporan kinerja oleh para penyuluh KB. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Kependudukan dan Keluarga Berencana
mengetahui dampak yang mungkin terjadi Nasional Nomor 22 Tahun 2017 dan Petunjuk
dengan adanya keterlibatan pihak ketiga dalam Teknis Pelaksanaan e-Visum, ada 2 (dua)
pengembangan aplikasi e-Visum dan kategori kegiatan yang harus dijalankan oleh
mengetahui bagaimana tingkat adopsi para para penyuluh KB di lapangan, yaitu kegiatan
penyuluh KB dalam memanfaatkan aplikasi e- penyuluhan dan nonpenyuluhan. Penyuluhan
Visum sebagai aplikasi pelaporan kinerja merupakan kegiatan penyampaian komunikasi,
mereka ditinjau dari teori difusi inovasi. Hasil informasi dan edukasi (KIE) program
penelitian ini secara praktis diharapkan dapat kependudukan, KB dan pembangunan
menjadi masukan dan pertimbangan bagi keluarga (KKBPK) dalam upaya
lembaga pemerintah yang mulai menerapkan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
konsep e-government dalam pengelolaan individu, keluarga dan atau masyarakat (baik
organisasinya, baik di internal maupun KIE perseorangan maupun kelompok).
eksternal. Adapun kegiatan nonpenyuluhan umumnya
Berbagai aplikasi telah dibangun dan bersifat administratif, rutinitas, koordinasi dan
dikembangkan oleh BKKBN untuk pengembangan serta kegiatan lainnya dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program KKBPK (BKKBN,
pengelolaan program, salah satunya adalah e- 2017).
Visum. Aplikasi ini menyediakan laporan Menurut data SIMSDM (Sistem
kinerja mobile bagi para penyuluh keluarga Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia)
berencana. Disebut mobile karena aplikasi ini Biro Kepegawaian BKKBN per tanggal 1
dapat dioperasikan melalui fasilitas Oktober 2018, jumlah tenaga penyuluh KB
smartphone android yang dimilikinya dan bisa yang tersebar di seluruh Indonesia ada
digunakan di mana saja mereka berada (Thulin sebanyak 14.758 orang. Para penyuluh
& Vilhelmson, 2007). Aplikasi e-Visum ini tersebut harus melaporkan detil kegiatan
dikembangkan oleh BKKBN pada tahun 2017 hariannya secara online beserta titik koordinat
bekerja sama dengan pihak ketiga selaku lokasi kerjanya. Menurut Clare and
pengembang aplikasi atau vendor yang telah Loucopoulos (1987), informasi merupakan
memenuhi kualifikasi. Aplikasi kinerja mobile hasil dari pemrosesan data yang bermakna.
ini secara resmi digunakan pada tanggal 1 Jadi, data tersebut haruslah faktual, artinya
29
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
dihasilkan dari rekaman peristiwa yang terukur kecepatan yang berbeda-beda meskipun
dan eksplisit (Checkland and Holwell, 1998). mereka berada dalam sebuah lingkungan atau
Data yang dimasukkan ke dalam aplikasi e- sistem sosial yang sama. Berdasarkan
Visum nantinya akan digunakan untuk kecepatan dan sikap terhadap sebuah inovasi,
memantau dan menilai kinerja para penyuluh individu dapat dibagi ke dalam lima tingkatan
KB. Hasil penilaian itu akan berimplikasi (Rogers, 2003). Pertama, inovator, yakni
terhadap besaran tunjangan kinerja yang individu yang pertama kali mengadopsi
diterimanya setiap bulan. inovasi. Individu kategori ini dicirikan dengan
Menurut Rogers (1995), difusi keberaniannya dalam mengambil risiko,
merupakan sebuah proses mengomunikasikan mobile, cerdas, dan memiliki kemampuan
sebuah inovasi melalui saluran tertentu ekonomi yang tinggi. Kedua, perintis/pelopor
sepanjang waktu kepada anggota sistem sosial. (Early Adopters). Individu kategori ini
Ada empat elemen utama difusi inovasi menjadi perintis dalam penerimaan inovasi.
(Lehmann, 2007). Pertama, inovasi yaitu ide, Ketiga, pengikut dini (Early Majority).
karya, atau objek yang dianggap baru oleh Kategori ini umumnya penuh pertimbangan
seseorang. Kedua, komunikasi yakni proses dan akan melihat sekitarnya terlebih dahulu
penyusunan dan penyampaian pesan oleh sebelum melakukan adopsi. Keempat,
pelaku yang terlibat kepada orang lain dengan pengikut akhir (Late Majority). Individu yang
tujuan untuk mencapai pemahaman yang masuk kategori ini menjadi pengikut akhir
sama. Ketiga, waktu adopsi. Ini merujuk pada dalam penerimaan inovasi. Terakhir adalah
kecepatan relatif anggota-anggota sistem sosial kelompok lamban/kolot (Laggard). Individu
untuk mengadopsi sebuah inovasi. Keempat, yang masuk kategori ini disebut memiliki
sistem sosial. Difusi inovasi dipengaruhi oleh wawasan yang terbatas, bukan opinion leader
struktur sosial, sebaliknya difusi inovasi juga dan mempunyai sumber daya yang terbatas
memengaruhi pola struktur sosial dalam suatu juga.
sistem sosial. Karakteristik inovasi yang dirasakan
Gabriel Tarde sebelumnya juga telah oleh individu menjelaskan tingkat adopsi yang
memperkenalkan kurva difusi yang berbentuk berbeda-beda. Ada 5 (lima) karakteristik yang
S (atau S-shaped diffusion curve), yang menentukan tingkat adopsi individu atau
menggambarkan bahwa sebuah inovasi yang sistem sosial tertentu terhadap sebuah inovasi,
dilakukan oleh seseorang mempunyai kaitan yaitu keuntungan relatif, kesesuaian,
dengan dimensi waktu. Kurva itu juga kompleksitas, kemampuan uji coba
memiliki dua buah sumbu utama yaitu dimensi (trialability) dan observability (Rogers, 2003).
waktu dan tingkat adopsi. Teori difusi inovasi Pertama, keuntungan relatif adalah sejauh
menjelaskan tentang bagaimana sebuah mana inovasi dianggap lebih baik daripada
inovasi baru (ide/gagasan, ilmu pengetahuan sebelumnya. Ukurannya biasanya melalui
dan teknologi) dikomunikasikan pada sebuah keuntungan secara ekonomi, tingkat kepuasan
kultur masyarakat dan dimungkinkan untuk dan kebanggaan yang diperoleh oleh
diadopsi oleh individu atau suatu kelompok seseorang. Karakteristik kedua adalah
sosial tertentu. Tingkat adopsi individu kesesuaian, yakni tingkat konsistensi sebuah
terhadap sebuah inovasi baru memiliki inovasi dengan nilai-nilai yang ada pada
30
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto
seseorang, pengalaman masa lalu dan peralihan dari sistem pelaporan manual di
kebutuhannya. Karakteristik ketiga yaitu daerah menjadi pelaporan kinerja mobile
kompleksitas, yakni tingkat kesulitan seorang melalui aplikasi e-Visum.
individu untuk memahami dan menggunakan Metode yang dipakai adalah studi kasus.
sebuah inovasi. Karakteristik keempat yaitu Teknik pengumpulan data yang digunakan
trialability, yakni tingkat uji coba suatu adalah wawancara dan data sekunder. Dalam
inovasi secara terbatas. Karakteristik kelima melakukan wawancara, penulis menggunakan
yakni observability, yaitu tingkat kemudahan teknik semiterstruktur. Teknik ini
sebuah hasil inovasi untuk terlihat oleh orang mengharuskan penulis membuat serangkaian
lain. Makin mudah seseorang untuk melihat daftar pertanyaan yang telah dirancang untuk
hasil positif dari sebuah inovasi, makin besar menggali informasi semaksimal mungkin
kemungkinan tingkat adopsinya. Inovasi yang (Langridge, 2007). Menurut Langridge (2007),
memiliki keuntungan, kesesuaian, trialability teknik semiterstruktur merupakan perpaduan
dan observability lebih besar serta dari konsistensi dan fleksibilitas yang paling
kompleksitas yang lebih sedikit akan lebih dapat memenuhi kebutuhan peneliti. Informan
cepat diadaptasi oleh individu (Rogers, 2003). dalam penelitian ini berjumlah empat orang,
yang terdiri dari dua orang pegawai yang
METODOLOGI PENELITIAN bertanggung jawab terhadap pengelolaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan aplikasi e-Visum pada Direktorat Teknologi
kualitatif untuk menjelaskan tingkat adopsi Informasi dan Dokumentasi BKKBN (MA dan
penyuluh KB terhadap aplikasi e-Visum serta ZT), satu orang pegawai dari Direktorat Bina
menganalisis dampak pengembangan aplikasi Lini Lapangan selaku pembina para penyuluh
tersebut. Pendekatan kualitatif bersifat induktif KB (DM), serta satu orang penyuluh KB (RS).
yaitu berorientasi pada penemuan dan proses, Selain itu, peneliti juga menggunakan
memiliki validitas tinggi, kurang peduli data sekunder berupa data laporan pengisian e-
dengan kemampuan menggeneralisasi, dan Visum oleh penyuluh KB untuk menganalisis
lebih fokus menggali pemahaman yang lebih tingkat pemanfaatan aplikasi e-Visum oleh
dalam tentang masalah penelitian dalam para penyuluh tersebut. Penelitian
konteks tertentu (Ulin, Robinson & Tolley, menggunakan data laporan pengisian aplikasi
2004). Penelitian kualitatif menghasilkan e-Visum yang telah diolah oleh Direktorat
temuan tanpa melalui prosedur statistik atau Bina Lini Lapangan BKKBN, dari bulan
cara-cara kuantifikasi lainnya (Strauss & Januari sampai dengan September 2018.
Corbin, 1990), namun berupaya memahami Aplikasi e-Visum secara resmi digunakan
kompleksitas dunia melalui pengalaman para sejak tanggal 1 Januari 2018 sehingga peneliti
peserta (Tuli, 2010). Penelitian dilakukan pada mengambil data dari bulan Januari sampai
instansi BKKBN karena di awal tahun 2017 dengan September 2018. Tujuannya adalah
terjadi peralihan status penyuluh KB dari untuk melihat tingkat adaptasi penyuluh KB
pegawai daerah menjadi pegawai pusat. dalam memanfaatkan sebuah inovasi baru
Peralihan ini tentu berdampak pada peralihan (pelaporan kinerja online e-Visum) pada saat
kebijakan yang harus mereka ikuti, termasuk aplikasi tersebut mulai resmi digunakan.
31
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
32
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto
Akses ke server cloud pada aplikasi e- keakuratan sistem e-Visum. Terlebih penyuluh
Visum dimiliki oleh BKKBN dan pihak KB diminta untuk memasukkan target sasaran
ketiga. Oleh karena itu, faktor keamanan data dalam bentuk peta keluarga, yang
harus menjadi pertimbangan. Kerahasiaan data diintegrasikan dengan hasil Pemutakhiran
juga menjadi hal yang sangat penting karena Pendataan Keluarga yang harus dijamin
kerahasiaan data organisasi pemerintahan kerahasiaannya.
dapat berimplikasi tidak langsung terhadap Berdasarkan data SIMSDM (Sistem
kerahasiaan dan kedaulatan negara, seperti Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia)
pada kasus Edward Snowden yang Biro Kepegawaian BKKBN per tanggal 1
membocorkan dokumen rahasia Amerika Oktober 2018, jumlah tenaga penyuluh KB
Serikat ke jurnalis asing. Menurut Nugraha et. yang tersebar di seluruh Indonesia ada
al. (2015), metode paling mudah untuk sebanyak 14.758 orang, dengan persebaran
memastikan kerahasiaan data adalah dengan jumlah tertinggi berada di Provinsi Jawa
menyandikan semua data sensitif pada proses Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan
penyimpanan, pemrosesan, dan transmisi. kemudian Jawa Barat. Jika dilihat dari jenis
Masalah kepemilikan, akses dan kontrol atas kelamin, jumlah tenaga penyuluh KB yang
penggunaan data juga masih menjadi isu berjenis kelamin laki-laki ada 6.422 orang,
penting dalam tata kelola pemerintahan sedangkan Penyuluh KB perempuan sebanyak
(Bruhn, 2014). Dalam hal ini, BKKBN telah 8.336 orang. Penelitian ini juga menggunakan
mengantisipasinya dengan proses pemilihan data laporan pengisian aplikasi e-Visum oleh
pengembang aplikasi (apps developer) sesuai tenaga penyuluh KB, yang telah diolah oleh
dengan kriteria dan mekanisme yang Direktorat Bina Lini Lapangan BKKBN pada
transparan dan akuntabel. Selain itu, BKKBN bulan Januari, Juni dan September 2018
juga membuat ketentuan yang mengikat (seperti pada Tabel 1). Peneliti melakukan
dengan pihak pengembang mengenai aturan analisis terhadap data pengisian e-Visum
penggunaan, penyimpanan, dan kerahasiaan menggunakan teori difusi inovasi untuk
data serta menuangkan semua aturan dan melihat tingkat adopsi penyuluh KB dalam
kesepakatan tersebut dalam klausul perjanjian memanfaatkan aplikasi pelaporan kinerja
kontrak pengadaan e-Visum dengan pihak mobile e-Visum.
ketiga. Menurut informan MA, pada bulan
awal penerapan e-Visum, beberapa kali terjadi Tabel 1. Persentase Capaian Kinerja Penyuluh
kendala dalam sistem dan e-Visum sempat KB melalui e-Visum per Provinsi
dihentikan selama beberapa jam untuk (bulan Januari, Juni, September 2018)
perbaikan. Data dalam e-Visum menjadi Provinsi Jan Juni Sept
sangat penting karena di dalamnya terdapat Aceh 63 66 68
rekap harian kegiatan yang berimplikasi pada Sumatera Utara 78 79 89
pengukuran kinerja tiap penyuluh KB. Ukuran Sumatera Barat 69 75 83
kinerja tersebut menjadi dasar penghitungan Sumatera Selatan 77 82 87
besaran tunjangan kinerja yang mereka Riau 70 82 75
peroleh tiap bulan. Untuk itu, pihak ketiga Jambi 75 64 69
harus mampu menjamin keamanan dan Bengkulu 77 73 74
33
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
34
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto
dalam kategori sebagai daerah dengan tingkat kesesuaian, kompleksitas, trialability dan
adopsi inovasi terendah yaitu kategori lamban observability (Rogers, 2003). Pertama,
(laggards). Provinsi maju dengan tingkat semakin besar keuntungan yang diperoleh,
paparan media yang besar cenderung memiliki maka semakin tinggi pula dorongan untuk
tingkat penerimaan terhadap inovasi aplikasi mengadopsi inovasi tertentu. Adanya
e-Visum yang lebih baik. keuntungan materiel yang diperoleh penyuluh
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa KB menjadi faktor pendorong adopsi e-Visum
tingkat adopsi aplikasi e-Visum oleh penyuluh karena kinerja harian yang dicatat melalui
KB dapat dikatakan cukup tinggi dengan rata- aplikasi e-Visum ini berimplikasi langsung
rata capaian kinerja 64,8% pada bulan pertama terhadap pengukuran besaran tunjangan
penerapan e-Visum. Padahal, dari total 14.758 kinerja yang diperoleh. Penyuluh KB akan
orang penyuluh KB, sebanyak 7.267 orang mendapatkan jumlah tunjangan kinerja sesuai
berasal dari generasi baby boomers (berusia dengan besaran persentase pengisian kinerja
lebih dari 51 tahun) dan 2.571 orang berusia yang ada di aplikasi e-Visum. Jika persentase
46-50 tahun. Generasi yang berjumlah capaian kinerja yang tercatat dalam aplikasi e-
sebanyak 66,7% dari total penyuluh KB Visum kecil, maka tunjangan kinerja yang
tersebut cenderung lebih lambat dalam diperolehnya juga sedikit, begitu pula
menerima teknologi digital jika dibandingkan sebaliknya. Kedua, aplikasi e-Visum telah
dengan generasi milenial. Hal ini mendukung karakteristik kesesuaian dalam
menunjukkan bahwa mereka mampu teori difusi inovasi. Artinya, aplikasi e-Visum
menerima dan mengadopsi teknologi e-Visum. tidak bertentangan dengan nilai-nilai normatif
Selain itu, sebelum dipergunakan secara di masyarakat sehingga tidak ada hambatan
resmi per tanggal 1 Januari 2018, aplikasi e- bagi seseorang untuk mengadopsi aplikasi e-
Visum juga telah diujicobakan selama dua Visum. Ketiga, terkait dengan kompleksitas
bulan sebelumnya. BKKBN gencar atau kerumitan. Aplikasi e-Visum memiliki
menyosialisasikan cara penggunaan e-Visum tingkat kompleksitas yang cukup rumit, karena
secara bertahap di seluruh provinsi sejak satu harus memasukkan data-data yang cukup
tahun sebelumnya, baik secara konvensional detail, termasuk data keluarga dan lokasi titik
melalui workshop dan pelatihan bertahap, koordinat pelaksanaan sebuah kegiatan.
maupun secara digital melalui informasi, Namun, BKKBN telah mengantisipasinya
tutorial, maupun live streaming e-Visum di dengan sosialisasi bertahap sejak satu tahun
akun media sosial Instagram @rumahbacapkb, sebelumnya, serta adanya masa uji coba
@bkkbnofficial, akun Facebook Rumah Baca aplikasi e-Visum dua bulan sejak resmi
PKB/PLKB, maupun grup WhatsApp. Dengan digunakan. Keempat, aplikasi e-Visum
demikian, ada waktu yang cukup bagi para memiliki kemampuan diujicobakan. Sebelum
penyuluh KB untuk mempelajari dan diterapkan secara resmi, e-Visum telah diuji
beradaptasi dengan sistem pelaporan kinerja coba selama dua bulan terlebih dahulu kepada
mobile ini sebelum akhirnya diterapkan secara para penyuluh KB, sehingga dapat diketahui
resmi. apa saja kekurangan sistem e-Visum yang
Tingkat adaptasi dipengaruhi oleh harus segera diperbaiki. Terakhir adalah
karakteristik inovasi, yaitu keuntungan relatif, observability. Observability ini dapat ditinjau
35
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
dari perspektif BKKBN selaku pengelola e- menyesuaikan diri dengan perubahan yang
Visum dan penyuluh KB selaku pengguna ada.
aplikasi tersebut.
Selama masa uji coba dan penerapannya, KESIMPULAN DAN SARAN
BKKBN telah mengamati tingkat keberhasilan Keterlibatan pihak ketiga pada
e-Visum dan terus melakukan penyempurnaan pengembangan aplikasi e-Visum dinilai
seiring waktu. Menurut MA, e-Visum yang mampu mempercepat realisasi pembuatan dan
diluncurkan saat ini merupakan e-Visum versi penerapan aplikasi pelaporan kinerja di
3.0, yang merupakan pengembangan dari versi BKKBN di tengah keterbatasan sumber daya
awal 2.0 dengan tampilan yang lebih menarik internal. Dengan adanya e-Visum, para
dan mudah digunakan. penyuluh KB yang tersebar di desa-desa di
Di samping itu, terdapat pula Indonesia dapat melaporkan kegiatan
penambahan beberapa fitur penunjang lain hariannya dengan lebih mudah, efektif, dan
seperti fitur cuti, fitur bantuan dan notifikasi efisien. BKKBN Pusat juga mudah memantau
untuk menginformasikan status sinkronisasi kinerja penyuluhnya di lapangan. Namun,
kegiatan para penyuluh KB. Adapun dari keterlibatan pihak ketiga dalam pengembangan
perspektif penyuluh KB, selama penerapan aplikasi e-Visum berdampak pula pada faktor
aplikasi e-Visum, mereka dapat mengamati keamanan dan kerahasiaan data. Data e-Visum
tingkat penggunaan e-Visum dan kendala yang manjadi sangat penting karena berisi rekap
dihadapi tiap penyuluh di berbagai daerah harian kegiatan penyuluh KB beserta input
melalui forum-forum diskusi di media sosial data keluarga dalam bentuk peta keluarga di
yang digunakan sebagai media sosialisasi wilayah kerja penyuluh KB yang harus
BKKBN. Dengan berbagai karakteristik dijamin keamanan dan kerahasiaan datanya.
inovasi yang ada pada aplikasi e-Visum, tidak Penyimpanan data dalam bentuk data digital
ada kendala berarti yang dapat menghambat pada server cloud harus selalu disandikan
adopsi penyuluh KB dalam menggunakan dengan benar supaya aman dari pembajakan
aplikasi ini sehingga tingkat adopsinya terlihat oleh orang yang tidak bertanggung jawab,
relatif semakin meningkat seiring berjalannya terlebih dengan akses yang juga dimiliki oleh
waktu. pihak ketiga. Kerahasiaan dan keamanan data
Penerapan e-Visum ini juga bukanlah lembaga pemerintah ini menjadi sebuah hal
tanpa kendala. Menurut DM, pada awalnya yang penting karena dapat berimplikasi tidak
banyak penyuluh KB yang melayangkan langsung terhadap kedaulatan negara.
protes terhadap kebijakan penerapan laporan Tingkat adopsi e-Visum oleh penyuluh
kinerja mobile ini. Hal ini terutama dialami KB tergolong baik, dilihat dari rata-rata
para penyuluh KB yang wilayah kerjanya di capaian kinerja pada awal penggunaan sebesar
desa terpencil, tidak terbiasa menggunakan 64,8% (bulan Januari 2018), yang kemudian
smartphone android, serta memiliki kendala meningkat menjadi 75,09% pada bulan
infrastruktur jaringan di beberapa lokasi yang September 2018. Hal ini menjelaskan adanya
kurang baik. Akan tetapi, sebuah sistem yang proses perkembangan tahap pengambilan
baik harus tetap dilanjutkan dan para pihak keputusan dalam menerima sebuah inovasi.
yang terlibat di dalamnya harus mampu Sesuai dengan teori difusi inovasi, tingkat
36
Penerapan Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kinerja Pegawai dalam Mendukung e-Government
Maulidatur Rohmah dan Eriyanto
adopsi berbanding lurus dengan waktu. using Mobile Based Information System.
Sebelum akhirnya diterapkan secara resmi, 23rd Australasian Conference on
aplikasi e-Visum ini telah diujicobakan selama Information Systems. Geelong.
dua bulan sebelumnya sehingga ada waktu Clare, C. P., & Loucopoulos, P. (1987).
yang cukup bagi para penyuluh KB yang Business Information Systems. London:
66,7% di antaranya berusia di atas 45 tahun Paradigm.
untuk mempelajari penggunaan aplikasi e- Irion, K. (2012). Government Cloud
Visum. Faktor keterkaitan pengisian e-Visum Computing and National Data
dengan keuntungan relatif berupa tunjangan Sovereignty. Policy & Internet, 4(3), 40-
kinerja juga menjadi pendorong bagi para 71.
penyuluh KB untuk cepat mengadopsi dan Kamal, M. M. (2006). IT innovation adoption
menggunakan e-Visum. Tingkat adopsi untuk in the government sector: identifying the
tiap provinsi juga berbeda-beda karena tiap critical success factors. Journal of
individu dalam sebuah sistem sosial memiliki Enterprise Information Management,
kecepatan yang tidak sama dalam mengadopsi 19(2), 192-222.
inovasi. Berdasarkan tingkat kecepatan https://doi.org/10.1108/17410390610645
adopsinya, Provinsi Jawa Timur masuk dalam 085
kategori inovator, sedangkan Provinsi Maluku Kemp, S. (2019). Digital 2019: Indonesia.
Utara, Papua dan Papua Barat masuk ke dalam Available from:
kategori lamban (laggard) dalam menerima https://datareportal.com/reports/digital-
sebuah inovasi teknologi baru. 2019-indonesia.
Keserwani, H. (2015). App Abuses: A Study
DAFTAR PUSTAKA of Increasing Risk in Users Adoption of
BKKBN. (2017). Peraturan Kepala BKKBN Free Third-Party Mobile Apps in India.
Nomor 22 Tahun 2017 dan Petunjuk SIBM Pune Research Journal, X, 53-58.
Teknis Pelaksanaan e-Visum. Langridge, D. (2007). Phenomenological
Bruhn, J. (2014). Identifying useful Psychology: Theory, Research and
approaches to the governance Method. The SAGE Handbook of
of indigenous data. The International Qualitative Research in Psychology.
Indigenous Policy Journal, 5(2), 1–32. Harlow, England: Pearson Education
Checkland, P., & Howell, S. (1998). Limited.
Information, Systems and Information https://doi.org/10.4135/9781848607927.
Systems: Making Sense of the Field. n10
West Sussex, England: John Wiley and Lehmann, K. (2007). Innovation Diffusion
Sons Ltd. Theory: Rogers and Bass Model
Chen, et al. (2008). Digital Government: E- Discussion. Berlin: Humbolt Universitat
Government Research, Case Studies, Berlin.
and Implementations. New York: Meranti, & Irwansyah. (2018). Kajian Humas
Springer. Digital: Transformasi dan kontribusi
Ginige, T, & Richards, D. (2012). A Model for Industri 4.0 pada Stratejik Kehumasan.
Enhancing Empowerment in Farmers Jurnal Teknologi Informasi Dan
37
Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan Pembangunan)
Vol. 21 No. 1 Juni 2020 Juditha
38