Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

JKGT DOI : 10.25105/jkgt.v5i1.

16824

(Laporan Penelitian)
Hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang maloklusi
dengan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif
1Yohana Yusra, 2Rena Bernadet
1Departemen ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti , Universitas Trisakti
2Mahasiswa, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Universitas Trisakti
Email: yohana@trisakti.ac.id

ABSTRACT
Background: Malocclusion is a deviation from normal occlusion and the third priority dental health issue. Interceptive
orthodontics is a treatment for reducing malocclusion. Knowledge of malocclusion by parents can affect whether or not their
children require orthodontic treatment. Aim: Determining the correlation between parental understanding of malocclusion
and the necessity for interceptive orthodontic treatment among Primary School of Sang Timur students in East Jakarta.
Method: This sort of research was an analytic observational study, using a cross-sectional design. The examination was
conducted using the IKPO-I form and a modified questionnaire from Pravara Institute of Medical & Rural Dental College,
Loni, India. Result The findings demonstrated that 48 parents (46.6%) of the 103 students and parents at Primary School of
Sang Timur Elementary in East Jakarta had a good knowledge of malocclusion; on the other hand, 26 parents (25%) had less
understanding. Examining the participants using the IKPO-I revealed that 17 (16,5%) did not require orthodontic treatment;
57 (55,3%) need interceptive orthodontics and the other hand, 29 (28.1%) need corrective orthodontic treatment. Conclusion:
Based on the findings of this study, there is no correlation between parental knowledge of malocclusion and the requirement
for interceptive orthodontic treatment.
Keywords: Knowledge; Interceptive orthodontics; IKPO-I; Malocclusion

PENDAHULUAN Jakarta Barat sebanyak 60% anak dalam rentang 8 – 11


World Health Organization (WHO) menempatkan tahun membutuhkan perawatan ortodontik interseptif.8,10
maloklusi sebagai masalah prioritas ketiga dalam Oleh sebab itu, sebagai orang tua maka diperlukan
kesehatan gigi dan mulut.1 Hal ini dikarenakan sekitar mengetahui mengenai maloklusi agar orang tua
80% penduduk Indonesia menderita maloklusi.2 mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti pada anak.
Maloklusi adalah penyimpangan oklusi normal yang Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa adanya
ditandai ketidakteraturaan susunan gigi pada lengkung hubungan yang kuat antara pengetahuan ibu dengan
rahang seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan perawatan maloklusi pada anak.11,12 Pengetahuan
tidak harmonis dengan gigi antagonis.3 seseorang dapat diketahui melalui penggunaan kuesioner,
Maloklusi tidak dianggap sebagai penyakit, tetapi bila salah satunya kuisoner yang dimodifikasi oleh Chintiya
tidak dilakukan perawatan akan mengakibatkan gangguan dengan menggunakan 14 pertanyaan dan skoring menurut
fungsi mengunyah, menelan, berbicara dan keserasian Rensis Likert merupakan beberapa kuesioner yang dapat
wajah yang berakibat pada gangguan fisik atau mental.4 digunakan.13,14
Oleh sebab itu diperlukan perawatan gigi agar tidak terjadi Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti secara
maloklusi pada gigi. Perawatan yang dapat dilakukan khusus tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah
merupakan perawatan ortodonti interseptif. Ortodonti Dasar Katolik Sang Timur, sebuah Lembaga swasta di
interseptif adalah salah satu perawatan ortodonti untuk wilayah Jakarta Timur mengenai hubungan antara tingkat
mengurangi terjadi maloklusi pada anak dalam periode pengetahuan orang tua tentang maloklusi dengan
gigi campur.5 Perawatan interseptif ini dapat dilakukan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif.
dengan mengurangi keparahan maloklusi, memperbaiki
profil wajah untuk mengembalikan kepercayaan diri, METODE PENELITIAN
menghilangkan perilaku berbahaya, dan membalikkan Penelitian ini merupakan penelitian observasional
pola pertumbuhan abnormal.6 analitik dengan rancangan cross sectional.Penelitian ini
Dalam melakukan perawatan ortodonti ini terdapat menggunakan populasi anak dan orang tua murid di SDK
Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan Indeks Sang Timur Cakung, Jakarta Timur dengan sampel
Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif (IKPO-I) penelitian yaitu anak periode gigi bercampur usia 8 – 10
dalam menentukan indikator kebutuhan perawatan tahun dan orang tuanya di SDK Sang Timur Cakung,
ortodonti.7,8 IOTN adalah indeks yang digunakan untuk Jakarta Timur. Penelitian telah mendapatkan Ethical
mengukur kebutuhan akan perawatan ortodonti yang clearance dari komisi etik Fakultas Kedokteran Gigi
terdiri dari Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Universitas Trisakti. Berdasarkan rumus Slovin maka
Component (DHC). AC dilakukan bila ingin melakukan sampel yang digunakan berjumlah 103 sampel orang tua.
penilaian terhadap penampilan gigi sedangkan DHC Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat maloklusi eksklusi dalam pemilihan sampel. Kriteria inklusi terdiri
seperti missing teeth, overjet, crossbite, displacement of dari anak dan orang tua murid SDK Sang Timur Cakung
the teeth, overbite.7 Indeks Kebutuhan Perawatan Jakarta Timur, usia 8 – 10 tahun dan mempunyai periode
Ortodonti Interseptif (IKPO-I) merupakan alat gigi campur. Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan
pengukuran kebutuhan perawatan ortodonti interseptif.9 merupakan subjek harus sedang menjalani perawatan
Berdasarkan hasil IKPO-I mengindekasikan bahwa di ortodonti, telah menjalani perawatan ortodonti dan tidak
sekolah dasar wilayah Jakarta Timur menemukan bahwa mengisi kuesioner dengan lengkap.
76,5% anak dalam rentang usia 9 – 10 dan di wilayah

20
JKGT DOI : 10.25105/jkgt.v5i1.16824

Dalam menentukan kebutuhan perawatan ortodonti Gigi tidak rapi


dapat terjadi
interseptif menggunakan Indeks Kebutuhan Perawatan terjadi karena
Ortodonti Interseptif (IKPO-I) yang terdiri dari 18 kebiasaan buruk
3. (mis : mengisap 85 82 12 11 6 5
indikator. jari, menggigit
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibir,
menjulurkan
formulir IKPO-I, kuesioner, masker, sarung tangan, cairan lidah)
enzimatik, cairan desinfektan, kertas tissue sedangkan Gigi tidak rapi
dapat terjadi
alatnya yaitu kaca mulut, senter, alat tulis. karena
4. kekurangan 63 61 29 28 11 10
nutrisi/ makan
HASIL makanan yang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 103 tidak sehat
Gigi tidak rapi
sampel anak usia 8 – 10 tahun dalam masa periode gigi dapt terjadi
5. 80 77 17 16 6 5
campur yang terdiri dari 64 anak laki – laki (62,1%) dan akibat dari
kehilangan gigi
39 anak perempuan (37,8%). Distribusi anak SDK Sang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Tentang
Timur Cakung Jakarta Timur berdasarkan karakteristik Maloklusi
usia dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Gigi tidak rapi
dapat
6. memengaruhi 99 96 3 2 1 0,9
Tabel 1. Distribusi anak SDK Sang Timur Cakung Jakarta Timur penampilan
wajah
berdasarkan karakteristik usia
Gigi tidak rapi
Usia Frekuensi (n) Persentase (%) dapat
8 37 36,2 % menyebabkan
gangguan pada
9 40 39,2 % mulut seperti
10 26 25,5 % 7. 77 74 17 16 9 8
gangguan
TOTAL 103 100% berbicara,
mengunyah
makanan,
Berdasarkan Tabel 1 memperlihatkan bahwa total 103 bernapas
Gigi tidak rapi
sampel terdapat 37 anak (36,2%) berrusia 8 tahun, 39 anak berpengaruh
(39,2%) berusia 9 tahun dan 26 anak (25,5%) berusia 10 8. dalam interaksi 74 71 22 21 7 6
sosial sehari -
tahun. hari
Hasil gambaran tingkat pengetahuan orang tua murid Gigi tidak rapi
SDK Sang Timur Cakung Jakarta Timur yang dapat dapat
9. 71 68 20 19 12 11
memengaruhi
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut. kesehatan mulut
Gigi tidak rapi
dapat diatasi jika
Tabel 2. Distribusi Orang Tua SDK Sang Timur Cakung Jakarta 10. melakukan 96 93 2 1,9 5 4,8
Timur berdasarkan Tingkat Pengetahuan mengenai Maloklusi. perawatan sejak
Tingkat Frekuensi (n) Persentase usia dini
Pengetahuan (%) Perawatan gigi
yang tidak rapi
Baik 48 46,6% 11
membutuhkan
74 71,8 11 10,6 18 17
Cukup 29 28,1% waktu yang lama
Kurang 26 25,2% Trauma
(kecelakaan)
TOTAL 103 100% dapat
12. 69 66,9 14 13,5 20 19
memperburuk
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat gigi yang tidak
rapi
pengetahuan mengenai maloklusi sebanyak 48 orang tua Gigi berlubang
murid (46,6%) memperlihatkan tingkat pengetahuan baik, dapat
13. memperburuk 80 12,6 14 13,5 9 8,7
29 orang tua murid (28,1%) memperlihatkan tingkat gigi yang tidak
pengetahuan cukup dan 26 orang tua murid (25,2%) rapi
memperlihatkan tingkat pengetahuan kurang.. Gusi yang
bengkak (infeksi)
Kemudian frekuensi tingkat pengetahuan orang tua dapat
14. 72 69,9 14 13,5 15 15
murid SDK Sang Timur Cakung Jakarta Timur memperburuk
gigi yang tidak
berdasarkan indikator pertanyaan kuesioner pengetahuan rapi
tentang maloklusi dapat dilihat pada tabel 3 Kehilangan gigi
terlalu awal
dapat
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua 15. memperburuk 69 66,9 18 17,4 16 16
murid SDK Sang Timur Cakung Jakarta Timur berdasarkan gigi yang
Indikator Pertanyaan Kuesioner Pengetahuan tentang Maloklusi. tidak rapi
Gangguan sendi
Jawaban
rahang dapat
Tidak memperburuk
No. Pertanyaan Benar Salah 16. 64 62,1 14 13,5 25 24
Tahu gigi yang tidak
N % n % n % rapi
Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Penyebab Maloklusi Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan Maloklusi
Gigi tidak rapi Gigi tidak rapi
dapat terjadi dapat dicegah
1. 63 61 29 28 12 12
akibat dari faktor apabila
keturunan 17. melakukan pola 59 57,2 24 23,3 20 19
Gigi tidak rapi makan
dapat terjadi yang baik
2. 51 49 40 38 12 12
karena gigi
berlubang

21
JKGT DOI : 10.25105/jkgt.v5i1.16824

Gigi susu/gigi Tabel 4. Hasil Uji Analisis Statistik


anak-anak yang
copot sebelum
waktunya dapat
18. 56 54,3 25 24,2 22 21
mengakibatkan
susunan gigi
penggantinya
tidak rapi
Gigi yang tidak
rapi dapat
dicegah apabila
mencegah
kebiasaan buruk
19. seperti mengisap 86 83,4 8 7,7 9 8,7 DISKUSI
jari, menggigit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
bibir,
antara tingkat pengetahuan orang tua tentang maloklusi
menjulurkan
lidah dengan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif pada
Menggunakan anak usia 8 – 10 tahun di SDK Sang Timur Cakung Jakarta
space
maintainer/ alat
Timur. Sampel populasi yang telah diketahui 211, tetapi
untuk hanya 103 subjek penelitian yang mengikuti. Beberapa
mempertahankan
ruang untuk gigi
subjek tidak mengikuti dikarenakan tidak menyetujui
20. yang sudah 53 51,4 12 11,6 38 37 penelitian dan tidak mengisi formulir dengan lengkap.
copot terlalu
awal dapat
Berdasarkan data pada tabel 2, memperlihatkan 48
mencegah orang tua (46,6%), memiliki tingkat pengetahuan cukup
terjadinya gigi sebanyak 29 orang tua (28,1%) dan 26 orang tua (25,2%)
tidak rapi
Apabila tidak memiliki tingkat pengetahuan kurang. Hasil di atas
dilakukan menunjukan bahwa banyak orang tua yang memiliki
perawatan tepat
waktu maka gigi tingkat pengetahuan yang baik. Hal tersebut selaras
21. yang 91 88,3 4 3,8 8 7,7 dengan penelitian yang di lakukan oleh Nandhita pada
susunannya
sudah daerah Kalimantan Timur dengan tingkat pengetahuan
tidak rapi akan baik tentang maloklusi.12 Tingkat pengetahuan baik
semakin parah tinggi dikarenakan informasi yang di dapatkan individual
Melakukan dari kontak sosial yang kemudian memicu perilaku untuk
pencabutan gigi-
gigi susu secara menjaga kesehatan gigi.15
22.
selektif dan
68 66 7 6,7 28 27 Pada tabel 3, ditemukan 103 orang tua murid
berurutan dapat
mencegah menjawab pertanyaan nomor 3 dengan jawaban benar
terjadinya gigi
sebanyak 85 (82%) mengenai gigi tidak rapi dapat terjadi
tidak rapi karena kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk yang sering
dilakukan seperti menghisap ibu jari, menjulurkan lidah
Berdasarkan hasil Tabel 3 ditemukan bahwa 96 orang dan menggigit bibir. Presentase yang tinggi menunjukan
tua murid di SDK Sang Timur Cakung (93%) menjawab orang tua murid telah memahami dan memiliki
dengan benar pada pertanyaan nomor 10 yaitu gigi tidak pengetahuan yang baik bahwa maloklusi terjadi karena
rapi dapat diatasi jika melakukan perawatan sejak dini, kebiasaan buruk. Hal tersebut didukung dengan hasil
sebanyak 29 orang tua menjawab (28%) dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadilla pada daerah
menjawab salah pada indikator pertanyaan nomor 1, yaitu Bandung, 32 orang tua (97%) memiliki pengetahuan baik
gigi tidak rapi dapat terjadi akibat dari faktor keturunan mengenai kebiasaan buruk yang mempengaruhi
dan sebesar 38 orang tua (36,8%). maloklusi.16
Hasil kebutuhan perawatan ortodonti interseptif Pada indikator pertanyaan nomor 20 memperlihatkan
berdasarkan IKPO-I pada murid Sang Timur Cakung 38 (36,8%) menjawab tidak tahu mengenai penggunaan
Jakarta Timur dihasilkan bahwa jumlah paling rendah space maintainer atau alat untuk mempertahankan ruang
yaitu tidak membutuhkan perawatan ortodonti sebesar 17 untuk gigi yang sudah copot terlalu awal dapat mencegah
murid (16,5%), murid yang membutuhkan perawatan terjadinya gigi tidak rapi. Hal yang melatar belakangi
ortodonti interseptif sebesar 57 murid (55,3%) dan murid kemungkinan karena ketidak tahuan orang tua mengenai
yang membutuhkan perawatan ortodonti korektif sebesar kegunaan alat tersebut dan kurangnya informasi
29 murid (28,1%). Sedangkan hasil kebutuhan perawatan penggunakan space maintainer dari tenaga kesehatan.
ortodonti interseptif paling tinggi dibutuhkan pada usia 8 Aditya memperlihatkan pada penelitian yang dilakukan
tahun yaitu 26 murid (25,2%) dan kebutuhan perawatan bahwa 63,8% keberhasilan dalam penggunakan space
ortodonti interseptif paling rendah dibutuhkan pada usia maintainer.17
10 tahun yaitu 14 murid (13,5%). Pada pertanyaan nomor 13 tentang gigi berlubang
Data yang dihasilkan kemudian dilakukan analisis uji dapat memperburuk gigi yang tidak rapi menjawab salah
Korelasi Spearman. Nilai p yang dihasilkan dari uji sebanyak 14 (13,5%). Anak – anak berusia 8 – 10 tahun
Korelasi Spearman adalah 0,844, lebih besar dari taraf dapat memiliki gigi berlubang cukup tinggi karena usia
signifikansi (α) sebesar 0,05 sehingga Ditemukan korelasi tersebut lebih memilih makanan manis daripada makanan
yang sangat kecil (hampir tidak ada) antara pengetahuan sehat. Kemungkinan responden menjawab salah adalah
orang tua dengan perawatan ortodontik interseptif. Hasil minimnya pengetahuan dan perhatian orang tua terhadap
dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut. gigi berlubang, hal tersebut didukung penelitian yang
dilakukan oleh Nurjanah di daerah Cirebon menunjukan
28 (56%) responden kurang dalam pengetahuan gigi
berlubang.18

22
JKGT DOI : 10.25105/jkgt.v5i1.16824

Berdasarkan hasil pada tabel 5, menunjukkan bahwa 5. Kolonio FE, Anindita PS, Mintjelungan CN, Program KS,
57 siswa (55,3%) memerlukan perawatan ortodontik Pendidikan S, Gigi D, et al. Kebutuhan perawatan ortodonsi
interseptif, 17 siswa (16,5%) tidak memerlukan perawatan berdasarkan index of orthodontic treatment need pada siswa
usia 12-13 tahun di SMP Negeri 1 Wori. Vol. 4. 2016.
ortodontik, dan 29 siswa memerlukan perawatan
6. Widiarsanti S, Sutantyo D, Pinandi Sri Pudyani dan,
ortodontik korektif 28,1%). Bukti ini menunjukkan bahwa Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia P, Kedokteran
perawatan ortodontik interseptif sangat penting. Sebuah Gigi F, Gadjah Mada U. Perawatan Ortodontik Interseptif
studi oleh Kamal di Jakarta Barat menemukan bahwa 60% dengan Alat Aktivator pada Periode Percepatan
populasi memerlukan perawatan ortodontik interseptif, Pertumbuhan. 2015;1(1):27–32.
yang konsisten dengan temuan penelitian ini.8 7. Meylia Lestari Purba. Tingkat Kebutuhan Perawatan
Data penelitian yang diperoleh pada tabel 6 Ortondonti Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment
berdasarkan usia menunjukan presentase rendah Need (IOTN) Di SMP Negeri 2 Berastagi.[Skripsi].
Universitas Sumatera Utara ; 2017.
membutuhkan perawatan ortodonti interseptif pada subjek
8. Kamal S, Yusra Y. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
berusia 10 tahun sebanyak 14 (13,5%). Peneliti Orang Tua Dengan Kebutuhan Perawatan Ortodonti
berpendapat bahwa rendahnya presentase tersebut Interseptif (Kajian pada Anak Usia 8-11 Tahun di SDN 01
kemungkinan jumlah anak yang sedikit dan beberapa anak Krukut Jakarta Barat). Vol. 2. 2020.
yang telah memiliki gigi tetap sesuai dengan penelitian 9. Yusra Y. Indeks Kebutuhan Perawatan Orodonti Interseptif
Kamal di Jakarta Barat.8 (Kajian pada anak umur 8-11 tahun).[Disertasi]. Universitas
Analisis hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin Indonesia; 2013.
mengungkapkan bahwa hanya 11 anak laki - laki (10,6%) 10. Wijayanti P, Nada Ismah dan. Gambaran maloklusi dan
kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun
yang tidak membutuhkan perawatan ortodonti sedangkan
(Studi pendahuluan di SD At-Taufiq, Cempaka Putih,
33 anak laki - laki (32%) membutuhkan perawatan Jakarta). 2014;63(1):25–9.
ortodonti interseptif. Terungkap anak 7 perempuan 11. Simbolon BH. Faktor - faktor Yang Berhubungan Dengan
sebanyak 6 (5,8%) tidak membutuhkan perawatan Perilaku Ibu Dalam Perawatan Maloklusi Anak Usia 10 - 14
ortodonti dan 24 anak (23,3%) membutuhkan perawatan Tahun Di Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan.
ortodonti interseptif. Peneliti berpendapat bahwa 2012;VIII(1).
penyebab tingginya presentase pada anak laki – laki 12. Ayu N. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Tingkat
karena keterlambatan dalam menyadari pentingnya Pengetahuan Tentang Maloklusi Anak (Kajian Pada Ibu
Murid SDN 005 Penajam, Kalimantan Timur). 2022 Jan 8;1–
kebutuhan perawatan ortodonti. Hasil tersebut didukung
55..
penelitian Carisa dengan menyatakan banyaknya anak laki 13. Dwi Rahayu C. Gambaran Pengetahuan Terhadap Perawatan
– laki yang membutuhkan perawatan ortodonti Ortodontik Menurut ISlam Pada Dosen Fakultas Agama
interseptif.19 Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.[Skripsi].
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2019.
KESIMPULAN 14. Pasaribu Indira Y. Tingkat Pengetahuan Tentang Maloklusi
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah tidak terdapat Pada Ibu - Ibu Usia Produktif Di Desa Telagah, Kabupaten
hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua Langkat.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara ; 2021.
tentang maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti
15. Aditya MY, Baehaqi Moh, Sri Praptiningsih R. Pengaruh
interseptif pada anak usia 8-10 tahun di SDK Sang Timur Pengetahuan Orang Tua tentang Ortodonsi Prevenif dengan
Cakung Jakarta Timur (p = 0,844). Kebutuhan perawatan Perilaku Pencegahan Maloklusi pada Gigi Anak. ODONTO :
ortodonti interseptif pada anak – anak relatif cukup tinggi Dental Journal. 2015 Nov 12;2(1):46.
sebanyak 55,3% dan tingkat pengetahuan orang tua murid 16. Fadilla W, Nurmaningsih H, Laut DM, Herijulianti E,
berada tingkat pengetahuan baik 46,6% Keperawatan J, Poltekkes G, et al. Gambaran Pengetahuan
Orang Tua Tentang Kebiasaan Buruk Yang Mempengaruhi
KONFLIK KEPENTINGAN Maloklusi Pada Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Kesehatan
Siliwangi . 2021;2(2):652–8.
Tidak ada
17. Aditya LR, Gartika M, Primarti RS. Evaluasi Kepatuhan
Perawatan Space Maintainer Lepasan Pada Anak. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 2018 Apr
1. Lombardo G, Vena F, Negri P, Pagano S, Barilotti C, Paglia 27;30(1):51.
L, et al. Worldwide prevalence of malocclusion in the 18. Nurjanah A, Farizki R, Hidayat AR, Saebah N. Perspektif
different stages of dentition: A systematic review and meta- Orang Tua pada Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah. Jurnal
analysis. Eur J Paediatr Dent. 2020;21(2):115–22. Forum Kesehatan : Media Publikasi Kesehatan Ilmiah
2. Farani W, Abdillah MI. Prevalensi Maloklusi Anak Usia 9- [Internet]. 2021;11(1):38–45.
11 Tahun di SD IT Insan Utama Yogyakarta. Insisiva Dental 19. Carisa KA, Yusra Y, Juliani M, Buntara H. Hubungan Antara
Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva. 2021 May Usia Anak Dan Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
31;10(1):26. (Kajian Pada Anak Usia 8-11 Tahun di SDN Balekambang
3. Ardiansyah S. Pawinru. Orthodontic treatment needs with 03 Jakarta Timur). Vol. 1, July. 2019.
quality of life based on OHIP-14. Makassar Dental Journal .
2020 Feb 1;9:62–7.
4. Susilowati. Prevalensi maloklusi gigi anterior pada siswa
Sekolah Dasar (Penelitian pendahuluan di SD 6 Maccora
Walihe, Sidrap). Makassar Dent J. 2016;5(3):97–101.

23

You might also like