Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013

“Stone, Steel, and Straw”


Building Materials and Sustainable Environment

PENGEMBANGAN MATERIAL BAMBU DALAM KOMPONEN DESAIN


BENTUK STRUKTUR BANGUNAN
ARSITEKTUR MODERN

Gregorius Agung S.
Program Studi Arsitektur
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
E-mail: greg_agung@yahoo.com

ABSTRACT

Bamboo material as structural component in building construction process had been used by many
communities throughout the world since long time ago. We have a large number of bamboo material
availability in Indonesia as local material but the development of its usage is not optimized yet.
Nowadays, to use bamboo as building construction material is still considered as cheap material that
commonly used only by the poor, has no aesthetical element and couldn’t be last for a long time. In
other words, bamboo is still considered in a lower level position compared to concrete or steel
material.
Many previous researches have showed that bamboo’s advantages are in detention of
compression, tensile, shear and buckling loads. Beside of those, the regeneration process of bamboo
growth is faster than timber. Through these characters and advantages of bamboo material, architects
and engineers’ roles are needed in order to develop new innovation techniques of bamboo material as
an effective, efficient, strong, flexible and durable in building construction technology.
Because of its characters, bamboo material needs special treatments in order to optimize its usage
and development. The development of bamboo material in architectural design process will always
consider the relations between: need of function, space, aesthetic (form) and technology. This paper
will emphasize on bamboo material elements in structural component and building aesthetic form that
will be described in some case studies. According to the structural building form, bamboo material are
commonly used in wide span building construction, light weight construction, minimum loads
construction, fast construction building (related to post-disaster reconstruction) and as aesthetical
element in the building construction.

Keywords: bamboo material, structure, wide span, light weight, load, aesthetic

1. PENDAHULUAN
Pembahasan ataupun penelitian mengenai material bambu sudah banyak dilakukan oleh
berbagai kalangan baik dari praktisi maupun akademisi yang telah dipublikasikan melalui
buku, seminar atau pada berbagai workshop mengenai material bambu. Material bambu
sudah sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan
bangunan dan juga untuk alat-alat perkakas kebutuhan sehari-hari, bahkan bisa juga dipakai
untuk konsumsi bahan makanan tertentu.
Frick, H. (2004) menyatakan bahwa pohon bambu ini digolongkan pada famili Gramineae
(rumput) yang agak berbeda sifatnya dengan kayu (pohon). Tanaman bambu ini mempunyai
banyak kelebihan tetapi juga ada kekurangannya apabila dibandingkan dengan kayu.
Kelebihan dari material bambu di antaranya adalah sifatnya yang regeneratif atau dapat
dibudidayakan kembali dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan kayu. Bambu
dewasa dapat digunakan secara optimal pada usia sekitar 3-5 tahun sedangkan kayu jati
baru bisa digunakan secara optimal pada usia 30 tahunan. Selain sifatnya yang regeneratif,
Janssen J.A. (2000) memaparkan bahwa hutan bambu juga dapat menyerap kadar CO2
sebesar 62 ton/hektar/tahun sementara hutan tanaman lain yang masih baru hanya dapat
menyerap sekitar 15 ton/hektar/tahun sehingga tanaman bambu secara tidak langsung
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.61
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

melepaskan oksigen (O2) sebagai hasil fotosintesis 35% lebih banyak dari pohon yang lain.
Kekurangan dari tanaman bambu ini terdapat pada ketahanannya terhadap serangan
kumbang bubuk yang tanda-tandanya berupa bubuk seperti tepung dan munculnya lubang-
lubang kecil pada sekeliling buku-buku/ruas bambu tersebut. Serangan hama ini membuat
umur bambu menjadi singkat, sehingga untuk dapat memanfaatkan bambu secara optimal
harus menggunakan teknologi pengawetan bambu secara khusus.
Widjaja, E. A. (2009) di dalam makalahnya menyebutkan bahwa keragaman jenis bambu
di dunia diperkirakan ada 1500-2000 jenis, sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 159
jenis bambu. Namun ironisnya, pemakaian dan pengembangan material bambu di negara-
negara seperti China, Jepang, Vietnam, Colombia dan Brazil jauh lebih optimal daripada
Indonesia yang mempunyai 1/10 jenis bambu dunia.
Di dalam dunia arsitektur, penggunaan bahan bangunan di Indonesia masih didominasi
oleh material-material dari beton, kayu dan baja sedangkan untuk penggunaan material
bambu hanya sebatas digunakan pada bangunan-bangunan yang dianggap sebagai
bangunan dengan struktur yang bersifat temporer saja karena belum optimalnya usaha
pengembangan terhadap material bambu ini sebagai material utama pada bangunan.
Pada masa lalu, para pendahulu kita telah dapat mengeksploitasi material bambu ini
dengan sangat bijak. Mereka menggunakan bambu sebagai bahan bangunan tradisional
karena tanaman bambu merupakan material lokal yang ketersediaannya sangat banyak dan
pembudidayaannya relatif cepat sehingga akan selalu tersedia tanpa harus merusak
lingkungan. Ketika masa pemerintahan Hindia Belanda, para Insinyur Belanda pun telah
dapat mengeksploitasi material bambu dengan keunikan karakternya yang ada menjadi
sebuah inovasi baru yang berupa di antaranya: jembatan Sungai Tjitaroem di Tjipait,
jembatan sungai Serajoe dan bahan rangka dinding plaster pada perumahan-perumahan
yang berada di area perkebunan Hindia Belanda di Cepu. Sedangkan pada era modern
sekarang ini sudah mulai terlihat banyak arsitek dan para insinyur teknik sipil baik dari dalam
maupun luar negeri yang mulai berinovasi pada pemanfaatan material bambu sebagai
bahan bangunan alternatif selain beton, baja atau kayu yang lebih ramah terhadap
lingkungan dan jauh lebih murah.

Gambar 1. Jembatan Tjipait di atas Sungai


Tjitaroem tahun 1893 (atas).
Koleksi foto Sanapustaka Kraton Surakarta

Gambar 2. Jembatan Sungai Serayu di


dekat Wonosobo sekitar tahun sekitar
1910-1940 (kiri).
Koleksi foto Thilly Weissenborn-Lux
Photography.

2. TUJUAN PENULISAN
Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa perkembangan penduduk di dunia ini sudah sangat
pesat. Berdasarkan United States Census Bureau (USCB) jumlah penduduk dunia pada
Maret 2012 lalu sudah mencapai sekitar 7 milyar jiwa. Dengan rata-rata pertumbuhan
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.62
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

penduduk dunia per tahunnya sekitar 2,2% diperkirakan pada tahun 2050 nanti penduduk di
dunia akan mendekati angka 9-10,5 milyar jiwa
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di dunia, maka secara otomatis akan
memerlukan tempat tinggal dan ruang yang lebih banyak lagi. Berkembangnya pusat-pusat
kota baru, jaringan infrastruktur antar daerah yang baru dan sebagainya akan semakin
menambah berkurangnya kemampuan alam dalam memberikan kestabilan terhadap proses
daur ulang sampah, udara, air dan energy.
Issue yang sedang marak dalam dekade ini adalah semakin meningkatnya pemanasan
iklim di dunia (global warming). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa tanaman
bambu secara alami merupakan salah satu katalisator dalam perbaikan lingkungan dengan
fungsi penyerap kadar CO2 dan penghasil kadar O2 yang lebih besar dari kayu dan lebih
banyak menyerapkan air sehingga mengurangi adanya bencana erosi, maka pengembangan
dan pemanfaatan bambu sudah sangat perlu diperhatikan dan mendesak untuk
dilaksanakan.
Pemanfaatan bambu sebagai bahan utama pada bangunan di zaman sekarang ini sudah
sangat jarang dijumpai apalagi di kota-kota besar. Namun melalui pembahasan dan
penelitian mengenai bahan bambu yang sudah banyak terdapat referensinya, sudah banyak
juga berbagai kalangan yang mengembangkan pemanfaatan bahan material bambu sebagai
bahan utama pada bangunan.
Kendala-kendala yang membuat masyarakat pada umumnya ragu memanfaatkan
material bambu ke dalam bahan bangunan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Keraguan akan kekuatan material bambu dalam penahanan beban (strength).
2. Ketahanan material bambu terhadap serangan hama, kelembapan udara, air dan
panas matahari (durability).
3. Kemampuan bambu dalam membentuk suatu bangunan yang berkesan estetis
karena sifat dasar bambu yang tidak selalu akurat satu dengan yang lainnya.
Bagaimana harus mengolah bentuk yang menarik sehingga tidak berkesan kaku atau
biasa-biasa saja (aesthetic, flexibility).
Untuk dapat menjawab keraguan-keraguan yang timbul tersebut, perlu adanya peran dari
kalangan prakstisi dan akademisi dalam bekerjasama mewujudkan pemanfaatan teknologi
material bambu secara maksimal. Arsitek sebagai perencana desain harus melibatkan
insinyur sipil dalam merencana dan menghitung kekuatan strukturnya. Begitu pula seorang
insinyur sipil juga harus melibatkan arsitek dalam perencanaan, sehingga nantinya bangunan
yang terbangun akan memiliki standar-standar bangunan yang kuat, indah secara estetika
bentuknya dan pemanfaatan fungsi keruangannya pun dapat terakomodasi dengan baik.
Diharapkan melalui tulisan ini, melalui contoh-contoh studi kasus yang akan dibahas,
pengembangan material bambu dalam bangunan arsitektur modern secara umum dapat
semakin dieksplorasi lebih baik lagi dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendesain
dengan lebih kreatif. Dengan demikian, nantinya masyarakat tidak ragu apabila akan
menggunakan material bambu sebagai bahan utama pada bangunan, baik bangunan pribadi
maupun bangunan umum yang lebih memerlukan teknologi-teknologi khusus. Sehingga
secara tidak langsung masyarakat sudah turut berpartisipasi dalam pengurangan
pemanasan iklim dunia.

3. METODE DAN BATASAN


Tulisan ini merupakan interpretasi subjektif peneliti berdasarkan studi literatur dan
pengamatan di lapangan (observasi) yang telah dilakukan pada bulan Juni 2009 dan
Februari-Maret 2013 yang berlokasi di Yogyakarta, Bali, Bandung dan Jakarta. Pemilihan
lokasi objek penelitian disesuaikan dengan tema penulisan yang menekankan peran material
bambu dalam komponen desain bentuk struktur pada bangunan modern.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.63


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Selain melalui observasi lapangan yang telah dilakukan, peneliti juga melakukan studi
komparasi dengan studi kasus bangunan-bangunan yang terbuat dari material bambu
lainnya yang dibangun di lokasi lain di luar negeri.
Adapun batasan yang ditentukan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan material bambu pada konstruksi bangunan yang memiliki lebar bentang
panjang dengan pembebanan ringan
2. Penggunaan material bambu dengan perlakuan karakter batang kayu dan batang
baja.
3. Desain bentuk struktur konstruksi bambu yang berkaitan dengan unsur- unsur estetika
bangunan.

4. STUDI KASUS
Konstruksi bambu yang kita jumpai selama ini pada umumnya hanya berfungsi sebagai
komponen struktur saja tanpa adanya banyak pengolahan pada segi estetikanya.
Hardjasaputra, H. (2012) di dalam bukunya menyatakan bahwa perlu adanya kerjasama
antara insinyur struktur dengan arsitek dalam merancang dan membangun sebuah
bangunan yang memenuhi tiga unsur pokok: kekuatan (strength), keamanan (safety) dan
estetika (beauty).
Para ahli bambu dari Indonesia dan dari luar negeri telah melakukan eksperimen dalam
penggunaan bambu sebagai material utama bahan bangunan namun karya-karya mereka ini
belum banyak diketahui oleh publik. Melalui pembahasan dalam tulisan ini dimaksudkan
supaya dapat memberikan gambaran bahwa material bambu pun dapat juga dibentuk
menjadi bentukan struktur dengan estetika yang baik dan menarik dengan penggunaan
beaya yang relatif tidak terlalu mahal apabila menggunakan material bangunan jenis yang
lainnya.

Struktur rangka bambu segitiga

Gambar 3. Sistem rangka bambu


segitiga dan modifikasinya. Bangunan ini
berlokasi di Daerah Ledhok Candi
Gebang (atas).

Gambar 4. Sistem rangka bambu


segitiga pada sebuah modeling
bentuk desain (kiri).

Pada sistem struktur rangka ini, karakter batang bambu diperlakukan seperti layaknya
sebagai batang kayu atau batang material logam lainnya yang solid dengan membentuk
bentukan dasar geometri segitiga truss. Bentuk geometri segitiga ini di dalam ilmu struktur
merupakan bentuk dasar paling stabil yang di dalamnya bekerja gaya tekan dan tarik yang
saling menyeimbangkan. Oleh karenanya bentukan dasar segitiga ini sering kita jumpai pada
kuda-kuda rangka atap di berbagai bangunan konvensional.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.64


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Gambar 5. Sistem rangka bambu


segitiga pada sebuah bangunan
gazebo di PT. Sahabat Bambu,
Yogyakarta (kiri).

Gambar 6. Sistem
rangka bambu segitiga
pada bangunan pabrik
coklat di Bali (kiri dan
atas).

Gambar 7. Gambar
tampak depan dan
samping dari bangunan
pabrik coklat (kiri dan
bawah).

Pada bangunan pabrik coklat di Bali, dapat kita lihat dimensi bentang bangunannya yang
cukup lebar. Dalam hal ini, untuk dapat menyiasati karakter batang bambu yang terbatas
dalam dimensi panjang dan kekuatanya dan juga karena bambu mempunyai batas angka
modulus elastis tertentu yang diijinkan (di Indonesia: 20 kN/m2), maka struktur rangka
bamboo segitiga ini dimodifikasi dengan cara penggabungan beberapa batang bambu yang
disebut juga sebagai gabungan batang bambu majemuk sehingga dimensi panjang dari
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.65
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

batang bamboo majemuk ini menjadi lebih “panjang” lagi sehingga dapat digunakan untuk
struktur bentang yang lebih lebar dengan sistem rangka segitiga.
Untuk studi kasus bangunan bambu di luar negeri yang menggunakan sistem rangka
segitiga di antaranya adalah Dailai Conference Hall yang merupakan bagian dari Flamingo
Dailai Resort , yang berlokasi di Vinhphuc, Vietnam sekitar 50km dari Kota Hanoi. Bangunan
ini berlokasi di tengah hutan di dekat Danau Dailai, mengusung konsep alami sehingga
penggunaan material bahan bangunannya pun menggunakan bahan-bahan alami, termasuk
bambu.
Di kedua studi kasus, baik pabrik coklat dan gedung konferensi ini, keduanya
menggunakan sistem rangka segitiga model scissors truss atau truss gunting yang saling
bersilangan di bentang tengah rangka segitiganya.

Gambar 8. Sistem
rangka bambu segitiga
pada sebuah bangunan
conference hall di
Vietnam (kiri dan atas).

Struktur rangka bambu planar trusses

Gambar 9. Sistem rangka bambu truss planar pada sebuah bangunan


gudang PUSLITBANGKIM PU Bandung (kiri) dan gudang workshop
bambu di PT. Sahabat Bambu di Yogyakarta (kanan).
Pada sistem struktur ini, batang bambu diperlakukan layaknya batang baja atau kayu
dengan fungsi membentuk rangka atap bentang lebar menggunakan sistem rangka panil 2
dimensi yang disusun berjajar dan saling dihubungkan dengan balok penghubung dan
gording sehingga membentuk suatu kesatuan rangkaian rangka solid. Hal ini dapat kita
jumpai pada bangunan-bangunan gudang dengan rangka baja.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.66


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Struktur bambu rangka space frame truss


Pada struktur ini batang bambu masih diperlakukan layaknya sebuah batang baja atau
material logam lainnya yang membentuk rangkaian struktur berbentuk rangka ruang 3
dimensional dengan ruas-ruas yang tidak terlalu panjang dirangkaikan satu dengan yang
lainnya ke dalam sebuah satu modul rangkaian struktur. Nantinya modul-modul itu akan
dirangkaikan dengan luasan tertentu menjadi sebuah objek struktur 3 dimensi yang lebih
besar.
Mahasiswa arsitektur RWTH Aachen, Jerman, telah merancang sambungan kerangka
'space frame truss' bambu dengan bentukan dasar modul tetrahedron. Kesederhanaan
perakitan dan kemampuan teknologi sambungan tersebut benar-benar menawarkan
perspektif baru. Memperluas kemungkinan-kemungkinan untuk membangun dengan material
bambu sebagai rangka atap bangunan bentang lebar.

Gambar 10. Prototype modul sistem rangka bambu space frame truss yang berbentuk modul
tetrahedron dengan alat sambung yang terbuat dari bahan logam.

Gambar 11. Salah satu contoh joint atau sambungan dalam sistem rangka bambu space frame truss
(kiri) dan salah satu contoh penerapan space frame truss structure dari material bambu pada
bangunan utama restoran “Ledok Gebang” di Yogyakarta (kanan).

Struktur rangka bambu bentang lebar dengan modul linier

Gambar 12. Bangunan bentang lebar dengan menggunakan sistem rangka modul linier
karya Simon Velez.
Simon Velez adalah seorang arsitek senior dari Colombia yang menekuni material bambu
sebagai bahan utama bangunan. Namun Velez tidak cukup berhenti dengan bentukan-
bentukan struktur standar kolom balok biasa, beliau mendesain bangunan-bangunan
karyanya dengan eksplorasi material bambu yang juga mengkreasikan struktur ke dalam
komponen estetika bangunannya. Di dalam mengekspos struktur dari material bambu, Velez

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.67


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

sengaja membentuk struktur-struktur bambu tersebut menjadi suatu bentukan “exposed


structured” layaknya struktur baja untuk bangunan-bangunan bentang lebar.
Dengan teknologi yang diadaptasi dari teknologi sambungan struktur baja, batang-batang
bambu untuk bangunan bentang lebar ini diperlakukan layaknya material baja sehingga
membentuk kesatuan struktur rangka yang solid yang memiliki kekuatan dan karakter
struktur menyerupai struktur baja.

Struktur rangka bambu bentang lebar berbentuk lengkung


Pada studi kasus ini, kita akan membahas struktur rangka bambu yang berbentuk
lengkung. Telah disebutkan di awal bahwa bambu tidak sama dengan batang kayu
melainkan masuk ke dalam famili rerumputan. Karakteristik bambu yang elastis membuat
bambu lebih fleksibel dalam berkreasi membentuk bentukan-bentukan yang tidak terlalu
geometris.
Hal ini sangat cocok dengan idealism para arsitek yang menyukai bentukan-bentukan
dasar yang tidak monoton berupa linier atau geometris kotak dan segitiga saja. Struktur
rangka lengkung biasanya dibuat untuk mengakomodasi dimensi bangunan yang juga cukup
lebar dengan memaksimalkan penggunaan dan sirkulasi ruangannya.
Studi kasus untuk rangka lengkung ini mengenai sebuah bangunan café di Binh Duong,
Vietnam yang didesain oleh Vo Trong Nghia Co. Struktur bangunan bambu ini berada di
kawasan ruang terbuka publik. Ruang terbuka ini dikelilingi oleh alam, kolam dan tanaman
hijau, berlokasi di dekat kota Hanoi, Vietnam.
Menggunakan bahan dari bambu bukan hanya sebagai material finishing, tetapi juga
sebagai struktur. Ini adalah struktur bambu murni, tidak menggunakan baja atau bahan kayu
lainnya sebagai struktur. Untuk dapat mengakomodasi lengkungan yang cukup lebar, maka
batang-batang bambu-bambu ini dimodifikasi lagi menjadi satu kesatuan rangka bambu
majemuk.
Struktur rangka bambu seperti sayap burung, yang memungkinkan untuk mewujudkan
ruang bebas luas tanpa kolom sama sekali. Ruang terbuka ini difungsikan untuk pusat
budaya yang akan menggelar fashion show, live music, konggres, konferensi dan kegiatan
publik lainnya.

Gambar 13. Bangunan bentang lebar dengan menggunakan sistem rangka


berbentuk lengkung diambil fotonya pada saat proses pembangunan.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.68


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Gambar 14. Potongan dan detil bangunan.

Gambar 15. Suasana interior bangunan


café.

Struktur rangka bambu kolom dan balok majemuk


Struktur kolom dan balok majemuk pada bambu dimaksudkan untuk menambah
perkuatan pada kolom atau balok dari bambu tersebut karena adanya keterbatasan yang
dimiliki batang bambu. Bambu majemuk membuat dimensi kolom atau balok menjadi tebal
sehingga dapat menambah perkuatan struktur rangkanya.

Gambar 16. Bangunan “Women’s Centre” karya Yasmeen Lari, seorang arsitek
berkewarganegaraan Pakistan. Bangunan ini berlokasi di Khairpur, Sindh, Pakistan.dibuat
untuk kepentingan sosial dan dikhususkan sebagai shelter bagi kaum wanita.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.69


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Gambar 17. Bangunan “Vacation House” karya Luz de Piedra Arquitectos yang
berlokasi di Preciosa Beach, Puerto Jimenez, Osa Peninsula. Merupakan sebauh
bangunan untuk ber-rekreasi, liburan, semacam villa. Menggunakan struktur rangka
bambu majemuk.

Gambar 18. Struktur rangka bambu majemuk.

Struktur bambu kombinasi


Sistem struktur rangka bambu kombinasi ini merupakan gabungan dari berbagai sistem
struktur, baik truss segitiga, space frame truss, lengkung maupun majemuk.
Dalam penerapannya di lapangan, tidak jarang arsitek atau insinyur struktur membuat
modifikasi atau menggabungkan beberapa sistem struktur rangka untuk dapat mencapai
keseimbangan struktur yang diinginkan. Dengan adanya pengabungan sistem struktur ini
selain akan menambah perkuatan struktur juga akan menambah estetika bentukan
bangunan.

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.70


SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

Gambar 19. Bangunan ruang pertemuan (hall) dari Outward Bound Indonesia-Eco
Campus yang berlokasi di kawasan wisata Jatiluhur. Menggunakan gabungan dari
berbagai sistem rangka struktur dan membentuk suatu keindahan struktur bambu
dengan konsep sky lighting yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam
ruangan sebagai pencahayaan alami (day lighting).

Gambar 20.
Gambar
modeling 3
dimensi di
komputer dari
struktur rangka
hall pertemuan
di atas.

Gambar 21. Bangunan sebuah restoran mie Jepang di kawasan Tanjung Duren
Utara, Jakarta, Indonesia. Didesain oleh biro konsultan arsitek DSA+.
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.71
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment

5. KESIMPULAN
Pemanfaatan bambu sebagai material utama dalam bangunan bergantung dari fungsi dan
konsep perencanaan dari bangunan itu sendiri. Hal ini berhubungan dengan desain dari
struktur bambu yang akan diperlakukan sebagai berikut:
• Material bambu yang berfungsi sebagai material alternatif dapat menggantikan peran
material beton, batang kayu, batang baja, material zincalum ataupun bahan bangunan
yang lainnya. Dengan kuat tekan, tarik, geser dan tekuk, bambu bisa jadi lebih unggul
daripada kayu dan bisa juga menyamai karakter kekuatan tarik dari material baja.
• Dalam pertimbangan ekonomis, pemanfaatan material bambu ini jauh lebih hemat
dibandingkan material yang lainnya karena selain bahannya tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak, juga harganya yang relatif lebih murah dibanding harga material beton,
kayu atau baja. Dengan catatan, material bambu yang digunakan harus melalui
pengawetan terlebih dahulu supaya bisa bertahan lama dan berkelanjutan (sustainable).
• Material bambu dapat dieksplorasi pengembangannya ke dalam berbagai bentuk
bangunan modern dengan menggunakan metode-metode struktur seperti: sistem struktur
rangka truss segitiga, rangka sistem planar truss, space frame truss structure, rangka
struktur bentang lebar modul linier, rangka struktur bentang lebar berbentuk lengkung,
kolom dan balok bambu majemuk (gabungan dari beberapa batang bambu dalam
sebuah kolom/balok) dan sistem struktur kombinasi batang majemuk, segitiga dan
rangka lengkung.
• Perlakuan material bambu yang disesuaikan dengan karakter batang kayu atau baja
akan menghasilkan bentukan struktur bangunan yang terlihat kaku melalui struktur-
struktur yang kokoh/rigid.
• Perlakuan material utama bambu dengan memanfaatkan keunikan karakter dari bambu
itu sendiri dapat menghasilkan suatu bentukan bangunan yang lebih fleksibel dengan
kelengkungan-kelengkungan sesuai sifat kelenturan alami dari batang bambu.

6. DAFTAR PUSTAKA
1. Faisal, B., 2009, BAMBU dalam ARSITEKTUR MODERN, Bandung : Saung Angklung
Udjo.
2. Widjaja, E. A., 2009, KERAGAMAN BAMBU DAN POTENSINYAUNTUK KEHIDUPAN
MODERN, Bandung : Bamboo for Modern Life, Green Design Community Seminar.
3. Frick, H., 2004, Ilmu konstruksi bangunan bambu-Pengantar konstruksi bambu,
Yogyakarta: Kanisius.
4. Hardjasaputra, H., 2012, STRUKTUR TRANSPARAN, Dimensi Baru Perancangan
Konstruksi Bangunan, Jakartar: Universitas Pelita Harapan.
5. Morisco, 2009, Karakteristik dan Implementasi Bambu dalam Struktur Bangunan Modern,
Yogyakarta: Magister Teknologi Bahan Bangunan Universitas Gadjah Mada.
6. Purwito, 2008, STANDARISASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN ALTERNATIF
PENGGANTI KAYU, Prosiding Standardisasi PPI 2008.
7. Purwito, 2009, PENGOLAHAN DAN PRODUK TURUNAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL
ALTERNATIF, Bandung: PUSLITBANGKIM Badan Litbang PU.
8. Sulistyawati, D., 2010, BAMBU SEBAGAI KOMPONEN YANG MENDUKUNG
EKSPRESI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN, (Online)
(http://bamboeindonesia.wordpress.com/arsitektur-bambu/makalah-arsitektur-bambu/dwi-
sulistyawati/, diakses pada 3 Maret 2013).
9. https://www.facebook.com/ KomunitasCintaBambu

ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.72

You might also like