Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul Qur’an


“Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an”

Disusun oleh:
1. Taufik Qurrahman
2. Muhammad Faizal Hariri

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mushaf Al-Quran yang dimiliki umat muslim sekarang jelas telah melalui proses dan
perjalanan panjang selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun silam, tentu memiliki latar
belakang sejarah yang menarik untuk diketahui. Umat Islam mempercayai bahwa Al-Quran
adalah puncak penutup wahyu Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril.
Al-Quran merupakan pedoman umat Islam berisi petunjuk dan tuntunan yang
komprehensif untuk mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-Quran merupakan kitab
yang valid dan unik, baik susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu ilahi,
sehingga terpelihara dan terjamin kemurniannya sepanjang hayat. Al-Quran turun secara
berangsur-angsur dalam masa yang relatif panjang, dimulai sejak zaman Nabi Muhammad
SAW diangkat menjadi Rasul hingga pada masa menjelang wafatnya.
Allah akan menjamin kemurnian dan kesucian Al-Quran, dan dapat dipastikan akan
terhindar dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan. Penulisan Al-Quran
dimulai sejak Nabi masih hidup. Saat wahyu turun kepada Nabi, beliau langsung
memerintahkan sahabat penulis wahyu untuk menulis wahyu tersebut secara hati-hati dan
teliti. Selain menulis para sahabat juga menghafalkan dan mengamalkannya.
Dalam penulisan makalah ini penulis akan memaparkan sejarah kodifikasi/pengumpulan
Al-Quran pada zaman Rasulullah, pengumpulan Al-Quran pada masa Abu Bakar as-Shidiq,
hingga pembukuan Al-Quran pada masa Utsman bin Affan. Serta kendala atau permasalahan
yang muncul dalam proses penyusunan maupun setelah pengumpulan Al-Quran.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq?
3. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Utsman bin Affan?
4. Apa urgensitas penulisan Al-Quran?
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW
2. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq
3. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Utsman bin Affan
4. Untuk mengetahui urgensitas penulisan Al-Quran
BAB II

PEMBAHASAN

!. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad SAW


Setiap kali ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, beliau segera
menyampaikannya kepada para sahabat seperti yang telah beliau terima dari Malaikat
Jibril tanpa perubahan, pengurangan, dan penambahan sedikit pun.1
Pengumpulan Al-Qur‟an pada masa Nabi Muhammad saw, dikategorikan menjadi dua
bagian. Yaitu, pengumpulan dalam konteks hafalan dan pengumpulan dalam konteks
penulisanya.
A. Pengumpulan dalam Konteks Hafalan (al-jam’u fi shudur)
Pada umumnya orang-orang dari bangsa Arab tidak bisa membaca dan menulis,
tetapi mereka mampu menghafal ratusan bait syair, silsilah keturunan mereka yang
panjang, dan mengingat berbagai peristiwa peperangan dan sejarah. Kemampuan
mereka itu, kemudian mereka manfaatkan untuk memelihara autentisitas al-Qur’an.2
Rasulullah menganjurkan supaya al-Qur’an untuk dihafal, dibaca selalu, dan diamalkannya
dalm kehidupan sehari-hari.

B. Pengumpulan dalam Konteks Tulisan (al-jam’u fi shutur)


Rasulullah Saw mengangkat beberapa orang sahabat, yang bertugas merekam dalam
bentuk tulisan semua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Di antara mereka ialah
Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit, Ubay bin Ka’ab,3 dan beberapa sahabat lainnya.
Adapun alat yang digunakan untuk menulis wahyu pada saat itu masih sangat
sederhana. Para sahabat menulis al-Qur’an pada ‘usub (pelepah kurma), likhaf (batu halus
berwarna putih), riqa’ (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa

1
M Sanusi Lathif, Sejarah Al-Qur’an, Sumbangasih, Yogyakarta, t.th, hlm 12
2
A Athaillah, Sejarah Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 182
3
Kamaluddin Marzuki, ‘Ulum Al-Qur’an, Cet. II, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 67.
dipasang di atas punggung unta).4 Salah seorang sahabat yang paling banyak terlibat dalam
penulisan al-Qur’an pada masa nabi adalah Zaid bin Tsabit. Dan juga Ia terlibat dalam
pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an masing-masing di masa Abu bakar dan Utsman bin
Affan.
Untuk menghindari kerancuan akibat bercampuraduknya ayat-ayat alQur’an dengan
lainnya, misalnya hadis Rasulullah, maka Beliau tidak membenarkan seseorang sahabat
menulis apapun selain al-Qur’an. Larangan Rasulullah untuk tidak menuliskan selain al-
Qur’an ini, oleh Dr. Adnan Muhammad, yang disebutkan oleh Kamaluddin Marzuki dalam
bukunya, dipahami sebagai suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menjamin nilai akurasi
(keakuratan) al-Qur’an.5
Setiap kali turun ayat al-Qur’an, Rasulullah memanggil juru tulis wahyu dan
memerintahkan sahabatnya agar mencatat dan menempatkan serta mengurutkannya sesuai
dengan petunjuk Beliau. Pada masa Rasulullah, Keseluruhan al-Qur’an telah ditulis, namun
masih belum terhimpun dalam satu tempat artinya masih berserak-serak. Mengingat pada
masa itu belum dikenal zaman pembukuan, maka tidaklah mengherankan jika pencatatan al-
Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas seperti dikenal pada zaman sekarang, melainkan
dicatat pada benda-benda yang mungkin digunakan sebagai sarana tulis-menulis terutama
pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit hewan, tulang belulang, bebatuan dan juga dihafal oleh
para hafizh muslimin.
Sebelum wafat, Rasulullah telah mencocokkan al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada
Beliau dengan al-Qur’an yang dihafal para hafizh, surat demi surat, ayat demi ayat.6 Maka al-
Qur’an yang dihafal para hafizh itu merupakan duplikat al-Qur’an yang dihafal oleh
Rasulullah Saw.

4
Ibid.
5
Ibid., hal. 68.
6
Ibrahim Al lbyariy, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Penej. Saad Abdul Wahid, Cet. II, (Jakarta: Raja Gravindo Persada,
1993), hal. 70.

You might also like