Professional Documents
Culture Documents
Bab I Integral Tak Tentu
Bab I Integral Tak Tentu
Kompetensi Umum:
Mahasiswa terampil menentukan integral tak tentu dari suatu fungsi tertentu
dengan menggunakan rumus-rumus yang telah dipelajari serta dapat
menggunakan konsep integral tak tentu untuk menyelesaikan suatu masalah
sederhana.
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat:
a)menentukan anti turunan suatu fungsi tertentu.
b)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna- kan
aturan pangkat.
c)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna- kan
rumus pokok integral fungsi trigonometri
d)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
aturan pangkat yang diperumum
e)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
teknik subsitusi dengan variabel baru
f)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
teknik subsitusi tanpa variabel baru
g)menggunakan konsep integral tak tentu untuk menyelesaikan suatu masalah
sederhana
Pendahuluan
Contoh
Andaikan F (x) = x2 maka F′(x) = 2x di R
Sehingga anti turunan dari f(x) = 2x adalah F(x) = x2 .
Anti turunan dari suatu fungsi tidak tunggal, perhatikan bahwa fungsi G dan H
berikut juga anti turunan dari f.
G(x) = x2 + 3 juga anti turunan dari f(x) = 2x sebab G′(x) = 2x = f(x)
H(x) = x2 – 5 juga anti turunan dari f(x) = 2x sebab H′(x) = 2x = f(x)
Jadi fungsi f(x) = 2x mempunyai banyak anti turunan atau fungsi primitif.
Perbedaan anti turunan yang satu dengan yang lain terletak pada konstanta nya
saja. Kenyataan ini berlaku untuk semua fungsi, hal ini dijamin oleh teorema
“Jika F′(x) = G′(x) untuk semua x dalam (a,b), maka terdapat konstanta C
sedemikian hingga F (x) = G(x) + C “
Teorema tersebut sudah anda pelajari di Kalkulus I (Kalkulus Diferensial).
Adanya perbedaan anti turunan yang satu dengan yang lain hanya pada
konstantanya maka terdapat bentuk anti turunan yang paling umum (merupakan
keluarga fungsi) yang dinamakan anti diferensial.
Contoh
Catatan
1lambang ∫ adalah lambang integral
2lambang ∫
... dx
adalah operator integral
3f(x) adalah fungsi yang diintegralkan dinamakan integran
4istilah tak tentu berarti mengandung konstanta sembarang
5pekerjaan menghitung integral adalah mengintegralkan
Perhatikan!
i. Hubungan turunan, diferensial, dan integral tak tentu.
F ′( x) = f ( x)
⇓
dF ( x)
= f ( x) ⇔ dF ( x) = f ( x) ⇔ ∫ dF ( x) = ∫ f ( x)dx = F ( x) + C
dx
d ( x 3 + 1)
= 3x 2 ⇔ d ( x3 + 1) = 3x 2 dx ⇔ ∫ d ( x3 + 1) = ∫ 3x 2 dx = x3 + C
1. dx
d
[ ∫ cos xdx] = cos x
2. dx
n x n+1
∫ x dx = n +1
+C
Bukti:
d
[ ∫ f ( x)dx] = [ F ( x) + C ] = F ' ( x) = f ( x)
d
Karena dx dx , maka bukti teorema
d x n+1 (n + 1) x n
+ C = + 0 = xn
dx n + 1 n +1
tersebut sebagai berikut
Contoh
0 x0 + 1
∫ dx = ∫ 1 dx − ∫ x dx =
0 +1
+ C = x+C
8 x8 + 1 1
∫ x dx = + C = x9 + C
8 +1 9
1 −2 t −2 + 1 1
∫ t2
dt = ∫t dt =
− 2 +1
+ C =− +C
t
Dapat kita pahami bahwa x adalah variabel boneka artinya bahwa jika untuk setiap
kemunculan x diganti dengan variabel lain misalnya t, u, v dsb, nilai integral tak
tentu tersebut tidak berubah.
∫ f ( x)dx = ∫ f (t )dt = ∫ f (u )du = ∫ f (v)dv. ...dsb
Contoh
∫(x ) ( ) (
− 3 dx = ∫ t 2 − 3 dt = ∫ u 2 − 3 du. )
2
...dsb
Bukti:
d (− cos x + C )
Karena
dx
= −(− sin x) = sin x maka ∫ sin x dx = − cos x + C
Bukti:
Karena
d
dx
[
k ∫ f ( x)dx = k]d
dx
[∫ f ( x)dx] = kf ( x) maka ∫ kf ( x)dx = k ∫ f ( x)dx
Contoh
1. ∫ ( x + sin x) dx = ∫ x dx + ∫ sin x dx
= x 2 + C1 + ( − cos x + C 2 )
1
2
= x 2 − cos x + ( C1 + C 2 )
1
2
1
= x 2 − cos x + C
2
2. ∫ ( x −5 x + 6) dx = ∫ x 3dx − 5∫ x dx + 6∫ dx
3
1 1
= x 4 + C1 − 5 x 2 + C 2 + 6 x + C3 ( )
4 2
1
= x4 −
4
5 2
2
(
x + 6 x + C1 + 5C 2 + 6C3 )
1 5 2
= x4 − x + 6x + C
4 2
∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = F ( g ( x)) + C
Bukti:
∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = F ( g ( x)) + C
Contoh
1. ∫ cos( 2 x ) . 2 dx = sin ( 2 x ) + C
↑ ↑
g ( x) g' ( x) f (t ) = cos(t )
Contoh
∫( ) 2 5 6
x −1 (2 x) dx = x 2 − 1 + C
1
1.
6
↑ ↑
g(x) g'(x) n=5
2
1 2
x − 3 x + 7 + C
2
2. ∫ ( x − 3x + 7)(2 x − 3)dx = 2
↑ ↑
g(x) g'(x) n =1
Teknik Subsitusi Dengan Variabel Baru
∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = ∫ f (u ) du = F (u ) + C = F ( g ( x)) + C
un [ g ( x )] n + C
∫ [ g ( x)] g ′( x) dx ∫ u du =
n = n +C =
n +1 n +1
= ∫ tan u sec u. du
= sec u + C
= sec( 2 x ) + C
∫( ) 2 5
3. Hitung x −1 .(2 x ) dx
Penyelesaian :
misal x2 −1 = u
⇒ d ( x 2 − 1) = du
⇒ 2 xdx = du
2 5
( )
Jadi ∫ x −1 ( 2 x) dx = ∫u
5 du
1
= u6 + C
6
1 2 6
= x − 1 + C
6
2 − 3x + 7) 3 dx
4. Hitung ∫ (2 x − 3)( x
Penyelesaian : Pandang sebagai ∫ ( x 2 − 3 x + 7) 3 (2 x − 3)dx
misal x 2 − 3 x + 7 = u
⇒ d ( x 2 − 3 x + 7) = du
⇒ ( x 2 − 3)dx = du
Jadi ∫ (2 x − 3)( x 2 − 3x + 7) 3 dx = ∫ (x
2 − 3 x + 7) 3 ( 2 x − 3)dx
= ∫ u 3 du
1 4
= u +C
4
1 2 4
= x − 3x + 7 + C
4
[ g ( x )] n
∫ [ g ( x )] ∫ [ g ( x)] d ( g ( x))
n g ′( x ) dx = n = +C
n +1
↑ sama ↑
Pada ruas kanan kita pikirkan g(x) sebagai u
Contoh
∫ sec ( 3x ). 3 dx
2
1. Hitung
Penyelesaian :
Karena 3dx = d (3 x)
∫( ) ( ) ( )
2 5 2 5
2. x −1 (2 x) dx = ∫ x −1 d x 2 −1 karena 2 xdx = d ( x 2 − 1)
1 2 6 n u n +1
=
6
x − 1 + C
karena ∫ u du =
n +1
+C
∫ ( 3x + 7) ( 3x + 7 ) 4 d ( 3x + 7 )
4 1 1
3. dx = ∫ karena dx = d ( 3x +1)
3 3
1 1
= . ( 3x + 7) + C
5
3 5
1
= ( 3x + 7 ) + C
5
15
Latihan 1.1
x3 − x2 + 8 x 2 + 4x − 6
5. ∫ dx 6. ∫ dx
x2 x
7. ∫ (3x − sin x) dx 8. ∫ (3sin x + 2 cos x) dx
9. ∫ ( x + 1) 2 dx 10. ∫ ( x − 2 ) 3 dx
13. ∫ ( 2 x − 1) 2 dx 14. ∫ (2 x + 5) 7 dx
15. ∫ 3 x − 7 dx 16. ∫ (8 − 4 x) 2 dx
3
x 2 + 1 dx 2 x 3 + 1 dx
17. ∫
x
18. ∫x
3 5
∫ ( 2 x + 1) x + x − 9 ∫ ( x − 1) x − 2 x + 3
19. 2 dx 20. 2 dx
21. ∫ cos 2 x dx 22. ∫ sin ( 5 x + 4) dx
∫ cos x. cos ( sin x ) dx
2
23. 24. ∫ sin 3t cos 3t dt
1 1 3y
25. ∫ x2 1+
3x
dx 26. ∫3 2
dy
2y − 4
1 1
cos x
sin t
∫ ∫
27. dt 28. 2 4 dx
t 1
sin x
4
sin x
29. ∫ 3
1 + cos x
dx 30. ∫ x x dx
Dalam bahasan ini, kita akan menggunakan integral tak tentu untuk
menyelesaikan suatu persamaan diferensial dan masalah yang melibatkan
persamaan diferensial. Tetapi di sini kita akan membatasi perhatian kita pada
persamaan diferensial sederhana yaitu persamaan diferensial yang hanya
mengandung turunan tunggal dari fungsi yang tidak diketahui dengan peubah-
peubah yang dapat dipisahkan.
Kita ingat kembali hubungan turunan, diferensial, dan integral tak tentu.
dy
= F ' ( x) = f ( x)
Andaikan fungsi y= F(x) dengan dx maka kita peroleh hubungan
dy
= f ( x ) ⇔ dy = f ( x) dx ⇔ y = ∫ dy = ∫ f ( x) dx = F ( x) + C
dx \
dy
= f ( x) atau dy = f ( x)dx
Jika pada bentuk dx , f(x) diketahui dan y akan dicari maka
bentuk tersebut dinamakan persamaan diferensial disingkat PD.
Persamaan diferensial (PD) adalah sembarang persamaan dengan hal yang
tidak diketahui berupa fungsi dan yang melibatkan turunan atau diferensial fungsi
yang tidak diketahui tersebut. Misal,
d2y d2y
= ( x + 1)
dy dy
+y=0 +2 − xy = 0
3
. . dsb
dx dx 2 dx 2
dx
= 5 x 2 + 1 ⇔ dy = x 2 + 1dx
dy
dx
⇔ ∫ dy = ∫ x 2 + 1dx
1
⇔ y = x3 + x + C
3
1
Jadi jawab PD tersebut adalah y = x 3 + x + C (disebut jawab umum)
3
dy x
2. Selesaikan = untuk y = 3 di x = 2
dx 2 y
Penyelesaian :
dy x 1
= ⇔ y dy = x dx
dx 2 y 2
1
⇔ ∫ y dy = ∫ 2 xdx
1 2 1 2
⇔ y + C1 = x + C2
2 4
1 2
⇔ y2 = x + C ← jawab umum PD
2
Penyelesaian :
Model matematika yang sesuai untuk masalah itu adalah
dy 1 2
= y dengan syarat y = 2 untuk x = 1
dx 2
dy 1 2 dy 1
Selesaikan PD tersebut, = y ⇔ = dx
dx 2 y2 2
dy 1
⇔∫ = ∫ dx
y2 2
1 1
⇔ − = x+C
y 2
2
Jawab umum PD adalah y=− ...........................(*)
x + 2C
Subsitusikan y = 2 untuk x = 1 dalam (*) diperoleh C = −1
2 2
Jadi persamaan kurva yang ditanyakan adalah y = − atau y =
x−2 2− x
4. Sebuah bola dijatuhkan tegak lurus ke permukaan tanah yang dianggap datar dari suatu
gedung yang tingginya 169 m. Setelah berapa detik bola itu mencapai tanah dan tentukan
lajunya pada saat itu bila percepatan grafitasi ditempat itu 9,8 m/detik 2 .
Penyelesaian :
Bila s menyatakan jarak yang ditempuh, v menyatakan laju, dan a percepatan maka
ds dv d 2 s
v= dan a = =
dt dt dt 2
Sehingga model matematika dari masalah tersebut adalah
dv
= a = 9,8 dengan syarat awal v(0) = 0 dan s(0) = 0
dt
dv
Dari = 9,8 diperoleh dv = 9,8 dt ⇒ ∫ dv = ∫ 9,8 dt ⇒ v = 9,8 t + C
dt
Subsitusikan v(0) = 0 diperoleh C = 0 sehinga v = 9,8 t
ds
Dari = v = 9,8 t ⇒ ds = 9,8 t dt ⇒ ∫ ds = ∫ 9,8 t dt ⇒ s = 4,9 t 2 + C
dt
Latihan 1.2
= ( x − 7) 3
dy dy
1. 2. = x( x 2 − 5) 4
dx dx
dy dy
3. =x y 4. = 3xy 2
dx dx
dy x 2 +1 dy 1
5. = ; y = 1 di x = 1 6. = ; y = −1 di x = 1
dx x2 dx x 2 y +1
dy dy
7. − x 1+ x 2 = 0 ; y = −3 di x = 0 8. − x 3 y 2 = 0 ; y = 1 di x = 2
dx dx
d2y dy
9.. = 2 − 6 x ; y = 1 di x = 0 , dan =3
dx 2 dx
d3y dy d2y
10. = 0 ; y = 5 di x = 0 , = 0, dan = −8
dx 3 dx dx 2
2
d y 3x dy
11. = ; grafik fungsi melalui titik (4,4) dan = 3.
dx 2 8 dx
d2y
12. = 1 + 2 x − 3 x 2 ; grafik fungsi melalui titik asal dan titik (1,1)
dx 2
dy 2 x
= 2
13. Jika y = 3 untuk x = 3 dan dx y carilah nilai y untuk x = 1
14. Tentukan persamaan fungsi implisit F(x,y) = 0 yang melalui titik (2,-1) dan
koefisien arah garis singgung grafik fungsi disembarang titik ditentukan
x
y' = − , y≠0
dengan persamaan 4y
15. Jika grafik fungsi y = f (x) melalui titik (9,4) dan koefisien arah grafik fungsi
tersebut di sembarang titik adalah y ' = 3 x . Tentukan persamaan fungsi
tersebut!
16. Di suatu titik (x,y) pada grafik fungsi f diketahui f ’’’(x) = 2. Jika pada
daerah definisinya grafik fungsi f hanya mempunyai tepat satu titik belok di
(1,3) dan garis singgung di titik beloknya sejajar dengan garis y = –2x maka
tentukan persamaan fungsi f.
17. Kira-kira dengan kecepatan berapa seorang penyelam memasuki air setelah
melompat dari tebing sungai setinggi 30 meter. (Gunakan percepatan grafitasi
ditempat itu 9,8 m/det2)
18. Percepatan yang disebabkan oleh grafitasi suatu tempat adalah 9,8 m/det2.
Sebuah peluru ditembakkan lurus ke atas dari permukaan tanah tempat itu
yang dianggap datar dengan kecepatan 50 m/det. Setelah berapa detik peluru
mencapai titik tertinggi dan berapa jarak titik tertinggi tersebut dari tanah?
19. Suatu titik meteri bergerak dari keadaan diam dengan percepatan pada setiap
t ditentukan dengan persamaan a(t) = t(4 – t) m/det2 . Tentukan kecepatan titik
materi itu sebagai fungsi dari t. Setelah berapa detik titik materi itu berhenti
dan bergerak lagi. Tentukan persamaan gerak titik materi itu.
20. Seorang kolektor benda-benda seni membeli sebuah lukisan dari seorang
seniman seharga $1000, yang nilainya sekarang bertambah sejalan dengan
dv
= 5t t + 10t + 50
berjalannya waktu sesuai dengan rumus dt dengan v adalah
nilai dolar yang diharapkan dari lukisan sesudah t tahun pembelian. Jika
rumus ini berlaku untuk 6 tahun kemudian, berapa nilai harapan dari lukisan
itu empat tahun dari waktu pembelian?
y=f(x)
y y=f(x) y y
D y=g(x)
D
a b
a b x x a b x
D
Perhatikan gambar 1 daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y
= f(x) dengan f(x) ≥ 0 pada [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu-x.
Luas daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
b
L( D) = ∫ f ( x) dx
a
2. Daerah di bawah sumbu-x.
Perhatikan gambar 2 daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y=
f(x) dengan f(x) ≤ 0 pada [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu-x. Luas
daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
b
L( D) = − ∫ f ( x) dx
a
Perhatikan gambar 3. Daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva
y= f(x), kurva y = g(x) dengan f(x) ≥ g(x) pada [a,b], garis x = a, garis x = b,
dan sumbu-x. Luas daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
[ f ( x) − g ( x)] dx
b
L( D ) = ∫
a
Bahan diskusi
1. Bagaimana bentuk integral yang menyatakan luas suatu daerah yang terletak di kanan sumbu-
y, di kiri sumbu-y, dan antara dua kurva, jika kurva pembatasannya dinyatakan sebagai x =
f(y) dan garis-garis pembatasnya y = c, y = d, dan sb y.
2. Tunjukan luas daerah: persegi panjang, segitiga, trapesium, lingkaran dengan
menggunakan integral tunggal.
3. Hitung luas daerah yang dibatasi kurva-kurva dan garis-garis sebagai berikut:
a. y = x 2 − 2 x − 3, x = 2, sb - x dan sb - y d. y = x 2 , y = x + 2
b. y = sin x, x = − π, x = π, dan sumbu - x e. x = 6y − y 2 , x = 0
c. y = x 3 − x 2 − 6 x dan sumbu - x f. y = x , y = − x + 6, dan sumbu - x
1. Metode Cakram
Jika daerah yang dibatasi kurva y = f(x), garis x = a, x = b, dan sb-x dibawah,
diputar mengelilingi sumbu x , akan didapat suatu benda putar. Apabila benda
putar ini dipotong-potong tegak lurus sb-x akan diperoleh lempengan berupa
cakram. Andaikan lempengan yang ke-i memiliki tebal ∆xi dan volume ∆Vi .
→ ∆xi ←
y=f(x) f(xi)
a xi b sb x
r = f (x ) h = ∆x
Rumus dasar: V = π r 2 h dengan i dan i
2. Metode Cincin
Jika daerah yang dibatasi kurva y = f(x) dan y = g(x) di bawah diputar
mengelilingi sumbu x , akan didapat suatu benda putar. Apabila benda putar ini
dipotong-potong tegak lurus sumbu-x akan diperoleh lempengan berupa cincin.
Andaikan lempengan yang ke-i memiliki tebal ∆xi dan volume ∆Vi .
→ ∆xi ←
y=f(x)
r1
y=g(x) r2
sbx
a b
Rumus dasar
(2 2
V = π r 2 h − π r 2 h = π r1 − r2
1 2 ) h
r1
r2
h h
K=2π r ∆r = r1 – r2
( )
Rumus dasar
2 2
V = π r 2h − π r 2h = π r1 − r2 h
1 2
( )(
= π r1 + r2 r1 − r2 h )
= 2π
( r1 + r2 ) h ( r − r )
1 2
2
= 2π x rerata jari - jari x tinggi x tebal
[ ]
∆V ≈ 2π x f ( xi ) ∆x sehingga ∆V ≈ 2π x f ( x) ∆x
i i i [ ]
y y
y=f(x)
∆xi
f(xi)
a b a b
xi
b
= 2π ∫ x [ f ( x)] dx
Sehingga volume benda putar a , sumbu putar sb y
Bahan diskusi
I. Tuliskan integral yang menyatakan volume benda putar yang terjadi kemudian hitunglah, jika
daerah D dibatasi kurva-kurva dan atau garis-garis yang persama-annya diberikan dan diputar
mengelilingi sumbu putar yang diketahui di bawah ini.
1. y = 2x , x = 3 , sumbu x 4. y = x2 + 1, x = 2, sumbu y
2. y = 2x , x = 3 , sumbu y 5. y = x + 1 , x = 2 , x = 5 , sumbu y
3. y = x2 + 1, x = 2, sumbu x 6. y = r 2 − x 2 , y = 0, x = 0, sumbu x
II. Apakah vormula yang kita bahas di atas mampu untuk menjawab persoalan berikut?
Tentukan volume benda yang alasnya adalah suatu daerah rata pada kuadran yang dibatasi
x2
y = 1−
oleh 4 , sumbu x dan sumbu y dan andaikan penampang-penampang yang tegak
lurus sumbu x berbentuk persegi. Jika tidak, bagaimana kita menghitungnya?
Latihan:
Soal-soal 6.2 dan 6.3. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1.
Edisi 5
Definisi:
Sebuah kurva rata disebut mulus apabila kurva tersebut ditentukan oleh
persamaan-persamaan x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b , dengan ketentuan bahwa
turunan-turunan f’ dan g’ kontinu pada [a,b] sedangkan f’(t) dan g’(t) tidak
bersama-sama nol pada (a,b)
Ilustrasi:
y Qi Qi
Qn ∆Si
Q i-1 ∆wi ∆yi
Q i-1 ∆xi
Kemudian kita aproksimasi kurva itu dengan segi banyak, kita hitung panjangnya
dan ditarik limitnya dengan norma partisi mendekati nol.
∆w =
i
( ∆xi ) 2 + ( ∆yi ) 2
= [ f (ti ) − f (ti −1 )] 2 +[ g (ti ) − g (ti −1 )] 2
Menggunakan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan,
[
yakni adanya t i ∈ ti −1,ti ]
sehingga
f (t i ) − f (t i −1 ) = f ' (t i )∆t i
∆t = t − t
g (t i ) − g (t i −1 ) = g ' (t i )∆t i dengan i i i −1
Dengan demikian
∆w =
i
[ f '(t i )∆ti ]2 +[ g '(t i )∆ti ]2 = [ f '(t i )]2 +[ g '(t i )]2 ∆t
i
[ f '(t )] 2 +[ g '(t)] 2 dt
b
L= ∫
a
2 2
b dx dy
=∫ + dt
a dt dt
Latihan:
Soal-soal 6.4. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
Andaikan f sebuah fungsi yang dapat didiferensialkan pada [a,b], kita defiisikan
x 2
s( x) = ∫ 1+ [ f ' (u )] du
s(x) melalui a maka s(x) adalah panjang busur y = f(u)
antara titik (a,f(a)) dan (x,f(x)).
. (x,f(x)
. (a,f(a)) ds dy
a x b sb-x dx
2
x 2
s( x) = ∫ 1+ [ f ' (u )] du ds 2 dy
= 1+ [ f ' ( x)] = 1+
Dari a diperoleh dx dx
2
dy
ds = 1+ dx
atau dx
2
dy
ds = 1+ dx ← untuk kurva y = f ( x)
dx
2
dx
ds = 1+ dy ← untuk kurva x = f ( y )
dy
2 2
dx dy
ds = + dt ← untuk kurva x = f (t ), y = g (t )
dt dt
Latihan:
Soal-soal 6.4. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
Rumus dasar l
r1 + r2
A = 2π l
2
Andaikan ∆Si panjang kurva bagian ke-i dan yi ordinat sebuah titik pada
bagian tersebut.
∆si
∆si
.
yi sb x
sb x
Apabila kurva tersebut diputar mengelilingi sumbu x, maka bagian ini akan
i i
2π y ∆s
membentuk kerucut terpancung yang luasnya
Sehingga luas permukaan hasil pemutaran kurva tersebut adalah
n ∗∗
A = lim ∑ 2π yi ∆si = ∫ 2π y ds
P →0 i =1 ∗
Kita dapatkan rumus luas permukaan benda putar
(seirama dengan rumus ds yang tergantung pada persamaan kurvanya)
Untuk kurva x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b
b b
A = 2π ∫ g (t ) ds = 2π ∫ g (t ) ( ) ( )
dx 2 dy 2
dt
+
dt
dt
a a
b. Pemutaran mengelilingi sumbu y
Untuk kurva x = f ( y ), c ≤ y ≤ d
d d
A = 2π ∫ f ( y ) ds = 2π ∫ f y( ) 1+ ()
dx 2
dy
dy
c c
Untuk kurva x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b
b b
A = 2π ∫ f (t ) ds = 2π ∫ f (t ) ( ) ( )
dx 2 dy 2
dt
+
dt
dt
a a
Latihan:
Soal-soal 6.5. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
E. Usaha/Kerja
Dalam Fisika, apabila suatu benda bergerak sejauh d sepanjang suatu garis dan
ada gaya F yang konstan yang menggerakkan benda itu dengan arah searah
gerak benda, maka Usaha/kerja W yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah
W= F . d
Andaikan benda bergerak sepanjang sb x dari x=a sampai x=b dan ada gaya
yang menggerakan benda itu F(x) dengan metode: patisikan [a,b],
aproksimasi, dan integralkan di peroleh
b
ΔW ≈ F ( x)Δx W = ∫ F ( x) dx
a
Contoh:
1. Apabila panjang pegas alami 10 inci dan diperlukan gaya 3 pon untuk
menarik dan menahannya sejauh 2 inci, tentukan usaha yang diperlukan
untuk menarik pegas itu sejauh 15 inci dari keadaan alami?
Jawab:
Dasarnya Hukum Hoke: gaya F(x) yang diperlukan untuk menarik pegas
sejauh x adalah F(x) = kx, dengan k konstanta pegas.
∫( )
−3
W = 2.50δ 10 2 − y 2 ( − y ) dy ; dengan δ = 62,4
−10 pon tiap kaki kubik
Latihan:
Soal-soal 6.6. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
F. Gaya Cairan
Dasar hukum Blaise Pascal: tekanan (=gaya pada tiap satuan luas) dari cairan
sama besar dari arah manapun. Jadi tekanan pada semua titik sebuah
permukaan sama besarnya, tidak peduli apakah permukaan datar, tegak atau
miring.
Jika sebuah tangki dengan alas berbentuk persegi panjang dengan luas A
berisi cairan (fluida) dengan kepadatan δ setinggi h, maka gaya yang bekerja
pada dasar tangki adalah F = δ h A
Contoh:
Andaikan tangki yang penampangnya seperti pada gambar, diisi dengan air (
δ =62,4 pon tiap kaki kubik) dengan kedalaman 5 kaki.
Hitunglah gaya total yang bekeja pada tepi tersebut!
y
8 kaki
0 8 x 10
y + 24
5
F = δ ∫ ( 5 − y) dy
Jadi 0 3
Latihan:
Soal-soal 6.7. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
Hasil kali massa dan jarak berarah dari suatu titik tertentu dinamakan momen
partikel (benda) terhadap titik tersebut. Momen ini mengukur
kecenderungan massa yang menghasilkan putaran pada titik tersebut. Syarat
agar massa pada suatu garis berimbang pada suatu titik di garis itu adalah
jumlah momen-momen terhadap titik itu sama dengan nol.
m Jumlah momen M (terhadap titik asal) suatu
x sistem yang terdiri atas n massa: m1, m2, …,mn
yang berjarak masing-masing di x1, x2, …,xn
M= x.m pada sumbu x adalah
n
∑xm i i
M = x1 m1 + x2 m2 + x3 m3 +…+ xn mn= 1
Ilustrasi
m1 m2 m3 m4 mi mn
x1 x2 0 x3 x4 xi xn
n
∑ xi mi
M i=1
x= = n
m ∑m
Sehingga i=1 i
Misal sepotong kawat dengan kepadatan yang berlainan (massa tiap satuan
panjang). Kita akan mengetahui kedudukan titik beratnya.
Kita letakkan kawat itu pada system koordinat, andaikan kepadatan di x
adalah δ (x) menggunakan metode potong, aproksimasi, dan integralkan
diperoleh
∆m ≈δ( x)∆x dan ∆M ≈ xδ( x) ∆x
b b
m =∫ δ( x) dx dan M =∫ xδ( x) dx
a a
b
∫ xδ( x) dx
a
sehingga x=
b
∫ δ( x) dx
a
Andaikan n massa titik m1, m2, …,mi, …, mn yang terletak pada titik (x1,y1),
(x2,y2), (x3,y3), …,(xi,yi),…., (xn,yn) pada bidang xoy.
Maka
Jumlah momen terhadap sumbu y Jumlah momen terhadap sumbu x
n n
M y = ∑ xi mi M x = ∑ yi mi
i=1 i=1
Andaikan sepotong lamina homogen yang dibatasi oleh x=a, x=b, y=f(x)
dan y=g(x), dengan f(x) ≤ g(x) pada [a,b]
y y=f(x)
.
y=g(x)
f ( x) + g ( x)
2
a 0 x b sb x
b
∆m ≈ δ [ f ( x) − g ( x)]∆x m = δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a
b
∆M ≈ xδ [ f ( x) − g ( x)]∆x M = δ ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx
y y
a
b
∆M ≈ yδ [ f ( x) − g ( x)]∆x M = δ ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx
x x
a
( )
Jadi koordinat titik beratnya x, y dengan
b b
δ ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx
M
y
x= = a = a
m b b
δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a a
b b
δ ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx
M
y= x = a = a
m b b
δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a a
Latihan:
Soal-soal 6.8. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
FUNGSI TRANSENDEN
Definisi
Perhatikan!
D f = ( 0, ∞ ) dan R f = R
• Daerah definisi dan nilai fungsi ini adalah
x1
ln x = ∫ dt < 0
• Untuk 0 < x < 1 , 1t
11
ln1 = ∫ dt = 0
• Untuk x = 1 , 1t
x1
ln x = ∫ dt > 0
• Untuk x > 1 , 1t
d x 1 1
= [ ln x] =
dy d
∫ dt = , x > 0
dx dx dx 1 t x
Bukti: 1.
Contoh:
df ( x) 1 2x + 1
Jawab : = 2 .(2 x + 1) = 2
dx x + x−6 x + x−6
ini berlaku pada daerah definisi fungsi ini yaitu
pada x 2 + x − 6 > 0 ⇒ ( x + 3)( x − 2) > 0 ⇒ (−∞ ,−3) (2, ∞)
2. Tentukan turunan pertama dari f ( x) = ln x
ln(− x), x < 0
Jawab : f ( x) = ln x =
ln x , x > 0
1 1
df ( x) − x .( −1) = ,x <0 1
maka = x = , x≠0
dx 1 x
,x >0
x
1 1
∫ x dx = ln x + C , x ≠ 0 dan ∫ u du = ln u + C , u ≠ 0
Contoh:
3
Tentukan ∫ 2 x − 4dx
1
Jawab : Misal 2 x − 4 = u ⇒ dx = du. Sehingga
2
3 1 1 3 1
∫ 2x − 4 dx = 3 ∫u 2
. du = ∫ du
2 u
3 3
= ln u + C = ln 2 x − 4 + C
2 2
3 1
atau ∫ dx = 3 ∫ dx
2x − 4 2x − 4
1 1
= 3. ∫ d (2 x − 4)
2 2x − 4
3
= ln 2 x − 4 + C
2
Sifat Logaritma Asli
Teorema
Bukti:
1
1
Dari definisi diperoleh ln 1 = ∫ dt = 0
T.i. 1t
T. ii. Karena untuk x > 0 berlaku
d
[ ln ax] = 1 .a = 1 dan d [ ln x] = 1
dx ax x dx x
maka ln ax = ln x + C
1
a= kita peroleh ln ab = ln 1 = 0
T. iii. Jika pada T.ii kita subsitusikan b
1 1 1
padahal ln .b = ln + ln b maka ln = − ln b
b b b
a 1 1
sehingga ln = ln a. = ln a + ln = ln a − ln b
b b b
T. iv. Karena untuk x > 0 berlaku
d
dx
[ ] 1
ln x r = r .rx r −1 =
x
r
x
dan
d
dx
[ r ln x] = r
x
maka ln x r = r ln x + C
Contoh 1:
5
x
Tentukan ∫ 2
dx
2 x −1
Jawab : Misal
x2 − 1 = u x=2→u =3
1
xdx = du x = 5 → u = 24
2
5 24
∫ u du = 2 [ ln u ] 324
x 1 1 1
Sehingga ∫ dx =
2 x2 − 1 2 3
=
1
( ln 24 − ln 3 ) = 1 ln 24 = 1 ln 8
2 2 3 2
( ) [ ]
5 5 5
x 1 1 2 1 2
atau ∫ dx = ∫ 2 d x − 1 = 2 ln x − 1
2 x2 − 1 2 2 x −1
2
=
1
( ln 24 − ln 3 ) = 1 ln 24 = 1 ln 8
2 2 3 2
Contoh 2:
x+5
y = ln 3
Tentukan turunan dari 3x 2
Jawab: Karena
x+5
y = ln 3 =
1
[ ln( x + 5) − ln 3 − 2 ln x]
3x 2 3
dy 1 1 2 x + 10
= −0− = −
Maka dx 3 x + 5 x 3 x( x + 5)
dy 1 d2y 1
= > 0 dan = − <0
dx x dx 2 x2
Sehingga grafik fungsi naik dan cekung kebawah pada daerah definisinya.
0 1 X
Latihan:
Soal-soal 7.1. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
2. Fungsi Invers
Kita akan mengulas secara umum pembalikan atau penginversan suatu fungsi.
Kita ingat bahwa ciri suatu fungsi mempunyai balikan atau invers, apabila
fungsi itu merupakan fungsi satu-kesatu, yaitu
x1 ≠ x2 ⇔ f ( x1 ) ≠ f ( x2 )
Teorema
−1
Selanjutnya apabila f adalah invers dari fungsi f , maka sebaliknya f juga
−1 −1
merupakan infers dari fungsi f .Jadi antara f dan f saling menginvers dan
−1 −1 −1
berlaku ( f o f )(x)= f (f(x)) = x dan f( f (y)) = y
x
f ( x) =
Contoh: Jika fungsi f didefinisikan sebagai x + 1 . Tentukan rumus
fungsi invers, garfik fungsi dan grafik fungsi inversnya.
dx 1
=
( )
f −1 ′
( y) =
1
f ′( x) atau
dy dy
dx
Latihan:
Soal-soal 7.2. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
3. Fungsi Eksponen Asli
Dari sifat kekontinuan fungsi logaritma natural kita dapat definisikan bilangan
e (bilangan ini pertama kali digunakan oleh Leonhard Euler) sebagai berikut:
Definisi
Dari definisi di atas dapat dibuktikan bahwa fungsi eksponen asli adalah invers
dari fungsi logaritma asli.
Teorema
Fungsi y = e , x ∈ R adalah invers dari fungsi y = ln x , x > 0
x
Akibatnya: y = e x , x ∈ R ⇔ x = ln y , y > 0
y= ln x
0 1 X
Bentuk Limit Dari Bilangan e
Teorema
n
1
i. e = limit(1 + h )
1
h iii. e = limit 1 +
h →0 n → +∞ n
n n
1 1
ii. e = limit 1 + iv. e = limit 1 −
n → −∞ n n → +∞ n
Bukti:
1 1
f ′( x) = dan f ′(1) = = 1
i. Misal f ( x) = ln x maka x 1 sehingga
f (1 + h) − f (1) ln (1 + h )
= limit ln(1 + h ) h
1
ln e = 1 = f ′(1) = limit = limit
h →0 h h →0 h h→0
e = limit(1 + h )
1
h
h →0
1
=n
Selanjutnya silahkan anda buktikan ii, iii, dan iv dengan menggantikan h
dari bentuk i.
Sifat-sifat Eksponen Asli
Teorema
i. e .e = e
a b a +b
ii.
ea
eb
= e a −b iii. e a( )b = eab
ln e a .eb a b
e a .eb = e = e ln e + ln e = e a + b
Bukti i: .
Selanjutnya untuk ii dan iii silahkan anda buktikan sendiri.
Teorema
dy
1. Jika y = e x maka = ex
dx
dy du
2. Jika y = eu , dengan u = f ( x) maka = eu .
dx dx
dx 1 dy
= ⇒ = y = ex
maka dy y dx
Dengan aturan rantai, buktikan yang ke 2.
Contoh:
2 +3
Tentukan turunan pertama dan kedua dari f ( x) = e x
df ( x) x 2 +3 d 2 f ( x) x 2 +3 2 x 2 +3
Jawab : = 2 xe dan 2
= 2e + 4 x e
dx dx
Integral Fungsi Eksponen Asli
∫ e dx = e + C ∫ e du = e + C
x x u u
dan
Contoh:
x 2 −5
1. Tentukan ∫ xe dx
Jawab : ∫ xe
x 2 −5
dx =
1 x 2 −5 2
2
∫ e d x −(5 =
1 x 2 −5
2
e )+C
2 2 2 2
(e x + x ) ex x
ex 2
2. Hitung ∫ e dx = ∫ e .e dx = ∫ e de = ee = ee − e
x x
0 0 0 0
Latihan:
Soal-soal 7.3. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
kita peroleh a = e
ln a
, a > 0 sehingga a = e
x ln a
( ) x = e x ln a , a>0
Definisi
didefinisikan sebagai f ( x) = a x = e x ln a
Df = R R f = ( 0,+∞)
Daerah definisinya adalah dan daerah nilainya
Bukti: iii. a
x
( ) y = (e x ln a ) y = e yx ln a = eln a xy = a xy
a
x x ln
a b x ( ln a − ln b ) e x ln a a x
v. = e =e = x ln b = y
b e b
Bukti:
i. f ( x) = a x ⇒ ln f ( x) = ln a x = x ln a
1 df ( x)
⇒ . = ln a
f ( x) dx
df ( x)
⇒ = a x ln a
dx
df ( x) 1
iii. = a x ln a ⇒ df ( x) = a x dx , a ≠ 1
dx ln a
1
⇒ ∫ a x dx = ∫ df ( x), a ≠ 1
ln a
ax
⇒ ∫ a dx =
x
+ C, a ≠ 1
ln a
Contoh:
dy
1. y = 3 x ⇒ = 3 x ln 3
dx
2. f ( x) = 2sin x ⇒
df ( x)
dx
( ) (
= 2sin x ( ln 2 )( cos x ) = ( ln 2 )( cos x ) 2sin x )
Grafik Fungsi f ( x) = a , a > 0
x
0<a<1 Y a>1
Definisi
Jika a > 0 dan a ≠ 1 , maka fungsi logaritma dengan bilangan pokok a,
ditulis f ( x) = a
log x didefinisikan sebagai invers fungsi
y = ax,a > 0 .
ln x ln x
x = a y ⇔ ln x = y ln a ⇔ y = atau a
log x =
ln a ln a
ln x
e
log x = = ln x
Jika kita ganti a dengan e kita peroleh ln e
Teorema
dy 1
Jika y= a
log x maka =
i. dx x ln a
dy 1 du
Jika y= a
log u , u = f ( x) maka = .
ii. dx u ln a dx
ln x dy 1
y= a
log x = ⇒ =
Bukti i: ln a dx x ln a
Y 0<a<1 a>1
1 X
x+7
y=
Contoh 1: Tentukan turunan dari ( x − 4)3 2 x + 1
Jawab: Karena
x+7 1 1
ln y = ln = ln ( x + 7 ) − ln ( x − 4 ) − ln ( 2 x + 1)
( x − 4)3 2 x + 1 2 3
d ( ln y ) 1 dy 1 1 2
= = − −
dx y dx 2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1)
dy 1 1 2
⇔ = y − −
dx 2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1)
dy x+7 1 1 2
⇔ = − −
dx ( x − 4)3 2 x + 1 2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1)
Maka
dari a ). y = x sin x
, b ). y = x x
, c ). y = ( sin x ) cos x
0 0 ∞
b. Limit Fungsi Bentuk Tak Tentu 0 , ∞ , dan 1
Untuk menghitung limit bentuk ini, tulislah limitnya sebagai L kemudian
ambilah logaritma natural dari kedua ruasnya, gunakan sifat kekontinuan
fungsi logaritma dan selesaikan limitnya dengan teorema L’hospital.
0
Bentuk 0
Bentuk ini muncul dari
limit [ f ( x)] g ( x ) dengan limit f ( x) = limit g ( x) = 0
x→a x→a x→a
limit x x
+
Contoh: Hitunglah x → 0
L = limit x x
Jawab: Andaikan x →0+ maka
ln L = ln limit x x = limit ln x x
x →0 + x →0+
ln x 1x
= limit = limit 2
= limit (− x) = 0
x →0+ + x →0 +
1 x →0 − 1 x
x
limit x x = 1
0 +
Jadi L = e = 1 atau x → 0
0
Bentuk ∞
limit (1 + x )1 ln x
Contoh: Hitunglah x → +∞
L = limit (1 + x )1 ln x
Jawab: Andaikan x → +∞ maka
ln L = ln limit (1 + x )1 ln x = limit ln (1 + x )1 ln x
x → +∞ x → +∞
ln(1 + x ) x 1
= limit = limit = limit = 1
x → +∞ ln x x → +∞ 1 + x x → +∞ 1
1 limit (1 + x )1 ln x = e
Jadi L = e = e atau x → +∞
∞
Bentuk 1
limit (1 − x ) csc x
+
Contoh: Hitunglah x → 0
L = limit (1 − x ) csc x
Jawab: Andaikan x →0+ maka
limit (1 − x ) csc x = e −1
+
Jadi x → 0
5. Fungsi Invers Trigonometri
Karena fungsi trigonometri pada daerah definisinya (himpunan bilangan real)
bukan merupakan fungsi satu-kesatu maka fungsi trigonometri tersebut tidak
mempunyai invers, tetapi dengan membatasi daerah definisi fungsi
trigonometri kita dapat mendefinisikan fungsi invers untuk semua fungsi
trigonometri.
Definisi
π π
i. y = sin − 1 x ⇔ x = sin y dengan − ≤y≤
2 2
ii. y = cos − 1 x ⇔ x = cos y dengan 0 ≤ y ≤ π
π π
iii. y = tan − 1 x ⇔ x = tan y dengan − < y<
2 2
iv. y = cot − 1 x ⇔ x = cot y dengan 0 < y < π
π
v. y = sec− 1 x ⇔ x = sec y dengan 0 ≤ y ≤ π , y ≠
2
π π
vi. y = csc− 1 x ⇔ x = csc y dengan − < y < ,y ≠0
2 2
dy 1
iii. Jika y = tan −1 x maka =
dx 1 + x 2
dy −1
iv. Jika y = cot −1 maka =
dx 1 + x 2
dy 1
v. Jika y = sec −1 x maka = , x >1
dx x x 2 − 1
dy −1
vi. Jika y = csc −1 x maka = , x >1
dx x x 2 − 1
Bukti: Akan dibuktikan teorema ii dan iii, yang lain silahkan buktikan anda
buktikan.
i. y = sin −1 x ⇒ x = sin y
dx
⇒ = cos y
dy
dy 1 1 1
⇒ = = =
dx cos y cos(sin -1 x) 1 − x2
1 x 1 + x2 x
sin −1 x tan −1 x
1 − x2 1
ii. y = tan −1 x ⇒ x = tan y
dx
⇒ = sec 2 y
dy
dy 1 1 1
⇒ = = =
dx sec 2 y sec 2 (tan -1 x) 1 + x 2
Contoh:
Teorema
1
i. ∫ dx = sin −1 x + C atau = − cos −1 x + C
1 − x2
1
ii. ∫ dx = tan −1 x + C atau = − cot −1 x + C
1 + x2
1
iii. ∫ dx = sec −1 x + C atau = − csc −1 x + C
x x2 − 1
1 x
iv. ∫ dx = sin −1 +C ,a > 0
a2 − x2 a
1 1 −1 x
v. ∫ 2 dx = tan +C,a ≠ 0
a + x2 a a
1 1 x
vi. ∫ dx = sec −1 + C , a > 0
x x2 − a2 a a
Perhatikan!
1 1 1 x 1 x
∫ dx = ∫ d = tan −1 + C , a ≠ 0
a2 + x2 a x
2 a a a
1+
a
Contoh:
1 x
1. ∫ dx = sin −1 +C
9 − x2 3
1 1 −1 x
2. ∫ dx = sec +C
2
x x − 16 4 4
Untuk sinh, cosh, tanh, dan coth terdefinisi pada R, sedangkan untuk sech dan
2 2
Keterkaitan Fungsi hiperbolik dengan hiperbol x − y = 1
Y Y
1 sinh t (x,y)
sin t (x,y)
t t
-1 cos t 1 X -1 1 cosh t X
x2 + y 2 = 1 x2 − y 2 = 1
x = cos t x = cosh t
; t parameter ; t parameter
y = sin t y = sinh t
Dengan menggunakan turunan fungsi eksponen dan sifat fungsi hiperbolik, kita
peroleh rumus turunan berikut. Silahkan anda buktikan!
Teorema
1.
d
[ sinh x] = coshx 4.
d
[ coth x] = − csch2 x
dx dx
2.
d
[ cosh x] = sinh x 5.
d
[ sech x] = − sech x tanh x
dx dx
3.
d
[ tanh x] = sech2 x 6.
d
[ csch x] = − csch x coth x
dx dx
y = cosh x Y
y = sinh x
y = tanh x
X
TEKNIK INTEGRASI