Jurnal Hubungan Industrial Reza 21612034

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

PERKEMBANGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN CARA MENGATASI

KONFIK KEPENTINGAN PENGUSAHA-PEKERJA

Reza Resmaliana
(Manajemen-STIE Pembangunan TanjungPinang)
(Nim: 21612034)

ABSTRACT
Industrial relations have started from the time of the ancient agricultural economy to the
present day by involving more or less the same variables. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
suggests that the three main subjects of actors in industrial relations are workers and their
organizations, company leaders and their organizations and government representatives.
Through Dunlop based on this, an analysis can be carried out on the development of the
industrial relations system in society from time to time. Parties directly involved in the
production process are employers and workers whose rights and obligations are regulated in
laws and regulations and work agreements, company regulations, and collective labor
agreements (PKB). Workers need to understand basic industrial and labor relations (HIK)
which includes work agreements, company regulations, collective labor agreements (PKB),
working time and rest time, overtime pay, and layoffs. The quality and integrity of state
administration is the main key in facing globalization. Scholars and clergy need to continue
to push the government so that it can show strength as the main political entity in policy
making that protects and fights for the improvement of work results. Workers should be
smarter in fighting for their rights and choosing people they trust to defend their interests at
every opportunity to use what they have. They also have to be creative, they have to change
the mindset of dependence, which has already been built by the system, into a mindset of
independence. Work should not only be good at using kindness to the authorities and the
government. Must develop an entrepreneurial spirit, create their own jobs by utilizing our
country's rich natural resources.

ABSTRAK
Hubungan industrial sudah dimulai sejak masa perekonomian pertanian kuno sampai masa
kini dengan melibatkan variabel yang kurang lebih sama. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
mengemukakan tiga subjek utama pelaku dalam hubungan industrial adalah buruh dan
organisasinya, pimpinan perusahaan dan orgasnisasinya serta wakil-wakil pemerintah.
Melalui Dunlop berdasarkan hal tersebut dapat dilaukan analisis terhadap perkembangan
sistem hubungan industrial dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Pihak yang terlibat
langsung dalam proses produksi adalah pengusaha dan pekerja yang hak dan kewajibannya
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, serta
perjanjian kerja bersama (PKB). Para pekerja perlu memahami hubungan industrial dan
ketenaga kerjaan (HIK) dasar yang neliputi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian
kerja bersama (PKB), waktu kerja dan waktu istirahat, upah kerja lembur, dan PHK. Kualitas
dan integritas penyelenggaraan negara menjadi kunci utama dalam menghadapi arus
Globalisasi. cendikiawan dan rohaniawan perlu terus mendorong pemerintah agar dapat
menunjukkan kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuat kebijakan yang
melindungi dan memperjuangkan perbaikan hasil kerja. Bekerja hendaknya semakin cerdas
dalam memperjuangkan hak hak nya dan memilih orang yang mereka percaya untuk
membela kepentingan mereka dalam setiap kesempatan menggunakan hal yang mereka
miliki. Mereka juga harus kreatif, harus merubah pola pikir ketergantungan, yang terlanjur
dibangun oleh sistem, menjadi pola pikir kemandirian. Kerja tidak boleh hanya pandai
menggunakan kebaikan hati dengan untuk kepada pihak penguasa dan pemerintah. Harus
mengembangkan jiwa Wirausaha, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan
memanfaatkan sumber daya alam negara kita yang kaya raya.
A. PENDAHULUAN
Setiap usaha melibatkan kepentingan berbagai pihak antara lain pengusaha atau pemilik,
pekerja, masyarakat pemasok bahan dan masyarakat konsumen, serta pemerintah. Hubungan
industrial merupakan hubungan antara pelaku proses produksi barang maupun jasa, pekerja,
dan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang serasi, harmonis, dan
dinamis antara pihak pihak terkait tersebut.
Hubungan industrial sudah dimulai sejak masa perekonomian pertanian kuno sampai masa
kini dengan melibatkan variabel yang kurang lebih sama. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
mengemukakan tiga subjek utama pelaku dalam hubungan industrial adalah buruh dan
organisasinya, pimpinan perusahaan dan orgasnisasinya serta wakil-wakil pemerintah.
Melalui Dunlop berdasarkan hal tersebut dapat dilaukan analisis terhadap perkembangan
sistem hubungan industrial dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Adanya perusahaan multinasional di negara berkembang merupakan pakan konsekuensi
perkembangan hubungan industrial abad mondern. Hadirnya perusahaan multinasinal
tersebut pada awalnya menguntungkan pemerintah negara tuan rumah karena dapat
mempercepat terjadinya industrialisasi dan pembangunan. Kemudian hari, mereka ternyata
menciptakan ketergantungan di berbagai bidang sehingga pemerintah negara tuahn rumah
cenderung mengalami kesulitan untuk bernegosiasi pada kedudukan yang sama dengan
mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran perusahaan sebagai kepentingan bersama?
2. Apa saja prinsip prinsip hubungan industrial?
3. Bagaimana perkembangan hubungan industrial?
4. Bagaimana cara mengatasi dampak konflik kepentigan pengusah-pekerjan pada era modal
global?

C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif karna berdasarkan studi
pustaka. Metode ini pada umumnya dilakukan penelitian yang bersumbr dari literatur atau
karya satra seperti sejumlah buku yang relavan dengan topik pembahasan.

D. PEMBAHASAN

1. Perusahaan Sebagai Kepentingan Bersama


Setiap usaha melibatkan kepentingan berbagai pihak antara lain pengusaha atau pemilik,
pekerja, masyarakat pemasok bahan dan masyarakat konsumen, serta pemerintah. Hubungan
industrial merupakan hubungan antara pelaku proses produksi barang maupun jasa, pekerja,
dan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang serasi, harmonis, dan
dinamis antara pihak pihak terkait tersebut.
Fungsi pekerja adalah melaksanakan pekerjaan sesuai kewajibannya, menjaga ketertiban
demi kelangsungan produksi. Fungsi serikat pekerja, serikat buruh adalah menyalurkan
aspirasi secara demokratis serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan pekerja secara langusng melakukan proses produksi/jasa. Fungsi pengusaha
dan organisasi pengusaha adalah menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha,
memperluas lapangan kerja. Sedanglan fungsi pemerintah adalah menetapkan kebijakan,
memberikan pelayanan, pengawasan, dan penindakan agar terciptanya hubungan industrial
yang serasi dan harmonis sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang pada gilirannya akan mendorong perusahaan untuk tumbuh/berkembang dan
peningkatan kesejahteraan pekerja.
Pihak yang terlibat langsung dalam proses produksi adalah pengusaha dan pekerja yang hak
dan kewajibannya diatur dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, serta perjanjian kerja bersama (PKB). Para pekerja perlu memahami
hubungan industrial dan ketenaga kerjaan (HIK) dasar yang neliputi perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama (PKB), waktu kerja dan waktu istirahat, upah
kerja lembur, dan PHK.
1.1. Kepentingan Pengusaha dalam Perusahaan
Setiap pengusaha atau perusahaan mempunyai kepentingan langsung dengan kelangsungan
dan kemajuan perusahaannya untuk keperluan:
a. Menjaga atau mengamankan asetnya
b. Mengembangkan modal/asetnya supaya memberi nilai tambah yang tinggi
c. Meningkatkan penghasilannya
d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
e. Memperoleh aktualisasi diri melalui kesuksesan usaha.

1.2. Kepentingan Pekerja


Pekerja juga mempunyai kepentingan terhadap kelangsungan perusahaan oleh sebab itu harus
berupaya dan bekerja keras untuk keberhasilan dan kelangsungan perusahaan, karena bagi
pekerja perusahaan mempunyai makna dan arti penting, yaitu sebagai:
a. Sumber kesempatan kerja
b. Sumber penghasilan
c. Sarana memperkarya pengalaman dan meningkatkan keahlian serta keterampilan
kerja.
d. Sarana mengembangkan karir
e. Sarana mengaktualisasikan diri (melalui keberhasilan kerja)

1.3. Kepentingan Pemerintah


Bagi pemerintah setiap usaha yang dilakukan oleh masyarakat kecil, atau besar, disektor
formal atau sektor informal, mempunyai peranan dan makna yang sangat penting, karena:
a. Perusahaan merupakan sumber kesempatan kerja yang merupakan kebutuhan
masyarakat. Tingkat pengangguran yang tinggi akan dapat menimbulkan karesahan
sosial dan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Krdibilitas suatu perusahaan dapat
juga diukur dari kemampuannya memperkecil tingkat pengangguran. Oleh sebab itu
pemerintah berkepentingan untuk mendorong pertukmbuhan dunia usaha untuk
menciptakan keesempatan kerja baru bagi angkatan kerja terus bertambah setiap
tahun.
b. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orrang. Semakin banyak
pengusaaha yang membuka usaha baru, semakin banyak pekerja yang memperoleh
penghasilan.
c. Perusahaan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi, kemakmuran bangsa, serta
ketahanan nasional. Pendapatan nasional adalah akumulasi nilai tambha yang
dihasilkan oleh seluruh perusahaan. Pertumbuhan ekonomi membuka peluang untuk
perluasan kesempatan krja daan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi mengurangi ketergantungan politik dan ekonomi pada negara lain serta akan
memperkuat stabilitas politik. Oleh sebab itu, pemerintah berkepentingan untuk
mendorong pertumbuhan dunia usaha.
d. Perusahaan merupakan sumbere devisa. Dalam globalisasi ekonomi, devisa
merupakan suatu kebutuhan negara yang sangat penting. Hasil-hasil perusahaan yang
digunakan di dalam negara akan mengurangi jumlah impor serta menghemat
penggunaan devisa. Apalagi bila hasil-hail perusahaan diekspor, devisa akan
bertambah.
e. Pemrintah berkepentingan dan mengharapkan semua perusahan dapat menjamin
penyedaiaan dan arus barang, baik untuk memenuhi kebutuhan masyrakat konsumen
maupun sebagai masukan barang setengah jadi untuk perusahaan lain.
f. Keuntungan prusaahaaan dan pendapatan karyawan merupakan sumber utama
pendapatan negara melalui sistem pajak semakin besar sisa hasil usaha atau
keuntungan perusahaan semakin besar potensi membayar pajak perusahaan. Semakin
besar penghasilan kerja semkain besar pula potensi membayar pajak penghasilan.

2. Prinsip Hubungan Industrial


Prinsip hubungan industrial didasarkan pada persamaan kepentingan semua unsur atas
keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Dengan demikian, hubungan idnsutrial
mengandung prinsip-prinsip tersebut:
a. Pengusaha dan pekerja, demikiana juga pemerintah dan masyarakat pada umumnya,
sama-sama mempunyai kepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan perusahaan.
Oleh sebab itu, terutama pengusaha dan pekerja harus sama sama memberika n
uapaya yang maksimal melalui pelanksanaan tugas sehari hari untuk menjaga
kelangsungan perusahaan dan meningkatkan keberhasilan perusahaan.
b. Perusahan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Semakin banyak
pengusaha yang mengembangkan perusahaan atau membuka usaha baru, semakin
banyak pekerja yang memperoleh penghasilan. Semakin banyak perusahaan yang
berhasil meningkatkan produktivitas, semakin banyak pekerja yang memperoleh
peningkatan penghasilan. Dengan demikian, pendapatan nasional dan kesejahteraan
masyarakat juga akan meningkat.
c. Pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan funsional dan masing – masing
mempunyai fungsi yang berbeda dengan pembagian kerja atau pembagian tugas.
Pengusaha sebagai pemimpin mempunyai tugas menggerakkan, membina, dan
mengawasi. Pekerja mempunyai fungsi melakukan pekerjaan operasional. Pengusaha
bunkan mengeksploitasi pekerja. Setiap pekerja melakukan pekerjaan dalam waktun
tertentu dalam satu hari dengan cukup waktu istirahat setiap hari minggu atau setiap
bulan. Setiap pekerja melakukan tugas sesuai dengan beban kerja yang wajar bagi
kemanusiaan. Pekerja tidak mengabdi kepada pengusaha akan tetapi pada pelksanaan
tugas dan tanggungjawab. Pembagian kerja seperti inin merupakan ciri organisasi
modern.
d. Pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan. Sebagai anggota
keluaraga mereka harus saling mengasihi, saling memperhatikan kepentingan yan lain
dan saling membantu. Pengusaha perlu memahami cara pikir dan kepentingan pekerja
yang tergabung dalam serikat pekerja.pengusaha perlu memperhatikan kondisi dan
kebutuhan pekerja dan sedapat mungkin memenuhinya. Sebaliknya pekerja dan
serikat pekerja perlu memahami keterbatasan pengusaha. Apabila timbul masalah atau
persoalan harus di selesaikan secara kekeluargaan, tidak secara bermusuhan.
e. Tujuan pembinaan hubungan industrial adalah menciptakan ketenangan berusahan
dan ketentramamn bekerja supaya dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan. Untuk itu masing – masing unsur mitra sosial-pengusaha dan pekerja-
harus menjaga diri untuk tidak menjadi sumber masalah dan perselisihan. Seandainya
terdapat perbedaan penapat, perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan, harus
diselesaikan secara kekeluargaan dan diupayakan tanpa menggangu proses produksi.
Setiap gangguan produksi akan merugikan penggusaha, masyarakat dan pengusaha
sendiri.
f. Peningkatan produktivitas perusahaan harus dapat meningkatkan kesejahteraan
bersama, yaitu kesejahteraan pengusaha dan kesejahteraan pekerja. Pekerja ( yang
ingin memperoleh upah lebih tinggi ) harus siap meningkatkan produktivitas kerjanya.
Bila seorang pekerja menerima uoah lebih tinggi dari nilai kontribusi yang di
berikannya ke perusahaan, maka terpaksa ada orang lain yang menerima upah lebih
rendah dari nilai kontribusinya atau perusahaan harus membuka subsidi. Bila
perusahaan terus memberikan subsidi, perusahaan akan sulit berkembang atau
terancam bangkrut. Sebaliknya pengusaha harus secara adil, transparan, dan
proporsional memberikan hasil peningkatan produktivitas yang dihasilkan kepada
pekerja.

3. Perkembangan Hubungan Industrial


Hubungan industrial sudah dimulai sejak masa perekonomian pertanian kuno sampai masa
kini dengan melibatkan variabel yang kurang lebih sama. Dunlop (Soeprihanti, 1986)
mengemukakan tiga subjek utama pelaku dalam hubungan industrial adalah buruh dan
organisasinya, pimpinan perusahaan dan orgasnisasinya serta wakil-wakil pemerintah.
Melalui Dunlop berdasarkan hal tersebut dapat dilaukan analisis terhadap perkembangan
sistem hubungan industrial dalam masyarakat dari waktu ke waktu, yaitu:
a. Tahap Primitif
Tahap ini merupakan awal dari tumbuhnya sistem hubungan industrial. Umumnya
dalam masyarakat Primitif, semua anggota masyarakat dari sebuah suku atau marga
aktif bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Antar anggota dapat berkomunikasi secara
alami, sederhana dan orang-perorang. Pola status dan kekuasaan sangat bervariasi
sesuai dengan pandangan masyarakat sebatas suku atau marga tersebut.
Perkembangan karir juga sangat sederhana berdasarkan usia )junior senior) kekuatan
fisik dan kekuatan Supranatural. Khususnya untuk kegiatan di bidang ekonomi seperti
berburu, memancing ikan, memetik buah dan kegiatan lainnya. Semula mereka
mengerjakan sendiri sendiri, berkembang nya menuju suasana kerjasama yang
sederhana, kelompok kecil dan tidak ada batasan jelas antara majikan dan anggota
kelompok.
b. Tahap masyarakat pertanian
Tahap masyarakat pertanian merupakan perkembangan dari tahap masyarakat Primitif
yang belum mengenal pertanian atau peternakan dalam masyarakat pertanian anggota
masyarakat sudah mengenal bercocok-tanam dan sedikit berternak. Pola status dan
kekuasaan pada masa tersebut majikan yang disebut tuan dan pekerja disebut nelayan.
Status dan kekuasaan pada dasarnya berpusat pada raja atau bangsawan beserta
keluarganya. Oleh karena itu mereka berusaha mempertahankan keunggulan
keturunan mereka agar status dan kekuasaannya tidak jatuh ke kelompok lain. Model
semacam itu diikuti oleh beberapa kelompok atau keluarga yang lain walaupun
wilayah yang sempit. Dalam tahap ini yang menjadi modal utama adalah hak milik
tanah yang luas.
c. Tahap Masyarakat perajin
Tahap masyarakat perajin tingkatnya lebih tinggi dari tahap masyarakat pertanian.
Semula mereka adalah masyarakat pertanian yang kemudain mampu mengembangkan
keterampilannya sebagai perajin. Awalnya mereka sebagai perajin bebas atau tidak
memiliki keterikatan dalam hubungan kerja. Pada tahap ini selain pemerintah,
lembaga keagamaan juga turut serta berperan penting dalam mengatur tata kerja dan
hubungan para perajin. Selanjutnya evolusi terjadi menuju perajin yang menjadi
majikan adalah hasil evolusi karier, dari murid/pekerja magangan, berkembang
menjadi perajin bebas.
d. Tahap Masyarakat Industri
Tahap masyarakat industri dipengaruhi dengan munculnya revolusi industri. Ketika
terjadi revolusi industri terjadi perubahan secara besar besaran proses industri atau
pabrik. Perubahan dan penemuan teknologi tidak hanya mengubah sistem home
industry ke pebrik pebrik; tetapi juga merubah organisasi kerjanya, sistem hubungan
kerja dan atau hubungan industrial. Tahap ini sebetulnya masa transisi yang memiliki
berbagai masalah; khususnya masalah; hubungan ketenagakerjaan dan
persyaratan/kondisi kerjanya.
e. Tahap pertumbuhan yang berkelanjutan
Masyarakat sebagai suatu sistem akan tumbuh berkelanjutan sesuai dengan perubahan
dan perkembangan yang bersifat ekstern maupun intern. Dalam sistem industri yang
telah berkembang, pertumbuhan dan perkembangan serikat buruh dan asioasi
pengusaha juga selalu berubah. Pertumbuhan dan perkembanga tersebut negara
masing-
masing dipengaruhi oleh struktur perekonomian dan faham yang dianut oleh setiap
negara.
Perkembangan hubungan industrial dari waktu ke waktu juga mengikuti sistem produksi,
yang berkembang mulai sistem produksi primer, gilda, dan puting it, sistem produksi pabrik,
dan sistem produksi Era global
a. Sistem produksi primer
Sistem produksi primer banyak terdapat pada masyarakat agraris biasanya terdiri dari suatu
keluarga luas yang terdiri dari generasi pertama sampai generasi berikutnya. Kedudukan
mereka dalam pekerjaan ditentukan oleh bertalian daerah. Pembagian kerja rendah, hanya
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hubungan mereka lebih bersifat sosial. Pekerjaan sistem
produksi ini sepenuhnya tergantung kepada kebaikan alam. Seluruh hasil produksi untuk
kepentingan konsumsi, Persediaan Paceklik dan Dibarter dengan kebutuhan yang tidak dapat
diproduksi sendiri. Sistem produksi ini lebih ditunjukkan bagi ketercukupan sandang, pangan
dan papan. Sistem ini sebagian tergantung pada pihak lain karena tanah yang dikerjakan
bukan miliknya sendiri atau pertimbangan keamanan.
b. Sistem produksi gilda
Gilda berukuran lebih kecil dari sistem produksi primer, merupakan sarana pelarian bagi
petani karena berbagai sebab. Pada prinsipnya petani datang ke gilda harus diterima dan
biasanya sudah berbekal keterampilan. ~Dipimpin oleh seorang master yang memiliki
keterampilan, modal, alat, dan cenderung mengembangkan alat alatnya, walaupun belum
mampu mengembangkan mesin. Master mengandalkan hidup dari barang barang Sekunder
sehingga master harus membuat barang yang berkualitas dengan standar yang harus dijual
sendiri ke pasar, karena itu sifat dasar gilda menjadi lebih tinggi. Setiap jenis garuda
membentuk asosiasi induk untuk beberapa tujuan. Suasana dalam Gede masih bersifat
kekeluargaan, bahkan kadang kadang terjadi perkawinan antara Anang master dengan
karyawan gilda. Dalam perjalanan waktu gilda menjadi lemah karena beberapa faktor,
terhambatnya Monolitas vertikal karyawan penuh untuk menjadi master, kompetisi tidak
sehat diantara gilda itu sendiri, sejumlah pemilik menjadi kaya raya, beberapa Gilda beralih
menjadi pedagang, dan luasannya pasar di luar negeri menjadikan semakin beruntung pada
pedagang ekspor.
c. Sistem Produksi Putting-out
Jumlah saudagar kaya dan kuat menjadi semakin besar. Kekayaan nya di peroleh Dari
pedagang luar negeri, Jarahan di negara koloni, monopoli perdagangan, dan menghancurkan
gilda yang terdapat di negara koloni. Dengan semakin besarnya pasar di luar negeri, gilda
tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar sehingga pedagang memanfaatkan petani. Pada
awalnya petani harus menyediakan alat dan modal sendiri, tetapi pada perkembangan
berikutnya, alat, modal, dan pemasaran ditangani oleh pedagang sistem produksi puting out
runtuh karena sulit mengontrol ketepatan penyelesaian produksi, beragamnya waktu
penyelesaian produksi, sukarnya mengontrol, serta sulit melakukan pembagian dan
penggunaan mesin baru sehingga sulit menekan biaya produksi atau meningkatkan produksi.
d. Sistem produksi pabrik
Sistem produksi pabrik muncul seiring dengan munculnya industrialisasi. Penemuan mesin
mesin berpresisi tinggi menghasilkan mutu, memudahkan pekerjaan manusia, tidak banyak
membutuhkan banyak tahun naga manusia dan meningkatkan jumlah produksi. Dengan
kehadiran mesin, pekerjaan dipecah menjadi banyak sehingga setiap orang tidak selalu
memerlukan keterampilan khusus yang membutuhkan biaya mahal.
e. Sistem produksi di Era global
Sistem produksi di Era global menciptakan hubungan industrial yang lebih kompleks karena
munculnya perusahaan perusahaan global yang melakukan kegiatan produksi di beberapa
negara. Sistem produksi perusahaan global, yang tidak hanya untuk mencapai tujuan efisiensi
produksi tapi juga untuk bertujuan strategis mengakibatkan hubungan industrial yang
semakin menyulitkan pekerja untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan melemahkan
posisi tawar perintah pemerintah ketika berhadapan dengan investor. Di negara kita maraknya
perusahaan multinasional cenderung menempatkan pengusaha dan pekerja dalam posisi yang
tidak seimbang sehingga cenderung menyimpan potensi konflik baik Laten maupun terbuka.

4. Mengatasi Dampak Konflik Kepentingan Pengusaha-Pekerja Pada Era Modal


Global
Hadirnya perusahaan multinasional di negara berkembang merupakan kosekuensi
perkembangan hubungan industrial abad modern. Hadirnya perusahaan multinasional
tersebut pada awalnya pemerintah negara tuan rumah karena dapat mempercepat terjadinya
industrialisasi dan pembangunan. Kemudian hari, mereka ternyata menciptakan
ketergantungan di berbagai bidang sehingga pemerintah negara tuan rumah cenderung
mengalami kesulitan untuk bernegosiasi pada kedudukan yang sama dengan mereka
Industrialisasi yang diciptakan korporasi multinasional pemerintah dalam posisi yang sulit
dalam membela kepentingan pekerja. Kapabilitas korporasi multinasional yang Superiore dan
ketergantungan negara tuan rumah memberikan posisi tawar menawar yang tinggi ketika
berhadapan dengan pemerintah. Selain, pekerja yang prestasi untuk mencari keadilan tentu
tidak akan tinggal diam untuk menuntut hak mereka. Usaha dan pekerja yang saling bertahan
dengan tuntutan masing masing membuat mereka dalam istilah manajemen konflik disebut
terjebak dalam situasi Prisoner dilema yang sewaktu waktu dapat bktikan menjadi pabrik
actual. Satu-satunya pihak yang dapat diharapkan perbaiki nasi pekerja adalah niat baik
pemerintah. Pemerintah perlu terus didorong oleh Cendikiawan dan rohaniwan agar dapat
Menunjukkan kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuatan kebijakan untuk
melindungi nasi pekerja.
Masuknya perusahaan multinasional di negara kita pada saat ini tidak dapat terbendung
sebagai konsekuensi logis dari Globalisasi di segala bidang kehidupan. Globalisasi
mendorong perusahaan multinasional membawa berbagai pengaruh bagi negara negara
berkembang khususnya di Indonesia yang merupakan salah satu Destinasi favorit bagi
perusahaan multinasional. Heriyanto (2003) mendefinisikan perusahaan multinasional atau
multinasional corporation (MNCs) sebagai perusahaan yang melakukan investasi dan operasi
di banyak negara dengan maksud mendapat pasar yang lebih luas, memperoleh bahan mentah
dengan mudah dan memperoleh keuntungan dari biaya produksi atau pajak yang lebih
rendah.
Kehadiran MNCS di negara kita membantu pemerintah menciptakan "locomotif effect" pada
pertumbuhan dan kesejahteraan melalui industrialisasi. Pada awal tahap industrialisasi,
Indonesia mengalami kekurangan modal dan para investor asing bergerak masuk ke berbagai
bidang. Belakangan hari, walaupun terjadi industrialisasi, ternyata diikuti dengan
ketergantungan, yang umumnya disebut dependen development. Di bidang tenaga kerja,
ketergantungan tersebut membuat para investor Sakan dapat memperlakukan pekerja mau
mereka. Kondisi tersebut menimbulkan ketidak harmonisan hubungan antara pengusaha
pekerja yang cepat atau lambat akan memicu berbagai tindak kekerasan.
Untuk mengantisipasi dampak konflik kepentingan antara pengusaha dan pekerja, pemerintah
perlu dorongan oleh rohaniawan dan Cendikiawan agar dapat menunjukkan kekuatan sebagai
entitas politik yang utama dalam pembuatan kebijakan yang melindungi kepentingan nasional
dan memperjuangkan perbaikan nasib pekerja

a. Perusahaan multinasional
Indonesia menjadi salah satu negara tujuan perusahaan perusahaan multinasional oleh karena
kondusif nya itu investasi bagi penanam modal asing di negara kita. Perusahaan
multinasional, kebanyakan dari Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapura dan beberapa negara
di Eropa, dan juga Amerika Serikat. Perusahaan perusahaan tersebut menginvestasikan modal
mereka dalam pabrik pabrik yang memproduksi mobil, alat alat elektronik, tekstil, Garmen,
industri sepatu olahraga, termasuk lembaga peminjaman uang keluar negeri, penambangan
minyak dan lain lain.
Selain menggunakan pendekatan demi efisiensi perusahaan, MNC S juga menggunakan
pendekatan strategi, di mana suatu perusahaan melakukan produksi internasional untuk
mencapai tujuan tertentu. Ketika perusahaan mengetahui dengan jelas tujuan apa yang ingin
dicapai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, pendekatan strategi melihat produksi
internasional sebagai suatu tahap demi mencapai tujuan lebih besar, misalnya menghindar
pesaing yang meniru produk nya untuk pertahankan monopoli atas produk ciptaannya,
menaikkan posisi tawar terhadap pemerintah pemerintah negara menerima dapat koperatif
dalam mendukung usahanya, dan menghindari ancaman protes burung dengan cara membaca
atau melakukan kegiatan produksi bagi negara.
Kapabilitas MNCs yang Superiore mampu memberikan posisi tawar yang tinggi saat
berhadapan dengan pemerintah lokal. Sebagai akibatnya pemerintah negara berkembang
cenderung tidak dapat bernegosiasi pada kedudukan yang sama, dan karena pemerintah lokal
jantung mengikuti apa yang menjadi kehendak mereka. Kita sering menyaksikan dalam
proses konsensi dan negosiasi dengan pihak asing kepentingan hidup orang yang banyak dan
kepentingan jangka panjang negara sering dikorbankan akan tidak buktikan. Demikian pula
dalam memberi perlindungan kerja kepada warganegaranya, kepentingan selalu dikalahkan.
b. Stereotype Revolusi Industri
Revolusi industri juga ditandai dengan mekanisasi dan industrialisasi sehingga pemerintah di
negara negara Eropa pada waktu itu prihatin dengan anak anak dan perempuan Yang bekerja
di pabrik yang kondisinya membahayakan kesehatan mereka dan dengan upa yang tidak
memadai. Upaya pemerintah itu teori sosial yang dominan dan paham liberalisme dengan
doktrin Laissez-faire. Dalam doktrin tersebut negara tidak dapat Mang intervensi bidang
ekonomi, negara hanya bertugas menjaga keamanan dan ketertiban. Ketika negara tidak
berdaya melindungi kepentingan rakyat akibat dominasi kekuatan ekonomi sementara negara
hanya bertindak ketika terjadi gangguan keamanan maka konsep negara pada waktu itu
adalah negara sebagai penjaga malam. Upaya pemerintah untuk melindungi buruh mendapat
perlawanan keras dari kelompok pengusaha dan para intelektual pendukung laissez-faisres
Yang dipelopori Adam Smith. Mereka menuduh intervensi pemerintah yang melindungi
buruh sebagai tindakan yang melanggar kebebasan dalam perdagangan. Pada zaman itu juga
buat desakan agar hubungan kerja dibebaskan dari segala perbatasan. Majikan dan buruh
haruslah bebas untuk mengadakan perjanjian kerja (imam supomo, 1999). Pada saat yang
sama serikat buruh belum cukup berkembang sehingga tidak dapat berbuat banyak. Anti
serikat buruh sangat kuat baik dari kalangan pengusaha maupun sistem hukum yang ada.
Hingga tahun 1825 di Inggris masih berlaku penggabungan Yang menganggap semua aksi
kolektif untuk tujuan apapun adalah ilegal.
c. Teori Hegemoni Gramsci
Teori Hegemony yang di rumuskan gramsci (Nezar Patna dan Anet, 1999) Dari situasi negara
pada masanya, di mana rakyat secara suka rela dikuasai oleh rezim Musolini sebagai
kelompok dominan dan dipakai sebagai perbandingan untuk keberhasilan korperasi
multinasional dalam menguasai masyarakat Indonesia. Memang dalam pemikiran yang
diungkapkannya, gramsci terlihat seperti merujuk Hegemony sebagai upaya dominasi video
lagi yang dilakukan oleh negara pada masyarakat untuk melanggengkan kekuasaan mereka
ataupun upaya yang dilakukan oleh partai untuk mengorganisir kepentingan masyarakat dan
menemukan bktikan revolusi pada penguasa yang melakukan penindasan, namun penerapan
pemikiran Hegemony pada hubungan antara masyarakat dengan korporasi multinasional, di
mana korporasi multinasional dalam hal ini menduduki posisi dominan atau Superstruktur.
Hal tersebut juga sesuai dengan pemikiran gram ski, yaitu bahwa super sok sok dibagi
menjadi dua, yaitu masyarakat politik yang berupa birokrasi pemerintahan maupun negara
dan masyarakat sipil. Kelompok Hegemony atau kelas AG money, adalah kelas yang
mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan
ramah mempertahankan sistem mana aliansi melalui perjuangan politik dan idiologi.
Hegemoni bukan hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan
bertujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. G money adalah suatu
konsesus organisasi (simon, 1999). Ketika pihak penguasa tidak berdaya menentang dominasi
idiologi yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat karena berbagai alasan, rohaniawan dan
Cendikiawan lah yang diharapkan dapat merubah situasi dengan pendekatan mereka masing
masing.

E. PENUTUP
Persoalan hubungan pengusaha pekerja di Era industrialisasi yang disitukan investor tidak
dapat diselesaikan secara per sial perusahaan, tapi harus dipandang dari sudut pandang yang
lebih luas. Perusahaan ini tidak hanya menyangkut kepentingan perusahaan tapi juga nasional
bahkan multinasional. Dampak maksudnya investor asing di negara kita, Globalisasi yang
tidak dapat dielakan, harus disiasati agar kita juga dapat mengambil manfaat dengan
kehadiran mereka. Oleh karena itu bernegara untuk membela kepentingan pagi harus
dilakukan semaksimal mungkin dalam mengambil kebijaksanaan. Penegakan hukum yang
tegas dan tidak pandang bulu are dukung oleh kekuatan politik dan penguasa. Cuma pihak,
khususnya para Cendikiawan dan rohaniawan perlu lebih aktif menyerkan suara kebenaran.
Kekerasan tertentu bukanlah cara yang kita inginkan karena kalau terjadi pada semua pihak
akan dirugikan.
Berkaca dari pengalaman negara tetangga Singapura yang berhasil memanfaatkan peluang
hadirnya investor asing untuk mempercepat industrialisasi. Kasus Singapura dapat
mematahkan mitos revolusi industri bahwa pemilik modal besar dapat menjadi kelompok
hegemony dan Superstruktur yang mendominasi kekuatan sosial ekonomi negara tuan rumah.
Terbukti, pemerintah Singapura dapat mempercepat pertumbuhan dan moderenisasi dengan
bantuan investasi asing tanpa harus mengikuti apa yang menjadi kehendak investor.
Singapura dapat menunjukkan kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuatan
kebijakan (Erika, 2009). Kualitas dan integritas penyelenggaraan negara menjadi kunci utama
dalam menghadapi arus Globalisasi.
cendikiawan dan rohaniawan perlu terus mendorong pemerintah agar dapat menunjukkan
kekuatan sebagai entitas politik yang utama dalam pembuat kebijakan yang melindungi dan
memperjuangkan perbaikan hasil kerja. Bekerja hendaknya semakin cerdas dalam
memperjuangkan hak hak nya dan memilih orang yang mereka percaya untuk membela
kepentingan mereka dalam setiap kesempatan menggunakan hal yang mereka miliki. Mereka
juga harus kreatif, harus merubah pola pikir ketergantungan, yang terlanjur dibangun oleh
sistem, menjadi pola pikir kemandirian. Kerja tidak boleh hanya pandai menggunakan
kebaikan hati dengan untuk kepada pihak penguasa dan pemerintah. Harus mengembangkan
jiwa Wirausaha, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan memanfaatkan sumber daya
alam negara kita yang kaya raya.
DAFTRA PUSTAKA

Buku:
Sumanto. 2014. Hubungan Industrial. Yogyakarta.
Internet:
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/60265/mod_resource/content/1/HUBUNGAN
%20INDUSTRIAL.pdf

You might also like