Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Hubungan Industrial Reza 21612034
Jurnal Hubungan Industrial Reza 21612034
Jurnal Hubungan Industrial Reza 21612034
Reza Resmaliana
(Manajemen-STIE Pembangunan TanjungPinang)
(Nim: 21612034)
ABSTRACT
Industrial relations have started from the time of the ancient agricultural economy to the
present day by involving more or less the same variables. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
suggests that the three main subjects of actors in industrial relations are workers and their
organizations, company leaders and their organizations and government representatives.
Through Dunlop based on this, an analysis can be carried out on the development of the
industrial relations system in society from time to time. Parties directly involved in the
production process are employers and workers whose rights and obligations are regulated in
laws and regulations and work agreements, company regulations, and collective labor
agreements (PKB). Workers need to understand basic industrial and labor relations (HIK)
which includes work agreements, company regulations, collective labor agreements (PKB),
working time and rest time, overtime pay, and layoffs. The quality and integrity of state
administration is the main key in facing globalization. Scholars and clergy need to continue
to push the government so that it can show strength as the main political entity in policy
making that protects and fights for the improvement of work results. Workers should be
smarter in fighting for their rights and choosing people they trust to defend their interests at
every opportunity to use what they have. They also have to be creative, they have to change
the mindset of dependence, which has already been built by the system, into a mindset of
independence. Work should not only be good at using kindness to the authorities and the
government. Must develop an entrepreneurial spirit, create their own jobs by utilizing our
country's rich natural resources.
ABSTRAK
Hubungan industrial sudah dimulai sejak masa perekonomian pertanian kuno sampai masa
kini dengan melibatkan variabel yang kurang lebih sama. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
mengemukakan tiga subjek utama pelaku dalam hubungan industrial adalah buruh dan
organisasinya, pimpinan perusahaan dan orgasnisasinya serta wakil-wakil pemerintah.
Melalui Dunlop berdasarkan hal tersebut dapat dilaukan analisis terhadap perkembangan
sistem hubungan industrial dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Pihak yang terlibat
langsung dalam proses produksi adalah pengusaha dan pekerja yang hak dan kewajibannya
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, serta
perjanjian kerja bersama (PKB). Para pekerja perlu memahami hubungan industrial dan
ketenaga kerjaan (HIK) dasar yang neliputi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian
kerja bersama (PKB), waktu kerja dan waktu istirahat, upah kerja lembur, dan PHK. Kualitas
dan integritas penyelenggaraan negara menjadi kunci utama dalam menghadapi arus
Globalisasi. cendikiawan dan rohaniawan perlu terus mendorong pemerintah agar dapat
menunjukkan kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuat kebijakan yang
melindungi dan memperjuangkan perbaikan hasil kerja. Bekerja hendaknya semakin cerdas
dalam memperjuangkan hak hak nya dan memilih orang yang mereka percaya untuk
membela kepentingan mereka dalam setiap kesempatan menggunakan hal yang mereka
miliki. Mereka juga harus kreatif, harus merubah pola pikir ketergantungan, yang terlanjur
dibangun oleh sistem, menjadi pola pikir kemandirian. Kerja tidak boleh hanya pandai
menggunakan kebaikan hati dengan untuk kepada pihak penguasa dan pemerintah. Harus
mengembangkan jiwa Wirausaha, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan
memanfaatkan sumber daya alam negara kita yang kaya raya.
A. PENDAHULUAN
Setiap usaha melibatkan kepentingan berbagai pihak antara lain pengusaha atau pemilik,
pekerja, masyarakat pemasok bahan dan masyarakat konsumen, serta pemerintah. Hubungan
industrial merupakan hubungan antara pelaku proses produksi barang maupun jasa, pekerja,
dan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang serasi, harmonis, dan
dinamis antara pihak pihak terkait tersebut.
Hubungan industrial sudah dimulai sejak masa perekonomian pertanian kuno sampai masa
kini dengan melibatkan variabel yang kurang lebih sama. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
mengemukakan tiga subjek utama pelaku dalam hubungan industrial adalah buruh dan
organisasinya, pimpinan perusahaan dan orgasnisasinya serta wakil-wakil pemerintah.
Melalui Dunlop berdasarkan hal tersebut dapat dilaukan analisis terhadap perkembangan
sistem hubungan industrial dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Adanya perusahaan multinasional di negara berkembang merupakan pakan konsekuensi
perkembangan hubungan industrial abad mondern. Hadirnya perusahaan multinasinal
tersebut pada awalnya menguntungkan pemerintah negara tuan rumah karena dapat
mempercepat terjadinya industrialisasi dan pembangunan. Kemudian hari, mereka ternyata
menciptakan ketergantungan di berbagai bidang sehingga pemerintah negara tuahn rumah
cenderung mengalami kesulitan untuk bernegosiasi pada kedudukan yang sama dengan
mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran perusahaan sebagai kepentingan bersama?
2. Apa saja prinsip prinsip hubungan industrial?
3. Bagaimana perkembangan hubungan industrial?
4. Bagaimana cara mengatasi dampak konflik kepentigan pengusah-pekerjan pada era modal
global?
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif karna berdasarkan studi
pustaka. Metode ini pada umumnya dilakukan penelitian yang bersumbr dari literatur atau
karya satra seperti sejumlah buku yang relavan dengan topik pembahasan.
D. PEMBAHASAN
a. Perusahaan multinasional
Indonesia menjadi salah satu negara tujuan perusahaan perusahaan multinasional oleh karena
kondusif nya itu investasi bagi penanam modal asing di negara kita. Perusahaan
multinasional, kebanyakan dari Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapura dan beberapa negara
di Eropa, dan juga Amerika Serikat. Perusahaan perusahaan tersebut menginvestasikan modal
mereka dalam pabrik pabrik yang memproduksi mobil, alat alat elektronik, tekstil, Garmen,
industri sepatu olahraga, termasuk lembaga peminjaman uang keluar negeri, penambangan
minyak dan lain lain.
Selain menggunakan pendekatan demi efisiensi perusahaan, MNC S juga menggunakan
pendekatan strategi, di mana suatu perusahaan melakukan produksi internasional untuk
mencapai tujuan tertentu. Ketika perusahaan mengetahui dengan jelas tujuan apa yang ingin
dicapai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, pendekatan strategi melihat produksi
internasional sebagai suatu tahap demi mencapai tujuan lebih besar, misalnya menghindar
pesaing yang meniru produk nya untuk pertahankan monopoli atas produk ciptaannya,
menaikkan posisi tawar terhadap pemerintah pemerintah negara menerima dapat koperatif
dalam mendukung usahanya, dan menghindari ancaman protes burung dengan cara membaca
atau melakukan kegiatan produksi bagi negara.
Kapabilitas MNCs yang Superiore mampu memberikan posisi tawar yang tinggi saat
berhadapan dengan pemerintah lokal. Sebagai akibatnya pemerintah negara berkembang
cenderung tidak dapat bernegosiasi pada kedudukan yang sama, dan karena pemerintah lokal
jantung mengikuti apa yang menjadi kehendak mereka. Kita sering menyaksikan dalam
proses konsensi dan negosiasi dengan pihak asing kepentingan hidup orang yang banyak dan
kepentingan jangka panjang negara sering dikorbankan akan tidak buktikan. Demikian pula
dalam memberi perlindungan kerja kepada warganegaranya, kepentingan selalu dikalahkan.
b. Stereotype Revolusi Industri
Revolusi industri juga ditandai dengan mekanisasi dan industrialisasi sehingga pemerintah di
negara negara Eropa pada waktu itu prihatin dengan anak anak dan perempuan Yang bekerja
di pabrik yang kondisinya membahayakan kesehatan mereka dan dengan upa yang tidak
memadai. Upaya pemerintah itu teori sosial yang dominan dan paham liberalisme dengan
doktrin Laissez-faire. Dalam doktrin tersebut negara tidak dapat Mang intervensi bidang
ekonomi, negara hanya bertugas menjaga keamanan dan ketertiban. Ketika negara tidak
berdaya melindungi kepentingan rakyat akibat dominasi kekuatan ekonomi sementara negara
hanya bertindak ketika terjadi gangguan keamanan maka konsep negara pada waktu itu
adalah negara sebagai penjaga malam. Upaya pemerintah untuk melindungi buruh mendapat
perlawanan keras dari kelompok pengusaha dan para intelektual pendukung laissez-faisres
Yang dipelopori Adam Smith. Mereka menuduh intervensi pemerintah yang melindungi
buruh sebagai tindakan yang melanggar kebebasan dalam perdagangan. Pada zaman itu juga
buat desakan agar hubungan kerja dibebaskan dari segala perbatasan. Majikan dan buruh
haruslah bebas untuk mengadakan perjanjian kerja (imam supomo, 1999). Pada saat yang
sama serikat buruh belum cukup berkembang sehingga tidak dapat berbuat banyak. Anti
serikat buruh sangat kuat baik dari kalangan pengusaha maupun sistem hukum yang ada.
Hingga tahun 1825 di Inggris masih berlaku penggabungan Yang menganggap semua aksi
kolektif untuk tujuan apapun adalah ilegal.
c. Teori Hegemoni Gramsci
Teori Hegemony yang di rumuskan gramsci (Nezar Patna dan Anet, 1999) Dari situasi negara
pada masanya, di mana rakyat secara suka rela dikuasai oleh rezim Musolini sebagai
kelompok dominan dan dipakai sebagai perbandingan untuk keberhasilan korperasi
multinasional dalam menguasai masyarakat Indonesia. Memang dalam pemikiran yang
diungkapkannya, gramsci terlihat seperti merujuk Hegemony sebagai upaya dominasi video
lagi yang dilakukan oleh negara pada masyarakat untuk melanggengkan kekuasaan mereka
ataupun upaya yang dilakukan oleh partai untuk mengorganisir kepentingan masyarakat dan
menemukan bktikan revolusi pada penguasa yang melakukan penindasan, namun penerapan
pemikiran Hegemony pada hubungan antara masyarakat dengan korporasi multinasional, di
mana korporasi multinasional dalam hal ini menduduki posisi dominan atau Superstruktur.
Hal tersebut juga sesuai dengan pemikiran gram ski, yaitu bahwa super sok sok dibagi
menjadi dua, yaitu masyarakat politik yang berupa birokrasi pemerintahan maupun negara
dan masyarakat sipil. Kelompok Hegemony atau kelas AG money, adalah kelas yang
mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan
ramah mempertahankan sistem mana aliansi melalui perjuangan politik dan idiologi.
Hegemoni bukan hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan
bertujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. G money adalah suatu
konsesus organisasi (simon, 1999). Ketika pihak penguasa tidak berdaya menentang dominasi
idiologi yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat karena berbagai alasan, rohaniawan dan
Cendikiawan lah yang diharapkan dapat merubah situasi dengan pendekatan mereka masing
masing.
E. PENUTUP
Persoalan hubungan pengusaha pekerja di Era industrialisasi yang disitukan investor tidak
dapat diselesaikan secara per sial perusahaan, tapi harus dipandang dari sudut pandang yang
lebih luas. Perusahaan ini tidak hanya menyangkut kepentingan perusahaan tapi juga nasional
bahkan multinasional. Dampak maksudnya investor asing di negara kita, Globalisasi yang
tidak dapat dielakan, harus disiasati agar kita juga dapat mengambil manfaat dengan
kehadiran mereka. Oleh karena itu bernegara untuk membela kepentingan pagi harus
dilakukan semaksimal mungkin dalam mengambil kebijaksanaan. Penegakan hukum yang
tegas dan tidak pandang bulu are dukung oleh kekuatan politik dan penguasa. Cuma pihak,
khususnya para Cendikiawan dan rohaniawan perlu lebih aktif menyerkan suara kebenaran.
Kekerasan tertentu bukanlah cara yang kita inginkan karena kalau terjadi pada semua pihak
akan dirugikan.
Berkaca dari pengalaman negara tetangga Singapura yang berhasil memanfaatkan peluang
hadirnya investor asing untuk mempercepat industrialisasi. Kasus Singapura dapat
mematahkan mitos revolusi industri bahwa pemilik modal besar dapat menjadi kelompok
hegemony dan Superstruktur yang mendominasi kekuatan sosial ekonomi negara tuan rumah.
Terbukti, pemerintah Singapura dapat mempercepat pertumbuhan dan moderenisasi dengan
bantuan investasi asing tanpa harus mengikuti apa yang menjadi kehendak investor.
Singapura dapat menunjukkan kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuatan
kebijakan (Erika, 2009). Kualitas dan integritas penyelenggaraan negara menjadi kunci utama
dalam menghadapi arus Globalisasi.
cendikiawan dan rohaniawan perlu terus mendorong pemerintah agar dapat menunjukkan
kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuat kebijakan yang melindungi dan
memperjuangkan perbaikan hasil kerja. Bekerja hendaknya semakin cerdas dalam
memperjuangkan hak hak nya dan memilih orang yang mereka percaya untuk membela
kepentingan mereka dalam setiap kesempatan menggunakan hal yang mereka miliki. Mereka
juga harus kreatif, harus merubah pola pikir ketergantungan, yang terlanjur dibangun oleh
sistem, menjadi pola pikir kemandirian. Kerja tidak boleh hanya pandai menggunakan
kebaikan hati dengan untuk kepada pihak penguasa dan pemerintah. Harus mengembangkan
jiwa Wirausaha, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan memanfaatkan sumber daya
alam negara kita yang kaya raya.
DAFTRA PUSTAKA
Buku:
Sumanto. 2014. Hubungan Industrial. Yogyakarta.
Internet:
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/60265/mod_resource/content/1/HUBUNGAN
%20INDUSTRIAL.pdf