Raid Shidqi Rabbani - Laporan Kimia Unsur Aluminium

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR
ALUMINIUM

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAID SHIDQI RABBANI


NIM : K1A022093
HARI, TANGGAL : RABU, 7 SEPTEMBER 2022
ASISTEN : RIZQI AFIFAH

KEMETERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
PURWOKERTO
2022
ALUMINIUM
I. TUJUAN
Mengetahui sifat-sifat logam aluminium dan senyawanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Aluminium berada pada Golongan III A dalam tabel periodik yang
memiliki konfigurasi 2 8 3. Aluminium terdapat sebagai oksidanya di
alam. Oksida aluminium murni tidak memiliki warna, tetapi akibat
adanya pengotor dapat menghasilkan bermacam-macam warna seperti
biru dan merah muda (Sunarya, 2009). Aluminium adalah logam
berwarna putih, sifatnya keras serta kuat, sangat elektropositif tetapi
kuat terhadap korosi, hal ini dikarenakan oleh terbentuknya lapisan
oksida pada permukaan yang melindungi aluminium dari serangan
kimia lebih lanjut. Jika lapisan oksida dihilangkan seperti dengan cara
menggores atau dengan membentuk amalgamnya, akan menyebabkan
serangan yang cepat oleh molekul air (Sriatun, 2012).
Aluminium adalah logam ringan berwarna perak yang merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik dan tahan karat, termasuk logam
non-ferrous atau bukan besi. Bahan aluminium yang paling banyak
digunakan di Indonesia adalah bauksit. Bauksit adalah bijih yang
mengandung 30%-60% alumina. Juga, sekitar 12%-30% adalah air.
Semakin banyak polusi oksida besi, semakin gelap warnanya.
Aluminium digunakan pada barang-barang rumah tangga, bahan
bangunan, alat transportasi, bahan pengemas dan produk lainnya seperti
pagar dalam bentuk alias untuk logam lainnya. Logam aluminium dapat
dibuat menjadi pelat tebal untuk drum, pelat tipis untuk membungkus
keju, diregangkan menjadi kawat atau dicetak menjadi wajan (Evilina,
2010).
Aluminium tidak eksis sebagai logam karena afinitas kimiawinya
yang tinggi untuk oksigen di alam. Senyawa aluminium, terutama
oksida memiliki berbagai bentuk atau jenis kemurnian dan hidarsi, yang
terdistribusi secara luas di alam. Dalam bentuk-bentuk ini, aluminium
merupakan unsur logam kedua yang paling melimpah di silikon bumi,
ia memiliki kandungan sekitar 27.5%. Diperkirakan 8% dari kerak bumi
terdiri dari aluminium. Unsur-unsurnya terdiri dari besi (sekitar 5.0%),
magnesium (sekitar 2.0%), seng dan timah (masing-masing 0.004%)
(Nikanorov, 2003).
Aluminium dan panduannya merupakan bahan yang diutamakan,
karena sifat-sifatnya yang diinginkan, ketersediaan yang melimpah, dan
tidak mahal. Paduan aluminium ada dalam beberapa tingkatan yang
berbeda yang tersedia di pasar secara komersial, dari yang murni (sekitar
99% aloctent) hingga varietas tertentu berdasarkan pengotor yang
terkandung di dalamnya dengan komposisi kimia. Sifat-sifatnya berbeda
di alam yang dapat dilihat secara ilmiah dan dibenarkan dalam presfektif

1
yang berbeda. Sifat-sifat seperti pembentukan, mode patah, tarik, dll
dapat dilihat melalui aspek metalurgi, aspek kimia, tekstur kristalografi,
batas pembentukan dan sifat mekanik. Kebenaran dari sifat-sifatnya
dapat dilihat dengan mengaitkan/mengkorelasikan sifat-sifat dari studi
yang berbeda (Velmanirajan & Anuradha, 2019).
Paduan aluminium adalah komposisi kimiawi di mana elemen lain
ditambahkan ke aluminium murni untuk meningkatkan sifat-sifatnya
dan meningkatkan kekuatannya. Unsur-unsur lain ini mencakup
tembaga, magnesium, besi, silikon, timah, seng dan mangan pada
tingkat yang digabungkan untuk membentuk 15% dari total berat
paduan. Paduan membutuhkan pencampuran menyeluruh aluminium
murni dengan elemen-elemen lain ini pada lelehannya bentuk cair.
Elemen paduan utama yang ditambahkan ke paduan aluminium
memungkinkan untuk dikategorikan menjadi beberapa jumlah
kelompok. Kelompok-kelompok ini mewakili materi karakteristik
seoerti kemampuannya untuk merespons mekanis dan perlakuan termal.
Paduan aluminium terutama ditugaskan dengan nomor emat digit, di
mana digit pertama mengidentifikasi seri paduan dengan
mengkarakterisasi utamanya elemen paduan (Yahaya, 2017).

2
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kimia unsur
alumunium kali ini adalah tabung reaksi, gelas beker, kertas
indikator universal, dan pembakar.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini
adalah keeping alumunium, serbuk alumunium, pita magnesium,
asam klorida encer, natrium hidroksida encer, larutan merkuri
klorida, alumunium oksida, magnesium oksida, larutan Al 3 + 0.1 M
dan larutan Mg2 + 0.1 M.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Percobaan Pertama
a) Dua keping logam Al dan se pita Mg dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing.
b) 5 ml HCl encer ditambah ke masing-masing tabung.
c) Jika 5 menit belum bereaksi, maka campuran tersebut
dipanaskan.
3.3.2. Percobaan Kedua
a) Dua keping logam Al dan se pita Mg dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing.
b) 5 ml NaOH encer dimasukkan ke masing-masing
tabung.
c) Jika 5 menit belum bereaksi, maka campuran tersebut
dipanaskan.
3.3.3. Percobaan Ketiga
a) Alumunium foil direndam dengan larutan HgCl₂.
b) Beberapa menit dibiarkan.
c) Aluminum foil dicuci dengan aquades dan dikeringkan
di udara.
3.3.4. Percobaan Keempat
a) Larutan Al3 + 0.1 M dan larutan Mg 2 + 0.1 M, masing-
masing ditambah larutan NaOH dan larutan NaOH
berlebih.
b) pH dicek dengan kertas indikator universal.
3.4. Skema Kerja
Terlampir.

3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
4.1.1 Tulis persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 1

Persamaan Reaksi Sebelum Sesudah


Pemanasan Pemanasan
Al + HCl(aq) → 2AlCl3 + 3H2 Hampir tidak Ada gelembung
ada munculnya gas H2
gelembung.
Mg + HCl(aq) → MgCl2 + H2 Ada gelembung. Gelembung
bertambah
banyak.

4.1.2 Tuliskan persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 2

Persamaan Reaksi Sebelum Sesudah


Pemanasan Pemanasan
Al + NaOH(aq) → Al(OH)3 + 3Na Hampir tidak Terdapat banyak
ada munculnya gelembung.
gelembung.

Mg + NaOH(aq) → Mg(OH)2 + 2Na Ada gelembung. Gelembung


bertambah
banyak.

4.1.3 Tuliskan persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 3

Kegiatan Hasil

Aluminium foil ditambah HgCl2 Terdapat gelembung pada larutan


seandainya sedang direbus

Setelah dicuci dan dikeringkan di udara Menghasilkan karat berwarna kekuningan


pada aluminium foil

Persamaan reaksi 2Al + 3HgCl2 → 2AlCl3 + 3Hg

4
4.1.4 Tuliskan hasil pengukuran pH larutan dan penambahan NaOH percobaan 4
pH larutan Al3+ 0,1 M pH larutan Mg2+ 0,1 M

NaOH tidak berlebih 4 10

NaOH berlebih 6 10

Persamaan reaksi Al3+ + 3 NaOH → Al(OH3 + 3Na+ Mg2+ + 2NaOH →


Mg(OH)2 + 2Na+

5
4.2. Pembahasan
Aluminium merupakan logam berwarna putih, sifatnya keras
dan kuat sangat elektropositif tetapi tahan terhadap korosi, hal
ini karena terbentuknya lapisan oksida pada permukaannya yang
melindungi aluminium dari serangan kimia lebih lanjut. Jika
lapisan oksida dihilangkan misal dengan cara menggores atau
dengan membentuk amalgamnya, akan terjadi serangan yang
cepat oleh molekul air. Pada kondisi biasa logam aluminium
akan mudah diserang oleh basa alkali panas, halogen dan
beberapa non logam lainnya. Lapisan oksida mempunyai pori
yang bila dalam keadaan basah dapat memerangkap zat warna
(Sriatun, dkk., 2012).
Aluminium larut dalam asam-asam mineral encer kecuali
dalam asam nitrat pekat. Galium, Indium dan talium adalah
logam putih yang sifatnya lunak, reaktif, mudah larut dalam
asam-asam mineral, tetapi talium hanya larut secara lambat
dalam asam sulfat dan asam klorida karena terbentuk garam Tl
(I) yang hanya larut sebagian. Seperti halnya aluminium galium
larut dalam NaOH. Unsur-unsur Ga, In dan Tl bereaksi dengan
cepat pada suhu ruang atau sedikit diatas suhu ruang (Sriatun,
dkk., 2012).
Aluminium adalah unsur logam yang kelimpahannya di kulit
bumi besar (8,8% massa). Keberadaannya di alam sebagai
mineral silikat seperti mika dan felspar, sebagai oksidanya
bauksit (Al2O3 . H2O) dan sebagai kreolit (Na3AlF6). Unsur-
unsur lain (Ga, In, Tl) terdapat dalam jumlah kecil, Ga dan Tl
terdapat dalam bijih aluminium dan seng, misalnya dalam
bauksit mengandung Ga dan Tl namun kadarnya rendah <1%.
Aluminium dapat diperoleh dengan melarutkan bauksit (sebagai
bahan baku) dalam NaOH kemudian diendapkan dengan
menggunakan karbon dioksida, selanjutnya dilarutkan dalam
kreolit pada suhu 800-1000oC dan lelehannya dielektrolisa maka

6
diperoleh aluminium murni. Bauksit dapat berada dalam tiga
bentuk yakni Al2O3 . H2O ; AlO.OH yang dikenal sebagai
boehmit yang di alam terdapat sebagai mineral daspore dan
Al(OH)3 (Sriatun, dkk., 2012).
Logam aluminium juga digunakan dalam pembuatan alat-
alat rumah tangga seperti panci, wajan, dl. Aluminium
digunakan karena tidak mudah korosi atau berkarat serta
penghantar panas yang baik. Logam aluminium digunakan
hampir di semua aspek kehidupan, seperti dalam struktur
pesawat terbang, rangka-rangka etalase, rangka pintu dan
jendela, peralatan-peralatan dapur, sebagai pembungkus
(aluminium foil). Pada bidang kimia, logam aluminium
digunakan sebagai reduktor dalam berbagai ekstraksi ion logam
dari larutannya (Godwin, dkk., 2018).
Pada percobaan pertama, dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kereaktifan logam Al dan Mg. Percobaan ini
dilakukan dengan cara memasukkan 2 keping logam Al dan
sebuah pita Mg ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda.
Kemudian ditambahkan dengan 5 ml HCl encer pada masing-
masing tabung yang berisi Al dan Mg dan memiliki fungsi untuk
menambahkan suasana asam dalam larutan. Dalam kurun waktu
kurang dari 5 menit dapat terlihat jumlah gelembung yang
berbeda pada masing-masing tabung, pada tabung reaksi yang
berisi Al terlihat tidak tampak banyak perubahan, sedangkan
pada tabung reaksi yang berisikan Mg terlihat sedikit keruh dari
sebelumnya dan muncul gelembung akibat penambahan dari 5
ml HCl tersebut.

7
Gambar 4.2.1 Gambar 4.2.2
Logam Al + HCl Pita Mg + HCl Encer
Encer

Kemudian tabung berisi Al dan HCl encer dipanaskan untuk


melihat reaksi yang terjadi. Proses pemanasan ini berfungsi
untuk mempercepat reaksi, hal ini disebabkan karena reaksinya
berjala lambat, sehingga memerlukan proses pemanasan agar
keping Al larut walaupun sedikit dan gelembung tampak
semakin banyak. Setelah proses pemanasan terdapat gelembung
gas H2, terdapat perubahan warna menjadi bening keabu-abuan.
Sehingga pada proses pemanasan terjadi suatu reaksi, dengan
membentuk persamaan reaksi sebagai berikut :
2Al + HCl encer → 2AlCl3 + 3H2
(Svehla, 1979).
Sedangkan pada pencampuran larutan HCl dengan pita
magnesium, reaksinya berlangsung cepat, hal ini karena Mg
langsung larut dan disertai terbentuknya gelembung gas yang
banyak dan larutan menjadi panas. Hal ini disebabkan Mg sangat
mudah bereaksi dengan mereduksi ion H+ menjadi H2 dan
menghasilkan garam MgCl2. Persamaan reaksinya :
Mg + 2HCl encer → MgCl2 + H2
(Svehla, 1979).

8
Gambar 4.2.3
Al, Mg + HCl encer
Setelah dipanaskan.
Hal ini sesuai dengan referensi, di mana pada dasarnya
aluminium dengan magnesium tidak dapat bereaksi yaitu tidak
dapat larut dalam asam klorida encer. logam Al kurang reaktif
karena terlindungi oleh oksidanya, sehingga perlu pemanasan
dan gas yang terbentuk adalah gas hidrogen. Dalam satu periode,
dari kiri ke kanan energi ionisasi semakin besar. Hal ini karena
jari-jari atom semakin kecil, sehingga daya tarik inti terhadap
atom terluar semakin kuat dan energi ionisasi bertambah
(Svehla, 1979).
Pada percobaan kedua, dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kereaktifan logam Al dan Mg. Percobaan ini
dilakukan dengan cara memasukkan 2 keping logam Al dan
sebuah pita Mg ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda.
Kemudian ditambahkan dengan 5 ml NaOH encer pada masing-
masing tabung yang berisi Al dan Mg dan memiliki fungsi untuk
menambahkan suasana basa dalam larutan. Pada tabung yang
berisi logam Al tidak terjadi reaksi dan perubahan yang
siginifikan, sedangkan reaksi pada tabung reaksi yang berisi Mg
menghasilkan gelembung-gelembung kecil.

9
Gambar 4.2.4 Gambar 4.2.5
Al + NaOH Mg + NaOH
Proses pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses
reaksi kimia karena Al bereaksi lambat dengan NaOH
dibandingkan dengan Mg. Setelah dipanaskan mulai muncul
gelembung pada tabung reaksi yang berisi Al dan NaOH dan
menunjukkan bahwa Al dapat bereaksi dengan basa kuat seperti
NaOH. Sesuai dengan referensi yang mengatakan bahwa Al
adalah logam bersifat amfoter dan sukar larut dalam air,
sehingga membutuhkan proses pemanasan (Cotton, 1989).
Setelah dipanaskan, persamaan reaksi sebagai berikut :
Al + 3NaOH(aq) → Al(OH)3 + 3Na
(Svehla, 1979).
Sedangkan pada campuran natrium hidroksida dengan pita
Mg terjadi reaksi tanpa pemanasan, dengan dihasilkan adanya
gelembung gas. Reaksinya juga cepat, hal ini dikarenakan Mg
bukan amfoter dan cepat bereaksi dengan larutan basa terutama
basa kuat (Svehla, 1979). Maka persamaan reaksi :
Mg + NaOH(aq) → Mg(OH)2 + 2Na
(Svehla, 1979)

10
Gambar 4.2.6
Al, Mg + NaOH setelah dipanaskan

Percobaan ketiga dilakukan dengan cara memasukkan


larutan HgCl2 ke dalam gelas beker yang sudah terdapat logam
Al di dalamya. Setelah itu dibiarkan hingga beberapa menit.
Selagi logam Al berada di dalam larutan HgCl2 dapat diamati
terdapat gelembung pada larutan seakan-akan logam Al sedang
direbus. HgCl2 di sini berperan sebagai agen sublimat yang
korosif. Setelah dibiarkan beberapa menit di dalam gelas beker
tersebut, logam Al kemudian dikeluarkan dan dikeringkan pada
udara terbuka.
Setelah beberapa saat, aluminium yang dikeringkan di udara
mulai mengalami perubahan secara fisik dikarenakan terjadi
reaksi antara logam Al tersebut dengan oksigen. Perubahannya
adalah aluminium mulai mengelupas dan berubah warna
menjadi kekuningan. Reaksi oksigen dengan alumunium foil
yang telah ditambahkan HgCl2 yang membentuk oksida,
sehingga persamaan reaksinya sebagai berikut :
Al2O3 + HgCl2 → 2AlCl3 +3HgO
(Svehla, 1979).

11
Hasil pada percobaan ini sesuai dengan referensi, di mana
hasil dari aluminium foil menjadi terkelupas. Menurut referensi
hal ini dikarenakan HgCl2 mampu membersihkan lapisan
permukaan aluminium foil, di mana fungsi HgCl2 sebagai
reagen memiliki sifat korosif. Selain itu HgCl2 dapat
melepaskan lapisan oksida dari aluminium sesuai dengan reaksi
yang terjadi di atas (Svehla, 1979).

Gambar 4.2.7
Logam Al terkelupas.

Percobaan keempat dilakukan dengan cara memasukkan


larutan Al3+ 0,1 M dan larutan Mg2+ 0,1 M pada dua tabung
reaksi yang berbeda. Kemudian ditambahkan NaOH secara
kualitatif pada kedua tabung kemudian perubahannya diamati.
Volume NaOH ditambah lagi ke masing-masing tabung Al3+ dan
Mg2+ menjadi larutan NaOH berlebih. Diamati lagi perubahan
pH dengan kertas indikator.
Hasil didapatkan Al3+ 0,1 M direaksikan dengan NaOH akan
menghasilkan pH sebesar 4, dan setelah ditambahkan lagi
dengan NaOH yang berlebih, pH nya berubah menjadi 6. Dapat
disimpulkan bahwa larutan Al(OH)3 bersifat asam karena pH
nya <7.

12
Dari pencampuran dengan NaOH membentuk persamaan
reaksi:
Al3+ + 3NaOH → Al(OH)3 + 3Na+
(Cotton, 1989)

Gambar 4.2.8 Gambar 4.2.9


Al3+ + NaOH Al3+ + NaOH
pH 4 berlebih, pH 6

Pengamatan dari percobaan Mg2+ 0,1 M yang dicampurkan


dengan baik NaOH maupun NaOH berlebih menghasilkan pH
10 dikarenakan kertas indikator universal yang digunakan hanya
memiliki skala pH 1-10 saja. Tetapi tetap dapat disimpulkan
bahwa larutan Mg(OH)2 bersifat basa dan sesuai dengan
referensi yang mengatakan bahwa Mg(OH)2 termasuk ke dalam
asa kuat, dengan rentang pH > 11 (Svehla, 1979). Dari
pencampuran dengan NaOH membentuk persamaan reaksi
sebagai berikut :
Mg2+ + 2NaOH → Mg(OH)2 + 2Na+
(Svehla, 1979)

13
Gambar 4.2.10 Gambar 4.2.11
Mg2+ + NaOH Mg2+ + NaOH
pH 10 berlebih, pH 10

14
V. KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
Aluminium adalah salah satu unsur logam berwarna putih.
Aluminium dalam tabel periodik termasuk golongan IIIA dengan
titik leleh 109°C. Ini korosif dan membentuk lapisan oksida ketika
larutan HgCl2 ditambahkan tetes demi tetes. Aluminium juga
bersifat amfoter, artinya dapat bereaksi dalam suasana asam atau
basa. Adanya lapisan oksida pada aluminium menyebabkan
aluminium bereaksi lambat, sehingga dalam percobaan digunakan
panas untuk mempercepat reaksi aluminium dengan asam klorida.
Logam aluminium lebih larut dalam NaOH daripada logam
magnesium.

5.2.Saran
Meski penggunaan aluminium banyak bentuknya pada
kehidupan kita, contohnya panci yang terbuat dari logam, kita harus
tetap waspada terhadap hal yang bersangkut paut dengan
pengonsumsian aluminium ke dalam tubuh kita karena
mengonsumsi aluminium secara berlebihan berbahaya bagi
kesehatan. Menurut WHO, manusia dewasa bisa menerima paparan
oral maksimal 50 mg per hari.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anuradha, K., Velmanirajan, K. (2019). Aluminium and its Interlinking
Properties. United Kingdom : Intech Open.
Cotton, F. A., Wilkinson, G. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
UI-Press.
Evilina, D. (2010). Ensiklopedia Materi dan Kimia Unsur. Semarang :
Alprin.
Godwin, A. A., Vijayan, V., Saravanan, S., Baskar, S., Loganathan, M.
(2018). Analysis of wear behaviour of Aluminum composite with
Silicon carbide and titanium reinforcement. Internasional Journal
Of Mechanical Engineering and Technology, 9(12). 681-691.
Nikanorov, S. P. (2003). Handbook of Aluminum, Physical Metallurgy
and Processes. New York : Marcel Dekker, Inc.
Sriatun, Taslimah, Suhartana. (2012). Buku Ajar Kimia Unsur. Semarang :
CV. Lestari Mediakreatif.
Sunarya, Yayan, Agus, Setiabudi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Svehla, G. (1979). Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Yahaya, S. N. M., Ng, C-H., Majid, A. A. A. (2017). Academia Journal of
Scientific Research, 5(12), 708-716.

16
LAMPIRAN
3.4. Skema Kerja
3.4.1 Percobaan Pertama

2 keping Al dan Mg

- Ditambahkan ke tabung reaksi masing-masing.


- Ditambah 5 ml HCl encer dalam masing-masing tabung
reaksi.
- Dipanaskan bila 5 menit masih belum juga bereaksi

Hasil

3.4.2 Percobaan Kedua

2 keping Al dan Mg

- Ditambahkan ke tabung reaksi masing-masing.


- Ditambah 5 ml NaOH encer dalam masing-masing
reaksi.
- Dipanaskan bila 5 menit masih belum juga bereaksi.

Hasil

3.4.3 Percobaan Ketiga

Aluminium foil

- Dibiarkan beberapa menit di dalam larutan HgCl₂.


- Dicuci dan dikeringkan aluminium foil di udara.

Hasil
3.4.4 Percobaan Keempat

0.1 M Al3 + dan Mg2 +

- Ditambah masing-masing dengan larutan NaOH.


- Dicek pH-nya menggunakan kertas indikator universal.

Hasil
JAWABAN PERTANYAAN
1. Ya, aluminium dan magnesium dapat bereaksi dengan asam klorida encer
dan magnesium lebih cepat bereaksi daripada aluminium. Hal tersebut
terjadi karena dalam deret volta posisi magnesium di sebelah kiri dari
aluminium, menandakan magnesium lebih reaktif daripada aluminium
sehingga magneisum bereaksi lebih cepat daripada aluminium dalam
suasana asam (H+), dan magnesium memiliki harga potensial reduksi lebih
kecil daripada aluminium. Semakin ke kiri unsur dalam deret volta maka
semakin reaktif dan semakin mudah mengalami reaksi oksidasi.
2. Aluminium dapat bereaksi dengan natrium hidroksida encer, tetapi
magnesium tidak dapat bereaksi dengan natrium hidroksida encer dalam
keadaan normal. Aluminium direaksikan dengan natrium hidroksida,
jalannya reaksi sudah sangat cepat dan timbul banyak gelembung gas,
walaupun tidak dipanaskan. Berbeda dengan magnesium yang direaksikan
dengan natrium hidroksida, tidak adanya reaksi yang terlihat dan harus
dipanaskan agar dapat bereaksi walaupun reaksinya masih cukup lambat.
3. Panci aluminium tidak boleh dicuci dengan natrium karbonat karena logam
Al dapat larut atau bereaksi dengan basa yang terkandung dalam soda cuci.
Hal tersebut mengakibatkan terkikisnya lapisan oksida aluminium. Reaksi
yang terjadi adalah: Al2O3(s) + 2OH-(aq) + 7H2O(l) → 2[Al(OH)4(H2O)2].
4. Setelah ditaburi merkuri (II) klorida (HgCl2), permukaan aluminium foil
terkikis, adanya gelembung gas pada bagian bawah aluminium foil, dan
larutan menjadi keruh. Hal ini menandakan bahwa lapisan Al2O3 yang
melapisi aluminium foil lepas. Senyawa HgCl2 mereduksi Al2O3 yang
terbentuk pada permukaan Aluminium foil menjadi Al kembali.
5. Senyawa Al2O3 mudah terbentuk dan bersifat stabil karena terbentuk dari
reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksinya adalah:
Al → Al3+ + 3e- (oksidasi) x1 Al → Al3+ + 3e-
O2 + 1e- → O2- (reduksi) x3 3O2 + 3e- → 3O2-
Al + 3O2 → Al3+ + 3O2-
4Al + 3O2 → 2Al2O3

2
6. Menurut literatur, logam aluminium dapat mengalami korosi secara lambat
dan tidak terus-menerus karena adanya lapisan oksida yang dapat
melindungi logam tersebut. Jadi, aluminium masih dapat mengalami korosi,
tetapi karena adanya lapisan oksida yang melindungi aluminium dan
mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium sebenarnya
merupakan logam yang mudah bereaksi dengan udara dan air. Hal itu dapat
dilihat dari sifat reduktor aluminium cukup baik, dan harga potensial
reduksinya (Eo = -1,66 volt) cukup negatif untuk mudah bereaksi dengan
air dan oksigen, tetapi karena adanya lapisan tipis oksida ini, aluminium
sulit mengalami korosi. Hal tersebut yang membedakan ketahanan korosi
antara aluminium dan besi.
7. Perbedannya terdapat pada nilai pH dari kedua campuran tersebut. Nilai pH
larutan Al3+ 0,1 M yang direaksikan dengan larutan NaOH berlebih adalah
6. Sedangkan nilai pH larutan Mg2+ 0,1 M yang direaksikan dengan larutan
NaOH berlebih adalah 10. Perbedaan tersebut disebabkan karena sifat
logam dari aluminium dan magnesium. Menurut literatur, semakin ke kiri
unsur dalam tabel periodik, maka sifat basa semakin besar. Magnesium
lebih bersifat basa daripada aluminium. Magnesium berada di sebelah kiri
(Golongan 2) daripada aluminium (Golongan 3). Jadi, hal itulah yang
membedakan antara larutan Al3+ dan Mg2+ yang ditambah dengan larutan
NaOH berlebih.
8. Ion Al3+ lebih bersifat asam daripada ion Mg2+. Hal ini bisa dibuktikan dari
eksperimen IV. Nilai pH larutan Al3+ 0,1 M yang direaksikan dengan larutan
NaOH tidak berlebih adalah 4. Sedangkan nilai pH larutan Al3+ 0,1 M yang
direaksikan dengan larutan NaOH berlebih adalah 6. Kemudian nilai pH
larutan Mg2+ 0,1 M yang direaksikan dengan larutan NaOH tidak berlebih
adalah 10. Kemudian nilai pH larutan Mg2+ 0,1 M yang direaksikan dengan
larutan NaOH berlebih juga menunjukkan pH 10 dikarenakan skala yang
tersedia hanya dari 1 sampai 10. Dari beberapa percobaan di atas dapat
dilihat, ion Al3+ memiliki pH lebih kecil daripada ion Mg2+ dalam larutan
natrium hidroksida. Jika berdasarkan teori, ion Al3+ lebih bersifat asam
daripada ion Mg2+ karena aluminium berada di sebelah kanan dari

3
magnesium pada tabel periodik. Semakin ke kanan unsur dalam tabel
periodik, maka sifat asam semakin besar.
9. Aluminium klorida anhidrat lebih stabil terhadap pemanasan dibandingkan
dengan magnesium klorida anhidrat. Hal ini terjadi karena AlCl3 tidak
mencair atau tidak terjadi reaksi saat dipanaskan. Namun, hanya terbentuk
sedikit gelembung gas. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
kestabilan termal AlCl3 sangat tinggi. Jika berdasarkan struktur, struktur
dari aluminium klorida anhidrat (Dimer: Al2Cl6) dan magnesium klorida
anhidrat (MgCl2) adalah:
Cl Cl Cl Mg
Al Al Cl Cl
Cl Cl Cl
Dari dua struktur itu, dapat diamati jika Al dikelilingi oleh 6 atom Cl dari
dua sisi, sedangkan Mg dikelilingi oleh 2 atom Cl dari satu sisi saja. Tarikan
atom Al dengan Cl lebih besar dibandingkan tarikan atom Mg dengan Cl.
Hal tersebut yang menyebabkan aluminium klorida anhidrat memiliki
kestabilan termal yang sangat tinggi.
10. Perbedaan utama antara kimia aluminium dengan kimia magnesium adalah
 Kimia Aluminium: Aluminium bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi
dengan asam dan basa.
 Kimia Magnesium: Dapat bereaksi dengan asam, tetapi membentuk
endapan jika bereaksi dengan basa.

You might also like