Professional Documents
Culture Documents
Isi Artikel 359995267907
Isi Artikel 359995267907
Gregorius Agung S.
Program Studi Arsitektur
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
E-mail: greg_agung@yahoo.com
ABSTRACT
Bamboo material as structural component in building construction process had been used by many
communities throughout the world since long time ago. We have a large number of bamboo material
availability in Indonesia as local material but the development of its usage is not optimized yet.
Nowadays, to use bamboo as building construction material is still considered as cheap material that
commonly used only by the poor, has no aesthetical element and couldn’t be last for a long time. In
other words, bamboo is still considered in a lower level position compared to concrete or steel
material.
Many previous researches have showed that bamboo’s advantages are in detention of
compression, tensile, shear and buckling loads. Beside of those, the regeneration process of bamboo
growth is faster than timber. Through these characters and advantages of bamboo material, architects
and engineers’ roles are needed in order to develop new innovation techniques of bamboo material as
an effective, efficient, strong, flexible and durable in building construction technology.
Because of its characters, bamboo material needs special treatments in order to optimize its usage
and development. The development of bamboo material in architectural design process will always
consider the relations between: need of function, space, aesthetic (form) and technology. This paper
will emphasize on bamboo material elements in structural component and building aesthetic form that
will be described in some case studies. According to the structural building form, bamboo material are
commonly used in wide span building construction, light weight construction, minimum loads
construction, fast construction building (related to post-disaster reconstruction) and as aesthetical
element in the building construction.
Keywords: bamboo material, structure, wide span, light weight, load, aesthetic
1. PENDAHULUAN
Pembahasan ataupun penelitian mengenai material bambu sudah banyak dilakukan oleh
berbagai kalangan baik dari praktisi maupun akademisi yang telah dipublikasikan melalui
buku, seminar atau pada berbagai workshop mengenai material bambu. Material bambu
sudah sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan
bangunan dan juga untuk alat-alat perkakas kebutuhan sehari-hari, bahkan bisa juga dipakai
untuk konsumsi bahan makanan tertentu.
Frick, H. (2004) menyatakan bahwa pohon bambu ini digolongkan pada famili Gramineae
(rumput) yang agak berbeda sifatnya dengan kayu (pohon). Tanaman bambu ini mempunyai
banyak kelebihan tetapi juga ada kekurangannya apabila dibandingkan dengan kayu.
Kelebihan dari material bambu di antaranya adalah sifatnya yang regeneratif atau dapat
dibudidayakan kembali dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan kayu. Bambu
dewasa dapat digunakan secara optimal pada usia sekitar 3-5 tahun sedangkan kayu jati
baru bisa digunakan secara optimal pada usia 30 tahunan. Selain sifatnya yang regeneratif,
Janssen J.A. (2000) memaparkan bahwa hutan bambu juga dapat menyerap kadar CO2
sebesar 62 ton/hektar/tahun sementara hutan tanaman lain yang masih baru hanya dapat
menyerap sekitar 15 ton/hektar/tahun sehingga tanaman bambu secara tidak langsung
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.61
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment
melepaskan oksigen (O2) sebagai hasil fotosintesis 35% lebih banyak dari pohon yang lain.
Kekurangan dari tanaman bambu ini terdapat pada ketahanannya terhadap serangan
kumbang bubuk yang tanda-tandanya berupa bubuk seperti tepung dan munculnya lubang-
lubang kecil pada sekeliling buku-buku/ruas bambu tersebut. Serangan hama ini membuat
umur bambu menjadi singkat, sehingga untuk dapat memanfaatkan bambu secara optimal
harus menggunakan teknologi pengawetan bambu secara khusus.
Widjaja, E. A. (2009) di dalam makalahnya menyebutkan bahwa keragaman jenis bambu
di dunia diperkirakan ada 1500-2000 jenis, sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 159
jenis bambu. Namun ironisnya, pemakaian dan pengembangan material bambu di negara-
negara seperti China, Jepang, Vietnam, Colombia dan Brazil jauh lebih optimal daripada
Indonesia yang mempunyai 1/10 jenis bambu dunia.
Di dalam dunia arsitektur, penggunaan bahan bangunan di Indonesia masih didominasi
oleh material-material dari beton, kayu dan baja sedangkan untuk penggunaan material
bambu hanya sebatas digunakan pada bangunan-bangunan yang dianggap sebagai
bangunan dengan struktur yang bersifat temporer saja karena belum optimalnya usaha
pengembangan terhadap material bambu ini sebagai material utama pada bangunan.
Pada masa lalu, para pendahulu kita telah dapat mengeksploitasi material bambu ini
dengan sangat bijak. Mereka menggunakan bambu sebagai bahan bangunan tradisional
karena tanaman bambu merupakan material lokal yang ketersediaannya sangat banyak dan
pembudidayaannya relatif cepat sehingga akan selalu tersedia tanpa harus merusak
lingkungan. Ketika masa pemerintahan Hindia Belanda, para Insinyur Belanda pun telah
dapat mengeksploitasi material bambu dengan keunikan karakternya yang ada menjadi
sebuah inovasi baru yang berupa di antaranya: jembatan Sungai Tjitaroem di Tjipait,
jembatan sungai Serajoe dan bahan rangka dinding plaster pada perumahan-perumahan
yang berada di area perkebunan Hindia Belanda di Cepu. Sedangkan pada era modern
sekarang ini sudah mulai terlihat banyak arsitek dan para insinyur teknik sipil baik dari dalam
maupun luar negeri yang mulai berinovasi pada pemanfaatan material bambu sebagai
bahan bangunan alternatif selain beton, baja atau kayu yang lebih ramah terhadap
lingkungan dan jauh lebih murah.
2. TUJUAN PENULISAN
Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa perkembangan penduduk di dunia ini sudah sangat
pesat. Berdasarkan United States Census Bureau (USCB) jumlah penduduk dunia pada
Maret 2012 lalu sudah mencapai sekitar 7 milyar jiwa. Dengan rata-rata pertumbuhan
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.62
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment
penduduk dunia per tahunnya sekitar 2,2% diperkirakan pada tahun 2050 nanti penduduk di
dunia akan mendekati angka 9-10,5 milyar jiwa
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di dunia, maka secara otomatis akan
memerlukan tempat tinggal dan ruang yang lebih banyak lagi. Berkembangnya pusat-pusat
kota baru, jaringan infrastruktur antar daerah yang baru dan sebagainya akan semakin
menambah berkurangnya kemampuan alam dalam memberikan kestabilan terhadap proses
daur ulang sampah, udara, air dan energy.
Issue yang sedang marak dalam dekade ini adalah semakin meningkatnya pemanasan
iklim di dunia (global warming). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa tanaman
bambu secara alami merupakan salah satu katalisator dalam perbaikan lingkungan dengan
fungsi penyerap kadar CO2 dan penghasil kadar O2 yang lebih besar dari kayu dan lebih
banyak menyerapkan air sehingga mengurangi adanya bencana erosi, maka pengembangan
dan pemanfaatan bambu sudah sangat perlu diperhatikan dan mendesak untuk
dilaksanakan.
Pemanfaatan bambu sebagai bahan utama pada bangunan di zaman sekarang ini sudah
sangat jarang dijumpai apalagi di kota-kota besar. Namun melalui pembahasan dan
penelitian mengenai bahan bambu yang sudah banyak terdapat referensinya, sudah banyak
juga berbagai kalangan yang mengembangkan pemanfaatan bahan material bambu sebagai
bahan utama pada bangunan.
Kendala-kendala yang membuat masyarakat pada umumnya ragu memanfaatkan
material bambu ke dalam bahan bangunan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Keraguan akan kekuatan material bambu dalam penahanan beban (strength).
2. Ketahanan material bambu terhadap serangan hama, kelembapan udara, air dan
panas matahari (durability).
3. Kemampuan bambu dalam membentuk suatu bangunan yang berkesan estetis
karena sifat dasar bambu yang tidak selalu akurat satu dengan yang lainnya.
Bagaimana harus mengolah bentuk yang menarik sehingga tidak berkesan kaku atau
biasa-biasa saja (aesthetic, flexibility).
Untuk dapat menjawab keraguan-keraguan yang timbul tersebut, perlu adanya peran dari
kalangan prakstisi dan akademisi dalam bekerjasama mewujudkan pemanfaatan teknologi
material bambu secara maksimal. Arsitek sebagai perencana desain harus melibatkan
insinyur sipil dalam merencana dan menghitung kekuatan strukturnya. Begitu pula seorang
insinyur sipil juga harus melibatkan arsitek dalam perencanaan, sehingga nantinya bangunan
yang terbangun akan memiliki standar-standar bangunan yang kuat, indah secara estetika
bentuknya dan pemanfaatan fungsi keruangannya pun dapat terakomodasi dengan baik.
Diharapkan melalui tulisan ini, melalui contoh-contoh studi kasus yang akan dibahas,
pengembangan material bambu dalam bangunan arsitektur modern secara umum dapat
semakin dieksplorasi lebih baik lagi dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendesain
dengan lebih kreatif. Dengan demikian, nantinya masyarakat tidak ragu apabila akan
menggunakan material bambu sebagai bahan utama pada bangunan, baik bangunan pribadi
maupun bangunan umum yang lebih memerlukan teknologi-teknologi khusus. Sehingga
secara tidak langsung masyarakat sudah turut berpartisipasi dalam pengurangan
pemanasan iklim dunia.
Selain melalui observasi lapangan yang telah dilakukan, peneliti juga melakukan studi
komparasi dengan studi kasus bangunan-bangunan yang terbuat dari material bambu
lainnya yang dibangun di lokasi lain di luar negeri.
Adapun batasan yang ditentukan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan material bambu pada konstruksi bangunan yang memiliki lebar bentang
panjang dengan pembebanan ringan
2. Penggunaan material bambu dengan perlakuan karakter batang kayu dan batang
baja.
3. Desain bentuk struktur konstruksi bambu yang berkaitan dengan unsur- unsur estetika
bangunan.
4. STUDI KASUS
Konstruksi bambu yang kita jumpai selama ini pada umumnya hanya berfungsi sebagai
komponen struktur saja tanpa adanya banyak pengolahan pada segi estetikanya.
Hardjasaputra, H. (2012) di dalam bukunya menyatakan bahwa perlu adanya kerjasama
antara insinyur struktur dengan arsitek dalam merancang dan membangun sebuah
bangunan yang memenuhi tiga unsur pokok: kekuatan (strength), keamanan (safety) dan
estetika (beauty).
Para ahli bambu dari Indonesia dan dari luar negeri telah melakukan eksperimen dalam
penggunaan bambu sebagai material utama bahan bangunan namun karya-karya mereka ini
belum banyak diketahui oleh publik. Melalui pembahasan dalam tulisan ini dimaksudkan
supaya dapat memberikan gambaran bahwa material bambu pun dapat juga dibentuk
menjadi bentukan struktur dengan estetika yang baik dan menarik dengan penggunaan
beaya yang relatif tidak terlalu mahal apabila menggunakan material bangunan jenis yang
lainnya.
Pada sistem struktur rangka ini, karakter batang bambu diperlakukan seperti layaknya
sebagai batang kayu atau batang material logam lainnya yang solid dengan membentuk
bentukan dasar geometri segitiga truss. Bentuk geometri segitiga ini di dalam ilmu struktur
merupakan bentuk dasar paling stabil yang di dalamnya bekerja gaya tekan dan tarik yang
saling menyeimbangkan. Oleh karenanya bentukan dasar segitiga ini sering kita jumpai pada
kuda-kuda rangka atap di berbagai bangunan konvensional.
Gambar 6. Sistem
rangka bambu segitiga
pada bangunan pabrik
coklat di Bali (kiri dan
atas).
Gambar 7. Gambar
tampak depan dan
samping dari bangunan
pabrik coklat (kiri dan
bawah).
Pada bangunan pabrik coklat di Bali, dapat kita lihat dimensi bentang bangunannya yang
cukup lebar. Dalam hal ini, untuk dapat menyiasati karakter batang bambu yang terbatas
dalam dimensi panjang dan kekuatanya dan juga karena bambu mempunyai batas angka
modulus elastis tertentu yang diijinkan (di Indonesia: 20 kN/m2), maka struktur rangka
bamboo segitiga ini dimodifikasi dengan cara penggabungan beberapa batang bambu yang
disebut juga sebagai gabungan batang bambu majemuk sehingga dimensi panjang dari
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.65
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment
batang bamboo majemuk ini menjadi lebih “panjang” lagi sehingga dapat digunakan untuk
struktur bentang yang lebih lebar dengan sistem rangka segitiga.
Untuk studi kasus bangunan bambu di luar negeri yang menggunakan sistem rangka
segitiga di antaranya adalah Dailai Conference Hall yang merupakan bagian dari Flamingo
Dailai Resort , yang berlokasi di Vinhphuc, Vietnam sekitar 50km dari Kota Hanoi. Bangunan
ini berlokasi di tengah hutan di dekat Danau Dailai, mengusung konsep alami sehingga
penggunaan material bahan bangunannya pun menggunakan bahan-bahan alami, termasuk
bambu.
Di kedua studi kasus, baik pabrik coklat dan gedung konferensi ini, keduanya
menggunakan sistem rangka segitiga model scissors truss atau truss gunting yang saling
bersilangan di bentang tengah rangka segitiganya.
Gambar 8. Sistem
rangka bambu segitiga
pada sebuah bangunan
conference hall di
Vietnam (kiri dan atas).
Gambar 10. Prototype modul sistem rangka bambu space frame truss yang berbentuk modul
tetrahedron dengan alat sambung yang terbuat dari bahan logam.
Gambar 11. Salah satu contoh joint atau sambungan dalam sistem rangka bambu space frame truss
(kiri) dan salah satu contoh penerapan space frame truss structure dari material bambu pada
bangunan utama restoran “Ledok Gebang” di Yogyakarta (kanan).
Gambar 12. Bangunan bentang lebar dengan menggunakan sistem rangka modul linier
karya Simon Velez.
Simon Velez adalah seorang arsitek senior dari Colombia yang menekuni material bambu
sebagai bahan utama bangunan. Namun Velez tidak cukup berhenti dengan bentukan-
bentukan struktur standar kolom balok biasa, beliau mendesain bangunan-bangunan
karyanya dengan eksplorasi material bambu yang juga mengkreasikan struktur ke dalam
komponen estetika bangunannya. Di dalam mengekspos struktur dari material bambu, Velez
Gambar 16. Bangunan “Women’s Centre” karya Yasmeen Lari, seorang arsitek
berkewarganegaraan Pakistan. Bangunan ini berlokasi di Khairpur, Sindh, Pakistan.dibuat
untuk kepentingan sosial dan dikhususkan sebagai shelter bagi kaum wanita.
Gambar 17. Bangunan “Vacation House” karya Luz de Piedra Arquitectos yang
berlokasi di Preciosa Beach, Puerto Jimenez, Osa Peninsula. Merupakan sebauh
bangunan untuk ber-rekreasi, liburan, semacam villa. Menggunakan struktur rangka
bambu majemuk.
Gambar 19. Bangunan ruang pertemuan (hall) dari Outward Bound Indonesia-Eco
Campus yang berlokasi di kawasan wisata Jatiluhur. Menggunakan gabungan dari
berbagai sistem rangka struktur dan membentuk suatu keindahan struktur bambu
dengan konsep sky lighting yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam
ruangan sebagai pencahayaan alami (day lighting).
Gambar 20.
Gambar
modeling 3
dimensi di
komputer dari
struktur rangka
hall pertemuan
di atas.
Gambar 21. Bangunan sebuah restoran mie Jepang di kawasan Tanjung Duren
Utara, Jakarta, Indonesia. Didesain oleh biro konsultan arsitek DSA+.
ILMU DAN TEKNOLOGI MATERIAL BANGUNAN II.71
SEMINAR NASIONAL SCAN#4:2013
“Stone, Steel, and Straw”
Building Materials and Sustainable Environment
5. KESIMPULAN
Pemanfaatan bambu sebagai material utama dalam bangunan bergantung dari fungsi dan
konsep perencanaan dari bangunan itu sendiri. Hal ini berhubungan dengan desain dari
struktur bambu yang akan diperlakukan sebagai berikut:
• Material bambu yang berfungsi sebagai material alternatif dapat menggantikan peran
material beton, batang kayu, batang baja, material zincalum ataupun bahan bangunan
yang lainnya. Dengan kuat tekan, tarik, geser dan tekuk, bambu bisa jadi lebih unggul
daripada kayu dan bisa juga menyamai karakter kekuatan tarik dari material baja.
• Dalam pertimbangan ekonomis, pemanfaatan material bambu ini jauh lebih hemat
dibandingkan material yang lainnya karena selain bahannya tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak, juga harganya yang relatif lebih murah dibanding harga material beton,
kayu atau baja. Dengan catatan, material bambu yang digunakan harus melalui
pengawetan terlebih dahulu supaya bisa bertahan lama dan berkelanjutan (sustainable).
• Material bambu dapat dieksplorasi pengembangannya ke dalam berbagai bentuk
bangunan modern dengan menggunakan metode-metode struktur seperti: sistem struktur
rangka truss segitiga, rangka sistem planar truss, space frame truss structure, rangka
struktur bentang lebar modul linier, rangka struktur bentang lebar berbentuk lengkung,
kolom dan balok bambu majemuk (gabungan dari beberapa batang bambu dalam
sebuah kolom/balok) dan sistem struktur kombinasi batang majemuk, segitiga dan
rangka lengkung.
• Perlakuan material bambu yang disesuaikan dengan karakter batang kayu atau baja
akan menghasilkan bentukan struktur bangunan yang terlihat kaku melalui struktur-
struktur yang kokoh/rigid.
• Perlakuan material utama bambu dengan memanfaatkan keunikan karakter dari bambu
itu sendiri dapat menghasilkan suatu bentukan bangunan yang lebih fleksibel dengan
kelengkungan-kelengkungan sesuai sifat kelenturan alami dari batang bambu.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Faisal, B., 2009, BAMBU dalam ARSITEKTUR MODERN, Bandung : Saung Angklung
Udjo.
2. Widjaja, E. A., 2009, KERAGAMAN BAMBU DAN POTENSINYAUNTUK KEHIDUPAN
MODERN, Bandung : Bamboo for Modern Life, Green Design Community Seminar.
3. Frick, H., 2004, Ilmu konstruksi bangunan bambu-Pengantar konstruksi bambu,
Yogyakarta: Kanisius.
4. Hardjasaputra, H., 2012, STRUKTUR TRANSPARAN, Dimensi Baru Perancangan
Konstruksi Bangunan, Jakartar: Universitas Pelita Harapan.
5. Morisco, 2009, Karakteristik dan Implementasi Bambu dalam Struktur Bangunan Modern,
Yogyakarta: Magister Teknologi Bahan Bangunan Universitas Gadjah Mada.
6. Purwito, 2008, STANDARISASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN ALTERNATIF
PENGGANTI KAYU, Prosiding Standardisasi PPI 2008.
7. Purwito, 2009, PENGOLAHAN DAN PRODUK TURUNAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL
ALTERNATIF, Bandung: PUSLITBANGKIM Badan Litbang PU.
8. Sulistyawati, D., 2010, BAMBU SEBAGAI KOMPONEN YANG MENDUKUNG
EKSPRESI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN, (Online)
(http://bamboeindonesia.wordpress.com/arsitektur-bambu/makalah-arsitektur-bambu/dwi-
sulistyawati/, diakses pada 3 Maret 2013).
9. https://www.facebook.com/ KomunitasCintaBambu