Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

1.

Definisi Kolom
Dalam lingkup konstruksi bangunan, kolom merupakan elemen vertikal pada
struktur yang didesain dan dipasang untuk menahan beban-beban vertikal dari
lantai di atasnya serta beban lainnya seperti dinding, atap, peralatan, dan beban
hidup seperti manusia dan perabot. Fungsi utama dari kolom adalah menjadi
penopang primer yang mengarahkan beban-beban ini ke fondasi bangunan,
menjaga kestabilan dan integritas struktural keseluruhan.
Kolom umumnya dibuat menggunakan bahan konstruksi seperti beton bertulang,
baja, atau kayu, yang dipilih sesuai dengan karakteristik beban yang diberikan dan
persyaratan struktural dari bangunan tersebut. Kolom memiliki variasi bentuk dan
ukuran yang bervariasi tergantung pada desain bangunan serta aspek arsitektural
yang ingin diperoleh. Selain sebagai unsur struktural penting, kolom juga
memiliki nilai estetika yang signifikan, mampu berkontribusi dalam mencapai
tampilan arsitektur yang diinginkan dalam rencana desain bangunan.
Kolom merupkan salah satu elemen struktural yang memiliki peran sentral dalam
konstruksi bangunan. Fungsi utama kolom dalam menopang struktur bangunan
adalah sebagai berikut:

a) Mendukung Beban Vertikal


Tugas kolom adalah untuk menopang beban vertikal yang berasal dari lantai
di atasnya dan beban tambahan seperti dinding, atap, peralatan, serta beban
hidup seperti manusia, furnitur, dan lainnya. Selain itu, kolom berperan dalam
mengatur penyebaran beban ini menuju dasar bangunan.

b) Mendistribusikan Beban
Kolom berkolaborasi dengan balok dan elemen struktural lainnya dalam
mengalokasikan beban secara merata ke seluruh dasar bangunan. Hal ini
berperan penting dalam mencegah terjadinya kerusakan struktural dan
deformasi yang bisa timbul akibat distribusi beban yang tidak merata.
c) Memberikan Kestabilan
Kolom memiliki peranan utama dalam menjamin stabilitas vertikal suatu
bangunan. Fungsi ini terutama terlihat dalam mencegah kemungkinan runtuh
atau tergulingnya bangunan akibat gempa bumi, angin kencang, serta beban
lateral lainnya.

d) Menentukan Tampilan Arsitektural


Kolom juga memiliki aspek nilai estetika yang signifikan dalam desain
bangunan. Kolom dapat dijadikan elemen untuk menciptakan beragam gaya
arsitektural, seperti gaya klasik dengan ragam kolom Dorik, Ionik, atau
Korintus, serta desain modern dengan penggunaan kolom struktural yang
lebih minimalis dan sederhana.

e) Membantu Pemisahan Ruang


Kolom dapat diaplikasikan untuk memisahkan ruang di dalam sebuah
bangunan. Mereka mampu bertindak sebagai elemen pemisah antara area
ruang tamu dan ruang makan, sebagai contoh, sambil tetap memungkinkan
pandangan yang terbuka antara keduanya.

f) Pemberian Dukungan pada Lantai Atas


Kolom juga berperan sebagai penopang bagi lantai yang berada di atasnya. Ini
memungkinkan pembangunan lantai-lantai yang lebih tinggi dalam bangunan
tanpa mengurangi kekuatan struktural.
2. Persiapan Pembuatan Kolom
a. Alat dan bahan yang di butuhkan dalam pelaksanaan pembuatan kolom :

Gambar 1. Besi tulangan.

Gambar 2. Bar Bender.

Gambar 3. Bar Cutter.


Gambar 4. Kawat besi.

Gambar 5. Multiplex.

Gambar 6. Tie rod.


b. Survey kondisi di lapangan
Sebelum melanjutkan dengan proses pemasangan tulangan pada kolom,
langkah pertama adalah menentukan letak koordinat sudut kolom. Tujuannya
adalah agar antara kolom satu dengan yang lainnya dapat berdiri dengan
presisi dan sesuai dengan garis pusat yang telah ditetapkan. Tindakan ini
penting untuk memastikan bahwa kondisi di lapangan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Biasanya, langkah ini dilakukan
oleh seorang surveyor yang ahli dalam bidangnya.
Macam-macam alat yang harus ada seperti total station (theodolite) dan
waterpass beserta berbagai aksesorisnya. Kemudian membawa alat ukur
meteran dengan panjang 50 m dan 7,5 m. Lalu untuk sarana komunikasinya
membawa radio HT.

Gambar 7. Theodolite.

Gambar 8. Handy Talky.


Juga, penting untuk mempersiapkan alat elektronik sebagai penunjang
kegiatan. Ini mencakup perangkat seperti laptop, perangkat lunak
penggambaran, dan program pengolahan data. Setelah itu, dalam tahap
persiapan tim, melibatkan koordinator lapangan, surveyor, serta asisten
mereka, dan juga anggota tim pembantu lainnya.
Mutual Check Nol (MC-0) merupakan kegiatan survey kondisi awal semua
item pekerjaan di lapangan secara detail selama periode pekerjaan
berlangsung yang dilakukan oleh surveyor. Pengukuran data untuk keperluan
MC-0 tersebut tentunya berbeda-beda tergantung dari proyeknya, oleh karena
itu kita perlu mencari data yang diperlukan dalam menentukan hal tersebut.

Metode pelaksanaannya :
1. MC-0 (Total Station)
Dalam tahap awal pengukuran, penting untuk merujuk pada peta topografi
guna mengevaluasi kontur wilayah yang akan dijadikan lokasi
pembangunan. Peta topografi ini berfungsi untuk mengilustrasikan secara
visual perbedaan ketinggian dalam area tersebut. Penting untuk dipahami
bahwa peta kontur adalah jenis peta yang menggambarkan variasi
ketinggian suatu wilayah melalui penggunaan garis kontur. Sementara itu,
peta topografi memiliki tujuan untuk memetakan bagian-bagian
permukaan bumi yang memiliki ketinggian serupa relatif terhadap
permukaan laut, yang kemudian digambarkan dalam bentuk garis kontur.

2. Pengukuran Poligon (BM)


Tahap selanjutnya adalah melaksanakan pengukuran poligon (BM).
Langkah ini memiliki tujuan untuk membangun rujukan dalam
menentukan titik-titik kontrol pada seluruh detail lokasi yang akan diukur.
Pada dasarnya metode dalam pengukuran poligon adalah dengan
menggunakan satu seri ketelitian jarak 1.5000. Kemudian mengukur setiap
sudut. Pengukurannya sendiri mengikuti boundary area yang akan
dijadikan ukuran. Untuk alatnya memakai total station.

3. Pembuatan Tugu BM dan Pengukuran Baseline


Pada saat melakukan pengukuran poligon, kemudian membuat juga tugu
BM nya. Hal ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai alat acuan pada
saat hari ini dan keesokan harinya bisa melanjutkan titip tersebut. Jadi
semisalnya sehari tidak selesai, maka petugas harus menandai area
terakhir.
Selanjutnya melakukan pengukuran baseline yaitu dengan
membentangkan garis ke tengah area yang terpasang setiap 100 meter atau
lebih sesuai dengan kondisi lapangan. Kemudian penggunaan patok-patok
baseline ini agar mempermudah dalam melakukan monitor setiap
pekerjaan.

Gambar 9. Pengukuran baseline.

4. Melakukan Pengukuran Existing (Detail)


Pengukuran lapangan yang merupakan sebagai target adalah berupa
tingkat ketinggian dari tanah. Pengukuran yang kita ambil yaitu terhadap
dua sisi sebuah perencanaan kolom, cara mengukurnya dengan berdiri di
patok baseline.
Gambar 10. Pengukuran detail.

5. Perhitungan Koordinator Poligon dan Baseline


Setelah melakukan pengukuran terdapat setiap patok-patok poligon, maka
hal yang petugas lakukan adalah menghitung koordinatnya dari hasil
perolehan data lapangan. Metode dalam perhitungan ini menggunakan
peralatan Bowdich.
Kemudian hasil perhitungan data itu berupa koordinat 3D tiga dimensi
(X,Y,Z) yang selanjutnya petugas gambar atau plot menggunakan
perangkat lunak CAD (autocad). Lalu langkah selanjutnya menghitung
koordinat baseline yang hasilnya mengacu dari data poligon.

Gambar 11. Koordinat baseline.


Gambar 12. Data koordinat.

6. Penghitungan Koordinat Detail


Langkah selanjutnya ini menggunakan alat bernama total station sebagai
media pengukurannya pada saat koordinat detail. Kemudian basecamp
data tersebut mendownloadnya menuju perangkat lunak tertentu dan
melakukan pengeditan. Dengan demikian akan menjadikan koordinat titik-
titik detail dan raw data pada saat melakukan pengukuran akan secara
otomatis menghitung, serta langsung merekam yang kemudian
memasukkan ke dalam alat ukur (Total Station).

Gambar 13. Perhitungan koordinat.

3. Pelaksanaan pembuatan kolom


Tulangan kolom secara pembesian hampir sama dengan sloof atau balok, yaitu
ada:
1. Tulangan Pojok / Tulangan Sudut
2. Tul. Pinggang / Tulang Ekstra
3. Tulangan Sengkang / Cincin.
Pada Sengkang dibagian kolom Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
menggunakan jarak kerapatan minimal rata rata 10 – 15 cm yang fungsinya untuk
mencegah kolom bengkok atau patah.
Pada Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN, memiliki 3 jenis kolom, yaitu :
K1 : 600 x 600 mm (24D16)
K2 : 500 x 500 mm (16D16)
K3 : 400 x 400 mm (14D16)

Gambar 14. Detail K1.

Gambar 15. Detail K2.


Gambar 16. Detail K3.

Gambar 17. Besi Tulangan D16.

Pada proses pembuatan kolom kita harus lebih memperhatikan panjang besi
tulangan, salah satunya seperti yang di gunakan untuk pembuatan tulangan
Sengkang. Hal ini sangat berpengaruh pada keefisianan penggunaan pembuatan
tulangan yang lebih ekonomis agar besi yang di gunakan tidak terbuang sia sia.
Perhitungan penggunaan tulangan biasanya menggunakan perhitungan BBS (Bar
Bending Schedule).

Bar bending schedule merupakan sebuah daftar pola pembengkokan tulangan


seperti data bentuk, diameter, panjang dan jumlah tulangan. Data untuk menyusun
bar bending schedule tersebut harus berisi ukuran, jumlah, dan dimensi tulangan
baja yang digunakan. Daftar pembengkokan tulangan baja juga digunakan sebagai
acuan dalam mengadakan material tulangan. Metode bar bending schedule yang
dapat digunakan untuk mengoptimalkan pekerjaan penulangan baja sehingga
limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Dalam Pelaksanaan pembuatan tulangan kolom kita memerlukan alat untuk
membengkokan besi yang digunakan sebagai tulangan Sengkang, menggunakan
alat berikut :

Gambar 18. Bar Bender.

Selain menggunakan alat barbender, kita juga memerlukan alat bar cutter yang
digunakan sebagai alat pemotong besi tulangan agar mendapatkan ukuran yang
sesuai dengan perencanaan, pemotongan besi tulangan menggunakan alat
berikut :

Gambar 19. Bar Cutter.


Setelah semua besi tulangan telah terpotong dan dibuat sesuai dengan
perencanaan ukuran kolom kita memerlukan bendrat sebagai alat pengikat antara
tulangan sudut, tulangan ekstra, dan tulangan Sengkang agar saling mengikat
menggunakan kawat besi/bendrat :

Gambar 20. Bendrat.

Gambar 21. Pemasangan tulangan sengkang.

Pemasangan tulangan kolom pada lantai 2 sebenarnya sama saja dengan yang
dipasang pada lantai 1 seperti pada tipe tulangan, panjang tulangan keseluruhan
dan jarak tulangan sengkangnya, hanya saja pada lantai 2 memiliki oversteak
sepanjang 30 – 40 D dari tulangan lantai 1 yang gunanya untuk menyambung
pemasangan tulangan besi yang ada di lantai 2. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah para pekerja merancang dan memasang tulangan kolomnya.
Gambar 22. Overstek besi tulangan.

Gambar 23. Sambungan besi lantai 1 ke lantai 2.

Gambar 24. Tulangan kolom lantai 2.

Setelah proses pemasangan tulangan kolom selesai, maka kolom harus di cek
terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan yang di rencanakan atau belum. Jika
sudah sesuai, maka tulangan tersebut boleh untuk di pasang bekisting dengan
bahan multiplex yang akan menyelimuti tulangan kolom di setiap sisinya, yang
bertujuan untuk menahan bahan beton yang di tuangkan ke dalam nya. Selimut
beton yang di pakai pada proyek Pembangunan ini sebesar 4 cm, jarak tersebut
yaitu jarak dari tulangan ke bekisting/selimut beton.
Namun sebelum proses pemasangan bekisting ke tulangan kolom, multiplex harus
di berikan oli pada bagian dalam bekisting yang bersentuhan langsung dengan
bahan beton, oli tersebut diberikan agar bahan multiplex dengan bahan adukan
beton tidah bersatu dan bekisting mudah untuk di lepas.

Gambar 25. Mengoleskan oli pada bekisting.

Gambar 26. Bekisting kolom.

Setelah pemasangan bekisting telah selesai, maka pengecoran kolom dapat


dilakukan. Proyek Pembangunan Gedung Gedung Kuliah Terpadu Institut Agama
Islam Negeri Metro menggunakan beton ready mix yang didapatkan dari PT. Adi
Putra Kencana. Mutu beton yang digunakan adalah beton K-350 dengan fc’ yaitu
30 Mpa. Untuk mengetahui mutu beton telah terpenuhi maka dilakukan Slump
Test dan dilakukan uji lab dari hasil mix design yang telah dibuat oleh PT. Adhi
Putra Kencana.

4. Kesimpulan
Dalam pengerjaan kolom banyak aspek yang perlu di perhatikan Adapun
beberapa hal yang harus di perhatikan sebagai berikut:
a) Perakitan tulangan
b) Pemasangan dari pondasi ke tulangan
c) Pemasangan bekisting
d) Pengecoran kolom
e) Pembongkaran bekisting kolom

Adapun faktor faktor lain yang perlu di perhatikan seperti Penggunaan besi sesuia
dengan ukuran kolom, Pemasangan Thiess, Pemasangan Bendrat untuk pengikat
kolom, Pemasangan Tie rod. Dan sebelum pengerjaan kolom harus mengukur
kontur tanah agar saat pengerjaan kolom tinggi tiap tiap kolom sama antara satu
sama lain, pengukuran kontur tanah (Marking) menggunakan 2 alat yaitu WP
(Water pass) dan TS (Total Station) Jika semua itu di kerjakan dengan sempurna
tanpa adanya kekurangan atau step yang terlewatkan maka kolom akan terjamin
kekuatannya.

You might also like