Professional Documents
Culture Documents
Referat Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik Michelle Gania M Soesilo 2065050058
Referat Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik Michelle Gania M Soesilo 2065050058
Disusun oleh :
Michelle Gania Margareth
Soesilo 2065050058
Pembimbing :
dr. Agus Yudawijaya, Sp.S
II.1. ANATOMI
II.1.1. Anatomi otak
Otak merupakan organ yang paling kompleks yang mengontrol dan meregulasi
tubuh, merespon terhadap stress dan ancaman, dan mengontrol fungsi kognitif. Otak
juga menjaga temperature tubuh, membantu menginterpretasi indra khusus, dan untuk
berinteraksi sosial. Otak juga berperan untuk menjaga kerja tubuh secara optimal di
lingkungan baik dengan melindungi dan memelihara tubuh.5
Otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil
(serebelum), otak tengah (mesefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol
(pons varoli).5,6
Serebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus.5,6
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu: lobus frontalis, parietal, oksipital,
dan temporal. Lobus frontalis terletak pada bagian anterior dan dipisahkan dengan
lobus parietal melalui sulcus sentral (sulcus Rolandii). Pada bagian lateral lobus
frontalis dipisahkan dengan temporal melalui sulcus lateral (fisura Slyvii). 5,6
b. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarahnoid biasanya disebabkan karena adanya trauma. Pada
saat ada trauma bridging vein yang terletak diantara lapisan otak arachnoid dan
duramater akan terobek dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan pada
subarachnoid biasanya timbul lebih lambat, yaitu mulai dari beberapa hari,
beberapa minggu, bahkan sampai beberapa bulan.15
10
11
II.8. DIAGNOSIS
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non-hemoragik,
antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
II.8.1. Anamnesis
Anamnesis terutatama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita
saat serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi,
diabetes, dan lain-lain).23
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke
hemoragik atau stroke non-hemoragik. Dalam menentukan jenis stroke dapat
dilakukan melalui pengambilan anamnesis yang dilakukan seteliti mungkin.23
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan antara keduanya, seperti pada tabel
III.
Tabel III. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis23
12
Tabel IV. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Berdasarkan
Pemeriksaan Klinis23
Stroke Non
Tanda (sign) Stroke Hemoragik
Hemoragik
Bradikardi ++ (dari awal) +/- (hari ke -4)
Udema papil Sering + -
Kaku Kuduk + -
Tanda kerning, Brudzinski ++ -
13
Penilaiatan:
SSS > 1 = Perdarahan
supratentorial
SSS < -1
= Infark Serebri
15
Downloaded by Husnull. am12 (husnull.am12@gmail.com)
yang berbeda pula. CT Scan berguna untuk menentuka; jenis patologi, lokasi lesi,
ukuran lesi, dan menyingkirkan lesi non-vaskuler.26,27
Computed Tomography (CT) scan sangat baik untuk mendeteksi stroke
terutama dalam membedakan antara stroke non-hemoragik dan hemoragik, tetrapi
sering muncul normal selama 6 hingga 24 jam setelah iskemik akut stroke.26
a. CT Scan Non-Kontras
CT scan non-kontras merupakan pilihan utama untuk evaluasi pasien
suspek stroke. CT scan non-kontras memberikan informasi yang cukup untuk
membedakan antara stroke hemoragik dan non hemoragik, hal ini dapat
dilakukan jika pencitraan dilakukan dalam beberapa jam setelah onset
stroke.26
Karakteristik dengan kecurigaan aneurisma yaitu tampak lesi hiperdens
mengisi sulkus kortikal, sisterna serebri, fissure lateral sylvii, dan interfalx
cerebri. Sedangkan, melalui CT scan non-kontras juga dapat mengetahui
lokasi thrombus arteri, dengan tanda densitas arteri: arteri yang mengandung
trombus memiliki antenuasi yang lebih tinggi dan tampak lebih padat
daripada arteri kontralateral yang berdekatan atau setara, yang berarti lokasi
oklusi dapat ditemukan.26
16
17
A B
Gambar 7. Gambaran CT Angiography (CTA) pada (A) stroke iskemik akut27 (B) SAH
dan IVH26
18
A B
3. Tes Jantung
Tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada
pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan
gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone
pada dada atau turun melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk
melihat bilik jantung.24
4. Tes Darah
19
5. Lumbal Pungsi
Pasien suspek perdarahan subarachnoid namun menunjukkan hasil normal
pada pemeriksaan CT, lumbal pungsi harus dilakukan untuk melihat adanya darah
atau xanthocromia pada cairan serebrospinal. Namun, diperlukan waktu 12 jam
untuk membentuk xanthocromia, sehingga mungkin canthrocromia tidak terlihat
ketika dilakukan lumbal pungsi segera setelah onset gejala. Karena insiden
perdarahan subarchnoid rendah dan sulit untuk membedakan antara perdarahan
subarchnoid dan trauma akibat pungsi lumbal tidak lagi berguna.30
II.9. TATALAKSANA
Tujuan penatalaksanaan stroke adalah menurunkan tingkat kesakitan serta
kematian karena stroke, karenanya penting pengenalan secara dini mengenai tanda dan
gejala stroke memegang peranan penting dan menjadi kunci utama dalam penangan
stroke yang paripuna. Metode yang umumnya digunakan adalah metode FAST (Facial
movement, Arm movement, Speech, Tes all three) atau CCPS (Cincinnati Pre-Hospital
Stroke Scale). Kedua metode ini dapat memberikan cara pengenalan gejala awal stroke
yang mudah untuk dimengerti dan diaplikasikan oleh masyarakat.
FAST terdiri dari Facial Movement, Arm Movement, dan Speech. Facial
movement merupakan penilaian pada otot wajah, pada penilaian otot wajah ini melihat
simetrisitas dari bibir pasien ketika pasien tersenyum atau memperlihatkan gigi. Arm
movement merupakan penilaian pergerakan lengan untuk menentukan apakah kelemahan
pada ekstremitas, pasien diminta untuk mengangkat tangan 90 dari tubuh dan tahan 10
20
21
22
23
24
26
2. Trombektomi Mekanis
27
3. Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine). Efek
antikoagulan heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah
atau memperkecil pembentukkan fibrin dan propagasi trombus. Antikoagulansia
mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus. Antikoagulansia
28
5. Neuroprotektor
29
6. Anti edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%,
larutan gliserol 10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula
menggunakan kortikosteroid.37
38
30
2. Tindakan Pembedahaan
Pasien PIS dapat dilakukan pembedahaan apabila pasien
dengan perdarahan sereblar > 3 cm dengan perburukan klinis atau
kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel
harus secepatnya dibedah. Pasien PIS dengan lesi struktural seperti
aneurisma malformasi AV atau angioma cavernosa dibedah jika
mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi struktur
terjangkau. Tindakan pembedahaan dapat dilakukan pasien usia
muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk.
Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia
muda dengan perdarahan lobar yang luas (≥ 50 cm3) masih
menguntungkan.
Pasien PIS tidak dapat dilakukan tindakan pembedahan
apabila perdarahan kecil (<10cm3) atau defisit neurologis minimal.
Pasien dengan GCS ≤4 walaupun dengan perdarahan intraserebral
disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
38,39
1. Kraniotomi
31
5. Tindakan Operatif
Tindakan operatif untuk penanagan SAH dapat dilakukan dengan
metal clip atau clipping aneurysm, atau menggunakan metode metal coil
atau coilling aneurysm. Terapi pembedahan pada SAH dilakukan
berdasarkan SAH grade, kondisi medis pasien secara keseluruhan, ukuran
dan lokasi aneurisma, aksesibilitas aneurisma untuk perbaikan bedah,
prefrensi pasien untuk operasi terbuka atau coil, dan ada tidaknya
kalsifikasi diniding trombus atau aneursima.
32
II.10. REHABILITASI
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program,
termasuk pelatihan, penggunaan modalitas alat, dan obat-obatan.
Tujuan rehabilitasi adalah :
• Memperbaiki fungsi motoris, bicara dan fungsi lain yang terganggu
• Adaptasi mental sosial dari penderita stroke, sehingga fungsional otonom
penderita, sosial aktif dan hubungan interpersonal menjadi normal.
34
35
Stroke merupakan gangguan fungsi otak fokal maupun global mendadak yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke adalah penyakit penyebab disabilitas jangka panjang
nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Stroke diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik (non-hemoragik). Stroke hemoragik terjadi karena
adanya perdrahan di otak (perdarahan subarachnoid atau intraserebral) sedangkan stroke iskemik
karena adanya sumbatan yang menyebabkan terjadinya infark.
Penyabab terjadinya stroke bervariasi, dibedakan berdasarkan yang dapat dimodifikasi
dan non-modifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, diabetes melitus, atrial
fibrilasi, dislipidemia, dan sedentary lifestyle, obesitas serta sindroma metabolik. Faktor yang
tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia, jenis kelamin, genetik, dan etnik.
Penanganan stroke harus segera karena semakin lama penanganan akan semakin
memperparah keadaan pasien. Penanganan yang terlambat dapat memungkinkan terjadinya
kerusakan neurologis yang berat. Perwataran stroke yang efesien dan efektif bergantung pada tim
yang berfungsi dengan baik dari ruang gawat darurat hingga ahli saraf dan ahli saraf intervensi
36
1. Coupland AP, Thapar A, Qureshi MI, Jenkins H, Davies AH. The definition of stroke. J
R Soc Med. 2017;110(1):9–12.
2. Donkor ES. Stroke in the 21 st Century : A Snapshot of the Burden , Epidemiology , and
Quality of Life. 2018;2018.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Dasar Kesahatan Republik Indonesia. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Kemeterian Republik Indonesia, Tahun 2018
4. Hardika BD, Yuwono M, Zulkarnain H. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya
Stroke Non Hemoragik pada Pasien di RS RK Charitas dan RS Myria Palembang. J Akad
Baiturrahim Jambi. 2020;9(2):268.
5. Drake R, Vogi W. Brain. In: Gray’s Anatomy for Students. 4th ed. 2019.
6. Snell RS. Kepala dan Leher. Dalam: Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016. h.761-2
7. Indonesia PD. Panduan praktik klinis neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. 2016.
8. Lindsay MP, Norrving B. World Stroke Organization (WSO). 2020.
37
38
39
40