Professional Documents
Culture Documents
Xi - Genap - Modul Aksara Jawa
Xi - Genap - Modul Aksara Jawa
Penyusun:
ANDI PUTRA PRASETIYA, S.Pd.
A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 2 Boyolangu
Mata Pelajaran : BAHASA JAWA
Elemen/ Domain : Aksara Jawa
Alokasi Waktu : Membaca 2 JP @ 45 Menit (1 Kali Pertemuan)
Jenjang/ Kelas : SMA /FASE F/ KELAS XI
Guru Mapel : Andi Putra Prasetiya,S.Pd.
B. Kompetensi Awal
Siswa memiliki keterampilan membaca teks aksara jawa (misalnya:
nglegena-pasangan/ sandhangan/ angka/ swara/ murda/ rekan/
lainnya).
7. Penutup (5 Menit)
1. Peserta didik diminta menyimpulkan bagaimana cara membaca
aksara Jawa dengan mudah.
2. Peserta didik menyimpulkan apa saja yang didapat dari
membaca teks beraksara Jawa
3. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
4. Guru memberikan beberapa soal sebagai asesmen submatif
untuk dikerjakan peserta didik secara individu dan dikumpulkan
5. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan pada
pertemuan berikutnya.
6. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan
pesan untuk tetap belajar, berdoa, dan memberikan salam
K. Remedial dan Pengayaan
1. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian
pembelajarannya belum tuntas
b. Pembelajaran remidial direncanakan diadakan dengan pemberian
materi ulang dengan bantuan tutor sebaya
2. Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diminta untuk
mempelajari materi terkait dan materi lanjutan
L. Asessmen
1. Assesmen Diagnostik (terlampir)
a. Non kognitif
Untuk mengetahui kesiapan belajar siswa berkaitan dengan
profil belajar siswa, perlengkapan dan fasilitas penunjang.
b. Kognitif (pre test)
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sebelum
memasuki pembelajaran
2. Assesmen Sumatif (terlampir)
Dilakukan untuk mengetahui ketercapaian belajar siswa setelah
melalui proses belajar pada modul ini
3. Assesmen Formatif (terlampir)
Untuk menilai profil pelajar pancasila pada siswa yang telah
ditentukan dalam pembelajaran ini.
N. Lampiran
1. Asessmen
2. LKPD
3. Bahan Ajar
O. DAFTAR PUSTAKA
- “Ngrumat Basa Panginyongan” Kelas X Semester 1
Widaryatmo, Gandung. 2013. Prigel Bahasa Jawa. Jakarta: Erlangga.
- “ Mandiri Basa Jawa” Piwulang Basa Jawa Muatan Lokal Wajib Jawa
Tengah Kelas X. Jakarta: Erlangga
- https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa
P. GLOSARIUM
Aksara : adalah suatu sistem simbol visual yang tertera
pada kertas maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dll) untuk
mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa.
Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem
tulisan. Alfabet dan abjad merupakan istilah yang berbeda karena
merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional. Unsur-
unsur yang lebih kecil yang terkandung dalam suatu aksara
antara lain: grafem, huruf, diakritik, tanda baca, dsb. Satuan
aksara disebut glif.
Nglegena: Aksara Jawa tanpa sandangan sudah bisa
berbunyi. Nglegena artinya belum mendapat imbuhan.
Sandhangan: Aksara sing dipasangake kanggo ngewenehi swara
supaya bisa muni
Pasangan: adalah simbol-simbol yang berguna untuk mematikan atau
menghilangkan huruf vokal pada aksara dasar Hanacaraka.
Gagasan pokok: gambaran keseluruhan dari suatu paragraf.
Membaca: merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses
memahami isi teks dengan bersuara atau dalam hati
Penyusun:
ANDI PUTRA PRASETIYA, S.Pd.
Kisi-kisi
No. Indikator No. Butir
1.
Ketapatan Lafal Kelancaran
No Nama
(1-4) (1-4) (1-4)
1
2
3
4
5
Ket :
1 : tidak baik 1
2 : cukup baik 2
3 : baik 3
4 : sangat baik 4
D. FORMATIF
Mandiri Berfikir
Kritis
Gotong Berfikir
royong Kritis
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
MEMBACA AKSARA JAWA
Penyusun:
ANDI PUTRA PRASETIYA, S.Pd.
1. Tujuan Pembelajaran
a. Menemukan gagasan pokok dalam teks beraksara Jawa.
b. Mengevaluasi teks beraksara Jawa terkait penggunaan aksara
nglegena dan pasangan, / angka/ swara/ murda/ rekan/ lainnya).
2. Langkah – langkah LKPD
a. Peserta didik membentuk kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa
b. Guru memberikan paragraf beraksara jawa yang berbeda – beda
tiap kelompok.
c. Siswa Bersama – sama berdiskusi untuk membaca dan
menyampaikan gagasan dalam paragraf tersebut.
d. Siswa secara berkelompok melakukan presentasi dari hasil
diskusinya
1. Wacanen banjur andharake apa gagasan pokoke!
Penyusun:
ANDI PUTRA PRASETIYA, S.Pd.
= Maca Buku
= Mlebu Metu
B. AKSARA MURDA
Dalam perkembangannya, bahasa Jawa modern tidak lagi menggunakan
keseluruhan aksara wyanjana dalam deret Sanskerta-Kawi. Aksara Jawa modern
hanya menggunakan 20 bunyi konsonan dan 20 aksara dasar yang kemudian
disebut sebagai aksara nglegena (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦔ꧀ꦒꦭ ꦼꦤ). Sebagian aksara yang tersisa
kemudian dialihfungsikan sebagai aksara murda (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦸꦂꦢ) untuk
menuliskan gelar dan nama yang dihormati, baik nama tokoh legenda (misal Bima
ditulis ꦨꦶꦩ) maupun nyata (misal Pakubuwana ditulis ꦦꦑꦸ ꦨꦸꦮꦟ).[39] Dari 20
aksara nglegena, hanya 9 aksara yang mempunyai bentuk murda, oleh
karena itu penggunaan murda tidak identik dengan penggunaan huruf kapital di
dalam ejaan Latin;[39] apabila suku kata pertama suatu nama tidak memiliki bentuk
murda, maka suku kata kedua yang menggunakan murda. Apabila suku kata kedua
juga tidak memiliki bentuk murda, maka suku kata ketiga yang menggunakan
murda, begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati dapat ditulis
seluruhnya dengan murda apabila memungkinkan. Dalam penulisan
tradisional, penerapan murda tidaklah selalu konsisten dan pada dasarnya bersifat
pilihan, sehingga nama seperti Gani dapat dieja ꦒꦤꦶ (tanpa murda), ꦓꦤꦶ (dengan
murda di awal), atau ꦓꦟꦶ (seluruhnya menggunakan murda) tergantung dari latar
belakang dan konteks penulisan yang bersangkutan. Sisa aksara yang
tidak termasuk nglegena maupun murda adalah aksara mahaprana.
Aksara mahaprana tidak memiliki fungsi dalam penulisan Jawa modern dan hanya
digunakan dalam penulisan bahasa Sanskerta-Kawi.[37][f]
3. Penggunaan Aksara Murda
C. AKSARA ANGKA
Aksara Jawa memiliki lambang bilangannya sendiri yang berlaku selayaknya angka
Arab, tetapi sebagian bentuknya memiliki rupa yang persis sama dengan beberapa
aksara Jawa, semisal angka 1 ꧑ dengan aksara wyanjana ga ꦒ, atau angka 8 ꧘
dengan aksara murda pa ꦦ. Karena persamaan bentuk ini, angka yang digunakan
di tengah kalimat perlu diapit dengan tanda baca pada pangkat atau pada
lingsa untuk memperjelas fungsinya sebagai lambang bilangan. Semisal, "tanggal
17
Juni" ditulis ꦭ꧀꧇꧑꧗꧇ꦗꦸꦤꦶ atau ꦭ꧀꧈꧑꧗꧈ꦗꦸꦤꦶ. Pengapit ini dapat
ꦠꦒ ꦠꦒ
diabaikan apabila fungsi lambang bilangan sudah jelas dari konteks, misal nomor
halaman di pojok kertas. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:
4. Penggunaan aksara angka
D. AKSARA REKAN
Aksara rékan (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦫꦫꦏ꧀ꦤ꧀) adalah aksara tambahan yang digunakan untuk
menulis bunyi asing.[47] Aksara ini pada awalnya dikembangkan untuk menuliskan
kata serapan dari bahasa Arab, kemudian diadaptasi untuk kata serapan
dari bahasa Belanda, dan dalam penggunaan kontemporer juga digunakan untuk
menulis kata-kata bahasa Indonesia dan Inggris. Sebagian besar
aksara rékan dibentuk dengan menambahkan diakritik cecak telu pada aksara yang
bunyinya dianggap paling mendekati dengan bunyi asing yang bersangkutan.
Sebagai contoh, aksara rékan fa ꦥ꦳ dibentuk dengan menambahkan cecak telu
pada aksara wyanjana pa ꦥ. Kombinasi wyanjana dan ekuivalen bunyi
asing tiap rékan bisa jadi berbeda antarpenulis karena ketiadaan persetujuan
bersama dan lembaga bahasa yang mengatur.
Terdapat lima aksara rekan menurut Padmasusastra[48] dan Dwijasewaya:[49] kha,
dza, fa, za, dan gha
Penyusun:
ANDI PUTRA PRASETIYA, S.Pd.