Tugas Thermo

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

OTTO

M E S I N O T T O
ANA MARDDHOTILLAH 1920209027 FISIKA GANJIL 2019
M E S I N O T T O

01 Definisi Mesin Otto

02 Siklus Mesin Otto

03 Jenis-Jenis Mesin Otto

04 Contoh Soal
01

Definisi Mesin Otto


Mesin Otto atau mesin bensin merupakan salah satu penggerak utama dunia otomotif modern. Terdiri
dari empat langkah piston dalam satu siklusnya, mesin ini dikonsep tahun 1862 oleh Beau de Rocas.
Kemudian desain ini dikembangkan oleh seorang insinyur Jerman bernama Nikolaus Otto pada tahun
1876. Nyatanya mesin Otto memiliki enam langkah tetapi hanya 4 langkah yang melibatkan gerakan
piston dalam satu siklus.
Definisi Lengkapnya
Motor bakar adalah jenis mesin kalor yang termasuk Mesin Pembakaran Dalam
(Internal Combustion Engine). Internal Combustion Engine (I.C. Engine) adalah

MESIN mesin kalor yang mengubah energi kimia bahan bakar menjadi kerja mekanis,
yaitu dalam bentuk putaran poros. Energi kimia bahan bakar pertama diubah

OTTO menjadi energi panas melalui proses pembakaran atau oksidasi dengan udara
dalam mesin. Energi panas ini meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada
ruang bakar. Gas bertekanan tinggi ini kemudian berekspansi melawan
mekanisme mekanik mesin. Ekspansi ini diubah oleh mekanisme link menjadi
putaran crankshaft, yang merupakan output dari mesin tersebut. Crankshaft
selanjutnya dihubungkan ke sistem transmisi oleh sebuah poros untuk
mentransmisikan daya atau energi putaran mekanis yang selanjutnya energi ini
dimanfaatkan sesuai dengan keperluan
02
Siklus Mesin Otto
Inti dari cara kerja mesin Otto adalah siklus Otto, yaitu suatu siklus termodinamik yang memanfaatkan
pembakaran bahan bakar dan perubahan suhu dan tekanan untuk menghasilkan tenaga dalam 4 tahap.
Siklus ini terjadi dalam silinder-silinder piston yang saling terhubung, memiliki busi untuk menyulut bahan
bakar dan katup-katup untuk keluar masuk udara. Siklus Otto pada mesin bensin disebut juga dengan siklus
volume konstan, dimana pembakaran terjadi pada saat volume konstan
01 S I K L U S O T T O
06 Exhaust Stroke
Intake Stroke Proses ini merupakan proses
Tahap ini dimulai ketika piston berada di atas terakhir, piston bergerak ke atas,
dalam sebuah selinder dan katup masukan karena sis dorongan oleh gas yang
terbuka ke udara luar pada tekanan sama terbakar saat gas meninggalkan
dengan tekanan udara luar (Po). Piston piston. Volume turun sampai
bergerak ke bawah, hal tersebut menjadikan sekecil mungkin. Katup bukaan
terjadinya pencampuran antara bahan bakar tertutup dan proses kembali ke
dan udara dalam selinder sampai mencapai asal untuk memulai proses untuk
volume tertentu (V1). siklus berikutnya

Gambar 1. Gerakan Piston Dalam Satu Siklus


02 Compression Stroke
03 Ignition 04
Pada tahapan ini, katup masukan tertutup dan piston
Power Stroke 05 Exhaust
bergerak ke atas sampai mencapai volume tertentu Pada proses ini, sesaat sebelum piston Pada tahapan ini, piston terdorong Pada proses ini, piston tidak

yang berbeda dengan volume sebelumnya ( V2, mencapai puncak dari tekanannya, busi ke bawah, hal tersebut bergerak, tetapi katup buangan

dimana volume ini lebih kecil dari V1). Dalam tahap menyalakan campuran udara dan bensin menyebabkan mendorong batang terbuka sehingga mengizinkan gas

ini, campuran bahan bakar ditekan secara cepat, yang siap dinyalakan. Ledakan terjadi sangat torak yang terhubung ke piston. keluar sampai campuran dalam

sehingga proses yang terjadi dapat ditinjau sebagai cepat sehingga piston tidak bergerak Volume ruang bakar menjadi selinder mencapai tekanan luar

sebuah proses adiabatik karena sangat cepatnya sehingga volume tetap konstan pada memuai sampai V1, disisi lain kembali. Pada keadaan ini pula

proses ini dianggap tidak kehilangan kalor. Pada keadaan V2. Temperature dan tekanan temperature dan tekanan turun. temperature menurun karena kalor

tadap ini, baik temperature dan tekanan meningkat meningkat sangat tinggi, dalam hal ini kalor Proses ini hampir mendekati dilepas oleh sistem (Qout).

secara signifikan. masuk kedalam sistem (Qin). adiabatik.


S I K L U S O T T O

Adapun siklus ini adalah sebagai berikut:


1. Langkah 0 – 1 adalah langkah hisap, yang
terjadi pada tekanan (P) konstan.
2. Langkah 1 – 2 adalah langkah kompresi, pada
kondisi isentropik.
3. Langkah 2 – 3 adalah dianggap sebagai
proses pemasukan kalor pada volume
konstan.
4. Langkah 3 – 4 adalah proses ekspansi, yang
terjadi secara isentropik.
5. Langkah 4 – 1 adalah langkah pengeluaran
Gambar 2. Diagram P – V Siklus Otto kalor pada volume konstan.
(siklus Volume Konstan).
6. Langkah 1 – 0 adalah proses tekanan konstan.
SIKLUS OTTO UDARA STANDARD
Proses dari tahap 1 ke 2 merupakan proses adiabatic reversible (isentropis)
sehingga kerjanya adalah isentropis (n=k), yaitu :

𝑝2 𝑉2 − 𝑝1 𝑉1 𝑚𝑅 𝑇2 − 𝑇1
𝑊12 = =
1− 1−𝑘
Keterangan :
𝑊12 = kerja isentropis yang dilakukan gas dari titik 1 ke 2
𝑝2 , 𝑝1 = tekanan titik 1 dan 2
R = konstanta gas ideal (udara standard)
m = massa gas Gambar 3. Siklus Otto Udara Standard
𝑇2 ,𝑇1 = temperatur titik 1 dan 2
k =konstanta gas adiabatis

Perpindahan panas dari proses yang sama adalah nol (reversible dan adiabatic). Penambahan panas (tanpa batasan kerja), diberikan sebagai berikut :
𝑄23 = 𝑚 𝑢3 − 𝑢2
Keterangan :
𝑄23 = heat transfer dari titik 2 ke 3
𝑢3 ,𝑢2 = masimasing energi dalam pada titik 2 dan 3
SIKLUS OTTO UDARA STANDARD
Untuk panas spesifik konstan, persamaan ini menjadi 𝑄23 = 𝑚𝑐𝑣 𝑢3 − 𝑢2 .
Kerja ekspansi 3 ke 4 dari siklus Otto juga merupakan proses isentropis

persamaannya ditunjukkan sebagai berikut :

𝑝4 𝑉4 − 𝑝3 𝑉3 𝑚𝑅 𝑇4 − 𝑇3
𝑊34 = =
1−𝑘 1−𝑘
Keterangan :
𝑊34 = kerja isentropis yang dilakukan gas dari titik 3 ke 4
𝑝3 , 𝑝4 = tekanan titik 3 dan 4
R = konstanta gas ideal (udara standard)
Gambar 3. Siklus Otto Udara Standard
m = massa gas
𝑇3 ,𝑇4 = temperatur titik 3 dan 4
k =konstanta gas adiabatis

Perpindahan panas Q34 juga tidak ada (zero). Proses diakhiri dengan pembuangan panas sejajar dengan pemasukan panas pada kondisi volume konstan. Proses
akhir, pengeluaran panas sejajar dengan pemasukan panas pada volume konstan dinyatakan sebagai :
𝑄41 = 𝑚 𝑢4 − 𝑢1
Keterangan :
𝑄41 = heat transfer dari titik 4 ke 1
𝑢4 ,𝑢1 = masimasing energi dalam pada titik 4 dan 1
SIKLUS OTTO UDARA STANDARD
Panas spesifik menjadi 𝑄41 = 𝑚𝑐𝑣 𝑢4 − 𝑢1 . Rasio kompresi r, didasarkan atas nilai volume terbesar sampai
𝑉 𝑉
terkecil (diambil dari langkah piston selama kompresi) = 𝑉1 = 𝑉4 , ternyata rasio volume spesifik sama dengan
4 3

rasio volume (untuk system tertutup). Mean effective pressure (MEP) atau tekanan efektif rata-rata didefinisikan
𝑊𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
sebagai siklus kerja dibagi dengan perubahan maksimum pada volume 𝑃 = . MEP merupakan ukuran
𝑉2 −𝑉1

𝑊𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
untuk kerja yang tidak berguna dalam siklus kerja. Akhirnya efisiensi panas dapat dinyatakan sebagai ƞ = 𝑄23

. Untuk panas spesifik konstan persamaan dapat disederhanakan menjadi :

𝑊𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑐𝑣 𝑇4 − 𝑇1 𝑇1 1
ƞ= =1− = 1 − = 1 − 𝑘−1
𝑄23 𝑐𝑣 𝑇3 − 𝑇2 𝑇2 𝑟
Keterangan :
ƞ = efisiensi panas
𝑊𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 = siklus kerja
𝑄23 = heat transfer dari titik 2 ke 3
𝑇4 ,𝑇3 ,𝑇2 ,𝑇1 = temperatur titik ke 4, 3, 2, dan 1
k =konstanta gas adiabatis
Besaran-Besaran Siklus
O t t o
Kerja netto yang dihasilkan
Panas yang masuk ke sistem 𝑊𝑛𝑒𝑡 = 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 . . . . . . . . . (1𝑐)
𝑄𝑖𝑛 = 𝑐𝑣 𝑇3 − 𝑇2 . . . . . . . . . (1𝑎)

Efisiensi thermal siklus

𝑊𝑛𝑒𝑡 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑄𝑜𝑢𝑡


ƞ 𝑇ℎ = = =1−
𝑄𝑖𝑛 𝑄𝑖𝑛 𝑄𝑖𝑛

𝑐𝑣 𝑇4 − 𝑇1
Panas yang dibuang dari sistem =1−
𝑐𝑣 𝑇3 − 𝑇2
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑐𝑣 𝑇4 − 𝑇1 . . . . . . . . . (1𝑏)
=1

𝑇
𝑇1 𝑇4 − 1
1
− . . . . . . . . . (1𝑑)
𝑇3
𝑇2 𝑇 − 1
2

MEP (Mean Effective Pressure)


k = konstanta rasio panas spesifik (cp/cv=1,4)
𝑊𝑛𝑒𝑡 𝑄𝑖𝑛 −𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑣
𝒄𝒑= konstanta panas spesifik pada tekanan konstan = 1,055 kj/kg. K 𝑀𝐸𝑃 = = 𝑣 ; dimana 𝑣1 = 𝑟 maka :
𝑣1 −𝑣2 𝑣1 1−𝑣2 2
1
𝒄𝒗 = konstanta panas spesifik pada volume konstan = 0,718 kj/kg. K
R= konstanta udara = 0,287 kPa. m3/kg. K = 0,287 kJ/kg. K 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡
= . . . . . . . . . (1𝑒)
1
r = rasio kompresi = 𝒗𝟏 𝒗𝟐 = 𝒗𝟒 𝒗𝟑 𝑣1 1 − 𝑟
Penyerdehanaan Persamaan Efisiensi

Proses 2-3 dan proses 4-1


Dari proses ini diketahui adalah secara volume konstan, maka
Proses 1-2
𝑇3 𝑇4
Dari proses ini diketahui berlangsung =
𝑇2 𝑇1
secara kompresi adiabatik isentropik,
𝑇
sehingga harga 𝑇3 ke persamaan 1d maka :
maka 4

𝑘−1 𝑘−1
𝑇2 𝑉1 𝑣1 𝑇
= = = 𝑟 𝑘−1 𝑇1 𝑇4 − 1
𝑇1 𝑉2 𝑣2 1
ƞ 𝑇ℎ =1−
𝑘−1 𝑇4
𝑇2 = 𝑇1 ∙ 𝑟 𝑇2 𝑇 − 1
1
sehingga
𝑇 𝑇
ƞ 𝑇ℎ = 1 − 𝑇1 diketahui dari persamaan sebelumnya 𝑇2 = 𝑟 𝑘−1 ,
Proses 3-4 2 1

Dari proses ini berlangsung secara ekspansi maka :

adiabatik isentropik, maka :

𝑘−1 𝑘−1 𝑘−1


1
𝑇4 𝑉3 𝑣3 1 ƞ 𝑇ℎ = 1 −
= = = 𝑟 𝑘−1
𝑇3 𝑉4 𝑣4 𝑟
Komponen-Komponen Utama Dari Sebuah Motor Otto

Katup Masuk Katup Buang Tor ak Busi

Katup Masuk (Intake Valve) adalah Katup Buang (Exhaust Valve) Torak adalah komponen berbentuk Busi adalah komponen elektris yang
katup yang berfungsi untuk mengontrol adalah katup yang mengontrol silinder yang bergerak naik turun di digunakan untuk memicu
pemasukan campuran udara-bahan pengeluaran hasil pembakaran dalm silinder, dan berfungsi untuk pembakaran campuran udara-bahan
bakar ke dalam silinder mesin dan dari silinder mesin untuk mengubah tekanan di dalam ruang bakar dengan menciptakan percikan
mencegah terjadinya aliran balik ke dibuang keluar dan menjaga bakar menjadi gerek rotasi poros listrik bertegangan tinggi pada celah
dalam saluran mausk campuran udara- agar arah aliran yang mengalir engkol. elektroda.
bahan bakar (Intake Manifold). hanya satu arah
03
Jenis-Jenis Mesin Otto
Mesin Otto atau Motor Bakar ini dapat ditinjau dari prinsip kerjanya dan bahan yang digunakan.
Ditinjau dari Prinsip Kerjanya

02
01
Motor 4 tak (4 langkah) . Prinsip kerjanya hampir sama, yakni melalui 4 langkah yaitu langkah

Motor 2 tak (2 langkah). Dalam melakukan usahanya pemasukan, kompresi, usaha, dan langkah pembuangan. Dalam melakukan usahanya

memerlukan satu kali putaran poros engkol untuk 2 kali memerlukan dua kali putaran poros engkol untuk 4 kali langkah torak. Adapun prinsip kerjanya

langkah torak. Adapun prinsip kerjanya adalah sebagai adalah sebagai berikut:

berikut: 1. Langkah pemasukan, torak bergerak ke bawah, katup masuk membuka, katup buang tertutup,

1. Langkah kompresi , dengan torak bergerak ke atas, terjadilah kevacuman pada waktu torak bergerak ke bawah, campuran bahan bakar udara

campuran minyak bahan bakar dan udara mengalir ke dalam silinder melalui lubang katup masuk, campuran bahan bakar udara datang

dikompresikan dan dibakar dengan bunga api listrik dari karbuarator. Kemudian, apabila torak berada di titik mati bawah, katup masuk tertutup

bila torak mencapai titik mati atas (TMA). Kevakuman dan torak bergerak ke atas, katup buang tertutup waktu torak bergerak ke atas.

di dalam lemari engkol akan timbul dan campuran 2. Langkah Kompresi, campuran bahan bakar udara dikompresikan dan bilamana torak telah

minyak bakar maka udara masuk. mencapai titik mati atas campuran dikompresikan sekitar seperdelapan isinya.

2. Langkah usaha, torak didorong ke bawah oleh 3. Langkah Usaha, bilamana torak telah mencapai titik mati atas campuran minyak bakar udara

tekanan pembakaran, campuran minyak bakar, udara dibakar dengan bunga api (dari busi), sehingga mengakibatkan tekanan naik hingga

di dalam lemari engkol dikompresikan bila torak mencapai 30-40 kg/cm2 dan torak didorong ke bawah.

menutup lubang pemasukan. 4. Langkah pembuangan, dimana, gas bekas dikeluarkan dari dalam silinder, pembuangan gas
berlangsung selama langkah buang (torak bergerak ke atas dan katup buang terbuka).
Ditinjau dari Bahan Bakar yang Digunakan

03 04
Motor Bahan Solar (diesel) yaitu motor bakar yang menggunakan bahan
Motor Bahan Bensin yaitu motor bakar yang
bakar yang lebih berat yakni minyak diesel (solar) Proses pembakaran motor
menggunakan bahan bakar bensin, parafin atau gas
diesel berbeda prosesnya dengan proses pembakaran motor bensin, pada
(bahan yang mudah terbakar dan mudah menguap).
motor diesel diawali dengan udara bersih masuk melalui langkah isap,
Campuran udara dan bahan bakar masuk ke dalam
kemudian bahan bakar dimasukan pada silinder setelah udara dulu
silinder dan dikompresikan oleh torak kepada tekanan
dimampatkan oleh piston. Setelah itu bahan bakar solar yang sudah
sekitar 8-15 kg/cm2. Bahan bakar dinyalakan oleh
berbentuk kabut diinjeksikan oleh injektor pada ruang silinder. Karena kabut
sebuah loncatan bunga api listrik oleh busi dan
bahan bakar mudah terbakar, maka pada ruang bakar terjadi pembakaran
terbakar cepat sekali di dalam udara kompresi
(dan dikompresikan oleh torak, tekanan naik hingga 30-50 kg/cm2, suhu
tersebut. Kecepatan pembakaran melalui campuran
udara naik hingga 700°-900o C, suhu udara kompresi terletak di atas suhu
bahan bakar udara biasanya 10 sampai 25 m/s. Suhu
udara penyala bahan bakar. Bahan bakar disemprotkan ke dalam udara
udara naik hingga 2000°-2500° C dan tekanannya
kompresi yang panas kemudian terbakar, tekanan naik sehingga mencapai
mencapai 30-40 kg/m2.
70-90 kg/cm2).
Ditinjau dari Bahan Bakar yang Digunakan

03 04

Gambar 3. Proses pembakaran motor Gambar 4. Proses pembakaran motor diesel.


bensin.
Parameter Prestasi Mesin

Konsumsi Bahan Bakar / Laju Aliran Massa Udara


01 Cuel Consumption (FC) 03 𝑚𝑎𝑜 =
𝐴𝐹𝑅 ∙ 𝐵𝐹𝐶 ∙ 𝜌𝑓
𝑉𝑓 3600 3600 ∙ 1000
𝐵𝐹𝐶 = ∙
𝑡 1000 Keterangan :
Keterangan : AFR = rasio massa udara -bahan bakar (kg
BFC = konsumsi bahan bakar (L/jam) udara/kg bahan bakar)
𝑉𝑓 = konsumsi bahan bakar selama t detik 𝑚𝑎𝑜 = laju aliran massa bahan bakar (kg/s)
(mL) BFC = konsumsi bahan bakar (L/jam)
t = interval waktu pengukuran konsumsi 𝜌𝑓 = massa jenis bahan bakar (kg/m3), dalam
bahan bakar (detik) hal ini adalah bensin = 754,2 kg/m3

Laju Aliran Massa Bahan Bakar Konsumsi Bahan Bakar


02 𝐵𝐹𝐶 ∙ 𝜌𝑓
04 S p e s i f i k ( B S F C )
𝑚𝑓𝑜 =
3600 ∙ 1000
𝐵𝐹𝐶
Keterangan : 𝐵𝑆𝐹𝐶 = ∙𝜌
𝐵𝐻𝑃 𝑓
𝑚𝑓𝑜 = laju aliran massa bahan bakar (kg/s) Keterangan :
BFC = konsumsi bahan bakar (L/jam) BSFC = konsumsi bahan bakar spesifik
𝜌𝑓 = massa jenis bahan bakar (kg/m3) (gr/hp.h)
BHP = Daya keluaran mesin (hp)
04
Contoh Soal
C o n t o h S o a l

Siklus Otto bekerja dengan rasio kompresi 8,5, pada tekanan dan temperatur awal p1=100 kPa dan T1 = 300 K. Penambahan panas 1400 kJ/kg. Tentukan :
a. Kerja netto siklus (kJ/kg udara)
b. Efisiensi thermal siklus
c. Mean effective pressure (kPa)
Jawab :
Diketahui : T1 = 300 K ; p1=100 kP ; Qin = 1400 kJ/kg ; r = 8,5
Ditanya :
a. Wsiklus = ?
b. ƞ = ?
c. MEP = ?
Penyelesaian :
Dari lintasan proses siklus diperoleh : Proses 3-4

Proses 1-2 : 𝑘−1 𝑘−1


𝑇4 1 1
= → 𝑇4 = 𝑇3 ×
𝑇2 = 𝑇1 ∙ 𝑟 𝑘−1 = 300 8,5 1,4−1 = 706,14 𝐾 𝑇3 𝑟 𝑟
Proses 2-3 :
1,4−1
𝑄𝑖𝑛
1
𝑄𝑖𝑛 = 𝑐𝑣 𝑇3 − 𝑇2 → 𝑇3 = + 𝑇2 𝑇4 = 2656 × = 1128,39 𝐾
𝑐𝑣 8,5
1400 Proses 4-1 :
𝑇3 = 0,718 + 706,14 = 2656 𝐾
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑐𝑣 𝑇4 − 𝑇1 = 0,718 1128,39 − 300 = 594,78 𝑘𝐽/𝑘𝑔
C o n t o h S o a l

a. Kerja netto siklus (kJ/kg udara)


𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 = 1400 − 594,78 = 𝑘𝐽/𝑘𝑔
b. Efisiensi thermal siklus

𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 805,22
ƞ= = = 0,575 = 57,5%
𝑄𝑖𝑛 1400
c. Mean effective pressure (kPa)

𝑊𝑛𝑒𝑡 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡


𝑀𝐸𝑃 = = =
𝑣1 − 𝑣2 𝑣 1
𝑣1 1 − 𝑣2 𝑣1 1 − 𝑟
1
untuk nilai 𝑣1 dapat ditentukan berdasarkan persamaan gas perfek ;
𝑝𝑣 = 𝑚𝑅𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑣 = 𝑅𝑇
maka

𝑅𝑇 0,287 × 300
𝑣1 = = = 0,861𝑚3
𝑝 100
Jadi

𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 805,22 103 𝑁𝑚 1𝑘𝑃𝑎


𝑀𝐸𝑃 = = × × 3 𝑁 𝑚2 = 1059,91𝑘𝑃𝑎
1 1 1𝑘𝐽 10
𝑣1 1 − 𝑟 0,861 1 −
8,5
OTTO

THANKS

You might also like