Professional Documents
Culture Documents
2019 Community Engagement Implementasi Corporate Social Responsibility PT BNI Persero
2019 Community Engagement Implementasi Corporate Social Responsibility PT BNI Persero
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengungkapan CSR PT
BNI Tbk dan menganalisis pelaksanaan aktivitas CSR terkait
Community Engagement, maupun media pengungkapannya.
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai staf CSR PT BNI
Tbk dan observasi langsung ke 3 kelompok masyarakat penerima
CSR PT BNI Tbk. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif
dengan menerapkan content analysis. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya kesesuaian laporan keberlanjutan PT BNI
Tbk sub kategori masyarakat dengan standar GRI selama tiga
tahun terakhir (2015-2017). Hasil penelitian selanjutnya
menjelaskan CSR Kampoeng BNI melalui pembangunan yang
lebih kepada “doing with the community” dibandingkan dengan
102 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
PENDAHULUAN
Sektor perbankan berfungsi sebagai tulang punggung perekonomian, karena
ekspansi industri, pembentukan modal, pertanian dan perdagangan internasional
sangat bergantung pada pijakan yang kuat terhadap sistem perbankan suatu negara.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu profitabilitas yang salah satunya
dapat diupayakan dengan membangun citra melalui persepsi yang baik dari para
stakeholder. Sebagai suatu perusahaan, bank berkepentingan untuk menjaga citra agar
kehadirannya dapat diterima oleh lingkungan sekitar.
Salah satu jalan utama untuk memperbaiki citra industri perbankan yaitu,
terlibat kembali dengan masyarakat melalui program tanggung jawab sosial/Corporate
Social Responsibility (CSR). Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai
perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (Elkington, 2013). Saat ini, penerapan CSR
dianggap sebagai investasi dan bukan biaya. Dalam pengembangan ide CSR,
perusahaan dianggap sebagai organisasi sosial, tidak mutlak sebagai organisasi
perseorangan (Adonteng-Kissi & Adonteng-Kissi, 2017). Mindset yang harus selalu
dikembangkan oleh perusahaan adalah menciptakan nilai tidak hanya bagi perusahaan
tetapi juga pemangku kepentingan dalam tujuan jangka panjang.
Fenomena CSR dianggap sebagai elemen pertumbuhan penting dan alat
penguat kinerja keuangan oleh industri perbankan di Pakistan (Bagh, Khan, Azad,
Saddique, & Khan, 2017). Hadfield-Hill (2014) mengeksplorasi tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) dalam fokus pada sektor perbankan. Bank menggunakan CSR
sebagai wujud dalam memberi kesan, membentuk persepsi publik serta mampu
mempertahankan atau menciptakan legitimasi organisasi (Pérez & del Bosque, 2012).
Rendtorff dan Mattsson (2012) mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai
organisasi yang menggunakan praktik sosial untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan
ini diwujudkan melalui ikatan kepercayaan dan hubungan otentik dengan pelanggan.
Pelaksanaan program CSR juga mencakup community engagement.
Community engagement merupakan keterlibatan yang mengacu pada partisipasi publik
pada proses pembuatan keputusan pada organisasi (Delannon, Raufflet, & Baba,
2016). Penelitian terdahulu mengenai CSR dengan menggunakan konsep community
engagement dalam pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan dimungkinkan untuk
melihat seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh perusahaan terhadap
masyarakat. Masyarakat memiliki kearifan lokal yang berbeda di masing-masing
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 103
daerah, sehingga program tanggung jawab sosial perusahaan harus disesuaikan dengan
kondisi masyarakat setempat (Lin, Li, & Bu, 2015). Pemenuhan tanggung jawab sosial
perusahaan diupayakan oleh perusahaan untuk menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat, serta meminimalkan risiko sosial yang mungkin terjadi. Oleh karena itu,
community engagement menjadi alternatif solusi dalam mengatasi risiko sosial dan
mendatangkan manfaat yang kompetitif (Harvey, Brereton, & Relations, 2005).
Program CSR sangat penting diterapkan pada suatu perusahaan atau BUMN.
Selain menyangkut keberlangsungan hidup suatu perusahaan, CSR berkaitan pula
dengan masyarakat sekitar dan para pemangku kepentingan. Sebagian masyarakat
hanya mengetahui CSR dilakukan oleh perusahaan yang besar terkhusus hal-hal yang
termasuk eksploitasi sumber daya alam, padahal di sektor keuangan juga
menghasilkan dampak dari aktivitas perusahaannya. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengungkapan CSR PT BNI Tbk dan menganalisis pelaksanaan aktivitas
CSR terkait community engagement, maupun media pengungkapannya. Fokus dalam
community engagement adalah pada keterlibatan yang mengacu padapartisipasi publik
saat proses pembuatan keputusan organisasi. Manfaat penelitian ini yakni dapat
memberikan masukan dan umpan balik bagi pimpinan PT BNI Tbk, khususnya sebagai
bahan pertimbangan saat pengambilan keputusan serta tindakan lebih lanjut dalam
upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia yang ada dan penyehatan lingkungan
sekitar secara berkesinambungan. Bagi nasabah, pemegang saham, pemerintah dan
calon investor dapat memperhitungkan seberapa baik PT BNI Tbk melaksanakan CSR
dibandingkan dengan bank lain.
KAJIAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR merupakan komitmen usaha suatu perusahaan untuk terus bertindak etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan CSR, perusahaan semestinya memenuhi tanggung jawab yang
diberikan kepada oleh ketentuan hukum, pemegang saham dan masyarakat luas.
Tanggung jawab perusahaan menurut Mutti, Yakovleva, Vazquez-Brust, dan Di
Marco (2012) mencakup beberapa aspek yaitu: (i) ekonomi, (ii) hukum, (iii) moral dan
etika, serta (iv) sosial. Pertama, tanggung jawab ekonomi menuntut perusahaan
menjadi produktif dan menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan yang diinginkan
oleh masyarakat. Kedua, tanggung jawab hukum menuntut tindak lanjut yang tegas
mengenai persyaratan hukum atas bisnisnya. Ketiga, tanggung jawab moral dan etis
menuntut perusahaan untuk mengikuti norma etika yang diakui dan nilai-nilai.
Keempat, tanggung jawab sosial menuntut perusahaan secara proaktif berpartisipasi
104 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
pemangku kepentingan dan organisasi harus siap mempertimbangkan apa yang ingin
dicapai sebagai hasil dari pelibatan pemangku kepentingan (Jeffery, 2009). Pemangku
kepentingan adalah pihak yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang
mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Pemangku
kepentingan sebagai pihak-pihak atau kelompok yang berkepentingan baik langsung
ataupun tidak langsung, terhadap eksistensi perusahaan dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perusahaan (Cheng, Kadir, & Bohari, 2014).
Engagement terjadi ketika organisasi mengenali suatu perubahan dalam
komunitas yang lebih luas berhubungan dengan kinerja bisnis mereka. Organisasi
berupaya mengatasi risiko melalui penggunaan manajemen pemangku kepentingan,
atau memanfaatkan tren di dalam komunitas untuk mengidentifikasi bahwa kontrak
sosial perusahaan dapat menjabarkan ekspektasi masyarakat terhadap bisnis dan
sebaliknya (Banerjee, 2014). Perusahaan yang memprioritaskan pendekatan ini akan
menyoroti pembangunan sosial dan pengembangan kapasitas masyarakat untuk
mengeksplorasi potensi masyarakat lokal yang akan menjadi modal sosial perusahaan
untuk berkembang (Kemp, 2010).
Keterlibatan pemangku kepentingan merupakan proses yang dipakai oleh suatu
entitas bisnis agar bisa melibatkan pemangku kepentingan yang tepat untuk tujuan
yang jelas dalam mencapai hasil yang disepakati, sekarang juga diakui sebagai
fundamental mekanisme akuntabilitas, karena mewajibkan organisasi untuk
melibatkan pemangku kepentingan dalam mengenali, memahami, menanggapi
masalah, melaporkan, menjelaskan kepada pemangku kepentingan untuk keputusan,
tindakan dan kinerja (AccountAbility, 2015). Suatu organisasi akan memiliki banyak
faktor untuk dipertimbangkan ketika menentukan sejauh mana perusahaan akan
melibatkan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan dan cara
berkomunikasi dengan mereka. Meskipun tidak semua tuntutan dan permintaan yang
dihasilkan dari keterlibatan dapat dianggap relevan atau sah, sangat penting bagi
organisasi untuk mempertimbangkan pandangan para pemangku kepentingan yang
biasanya memiliki sedikit pengaruh dalam arti standar dan sedikit atau tidak ada suara.
Keterlibatan yang efektif mensyaratkan bahwa para pemangku kepentingan
sendiri juga bertanggung jawab atas perilaku dan praktik yang dapat
dipertanggungjawabkan. Terlibat dengan pemangku kepentingan yang relevan dalam
format yang sesuai, melalui saluran yang tepat dan pada frekuensi yang cukup untuk
menjelaskan sifat lanskap pemangku kepentingan yang terus berkembang adalah pilar
utama dalam menentukan topik keberlanjutan materi secara efektif (AccountAbility,
2015). Keterlibatan pemangku kepentingan harus memiliki tujuan. Sangat penting
untuk terlebih dahulu memikirkan alasan organisasi itu menarik, serta apa yang perlu
dicapai. Tidak ada pelibatan pemangku kepentingan yang harus dimulai tanpa
106 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
mendefinisikan tujuan. Ada dua kategori tujuan yang luas: strategi dan operasi.
Artinya, keterlibatan pemangku kepentingan memerlukan tempat untuk
mengembangkan atau meningkatkan strategi atau untuk membantu mengidentifikasi
dan mengatasi masalah operasional. Membangun berbasis kepercayaan hubungan
melekat pada keterlibatan pemangku kepentingan strategis dan operasional
(AccountAbility, 2015). Tujuannya dapat dikaitkan dengan kegiatan yang sedang
berlangsung, seperti tujuan untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pemahaman
yang baik tentang pandangan pemangku kepentingan atau untuk membina hubungan
pemangku kepentingan yang positif, atau mungkin terkait dengan proyek atau
kebutuhan tertentu, seperti untuk menginformasikan proses penentuan materialitas.
Global Reporting Initiative (GRI)
Pedoman yang paling banyak dijadikan sebagai acuan dalam pelaporan CSR
saat ini adalah Global Reporting Initiative. Global Reporting Initiative atau biasa
disingkat dengan nama GRI adalah organisasi non profit berskala internasional yang
berpusat di Amsterdam, Belanda. GRI berdiri pada tahun 1997 dengan tujuan untuk
meningkatkan praktik keberlanjutan menuju tingkatan yang setara dengan pelaporan
keuangan. Tujuan GRI adalah membantu dalam rangka memberi pedoman sebagai
dasar pelaporan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari kegiatan bisnis bagi
perusahaan besar maupun kecil (Global Reporting Initiative, 2017). GRI telah merintis
dan mengembangkan kerangka laporan keberlanjutan yang bisa juga dijadikan
pedoman dalam pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan yang banyak diadopsi
diseluruh dunia, salah satunya yakni G4 Guidelines, sebelumnya sudah ada G3 dan
G3. Kemudian G4 dirancang agar pedoman yang digunakan sesuai dengan berbagai
macam format pelaporan, serta memberikan standar yang dikenal secara global untuk
informasi keberlanjutan agar dimasukkan ke dalam laporan terpadu (GRI G4
Guidelines).
Pedoman ini menata kebijakan perihal Pengungkapan Standar Khusus ke
dalam tiga golongan meliputi Ekonomi, Lingkungan dan Sosial. Kategori sosial
sendiri terbagi dalam empat sub kategori yakni Praktik Ketenagakerjaan dan
Kenyamanan Bekerja, HAM, Masyarakat, dan Tanggung Jawab atas Produk (Global
Reporting Initiative, 2017). Pokok-pokok pengungkapan pelaporan sub kategori
masyarakat terdapat Aspek Masyarakat Lokal (GRI 413), Aspek Anti-korupsi (GRI
205), Aspek Kebijakan Publik (GRI 415), Aspek Anti Persaingan (GRI 206), Aspek
Kepatuhan (GRI 419), Aspek Asesmen Pemasok atas Dampak pada Masyarakat (GRI
414) dan Aspek Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap Masyarakat (GRI 103).
Kampoeng BNI
Terkait dengan tanggung jawab sosial terhadap aspek pengembangan sosial
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 107
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan menerapkan content
analysis yang dikembangkan untuk menilai implementasi CSR PT BNI Tbk. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan staf CSR
perusahaan dan masyarakat serta observasi langsung untuk meninjau pelaksanaan
program CSR PT BNI Tbk. Sedangkan sumber data sekunder yaitu laporan tahunan
dan laporan keberlanjutan (CSR). Selain itu, profil perusahaan, catatan atau arsip
perusahaan tersebut khususnya tentang kebijakan atau program-program PT BNI Tbk
yang berkaitan dengan implementasi CSR juga dibutuhkan dalam data sekunder.
Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam kepada pihak
PT BNI Tbk dan masyarakat penerima CSR PT BNI Tbk. Pokok-pokok yang dijadikan
dasar pertanyaan diatur seperti yang tertuang dalam Tabel 1.
Teknik analisis data dalam content analysis menekankan pada melihat isi
komunikasi, memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi
interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi. Content analysis sebagai teknik
penelitian untuk keperluan mendeskriptifkan secara objektif, sistematis, dan kualitatif
untuk manifestasi komunikasi. Langkah-langkah penelitian sebagai berikut: 1)
mencari sustainability report perusahaan induk PT BNI Tbk tahun 2015-2017 yang
disusun berdasarkan pedoman GRI, pada website resmi perusahaan (www.bni.co.id);
2) melakukan analisis konten terhadap indikator-indikator pada standar umum dan
standar khusus yang dilaporkan oleh perusahaan. Apabila indikator yang dilaporkan
perusahaan sudah sesuai dengan pedoman standar GRI, maka dapat dikatakan
perusahaan tersebut dalam melaporkan sustainability report sudah sesuai dengan
pedoman standar GRI; 3) melakukan perbandingan antara kesesuaian pelaporan
indikator-indikator perusahaan induk berdasarkan pedoman GRI.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 109
Tabel 1
Panduan Wawancara
Narasumber Indikator Deskripsi
Kepada pihak Corporate Social Mengenai kapan pelaksanaan program CSR
PT BNI Tbk Responsibility Penentuan dasar pelaksanaan kegiatan CSR.
Prosedur pelaksanaan CSR
Penentuan biaya CSR
Pada tahun 2015, PT BNI Tbk menyajikan tiga indikator laporan keberlanjutan
sub kategori masyarakat dengan judul pengungkapan yaitu pengembangan dan
dampak program pemberdayaan masyarakat (G4-SO1) tercantum di GRI 413-1,
asesmen risiko terkait korupsi (G4-SO3) tercantum di GRI 205-1, serta komunikasi
dan pelatihan anti korupsi (G4-SO4) tercantum di GRI 205-2. Sub kategori
berdasarkan pedoman GRI standar memiliki 7 judul seperti Tabel 2, PT BNI Tbk telah
memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang disalurkan dalam beberapa
bidang seperti bantuan korban bencana alam, pendidikan, peningkatan mutu
kesehatan, sarana dan prasarana umum sebagai wujud timbal balik terhadap
lingkungan dan masyarakat.
Dalam rangka pengembangan dan dampak program pemberdayaan masyarakat
(G4-SO1), PT BNI Tbk telah membangun Rumah Edukasi untuk Tenaga Kerja
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 111
Indonesia di Indramayu, Jawa Barat. Program Rumah Edukasi ini menjadi proyek
percontohan bagi program pemberdayaan TKI dan keluarganya di Indonesia. Program
ini merupakan wujud dukungan BNI terhadap program-program yang diusung oleh
(OJK), (BI), dan Kementerian Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
dalam rangka mengembangkan program Bina Keluarga TKI. Tujuan pembangunan
Rumah Edukasi ini yaitu membangun “wadah” yang memfasilitasi kebutuhan
komunikasi, edukasi serta pemberdayaan TKI dan keluarganya. Peningkatan
kesehatan masyarakat Indonesia khususnya di daerah berupa penyediaan mobil
ambulans. Tahun 2015, PT BNI Tbk menyerahkan masing-masing satu mobil
ambulans kepada RSU Sembiring Delitua (Medan), Pemerintah Kabupaten Siak
(Padang), dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti (Riau).
Masalah yang ada di publik saat ini yaitu mengenai pencucian uang dan
pendanaan terorisme serta timbulnya risiko-risiko didalamnya. PT BNI Tbk selalu
meminimalisasi terjadinya hal-hal yang berkaitan dengan “aksi” berisiko itu dengan
terus melakukan pemantauan atas implementasi Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) termasuk pelaksanaan Prinsip
Mengenal Nasabaah (PMN)/Know Your Customer (KYC)/Customer Due Dilligence
(CDD). Dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan PMN dan penerapan Program
APU dan PPT, BNI melakukan beberapa upaya dengan cara: (i) Mendukung
pelaksanaan Program APU dan PPT, dengan adanya peran aktif dari Direksi dan
Dewan Komisaris, (ii) Meninjau secara berkala Kebijakan dan Pedoman Penerapan
Program APU dan PPT, (iii) Menyempurnakan kebijakan, prosedur dan sistem
informasi untuk memastikan kesesuaian dengan perkembangan ketentuan eksternal,
(iv) Memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh pegawai PT BNI Tbk.
Pelaksanaan asesmen risiko terkait korupsi (G4-SO3), untuk mengantisipasi
kekhawatiran atas bisnis berisiko tinggi memungkinan aktivitas pencucian uang
maupun pembiayaan terorisme, maka PT BNI Tbk terus menyempurnakan sistem
informasi untuk mengidentifikasi transaksi keuangan yang mencurigakan, mendeteksi
transaksi keuangan tunai dalam jumlah tertentu, serta alert system untuk
mengidentifikasi calon nasabah yang dinilai memiliki risiko tinggi, calon nasabah
yang berasal dari negara yang tergolong sebagai negara berisiko tinggi. Selain itu, PT.
BNI Tbk melakukan PMN/KYC/CDD dan menerapkan Program APU dan PPT untuk
memantau pelaksanaan Pengkinian Data Nasabah dan melakukan sosialisasi secara
berkesinambungan. Perwujudan dari komunikasi dan pelatihan anti korupsi (G4-SO4)
adalah PT BNI Tbk melakukan metoda tatap muka maupun melalui program e-
learning untuk sosialisasi kepada seluruh pegawai PT BNI Tbk.
Pada tahun 2016, PT BNI Tbk menyajikan satu indikator laporan keberlanjutan
sub kategori masyarakat dengan judul pengungkapan yaitu Komunikasi dan Pelatihan
112 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
Anti Korupsi (G4-SO4) tercantum di GRI 205-2. Sub kategori berdasarkan pedoman
GRI Standar memiliki 7 judul seperti Tabel 2. Salah satu wujud dari program anti
korupsi di PT BNI Tbk, Direktur utama BNI Achmad Baiquni dan Ketua Komite
Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Raharjo melakukan penandatanganan nota
kesepahaman Komitmen Pengendalian Gratifikasi pada 17 Oktober 2016. Pada event
tersebut juga diselenggarakan Seminar Pengendalian Gratifikasi yang diikuti oleh
segenap Direksi dan insan Perusahaan dengan narasumber Giri Suprapdiono, Direktur
Gratifikasi KPK. Penandatanganan komitmen ini menjadi saat yang sangat penting
bagi manajemen PT BNI Tbk serta seluruh Insan PT BNI Tbk. Dengan perjanjian ini,
PT BNI Tbk membuktikan mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan tata kelola
perusahaan yang bagus dan kode etik yang diimplementasikan dalam kinerja sehari-
hari (PT Bank Negara Indonesia Tbk, 2016).
Pada tahun 2017, PT BNI Tbk menyajikan dua indikator laporan keberlanjutan
sub kategori masyarakat dengan judul pengungkapan yaitu mengenai operasi-operasi
yang dinilai memiliki risiko terkait korupsi; insiden korupsi yang terbukti dan tindakan
yang diambil (G4-SO3) tercantum di GRI 205-1. Pada tahun 2017, kasus dominan
yang diterima ialah pencurian uang (26 kasus) dan gratifikasi (8 kasus) yang terjadi di
unit operasional. Semua kasus ini sudah ditindaklanjuti dan diselesaikan sesuai dengan
hukum dan peraturan perusahaan. Selama tahun 2017, tidak ada mitra yang diputus
kontraknya akibat kasus korupsi.
Sebagai upaya untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan Good Corporate
Governance di PT. BNI, Tbk, Divisi Kepatuhan terus berupaya mewujudkan prinsip
no fraud for our bank melalui penerapan strategi anti fraud. Strategi anti fraud
diterapkan melalui empat pilar sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Penerapan Strategi Anti Fraud
Bagi Bank Umum, yakni: pencegahan, deteksi, investigasi, pelaporan, dan sanksi.
Pendekatan manajemen dan komponennya (G4-SO11) tercantum di GRI 103-
2. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang menjalankan seluruh kegiatan serta
memberikan layanan kepada nasabah dan seluruh mitra perusahaan. Disamping tenaga
kerja internal, yaitu pegawai, serikat pekerja merupakan bagian dari ketenagakerjaan
PT BNI Tbk. Dengan demikian, topik ini penting disampaikan dalam laporan. Kinerja
ketenagakerjaan dijalankan oleh Divisi Manajemen Modal Manusia yang memantau
kinerja ini sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan Undang-Undang Tenaga Kerja
Republik Indonesia. Indikator pencapaian kinerja diukur melalui earning per
employee, yang pada tahun 2017 meningkat sebesar 17,27 persen dibandingkan tahun
sebelumnya (PT Bank Negara Indonesia Tbk, 2017).
Hasil penelitian ini membuktikan adanya kesesuaian laporan keberlanjutan PT.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 113
BNI, Tbk sub kategori masyarakat dengan standar GRI selama tiga tahun terakhir
(2015-2017). Dari 7 judul dalam tabel 2 tidak terpenuhi semua dalam tiap tahunnya,
yaitu pada tahun 2015 tidak disajikan G4-SO2, G4-SO5 sampai dengan G4-SO11.
Pada tahun 2016 tidak disajikan G4-SO1, G4-SO3, G4-SO5 sampai dengan G4-SO11.
Pada tahun 2017 tidak disajikan G4-SO1, G4-SO2, G4-SO4 sampai dengan G4-SO10,
tetapi indikator yang disajikan sudah tepat sesuai dengan keperluan perusahaan
(Lampiran 1). Penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang dengan metoda
content analysis menggunakan Pedoman GRI untuk menganalisis konten laporan
melalui makna kata dan kalimat laporan keberlanjutannya sejak diterbitkan untuk
pertama kalinya pada tahun 2006 (Munidewi, Sukoharsono, & Kamayanti, 2014).
Hasil penelitian selanjutnya menjelaskan CSR PT BNI Tbk menawarkan
konsep Kampoeng BNI yaitu pembangunan yang lebih kepada “doing with the
community” dibandingkan dengan “doing for the community” (Haryono, Iskandar,
Paminto, & Ulfah, 2016). Dengan metoda kerja “doing for”, masyarakat akan menjadi
pasif, kurang kreatif dan tidak kompeten, bahkan terkesan seperti mendidik
masyarakat untuk bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi
yang secara sukarela memberi bantuan. Sebaliknya, metoda kerja “doing with” akan
mendorong masyarakat menjadi aktif dan mampu mengenali mana kebutuhan yang
bersifat “real needs, felt needs serta expected need”.
Salah satu penerapan CSR terkait dengan tanggung jawab sosial dan
kemasyarakatan bagi perusahaan BUMN adalah melalui mekanisme Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Ketentuan untuk melaksanakan PKBL tidak
muncul pada Undang-Undang, melainkan pada Peraturan Menteri Negara BUMN,
sehingga dapat diartikan bahwa hanya perusahaan BUMN yang memiliki kewajiban
untuk melakukan program berbentuk kemitraan dengan masyarakat, serta bina
lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
PT BNI Tbk menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan dengan fokus pada
PKBL. PT BNI Tbk berupaya untuk memberdayakan masyarakat dan mendorong
pertumbuhan ekonomi kerakyatan agar menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri.
Tidak hanya melalui bantuan dana hibah tetapi juga melalui penyaluran pinjaman
lunak kemitraan berbunga rendah. Program yang berbasis pada pemberdayaan
masyarakat lazimnya dikenal dengan community engangement, suatu program dalam
menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi dengan
kreativitas mereka sendiri. Penerapan CSR terkait CE merupakan salah satu bentuk
kinerja dan investasi sosial PT BNI Tbk kepada masyarakat.
Kampoeng BNI merupakan salah satu produk unggulan PKBL PT BNI Tbk
yang diimplementasikan di seluruh Indonesia dengan melibatkan dan berkolaborasi
114 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
dengan berbagai pihak. Alasan utama dalam pembentukan Kampoeng BNI adalah
pemberdayaan ekonomi masyarakat, menyusutkan angka kemiskinan dan perbaikan
lingkungan di suatu wilayah. Kampoeng BNI fokus dalam menampilkan produk
unggulan atau ciri khas di suatu daerah. Selain itu, PT BNI Tbk juga menyalurkan dana
bantuan Bina Lingkungan untuk menunjang kegiatan pemberdayaan masyarakat di
Kampoeng BNI berupa pelatihan, pendampingan, sarana prasarana penunjang, dan
promosi produk mitra binaan.
Ada 2 Kampoeng BNI di Jawa Timur yang menjadi fokus penelitian yaitu
Kampoeng BNI Pisang Lumajang dan Kampoeng BNI Wisata Pujon. Konsep yang
digunakan pada kampoeng BNI yaitu klaster yang mengangkat produk potensial
berdasarkan kearifan lokal setempat. Peraturan Menteri BUMN No. 05/MB/2007
tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), PT BNI Tbk
melaksanakan program-program PKBL mengusung tema Bersama Membangun
Negeri (BNI Berbagi) di seluruh Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak
eksternal, pegawai PT BNI Tbk dan institusi terkait.
Kampoeng BNI Pisang Lumajang merupakan kampung yang menjadi sentra
perkebunan pisang mas kirana berada di Desa Kandang Tepus, Kecamatan Senduro,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 115
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kelompok tani yang membudidayakan pisang mas
kirana cukup banyak dan patut diperhitungkan karena pisang mas kirana ini buah asli
Kampung Lumajang. CSR yang diberikan PT BNI Tbk pada saat itu adalah bantuan
dana untuk pembangunan showroom, pelatihan serta pinjaman lunak dengan bunga
rendah kepada masyarakat. Hal ini mendukung penelitian terdahulu Sari (2013)
penyaluran kredit merupakan salah satu aktivitas bank umum yang paling utama dalam
menghasilkan keuntungan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, wisata
ekonomi kreatif dan minat khusus di Desa Kandang Tepus bisa dikatakan berhasil dan
menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya.
Wisata ekonomi kreatif yang ada di Desa Kandang Tepus misalnya disana
dengan mudah dijumpai beragam tanaman pisang, buah-buahan baik itu di lahan
maupun di depan rumah penduduknya. Pisang mas kirana adalah produk lokal yang
memiliki potensi, sebagai masyarakat seharusnya menjadi bangga dengan produk
lokal, karena pisang mas kirana akan memperkaya keberadaan buah nasional, produk
lokal asli dari daerah, ternyata tidak kalah dengan produk impor.
Kampoeng BNI Wisata Pujon merupakan salah satu konsep desa wisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam,
pemberdayaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran
dan pendidikan. Menjadikan suatu wilayah menjadi desa wisata berarti memberi nilai
tambah perekonomian daerah setempat, karena dengan adanya desa wisata diharapkan
bisa mendukung pemasaran dan penjualan produk khas masyarakat setempat sekaligus
mendatangkan wisatawan. PT BNI Tbk membantu masyarakat yang tinggal di daerah
wisata tersebut untuk dibina dan dikembangkan agar menjadi masyarakat yang
produktif dan kreatif. Program CSR yang dilaksanakan memang tujuannya adalah
menjembatani hubungan baik antara kita masyarakat dengan pihak perusahaan.
Kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh PT BNI Tbk diungkapkan
dalam Annual Report, Laporan Keberlanjutan dan website perusahaan. PT BNI Tbk
menggunakan laporan tahunan dan laporan keberlanjutan untuk menggambarkan
kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Dengan
adanya penerimaan dari masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan
yang nantinya akan berdampak pada meningkatkan laba perusahaan. Hal itu dapat
memotivasi atau membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Penelitian terdahulu yang dijelaskan Purwanto (2011) bahwa perusahaan sebagai
bagian dari masyarakat, memiliki komitmen kepada seluruh stakeholders melalui
annual report terkait pengungkapan praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan
(Sari, 2016). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada seluruh
stakeholder, dan masyarakat luas bahwa Bank Negara Indonesia telah melaksanakan
praktik CSR.
116 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
2017) tidak terpenuhi semua dalam tiap tahunnya. Pada tahun 2015 tidak disajikan G4-
SO2, G4-SO5 sampai dengan G4-SO11. Pada tahun 2016 tidak disajikan G4-SO1, G4-
SO3, G4-SO5 sampai dengan G4-SO11. Pada tahun 2017 tidak disajikan G4-SO1, G4-
SO2, G4-SO4 sampai dengan G4-SO10, tetapi indikator yang disajikan sudah tepat
sesuai dengan keperluan perusahaan. Media pengungkapan PT BNI Tbk terkait
kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan tersaji dalam laporan tahunan, laporan
keberlanjutan pada laman perusahaan.
Implikasi bagi para pelaku bisnis terutama PT BNI Tbk agar dapat memberikan
masukan dan umpan balik sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan serta
adanya upaya peningkatan mutu SDA dengan memberdayakan masyarakat melalui
program kemitraan Kampoeng BNI secara berkelanjutan. Bagi nasabah, pemegang
saham dan calon investor dapat melihat seberapa baik bank PT BNI Tbk melaksanakan
CSR sebagai laporan keberlanjutan perusahaan dengan menilai kesejahteraan
masyarakat di lingkungan bisnisnya.
Keterbatasan yang dihadapi adalah fokus informan pada masyarakat, karena
PT BNI Tbk mempunyai 21 kampoeng BNI dan peneliti hanya melaporkan 2
kampoeng BNI dan koperasi binaan di wilayah Jawa Timur. Saran bagi penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menerapkan konsep akuntansi sustainabilitas berdimensi
spiritualitas, agar ada keseimbangan antara makna kehidupan terhadap diri, antar
individu dan kelompok organisasi. Selanjutnya, apabila peneliti lain ingin
mengeksplor lebih tentang Kampoeng BNI tidak hanya di satu provinsi, agar penelitian
CSR PT BNI Tbk yang akan datang dapat dibedakan dalam lintas provinsi.
DAFTAR PUSTAKA
AccountAbility. (2015). AA1000 stakeholder engagement standard. 2015.
Adonteng-Kissi, O., & Adonteng-Kissi, B. (2017). Living with conflicts in Ghana’s
prestea mining area: Is community engagement the answer? Journal of
Sustainable Mining, 16(4), 196–206.
https://doi.org/10.1016/j.jsm.2017.12.005
Bagh, T., Khan, M. A., Azad, T., Saddique, S., & Khan, M. A. (2017). The corporate
social responsibility and firms financial performance : Evidence from financial
sector of Pakistan. International Journal of Economics and Financial Issues,
7(2), 301–308.
Banerjee, S. B. (2014). A critical perspective on corporate social responsibility.
Critical Perspectives on International Business, 10(1–2), 84–95.
https://doi.org/10.1108/cpoib-06-2013-0021
118 Community engagement: Implementasi corporate social responsibility….( Magdalena, Sukoharsono, Roekhudin)
Carini, C., Comincioli, N., Poddi, L., & Vergalli, S. (2017). Measure the performance
with the market value added: Evidence from CSR companies. Sustainability
(Switzerland), 9(12), 1–19. https://doi.org/10.3390/su9122171
Cheng, W. H., Kadir, K. A., & Bohari, A. M. (2014). The strategic planning of smes
in Malaysia: A view of external environmental scanning. International Journal
of Business and Society, 15(3), 437–446.
Dashwood, H. S. (2012). CSR norms and organizational learning in the mining sector.
Corporate Governance, 12(1), 118–138.
https://doi.org/10.1108/14720701211191373
Delannon, N., Raufflet, E., & Baba, S. (2016). Corporate community engagement
strategies and organizational arrangements: A multiple case study in Canada.
Journal of Cleaner Production, 129, 714–723.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.03.047
Elkington, J. (2013). Enter the triple bottom line. In The Triple Bottom Line: Does it
All Add Up (1st ed., pp. 1–16). https://doi.org/10.4324/9781849773348
Global Reporting Initiative. (2017). GRI standards.
Hadfield-Hill, S. (2014). CSR in India: Reflections from the banking sector. Social
Responsibility Journal, 10(1), 21–37. https://doi.org/10.1108/SRJ-11-2012-
0145
Harvey, B., Brereton, D., & Relations, C. (2005). Emerging models of community
engagement in the Australian minerals industry. In International Conference
on Engaging Communities (pp. 1–20).
Haryono, U., Iskandar, R., Paminto, A., & Ulfah, Y. (2016). Sustainability
performance: It’s impact on risk and value of the firm. Corporate Ownership
and Control, 14(1), 278–286.
Jeffery, N. (2009). Stakeholder engagement : A road map to meaningful engagement.
Doughty Centre, Cranfield School of Management.
Jordan, N., Schulte, L. A., Williams, C., Mulla, D., Pitt, D., Slotterback, C. S., …
Bringi, B. (2013). Landlabs: An integrated approach to creating agricultural
enterprises that meet the triple bottom line. Journal of Higher Education
Outreach and Engagement, 175–200.
Kemp, D. (2010). Community relations in the global mining industry: Exploring the
internal dimensions of externally orientated work. Corporate Social
Responsibility and Environmental Management, 7(1), 1–14.
https://doi.org/10.1002/csr.195
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 22 No. 1 April 2019, 101 - 120 119